Anda di halaman 1dari 72

SKRIPSI

PENCIPTAAN AKSENTUASI UNTUK MEMBENTUK


DIEGETIC SOUND PADA FILM BATAPATIH

AMENDA RIVALDO

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET DAN TEKNOLOGI
INSTITUT SENI INDONESIA PADANGPANJANG
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
PROGRAM STUDI TELEVISI DAN FILM
2023
SKRIPSI

PENCIPTAAN AKSENTUASI UNTUK MEMBENTUK


DIEGETIC SOUND PADA FILM BATAPATIH

AMENDA RIVALDO
06100218

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET DAN TEKNOLOGI
INSTITUT SENI INDONESIA PADANGPANJANG
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
PROGRAM STUDI TELEVISI DAN FILM
2023

ii
PENCIPTAAN AKSENTUASI UNTUK MEMBENTUK
DIEGETIC SOUND PADA FILM BATAPATIH

Skripsi Karya untuk memperoleh Gelar Sarjana


pada Program Studi Televisi dan Film
Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Padangpanjang

AMENDA RIVALDO
NIM. 06100218

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET DAN TEKNOLOGI
INSTITUT SENI INDONESIA PADANGPANJANG
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
PROGRAM STUDI TELEVISI DAN FILM
2023

iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI

Tanggal 02 Januari 2023

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Rosta Minawati, S.Sn M.Si Dr. Rustim. S. Pd., MA


NIP. 19721209 201012 2 001 NIP. 19690716 199203 1 003

Mengetahui,

Ketua Program Studi Televisi Dan Film


Fakultas Seni Rupa Dan Desain
ISI Padang Panjang

Hery Sasongko, S.Sn., M.Sn


NIP. 19780630 200812 1 004

iv
PENGESAHAN

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI

Tanggal 16 January 2023


PENCIPTAAN AKSENTUASI UNTUK MEMBENTUK
DIEGETIC SOUND PADA FILM BATAPATIH

Nama : Amenda Rivaldo


NIM : 06100218

Ketua Penguji : Choiru Pradhono, S.Sn,. M.Sn ( )


NIP. 19761014 200812 1 002

Anggota Penguji : Nitasri Murawaty Girsang, S.Pd.,M. Si ( )


NIP. 19930630 202203 2 020

Anggota Penguji : Hamzaini, S.Sn,. M.Sn ( )


NIDN. 0008119003

Pembimbing I : Dr.Rosta Minawati, S.Sn M.Si ( )


NIP. 19721209 201012 2 001

Pembimbing II : Dr. Rustim, S. Pd., MA ( )


NIP. 19690716 199203 1 003

Mengetahui,
Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain
ISI Padang Panjang

Yandri, S.Sn., M.Sn


NIP. 19710104 200003 1 002

v
PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim…

Puji syukur kepada ALLAH SWT atas limpahan nikmat, karunia, rezki, serta
hidayah yang telah diberikan sehingga pengkarya bisa menyelesaikan skripsi
karya ini.

Terimakasih kepada kedua orang tua yang saya cintai papa Men dan Mama
Jawanis yang telah membesarkan saya dengan penuh cinta, doa dan kasih
sayang yang paling tulus yang tidak ada habisnya. Semoga anakmu menjadi anak
yang berguna dan bisamembuatmu bangga, amin.

Terima Kasih kepada saudara terbaikku Yudha Mahendra, Radit Suhendri yang
sudah memberi kasih sayang, doa, dukungan, baik secara moril dan materi.

Terima kasih kepada sahabat terbaikku dari kecil Dafa, Dedi ,Fadil, Willy, Fella
dan seluruh keluarga ku yang telah memberikan doa dan support yang terbaik.

Terima Kasih untuk partner join ku Dafa, Willy dan Fella yang mau berjuang
bersama dari awal sampai akhir, Akhirnya kita bisa menyelesaikan lika liku
pendidikan ini sampai selesai, Selanjutnya Terima Kasih Kepada semua Crew,
Pemain, sahabat angkatan 2018 dan Orang-orang baik yang telah membantu
proses pembuatan film tugas akhir Batapatih dengan ikhlas. semoga kebaikan
yang kalian semua lakukan kelak dapat dibalas oleh ALLAH SWT amin.

Terima Kasih kepada kedua pembimbing Ibuk Dr. Rosta Minawati, S.Sn
M.Si dan Pak Dr. Rustim. S. Pd., MA yang telah membimbing saya dari
awal hingga akhir selama pengerjaan skripsi ini.

vi
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Mahasiswa : Amenda Rivaldo


NIM : 06100218
Minat Utama : Tata Suara
Judul Tugas Akhir : PENCIPTAAN AKSENTUASI
UNTUK MEMBENTUK DIEGETIC
SOUND PADA FILM BATAPATIH
Jenis Tugas Akhir : Karya Film

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penciptaan karya film fiksi yang

saya buat ini tidak terdapat bagian yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah

atau karya dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan penuh tanggung jawab,

sehingga saya bersedia menerima sanksi apabila di kemudian hari diketahui dan

terbukti tidak benar.

Padangpanjang, 09 Febuari 2022

Amenda Rivaldo

vii
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur Pengkarya ucapkan kehadiran Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunianya sehingga pengkarya dapat menyelesaikan

pengkaryaan skripsi dan karya film tugas akhir dengan konsep pencitptaan

aksentuasi untuk mencapai diegetic sound pada film Batapatih. Pengkaryaan

skripsi dan karya film tugas akhir ini dimaksudkan sebagai salah satu persyaratan

menyelesaikan perkuliahan Strata satu. Pengkarya sangat menyadari bahwa skripsi

dan karya film tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan bantuan dari berbagai

pihak. Tanpa dukungannya tidak mungkin pengkaryaan ini dapat terselesaikan.

Rasa hormat dan terima kasih pengkarya sampaikan kepada pihak–pihak yang telah

membantu sehingga pengkarya dapat menyelesaikan pengkaryaan skripsi dan karya

film tugas akhir, yaitu kepada:

1. Dr. Febri Yulika, S. Ag., M. Hum selaku Rektor Institut Seni Indonesia

Padang Panjang.

2. Yandri, S.Sn., M.Sn Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni

Indonesia Padang Panjang.

3. Hery Sasongko, S.Sn., M.Sn Ketua Program Studi Televisi dan Film Institut

Seni Indonesia Padang Panjang.

4. Dosen Peenguji Choiru Pradhono, S.Sn., M.Sn yang telah berkenan

membimbing serta memberikan masukan untuk kesempurnaan karya ini.

5. .Dosen Penguji Hamzaini, S.Sn., M. Sn yang telah berkenan membimbing

serta memberikan masukan untuk kesempurnaan karya ini.

viii
6. Dosen Penguji Nitasry Murawaty G. S.Pd., M. Si yang telah berkenan

membimbing serta memberikan masukan untuk kesempurnaan karya ini.

7. Dr. Rosta Minawati, S.Sn., M.si dan Dr. Rustim, S.Pd., MA sebagai

Pembimbing tugas akhir, yang telah berkenan membimbing serta memberikan

masukan untuk kesempurnaan karya ini.

8. Para Dosen Prodi Televisi dan Film yang telah banyak memberikan ilmu

serta pengalaman yang luar biasa, juga tentunya telah mengajarkan banyak hal

berkaitan dengan mata kuliah di Prodi Televisi dan Film ini.

9. Bang Dede, dan Bang Berry, Staf Administrasi Prodi Televisi dan Film yang

juga telah membantu dalam setiap keperluan yang dibutuhkan selama masa

perkuliahan hingga penyelesaian pengkaryaan skripsi dan karya film tugas akhir.

10. Kedua orang tua tercinta Men dan mamaku Jawanis, saudara kandungku

Yudha, Radit, Rangga dan seluruh keluarga ku tercinta.

11. Serta kepada para sahabat angkatan 2018 Terimakasih sudah mau berbagi

canda, tawa dan air mata pada masa perkuliahan.

ix
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN……………………………………………………………………………………………i
SAMPUL DALAM…………………………………………………………………………..……………..ii
PERSYARATAN GELAR.……………………………………………………...iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………………….iv
PENGESAHAN………………………………………………………………….v
PERSEMBAHAN………………………………………………………………..vi
PERNYATAAN…………………………………………………………………vii
UCAPAN TERIMAKASIH……………………………………………………..ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..x
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………..xi
DAFTAR TABEL………………………………………………………………..xii
GLOSARIUM………………………………………...………………………….xv
ASBTRAK…………………………………………………………….....……xxvii
ABSTRACT…………………………………………………………………...xviii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Penciptaan .................................................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penciptaan ................................................................... 4
1. Tujuan Penciptaan. ................................................................................... 4
2. Manfaat Penciptaan ................................................................................. .5
D. Tinjauan Karya................................................................................................ 5
E. Landasan Teori ................................................................................................ 9
F. Metode Penciptaan ........................................................................................ 11
1. Persiapan ................................................................................................ 11
2. Perancangan ............................................................................................ 11
3. Perwujudan ............................................................................................. 11
G. Jadwal Pelaksanaan ....................................................................................... 12
BAB II KONSEP DAN PROSES PENCIPTAAN ............................................... 13
A. Konsep penciptaan ........................................................................................ 13
B. Proses penciptaan .......................................................................................... 14
BAB III HASIL DAN ANALISIS KARYA ......................................................... 20
A. Hasil karya .................................................................................................... 20

x
B. Analisis karya ................................................................................................ 25
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 43
A. Kesimpulan ................................................................................................... 43
B. Saran .............................................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 45

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Poster film Tarung Sarung (2020)…………………………………....5

