Disusun oleh :
DEA AMANDA (190110201077)
i
KATA PENGANTAR
Dea Amanda
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHUUAN
1
Yang dimaksud film .adalah ‘media komunikasi ‘yang bersifat .audio visual
.untuk menyampaikan. .suatu .pesan kepada. sekelompok .orang .yang .berkumpul
disuatu. tempat tertentu. (Effendy, 1986:134).film ini dibuat seperti dunia
nyata.kehidupan sosial membuat stradara untuk mengangkat menjadi film ini.
Film yang bagus itu melihat dari tekni sinematografinya. .Teknik
sinematografi. Merupakan. sebuah ‘cara dalam. Pepmbuatan’ film yang. meliputi
angle’ gambar, moving gambar, komposisi .gambar, dan .tata lighting. Semua.
unsur .yang ada dalam. sinematografi sangat .dibutuhkan untuk .pembuatan .film
agar film .telihat sempurna. Di .dalam teknik. Sinematografi. kita .harus juga .bisa
membuat sebuah. .scenario .dan .penataan .artistic .yang baik .untuk mendukung.
Kesatuan. .cerita dalam. film. Penggunaan. Sinematografi. yang baik. .akan
mendukung. film .dalam penyampaian .pesan kepada. penonton.
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Film
3
c. Film Cerita Panjang
Film-film ini berdurasi 60 menit, tetapi kebanyakan berdurasi 90-100 menit.
Kebanyakan film dan film biasanya disertakan dalam film fitur ini.
d. Film Berita
Film berita adalah film tentang fakta, peristiwa aktual. Film berita harus
mengandung nilai berita, dan standarnya menarik sekaligus penting. Film berita
dapat langsung direkam dengan suara. Film berita bisa senyap, di mana pembaca
berita membaca narasinya. Hal terpenting dalam film berita adalah peristiwa
tersebut direkam secara lengkap (Ardianto, 2004: 139).
e. Film Kartun
Film ini dibuat untuk anak-anak. Kebanyakan kartun ini membuat penonton
tertawa karena bermain peran. Tujuan pembuatan film ini adalah untuk hiburan,
tetapi film kartun mengandung pendidikan masyarakat dengan menceritakan
karakter baik dan buruk (Ardianto, 2004: 140).
Secara fisik film dapat dipecah menjadi unsur-unsur, yakni :
a. Shot
Proses merekam gambar mulai dari mengaktifkan kamera hingga
menghentikan kamera disebut juga shooting (pengambilan foto).
b. Adegan (scene)
Bagian pendek dari keseluruhan cerita menunjukkan tindakan
berkelanjutan yang dibatasi oleh ruang, waktu, konten (cerita), tema,
peran, atau motivasi.
c. Sekuen
Fragmen besar menunjukkan rangkaian peristiwa yang lengkap. Urutan
biasanya terdiri dari beberapa adegan yang saling terkait. Dalam literatur,
urutan dapat disamakan dengan sebuah bab.
4
B. Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wjck
ilm tersebut juga menyulitkan sutradara untuk menemukan kapal yang mirip
dengan Van Der Wijck di tahun 1930-an. Sama seperti mobil-mobil yang lewat
tahun itu. Kesulitan lainnya adalah menemukan laut dengan ombak yang besar,
karena ombak besar tersebut tidak mengisahkan kapal Van Der Wijck. Namun, film
TKVDW ini berhasil menarik lebih dari 1,5 juta penonton.
TKVdW adalah satu dari lima novel yang ditulis oleh Hamka. Film ini
merupakan peristiwa sebenarnya dari tenggelamnya kapal Van Der Wijck yang
berlayar dari Tanjung Perak di Surabaya menuju Tanjung Priok (Tanjung Priok) di
Jakarta. Pada 21 Oktober 1936, kapal Van Der Wijck tenggelam di Laut Jawa
sebelah timur Semarang. Film tersebut bercerita tentang seorang pemuda bernama
Zainuddin yang gagal menikahi gadis bernama Hayati karena perbedaan ras dan
kelas sosial. Zainuddin merupakan keturunan Minang dan Bugis dan dianggap tidak
cocok untuk menikahi Hayati, yang merupakan keturunan asli suku Minang
pumuka dari Batipuh di Padang Panjang, negara bagian Minangkabau. Zainuddin
sangat bersih keras pada saat itu dan melawan adat istiadat feodal.
