Anda di halaman 1dari 90

LAPORAN KARYA TUGAS AKHIR

PENERAPAN PENYUTRADARAAN EKSPOSITORI


DALAM FILM DOKUMENTER

LAKSA TANPA RASA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Guna Mencapai Gelar Sarjana Terapan Seni
Program Studi Televisi dan Film

Ryan Rizkyana Putra


NIM. 16312123

FAKULTAS BUDAYA DAN MEDIA


INSTITUT SENI BUDAYA INDONESIA BANDUNG
2022
HALAMAN PERSEMBAHAN

Laporan Tugas Akhir yang berjudul PENERAPAN PENYUTRADARAAN

EKSPOSITORI DALAM FILM DOKUMENTER Laksa Tanpa Rasa ini saya

persembahkan kepada :

1. Allah SWT atas rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan

Laporan Tugas Akhir ini.

2. Fakultas Budaya dan Media Prodi Televisi dan Film Insitut Seni

Budaya Indonesia (ISBI) Bandung yang telah membina dan juga

membimbing penulis sampai ketahap ini.

3. Kedua Orang Tua yang telah memberikan dukungan secara moril

maupun material selama penulis lahir hingga saat ini.

4. Diri sendiri yang telah berjuang disaat terkena penyakit yang

menimpa.

5. Narasumber yaitu Bang Atin, serta Kawasan Kuliner Laksa Khas

Tangerang yang sudah mengizinkan penulis untuk mengangkat

biografi tentang narasumber.

6. Seluruh Tim yang telah membantu menyukseskan Film Laksa Tanpa

Rasa.

7.

i
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN TUGAS AKHIR
Minat Penyutradaraan Film Dokumenter

PENERAPAN PENYUTRADARAAN EKSPOSITORI DALAM FILM


DOKUMENTER
“LAKSA TANPA RASA”

Dipersiapkan dan disusun oleh :

RYAN RIZKYANA PUTRA


NIM. 16312123

Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Abby Suryana, M.M. Agus Hakim, S.Sn., M.Ds.


NIDN. 0012115710 NIDN.

Ketua Program Studi Televisi dan Film


Fakultas Budaya dan Media

Tohari, S.Sn., M.Sn.


NIP 197207072008011030

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ryan Rizkyana Putra


NIM : 16312123

Menyatakan bahwa Laporan Karya Tugas Akhir berjudul :

“Penerapan Penyutradaraan Ekspositori Dalam Film Dokumenter “Laksa Tanpa

Rasa” adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan atau plagiarism dari karya orang

lain. Apabila dikemudian hari terbukti sebagai hasil dari jiplakan atau plagiarism dari

orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya.

Tangerang, 14 Maret 2022


Yang Menyatakan,

Ryan Rizkyana Putra


NIM. 16312123

iii
INTISARI

Banyaknya budaya akulturasi di Indonesia yang membuat budaya baru sangat begitu

nyata dan terasa, begitu pula di wilayah Tangerang yang memiliki akulturasi budaya

dari sebuah makanan khas yang bernama Laksa. Makanan khas ini sudah ada sejak

1970-an yang dimana keberadaannya sudah mulai dilupakan orang bahkan

masyarakat Tangerang. Laksa di Tangerang memiliki 2 jenis yaitu Laksa Nyai yang

dibuat oleh orang pribumi, dan Laksa Nyonya yang dibuat oleh bangsa Tionghoa

hingga saat ini. Perbedaan itu pula terdapat di dalam proses pembuatan dan cita rasa

yang berbeda, Seperti Laksa Bang Atin yang berjualan Laksa Nyai sudah 20 tahun

lamanya ciri khas dari Laksanya yaitu terdapat di pembuatan bahan baku mie yang

menggunakan tepung beras dan macam macam rempah rempah yang berada di

kuahnya.

Penggunaan untuk konsep ekspositori dalam rancangan pembuatan film dokumenter

ini dirasa tepat, karena dapat memperkenalkan Laksa Tangerang dan juga sosok Bang

Atin yang memiliki segudang cerita yang berkaitan dengan Laksa Tangerang. Yang

dapat digambarkan secara jelas permasalahan yang dihadapi oleh Bang Atin sebagai

narasumber.

Kata Kunci: Akulturasi Budaya, Laksa Tangerang, Bang Atin.