Gambar 2. Poster film Marlina Si Pembunuh Empat Babak (2017)…………......6

Gambar 3. Poster film Petaruhan ………………………………………………..8

Gambar 4. Zoom H8 sebagai alat perekam suara ………………………………16

Gambar 5. Wireles Boya………………………………………………………...17

Gambar 6. Wireles Senneisher ………………………………………………….17

Gambar 7. Rode NTG 3 …………………………………………………………18

Gambar 8. Diegetic on Screen ……………………………………………….....25

Gambar 9. Penciptaan Aksentuasi Diegetic on screen ……………………….....25

Gambar 10. Diegetic on screen ………………………........................................26

Gambar 11. Penciptaan Aksentuasi Diegetic on Screen ………………………...27

Gambar 12. Diegetic off Screen ………………………………………………...28

Gambar 13. Penciptaan Aksentuasi Diegetic off Screen ………………………...28

Gambar 14. Diegetic on Screen ……………………….......................................29

Gambar 15. Penciptaan Aksentuasi Diegetic on Screen ……………………………30

Gambar 16. Diegetic on Screen ……………………….......................................31

Gambar 17. Penciptaan Aksentuasi Diegetic on Screen ………………………...31

Gambar 18. Diegetic off Screen ………………………………………………....33

Gambar 19. Penciptaan Aksentuasi Diegetic on Screen ………………………...33

Gambar 20. Diegetic off screen ………………………………………………….34

Gambar 21. Penciptaan Aksentuasi Diegetic off Screen ………………………...35

Gambar 22. Diegetic off Screen ………………………………………………....36

xii
Gambar 23. Penciptaan Aksentuasi Diegetic off Screen ……………………………36

Gambar 24. Diegetic on screen ……………………………………….………....38

Gambar 25. Penciptaan Aksentuasi Diegetic on Screen ………………………...38

Gambar 26. Diegetic on screen ………………………………………………....40

Gambar 27. Penciptaan Aksentuasi Diegetic on Screen …………………….…..40

xiii
DAFTAR TABEL

No. Nama Halaman

1. Jadwal Pelaksanaan Film …………………………………………..12

2. Breakdown hasil aksentuasi membentuk diegetic sound…………..21

3. Kajian suara dari scene 4 film Batapatih …………………………..26

4. Kajian suara dari scene 6 film Batapatih …………………………..27

5. Kajian suara dari scene 7 film Batapatih …………………………..29

6. Kajian suara dari scene 8 film Batapatih …………………………..30

7. Kajian suara dari scene 10 film Batapatih …………………………32

8. Kajian suara dari scene 11 film Batapatih …………………………34

9. Kajian suara dari scene 15 film Batapatih ………………………... 35

10. Kajian suara dari scene 19 film Batapatih …………………………37

11. Kajian suara dari scene 20 film Batapatih …………………………39

12. Kajian suara dari scene 24 film Batapatih …………………………41

xiv
Glosarium

Acting Kemampuan seseorang dalam menghayati

suatu peran dan perilaku yang spesifik

terhadap karakter tokoh tertentu didalam

tuntutan cerita.

ADR Automated Dialog Replacenment dimana

merupakan proses pengulangan perekaman

dialog yang dilakukan di studio pada tahapan

pengerjaan audio post. Perekaman dilakukan

dengan orang yang sama dengan pemain

aslinya. Hal ini digunakan dalam

pertimbangannya untuk mendapatkan hasil

kualitas suara yang lebih baik secara acting

suara maupun kualitas teknis rekaman.

Assembly Tahapan awal kerja editor untuk menyusun

data materi syuting sesuai skenario.

Ambiance Meupakan bagian dari unsur – unsur suara

didalam film, yang bersifat repleksi suara

dalam upaya untuk mengambarkan setting

atau tempat serta ruang tertentu. Suasana

kantor, pasar, sekolahan, lingkungan

perumahan dan lain – lain.

xv
AIFF Audio interchange file format yaitu format

audio digital dibawah system machintosh

operating system atau MAC.

Bit Depth adalah jumlah banyaknya bilangan binary

untuk membentuk sebuah sampling audio

didalam proses computer dimana bit depth

sangat berpengaruh terhadap dinamika

imagi lebarnya suara atau dynamic range

dari sebuah sampling data audio.

Boom merupakan bagian dari asesoris microphone

yamg umunya digunakan di sebuah perkeman

suara film. Bentuknya seperti pistol yang

memiliki peredam yang lentur (shouck

mount) yang mengikat microphone.

Breakdown sound adalah suatu table yang berisikan tentang

kumpulan unsur suara – suara pada film yang

merupakan terjemahan dari scenario.

Crowded suatu unsur suara yang bersifat suasana

keramaian tertentu. Contohnya seperti jalan

raya, tempat makan yang ramai pengunjung,

xvi
pasar dan lainnya yang menyangkut suasana

ramai.

Cardioid polar jenis polar ini memiliki output dua kali lipat

dari omnidirectional tetapi hanya memiliki

ruang sudut penerimaan sauara dengan

kisasaran membentuk 90 derajat kearah

didepan. Cadioid ini berawal benar-benar

terbuat dari pita, ada substansial pick-up

suara di bagian depan dan beberapa putaran

ke samping.

Dubbing ialah suatu proses perekaman dialog dimana

dilakukan oleh suara orang lain dengan

tujuan mencapai kualitas sesuai karakter

suara yang diinginkan diciptakan. Dubbing

umumnya digunakan pada alih bahasa atau

film kartun.

Double system ialah sistem perekaman terpisah, dimana alat

perekaman suara dan gambar terpisah.

Dolby Digital 5.1 suatu system encoding audio yang terdiri

dari 6 loudspeaker dan terdiri dari Left,

Center, Right, Lift Surround, Right Surround,

Subwoofer / LFE Low Frequensi Effect.

xvii
dB Decibel ialah satuan dari loudness atau

kekerasan suara.

Digital Clapper adalah suatu alat untuk menyamakan system

timecode yang berisikan angka satuan waktu

dalam film sehingga selaras denga satuan

waktu anatara alat perekam suara dan alat

perekam gambar.

Diegetic sound adalah sumber suara yang berasal dari dalam

objek atau subyek karakter dalam film.

Editing Proses pengorganisasian, pemilihan,

pemotongan dan penyusunan materi syuting

berupa kumpulan shot dalam bentuk gambar

dan suara (audio video) berdasarkan cerita

sehingga shot menjadi sebuah rangkaian

gambar dan suara sebuah film.

Editor Sebutan bagi seseorang yang berprofesi

sebagai ahli penataan gambar atau video dan

bertugas untuk menyusun hasil material

syuting sehingga membentuk satu kesatuan

cerita.

xviii
F

Foley adalah jenis perekaman ulang bagaian dari

sound effect yang menjadi tuntutan dalam

scene suatu film. Contohnya seperti footstep,

suara tutup pintu dan suara efek lainya

dengan tujuan raelitas maupun dramatik.

Final cut Proses editing berupa potongan-potongan

shot yang baik dan tersusun rapi berdasarkan

dengan persetujuan dan sesuai dengan

kemasan editing yang diinginkan oleh

sutradara dan produser.

Genre Bentuk dari kategori atau klasifikasi tertentu

dari beberapa film yang memiliki keragaman

bentuk, latar, tema, suasana dan lainnya.

lavalier adalah jenis microphone berbentuk kapsul

kecil yang memiliki fungsi yang sama dengan

microphone lainnya. Microphone jenis ini

dapat dipasang secara tersembunyi di bawah

dasi atau didalam pakaian pemain.

xix
Linear Pola waktu yang berjalan berurutan sesuai

dengan kenyataannya.

Mixer suatu alat yang kegunaannya untuk

mengolah, mengabungkan dan mengatur

sumber – sumber suara yang masuk dengan

system per-chanel / sumber suara dngan

tujuan mencapai keseimbangan dan

harmonisasi gabungan sumber – sumber

suara.

Music Suara yang disusun dan dikomposisi dengan

demikian rupa sehingga mengandung irama

yang berasal dari berbagai macam instrument

musik.

Married Print proses penggabungan materi Picture Lock

atau gambar dengan materi final mixs audio

yang telah melalui tahapan mixing dan

mastering.

Naratif adalah suatu metode penuturan dengan

merangkaikan peristiwa yang saling

berhubungan satu sama lainnya dan terikat

xx
oleh logika sebab-akibat (kausalitas) yang

terjadi dalam suatu ruang dan waktu.

Non diegetic sound adalah sumber suara dalam film yang berasal

dari luar frame cerita film.

omnidirectional adalah tipe microphone dengan sudut

penerimaan suara dari segala arah.

OMF Open Media Framework adalah suatu format

data digital computer yang berisikan dari

susunan track audio yang berasal dari

software editing ataupun audio.

Pre-mixs adalah tahapan awal teknik proses

pengolahan dari berbagai track audio yang

diolah untuk mendapatkan gambaran bentuk

konsep mixing yang ingin dicapai.

Picture Lock Proses akhir penyusunan editing dimana

tahapan editing telah mencapai pada rangkain

susunan shot editing yang dinginkan.

xxi
R

Range Frequensi adalah bentangan ambang batasan frequency

yang berada pada kisaran frequency 20 Hz -

20.000 Hz.

Reading Proses pembacaan naskah oleh pemain untuk

kemudian diimplementasikan pada karakter

penokohan sesuai tuntutan skenario.

Recce Proses simulasi teknik sebelum shooting

dilakukan.

Rehearsal Proses latihan dengan tujuan pada

pendalaman karakter untuk para pemain.

Rough Cut Proses editing berupa potongan-potongan

shot-shot kasar dengan tujuan membuat

kerangka editing bedasarkan naskah yang

ada.

Speech adalah unsur suara yang terdiri dari monolog,

dialog, narasi, dan voice over.

