Skripsi
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menempuh Ujian
S.1 guna memperoleh Gelar Sarjana Seni
Skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri. Pembuatan skripsi ini didasari
oleh pembimbingan dan sumber referensi yang dikutip maupun dirujuk sudah
1180150219
ii
SURAT PENGALIHAN HAK CIPTA
Peminatan : Skenario
Alamat : Taman Kopo Indah 2 Blok C.5 No.67, Bandung, Jawa Barat
Alamat : Jl. Cikini Raya No 73 Menteng Jakarta Pusat - 10330 Adalah Pihak II
Republik Indonesia.
Demikianlah surat pengalihan hak cipta ini kami buat, agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Jakarta, Tanggal/Bulan/Tahun
2. Ketua Program Studi Film dan Televisi S.1 (Nama dan tanda tangan)
iii
FAKULTAS FILM DAN TELEVISI
Peminatan Skenario
NIM : 1180150219
Skripsi ini telah siap diujikan dalam Sidang Tugas Akhir pada Agustus 2022
Jakarta,...........
Pembimbing Karya
Pembimbing Skripsi
iv
FAKULTAS FILM DAN TELEVISI
Peminatan Skenario
NIM : 1180150219
Skripsi ini telah siap diujikan dalam Sidang Tugas Akhir pada Agustus 2022
Jakarta,...........
Pembimbing Karya
Pembimbing Skripsi
Dekan FFTV-IKJ
v
ABSTRAK
NIM : 1180150219
Peminat : Skenario
Jumlah Halaman : 91
yang berbeda. Skripsi ini akan membahas bagaimana karakterisasi dan eksposisi
seringkali tidak dilihat, diabaikan, dan bahkan tidak dipahami oleh masyarakat,
kasih ibu direpresentasikan melalui aksi protagonis dalam film. Aksi kasih dari
sosok arwah ibu yang tidak bisa dilihat oleh anaknya sendiri malah menimbulkan
kesalahpahaman dan menghasilkan ketakutan bagi anaknya. Namun, aksi itu tetap
kesedihan anaknya. Selayaknya kasih ibu yang selalu ada meskipun tidak dilihat
vi
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena telah
memberi jalan dan kesempatan kepada penulis untuk bisa menempuh pendidikan
dan menyelesaikan skripsi di Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta.
4. Ibu Dr. Indah Tjahjawulan, M.Sn. selaku Rektor Institut kesenian Jakarta
5. Bapak Hanief Jerry, M.Sn. selaku Dekan Fakultas Film dan Televisi
6. Bapak Danu Murti, M.Sn. selaku Ketua Program Studi Film dan Televisi
S.1
vii
8. Bapak Kusen Dony Hermansya, S.Sos., S.Sn., M.Sn. selaku Dosen dan
9. Ibu Zarah A. Sirait, S.Sn. selaku Koordinator Seminar Karya dan Tugas
Akhir Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta yang telah
10. Bapak Gilang Haryo, S.Sn. selaku Koordinator Seminar Karya dan
Tugas Akhir Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta yang telah
11. Dr. R.B Armantono, M.Sn, sebagai Dosen Skenario yang telah begitu
12. Mohamad Ariansah, M.Sn, Sebagai seorang dosen yang telah mendorong
penulis untuk mempelajari ilmu film dengan lebih giat dan lebih
bertanggung jawab.
13. Seluruh Dosen Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta yang
15. Rasyid Maulana Kusuma, I Gusti Agung Putu Anom Wibawa, Wilianto,
Gandes Acintya Hapsari, dan Bima Arif yang telah berjuang bersama
viii
16. Anggie Clarestya , Khalisa Firly Amani, Saldo Rialis Arkaan, Genevieve
Ribka Wowor, Nurmala Intan, dan Adin Aziz Nugroho yang telah
18. Saldo Rialis Arkaan, Ida Bagus Indra Mahardika Pradyana Manuaba,
Pusparini Ayu Gayatri, Viola Aprilioni, Achmad Alifatu Mirza dan Indira
masih banyak yang harus dipelajari kembali. Maka dari itu penulis bersedia
menerima segala saran dan kritik membangun agar keilmuan yang ada di
dalam skripsi ini dapat terus berkembang. Terima kasih kepada seluruh
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL…………………………………………………………………………i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA TULIS ILMIAH ....................... ii
SURAT PENGALIHAN HAK CIPTA .....................................................................iii
Lembar Persetujuan Tugas Akhir........................................................................ iv
Lembar Pengesahaan Tugas Akhir...................................................................... v
ABSTRAK........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ...........................................................................................vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
BAB 1 .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Filmmaker’s Statement............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3 Sistematika penulisan ................................................................................ 4
BAB 2 .................................................................................................................. 6
Teori dan Konsep Film......................................................................................... 6
2.1 Teori Penciptaan dan Tinjauan Karya ........................................................ 6
2.1.1 Teori Karakterisasi dan Eksposisi Karakter .......................................... 6
2.1.2 Teori Berdasarkan Sejarah Film ........................................................ 10
2.1.3 Karakterisasi Untuk Menggambarkan Kasih dalam Film Semalam
Sebelum Selamanya .................................................................................. 13
2.1.4 Eksposisi Karakter Tokoh Ani untuk Merepresentasikan Kasih Ibu
dalam Film Semalam Sebelum Selamanya ................................................ 15
2.2 Konsep Penyutradaraan........................................................................... 22
2.2.1 Konsep Ide ........................................................................................ 22
2.2.2 Director’s Statement .......................................................................... 23
2.2.3 Pendekatan Penyutradaraan ............................................................. 23
2.3 Konsep Naratif ......................................................................................... 24
2.3.1 Cerita ................................................................................................. 25
2.3.2 Segmentasi Plot................................................................................. 26
2.3.3 Karakter ............................................................................................. 27
2.3.4 Dialog ................................................................................................ 30
x
2.3.5 Konflik................................................................................................ 31
2.3.6 Konsep Ruang ................................................................................... 32
2.3.6 Konsep Waktu ................................................................................... 34
2.3.6 Struktur Dramatik ............................................................................... 35
2.4 Konsep Film Style .................................................................................... 39
2.4.1 Mise-en-Scène .................................................................................. 39
2.4.2 Konsep Sinematografi........................................................................ 43
2.4.3 Konsep Editing .................................................................................. 48
2.4.4 Konsep Suara .................................................................................... 58
Daftar Pustaka ................................................................................................... 62
GLOSARIUM ..................................................................................................... 64
LAMPIRAN ........................................................................................................ 69
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
bahwa kasih selalu ada di dalam setiap hubungan antara manusia. Meskipun
demikian, kehadiran dari kasih seringkali diabaikan atau tidak dapat dimengerti
oleh manusia. Oleh karena itu ketika melihat film ini, penulis ingin penonton
merasakan dampak ironi dari kasih. Sesuatu yang seharusnya bisa membawa
ketakutan. Saya terinspirasi film Babadook (2014) karya Jennifer Kent untuk
membuat film ini. Dalam film tersebut terdapat adegan Amelia yang melakukan
ketakutan karena tidak mengerti bahasa kasih yang disampaikan oleh Amelia.
Aksi tokoh Amelia merupakan bentuk kasih yang tujuannya adalah untuk
1
bahwa film ini akan selalu menjadi istimewa bagi penulis. Adanya
mencoba mengerti sebuah bentuk kasih agar dapat merasakan kebahagiaan dari
kasih tersebut.
cinta kasih dalam masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari fenomena tentang
kasih seorang ibu yang mulai diabaikan dan dilupakan, terutama dalam wujud
panti jompo menjadi segelintir contoh atas fenomena ini. Pada sisi lain, tidak
sedikit kasus di media yang berisikan seorang ibu yang berkorban nyawa demi
anaknya.
Cukup berat bagi penulis untuk bisa menggambarkan kasih ibu di dalam
film ini. Penulis harus bisa membentuk sebuah karakter sebagai representasi
dari kasih ibu yang tidak dilihat dan diabaikan di masyarakat. Dengan demikian,
penulis berharap agar orang-orang yang menyaksikan film ini dapat merasakan
cinta seorang ibu yang akan selalu ada. Meskipun cinta tersebut tidak dilihat
referensi dari film A Ghost Story (2017) yang disutradarai oleh David Lowery.
Dalam film ini, terdapat sebuah adegan yang menunjukkan tokoh C dalam
wujud hantu sedang mengelus tubuh tokoh M. Hal tersebut membuat tokoh M
menghadirkan sebuah karakter yang tidak dapat dilihat, aksi kasih karakter yang
2
tidak terlihat menjadi sesuatu yang asing bagi karakter lain. Pembentukan
sebuah karakter yang menjadi personifikasi dari kasih ibu yang selalu ada
mengembangkan sebuah ide hingga menjadi sebuah skenario yang utuh. Proses
adegan, penyusunan plot, dan skenario. melalui film ini penulis berharap
penonton dapat menyadari kehadiran kasih ibu dalam hidup mereka dan lebih
skenario yang lebih baik dengan belajar menciptakan dan membentuk karakter
sebagai sebuah representasi atas kasih sayang ibu. Teori yang akan penulis
gunakan dalam pengerjaan skripsi ini adalah teori karakterisasi dan teori
kasih ibu.
Sebelum Selamanya?
3
1.3 Sistematika penulisan
gagasan pembuat film, rumusan masalah, dan sistematika penulisan. Subbab 1.1
rincian keseluruhan bab dan juga subbab yang tertulis di dalam skripsi.
Bab 2 memiliki dua subbab yang menjelaskan teori dan konsep film.