Di akhir cerita film diceritakan Zainuddin pada akhirnya meninggal karena
kesedihan yang berlarut lamanya karena Hayati meninggal. Dan akhirnya film ini
mempunyai akhir cerita yang sedih/ sad ending. Film ini sangat banyak mempunyai
5
pesan moral, dan mungkin dibeberapa suku di Indonesia juga sangat kental dengan
adatnya sampai sekarang.
C. Unsur-Unsur Pembentuk Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Film dan prosa adalah dua karya sastra dengan bentuk yang berbeda, Film
dan prosa juga memiliki persamaan dan perbedaan. Film secara keseluruhan
mempunyai dua unsur utama yaitu unsur naratif dan unsur film, kedua unsur
tersebut mempunyai ciri-ciri saling membantu dan melengkapi penyajian film
secara keseluruhan.
1. Unsur Naratif
Unsur naratif adalah rangkaian peristiwa yang saling berkaitan dan terikat
oleh logika sebab dan akibat dalam ruang dan waktu. Tidak ada yang bisa terjadi
tanpa alasan yang jelas. Segala sesuatu yang terjadi pasti disebabkan oleh hal-hal
yang terikat satu sama lain. Bahan penyusun elemen naratif film biasanya
merupakan konten terpenting dalam produksi film. Elemen tersebut antara lain:
tema dan pesan, karakter dan ciri khas, setting atau latar belakang, dan alur cerita.
a) Tema dan Amanat
Tema adalah gagasan, gagasan atau gagasan pokok yang diekspresikan atau
tidak diekspresikan dalam karya seni. Tema film TKVdW ini adalah cinta sejati,
tulus dan setia antara laki-laki dan perempuan, namun karena tradisi adat
Minangkabau begitu mengikat dan terlalu diskriminatif dengan adat lain, maka
tidak bisa bersatu dan tidak bisa tersampaikan.
Keturunan dan kekayaan adalah masalah yang terkait dengan Zainuddin dan
Hayati. Karena keturunan dan kemiskinan, cinta mereka terhalang. Zainuddin,
campuran Minang dan Bugis, tidak diakui oleh suku Minang setempat. Tak lama
kemudian, Hayati menikah dengan seorang warga kaya, Minang Aziz. Zainuddin
adalah orang yang setia dan pekerja keras, sehingga saat itu ia merantau ke Jawa di
Surabaya. Tepatnya Zainuddin dan temannya Muluk pergi ke Surabaya, di mana ia
menemukan kesuksesan, Zainuddin tinggal dengan dirinya sendiri dan
pekerjaannya. .
Pada saat itu Hayati menjadi seorang janda karena ditinggalkan Aziz yang
mati karena bunuh diri. Zainuddin sedih dan sangat terpukul, Zainuddin tidak ingin
melihat sesosok yang ia cintai menderita, meskipun Hayati sudah menjadi janda,
6
tetapi Zainuddin enggan menikahinya. Hayati disuruh Zainuddin untuk kembali ke
Padang menaiki kapal Belanda termewah yaitu Kapal Van Der Wijck yang berlabuh
ke laut Andalas. Lalu Hayati pulang dan saat itu juga kapal yang ditumpangi Hayati
mengalami kecelakaan dan akhirnya Hayati meninggal.
Nyawa Hayati tak terselamatkan. Zainuddin sangat menyesali telah
menyuruh Hayati pulang ke Padang. Zainuddin yang terkenal dengan karya-
karyanya yang melegenda, kini ia dan Hayati diliputi bayangan dan mimpi. Hingga
setahun kemudian, Zainuddin mengikuti Hayati menuju keabadian. Zainuddin telah
meninggalkan sahabanya dan memiliki harta benda yang kaya dan karya sastra yang
indah.
Amanat yang terkandung dalam film ini meliputi:
1. Kekayaan bukanlah segalanya karena ketika kita mati kita tidak
akan membawa harta.
2. Mempertimbangkan kembali keputusan yang diambil agar tidak
memperoleh penyesalan diakhir.
3. Percayalah dengan cinta dan ketulusan.
4. Jangan menilai segala sesuatu dengan materi, karena materi tidak
bisa menjamin kebahagiaan.
5. Jika cinta itu benar-benar tulus, maka tidak perlu memaksa cinta
untuk dimiliki.