Surprise ialah suatu bentuk kejutan yang disajikan

pada penonton film sehingga penonton

terkecoh atas dugaan yang terbangun oleh

penonton iyu sendiri.

xxii
SFX Sound Effect ialah salah satu unsur suara yang

disajikan untuk menciptakan realita dan

dramatik yang dibangun oleh elemen suara

sesuai fungsinya yaitu ralitas dan fungsional.

Sampling rate adalah satuan resolusi suara dalam bentuk

sampling signal audio digital dan

berbentuk bilangan binary. Sampling rate

dapat menunjukan standar audio, yaitu 44.1

Khz untuk standar audio CD, 48kHz untuk

video broadcast, 96 untuk standar resolusi

recording, 192 kHz sebagai High Definition

audio.

Sound mixer production adalah salah profesi structural didalam

depertemen audio yang bertugas dan

bertanggung jawab atas kualitas rekaman

sumber perekaman pada saat produksi suara.

Sound Designer adalah orang yang berprofesi sebagai

membuat konsep dalam penciptaanya

terhadap unsur suara didalam film,

bertanggung jawab untuk seluruh unsur suara

dalam film..

xxiii
Stereo adalah format suara yang terdiri dari left dan

right dengan penyajian suara dengan dimensi

suara 180 derajat.

Surround 5.1 adalah format reproduksi suara yang terdiri

dari L,R,LS,RS,C dan Subwoofer yang

umumnya digunakan sebagai standar

minimal reproduksi suara film surround

dengan imagi suara 360 derajat mengintari

audiencenya.

Sync Audio Rushes adalah proses mensingkronkan antara materi

gambar dengan materi suara.

Subwoofer. adalah suatu loadspeaker yang memiliki

range frequensi yang rendah mulai dari 40-

100hz. Loadspeaker ini juga biasa di sebut

LFE (Low Frequensi Effect).

Sound Report managemen data materi suara yang

merupakan uraian hasil tahapan produksi

suara, yang di catat dengan urutan timecode,

shot, take, scene, slate, serta nama file dan

nilai baik tidaknya file suara tersebut dalam

memutuskan hasil deskripsi teknis rekaman.

xxiv
Timecode Timecode merupakan satuan signal waktu

yang terdiri dari jam, menit, detik dan jumlah

frame yang terdata pada saat rekam gambar

maupun suara.

Talent Coordinator Orang yang bertugas mengkoordinasikan

para pemain, dari mulai proses pencarian

pemain, jadwal reading dan rehearsal,

sampai proses syuting berlangsung, serta

memastikan semua fasilitas kenyamanan

pemain selama melakukan pekerjaannya.

Voice over sering disebut “suara hati” yang merupakan

ungkapan dari ekspresi perasaan ataupun

emosi pemain dengan menggunakan suara,

baik didalam frame maupun diluar frame.

Voice Acting adalah bentuk karakter suara yang

diekspresikan pada dialog maupun dalam

bentuk speech yang lain untuk mencapai

sebuah kekuatan emosi yang ada

dipemeranan atau penokohan.

Workflow skema atau alur proses kerja sesuai dengan

system dan metode serta managemen

xxv
produksi suara sesuai dengan tahapannya

yang harus dipatuhi agar sesuai dengan

perwujudan konsep yang dinginkan.

WAV Waveform audio format, yaitu format audio

yang dikembanghkan microshop sebagai

standar audio format.

Wrap Istilah telah selesainya proses produksi dalam

produksi film.

xxvi
ABSTRAK

Film BATAPATIH menceritakan tentang seorang anak yang berkelahiran


Minang yang telah lama menetap di kota, Ryan hidup bersama ayahnya yang sibuk
dengan pekerjaannya. Ayah Ryan yang mengidap penyakit kronis khawatir dengan
masa depan Ryan, sehingga mengharuskan Ryan pulang kampung kelahirannya di
Minangkabau. Selama menetap di Minangkabau Ryan menemukan hal yang tidak
pernah ditemukan dikota, yakni belajar silat dengan seorang guru untuk
menemukan jati dirinya. Konsep tata suara yang digunakan pada film fiksi
Batapatih adalah penciptaan aksentuasi untuk mencapai diegetic sound. Diegetic
sound adalah adalah semua suara yang berasal dari dalam dunia cerita filmnya.
Aksentuasi adalah suara yang dilakukan oleh tokoh dalam cerita film. Teknik
Aksentuasi bertujuan untuk memberikan penekanan pada suara yang dilakukan
oleh tokoh dalam cerita. Aksentuasi digunakan bertujuan untuk tercapainya konsep
diegetic sound yang lebih real dan dramatik

Kata Kunci: Film Batapatih, tata suara , diegetic sound, Aksentuasi .

xxvii
ABSTRACT

The film Batapatih tells the story of a child from Minang who has long
lived in the city, Ryan lives with his father who is busy with his work. Ryan's father,
who has a chronic illness, is worried about Ryan's future, so he has to return to his
hometown in Minangkabau. During his stay in Minangkabau, Ryan found
something that was never found in the city, namely studying martial arts with a
teacher to find his identity. The sound concept used in the fictional film Batapatih
is the creation of accents to achieve a diegetic sound. Diegetic sound is all sound
that comes from within the world of the film's story. Accentuation is the sound
made by the characters in the film's story. The Accentuation Technique aims to
emphasize the voices made by the characters in the story. Accentuation is used to
achieve a more real and dramatic diegetic sound concept

Keywords: Batapatih film, sound system, diegetic sound, Accentuation.

xxviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga adalah kelompok kecil yang memberikan pedoman dan aturan

dalam bermasyarakat. Disamping itu, fungsi keluarga membesarkan dan

mensosialisasikan anak berbagai nilai-nilai dan norma sosial untuk diterapkan

dimasyarakat, agar orang dapat memahami apa yang dianggap baik dan apa yang

dianggap buruk, sehingga memberikan dampak positif dan dapat diterima oleh

masyarakat luas.

Berkaitan dengan penjelasan diatas, mengstimulasi keresahan pengkarya

dalam membuat karya film Batapatih, yang menceritakan tentang seorang anak

kelahiran Minang yang telah lama menetap di kota, Ryan hidup bersama ayahnya

yang sibuk dengan pekerjaannya dan ibu yang telah lama meninggal membuat Ryan

kurang kasih sayang dari orang tua yang membuat Ryan mendapat lingkungan

pergaulan yang tidak baik. Ayah Ryan yang mengidap penyakit kronis khawatir

dengan masa depan Ryan, sehingga mengharuskan Ryan pulang kampung

kelahirannya di Minangkabau. Selama menetap di Minangkabau Ryan banyak

menemukan hal yang tidak pernah ditemukan dikota, yakni belajar silat dengan

seorang guru untuk menemukan jati dirinya. Cerita ini di wujudkan dalam film yang

pengkarya garap.

Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan

suatu pesan kepada kelompok orang yang berkumpul disuatu tempat tertentu. Film

terdapat audio visual yang menyampaikan informasi kepada penonton. Visual

1
2

dihadirkan melalui wujud tokoh, lokasi, suasana, waktu. Sedangkan informasi

melalui audio dapat diperoleh dari dialog, suasana, waktu.

Suara bertujuan untuk menginformasikan cerita, akan tetapi memiliki batasan yang

ada didalam frame. Suara terpengaruhi oleh batasan yang berada pada frame, karena

suara diluar dan didalam frame mempunyai karakter yang berbeda, suara lebih

bersifat bebas dalam menyampaikan informasi (Himawan, 2008: 160). Suara

memiliki banyak cara untuk menyampaikan informasi secara verbal maupun non-

verbal, informasi verbal berupa kata-kata yang diucapkan dalam tokoh atau narasi.

Sedangkan informasi non-verbal meliputi emosi tokoh, nuansa, dan suasana yang

disampaikan melalui sound effect dan music.

“ Unsur-unsur suara terbagi atas tiga bentuk: Speech, Effect Sound dan musik
” Speech diartikan sebagai suara yang keluar dari mulut manusia dengan bentuk
bahasa. Effeck Sound secara sederhana dapat diartikan sebagai suara yang tidak
sengaja dibuat oleh manusia. Musik secara sederhana dianggap sebagai suara yang
disengaja dibuat oleh manusia dan memiliki aturan-aturan tertentu, seperti irama,
ketukan dan tempo (Dony, 2011: 6).

Suara memiliki 2 bagian, yaitu Diegetic Sound dan Non Diegetic Sound,

Pengkarya menggunakan suara diegetic yang berasal dari objek atau karakter dalam

cerita film. Diegetic mempengaruhi persepsi, emosi, dan mewujudkan suasana pada

isi cerita dengan suara yang realis. Dalam penciptaan karya ini. Pengkarya juga

menggunakan aksentuasi sebagai penguat effect pada film Batapatih.

Aksentuasi merupakan penekanan suara yang dilakukan oleh tokoh dalam

suatu bunyian atau suara pada kata-kata dan artikulasi kejelasan vocal, intonasi,

nada bicara untuk memberikan petunjuk tentang latar belakang karakter, karakter

utama. Penggunaan dialog dapat menyampaikan informasi penting yang tidak dapat

disampaikan secara visual (Parole, 2019: 4).


3

Penerapan aksentuasi pengkarya meberikan penekan suara dengan

menggunakan teknik balance dan frekuensi untuk mencapai diegetic sound.

Balance bertujuan untuk meselaraskan perpindahan audio dan memfokuskan

sumber suara. Frekuensi adalah tinggi rendah suara dalam film, pada film batapatih

pengkarya menerapkan aksentuasi pada adegan orang latihan silat dihalaman

masjid, suara yang di aksentuasi adalah suara tinju, tendangan dan dialog dengan

menggunakan teknik balance dan frequensi dapat mewujudkan sound diegetic.