Subbab 2.1 menjelaskan teori penciptaan dan tinjauan karya yang di dalamnya
terdapat teori sebagai landasan pembuatan film. Sementara pada subbab 2.2
Konsep naratif mengulas bentuk film seperti analisis naratif, karakterisasi, dan
4
Bab 3 terdiri dari tiga subbab, di mana subbab pertama adalah 3.1 yang
pascaproduksi. Berikutnya pada subbab 3.2 berisi ulasan terhadap analisis teori
dan juga hambatan yang dialami oleh penulis dalam menemukan solusi. Subbab
terakhir, yaitu 3.3 menjabarkan temuan dan hasil dari penerapan teori, serta
Bab 4: Kesimpulan
5
BAB 2
sesuatu yang ingin disampaikan oleh pembuat film. Dalam subbab ini, penulis
adalah sebuah penyebab dari terjadinya peristiwa. Pada saat yang bersamaan,
contoh di dalam film Thelma & Louise (1991) karya Ridley Scott. Peristiwa
saat yang bersamaan, ada sebuah bagian dari dalam karakterisasi Louise yang
6
proses karakterisasi untuk mencapai karakter Louise yang bisa menyebabkan
Karakter itu sendiri harus dapat dilihat dari cara tokoh beraksi di dalam suatu
peristiwa.
melalui gambar bergerak (Field 59). Oleh karena itu, karakter yang ingin
disampaikan harus bisa terbentuk dari segala sesuatu yang ditampilkan secara
pembuat film. Hal-hal yang dihadirkan di dalam film harus didasari oleh
rancangan karakterisasi yang telah diciptakan oleh pembuat film. Kedua hal
secara ide dan mengungkapkannya kepada penonton (Field 59). Oleh karena
itu, Syd Field membagi karakterisasi menjadi dua, yaitu interior character
agar pembuat film dapat mengenali karakter yang diciptakan. Salah satu
cerita tokoh mulai dari ia lahir sampai ada di titik awal film, maka
perkembangan karakter dapat dilihat secara utuh. Segala sesuatu yang dialami
hingga titik plot duration dimulai, maka biografi itu dapat simpulkan ke
7
Ketiga komponen itu adalah komponen profesional, personal, dan pribadi
(Field 62).
tokoh dan cara tokoh bereaksi akan pekerjaan tersebut. Dari komponen ini,
dapat dirancang cara tokoh berinteraksi dengan tokoh lain yang ada di dalam
tokoh dengan tokoh lain. Baik dalam jenjang pernikahan, persahabatan, atau
mengibaratkan tokoh tersebut adalah manusia di dunia nyata. Hal ini dapat
hal tersebut tidak muncul sebagai visual di dalam film. Segala sesuatu yang
diterima penonton adalah hal-hal yang hadir di dalam film. Oleh karena itu,
pada dasarnya dapat dikatakan bahwa karakter adalah hasil dari struktur tanda
8
Dalam medium lain, seperti novel tanda-tanda yang membentuk
karakter dapat diuraikan langsung dalam teks dan bisa mengandung interior
character dan exterior character secara bersamaan. Hal ini dapat terjadi
karena konsepsi karakter di dalam medium novel berbeda dengan film. Dalam
203). Peristiwa tersebut harus dihadirkan melalui visual dan suara dan dengan
Ciri-ciri fisik adalah salah satu karakter yang bisa terlihat di layar.
Seorang tokoh dapat terlihat kurus atau gemuk; tinggi atau pendek; atau
bahkan memiliki cacat fisik yang bisa menjadi karakteristik penting. Selain
ciri-ciri fisik, karakter juga dapat dilihat melalui aksi tokoh. Seorang tokoh
dapat dikatakan baik atau jahat melalui aksi yang mereka lakukan
(Armantono dan Paramita 108). Aksi-aksi kecil seperti menyakiti hewan tidak
9
karakternya, tetapi dialog juga dapat bertentangan dengan aksi tokoh. Jika
seorang tokoh mengatakan bahwa ia orang yang jujur, tetapi aksi yang
adalah bukan orang yang jujur. Oleh karena itu, aksi dapat lebih dipercaya
pertama yang ditayangkan oleh Louis dan Auguste Lumiere di tahun 1895,
‘workers’ atau pekerja yang dihadirkan dalam film diungkapkan melalui aksi
buruh. Sekalipun tidak ada usaha perancangan karakter, namun dapat terlihat
pengungkapan karakternya.
dengan baik yang dapat terlihat pada karya-karya Charles Chaplin. Karakter
The Little Tramp yang muncul dalam film Kid Auto Races At Venice (1914)
oleh petugas keamanan. Pengulangan aksi ini kemudian menjadi cara untuk
10
yang unik dan kumis kotak. Ciri fisik yang tidak wajar tersebut membuat
karakter dapat terlihat di dalam film Seabiscuit (2003), karya Gary Ross.
Karakter Seabiscuit diceritakan sebagai kuda yang lahir salah satu kuda
dikirim untuk berlatih dan menjadi partner latihan kuda lain. Hal ini dilakukan
agar kuda lain lebih percaya diri, karena Seabiscuit pasti kalah. Setelah itu,
Seabiscuit pun tumbuh menjadi kuda yang penuh kebencian dan selalu kalah
dalam perlombaan. Dari sini dapat dilihat karakter Seabiscuit dirancang dari
gambar. Karakter pada dasarnya adalah hasil dari struktur tanda visual. Salah
dilihat pada film House of Games (1987) karya David Mamet. Karakter
kepada penonton melalui aksi dan ciri fisiknya. Margaret selalu digambarkan
11
mengenakan baju yang rapi. Ketika baju tersebut dipadukan dengan aksinya
bahwa Margaret adalah seorang yang sukses dan hebat dalam pekerjaannya.
Selain itu, Margaret juga dihadirkan dengan aksi merokok yang terus
mengenai karakter pecandu di dalam diri Margaret. Karakter itu pula yang
tentunya hal ini telah tertulis di dalam skenario dan bukan sekedar interpretasi
sutradara atas skenario yang tidak visual. Adegan pembuka dalam film House
rangkaian aksi yang akan dilihat oleh penonton. Gabungan dari aksi-aksi
12
dari caranya menuliskan rangkaian aksi yang membentuk kuleshov effect.
karakter Margaret dan Mike, tetapi menghadirkan drama antara Mamet dan
terdengar di dalam film. Seperti yang telah dilakukan oleh David Mamet,
13
sebagai bantuan untuk penulis skenario menentukan aksi apa yang sesuai
dan dapat dipercaya bila dilakukan oleh sang tokoh (59-65). Dengan
demikian, maka biografi yang dikatakan oleh Syd Field hanya hadir untuk
karakter yang dihadirkan dalam film. Oleh karena itu pembentukan biografi
bukanlah hanya untuk diri dari seorang tokoh. Karakterisasi yang tercantum
penentuan atas interior dan exterior character Ani didasari oleh segala
kasih.
maksud positif, tetapi bisa menjadi negatif jika gagal untuk dipahami. Hal
seorang yang tidak baik dan bahkan hina oleh masyarakat. Dan tentunya
protagonis yang dihadirkan di dalam film adalah sesosok ibu yang selaras
dengan ide film, yaitu ‘Kasih ibu akan ada sepanjang masa’. Hal ini dimulai
14
dari perancangan deskripsi sosiologi tokoh. Ani dikenal oleh masyarakat
tidak mengerti bahwa hal-hal yang dilakukan oleh Ani adalah sebuah bentuk
mengerti bahwa segala sesuatu yang dilakukan Ani adalah sebuah bentuk
kasih. Hal tersebut dapat terlihat di dalam doa Tono yang kemudian menjadi
tanda efek positif dari kasih jika orang yang menerimanya mau mencoba
untuk mengerti.
sendiri. Semua tujuan Ani adalah untuk Tono dan bukan dirinya sendiri.
memusingkan dirinya yang kini tidak lagi berwujud manusia, atau kehadiran
Ani dalam mencapai tujuannya juga seringkali gagal dipahami oleh Tono
15
penonton. Pengungkapan karakter menjadi sebuah hal yang paling penting
balik sebuah teks. Elemen-elemen yang bisa digunakan oleh penonton dalam
Dengan demikian, maka penentuan hal-hal yang akan ditulis dan yang tidak
psikologi dan fisionomi. Namun, hal tersebut belum tentu akan dihadirkan di
dalam film sebagai sebuah visual. Oleh karena itu hal tersebut tidak dapat
tahap pengungkapan.
rias, kostum, properti, aksi, dan dialog (Armantono dan Paramita 106-109).
16
mengirimkan pesan atau makna yang menjadi intensi penulis kepada
penonton (Nelmes 209-210). Dalam hal ini, pesan yang ingin disampaikan
terkait dengan pemahaman penulis mengenai kasih ibu yang menurut penulis
sebagai sesuatu yang tidak dianggap atau diabaikan, tetapi selalu ada
Menurut Syd Field, karakter adalah aksi (66). Oleh karena itu
dalam merepresentasikan kasih ibu. Aksi pertama yang dilakukan oleh Ani
di dalam film dapat dilihat pada adegan 4. Deskripsi adegan yang dihadirkan
Scene 4, EXT.PEMAKAMAN-SORE)
menjelaskan informasi bahwa Ani telah bangkit dari kubur dan melewati
17
kematian. Aksi ini menjadi pelambangan gagasan dari ‘Kasih ibu sepanjang
masa’ yang berarti kasih seorang ibu akan tetap ada dan tidak terbatas oleh
batas waktu hidup seseorang. Tentunya, pada titik ini belum ada konstruksi
kasih ibu di kepala penonton. Oleh karena itu, aksi kebangkitan Ani
yang kini telah menjadi arwah atau mencoba untuk kembali seperti semula.
Ani justru mencoba untuk berinteraksi dengan Tono. Ketika mengetahui hal-
hal yang dialami oleh anaknya, Ani tergerak untuk menghilangkan kesedihan
secara literal dihadirkan sebagai seorang ibu yang bangkit dari kuburnya
yang baru saja pulang dari makam ibunya mendapat cibiran dari tetangga-
oleh anak-anak sekitar akibat rumor bahwa ibunya meninggal dalam tindak
asusila. Sebagai representasi dari kasih ibu, tentunya aksi Ani yang
18
“Salah satu dari anak-anak itu
menghilangkan kesedihan Tono dan aksi itu menjadi sebuah representasi atas
kepala penonton bahwa aksi tersebut tidak bisa dilihat oleh Tono.
19
ketakutan dan lari kalang kabut
Tono yang tidak melihat Ani hanya bisa melihat sebuah batu
melayang ke arahnya. Hal ini yang kemudian membuatnya ketakutan dan lari
dari Ani. Aksi Ani tidak dilihat oleh Tono, karena hal itu tidak dapat
dimengerti oleh Tono sebagaimana kasih ibu tidak dilihat oleh masyarakat.
fenomena yang terjadi di hadapannya. Tono lari ketakutan dan aksi Ani atas
hal tersebut kembali merepresentasi kasih ibu. Ani berjalan mengikuti Tono
hingga 13. Karena pada dasarnya, karakter terbentuk dari sebuah aksi yang
menjadi kebiasaan (Nelmes 206). Pada adegan tujuh hingga tiga belas, Ani
melindungi Tono yang sedang berdoa dari gangguan Kunti, sesosok hantu
anaknya. Oleh karena wujud Ani tidak bisa dilihat, Tono melihat barang-
barang di kamarnya bergerak sendiri dan kembali menjadi takut. Kali ini ada
usaha dari Tono untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi dan melakukan
20
“Ani menutup matanya ketakutan. Urat-
akibat antara ayat kursi dan terbakarnya Ani dapat dipahami dari rangkaian
gambar yang dirancang untuk film ini. Gambar Joko membaca ayat kursi
disambung dengan Gambar Kunti dan Ani yang mulai terbakar. Kemudian
kembali dihadirkan gambar Joko yang sedang membaca ayat kursi dan
oleh Joko berpengaruh langsung dengan dunia hantu dan menyebabkan Ani
Namun, kali ini Tono tidak lari dan mencoba untuk melihat peristiwa yang
sebenarnya terjadi. Ani yang terbakar karena ayat Kursi tersebut kemudian
21
kepada anaknya. Tono menerima aksi tersebut dan menyadari kehadiran Ani
di saat-saat terakhirnya. Pada akhirnya Tono bisa melihat Ani ketika mencoba
unsur kreatif dalam pembuatan sebuah karya audio visual (Katz 1157). Dengan
tersebut, menurut sutradara seorang ibu akan tetap menunjukkan rasa sayang
kepada anaknya sampai kapan pun. Baik saat masih hidup atau sesudah mati.