6. Cinta tidak sampai semuanya berakhir.
7. Jangan menaruh dendam pada orang lain.
8. Tokoh dan Penokohan
a) Tokoh dan Penokohan
Istilah "peran" mengacu pada seseorang. Watak , perwatakan dan karakter
mengacu pada karakteristik dan sikap karakter yang dijelaskan oleh pembaca, dan
mengacu pada kualitas pribadi karakter. Penokohan dan karateristik biasanya setara
dengan karakter dalam arti, dan perwatakan mengacu pada penempatan karakter
tertentu dan karakter tertentu dalam sebuah cerita. Penokohan merupakan gambaran
yang jelas tentang tokoh-tokoh dalam cerita.
a. Zainuddin
7
Zainuddin adalah tokoh utama dalam film TKVdW. Ia seorang
pemuda yang lemah lembut dan selalu mengalah demi kepentingan orang
lain, zainuddin mempunya budi pekerti yang baik. Misalnya waktu
zainuddin meminjami paying ke Hayati waktu Hayati bertedu dengan
temanya disampingnya Zainuddin. Zainuddin juga seorang laki-laki yang
mempunyai cita-cita tinggi. Ia ingin mencari ilmu di negeri Padang, tanah
kelahiran ayahnya , berikut dialognya.
“Sempit rasanya alam saya, mak Base, jika saya
masih tetap juga di Mengkasar ini. Ilmu apakah
yang akan saya dapat di sini, negeri begini
sempit, dunia terbang, akhirat pergi. Biarlah kita
sempurnakan juga cita-cita ayah bundaku. Lepaslah
saya berangkat ke Padang.Kabarnya konon, di sana
hari ini telah ada sekolah- sekolah agama.
Pelajaran akhirat telah diatur dengan sebagus-
bagusnya. Apalagi, puncak Singgalang dan Merapi
sangat keras seruannya kepadaku rasanya. Saya
hendak melihat tanah asalku, tanah tempat ayahku
dilahirkan dahulunya. Mak Base, banyak orang
memuji-muji negeri Padang, banyak orang berkata
bahwa agama Islam masuk kemaripun dari sana.
Lepaskanlah saya berangkat ke sana.”
Dari dialog diatas Zainuddin sepertinya ingin mencari ilmu tidak
hanya di Makassar tapi juga di Kota Padang. Ia sangat cerdas dan
8
memiliki cita-cita luhur. Zainuddin adalah orang yang bersikukuh pada
Tuhan. Zainuddin setia pada kekasihnya. Bukti dialog seperti berikut:
“Engku yang mulia! Saya seorang anak muda yang
setia. Jika sekiranya Engku sudi menerima saya
untuk kemenakan Engku, Engku akan beroleh
kemenakan yang penyantun, yang suka berjuang dalam
hidup dengan tiada mengenal bosan dan jemu”.
“Bang Muluk!... Cinta saya kepada Hayati masih
belum rusak, walau sebesar rambut sekalipun!”
b. Hayati
9
Dialog di atas menunjukkan bahwa Hayati perempuanlah yang merasa
simpati ketika melihat orang lain yang tidak beruntung. Hayati gadis yang
menanggung semua cobaan. Bukti dialog:
“Allah yang tahu bagaimana beratnya perasaan hatiku
hendak melepasmu berangkat pada hari ini, tapi apa
yang hendak kuperbuat selain sabar: Tuhan telah
memberi saya kesabaran, moga-moga kesabaran itu
terus menyelimuti hatiku, menunggu di mana masanya
kita menghadapi dunia ini dengan penuh kesyukuran
kelak”.
Hayati dengan sabar menunggu Zainuddin kembali. Wanita yang patuh.
Hayati memenuhi keinginan ninik mamaknya untuk menikah dengan Aziz.
Bukti dialog:
“Jawablah Hayati!” kata Datuk ... sekali lagi,
“supaya mudah kami membuhulkan musyawarah ini
dengan asap kemenyan.”
“Bagaimana .. yang akan baik kata ninik mamak saja
... saya menurut!”
Hayati menyerahkan semua ini pada takdir. Dia tidak bisa melawan karena
hidupnya bergantung pada keluarganya.
c. Khadijah
10
” Merengut Khadijah sekali,
“ Lebih baik kau pergi ke surau saja, Hayati, jangan
ke pacuan!”