Frekuensi yang diterapkan bertujuan untuk mengatur tinggi rendah suara yang

berasal dari sumber suara, supaya tidak terjadi jumping pada perpindahan gambar.

Ketertarikan penulis terhadap diegetic sound yang akan diterapkan dalam

pencapaian penataan suara dalam film Batapatih yaitu membangun suasana suara

agar dapat meningkatkan dramatic pada cerita, penyampaian informasi, dan dapat

menggambarkan bagaimana waktu kejadian pada cerita. Mewujudkan infomasi

didalam sebuah film menggunakan tata suara dapat dicapai dengan diegetic sound

didalam penataan suaranya. Berfokus dengan Aksentuasi Effect suara yang tepat

untuk isian cerita pada film. Diegetic sound terdapat 3 Effect, yaitu : Hard Effect,

Ambience Effect, dan Folley. Effect suara dikemas dengan menekankan unsur-unsur

suara yang berasal dari objeck yang di peradegankan oleh tokoh. Unsur suara

tersebut diterapkan untuk membuat suara menjadi realita, dan membangun suasana

dengan menggambarkan kondisi yang terjadi atau mood yang ditimbulkan dari

suara yang berasal dari cerita.


4

B. Rumusan Penciptaan

Rumusan ide penciptaan adalah bagaimana menciptakan aksentuasi untuk

mencapai diegetic sound pada film batapatih.

C. Tujuan dan Manfaat Penciptaan

1. Tujuan Umum

Tujuan penulis adalah memberi informasi dan pengetahuan kepada anak zaman

sekarang terhadap pengaruh perilaku lingkungan sekitar.

2. Tujuan Khusus

Tujuan dari menggunakan konsep aksentuasi untuk membentuk diegetic sound

pada film Batapatih adalah untuk memberikan informasi tentang situasi, keadaan

dan suasana yang ada dalam cerita.

3. Manfaat Teoritis

Untuk memberikan wawasan dan informasi kepada pembaca maupun penonton

serta mendapatkan perbandingan dengan karya-karya lainnya, hasil karya ini

diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dan referensi dalam menciptakan karya-

karya seni lainnya terutama dalam bidang tata suara.

4. Manfaat Praktis

a. Sebagai tempat pengkarya untuk mengaplikasikan ilmu editing yang telah

pengkarya pelajari selama perkuliahan, serta menambah pengalaman baru

dalam menerapkan konsep diegetic sound kedalam sebuah film fiksi


5

b. Terciptanya sebuah karya film fiksi berjudul Batapatih ini, menjadi bahan

rujukan dalam menciptakan karya-karya seni lainnya. Selain itu, menambah

koleksi untuk lembaga pendidikan/institusi.

c. Pada film fiksi Batapatih ini bisa menjadi tambahan untuk referensi tontonan

dan hiburan serta mendapat pelajaran yang diambil dari tontonan tersebut.

D. Tinjauan Karya

Pada penciptaan karya ini penulis tidak lepas dari dari beberapa aspek yang

membuat penulis termotivasi dalam sebuah pernciptaan karya, seperti referensi,

karya, teknik serta konsep yang digunakan memiliki persamaan dalam penataan

suara.

1. Tarung Sarung (2020)

Gambar 1. Poster film Tarung Sarung


( Sumber:https://www.imdb.com/title/tt11749980/,2022)

Film Tarung Sarung disutradarai oleh Archie Hekaghy yang diproduksi oleh

Starvision. Film Tarung Sarung menceritakan kisah seorang anak orang kaya yang
6

mempunyai darah Bugis dari ayahnya. Kesamaan film ini dengan karya yang akan

pengkarya produksi yaitu sama-sama berlatar belakang budaya. Dalam film ini

melihat karakter tokoh Deni yang penuh dengan harta membuat karakteknya manja

dan suka dengan pergaulan bebas.

Dalam konsep penataan suara film Tarung Sarung terdapat beberapa penerapan

aksentuasi untuk mencapai diegetic sound yang digunakan seperti ambience, effect,

dan dialog. Pada adegan latihan tarung sarung suara yang dihasilkan adalah suara

tendangan dengan menggunakan effect dan didukung dengan ambience yang

menciptakan ruang diegetic untuk mendukung informasi ruang dan waktu serta

emosi penonton.

2. Marlina Si Pembunuh Empat Babak 2017

Gambar22.
Gambar
Poster film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak
( Sumber:https://id.pinterest.com/pin/350014202282242849/, 2022)
Film ini merupakan film buatan Indonesia
7

Film ini merupakan film buatan indonesia yang di Sutradarai oleh Mouly Surya

dan di bintangi oleh Marsha Timothy yang diliris pada 16 November 2017 yang

berceritakan tentang. Suatu hari di sebuah padang sabana Sumba, Indonesia,

sekawanan tujuh perampok mendatangi rumah seorang janda bernama Marlina

(Marsha Timothy). mereka mengancam nyawa, harta dan juga kehormatanMarlina

dihadapan suaminya yang sudah berbentuk mumi, duduk di pojok ruangan.

Persamaan film tersebut dengan karya pengkarya terletak pada alur cerita dan

alur cerita dan juga penempatan frekuensi, balance dan ambience yang digunakan.

Aksentuasi pada film Marlina adalah penekanan suara yang dihasilkan dari tokoh,

seperti pada adegan suami marlina dan kawan kawan sedang pesta di ruang tengah

dan adegan marlina sedang memasak didapur, terdapat dua adegan berbeda yang

saling berkaitan dalam ruang yang sama, dengan menggunakan Aksentuasi dengan

teknik balance sehingga suara yang di hasilkan dapat berfokus pada satu sumber

suara yang berada dalam ruang cerita. Pengkarya termotivasi dalam menciptakan

penataan suara yang diciptakan oleh film Marlina si pembunuh empat babak dengan

menggunakan konsep aksentuasi untuk menciptakan ruang cerita diegetic yang

memberi kesan realis.


8

3. Petaruhan

Gambar 3
Poster film Petaruhan
(Sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Pertaruhan#/media/Berkas:Pertaruhan.jpg.
2022)

Bercerita tentang kehidupan empat orang saudara laki-laki, Ibra (Adipati

Dolken), Elzan (Jefri Nichol), Amar (Aliando Syarief), dan si bungsu Ical (Giulio

Parengkuan). Mereka hidup sederhana bersama Ayah mereka, Pak Musa (Tio

Pakusadewo) yang bekerja sebagai satpam di sebuah Bank. Walaupun gajinya

sebagai satpam tidak seberapa tetapi Ayah mereka sangat loyal dan berdedikasi

tinggi pada pekerjaannya. Ia pekerja keras yang bekerja untuk keluarganya.

Dialog yang dihadirkan dalam film ini membantu dalam menyampaikan

informasi seperti Diegetic Sound member kesan ruang kepada tokoh utama.

Ambience yang dihadirkan membentuk suasana desa sesuai dengan visual yang

dihadirkan.
9

E. Landasan Teori

Diegetic Sound adalah suara yang berasal dari ruang cerita (diegesis). Bila

sumber suaranya dan terlihat dilayar, seperti dialog, monolog, direct address dan

sebagainya disebut dengan Diegetic-On Screen Sound. Sedangkan bila tidak terlihat

didalam layar seperti voice over dan monolog interior maka disebut sebagai diegetic

of screen sound. Untuk mendukung adegan pada film Batapatih suara akan dibuat

menjadi Diegetic seperti dialog, ambience, dan juga music. Audio dapat

menginformasikan adegan yang sedang dilakukan untuk mendukung informasi

ruang dan waktu. Beberapa dialog dalam film Batapatih akan dibuat menjadi

diegetic off screen sesuai dengan visual dan adegan. General effect ambience akan

terdengar nyata sesuai dengan suasana perkampungan.

Menurut David broadwell dalam buku (Film Art: An Introduction 2013: 273)

dalam film terdapat tiga unsur suara yairu speech, suara efek dan musik. Speech

terdiri dari monolog, dialog, direct addres dan narasi. Dalam film Batapatih, dialog

digunakan oleh para tokoh untuk mendukung aksentuasi dan menyampaikan

infomasi kepada penonton tentag masalah yang terjadi, dan bagaimana para tokoh

menyelesaikan masalahnya.

Menurut Ric Viers, “sound effect adalah suara apapun, selain musik atau

speech, yang diproduksi ulang untuk menciptakan efek dalam presentasi dramatis,

seperti suara badai atau pintu yang berderit”. Sound effect ada suara yang terdengar

dari dalam film cerita yang bersumber dari gerakan tokoh atau pun dari luar tokoh

itu sendiri. Sound effect juga dapat berasal dari luar cerita yang sengaja dibuat untuk

kebutuhan tertentu dalam film.


10

Efek suara berdasarkan fungsi dibagi dua, yang pertama efek suara realitas

yakni efek suara yang dihasilkan dari cerita film. Kedua, efek suara fungsional

yakni suara untuk mendukung suasana, dramatisasi pada film. Kemudian musik

merupakan iringan dalam film, baik itu musik ilustrasi lagu atau lagu (Nathan

Abrams, ian Bell dan Jan Udris. 2001: 110; Pratista, 2017: 197)

Menurut Roger Manvell & Jhon Huntley dalam buku (The Technique of film

music 1990 : 114) Musik didalam film digunakan untuk menambahkan dimensi

dalam sebuah cerita. Karena dengan menggunakan musik, pembuat film dapat

mengendalikan emosi penonton dalam mengikuti cerita. Musik dalam film dapat

digunakan untuk meningkatkan atau menurunkan emosi penonton, sesuai dengan

kebutuhan cerita.