22
pandangan masyarakat terhadap pepatah tersebut dibuatlah film Semalam
Sebelum Selamanya. Film ini bercerita tentang seorang ibu yang bangkit dari
representasi dari kasih ibu yang akan selalu ada sepanjang masa.
menjadi pertanda bahwa kasih ibu merupakan aspek penting dalam kehidupan
kasih ibu di dalam masyarakat seringkali tidak dilihat dan bahkan diabaikan.
Kasih ibu tetap ada di tengah masyarakat, tetapi masyarakat memilih untuk
tidak melihatnya dan menjadikan kasih ibu sebagai sesuatu yang tidak terlihat
23
melainkan menggunakan berbagai teknik filmis untuk menghadirkan visi dari
sebuah metode yang tidak bisa dihindari dalam pengungkapan karya audio-
visual karena sinema bertujuan untuk menciptakan sebuah cara efektif dalam
terjadi di dalam film tidak dihadirkan kepada penonton dengan satu shot yang
informasi kepada penonton bahwa Ani merupakan sesuatu yang tidak bisa
dilihat oleh manusia. Oleh karena itu, mereka hanya melihat batu melayang
di udara dan hal tersebut membuat Ani ditakuti ketika melakukan interaksi
akibat, maka dapat dinyatakan bahwa ada keterkaitan ruang dan waktu di dalam
24
rangkaian kejadian itu (Grant 195). Dengan demikian, konsep naratif
2.3.1 Cerita
Story adalah segala peristiwa dalam naratif, baik yang dilihat,
didengar, serta diasumsikan oleh penonton dan masuk ke dalam story world
dalam ruang dan waktu. Artinya di dalam story tidak hanya meliputi segala
sesuatu yang didengar dan dilihat oleh penonton, tetapi juga segala hal yang
disadari oleh karakter dalam film dan bersifat diegetic. Hal-hal tersebut
kemudian berkaitan satu sama lain di dalam hubungan sebab-akibat yang jelas
(Grant 195).
Dalam film Semalam Sebelum Selamanya, Ani adalah seorang ibu yang
dalam keadaan seperti itu, maka Tono sebagai anaknya kemudian larut dalam
mendatangi makam ibunya yang kini telah bangkit karena ternyata Tono tidak
25
Melihat Tono yang masih bersedih, Ani berusaha untuk kembali
menghapuskan kesedihan anaknya. Karena Ani tidak bisa dilihat, Tono malah
dari gangguan Kunti. Tokoh tersebut tidak senang karena Ani seenaknya pergi
membacakan ayat kursi yang menyebabkan Kunti dan Ani terbakar dengan
perlahan. Saat dibacakan ayat kursi, secara bersamaan Ani bisa dilihat oleh
Tono dan tujuannya pun tercapai meski hanya sesaat. Akhirnya Ani harus
● Ani berusaha melindungi Tono dari para perisak, namun justru membuat
26
● Ani melindungi Tono dari gangguan Kunti, tetapi karena Tono tidak bisa
kursi.
● Ani dan Kunti terbakar dan sebelum menghilang ia menyentuh Tono untuk
2.3.3 Karakter
Karakter adalah sarana untuk membawa penonton ke dalam
cerita yang sederhana dapat menjadi kompleks. Dalam film ini, karakter yang
A. Ani
memiliki tinggi badan 168 cm dengan berat badan 52 kg. Ani memiliki
tubuh ramping dengan kulit pucat dan rambut hitam panjang. Wajah Ani
27
Selain penyayang, Ani juga memiliki sifat cepat dan tanggap ketika
tempat tinggalnya.
B. Tono
tahun dengan tinggi 139 cm dan berat badan 28 kg. Postur tubuhnya
ramping, berwajah oval, berkulit sawo matang, dan mata berwarna hitam.
bergantung pada ibunya. Karena hal itu, ia menjadi larut dalam kesedihan
setelah ibunya meninggal. Hal ini membuatnya merasa tidak rela ibunya
28
Karena ibunya yang dianggap wanita murahan, maka Tono juga
C. Joko
Joko adalah seorang pria berumur 45 tahun dengan tinggi 176 cm.
dan kulit sawo matang. Joko memiliki rambut dan mata yang berwarna
hitam.
pasangan baru setelah Ani meninggal. Sifat arogan Joko yang sangat
D. Kunti
29
Kunti dihadirkan sebagai sesosok makhluk menyerupai perempuan
berumur 50 tahun dengan tinggi badan 176 cm dan berat badan 56 kg.
halus yang pendendam. Ia merupakan bagian dari dunia hantu yang harus
dilawan oleh Ani demi bisa mencapai tujuannya. Hal ini ditunjukkan dari
cara Kunti yang sangat marah ketika melihat Ani dengan seenaknya
keluar dari pemakaman. Oleh karena itu, Kunti mengikuti Ani sampai ke
2.3.4 Dialog
Dialog merupakan pembicaraan antara tokoh-tokoh fiksi (Grant 51).
Dalam film ini, dialog yang digunakan oleh para tokoh dan masyarakat adalah
bahasa Indonesia yang tidak formal. Dialog ini biasa digunakan oleh orang-
orang dengan kelas menengah ke bawah dan dilengkapi dengan dialek orang
30
dan bahasa Indonesia yang formal. Untuk dialog yang digunakan oleh Kunti
2.3.5 Konflik
Konflik merupakan perbenturan antara kehendak dari karakter dengan
hambatan (Armantono dan Paramita 33) Sebagai sebuah bagian sentral dari
cerita, konflik terbagi menjadi man against man, man against environment,
dan man against himself (Dancyger dan Rush 3). Pada sequence kedua,
konflik muncul ketika kehendak tokoh Ani untuk mengejar Tono berbenturan
diabaikannya.
sendiri yang tidak bisa dilihat oleh Tono, sehingga membuat usahanya untuk
31
2.3.6 Konsep Ruang
Ruang di dalam film menjadi faktor penting sebagai tempat terjadinya
peristiwa. Ruang di dalam film mencangkup ruang yang terlihat pada layar
dan yang muncul di benak penonton. Ruang yang muncul di dalam benak
penonton merupakan hasil dari plot yang dihadirkan di dalam layar (Bordwell
et.al. 84).
A. Story Space
Jakarta. Hal ini dapat terlihat dari penggambaran kawasan rumah Tono
sosial yang tergambar di dalam shot ini menjadi pertanda bahwa cerita
B. Plot Space
terlihat di dalam film (504). Plot space di dalam film ini meliputi
pemakaman Ani, gang menuju rumah Tono, bagian depan rumah Tono,
32
menengah ke bawah. Gang menuju rumah Tono merupakan sebuah gang
tekanan yang berlebih setelah kematian ibunya. Plot space bagian depan
rumah Tono menjadi tempat bagi Ani untuk bersiap-siap masuk kembali
Kamar Tono yang sempit dan sederhana menjadi tempat terakhir bagi
melindungi anaknya.
C. Screen Space
(Bordwell et.al. 84). Pada plot space pemakaman Ani, screen spacenya
adalah pusara Ani yang digunakan untuk adegan Ani bangkit dari
kuburnya. Untuk bisa keluar dari pemakaman ini dan mengejar anaknya,
Ani dan dunia Tono terpisah dan tidak seharusnya saling berinteraksi.
33
kesedihan Tono dengan melindunginya dari serangan anak-anak lain
yang merisak Tono. Lokasi gang yang sempit dan dikelilingi oleh rumah-
dengan dunia Tono. Kamar Tono yang sempit menjadi lokasi bagi Ani
dan dunia manusia menjadi dekat di dalam sebuah ruang yang sempit.
peristiwa dalam cerita dari awal hingga akhir (Bordwell et.al. 79). Dengan
demikian, maka konsep waktu di dalam film menjadi sebuah rancangan dari
34
temporal frequency. Dengan kata lain, cerita tetap terus berjalan tanpa ada
runtutan waktu yang tidak teratur. Tujuan dari pemilihan urutan waktu cerita
jelas kepada penonton. Kehendak Ani yang semakin lama semakin kuat dan
juga hambatan yang semakin kuat tergambar jelas mulai dari sequence
film berlangsung. Temporal duration sendiri terbagi menjadi tiga, yaitu story
duration, plot duration, dan screen duration. Story duration meliputi semua
peristiwa yang terjadi secara diegesis, baik yang ditunjukkan maupun tidak.
Plot duration merupakan satu atau beberapa periode peristiwa dari story
durasi dari film yang dihadirkan kepada penonton (Bordwell et.al. 80)
duration di dalam film ini dimulai dari sequence pertama, yaitu hari
35
Mulai dari masalah yang dihadirkan, hingga penyelesaian masalah tersebut
kata lain, susunan peristiwa tersebut harus bergerak maju. Maka dari itu,
peristiwa yang dihadirkan akan terus naik dalam membentuk tangga dramatik
hingga mencapai titik klimaksnya. Tangga dramatik ini dapat dibagi menjadi
tiga bagian yang terdiri atas babak awal, tengah dan akhir. Hal inilah yang
coaster ride dan the replay. Struktur the roller coaster ride juga membagi film
terbentuk atas reaksi tokoh terhadap peristiwa yang terjadi sepanjang film
(134). Pada dasarnya klimaks yang dimaksud pada struktur ini tidak berbeda
dengan puncak-puncak nilai dramatik yang terdapat pada pola tiga babak.
Kemudian ada juga struktur The Replay yang tetap membagi film ke dalam
tiga babak, tetapi peristiwa yang dialami oleh tokoh merupakan peristiwa
yang serupa dan berulang. Dalam setiap peristiwa yang berulang, penonton
diyakinkan bahwa tokoh dapat mencapai tujuannya jika bertindak dengan cara
yang berbeda (39). Artinya, karakter akan berkembang di dalam film dan nilai
dramatik pun akan semakin naik sampai di akhir film ketika diperlihatkan
tujuan karakter berhasil dicapai atau tidak. Hal ini juga sama seperti struktur
36
tiga babak yang menghadirkan peristiwa yang semakin atraktif. Kemudian
struktur tiga babak dalam film Semalam Sebelum Selamanya agar tercipta
protagonis di dalam film ini bisa tumbuh sepanjang berjalannya film dan
pesan ‘kasih ibu yang tetap ada meskipun tidak terlihat’ dapat tersampaikan.