“Saya malu memakai pakaian demikian, Khadijah,
tidak cocok dengan diriku, aku tak biasa.”
“Itulah yang akan dibiasakan.”
“Pakaian begini tak diadatkan di negeri kita.”
“Dahulu yang tidak, kini inilah pakaian yang
lazim.”
“Saya tidak mau membuka rambut.”
“Membuka rambut apakah salahnya? Bukankah panas
kalau selalu ditutupi saja?”
Khadijah juga diwarnai dengan kritik terhadap masyarakat yang masih
mengikuti adat istiadat negaranya. Bagi Kadia, orang seperti itu adalah
orang kuno. Bukti dialog:
“Cis, „alim‟ betul orang yang engkau cinta ini.
Maunya rupanya supaya kau coreng mukamu dengan
arang, pakai pakaian orang dusun Batipuh semasa 30
tahun yang lalu, alihkan pertautan sarungmu ke
belakang, tindik telingamu luas-luas, masukkan daun
tebu yang digulung, supaya bertambah besar dan
luasnya, makan sirih biar gigimu hitam, berjalan
dengan kaki terangkat-angkat, junjung niru dan
tampian. Di mana duduk puji dan sanjung dia, katakan
dia seorang laki-laki yang jempol. Alangkah
beruntungnya engkau jika bersuami dia kelak. Engkau
akan dikurung dalam rumah, menurut adat orang Arab,
tak boleh kena cahaya matahari, turun sekali
sejumat. Dan bila engkau berjalan beriringan-
iringan dengan dia, tak boleh laki-laki lain
menentang mukamu, tutup muka dengan selendang,
sebagai kuda bendi dengan tutup matanya. Kalau dia
11
hendak pergi ke mana-mana, kunci rumah dibawanya,
engkau hanya di dapur saja”.
Ia menghasut Hayati agar Hayati tidak mencintai Zainuddin. Khadijah
sudah menggambarkan bagaimana nantinya Hayati menikah dengan
Zainuddin. Bukti dialog:
“Engkau puji-puji kebaikan Zainuddin, saya memuji
pula kebaikannya. Tetapi orang yang demikian, di
zaman sebagai sekaranvg ini tak dapat dipakai.
Kehidupan zaman sekarang berkehendak kepada uang
dan harta cukup. Jika berniaga, perniagaannya maju,
jika makan gaji, gajiannya cukup. Cinta walaupun
bagaimana sucinya, semua bergantung kepada uang!”
Dialog diats bahwa Khadijah sangat mementingkan harta daripada cinta.
d. Aziz
12
yang bernama Aziz, tidaklah sukar. Siapa orang
penjudi yang tiada kenal akan dia?”
“Si Aziz anak Sutan Mantari, ibu bapanya orang
Padang Panjang ini, karena dia berkerabat dengan
orang berpangkat-pangkat, dia mendapat pekerjaan
yang agak pantas. Tetapi perangainya. Masya Allah!
Penjudi, pengganggu rumah tangga orang, sudah dua
tiga kali terancam jiwanya karena mengganggu anak
bini orang. Syukur ada uang simpanan ayahnya yang
akan dihabiskannya, kalau tidak tentu sudah tekor
kas di kantor tempat dia bekerja, tetapi dia dapat
menutup malu. Apa yang lebih berkuasa di dunia ini,
lain dari uang?”
Aziz suka mengumbar jani ke wanita-wanita lain termasuk istrinya. Aziz
memiliki sifat bosan terhadap apapun.
e. Muluk
13
hatinya baik, barangkali dia bisa menolong
memberimu bicara, kalau pikiranmu tertumbuk”.
Muluk berteman baik dengan dukun, ahli silat, dan orang-orang terpelajar,
sehingga bisa membantu Zainuddin mendapatkan pertolongan. Muluk ini
juga suka bermain judi, pengkhianatan dan banyak dosa.Bukti dialog:
“Bukan begitu, Guru, “jawab Muluk, “Guru maklum
sendiri, saya ini orang yang banyak dosa,
penyabung, pendadu, penjudi, jadi tangan saya
bernajis”.