Ambience adalah suara latar yang ada dalam adegan atau scene untuk

menunjukkan tempat atau lokasi. Fungsi dari adanya ambience sound sangat

penting dalam produksi sebuah film yaitu selain menunjukkan tempat, ambience

sound berfungsi sebagai kesinambungan suara dalam adegan film, sehingga

penciptaan visual yang dibuat dari susunan shot tidak terasa oleh penonton. ( Nisa,

2018: 39)

Suasana emosi kondisi yang sedang terjadi akan di pengaruhi oleh pengindra

(presepsi), pikiran, dan perilaku manusia juga disertai oleh perasaan atau emosi,

perasaan yang timbul ittu akan menjadi perasaan yang tidak senang dan senang

(Sarlinto, 2017: 123).


11

F. Metode Penciptaan

1. Persiapan

Dalam tahapan ini penulis melakukan diskusi dan bertukar pikiran mengenai

isi cerita pada naskah sutradara dan penata gambar untuk mengembangkan ide

menjadi skenario. Setelah itu penulis berdiskusi dengan dosen dan

mengapresiasikan bahan-bahan pendukung lainnya yang dapat memperkuat konsep

pengkarya.

2. Perancangan

Pada tahap ini pengkarya merancang bagaimana pengaplikasian konsep

yang telah didapat dari referensi bacaan atau dari film. Pada saat produksi dan pasca

produksi, ada beberapa hal yang penulis siapkan baik itu fasilitas atau alat yang

digunakan dalam mengolah suara pada film Batapatih..

3. Perwujudan

Dalam tahap produksi penulis bertanggung jawab sebagai penata suara

dilapangan yang disebut dengan Sound Mixer Production, untuk memenuhi

kebutuhan konsep Diegetic sound penulis sebagai penata suara pada tahap produksi

merekam suara dilapangan, seperti dialog pemain, ambience sesuai dengan lokasi

sebagai penunjang realitas.

Penulis sebagai penata suara mengidentifikasi sumber suara, kemudian

mengolah suara, penulis memastikan suara yang dihasilkan pada saat dilapangan

dapat digunakan. Jika terjadi kendala pada suara yang direkam pada saat produksi
12

maka penulis akan melakukan ADR (Automated Dialog Replacemen) yaitu

merekam ulang suara pada saat pasca produksi.

G. Jadwal Pelaksanaan

Produser : Orang Tua

Director : Willy Furqan

D.O.P : Dafa Arya Perdana

Editor : Fella Ridalva

Sound : Amenda Rivaldo

Tabel 1
Jadwal pelaksanaan film Batapatih

(Sumber: Amenda Rivaldo, 2022)


13

BAB II

KONSEP DAN PROSES PENCIPTAAN

A. KONSEP PENCIPTAAN

Penulis secara umum menekankan unsur-unsur efek suara yang bersifat

diegetic atau berasal dari objek-objek di dalam ruang cerita, unsur suara tersebut

kemudian diterapkan untuk menghadirkan rangsangan emosional yang

diwujudkan dengan suara yang realis. Suara-suara non-diegetic sengaja dihadirkan

untuk merepresentasikan penggambaran emosi dan suasana.

Pengkarya menciptakan aksentuasi dengan menggunakan teknik balance dan

frekuensi untuk mencapai diegetic sound. Balance bertujuan untuk meselaraskan

perpindahan audio dan memfokuskan sumber suara. Frekuensi adalah tinggi

rendah suara dalam film, pada film batapatih pengkarya menerapkan aksentuasi

pada adegan orang latihan silat dihalaman masjid, suara yang di aksentuasi adalah

suara tinju, tendangan dan dialog dengan menggunakan teknik balance dan

frequensi dapat mewujudkan sound diegetic.

Konsep pengkarya menggunakan diegetic sound dengan Aksentuasi

motivasi estetik untuk memberikan suara realis dengan menggunakan effect

fungsional, dan effect realis untuk membangun dramatik pada cerita, dan

menggambarkan kondisi pemain dan mood pemain didalam ruang cerita pada film

Batapatih.
14

B. PROSES PENCIPTAAN

Dalam merealisasikan kebutuhan audio dari naskah film Batapatih pada

tahapan ini, pengkarya meninjau kembali dan memperhatikan setiap shot dari

adegan yang ada di dalam naskah. Pengkarya membuat breakdown sound yang

sudah didiskusikan dengan sutradara dan editor untuk mengetahui apa saja

kebutuhan audio yang diambil pada saat proses di lapangan maupun untuk

kebutuhan di pasca produksi. Setelah breakdown selesai, pengkarya

memaksimalkan audio yang diambil di lapangan saat proses syuting dilakukan.

Pengkarya membuat sound report untuk mencatat file number agar mempermudah

dalam mensinkronisasi audio dengan visual, serta keterangan audio yang sudah

diambil supaya mempermudah sound designer saat mendesain audio diproses pasca

produksi. Untuk mengantisipasi apabila suara yang di lapangan kurang memadai,

pengkarya memaksimalkandengan sound library, wild track, ADR dan foley pada

film Batapatih.

Untuk mewujudkan konsep Aksentuasi untuk mencapai diegetic soundpada

film Batapatih penulis melakukan tahapan sebagai berikut:

1. Produksi

Dalam tahapan produksi penulis berperan sebagai production mixer yaitu

orang yang melakukan perekaman suara dilapangan dan penulis dibantu oleh tim

tata suara yaitu asisten penata suara yang bertugas memastikan semua alat-alat yang

dipakai saat produksi sesuai dengan yang diinginkan oleh production mixer dan

membantu dalam pemasangan clip on kepada pemain dan production mixer juga

dibantu oleh boom operator yang bertugas mengoperasikan shotgun mic.


15

Perekaman suara dalam film Batapatih menggunakan hand recorder zoom H8

dengan 6 channel input.

Gambar 4
Hand Recorder Zoom H8
Sumber ( https://www.amazon.com/Zoom-12-Track-Portable-Recorder-Wide-
Mouth/dp/B08GG93GLK/, 2022 )

Selain mengguanakan hand recorder zoom h8 penulis juga mengunakan

juga menggunakan 2 tipe michrophone yaitu dynamic lavalier dan shotgun mic.

Dalam perwujudan karya ini penulis menerapkan doble system recorder untuk

perekaman suara dalam film Batapatih. Doble system recorder adalah system

perekaman terpisah dalam artian metode ini memisahkan perekaman suara dan

gambar (Wyatt and Amyes, 2005: 261).

Lavalier adalah mic kecil yang berbentuk kaplus kecil yang memiliki kualitas

suara yang baik untuk menangkap suara. Mic ini memiliki sifat omni directional,

yaitu menerima suara dari segala arah.


16

Gambar 5.
Wireles Boya
Sumber (https://shopee.co.id/Mic-Wireless-Boya-BY-WM8-Pro-K2-Microphone-
Camera-Boya-ORIGINAL-i.71428170.1864163497 /2022)

Gambar 6
Wireles Sennheiser G4 ew.
Sumber (https://www.tokocamzone.com/%20Boya-BY-WM6-Wireless-
Microphone/, 2022)
Lalu penulis juga mengguanakan mic tipe gun yang biasa juga disebut

boom. Boom ini berjenis shoutgun mic yang memiliki polar cardoid yaitu menerima

suara dari satu arah saja. Jenis mic ini paling banyak digunakan dalam perekaman

suara dalam film


17

Gambar 7.
Rode NTG 3.
Sumber ( https://www.amazon.com/R%C3%98DE-Microphones-ROD-NTG3-
BLK/dp/B00EALIPCK /, 2022 )

2. Pasca Produksi

Pasca produksi adalah tahapan akhir setelah pra-produksi dan produksi

sebuah karya. Karya yang biasanya sudah pasti memiliki tahap ini dalam workflow-

nya adalah film atau karya audiovisual. Dalam pasca produksi, pengkarya akan

menggabungkan hasil rekaman dan mengeditnya menggunakan efek, lalu

memasukkan musik latar atau bisa juga voice over, dan elemen lainnya yang akan

melengkapi. Pada tahap ini tentu bukan hanya editor saja yang punya peran penting.

Ada sound engineer, dubber, foley artist. Pada post produksi film Batapatih penulis

melakukan proses sesuai dengan workflowsound design yaitu sebagai berikut :

a) Sync Audio Rushes

Sync Audio Rushes merupakan proses mensingkronkan antara materi gambar

dengan materi suara. Pada proses ini penulis sebagai penata suara mendampingi

editor menyuting gambar hingga picture lock.

b) Transferisasi file audio dan sync conform

Proses ini merupakan proses mentransfer audio dari Adobe Premiere dengan

format AFF untuk di olah dengan aplikasi yang digunakan untuk menata suara.
18

c) Dialog Edit

Pada tahap ini pengkarya membuang suara yang tidak dibutuhkan dan

membersihkan suara yang digunakan. Pengkarya juga menambahkan VO (Voice

over) dan ADR (Audio Dialog Replace) untuk melengkapi dan memperbaiki suara

yang rusak saat diambil dalam proses shooting. Fungsinya untuk mempertegas

diegetic sound yang ada pada ruang cerita. ADR merupakan penebalan atau

pengganti dialog pada dialog-dialog yang kurang jelas yang dilakukan actor atau

aktris

d) Foley

Foley adalah jenis perekaman ulang bagian dari sound effect yang menjadi

tuntutan dalam scene suatu film. Pada tahapan ini penulis merekam ulang beberapa

suara sound efex adegan pada film Batapatih.

e) Balancing

Balancing berfungsi untuk menyeimbangkan level suara dengan suara yang

lainnya, yang bertujuan untuk menjaga dinamika dan fungsi suara yang ada disetiap

adegan. Keseimbangan suara dalam penataan suara, artikulasi dialog, dan

kenyamanan telinga ketika menonton

f) Mastering

Mastering berfungsi untuk menaikan level suara sekeras mungkin dan enak

didengar. Syarat untuk mastering, suara yang dinaikan tidak boleh pecah peak dan

clip. Karena membuat suara tidak enak didengar dan akan merusak keindahan

penataan suara itu sendiri.