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil alamin, saya panjatkan puji dan syukur saya atas

nikmat yang telah diberikan Allah SWT yang tidak pernah berhenti mengalir kepada

saya. Karena Rahmat dan Ridho-Nya penulis diberikan kekuatan sehingga penulis

diberi untuk menyelesaikan Tugas Akhir saya. Serta rasa bersyukur saya terhadap

Mamah yang senantiasa memberikan dukungan kepada saya dari saya lahir hingga

saat menuju Tugas Akhir ini. Berkat doa dan dukungannya laporan Tugas Akhir ini

tersusun setelah melalui proses riset.

Pembuatan Laporan Tugas Akhir ini penulis ajukan sebagai salah satu

syarat untuk mengikuti ujian akhir prodi Televisi dan Film dengan Laporan yang

berjudul Penerapan Penyutradaraan Ekspositori Dalam Film Dokumenter “Laksa

Tanpa Rasa” dalam peminatan penyutradaraan. Karya ini merupakan Dokumenter

Biografi yang dapat menginspirasi bagi penontonnya dan diterima dengan baik.

Adapun pihak – pihak yang selalu mendukung, membina, dan

membimbing dalam proses pengerjaan Laporan Tugas Akhir. Pada kesempatan ini

penulis sangat berterima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Een Herdiani, S.Sn., M.Hum. selaku Rektor Institut Seni Budaya

Indonesia (ISBI) Bandung.

2. Dr. Sri Rustiyanti, S.Sen., M.Sn selaku Dekan Fakultas Budaya dan Media

Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung.

v
3. Tohari, S.Sn., M.Sn. selaku dosen wali dan juga ketua jurusan Film dan

Televisi Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung.

4. Drs. Abby Suryana, M.M. selaku Dosen Pembimbing I terima kasih atas saran

dan masukannya selama proses ujian tugas akhir ini.

5. Agus Hakim, S.Sn., M.Ds. selaku Dosen Pembimbing II terima kasih atas saran

dan masukannya selama proses ujian tugas akhir ini.

6. Seluruh staff dosen di Prodi Film dan Televisi ISBI Bandung yang telah

memberikan bekal ilmu pengetahuan dan dukungan baik dalam proses kuliah

sampai pembekalan Tugas Akhir.

7. Kedua Orang Tua yang selalu mendukung dan mendoakan segala aktivitas yang

dilakukan terkait penyelesaian studi dan tugas akhir ini.

8. Rudi Saryono yang selalu mendukung, mendoakan, dan memberikan semangat

kepada penulis untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Keluarga besar Darwis yang telah membantu memberikan dukungan dan

doanya kepada saya untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

10. Bang Atin sebagai narasumber utama terima kasih sarannya dan juga telah

membantu untuk mau dijadikan narasumber.

11. Paguyuban Kawasan Kuliner Laksa Khas Tangerang terima kasih atas waktu

dan kesempatannya yang telah diberikannya kepada penulis untuk

menyelesaikan tugas akhir ini.

12. Serta seluruh crew yang bekerja sama dalam produksi ini terima kasih banyak.

vi
DAFTAR ISI

COVER
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN TUGAS AKHIR................................ii
LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................iii
INTISARI..............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix
DAFTAR TABEL...................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Ide Penciptaan.........................................................................5
C. Keaslian / Originalitas Karya..................................................................5
D. Metode Penelitian....................................................................................6
E. Metode Penciptaan.................................................................................12
F. Tujuan dan Manfaat...............................................................................14
BAB II KAJIAN SUMBER PENCIPTAAN......................................................15
A. Kajian Sumber Penciptaan Film............................................................15
B . Tinjauan Pustaka...................................................................................24
C. Tinjauan Karya......................................................................................25
BAB III KONSEP KARYA.................................................................................30
A. Konsep Pembuatan Karya.....................................................................30
1. Konsep Naratif................................................................................31
2. Konsep Sinematik...........................................................................37

vii
BAB IV PROSES PENCIPTAAN FILM DOKUMENTER............................43
A. Pra Produksi.........................................................................................43
B. Produksi................................................................................................54
C. Pasca Produksi......................................................................................69
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................73
A. Kesimpulan...........................................................................................73
B. Saran.....................................................................................................74
Daftar Pustaka.....................................................................................................xii
LAMPIRAN.........................................................................................................xiv

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kawasan Kuliner Laksa Tangerang...................................................16

Gambar 2.2 Sosok Bang Atin Penjual Laksa Tangerang.......................................17