Muluk memiliki karakter yang baik dan kompeten dalam menjalankan
tugasnya.Bukti dialog:
“Guru tak usah susah. Meskipun pekerjaan yang saya
kerjakan amat buruk, penjudi, tetapi memegang
amanat saya sanggup. Apalagi menurut adat istiadat
kami; judi dan sabung hanya pergurauan anak muda
saja. Namun basa-basi, kami lebih teguh
memegangnya daripada orang-orang yang berpangkat
sekalipun. Bagi kami tidak boleh menohok kawan
seiring, menggunting dalam lipatan, apalagi
terhadap orang yang telah meminum air ayah bunda
kita, dan kita pun begitu pula kepadanya.‟
Muluk juga sering memberikan nasehat kepada Zainuddin untuk jalan
yang harus ditempuh. Bukti dialog :
“Cari lain perempuan, bukan seorang yang
bersanggul di dunia ini! Habis perkara! “ujar
Muluk pula.”
“Ai... nasihatmu Abang!”
“Habis?”
“Boleh jadi Hayati masih cinta kepadaku dan dia
hanya teraniaya!”
“Hai Guru! Guru terlalu lurus dan masih amat muda.
Guru sangka hati perempuan di dunia ini sebagai
yang tersebut dalam kitab rupanya. Tak ada itu
14
Guru, keluarga Aziz kaya, berbangsa, Guru
dipandang miskin, orang “lain”. Guru dirintang
oleh Hayati dengan mulut mana supaya Guru jangan
marah... „perempuan‟ Guru; ... perempuan!”
“Nasihat apakah lagi yang dicari Zainuddin!
Padahal ke mana pun dia mencari nasihat, bentuk
nasihat orang hanya sama dengan nasihat Muluk itu”
Muluk menyuruh Zainuddin untuk mencari wanita lain. Muluk sesosok
sahabat yang baik dan setia.
“Persahabatan manusia yang didapat sesudah
menempuh sengsara adalah persahabatan yang lebih
kekal daripada didapat di waktu gembira. Demikian
pulalah di antara Zainuddin dengan Muluk. Sejak
dia sakit sampai sembuhnya, tidaklah pernah
terpisah lagi di antara kedua orang itu. Zainuddin
masih muda dan banyak cita- cita, Muluk lebih tua
dan banyak pengalaman, walaupun ilmunya tak ada
selain dari pergaulan.”
“Saya mesti ikut!” kata Muluk “Saya tertarik
dengan Guru. Sebab itu bawalah saya menjadi
jongos, menjadi pelayan, menjadi orang suruhan di
waktu siang di dalam pergaulan hidup, dan menjadi
sahabat yang setia yang akan mempertahankan jika
Guru ditimpa susah!”
“Pergaulan dalam kota Surabaya pun telah luas,
terutama dalam kalangan kaum pergerakan, dalam
kalangan kaum pengarang, wartawan-wartawan,
pemimpin-pemimpin rakyat. Tiap-tiap rembukan yang
mengenai kepentingan bangsa, menolong orang yang
sengsara, pekerjaan amal, senantiasalah
Zainuddin, atau Shabir, jadi ikutan orang banyak.
Dan Muluk adalah sahabatnya yang setia..”
Muluk selalu menemani Zainuddin.
15
f. Datuk Hayati
16
pertimbangan. Akan datang zamannya kau sadar; kau
puji perbuatanku dan tidak kau sesali. Moga-moga
habis cinta kau kepadanya, karena cinta demikian
berarti menghabiskan umur dan perbuatan sia-sia.
Mamakmu bukan membunuh, tetapi meluruskan kembali
jalan kehidupanmu, pengalamanku telah banyak.
Mamak tak pandai membaca yang tertulis, tetapi
tahu pahit dan getirnya hidup ini.”
g. Mande Jamilah
Mande Jamilah ini bako Zainuddin. Dia adalah ibu yang baik, takut
pada Datuk Garang. Bukti dialog “
“Zainuddin baru saja sampai ke rumah bakonya. Mande
Jamilah telah menyambutnya dengan muka pucat pula.
Belum selesai dia makan, Mande Jamilah telah
berkata, “Lebih baik engkau tinggalkan Batipuh ini,
tinggallah di Padang Panjang. Sebab namamu disebut-
sebut orang banyak sekali. Tadi sore, Mande
mendengar beberapa anak muda hendak bermaksud jahat
kepadamu.”
Sosok Mande Jamilah sosok yang baik hati.