19

g) Penyajian

Penyajian merupakan tahap akhir atau final film, di mana hasil dari proses

online editing dan mixing audio seperti collor gradding, final mix dan mastering

sound design telah selesai secara keseluruhan dan digabungkan melalui proses

married print proses penggabungan materi picture lock atau gambar dengan materi

final mixs audio yang telah melalui tahapan mixing dan mastering. Pengkarya

membuat master sound akhir untuk film Batapatih dengan bit depth (24 bit), sample

rate (48.0 kHZ), audio file type (BWF/WAV) dan keluaran atau output stereo 2.0.
20

BAB III

HASIL DAN ANALISIS KARYA

A. HASIL KARYA

Suara bertujuan untuk menginformasikan cerita, akan tetapi memiliki

batasan yang ada didalam frame. Suara terpengaruhi oleh batasan yang berada pada

frame, karena suara diluar dan didalam frame mempunyai karakter yang berbeda,

suara lebih bersifat bebas dalam menyampaikan informasi (Himawan, 2008: 160).

Suara memiliki banyak cara untuk menyampaikan informasi secara verbal maupun

non-verbal, informasi verbal berupa kata-kata yang diucapkan dalam tokoh atau

narasi. Sedangkan informasi non-verbal meliputi emosi tokoh, nuansa, dan suasana

yang disampaikan melalui sound effect dan music.

Film Batapatih berlatar waktu pada zaman sekarang, dan berlatar tempat desa

kecil. Dalam penciptaan karya ini pengkarya mengunakan konsep aksentuasi untuk

membentuk diegetic sound. Pengkarya menggunakan suara diegetic yang berasal

dari objek atau karakter dalam cerita film. Diegetic mempengaruhi persepsi, emosi,

dan mewujudkan suasana pada isi cerita dengan suara yang realis. Dalam

penciptaan karya ini. Pengkarya juga menggunakan aksentuasi untuk penekanan

suara yang dilakukan oleh tokoh dalam suatu bunyian atau suara pada kata-kata dan

artikulasi kejelasan vocal, intonasi, nada bicara untuk memberikan informasi

tentang latar belakang karakter dan suasana pada film Batapatih.

Pengkarya menciptakan aksentuasi dengan menggunakan teknik balance dan

frekuensi untuk mencapai diegetic sound. Balance bertujuan untuk meselaraskan

perpindahan audio dan memfokuskan sumber suara. Frekuensi adalah tinggi rendah
21

suara dalam film. Dalam pewujudan aksentuasi dapat diwujudkan dengan teknik

frekuensi dan balance yang bertujuan memfokuskan satu sumber suara yang

dihasilkan untuk menjelaskan informasi yang detail. Untuk memperkuat capaian

penulis menambahkan ambience yang bertujuan memberikan kesan suasana dan

latar tempat sehingga membentuk ruang diegetic. Berikut breakdown hasil karya

penulis menggunkan konsep aksentuasi membentuk diegetic sound.

Tabel 2
Breakdown hasil aksentuasi membentuk diegetic sound

No Sce Scene Unsur Suara Aksentuasi Diegetic


ne Sound
1 Sce  Ambience Dialog Diegetic
ne pagi Plastik on screen
1  Suara Makanan
Kresek
Plastik
2  Ambience Kotak, Diegetic
pagi Makanan on screen
 Geseran
kotak
makaan
3  Ambience Bubur, Diegetic
pagi Dialog on screen
 Dialog

4 Sce  Ambience Suara Diegetic


ne siang ,Mobil, on screen
4  Footstep Dialog
 Suara
Mobil
5  Ambience Suara Diegetic
siang ,Mobil on screen
 Suara
Pintu
Mobil
22

6 Sce  Ambience Adzan, Diegetic


ne malam Dialog off screen
7  Suara
Adzan
 Footstep
7  Ambience Dialog, Diegetic
malam Adzan on screen
 Suara
Adzan

8 Sce  Ambience Dialog Diegetic


ne  Suara Suara on screen
8 Piring Makan

9  Ambience Dialog Diegetic


 Suara Suara on screen
Makanan Makan

10 Sce  Ambience Suara Silat Diegetic


ne  Suara Dialog on screen
10 Silat
 Footstep

11  Ambience Dialog Diegetic


 Suara Suara silat on screen
kresek Suara dan off
bingkisan bingkisan screen
 Dialog
 Suara
tinju da
tendangan
12  Suara Suara Diegetic
tinju dan pukulan on screen
tendangan
 Ambience
23

13 Sce  Ambience Dialog Diegetic


ne  Suara on screen
11 tinju dan
tendangan
 Dialog
14  Ambience Suara Diegetic
 Suara pukulan on screen
tinju dan
pukulan

15 Sce  Ambience Suara Diegetic


ne  Suara Ayam on screen
15 Ayam Dialog
 Footstep
 Dialog
16  Ambience Suara Diegetic
 Suara Ayam off screen
Ayam

17 Sce  Ambience Suara Diegetic


ne  Suara ember on screen
19 ember jatuh
terjatuh Dialog

18  Ambience Suara Diegetic


 Suara Pukulan on screen
tendagan
dan tinju

19  Ambience Suara Diegetic


 Suara Tamparan on screen
tamparan
 Dialog
24

20 Sce  Ambience Suara Diegetic


ne malam pukulan on screen
20  Suara Dialog dan off
pukulan screen
 Backsoun
d
 Dialog
 Suara
pukulan
21  Ambience Suara Diegetic
malam pukulan on screen
 Suara Dialog dan off
pukulan screen
 Backsoun
d
 Suara
tinju dan
pukulan
22  Ambience Suara Diegetic
malam pukulan on screen
 Suara dan off
pukulan screen
 Backsoun
d
 Suara
tinju dan
pukulan
23 Sce  Ambience Suara air Diegetic
ne pagi mendidih on screen
24  Suara air
mendidih
 Musik
24  Ambience Dialog Diegetic
pagi on screen
 Musik

Sumber: Amenda, 2023.


25

B. ANALISIS KARYA

Proses pengaplikasian aksentuasi untuk membentuk diegetic sound pada

film Batapatih dengan menggunakan teknik balance dan frekuensi. Metode yang

digunakan dalam mewujudkan konsep tersebut adalah dengan aspek dimensi suara

seperti rhythm, fidelity, serta space. Secara teknis perwujudan konsep ini dibantu

dengan beberapa metode seperti dialog edit, yang bertujuan memfokuskan satu

sumber suara untuk menyampaikan informasi dengan speech. Berikut penulis

menerapkan konsep tersebut antara lain :

Gambar 8
Diegetic On Screen
(Sumber: Amenda Rivaldo, 2023)

Gambar 9
Penciptaan Aksentuasi Diegetic on Screen
(Sumber: Amenda Rivaldo, 2023)

Pada gambar diatas penulis menerapkan Aksentuasi suara plastik dan speech

dengan teknik balance suara dialog dan suara pergerakan yang dihasilkan oleh

tokoh dengan meselaraskan suara yang dihasilkan menciptakan satu sumber suara
26

dan frekuensi pada suara pergerakan yang dihasilkan oleh tokoh pengkarya

mengatur tinggi rendah suara yang dihasilkan untuk menciptakan ruang diegetic

pada cerita.

Tabel 3
Kajian Suara dari Scene 4 film Batapatih

No Adegan Pada Sumber Aksentuasi Diegetic on Kualifikasi Suara


Gambar Suara screen
1. Ridwan sedang Kotak Plastik Plastik Menegaskan bahwa
mempersiapkan Bubur Dialog bubur yang digeser
bubur untuk Dialog Ryan dengan wajah
Ryan, Kulkas muram
kemudian menjelaskan Ryan
Ridwan tidak suka dengan
memberikan ayahnya.
bubur kepada
Ryan tapi Ryan
menggeser
buburnya.
Sumber: Amenda, 2023.

Pada tabel diatas adalah analisis suara yang diterapkan dalam diegetic on

screen, semua sumber suara menjadi bahan aksentuasi umtuk menyampaikan

infromasi senang, tempat dan waktu dengan teknik balance dan frekuensi yang

memfokoskan satu sumber suara yang dominan.

Gambar 10
Diegetic On Screen
(Sumber: Amenda Rivaldo, 2023)
27

Gambar 11
Penciptaan Aksentuasi diegetic on screen
(Sumber: Amenda Rivaldo, 2023)

Pada gambar pengkarya menerapkan aksentuasi pada suara mobil dengan

menggunakan teknik panning untuk menginformasikan arah sumber suara yang

dihasilkan dan frekuensi dengan tujuan untuk mengatur suara dengan menurunkan

db pada suara mobil agar suara dialog terdengar jelas. Suara ambience penulis

menggunakan teknik balance dengan meselaraskan suara agar suara latar

memberikan informasi latar dan tempat kejadian dan suara dialog pengkarya

menggunakan teknik balance untuk mencapai diegetic sound.

Tabel 3
Kajian Suara dari Scene 6 film Batapatih

No Adegan Pada Aksentuasi Sumber Diegetic Kualifikasi Suara


Gambar Suara on screen
1 Tampak mobil Dialog, Dialog, Ambience, Menegaskan
yang dinaiki Ryan Suara Mobil suara sumber suara
dan Ridwan sampai Mobil, mesin mobil dengan
di rumah gadang Ambience mobil, teknik panning
tonggeret footstep

Sumber: Amenda, 2023.