Gambar 2.3 Bang Kusnadi pegawai stan Bang Atin..............................................19

Gambar 2.4 Bang Atin diliput oleh Net.................................................................20

Gambar 2.5 Wawancara dengan Bang Atin...........................................................21

Gambar 2.6 Artikel Bang Atin...............................................................................22

Gambar 2.7 Wawancara dengan Bang Atin...........................................................23

Gambar 2.8 Tangkapan layar Film Dokumenter Kersanan Ndalem......................25

Gambar 2.9 Tangkapan layar Film Dokumenter Kersanan Ndalem......................26

Gambar 2.10 Tangkapan layar Film Dokumenter Cimplung.................................28

Gambar 2.11 Tangkapan layar Film Dokumenter Pangi.......................................29

Gambar 3.1 Gambar Aspek Rasio..........................................................................40

Gambar 4.1 Surat Izin Syuting...............................................................................51

Gambar 4.2 Call Crew Hari Pertama.....................................................................54

Gambar 4.3 Call Crew Hari Kedua........................................................................54

Gambar 4.4 Call Crew Hari Ketiga........................................................................55

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Lokasi Penelitian......................................................................................9

Tabel 1.2 Sumber Data Wawancara.......................................................................10

Tabel 3.1 Treatment...............................................................................................34

Tabel 4.1 Daftar Alat..............................................................................................50

Tabel 4.2 Treatment Baru......................................................................................60

Tabel 4.3 Storyboard..............................................................................................70

Tabel 4.4 Rancangan Anggaran Biaya...................................................................71

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyaknya film di Indonesia tidak luput dari berbagai jenis atau genre

film itu sendiri, beberapa jenis tersebut masih berkembang dan masih terus

dipakai untuk pembuatannya, diantaranya ialah Film Fiksi dan Film

Eksperimental. Selain itu ada juga film Dokumenter. Menurut Gerzon R.

Ayawaila dalam bukunya Dokumenter dari ide sampai produksi (2008:11),

menyatakan bahwa Film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan

atau mempresentasikan kenyataan. Berdasarkan rekaman dari pembuat film

tersebut bisa diartikan bahwa pembuatannya sesuai dengan fakta yang ada.

Mengapa penulis mengambil film dokumenter dalam tugas akhir ini dikarna

kan ide dan tema yang penulis angkat lebih cocok dijadikan film

dokumenter.

Pada film dokumenter tidak sedikit yang mengangkat topik

kebudayaan. Menurut Koentjaraningrat pada bukunya yang berjudul

Pengantar Ilmu Antropologi (2009:144) mengartikan bahwa kebudayaan

merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia

dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan

belajar. Indonesia merupakan Negara yang memiliki beragam kebudayaan

1
dan keanekaragaman adat istiadat, hal tersebut yang membuat Negara

Indonesia berbeda dengan Negara lainnya. Salah satunya adalah Indonesia

unggul dalam keanekaragaman makanan khas masing-masing Kota, provinsi

dan lain sebagainya. Adapun mengapa penulis menggambil tema

kebudayaan dalam dokumenter ini, karena penulis ingin mengangkat

kebudayaan yang khususnya budaya ditempat penulis tinggal.

Menurut Sastroamidjojo, S. (1995) Dalam Buku Widyakarya Nasional

Khasiat Makanan Tradisional, Makanan khas atau makanan tradisional

merupakan makanan yang biasa dimakan sejak beberapa generasi, terdiri

dari hidangan yang cocok dengan selera, tidak bertentangan dengan agama,

kepercayaan masyarakat setempat, dan terbuat dari bahan makanan serta

bumbu-bumbu yang tersedia setempat. Makanan tradisional pada umumnya

terdiri dari lauk pauk, makanan pokok, dan sayuran, serta bumbu rempah

rempah yang dipakai merupakan budaya yang sudah diteruskan oleh nenek

moyang dan masih dipakai hingga saat ini. Penulis mengambil budaya

makanan tradisional karena di tempat penulis ada macam macam makanan

yang menurut penulis bisa dijadikan makanan khas dari salah satu kota

bahkan di Indonesia.