Karena menggunakan struktur tiga babak, maka film terbagi menjadi babak
Babak awal pada film ini menjelaskan karakter utama dan masalah
utama. Pada adegan 1, dijelaskan bahwa Ani adalah seorang wanita yang tidak
kesedihan sama sekali. Hanya Tono, anaknya yang terlihat menangis histeris.
Dari aksi Tono menangis hingga ponsel Joko berbunyi, tangga dramatik
Dalam screen space pusara, terlihat Ani yang hendak menenangkan Tono
37
menyadari keberadaan Ani sama sekali. Hal ini menandakan bahwa usaha Ani
tidak melihatnya. Titik ini adalah turning point 1 yang kemudian mendorong
kehendaknya, ia harus keluar dari pemakaman dan mengejar Tono yang lari
Babak kedua dimulai pada adegan 5 ketika Ani mendapati Tono sedang
dicibir oleh tetangganya. Pada adegan ini, tension dimulai dari cibiran pertama
yang dilontarkan kepada Tono dengan screen space gang yang sempit,
naik hingga adegan Ani melindungi Tono dari lemparan batu anak-anak.
Release terjadi ketika semua orang melihat batu melayang di udara dan lari
dirinya dan kemudian terjadi tension ketika Ani melihat anaknya diganggu
oleh Kunti. Peristiwa ini menjadi turning point 2 yang menggerakkan Ani
untuk masuk ke dalam kamar Tono demi melindungi anaknya. Screen space
38
kamar Tono yang sempit kembali menunjukkan Tono yang terlihat kecil ketika
ini juga kembali menunjukkan bagaimana aksi kasih Ani yang tidak bisa dilihat
oleh Tono malah membuatnya ketakutan. Tangga dramatik terus naik hingga
titik klimaks saat Ani terbakar karena dibacakan ayat kursi. Pada titik ini,
akhirnya Tono dapat melihat keberadaan Ani dengan adanya interaksi atau
gerakan dari dunia manusia untuk berinteraksi dengan dunia hantu. Setelah itu
lagi.
dari berbagai teknik kreatif. Pola dalam pemilihan teknik-teknik kreatif itulah
yang kemudian dinamakan style (Bordwell 111). Konsep film style sendiri
Dalam subbab ini, penulis akan menjabarkan rancangan atas teknik kreatif di
2.4.1 Mise-en-Scène
Mise-en-Scène merupakan sebuah terminologi dari seni teater yang
39
yang terdapat di dalam frame (Gibbs 11). Komponen dari mise-en-scène
adalah setting, lighting, staging, costume dan make-up (Bordwell et.al. 115).
A. Setting
depan rumah Tono dan kamar Tono. Setting pemakaman akan dihadirkan
lingkungan kotor dan tidak terawat. Setting ini digunakan sebagai tempat
penguburan hingga kebangkitan Ani. Pada setting ini juga ditunjukkan Tono
Setting kedua adalah gang rumah Tono yang muncul pada adegan
Setting ketiga adalah bagian depan rumah Tono. Setting ini muncul
40
Tono. Bagian depan rumah Tono dirancang dengan cat berwarna hijau dan
hingga adegan 14. Kamar Tono dihadirkan sebagai kamar sempit dengan
ukuran 3x3 m2 . Kamar Tono memiliki fungsi penting sebagai tempat Ani
Pada setting inilah Ani melindungi Tono dari serangan Kunti hingga pada
akhirnya terbakar oleh ayat kursi dan bisa melihat Tono untuk yang terakhir
kalinya.
B. Lighting
untuk menciptakan mood atau efek tertentu (Pramaggiore dan Wallis 107).
menggunakan high key lighting dan low key lighting. High key lighting
menciptakan gambar dengan kontras yang kecil antara gelap dan terang.
Sementara low key lighting menghadirkan kontras yang tinggi antara terang
dan gelap pada gambar. Contoh penggunaan high key lighting pada film
Tono.
41
C. Staging
dalam frame yang dipadukan dengan pergerakan kamera (Khun 194). Salah
satu penggunaan staging di dalam film ini dapat terlihat pada adegan 5 yang
dalam film (Khun 224). Sementara make-up merupakan segala sesuatu yang
membagi costume dan make up menjadi dua jenis, yaitu untuk tokoh di
sebagai pertanda bahwa mereka tidak lagi hidup di dunia manusia. Untuk
prosthetic perut hamil. Karakter Ani dan Kunti juga dibedakan melalui
Kunti memiliki rambut yang berantakan. Costume yang dikenakan oleh Ani
42
dan Kunti sama-sama merupakan gaun putih panjang, tetapi yang
dapat terlihat pada adegan 5 ketika Tono dilempari batu oleh anak-anak di
gang rumahnya. Kostum yang dikenakan oleh Tono berupa baju berwarna
biru dongker dengan celana panjang hitam dan sendal jepit. Kostum yang
ini berupa luka bekas lemparan batu dari para perisak sebelum akhirnya
A. Mood
terhadap cerita. Hal ini tercipta dari elemen-elemen di dalam scene (Douglass
dan Harnden 71). Salah satu dari elemen-elemen tersebut adalah pencahayaan
43
yang dirancang oleh sinematografer. Warna dan keputusan atas bagaimana kita
menerangi sebuah adegan akan memberikan informasi dan mood yang berbeda
pencahayaan. Dalam film ini, mood yang hendak dibangun adalah kesedihan dan
dihadirkan pada adegan 7 hingga 14 ketika Ani berusaha untuk melindungi Tono
B. Look
interpretasi sutradara (Douglass dan Harnden 125). Dalam film ini, unsur visual
yang akan diterapkan untuk look tersebut berupa framing, camera placement,
a. Framing
bagian dari setting atau subjek kepada penonton (Ward 85). Framing
dibentuk dari aspect ratio, type of shot dan camera angle. Aspect ratio
merujuk kepada proporsi tinggi dan lebar dari sebuah gambar bergerak.
Types of shot merupakan jarak antara kamera dengan objek di dalam shot
44
pengambilan gambar atau di mana kamera ditempatkan untuk mengambil
Aspect ratio dalam film ini adalah 1,85:1 yang memiliki proporsi
ruang luar. Dengan demikian maka informasi yang ingin disampaikan dapat
tengah memeluk kuburan Ibunya. Camera angle pada film ini didominasi
oleh eye level. Salah satu contoh shot yang menggunakan eye level adalah
shot 14 adegan 5 yang menunjukkan Tono lari ketakutan setelah melihat ada
b. Camera Placement
gerakan kamera sama sekali (Bowen 290). Dalam film ini salah satu
adalah pada shot 4 adegan 13 yang menunjukkan Ani terbakar oleh ayat
45
13. Pada adegan ini, diperlihatkan api muncul di tangan kunti dan kamera
pun bergerak ke arah pintu, memperlihatkan Tono dan Joko yang sedang
c. Tonality
dalam film (Bordwell et.al 159). Untuk mengatur tonality, aspek yang harus
banyak cahaya yang masuk ke dalam lensa kamera (Bordwell et.al. 161).
Ketika pencahayaan yang digunakan adalah high key lighting, maka kontras
digunakan adalah low key lighting, maka kontras yang dihasilkan adalah
high contrast. Film ini menggunakan high key dan low key. Salah satu
penggunaan high key terdapat pada adegan 14 ketika Ani bertemu dengan
Tono untuk yang terakhir kalinya. Sementara contoh penggunaan low key
ketika ia sedang berdoa. Untuk exposure yang digunakan dalam film ini
adalah balanced exposure yang artinya merekam detail dari bagian yang
paling gelap dan dari bagian yang paling terang. Contoh penggunaan
exposure ini dapat dilihat pada scene 8 shot 1. Shot ini menunjukkan close
46
balance exposure, setiap detail wajah Tono dapat terlihat dengan jelas dan
warna hangat pada degan 5. Sementara warna yang dingin digunakan pada
d. Visual Composition
diinginkan oleh pembuat film (Barsam dan Monahan 183). Beberapa jenis
visual composition antara lain adalah rule of thirds, frame within a frame,
open and closed frame, dan lain-lain. Dalam film Semalam Sebelum
secara vertikal menjadi tiga bagian dan secara horizontal ke dalam tiga
bagian. Titik temu antara garis horizontal dan garis vertikal inilah yang
lebar, dan kedalaman ruang sinematik (Barsam dan Monahan 239). Rule of
thirds dalam film Semalam Sebelum Selamanya dapat dilihat pada scene 4
shot 4 yang menempatkan Ani di sebelah kiri frame dan Tono di sebelah
47
kanan frame. Dengan komposisi rule of thirds dapat terlihat Tono dan Ani
ini dilakukan untuk menjelaskan bahwa Ani dan Tono berada di dua dunia
yang terpisah.
penonton kepada elemen cerita yang penting (Brown 23). Dalam film ini,
suara menjadi sebuah cerita yang koheren. Untuk melakukan hal tersebut,
A. Dimensi Editing
48
Dimensi editing merupakan empat area dasar yang dikontrol oleh
pembuat film. Dimensi editing terdiri dari dimensi spasial, temporal, ritmis,
dan grafis.
a. Dimensi Spasial
sebuah ruang di dalam film. Dalam melakukan hal tersebut, editor memiliki
226).
Ani secara utuh. Melalui shot ini, keseluruhan setting dan tokoh di
melayang dengan shot wajah Tono yang ketakutan. Penyambungan shot ini
49
b. Dimensi Temporal
226).
hanya perlu menghadirkan bagian awal dan akhir dari peristiwa. Hal ini
dapat dilihat juga dalam penyambungan shot akhir adegan 4 dengan adegan
5. Shot Ani yang baru mulai berjalan ke arah gang rumah Tono,
disambungkan dengan adegan Ani yang sudah ada di gang rumah Tono..
c. Dimensi Ritmis
kombinasi dari ritme temporal dan plastis. Ritme plastis merupakan sebuah
membangun ritme di dalam film, maka perlu ada pengaturan atas elemen
50
ini yang kemudian disebut oleh Jean Mitry sebagai ritme internal dan ritme
adegan 1. Ritme pada adegan ini menjadi sangat lambat karena gerak yang
ada di dalamnya juga lambat. Dengan ritme yang lambat, maka adegan
antara Ani dan Kunti. Durasi setiap shot yang menunjukkan detail
d. Dimensi Grafis
kesinambungan antara satu shot dengan shot lainnya. (Bordwell et.al. 220).
51
Film Semalam Sebelum Selamanya menggunakan graphic match
pada shot terakhir adegan pertama dengan adegan kedua. Shot yang
Kedua shot ini memiliki sudut pengambilan gambar yang serupa dan bentuk
yang serupa. Sementara graphic contrast dapat terlihat pada adegan 8 yang
menghadirkan shot/reverse shot Ani dan Kunti. Shot ekspresi Ani di kanan
B. Metode Penyambungan
menyambung bagian akhir dari sebuah shot dengan bagian awal dari shot
dua, yaitu cut dan optical effect. Cut adalah perubahan instan dari shot satu
menuju shot lainnya (Bordwell et.al. 217). Cut terbagi menjadi match cut
sebuah elemen dari shot A dalam shot B. Hal ini dapat dilakukan sebagai
52
Penggunaan match cut dalam film ini dapat dilihat pada adegan 1.