28

Pada tabel diatas adalah analisis suara yang diterapkan dalam diegetic on

screen dan diegetic off screen, pengkarya mengaksentuasi semua sumber suara

umtuk menyampaikan infromasi senang, tempat dan waktu dengan teknik balance

dan frekuensi yang memfokoskan satu sumber suara yang dominan.

Gambar 12
Sound Diegetic off screen
(Sumber: Amenda Rivaldo, 2023)

Gambar 13
Penciptaan Aksentuasi diegetic off screen
(Sumber: Amenda Rivaldo, 2023)

Pada gambar pengkarya menerapkan aksentuasi pada suara adzan dengan

menggunakan teknik balance dan reverb untuk menginformasikan suara adzan

tedengar dari arah jauh dan waktu kejadian pada cerita dan menghasilkan suara

diegetic of screen. Suara ambience jangkrik pengkarya menggunakan teknik

balance untuk memberikan suara latar yang menginformasikan waktu dalam cerita.
29

Suara dialog pengkarya menerapkan teknik frekuensi dengan mengatur penempatan

tinggi rendah dialog agar suara dialog terdengar jelas, dengan mengunakan teknik

tersebut dapan menciptakan ruang diegetic.

Tabel 4
Kajian Suara dari Scene 7 film Batapatih

No Adegan Pada Aksentuasi Sumber Diegetic Kualifikasi


Gambar Suara off Suara
screen
1 Roih berjalan Dialog Suara Suara Menjelaskan
kekamar Ryan dan ayam, Adzan bahwa
membangunkannya. Ambience suara kepedulian
Adzan adzan. Roih kepada
Ryan.
Sumber: Amenda, 2023.

Pada tabel diatas adalah analisis suara yang diterapkan dalam diegetic on

screen dan diegetic off screen, pengkarya mengaksentuasi semua sumber suara

umtuk menyampaikan infromasi sedih, tempat dan waktu dengan teknik balance

dan frekuensi yang memfokoskan satu sumber suara yang dominan.

Gambar 14
Sound Diegetic on screen
(Sumber: Amenda Rivaldo, 2023)
30

Gambar 15
Penciptaan Aksentuasi diegetic on screen
(Sumber: Amenda Rivaldo, 2023)

Pada gambar diatas penulis menerapkan Aksentuasi suara piring dan speech

dengan teknik balance suara dialog dan suara pergerakan yang dihasilkan oleh

tokoh dengan meselaraskan suara yang dihasilkan menciptakan satu sumber suara

dan frekuensi pada suara pergerakan yang dihasilkan oleh tokoh pengkarya

mengatur tinggi rendah suara yang dihasilkan untuk membentuk ruang diegetic

pada cerita. Informasi yang ingin pengkarya sampaikan menjelaskan latar dan suasa

senang dengan intonasi dialog.

Tabel 5
Kajian Suara dari Scene 8 film Batapatih

No Adegan Pada Aksentuasi Sumber Diegetic Kualifikasi


Gambar Suara on screen Suara
1. Ryan sedang Dialog, Piring, Suara Menegaskan
makan malam Piring. Tonggeret Piring,dan piring yang
bersama Roih suara ditarik oleh Ryan
dan Pak Zalamn ambience menggambarkan
diruang tengah tonggeret Ryan senang dan
suka dengan
makanan yang
dibuat oleh Roih.
Sumber: Amenda, 2023.
31

Pada tabel diatas adalah analisis suara yang diterapkan dalam diegetic on

screen, pengkarya mengaksentuasi semua sumber suara umtuk menyampaikan

infromasi senang, tempat dan waktu dengan teknik balance dan frekuensi yang

memfokoskan satu sumber suara yang dominan.

Gambar 16
Diegetic on screen
(Sumber: Amenda Rivaldo, 2023)

Gambar 17
Penciptaan Aksentuasi diegetic on screen
(Sumber: Amenda Rivaldo, 2023)

Pada gambar diatas pengkarya menerapkan aksentuasi pada suara pukulan

tendangan suara diterapkan dengan menggunakan sound library untuk mendukung

efek suara yang realis, suara pukulan dan tendangan pengkarya menerapkan teknik

balance dan frekuensi untuk menginformasikan perkelahian dalam cerita. Suara

dialog yang dihasilkan oleh tokoh pengkarya mengatur suara dengan menaikan db
32

menggunakan teknik frekuensi agar suara dialog terdengar lebih dominan dan jelas

supaya informasi tersampaikan. Suara ambience jangkrik penulis menggunakan

teknik balance dengan meselaraskan suara agar suara latar memberikan informasi

latar dan tempat kejadian dan suara dialog pengkarya menggunakan teknik balance

untuk mencapai diegetic sound.

Tabel 6
Kajian Suara dari Scene 10 film Batapatih

No Adegan Pada Aksentuasi Sumber Diegetic Kualifikasi


Gambar suara on screen Suara
1. Ryan dan pak Dialog, Suara Tengan Menjelaskan
zalman keluar pukulan, jangkrik, dan Ara
dari surau tendangan, pukulan pukulan. memberikan
kemudian Ara ambience dan bingkisan
menghampiri jangkrik. tendangan. kepada Pak
Pak Zalaman dan Zalman
memberikan
bingkisan
2. Tampak anak Suara Pergerakan Suara Menjelaskan
remaja yang pergerakan silat, suara pukulan, kegiatan silat
sedang latihan silat jangkrik ambience yang
silat dihalaman malam dilakukan
masjid dihalaman
masjid.
Sumber: Amenda, 2023.

Pada tabel diatas adalah analisis suara yang diterapkan dalam diegetic on

screen dan diegetic off screen, pengkarya mengaksentuasi semua sumber suara

umtuk menyampaikan infromasi senang, tempat dan waktu dengan teknik balance

dan frekuensi yang memfokoskan satu sumber suara yang dominan.


33

Gambar 18
Diegetic on screen
(Sumber: Amenda Rivaldo, 2023)

Gambar 19
Penciptaan Aksentuasi diegetic on screen
(Sumber: Amenda Rivaldo, 2023)

Pada gambar diatas memperlihatkan doni dan kawan kawan sedang mengusili

Ryan dan memukul Ryan hingga babak belur. Pada scene ini pengkarya

menerapkan aksentuasi pada suara pukulan tendangan suara diterapkan dengan

menggunakan sound library untuk mendukung efek suara yang realis, suara pukulan

dan tendangan pengkarya menerapkan teknik balance dan frekuensi untuk

menginformasikan perkelahian dalam cerita. Suara dialog yang dihasilkan oleh

tokoh pengkarya mengatur suara dengan menaikan db menggunakan teknik

frekuensi agar suara dialog terdengar lebih dominan dan jelas supaya informasi

tersampaikan. Suara ambience penulis menggunakan teknik balance dengan


34

meselaraskan suara agar suara latar memberikan informasi latar dan tempat

kejadian dan suara dialog pengkarya menggunakan teknik balance untuk mencapai

diegetic sound.

Tabel 7
Kajian Suara dari Scene 11 film Batapatih

No Adegan Pada Aksentuasi Sumber Diegetic Kualifikasi


Gambar Suara on screen Suara

1. Don menjahili Dialog Dialog, Ambience Menjelaskan


Ryan dan Suara Suara siang, Doni
mumukul Ryan Pukulan Conggeret, suara memukul
hingga babak pukulan Ryan sampai
belur. memar
Sumber: Amenda, 2023.

Pada tabel diatas adalah analisis suara yang diterapkan dalam diegetic on

screen dan diegetic off screen, pengkarya mengaksentuasi semua sumber suara

umtuk menyampaikan infromasi senang, tempat dan waktu dengan teknik balance

dan frekuensi yang memfokoskan satu sumber suara yang dominan.

Gambar 20
Penciptaan Aksentuasi diegetic off screen
(Sumber: Amenda Rivaldo, 2023)
35

Gambar 21
Penciptaan Aksentuasi diegetic off screen
(Sumber: Amenda Rivaldo, 2023)

Menceritakan Ryan yang sedang tidur diobati oleh Malik, dan Malik

sedang memberi makan ayam diluar rumah. Pada scene ini pengkarya menerapkan

aksentuasi pada suara ayam dengan menggunakan teknik panning untuk

menginformasikan arah sumber suara yang. Suara ambience tonggeret pengkarya

menggunakan teknik balance dengan meselaraskan suara agar suara latar

memberikan informasi latar dan tempat kejadian dan suara dialog pengkarya

menggunakan teknik balance untuk mencapai diegetic sound.

Tabel 8
Kajian Suara dari Scene 15 film Batapatih

No Adegan Pada Aksentuasi Sumber Diegetic Kualifikasi


Gambar Suara off Suara
screen
1. Malik sedang Suara ayam Ayam Suara Menegaskan
memberi makan ayam aktivitas yang
ayam dilakukan
Malik sehari -
hari
2. Ryan terbangun Dialog, Dialog, Suara Menegaskan
mendegar Malik suara ayam ayam ayam, suara ayam
sedang memberi ambience membangunkan
makan ayam tonggeret ryan
sore
Sumber: Amenda, 2023.
36

Pada tabel diatas adalah analisis suara yang diterapkan dalam diegetic on

screen dan diegetic off screen, pengkarya mengaksentuasi semua sumber suara

umtuk menyampaikan infromasi senang, tempat dan waktu dengan teknik balance

dan frekuensi yang memfokoskan satu sumber suara yang dominan.