17
Seorang ibu yang penyayang, ia seorang guru agama. Ia
memperhatikan dan memperlakukan tamu seperti keluarganya sendiri.
b) Latar atau Setting
latar itu terbagi menjadi tiga bagian yaitu latar tempat, waktu, dan suasana.
Semuanya itu bisa membuat menghidupkan peristiwa-peristiwa seolah-olah benar
terjadi. Setting dapat membangun konten cerita.
a. Latar Tempat
Latar tempat ini menyorot tentang dimana peristiwa itu terjadi. Berikut
latar tempat film TKVdW:
1. Makassar
Makassar ini tempat dimana Zainuddin dilahirkan tempat ini
menjadi saksi bisu kemalangan Zainuddin. Kota Mkassar
sangatlah indah dan mempunyai lautan yang indah juga. Kedua
orang tua Zainuddin meninggal di Makssar. Lalu Zaonuddin
dirawat sama Mak Base.
18
2. Padang Panjang
Padang panjang ini temapt Zainuddin untuk menggapai cita-
citanya yaitu menuntut ilmu dan ingin mengetahui negeri asal
ayahnya. Tapi disini ia tak dianggap oleh siapapun. Tak lama
kemudian disini Zainuddin bertemu Hayati dan jatuh cinta. Tetapi
disini juga ia mempunyai banyak kesedihan.
Padang Panjang
3. Jakarta
Zainuddin pergi ke Jakarta untuk merantau dan mencapai
tujuannya. Zainuddin adalah seorang sastrawan terkenal di kota
ini.Disini Zainuddin mendapatkan modal besar untuk membuka
usaha sendiri. Banyak yang menawarkan untuk bekerja di
perusahaan di kota ini.
Jakarta
4. Surabaya
19
Zainuddin menjadi semakin terkenal di sini. Dan berganti nama
menjadi Shabir. Ia menjadi seorang penyair dan penulis terkenal.
Zainuddin menjadi puncak kejayaannya di sini.
Surabaya
5. Pelabuhan
Disini Hayati dipulangkan Zainuddin dari tanjung perak dan disini
juga Zainuddin terakhir kalinya bertemu Hayati. Hayati sangat
sedih ketika ia disuruh pulang oleh Zainuddin.
Pelabuhan
a. Latar Waktu
1. Pagi
20
Ahmad mengembalikan paying pada pagi hari. Dan warga Batipuh
juga melakukan aktivitasnya. Pemandangan juga yang sangat
indah dan cerah.
2. Siang
Waktu melihat pacuan kuda itu siang hariSaat Hayati dan kakeknya
pulang,
3. Sore
21
Sore terlihat sangat indah ketika Zainuddin setia menunggu Hayati dating.
4. Malam
Setiap malam, mereka selalu berdoa kepada Tuhan dan mencari
tuntunan Tuhan.
c) Alur Cerita
Alur pada film TKVdW ini memiliki beberapa tahap , yaitu tahap
penyituasian berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar serta tokoh=tokoh yang
ada difilm. Konflikpu muncul ketika Datuk mengetahui hubungan Hayati dan
Zainuddin. Konflik meningkat waktu Datuk mengusi Zainuddin dari Batipuh
karena ingin memisahkan Hayati dan Zainuddin. Lalu tahap klimaks muncul ketika
Datuk benar-benar mengusir Zainuddin. Dan tahap penyelesaian Hayati ingin
kembali ke Zainuddin tapi Zainuddin menolaknya. Zainuddin menyuruh pulang
Hayati lalu waktu naik kapal, kapalnya mengalami kecelakaan.
Alurnya berisi penyelesaian masalah sesungguhnya sudah terbayang pada
titik klimaks tercapai. Pada titik klimak sudah terlihat penyelesaianya, yaitu
Zainuddin dan Hayati akan berpisah. Dan alurnya juga memiliki kejutan ketika
Zainuddin dahulu orang miskin dan tak dianggap sekrang menjadi orang kaya-raya
dan dermawan. Menurut urutan waktu film ini adalah alur campuran. Alur tersebut
berisi gabungan dari alur progresif dan alur regresif.
2. Unsur Sinematik
a. Mise-en-Scene
Mise-en-scene mempunyai empat aspek utama, yaitu:
1. Latar atau Setting
Film TKVdW ini berlangsung di negeri Minangkabau. Salah
atu dari ikon negeri Minangkabau ini adalah Rumah Gadang.