Tono menangis sambil memeluk papan nisan Ani. Hal ini dilakukan sebagai
yang perlahan dari shot satu menuju shot lainnya. Hal ini dapat dicapai
dengan fade, dissolve, dan wipe. Dengan menggunakan fade, maka bagian
akhir dari shot akan perlahan memudar hingga menjadi hitam. Dissolve
melewati layar. Dalam film ini, optical effect yang digunakan adalah fade
dengan shot pertama adegan 2. Shot tangisan Tono menetes di atas kuburan
Sementara penggunaan fade dapat dilihat di akhir film pada shot terakhir
adegan 13. Fungsi dari penggunaan fade di sini adalah untuk mengakhiri
film.
C. Pendekatan Editing
53
Dalam melakukan penyusunan gambar, editor memiliki pilihan
gambar yang memiliki tujuan untuk menyampaikan cerita secara halus dan
didominasi oleh kejelasan dimensi spasial dan temporal. Oleh karena itu,
a. Spatial Continuity
spasial. Untuk menjaga hal ini, maka usaha-usaha yang dilakukan dalam
membangun ruang di antara garis aksi. Dengan adanya garis aksi, maka
pemilihan shot tidak boleh melewati garis tersebut (Bordwell et.al. 231).
54
dengan shot yang berada di ujung lain garis aksi (Bordwell et.al. 233). Hal
ini dapat dilihat pada shot 1A dan 1B adegan 8. Adegan ini menunjukkan
Ani yang sedang dicekik oleh Kunti. Shot wajah Ani yang kesakitan karena
dicekik oleh Kunti, kemudian disambung dengan shot yang ada di ujung
lain garis aksi, yaitu wajah Kunti yang sedang mencekik Ani.
satu contoh penggunaan establishing shot pada film ini adalah shot 2 adegan
1. Shot ini memberi informasi kepada penonton tentang posisi dari setiap
tokoh yang hadir di pemakaman Ani. Selain itu, shot ini juga
dari sesuatu yang dilihat oleh orang tersebut (Bordwell et.al. 234). Contoh
penggunaannya di dalam film ini dapat dilihat pada shot 13 dan 14 adegan
4. Shot ini menunjukkan Ani menoleh ke arah kuburan yang ada di luar
frame dan digabungkan dengan shot kuburan yang dilihat oleh Ani. Dengan
demikian, maka muncul informasi bahwa posisi Ani ada di depan kuburan.
diantara dua shot yang berbeda (Bordwell et.al. 235). Hal ini dapat dilihat
pada adegan 13. Shot 5 adegan ini menunjukkan medium shot Ani dengan
tangan yang bergerak ke arah Tono untuk mengelus wajahnya. Shot tersebut
55
kemudian disambungkan dengan shot close up wajah Tono dengan tangan
b. Temporal Continuity
frequency.
atau lebih cepat di dalam film (Bordwell et.al. 228). Waktu yang terjadi di
story duration, plot duration, dan screen duration. Story duration meliputi
56
semua peristiwa yang terjadi secara diegesis, baik yang ditunjukkan maupun
tidak. Plot duration merupakan satu atau beberapa periode peristiwa dari
adalah durasi dari film yang dihadirkan kepada penonton (Bordwell et.al.
80)
duration di dalam film ini dimulai dari sequence pertama, yaitu hari
maksud (1022). Dengan demikian maka metode editing adalah cara yang
dominan digunakan pada sebuah film. Gaya editing yang digunakan dalam
57
movement berhubungan dengan screen direction subjek dan objek di dalam
yang tengah menangisi makam ibunya dengan posisi dan aksi yang sama
ini dapat dilihat pada shot 13 adegan 4 yang menunjukkan Ani bergerak
keluar frame dari kiri ke kanan. Kemudian pada shot 2 adegan 5 Ani masuk
dalam karya audio visual. Suara dapat menyampaikan cerita secara langsung
atau memperkuat cerita secara tidak langsung (Holman xi). Dalam merancang
suara ada tiga unsur suara yang harus diperhatikan, yaitu unsur speech, musik
A. Unsur Suara
Speech terdiri dari dialog, monolog, narasi, dan voice over atau
internal monologue. Dalam film ini, unsur speech yang digunakan adalah
58
dialog. Salah satu contoh dari penggunaan dialog ini adalah cibiran dari
sosiologi Ani.
musik yang terdapat di dalam film (Katz 3908). Sound effects dapat berasal
dari benda maupun tokoh di dalam film. Dalam film ini, salah satu contoh
sound effects yang berasal dari tokoh adalah suara langkah kaki yang
Sementara sound effects yang berasal dari benda dapat dilihat pada adegan
menyerap informasi film sebagai sesuatu yang lebih dari sekedar produk
dua dimensi (Kalinak 1). Dalam film Semalam Sebelum Selamanya, musik
Ani terbakar secara perlahan di hadapan Tono. Adegan ini diiringi dengan
B. Dimensi Suara
di dalam film terbagi menjadi empat, yaitu ritme, fidelity, ruang dan waktu.
59
Ritme merujuk kepada ketukan, tempo, kecepatan, pola, dan aksen. Ritme
di dalam film terlihat di dalam ketiga unsur suara film (Bordwell et.al. 281).
Salah satu contoh penggunaan ritme di dalam film ini adalah adegan 6. Doa
yang diucapkan oleh Tono kepada Tuhan menggunakan ritme yang lambat.
(Bordwell et.al. 284). Dalam film ini contoh kesesuaian antara gambar dan
suara dapat ditemukan pada sound effect hujan dengan visual hujan yang
memiliki sumber suara. Sumber suara yang dimaksud dapat berasal dari
dalam story world yang disebut diegetic sound atau berasal dari luar story
world yang disebut non diegetic sound. Diegetic sound sendiri terbagi
menjadi dua yaitu diegetic on-screen dan diegetic off-screen (Bordwell et.al
285). Contoh penggunaan diegetic on-screen pada film ini adalah suara
diegetic off-screen pada film ini adalah dialog Joko yang mengucapkan ayat
Kursi selagi Ani melawan Kunti. Dialog tersebut sampai dengan Ani
60
halnya dengan dimensi ruang, suara yang dihadirkan tidak harus sesuai
dialog yang dihadirkan tidak sesuai dengan mulut tokoh yang berbicara,
maka hal tersebut disebut dengan asynchronous sound. Sementara jika suara
dialog yang dihadirkan mengikuti gerak mulut tokoh, hal tersebut disebut
dengan synchronous sound (Bordwell et.al 295). Dalam film ini, tidak
Tono yang membaca doa pada adegan ini, disesuaikan dengan suara bacaan
doa Tono.
61
Daftar Pustaka
Buku:
Armantono, RB and Suryana Paramita. 2013. Skenario : Teknik Penulisan Struktur
Cerita Film. Jakarta : Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta
Block, Bruce. 2021. The Visual Story: Creating The Visual Structure of Film, TV and
Digital Media. New York: Routledge
Bordwell, David, Jeff Smith dan Kristin Thompson. 2019. Film Art : An Introduction.
Newyork, Twelfth Edition : McGraw-Hill
Brown, Blain. 2016. Cinematography Theory & Practice. New York: Routledge
Dancyger, Ken and Rush Jeff. 2003. Alternative Scriptwriting Beyond the Hollywood.
Burlington : Focal Press
Dixon, Wheeler Winston dan Gwendolyn Audrey Foster. 2018. A Short History of
Film. New Jersey: Rutgers University Press
Douglass, John S. dan Glenn P. Harnden. 1996. The Art of Technique: An Aesthetic
Approach to Film and Video Production. Boston: Allyn & Bacon
Eisenstein, Sergei. 1949. Film Form Essay in Film Theory. New York: Harcourt
Brace Jovanovich
Frierson, Michael.2018. Film and Video Editing Theory How Editings Creates
Meaning. New York: Routledge
Gibbs, John. 1893. Mise-en-scène Film Style and Interpretation. New York:
Columbia University Press
Grant, Barry Keith. 2006. Schirmer Encyclopedia of Film Vol.2.. Farmington Hills:
Thomson Gale
62
Grant, Barry Keith. 2006. Schirmer Encyclopedia of Film Vol.3. Farmington Hills:
Thomson Gale
Grant, Barry Keith. 2006. Schirmer Encyclopedia of Film Vol.4. Farmington Hills:
Thomson Gale
Holman, Tomlinson. 2010. Sound for Film and Television. Burlington: Focal Press
Kalinak, Kathryn. 2010. Film Music A Very Short Introduction. Oxford: Oxford
University Press
Kuhn, Annette. 2012. A Dictionary of Film Studies. Oxford: Oxford University Press
Pearlman, Karen. 2016. Cutting Rhythms Intuitive Film Editing. New York: Focal
Press
Schmidt, Victoria Lynn. 2005. Story Structure Architect. Canada: Writer’s Digest
Book
Ward, Peter.1996. Picture Composition for Film and Television. Oxford: Focal Press
Film:
A Ghost Story (2017)
House of Games (1987)
Kid Auto Races At Venice (1914)
Seabiscuit (2003)
The Babadook (2014)
Thelma & Louise (1991)
Workers Leaving the Lumière Factory (1895)
63
GLOSARIUM
A
Aspect ratio Perbandingan lebar bidang gambar sehingga tinggi
bidang gambar.
Asusila Tidak beradab
Audiovisual Alat peraga yang dapat dilihat dan didengar seperti
film
B
Background Bagian terjauh dalam sebuah frame.
C
Camera Angle Peletakan kamera yang tinggi rendahnya ditentukan
oleh mata karakter.
Camera Placement Pergerakan kamera untuk mendapatkan gambar yang
sesuai dengan perspektif yang diinginkan
Cinemascope Aspect ratio yang berukuran 2.35 : 1
Close up Ukuran gambar yang menunjukkan ekspresi subjek
dari bahu sampai kepala.
Continuity cutting Metode editing yang mendukung kesinambungan
aksi, ruang dan waktu.
Costume Semua yang dipakai oleh tokoh dalam film
D
Diegetic Segala sesuatu yang disadari keberadaannya oleh
tokoh di dalam film
64
E
Editing Proses penyuntingan materi gambar yang sudah di
ambil saat proses syuting untuk menjadi sebuah
bentuk baru.
Elliptical editing Menghadirkan durasi peristiwa lebih pendek dari
peristiwa sebenarnya
Eye level Sudut pengambilan gambar dengan memosisikan
kamera setara dengan mata subjek.