Tidak sedikit makanan tradisional dari Indonesia menjadi primadona di

Negara tetangga bahkan di Eropa, contohnya seperti rendang atau randang

yang berasal dari Minangkabau. Masakan ini populer di berbagai Negara

seperti Malaysia, Singapura, dan bahkan sampai ke Belanda. Selain itu ada

2
juga soto betawi, makanan khas milik betawi ini merupakan soto santan

yang diisi dengan daging sapi beserta bumbu lainnya, soto betawi tidak

hanya digemari oleh penduduk Jakarta. Bahkan di Tokyo, Jepang ada sebuah

restoran yang menjual soto betawi bernama Soto Betawi Miyamoto.

Tangerang merupakan wilayah pinggir Ibu Kota Jakarta, banyak hal

yang bisa dijelajahi di Kota Tangerang. Diantaranya adalah makanan

khasnya. Dalam hal tersebut penulis disini ingin membuat film dokumenter

yang bertajuk kebudayaan khas Tangerang, yaitu makanan Laksa atau yang

biasa disebut Mie Laksa. Laksa merupakan makanan yang tercipta lewat

perpaduan Tionghoa dengan Melayu. Sesuai dengan namanya “Laksa”

berasal dari bahasa sanskerta yang mengartikan banyak. Kata banyak disini

merujuk kepada pembuatan mie laksa yang menggunakan banyak campuran

bumbu dapur dalam proses pembuatannya.

Kepopuleran Laksa Tangerang mulai dikenal sampai ke Jakarta dan

Bogor, sampai laksa memiliki ciri khas di Kota lainnya yang saat ini dikenal

sebagai Laksa Betawi, dan Laksa Bogor. Perbedaan antara ketiganya adalah

dalam Laksa Bogor terdapat kuah kental yang berasal dari potongan oncom,

dengan campuran ketupat. Pada Laksa Betawi atau Jakarta ditambahkan

daun kemangi, bihun, dan perkedel, laksa bogor dan laksa betawi

menggunakan bahan baku mie berasal dari bihun. Berbeda dengan Laksa

Tangerang yang memiliki ciri khasnya yaitu dari bahan baku mienya, yang

terbuat dari tepung beras putih yang sudah direbus dan diberi kuah kental.

3
Pada era modernisasi ini makanan tradisional seperti laksa sudah

jarang ditemui namun ada beberapa orang yang masih setia melestarikan

makanan khas Tangerang. Dan dalam perjalanan dokumenter ini,terdapat

sosok bernama Bang Atin atau Bang Kumis Bewok yang menjadi bagian

dari cerita ini. Dengan perannya Bang Atin sebagai penjual Laksa Tangerang

di Taman Laksa di Tangerang yang mempunyai kisah hidup yang ditambah

latar belakang Bang Atin sebagai bapak dari 4 anak yang dimana istri dari

Bang Atin baru saja meninggal dunia pada tanggal 21 November 2021 ini,

bisa menjadi sebuah perjalanan dokumenter yang menarik.

Berangkat dari hal itu membuat penulis ingin menceritakan tentang

sosok Bang Atin sebagai sosok yang inspiratif bagi banyak kalangan. Dari

segi pribadi penulis ingin mengangkat sosok Bang Atin karena dinilai

mampu menginspirasi orang lain dari segi pelestarian makanan khas

Tangerang dan bisa menjadi orang tua yg baik bagi anak-anaknya jika dilihat

dari segi kehidupan pribadinya.

Menurut John Grierson yang berperan dalam kemunculannya film

dokumenter ekspositori ialah pembuat dokumenter haruslah

menempatkan diri sebagai seorang propagandis, yang mengangkat tema –

tema dramatis dari kehidupan sekelilingnya sebagi suatu kewajiban sosial

atau kontribusi terhadap lingkungan dan budaya. Melalui hal tersebut ini,

penulis ingin menggunakan penerapan bentuk dokumenter ekspositori

4
dalam penyutradaraan Film “Laksa Tanpa Rasa” untuk penciptaan

karya tugas akhir penulis.

B. Rumusan Ide Penciptaan

Berdasarkan paparan dari latar belakang diatas, maka penulis

merumuskan ide peciptaan sebagai berikut :

1. Apa itu Laksa Tangerang.

2. Bagaimana menuturkan subjek film dokumenter melalui Bang Atin

dalam Dokumenter Biografi.

3. Bagaimana menjelaskan dokumenter ekspositori dalam film Laksa Tanpa

Rasa.