Penonton akan langsung mengetahui dimana ceita ini terjadi
karena adanya Rumah Gadang ini. Rumah Gadang ini hasil
kebudayaan suku Minangkabau. Mempunyai atap yang lancip ini
merupakan ciri khas dari Rumah Gadang yang membedakan
dengan bangunan suku yang lain. Dikatakan Rumah Gadang
(rumah besar / Rumah Buranjang) adalah Gadang (besar) karena
22
tidak hanya sebagai tempat tinggal keluarga, tetapi juga sakti, juga
melambangkan keberadaan seseorang di suatu desa, dan
merupakan pusat kehidupan dan keharmonisan sebuah keluarga.
Tempat untuk mufakat dan upacara.
2. Kostum dan make up
Pakaian dalam film ini terlihat pada pakaian yang dikenakan
oleh Hayati. Pakaian yang dipakai Hayati adalah baju kurung dan
selendang yang dipakai di kepala. Baju kurung ini dipakai untuk
baju harian ditata hingga lutut dan lenganya sampai pergelangan
tangan. Baju kurung ini memiliki fungsi religius, artinya
pemakainya adalah wanita yang menerima ajaran agama secara
religius. Hayati ini wanita yang beragama, jadi dia dikenakan
dengan menggunakan kostum dan make up seperti ini. Karena film
ini dibuat pada tahun 1930-an, adat istiadat film ini masih kental.
3. Penggerakan Pemain
Hayati ini termasuk tokoh utama dalam film TKVdW. Ia
adalah wanita yang cantik, baik, dan rendah hati. Ia ini termasuk
menjadi salah satu korban kekejaman peraturan adat istiada yang
ada dalam tanah lahirnya. Suatu ketika Zainuddin melamar Hayati
menggunakan surat dan diketahui oleh keluarga Hayati Isi surat
ini dingin dan ringkas.
Keluarga Hayati menolak Zainuddin, dia bukan keturunan
asli Minang. Karena tidak bisa bersatu dengan Zainuddin, perilaku
biologisnya sangat menekannya. Hayati hanya bisa diam, tidak
bisa menolak atau menentang hukum adat yang berlaku saat ini.
Ibunya adalah Pengkulu dari Batipu. Hayati hanya memiliki
perasaan untuk dirinya sendiri
4. Dialog
Dialog dibawah ini adalah percakapan Hayati dengan
Mamaknya. Yang adanya pertentangan pada Mamaknya Hayati
yang tidak setuju dengan hubungan Hayati dengan Zainuddin, dan
berbicara dengan menggunakan bahasa Minangkabau. Hayati
23
menjawab dengan suara yang rendah, meskipun Mamaknya
menggunakan suara yang tegas dengan logat Minang. Bukti
dialog:
Mak Datuk (Mamak Hayati)
“Alah engkau tahu Hayati? Apo Mak Datuk?
Zainuddin. Zainuddin alah eungku suruh pai
dari Batipuh. Kalau ko nyo menuntut ilmu juo
bak can dunia lebih rancak inyo ka Padang
Panjang atau Bukittinggi sajo. Inyopun lah
tahu.
Hayati
“Apa sebab Mak Datuk menyuruh inyo pai?.”
Mak Datuk
“Banyak bana fitanah orang nak diri inyo
ka diri kau!”
Hayati
“Tapi hubungan kami suci Mak Datuk. Indak
becampur ajo parangai la melanggar sopan
santun.”
Mak Datuk
“Ati! Ijan kau kadai kampuang kau dengan
kitab- kitab yang kau baco. Cinta hanyalah
khayal dongeng dalam kitab sajo. kau limpoh
pih rumah nan gadang. Zainuddin indak
bersuku! Malu gadang namanyo! menjatuhkan
namo besar, marusak Ninik-Mamak, marusak
porang kampung, meruntuh rumah jo tanggo,
kampung jo ilaman. Indak kau tahu? Gunung
Merapi masih tegak kokoh menjulang, adat
masih badiri kuat. Indak lapuk
di hujan, Indak lekang dek pane.” Hayati
“Zainuddin hendak menempuh jalanan lurus,
inyo anak ma ambi Ati menjadi bininyo.”