Exposure Ukuran jumlah cahaya yang masuk ke dalam kamera
Establish Menghadirkan keseluruhan ruang secara sekaligus
F
Flashback Menghadirkan sebuah shot atau lebih yang terjadi
sebelum story order
Flashforward Menghadirkan peristiwa yang terjadi di masa depan
kemudian kembali ke masa sekarang
Form Konsep naratif atau penceritaan dari sebuah kejadian
dalam film sesuai dengan ruang dan waktu
Frame Bingkai atau batas dari gambar yang di tangkap oleh
kamera
Framing Pemilihan bagian dari setting atau subjek kepada
penonton
G
Gesture Gerakan yang dilakukan oleh tokoh saat melakukan
aksi
65
Handheld Teknik pergerakan kamera yang dilakukan dengan
cara menggenggam kamera dengan menggunakan
tangan.
High key Teknik pencahayaan yang memiliki kontras yang
rendah.
J
Jukstaposisi Dua shot berbeda yang digabungkan untuk
menciptakan kontras
K
Karakter Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain
Karakterisasi Proses penanaman karakter ke dalam tokoh
Kuleshov Effect Penyambungan dua shot berisi komponen ruang yang
membuat penonton merasakan keseluruhan ruang di
dalam film.
L
Lighting Pencahayaan di dalam film
Look Tampilan visual hasil gabungan dari elemen - elemen
yang ada di dalam frame.
M
Make up Riasan wajah yang digunakan oleh tokoh
66
Medium shot Ukuran shot yang memperlihatkan ujung kepala
hingga pinggang subjek
Match Cut Teknik pemotongan gambar yang menggabungkan
dua shot yang saling berkesinambungan.
Mise en Scene Semua elemen visual yang terlihat dalam sebuah
frame
Mood Emosi dan rasa yang ingin diciptakan pada sebuah
film
Montase Penggabungan beberapa shot yang menciptakan
sebuah makna
N
Naratif Rangkaian peristiwa dengan hubungan sebab akibat
yang terjadi dalam ruang dan waktu
P
Plot Segala sesuatu yang terlihat dan terdengar pada layar,
baik yang bersifat diegetic maupun non-diegetic.
Plot duration Durasi keseluruhan peristiwa yang ada didalam film
Plot space Tempat terjadinya peristiwa yang terlihat di dalam
film
Properti Barang yang berada di dalam setting, berfungsi
sebagai dekorasi dan menunjang cerita
R
Representasi Perwakilan
Rule of third Komposisi gambar yang memposisikan objek dengan
acuan empat titik pertemuan dari dua garis vertikal
dan dua garis horizontal pada frame.
67
Scene Adegan yang mencakup latar, waktu, dan karakter di
dalamnya.
Sequence Gabungan dari beberapa scene
Setting Tempat dan waktu kejadian suatu peristiwa.
Shot Pengambilan gambar yang dimulai dari kamera
merekam sampai kamera berhenti merekam.
Speech Unsur suara berupa tutur kata dari para karakter di
dalam film.
Sound effect Unsur suara selain speech dan musik yang bersumber
dari benda atau tokoh.
Struktur dramatik Metode penuturan cerita kepada penonton
Staging Penempatan tokoh dalam frame
Still Jenis pergerakan kamera yang diam pada satu titik
Style Konsep gaya yang terdiri dari elemen-elemen
pembentuk visual.
T
Tonality Pertimbangan atas cahaya yang dihadirkan di dalam
film
Type of shot Pemilihan ukuran gambar terhadap objek.
V
Visual Composition penyusunan segala elemen visual di dalam frame
68
LAMPIRAN
69
Lampiran 1. Ide Pokok Dan Tema
Ide Pokok
Tema
Tentang arwah seorang ibu yang hangus terbakar oleh ayat kursi, setelah berusaha
melindungi anaknya dari gangguan kuntilanak.
70
Lampiran 2. Basic Story
Basic Story
Jakarta, 2017. Ani (45), sesosok roh yang baru saja bangkit dari kuburnya
bergentayangan mencari anaknya yang ia tinggalkan di dunia. Ani kembali ke
rumah lamanya dan melihat anaknya Tono (10) sedang sholat. Ani berniat
menemui anaknya, tetapi sebelum ia mendekat, sesosok kuntilanak muncul di
sekitar Tono dan mengganggu sholatnya dengan berbisik ke telinganya. Ani pun
bergerak ke sana dan menutup mulut hantu itu. kuntilanak itu melawan dan
mendorong Ani . Ani dan kuntilanak beterbangan di sekitar kamar Tono. Tono
sontak kaget ketika menyadari barang-barang di kamarnya bergerak sendiri. Ia
berteriak dan lari dari kamar.
Kuntilanak mencekik Ani di pojokan kamar dan terdengarlah suara seorang laki-
laki membacakan ayat kursi. Kuntilanak melepaskan genggamannya dan
perlahan-lahan terbakar. Ia turun ke lantai dan dengan panik mencoba
memadamkan api. Ani yang juga terbakar langsung mencari keberadaan Tono.
Ani menoleh ke pintu dan melihat Tono berdiri di pintu bersama Joko(45),
ayahnya dan Tia(35), ibu tirinya. Ani mendekati Tono dan menunduk di
hadapannya. Ketika Joko hampir selesai membacakan ayat kursi, Tono melihat
Ani yang tersenyum sedih sembari terbakar di hadapannya. Joko selesai
membacakan ayat kursi, Ani pun berdiri dan api menyala di wajahnya. Setitik
cahaya menyinari Ani dari atas. Tono hendak meraih tangan Ani, namun
sebelum tersentuh, roh Ani terbakar habis meninggalkan Tono menangis sedih
bersama orang tua barunya.
71
Lampiran 3. Sinopsis
Sinopsis
Sebuah liang kubur dimasuki oleh mayat seorang perempuan secara perlahan.
Sinar matahari menyinari nisan Ani. Seorang ustad berdiri di samping makam
sembari membacakan doa. Belasan orang berkumpul di sekitar kuburannya yang
dikelilingi oleh pohon-pohon besar dengan puluhan makam lainnya. TONO (10)
tersungkur di sebelah makam ibunya dan meraba makam Ani dengan perlahan
sambil menangis tersedu-sedu. Seorang Ustad membacakan doa beriringan
dengan suara tangisan Tono. JOKO (45), seorang pria kurus berjanggut panjang,
berdiri paling dekat dengan makam istrinya dan mengamini setiap kalimat yang
keluar dari mulut Ustad dengan wajah datar.
Sekumpulan pemuda berdiri di belakang Tono sembari berbisik-bisik sambil
tertawa kecil. Satu orang di antara mereka menunduk sembari memejamkan
matanya. Kepalanya perlahan-lahan semakin turun, lalu ia tersentak dan
terbangun dari kantuknya. Joko yang sedang mengamini doa pak Ustad tampak
terkejut ketika ponsel Joko berbunyi. Orang-orang melihat ke arahnya dan ustad
pun berhenti membacakan doa. Joko mengeluarkan ponselnya dari saku celana
dan melihat ada nama Tia muncul di layar ponselnya. Joko tersenyum lebar. Ia
melihat ke arah Ustad yang menatapnya heran. Joko bergegas meninggalkan
makam istrinya sembari mengangkat telepon. Pandangan semua orang mengikuti
langkahnya,kecuali Tono yang masih menangisi makam ibunya. Tono
menempelkan kepalanya ke tanah kuburan Ibunya. Air mata Tono menetes
membasahi makam Ibunya.
Malam tiba dan hujan pun turun membasahi makam Ani. Malam berganti siang
dan siang berganti menjadi senja. Mata Ani yang tertutup perlahan-lahan terbuka.
Cahaya jingga menyinari wajahnya. ANI (45) terbangun dari posisi tidurnya
mengenakan baju putih panjang di bawah langit sore. Wajahnya terlihat
kebingungan. Sayup-sayup ia mendengar suara seorang anak laki-laki berbicara
dalam bahasa arab. Ia berbalik ke belakang dengan cepat dan ada wajah Tono
tepat di depannya. Ani terperanjat hingga jatuh ke belakang. Ani memperhatikan
anaknya duduk sendirian di samping sebuah makam sembari memegang buku
Yasin dengan foto wajah Ani. Ani merangkak perlahan ke arah batu nisan . Di
sana ia melihat batu nisan bertuliskan namanya sendiri. Wajah Ani ketakutan, ia
melihat kedua tangannya yang perlahan menjadi tembus pandang.
Tono membaca ayat 81. Ani menoleh ke arahnya dan tersenyum tipis. Ani
mencoba untuk berdiri. Namun, ia kesulitan untuk menjaga keseimbangannya
karena kakinya melayang ketika ia berdiri. Setelah berhasil melayang dengan
sempurna, Ani mendekati Tono dan membaca buku Yasinnya dari belakang.
Tangan Ani bergerak perlahan ke arah pundak Tono. Namun, sebelum tangan ani
72
sampai ke pundaknya, Tono berhenti membacakan buku yasin tepat di akhir ayat
82.
Tono menutup buku yasin dan mulai menunduk sembari menangis. Dengan
marah Tono membentak makam ibunya. Tono begitu marah dan tidak rela kalau
ibunya pergi meninggalkan Tono. Tono mengatakan kalau ia merasa sangat
kesepian, ayahnya lebih sibuk dengan kekasih barunya, dan bahkan di empat
puluh hari peringatan kematian ibunya, hanya ia yang datang untuk berziarah.
Setelah meluapkan isi hatinya, Tono beranjak berdiri dan lari ke luar
pemakaman. Ani melayang mengikuti Tono dari belakang. Buku yasin Tono
tertinggal di samping makam ibunya. Tono melewati gerbang pemakaman.
Sementara Ani berhenti sejenak ketika ia melihat dua sosok makhluk berjubah
putih kotor dan rambut panjang berantakan berdiri sambil menunduk di kedua
sisi gerbang kuburan. Ani menatap mereka berdua dan pelan-pelan melayang
melewati mereka. Ketika Ani melewati gerbang, kedua sosok itu secara
bersamaan menoleh ke arah Ani. Ani yang kaget langsung bergegas melayang
lebih cepat ke arah Tono.
Ani mengintip dari balik sebuah rumah. Ia melihat Tono yang berjalan sendirian
sembari menunduk di sebuah gang sempit. Ani mengikutinya perlahan dari
belakang. 2 orang wanita dewasa berdaster sedang duduk di depan rumah mereka
dan berbisik sembari melihat Tono. Mereka menyebutnya sebagai anak pelacur.
Ani menoleh ke arah mereka dengan ekspresi marah. Dari rumah lain terdengar
dua orang bapak-bapak mengatakan ibu Tono meninggal ketika sedang selingkuh
dengan tetangga demi membayar hutang. Mereka pun tertawa terbahak-bahak.