C. Keaslian / Originalitas Karya

Dalam beberapa film dokumenter mengenai makanan khas memang

sudah banyak tersedia namun untuk film dokumenter yang berlatarkan laksa

Tangerang, disini penulis belum menemukannya. Banyak video laksa

Tangerang yang berupa video blogger yang diunggah dalam jaringan sosial

seperti youtube, instagram, dan lain sebagainya. Berawal dari hal tersebut

penulis ingin menjadikan sebuah film dokumenter yang berlatarkan laksa

Tangerang.

5
Dalam film “Laksa Tanpa Rasa” sendiri tentu yang membedakannya

adalah film ini bergenre dokumenter biografi yang mengisahkan Bang Atin

atau Bang Kumis Bewok sebagai penjual laksa yang sudah berjualan 20

tahunan, sekaligus menjadi tulang punggung dari 4 anaknya. Bagi penulis

kisah Bang Atin bisa sangat menginspirasi banyak kalangan dalam hal

menyebarkan ketekunan dan kebaikannya sebagai masyarakat yang masih

mempertahankan makanan khas dari Tangerang.

Oleh karena itu, film ini akan menjadi daya tarik untuk mengangkat

budaya lokal Laksa Tangerang itu tersendiri ditambah dengan hal seperti

yang di atas. Hal – hal tersebut yang diharapkan akan menjadi pembeda

dengan film lainnya serta menjadi karya yang bisa menginspirasi.

D. Metode Penelitian

Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yang dirasa bisa

relevan dengan konteks film yang akan dibuat. Dan mendapatkan apa yang

ingin disampaikan pada karya penulis. Menjaga validitas data yang dimiliki

penulis yaitu dengan membaca buku dan mendapatkan informasi dari

subjek.

Dalam proses penelitian film dokumenter ini penulis menggunakan

metode kualitatif. Menurut (Lexy J. Moleong, 2001) dalam buku Metodologi

6
Penelitian Kualitatif menjelaskan bahwa metode kualitatif adalah sebuah

penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam

kontak sosial secara alami dengan mengedepankan proses interaksi

komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.

Metode kualitatif ini sangat cocok untuk dipakai dengan karya tugas akhir

penulis karna dari metode ini penulis sangat mengutamakan penelitian

ilmiah yang langsung terhadap subjek penulis, mengutamakan interaksi

langsung kepada subjek.

Hal ini yang membuat informasi sangat penting sebagai wawancara

langsung dengan narasumber. Pada awalnya penulis mengumpulkan

informasi mengenai Laksa Tangerang melalui data dari internet, dan untuk

memastikan validitas data yang sudah penulis kumpulkan maka perlu

dilakukan tahap secara langsung terhadap narasumber untuk memastikan

kebenaran informasi yang sudah didapatkan.

Sebagai tahapan pelaksanaan selanjutnya secara sistematis melalui

rancangan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Sumber Data

Didalam penelitian ini, penulis mengambil data dari sumber data yaitu,

data primer dan sekunder. Menurut Lofland (dalam Moleong, 2006)

sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan

tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-

7
lain. Yang dimaksud kata-kata dan tindakan disini yaitu kata-kata dan

tindakan orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber

data utama (primer). Sedangkan sumber data lainnya bisa berupa

sumber tertulis (sekunder).

Mengacu pada hal tersebut diatas data primer penulis adalah Bang Atin

sebagai penjual Laksa Tangerang. Dan dalam mengumpulkan data

sekunder yang penulis pakai adalah internet.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Pustaka

Dalam memulai suatu perancangan penulis sebelumnya sudah

mencari data melalui internet mengenai data – data terkait dengan

Laksa Tangerang, untuk nantinya bisa dijadikan pertanyaan untuk

mendapatkan data dari objek yang akan di wawancara. Seperti

yang sudah dibahas, setelah mengidentifikasikan masalah,

penelitian dimulai melalui pengumpulan data tertulis atau studi

pustaka yang dilakukan melalui buku-buku, data biografi, internet,

jurnal, skripsi dan juga dokumentasi ataupun film. Pilihan

tersebutlah yang bisa dijadikan acuan dari karya ini.