Gambar 22
Penciptaan Aksentuasi diegetic off screen
(Sumber: Amenda Rivaldo, 2023)

Gambar 23
Penciptaan Aksentuasi diegetic off screen
(Sumber: Amenda Rivaldo, 2023)

Pada gambar diatas doni dan kawan-kawan mengusili Ryan dan menendang

ember yang dibawa Ryan. Pada scene ini pengkarya menerapkan aksentuasi pada

suara pukulan dan tendangan dengan menggunakan sound library dan suara ember

ditendang pengkarya menggunakan teknik folley untuk mendukung efek suara yang

realis. Suara pukulan dan tendangan pengkarya menerapkan teknik balance dan

frekuensi untuk menginformasikan perkelahian dalam cerita. Suara dialog yang


37

dihasilkan oleh tokoh pengkarya mengatur suara dengan menaikan db

menggunakan teknik frekuensi agar suara dialog terdengar lebih dominan dan jelas

supaya informasi tersampaikan. Suara ambience tonggeret penulis menggunakan

teknik balance dengan meselaraskan suara agar suara latar memberikan informasi

latar dan tempat kejadian dan suara dialog pengkarya menggunakan teknik balance

untuk mencapai diegetic sound.

Tabel 9
Kajian Suara dari Scene 19 film Batapatih

No Adegan Pada Aksentuasi Sumber Diegetic Kualifikasi


Gambar Suara on screen Suara
1. Tampak Ryan Suara air Ember Air Air yang jatuh
sedang membawa tumpah, air tumpah, menegaskan
ember berisi air, suara Suara emosi Ryan
kemudian doni tendangan Tendangan yang sudah
menendang memuncak.
ember yang
dibawa Ryan
2. Tampak Ryan Dialog, Suara Suara Menegaskan
marah dan Tamparan. tamparan pukulan Ryan
menyerang balik dan dan meluapkan
Doni. pukulan. tamparan. emosi dengan
memukul
doni.
Sumber: Amenda, 2023.

Pada tabel diatas adalah analisis suara yang diterapkan dalam diegetic on

screen dan diegetic off screen, pengkarya mengaksentuasi semua sumber suara

umtuk menyampaikan infromasi senang, tempat dan waktu dengan teknik balance

dan frekuensi yang memfokoskan satu sumber suara yang dominan.


38

Gambar 24
Diegetic on screen
(Sumber: Amenda Rivaldo, 2023)

Gambar 25
Penciptaan Aksentuasi diegetic on screen
(Sumber: Amenda Rivaldo, 2023)

Pada gambar diatas Ryan dan Malik sedang melakukan adegan silat. Pada

scene ini pengkarya menerapkan aksentuasi pada suara pukulan tendangan suara

diterapkan dengan menggunakan sound library untuk mendukung efek suara yang

realis, suara pukulan dan tendangan pengkarya menerapkan teknik balance dan

frekuensi untuk menginformasikan perkelahian dalam cerita. Suara dialog yang

dihasilkan oleh tokoh pengkarya mengatur suara dengan menaikan db

menggunakan teknik frekuensi agar suara dialog terdengar lebih dominan dan jelas

supaya informasi tersampaikan. Suara ambience penulis menggunakan teknik

balance dengan meselaraskan suara agar suara latar memberikan informasi latar
39

dan tempat kejadian dan suara dialog pengkarya menggunakan teknik balance

untuk mencapai diegetic sound. Pengkarya menerapkan backsound untuk

menciptakan mood yang dialami oleh tokoh.

Tabel 10
Kajian Suara dari Scene 20 film Batapatih

No Adegan Pada Aksent Sumber Diegetic on Kualifikasi


Gambar uasi suara screen Suara
1. Tampak Ryan sedang Dialog, Suara Suara Menegaskan
melakukan silat suara pukualan,s pukulan, pertarungan
dengan Malik pukulan uara ambience yang sangat
dihalaman rumah jangkrik jangkrik sengit
Malik malam diantara
Ryan dan
Malik.
2. Tampak Malik Dialog, Suara Ambience Menegaskan
memberikan nasihat jangkrik jangkrik Malik sangat
kepada Ryan malam, terharu
Footstep dengan
perjuangan
dan usaha
Ryan belajar
dengan
Malik
Sumber: Amenda, 2023.

Pada tabel diatas adalah analisis suara yang diterapkan dalam diegetic on

screen dan diegetic off screen, pengkarya mengaksentuasi semua sumber suara

umtuk menyampaikan infromasi senang, tempat dan waktu dengan teknik balance

dan frekuensi yang memfokoskan satu sumber suara yang dominan.


40

Gambar 26
Penciptaan Aksentuasi diegetic on screen
(Sumber: Amenda Rivaldo, 2023)

Gambar 27
Penciptaan Aksentuasi diegetic on screen
(Sumber: Amenda Rivaldo, 2023)

Pada gambar diatas terlihat Ryan sedang memasak gulai yang diajarkan Roih

selama dikampung. Pada Scene ini penulis menerapkan Aksentuasi suara air

mendidih dan speech dengan teknik balance suara dialog dan suara pergerakan

yang dihasilkan oleh tokoh dengan meselaraskan suara yang dihasilkan

menciptakan satu sumber suara dan frekuensi pada suara pergerakan yang

dihasilkan oleh tokoh pengkarya mengatur tinggi rendah suara yang dihasilkan

untuk menciptakan ruang diegetic pada cerita.


41

Tabel 11
Kajian Suara dari Scene 24 film Batapatih

No Adegan Pada Aksentuasi Sumber Diegetic Kualifikasi


Gambar suara on screen Suara
1. Terlihat Ryan Suara air Kompor Suara Menegaskan
sedang memasak mendidih. gas Air Ryan sedang
didapur dengan mendidih memasak
semangat untuk
ayahnya.
2. Ridwan Dialog, Piring Suara Menjelaskan
memperhatikan suara piring Piring Ryan senang
Ryan sedang bersama ayah
memasak dan nya.
makan bersama
Ryan.
Sumber: Amenda, 2023.

Pada tabel diatas adalah analisis suara yang diterapkan dalam diegetic on

screen dan diegetic off screen, pengkarya mengaksentuasi semua sumber suara

umtuk menyampaikan infromasi senang, tempat dan waktu dengan teknik balance

dan frekuensi yang memfokoskan satu sumber suara yang dominan.


BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Aksentuasi dalam penataan suara diegetic sound pada film Batapatih sangat

memberikan pengalaman kepada penulis, karna dengan menggunakan konsep ini

penulis bisa lebih mengeksplore dan peka terhadap bunyi yang ada disetikar.

Dengan menggunakan konsep ini bisa menjadi alternatif bagi pada sound design

menggunakan konsep ini juga menciptakan diegetic sound yang bertujuan

menambah dramatik film.

Dengan menggunakan konsep digetic sound film yang penulis garap memiliki

sound yang mendetail karna di aksentuasikan. aksentuasi cocok dengan

menggunakan diegetic sound karena aksentuasi adalah penekanan suara yang

dilakukan oleh tokoh dalam suatu bunyian atau suara pada kata-kata dan artikulasi

kejelasan vocal intonasi nada bicara untuk memberikan petunjuk tentang latar

belakang karakter, karakter utama. Dengan menggunakan konsep ini pada film

Batapatih diharapkan penonton akan lebih terbawa dan dapat merasakan realis serta

dramatik pada film.

B. SARAN

Film fiksi batapatih diproduksi menggunakan konsep diegetic dengan

aksentuasi effect. Aksentuasi dapat direalisasikan dan bertanggung jawab atas

konsep dan gagasannya dengan lebih memperhatikan aspek dan konsep yang

42
43

estetik, yang selanjutnya dapat disampaikan kepada penonon. Pesan yang

disampaikan bagi penonton dan beberapa saran :

- Bagi mahasiswa yang khususnya mengambil minat suara dan menerapkan

konsep diegetic sound lebih memfokuskan bagaimana suara realist yang tercipta,

tidak hanya Speech, Effect, tetapi Musik latar termasuk sebagai diegetic sound.

- Bagi pengkarya yang akan menerapkan konsep diegetic sound agar dapat

lebih memahami konsep yang akan digunakan pada film selanjutnya. Sehingga

konsep yang akan digunakan ke dalam karya film lainnya bisa diterapkan dengan

maksimal.
43

DAFTAR PUSTAKA

Bordwell, David. 2013. Film Art An Introduction. New York: Sony Pictures
Entertainment.

Darmawan, Iwan. 2017. Sound Film. Pusat Pengembangan Perfilman


Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

David Neumeyer, James Buhler, Rob Deemer. 2010. Hearing the movies music
and sound in film.

Dony, Kusen. 2011, Dasar-dasar suara dalam film. Indonesia: Sinemagorengan

H.Philips, Wiliam. 2009. Film An Introduction, Amerika Serikat: Library of


Congress catalog

Holman, Tomlinson, 2002. Sound for Film and Television. Boston, Mass: Focal
Press.

Naratama, 2004. Menjadi Sutradara Televisi, Jakarta: PT. Gramedia


Widiasarana Indonesia Gedung Kompas Gramedia

Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka.

Roger Manvell and Jhon Huntley, The Technique of Film music, Terjemahan
Asrul Sani, Proyek penterjemahan Yayasan Citra, Jakarta: 1990.

Sugihartono, Ranang A dan Amin Wibawa, 2019. Editing: Film, Televisi dan
Animasi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Viers, Ric. Sound Effect Bible: How to Create and Record Hollywood Style
Sound Effects. California: Michael Wiese Production, 2008.

Ferlina Khoirun Nisa. 2018. “ Evaluasi program ko-kurikuler sinematografi


“ Two weeks one video” pada siswa kelas X prodi multimedia di SMK negeri
11 Semarang, Semarang: Universitas Negeri Semarang.

https://id.pinterest.com/pin/350014202282242849/

https://www.amazon.com/Zoom-12-Track-Portable-Recorder-Wide-
Mouth/dp/B08GG93GLK/, 2022

Anda mungkin juga menyukai