Ani memalingkan kepalanya kepada mereka. Ia melihat Tono yang berdiri
terdiam di sebuah pertigaan. Air mata menetes dari matanya ke tanah. Ekspresi
marah Ani berubah menjadi wajah malu. Sebuah batu melayang ke arah Tono
dan menghantam kepalanya hingga ia terjatuh.
Tono menangis di tanah dengan kepala berdarah. Mata Ani terbuka lebar melihat
anaknya kesakitan. Ia melihat ke jalan di sebelah kirinya dan di sana ada
sekelompok anak mengenakan sarung dan peci. Masing-masing dari mereka
memegang sebuah batu di tangannya. Sambil tertawa mereka meledek Tono.
Mereka berkata kalau pelacur harus dihukum rajam dan karena ibunya sudah
mati, jadi yang dihukum Tono saja. Sekumpulan anak itu mulai melempari Tono
dengan batu dan kerikil. Salah seorang dari bapak-bapak yang sedang bergurau
di sana berdiri dan menyuruh mereka berhenti. Namun, salah satu dari mereka
mengabaikan ucapan bapak itu dan melempar batu paling besar dengan sekuat
tenaga. Tangan Ani menangkap batu itu. Ibu-ibu dan bapak-bapak yang
sebelumnya asik sendiri pun bengong melihat batu itu. Anak yang melempar batu
itu terjatuh ke tanah dengan wajah ketakutan. Mata Tono melotot melihat sebuah
batu besar melayang di hadapannya.
Si Bapak yang sebelumnya menghardik sekumpulan anak itu berteriak dan
langsung diikuti dengan sekumpulan anak di depan Tono lari sambil berteriak
ketakutan, begitu juga dengan orang tua yang tadinya bersenda gurau di depan
73
rumah mereka. Ani tersenyum puas, tetapi ketika ia memutar tubuhnya ke arah
Tono, ia melihat Tono lari kalang kabut ketakutan. Ani memasang wajah kecewa
dan perlahan-lahan mengikuti Tono kembali ke rumahnya.
Ani duduk di atap rumah sambil melihat rumah kecil berwarna hijau di
bawahnya. Sebuah motor supra yang ditumpangi oleh Joko dan seorang
perempuan muda sampai ke depan rumah hijau itu. Ani perlahan-lahan turun ke
depan rumah hijau itu dan perlahan-lahan meraih gagang pintunya. Tangannya
bergetar hebat. Sebelum ia menyentuh gagang pintunya, pintu itu tiba-tiba
terbuka. Joko muncul dari balik pintu. Ani berteriak kecil karena terkejut, tetapi
ia berhasil menahannya dengan menutup mulutnya. Joko melihat ke sekeliling
rumah dan kemudian terdengarlah suara seorang perempuan muda yang
memanggil Joko dari dalam rumah. Joko menjawab suara itu dan menutup
pintunya.
Ani pun membuka mulutnya dan bernafas lega. Ia kemudian mendengar suara
seorang anak laki-laki sedang sholat dari dalam rumah. Ani melayang menuju
jendela kamar Tono. Ani berdiri di samping jendela Tono tanpa melihat ke
dalam. Ia mendengar Tono mengucapkan doa di tahiyat terakhir sholatnya. Tono
bertanya kepada Tuhan kenapa Ani harus dipanggil secepat itu. Tono memohon
pengampunan untuk ibunya dan mengatakan bahwa ibunya orang yang sangat
penyayang dan segala dosa yang ia lakukan hanyalah untuk menghidupi Tono. Ia
meminta agar Tuhan mau mengembalikan ibunya.
Ani tersenyum sedih. Ia mengintip ke dalam kamar Tono dengan perlahan.
Wajah sedihnya berubah menjadi wajah takut. Di dalam kamar Tono yang sangat
kecil hanya ada sebuah tempat tidur, meja belajar dan lemari pakaian kayu.
Lampu Kuning yang menyala di atas kamarnya menyala redup. Di tengah-tengah
kamar itu, KUNTI(50), sesosok perempuan berbaju putih penuh darah dan
rambut berantakan berdiri di belakang Tono. Wajahnya keriput dan dari
mulutnya mengalir darah. Ani bersembunyi di balik dinding. Nafasnya menjadi
berat. Perlahan-lahan ia pun kembali mengintip ke dalam kamar Tono. Tono
sedang menangis tersedu-sedusementara Kunti di belakangnya menunduk ke
telinga Tono. Kunti menyeringai dan tertawa pelan ke telinganya.
Melihat hal itu, Ani pun melompati jendela kamar Tono dan menutup mulut
Kunti . Mata Kunti perlahan melirik ke belakang. Alisnya mengerut marah dan
dengan sekali gerakan, Kunti berbalik mendorong Ani. Kunti itu berteriak dan
menerjang tubuh Ani hingga menabrak pintu.
Mendengar suara pintunya berbunyi keras, Tono membuka matanya. Ia menoleh
ke belakang dan melihat pintunya terbanting-banting dengan sendirinya. Tono
terperanjat dan jatuh ke belakang. Dengan wajah ketakutan, Tono merangkak
mundur dan memanjat ke atas tempat tidurnya.
Kuntilanak mencekik Ani dan membanting-banting kepalanya ke arah pintu. Ani
pun balik mencekik kuntilanak itu dan membantingnya ke lantai. Tono melihat
pintunya berhenti bergerak. Ia pun bergerak perlahan untuk turun dari tempat
74
tidurnya dan bergerak ke arah pintu kamarnya. Tono mencoba untuk membuka
pintunya dan memeriksanya. Tono pun menutup kembali pintunya. Ketika pintu
itu tertutup, buku-buku tulis yang tersusun rapih di atas meja belajar Tono
terjatuh dengan sendirinya.
Ani melihat ke arah Tono yang kini sudah bisa melihat nya. Ani bertatapan
dengan Tono, ia tersenyum sembari meneteskan air mata. Separuh wajah Ani
pun terbakar. Tono kembali memanggil ibunya. Kini sambil menangis. Ani
menoleh ke atas dan setitik cahaya jatuh di atasnya. Ani menutup matanya. Tono
kembali memanggil ibunya sambil mencoba untuk menyentuh tangan Ani yang
belum terbakar. Ketika Tono hampir menyentuh jemari Ani, Tubuh Ani terbakar
hangus menjadi abu dan menghilang dari hadapan Tono.
Tono tersungkur di hadapan Joko dan Ani. Joko yang sudah selesai membaca
ayat kursi pun menunduk untuk menenangkan anaknya. Dengan wajah
75
kebingungan, Joko dan Tia saling bertatapan dan mengelus-elus punggung Tono
yang menangis pilu.
76
Lampiran 4. Treatment
Treatment
1. Sebuah liang kubur dimasuki oleh mayat seorang perempuan secara perlahan.
Sinar matahari menyinari nisan Ani. Sekumpulan orang berdiri di belakang
seorang ustad yang membacakan doa di belakang TONO(10), seorang anak laki-
laki yang sedang menangis tersedu-sedu sembari memeluk makam yang ada di
hadapannya. Pemakaman itu dipenuhi oleh makam-makam lain yang dihias
dengan nisan kayu. Beberapa pohon berdiri di pinggiran makam dengan jarak
yang saling berjauhan. JOKO (45), seorang pria kurus berjanggut panjang,
berdiri paling dekat dengan makam istrinya dan mengamini setiap kalimat yang
keluar dari mulut Ustad dengan wajah datar.
Dua orang laki-laki yang berdiri di belakang ustad saling berbisik sembari
tertawa kecil. Di sebelah mereka seorang pria berdiri sambil terkantuk-kantuk. Ia
menunduk sambil memejamkan matanya. Tak lama kemudian terdengar ringtone
hp yang sangat keras. Orang itu terbangun dengan wajah kaget dan melihat ke
depan. Joko mengeluarkan ponselnya dari kantong baju dan tersenyum ke arah
Pak Ustad. Semua mata tertuju kepadanya. Joko melihat ke arah ponselnya yang
menampilkan nama Tia dengan foto profil wajah perempuan muda yang cantik.
Joko tersenyum lebar. Ia melihat ke arah Ustad yang menatapnya heran. Joko
menempelkan ponselnya ke kuping dan berjalan sambil membungkuk melewati
Ustad dan menjauh dari kerumunan. Pandangan semua orang mengikuti
langkahnya, kecuali Tono yang masih menangisi makam ibunya. Tono
menempelkan kepalanya ke tanah kuburan Ibunya. Air mata Tono menetes
membasahi makam Ibunya.
2. Tetesan hujan membasahi tanah makam Ani perlahan. Tetesan air hujan menjadi
semakin deras. Hujan deras disertai petir membasahi pemakaman.
3. Mata hari terbit dan menyinari pemakaman. Perlahan-lahan matahari turun dan
langit berubah menjadi jingga. Sepasang mata perempuan tertutup dengan posisi
berbaring di atas tanah dengan disinari oleh cahaya berwarna jingga.Mata itu
perlahan-lahan terbuka. ANI (45) terbangun dari posisi tidurnya dan duduk
mengenakan baju putih panjang di bawah langit sore. Ani menoleh ke kiri
dengan alis mengerut kebingungan. Sayup-sayup ia mendengar suara seorang
anak
laki-laki berbicara dalam bahasa arab. Ia berbalik ke belakang dengan cepat dan
ada wajah Tono tepat di depannya. Ani terperanjat hingga jatuh ke belakang. Ani
memperhatikan anaknya duduk sendirian di samping sebuah makam sembari
memegang buku Yasin dengan foto wajah Ani. Ani merangkak perlahan ke arah
nisan . Di sana ia melihat nisan bertuliskan namanya sendiri. Ia meraba nisan itu
77
wajah Ani ketakutan, ia melepaskan tangannya dari nisan dan memperhatikan
tangannya yang perlahan menjadi tembus pandang.
Tono membaca surat Yasin ayat 81 yang menceritakan bagaimana segala yang
dikehendaki oleh Tuhan akan terjadi. Ani menoleh ke arahnya dan tersenyum
tipis. Ani bergerak dari posisi duduknya dan mencoba untuk mengangkat
tubuhnya dengan menumpukan kedua tangannya ke tanah. Ani berhasil berdiri,
namun tubuhnya tidak seimbang, sehingga ia harus membentangkan kedua
tangannya untuk menjaga tubuhnya yang perlahan-lahan melayang. Ani
mendekati Tono dan membaca buku Yasinnya dari belakang. Tangan Ani
bergerak perlahan ke arah pundak Tono. Namun, sebelum tangan ani sampai ke
pundaknya, Tono berhenti membacakan buku yasin tepat di akhir ayat 82.