24
Mak Datuk
“Mana bisa, Ati? Urang serupu inyo indak
bisa dijadien sandaran tampek menggantungan
hidup. Maso kini kalau kau mamilih lalaki
paralu nan jaleh asal usulnyo, jaleh mato
pancahariannyo. Nan bisa menopang hidup.
Kalau ko nikah ja Zainuddin, nampa ko punya
anak, kemana ko bawa
anak ko.
Hayati
“Mengapa sampai hati Mak Datuk membunuh
Zainuddin. Jo membunuh Ati kemenaken Eungku
Sendiri”
Mak Datuk
“Indak Hayati. Kemudian kau ka sadar
seorang. Akau kan memuji perbuatan Mamak nan
kau sasali hari kini. Lah banyak pengalaman
Mamak kau Ati. Kan iko nan Datuk merangkai
marajo, alah da ulun mamak makan garam paralo
kau. Mudah mudahan habis cinto kau kepada
Zainuddin. Kini kau menangih, kemudian kau
ka sadar seorang.”
b. Sinematografi
Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris
Cinematography yang berasal dari bahasa Latin kinema ‘gambar’.
Sinematografi sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmu yang
membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung-
gabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang
dapat menyampaikan ide (dapat mengemban cerita). Sinematografi dibagi
menjadi tiga aspek, yaitu kamera dan filmnya, framing, serta durasi
gambar.
25
Zainuddin menyapa para kusir.
Gambar dalam adegan ini menggunakan teknik pengambilan
gambar frog level, di mana posisi kamera sejajar dengan permukaan
tempat objek berdiri, yang menandakan bahwa objek sudah menjadi
sangat besar. Dan ukuran frame pada gambar ini itu long shoot yang
dimana memperlihatkan objek dan lingkunganya. Lalu focus pada gambar
itu kea rah pemuda yang memakai pakaian khas Sulawesi dengan latar
beberapa bendi dan beberapa kusir.
26
Rumah Gadang
Gambar ini diambil dengan ukuran frame big close up dimana untuk
menonjolkan objek secara detail. Sudut pengambilanya low angel dimana
posisi kamera yang sedikit dibawah objek. angkah ini bertujuan untuk
menunjukkan kemegahan dan kejayaan. Fokus gambar ini adalah Atap
Rumah Gadang
Rumah Zainuddin
Pengambilan gambar ini menggunakan teknik yang ukuran frame
full shoot untuk memperlihatkan objek beserta lingkunganya. Lalu sudut
pengambilanya menggunakan low angel dimana posisi yang seeikit
dibawah objek. Yang bertujuan untuk memperlihat keagungan. Focus
gambarnya ada di rumah Zainuddin dengan latar beberapa pohon dan
suasana lingkungan.
27
Gambar ini diambil dengan sudut pengambilan gambar high angel
dengan posisi kamera agak keatas objek. Pengambilan gamabr ini
dinamakan dramatik. Lalu ukuran frame pada gambar ini medium close
up dimana mempertegas profil seorang pemain sehingga penonton
mengamati pemain dan ekspresinya dengan jelas.
Musyawarah
28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi makalah yang saya buat tentang film TKVdW ini menceritakan
pemuda yang berasal dari bernama Zainuddin. Ia memiliki suku campuran.
Yang ayahnya berasal dari Padang Panjang dan ibunya berasal dari Minang.
Orang tua Zainuddin sudah meninggal dunia. Lalu zainuddin merantau ke
Batipuh tempat kelahiran ayahnya.
Tempat ini untuk mendalami agama, dan suatu ketika bertemulah
gadis yang sangat cantik yang bernama Hayati. Hayati wanita yang sholehah
dan asli dari Minangkabau. Hayati menjadi bunga desa. Tetapi Hayati juga
yatim piatu dan disni diasuh oleh pemuka adat di Batipuh. Tempat ini yang
membuat mereka jatuh cinta. Tak lama kisah mereka tidak semulus yang
dibayangkan. Zainuddin seorang gemar penulis hingga suatu hari ia menjadi
seorang terkenal dan kaya raya.
29
REFRENSI
https://www.coursehero.com/file/50452555/Unsur-Instrinsik-
tenggelamnya-kapal-van-der-wijckdocx/
https://bahrurrosyididuraisy.wordpress.com/research/sinematografi
/
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/10/pengertian-film-
sejarah-fungsi-jenis-jenis-unsur.html
30