Tono menutup buku yasin dan mulai menunduk sembari menangis. Tono
membentak makam ibunya dan menyebut ibunya jahat karena telah
meninggalkannya sendirian di dunia. Tono mengepalkan tangannya di tanah
kuburan Ani dan menagih janji ibunya untuk langsung pulang setelah bertemu
dengan bapak kontrakan 40 hari yang lalu. Teriakan Tono terhenti ketika suara
seorang laki-laki tua menghardiknya. Tono dan Ani menoleh ke arah suara laki-
laki itu. Di sana ada seorang laki-laki paruh baya mengenakan kaos oblong
sambil memegang sebuah cangkul. Di belakang pria itu melayang KUNTI (50),
sesosok manusia berjubah putih kotor dan rambut berantakan yang menutupi
setengah wajahnya. Kunti memegang pundak laki-laki tua itu dan berbicara
bersamaan dengannya. Dengan marah, mereka menanyakan apa yang sedang
dilakukan oleh Tono dan Ani. Ani mengerutkan alisnya. Ia melayang mundur
perlahan. Tono berlari dari makam Ani ke arah gerbang pemakaman.
Ani melayang mengikuti Tono dari belakang. Buku yasin Tono tertinggal di
samping makam ibunya. Tono berlari melewati gerbang pemakaman. Sementara
Ani berhenti sejenak dan menoleh ke belakang. Kunti dan laki-laki tua berdiri
menghadap ke arah mereka dan menanyakan mereka mau lari ke mana. Ani
berbalik dan melayang melewati gerbang pemakaman, gema teriakan perempuan
terdengar di belakangnya. Ani terdiam. Perlahan-lahan ia menoleh ke belakang
dengan wajah takut. Pemakaman kosong. Ani berbalik dan kembali melayang ke
arah Tono berlari.
4. Langit mulai membiru, Tono berjalan sendirian di sebuah gang sempit. Ani
mengintip Tono dari balik sebuah rumah. Ani mengikutinya perlahan dari
belakang. 2 orang wanita dewasa berdaster sedang duduk di depan rumah mereka
dan berbisik sembari melihat Tono. Mereka menyebutnya sebagai anak pelacur.
Ani menoleh ke arah mereka dengan ekspresi marah. Dari rumah lain terdengar
dua orang bapak-bapak mengatakan ibu Tono meninggal ketika sedang selingkuh
dengan tetangga demi membayar kontrakan. Mereka pun tertawa terbahak-bahak.
Ani memalingkan kepalanya kepada mereka. Ia melihat Tono yang berdiri
terdiam di sebuah pertigaan. Air mata menetes dari matanya ke tanah. Ekspresi
78
marah Ani berubah menjadi wajah malu. Sebuah batu melayang ke arah Tono
dan menghantam kepalanya hingga ia terjatuh.
Tono menangis di tanah dengan kepala berdarah. Mata Ani terbuka lebar melihat
anaknya kesakitan. Ia melihat ke jalan di sebelah kirinya dan di sana ada
sekelompok anak mengenakan sarung dan peci. Masing-masing dari mereka
memegang sebuah batu di tangannya. Sambil tertawa mereka meledek Tono.
Mereka berkata kalau pelacur harus dihukum rajam dan karena ibunya sudah
mati, jadi yang dihukum Tono saja. Sekumpulan anak itu mulai melempari Tono
dengan batu dan kerikil. Salah seorang dari bapak-bapak yang sedang bergurau
di sana berdiri dan menyuruh mereka berhenti. Namun, salah satu dari mereka
malah maju dan melempar batu paling besar dengan sekuat tenaga ke arah Tono.
Tangan Ani menangkap batu itu. Ibu-ibu dan bapak-bapak yang sebelumnya asik
sendiri pun bengong melihat batu itu. Anak yang melempar batu itu terjatuh ke
tanah dengan wajah ketakutan. Mata Tono melotot melihat sebuah batu besar
melayang di hadapannya.
Si Bapak yang sebelumnya menghardik sekumpulan anak itu berteriak dan
langsung diikuti dengan sekumpulan anak di depan Tono lari sambil berteriak
ketakutan, begitu juga dengan orang tua yang tadinya bersenda gurau di depan
rumah mereka. Ani tersenyum puas, tetapi ketika ia memutar tubuhnya ke arah
Tono, ia melihat Tono lari kalang kabut ketakutan. Ani memasang wajah kecewa
dan perlahan-lahan mengikuti Tono kembali ke rumahnya.
5. Dari balik sebuah tiang listrik, Ani memperhatikan Tono masuk ke dalam sebuah
rumah hijau kecil di ujung gang. Ani melayang ke depan pintu rumahnya dan
perlahan-lahan meraih gagang pintunya. Tangannya bergetar hebat. Sebelum ia
menyentuh gagang pintunya, pintu itu tiba-tiba terbuka. Joko muncul dari balik
pintu. Ani berteriak kecil karena terkejut, tetapi ia berhasil menahannya dengan
menutup mulutnya. Joko melihat ke sekeliling rumah dan kemudian terdengarlah
suara seorang perempuan muda yang memanggil Joko dari dalam rumah. Joko
menjawab suara itu dan menutup pintunya.
Ani pun membuka mulutnya dan bernafas lega. Ia kemudian mendengar suara
seorang anak laki-laki sedang sholat dari dalam rumah. Ani melayang menuju
jendela kamar Tono. Ani berdiri di samping jendela Tono tanpa melihat ke
dalam. Ia mendengar Tono mengucapkan doa di tahiyat terakhir sholatnya. Tono
bertanya kepada Tuhan kenapa Ani harus dipanggil secepat itu. Tono memohon
pengampunan untuk ibunya dan mengatakan bahwa ibunya orang yang sangat
penyayang dan segala dosa yang ia lakukan hanyalah untuk menghidupi Tono. Ia
meminta agar Tuhan mau mengembalikan ibunya.
Ani tersenyum sedih. Ia mengintip ke dalam kamar Tono dengan perlahan.
Wajah sedihnya berubah menjadi wajah takut. Di dalam kamar Tono yang sangat
kecil hanya ada sebuah tempat tidur, meja belajar dan lemari pakaian kayu.
Lampu kuning yang menyala di atas kamarnya menyala redup. Di tengah-tengah
kamar itu, Kunti berdiri di belakang Tono. Wajahnya keriput dan dari mulutnya
79
mengalir darah. Ani bersembunyi di balik dinding. Nafasnya menjadi berat.
Perlahan-lahan ia pun kembali mengintip ke dalam kamar Tono. Tono sedang
menangis tersedu-sedu sementara Kunti di belakangnya menunduk ke telinga
Tono. Kunti menyeringai dan tertawa pelan ke telinganya.
6. Melihat hal itu, Ani pun melompati jendela kamar Tono dan menutup mulut
Kunti. Mata Kunti perlahan melirik ke belakang. Alisnya mengerut marah dan
dengan sekali gerakan, Kunti berbalik mendorong Ani. Kunti itu berteriak dan
menerjang tubuh Ani hingga menabrak pintu.
7. Mendengar suara pintunya berbunyi keras, Tono membuka matanya. Ia menoleh
ke belakang dan melihat pintunya terbanting-banting dengan sendirinya. Tono
terperanjat dan jatuh ke belakang. Dengan wajah ketakutan, Tono merangkak
mundur dan memanjat ke atas tempat tidurnya.
8. Kuntilanak mencekik Ani dan membanting-banting kepalanya ke arah pintu. Ani
pun balik mencekik kuntilanak itu dan membantingnya ke lantai.
9. Tono melihat pintunya berhenti bergerak. Ia pun bergerak perlahan untuk turun
dari tempat tidurnya dan bergerak ke arah pintu kamarnya. Tono mencoba untuk
membuka pintunya dan memeriksanya. Tono pun menutup kembali pintunya.
Ketika pintu itu tertutup, buku-buku tulis yang tersusun rapih di atas meja belajar
Tono terjatuh dengan sendirinya.
10. Ani menggosok-gosok meja Tono menggunakan wajah Kunti. Kunti berteriak
marah dan menyikut Ani. Ani terdorong ke belakang. Kunti pun bangkit dan
kembali mengincar leher Ani. Kali ini Kunti mengangkat tubuh Ani dan
memojokkannya ke pojok kiri atas ruangan sembari mencekiknya dengan kuat.
Kunti membuka mulutnya yang penuh darah dan berteriak kencang ke arah Ani.
11. Tono melihat seluruh kamarnya berguncang. Lampu kamarnya berkedip berkali-
kali dan pintu lemarinya terbuka dan tertutup dengan keras. Tono pun lari keluar
dari kamarnya sambil berteriak memanggil ayahnya.
12. Ani menutup matanya ketakutan. Urat-urat di tangannya terlihat jelas sembari ia
berusaha untuk melepas cekikan kuntilanak. Kuntilanak mulai tertawa-tawa. Lalu
terdengarlah suara seorang pria yang membacakan ayat kursi. Kuntilanak itu
berhenti tertawa. Ia pun mundur perlahan dan melihat kulit-kulit tangannya mulai
gosong. Tangan kuntilanak itu terbakar. Ia berteriak kencang. Kuntilanak itu
terjatuh ke lantai dan merangkak keluar melalui jendela kamar Tono
meninggalkan Ani yang masih melayang di atas kamar Tono.
80
13. Ani melihat ke arah pintu kamar Tono. Di sana ada Joko yang sedang komat-
kamit membacakan ayat kursi. Di sebelahnya ada TIA (35) seorang wanita muda
yang menggandeng tangan Joko sembari gemetar ketakutan. Sementara Tono
terlihat bersembunyi di balik kaki Joko. Sebuah api muncul di bahu kiri Ani. Ia
terkejut melihatnya. Namun, alih-alih mencoba untuk memadamkannya, Ani
turun ke arah Tono. Ani menunduk dan berlutut dengan satu kakinya di hadapan
Tono yang masih melihat ke arah atap kamarnya. Ani pun menyeka pipi Tono.
Tono terlihat kaget. Ia melihat ke arah Ani. Ani menutup matanya sambil
meneteskan air mata. Ani pun berdiri, api di bahunya menyebar hingga ke
tangannya.
14. Tono memanggil ibunya. Ani melihat ke arah Tono yang kini sudah bisa melihat
nya. Ani bertatapan dengan Tono, ia tersenyum sembari meneteskan air mata.
Separuh wajah Ani pun terbakar. Tono kembali memanggil ibunya. Kini sambil
menangis. Ani menoleh ke atas dan setitik cahaya jatuh di atasnya. Ani menutup
matanya. Tono kembali memanggil ibunya sambil mencoba untuk menyentuh
tangan Ani yang belum terbakar. Ketika Tono hampir menyentuh jemari Ani,
Tubuh Ani terbakar hangus menjadi abu dan menghilang dari hadapan Tono.
Tono tersungkur di hadapan Joko dan Ani. Joko yang sudah selesai membaca
ayat kursi pun menunduk untuk menenangkan anaknya. Dengan wajah
kebingungan, Joko dan Tia saling bertatapan dan mengelus-elus punggung Tono
yang menangis pilu.
81
Lampiran 5. Skenario
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92