8
b. Observasi

Observasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengamati

objek secara langsung. Observasi dilakukan dilokasi yang telah

disepakati oleh

penulis dengan subjek. Dalam proses pengamatan ini hal yang

diamati adalah gambaran penjual laksa, karakteristik sosok Bang

Atin dan lokasi penelitannya sebagai berikut :

Lokasi Alamat Pengamatan

Jl. Mochammad

Yamin No.113,

Babakan, Kec.
Taman Laksa Riset Bang Atin sebagai
Tangerang, Kota
(Stan Bang Atin) Subjek Film.
Tangerang, Banten

15118

Jl. Mochammad

Yamin No.113, Pengamatan Bang Atin

Taman Laksa Babakan, Kec. sebagai penjual Laksa

(Stan Bang Atin) Tangerang, Kota Tangerang, dan pengamatan

Tangerang, Banten terhadap karyawan Bang

9
Atin sebagai pramusaji di
15118
stan Bang Atin.

Jl. Mochammad

Yamin No.113,
Pengamatan Bang Atin dan
Babakan, Kec.
Taman Laksa stan lainnya sebagai
Tangerang, Kota
(Stan Bang Atin) pendukung dan mood di
Tangerang, Banten
dalam film.
15118

Tabel 1.1 Lokasi Penelitian


Sumber : Data Penulis

c. Wawancara

Menurut Moleong (2001:135) dalam bukunya Metodologi

Penelitian Kualitatif untuk mengumpulkan informasi dan sumber

data ini diperlukan teknik wawancara. Wawancara adalah

percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh kedua

pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan yang diwawancarai (interviwee) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu. Dengan metode ini penulis

melakukan wawancara terhadap beberapa pedagang laksa, dan

pegawai laksa untuk nantinya bisa dijadikan data primer dan data

10
sekunder bagi penulis, berikut adalah table data primer dan data

sekunder yang sudah dikumpulkan:

Subjek /
Sumber Data Jenis Data Objek Keterangan
Penelitian

Penjual Laksa
Tangerang / bapak dari
Wawancara Bang Atin 4 anak yang dimana 2
anaknya adalah anak
tiri

Anak Tiri ke 2 dari


Data Primer Wawancara Bang Wahyu mendiang istri Bang
Atin

Pegawai dari stan Bang


Atin, menanyakan latar
Wawancara Bang Ahmad
belakang Bang Atin dari
Data Sekunder
segi karyawannya

Pengawai dari stan Bang


Atin, menanyakan latar
belakang Bang Atin dan
Wawancara Bang Kusnadi
kesan dari
Data Sekunder kepribadiannya bang
Atin.

Tabel 1.2 Sumber Data Wawancara


Sumber: Data Penulis

11
E. Metode Penciptaan

Dalam buku Teknik Produksi Program Acara Televisi oleh Fred

Wibowo menyebutkan tahap produksi terdiri dari tiga bagian yang sesuai

dengan Standard Operation Procedure(SOP), yaitu Pra-Produksi, Produksi,

dan Pasca-Produksi.

Berdasarkan bahasan diatas, ada setidaknya tiga tahapan yang

berpengaruh langsung dengan penciptaan sebuah karya. Tahapan-tahapan

berikut ini pula yang dilakukan penulis sebagai metode penciptaan karya

film dokumenter :

1. Pra Produksi

Dalam tahapan pra produksi ini penulis selaku sutradara

memikirkan gagasan apa yang ingin disampaikan, dan dalam

tahap ini akan dilakukan beberapa kegiatan salah satunya

mengolah hasil penelitian dan mentranskripkan hasil dari

wawancara serta mempertimbangkan dengan kondisi saat ini.

Tahap ini juga penulis menentukan gaya tutur yang akan

digunakan, hal ini bertujuan untuk menjadikan landasan

bagaimana cara film ini dikemas. Agar bisa meminimalisir

kesalahan dari informasi yang sudah didapat. dan penulis juga

12
mempersiapkan jadwal untuk melakukan riset dan dijadikan

agenda utama di tahap pra produksi.

2. Produksi

Tahapan ini merupakan pengerjaan konsep sesuai dengan

persiapan yang telah dilakukan pada tahap pra produksi. Tahap ini

sendiri dilakukan dengan riset sekaligus produksi, karena film

dokumenter yang filmnya sendiri masih belum final, maka tahap

riset akan masih berlangsung selama produksi. Realisasi terhadap

naskah dan desain produksi dilakukan dengan mempertimbangkan

berbagai unsur didalam tahap produksi diantaranya, penataan

sinematografi, hingga penanggung jawab masing-masing kru.

3. Pasca Produksi

Tahap pasca produksi adalah tahap selanjutnya yang akan penulis

lakukan, yaitu dengan melakukan editing / menyunting gambar.

Yang dimana seluruh proses selama pra produksi dan produksi

disempurnakan ditahap terakhir ini.

13
F. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Umum

a. Memvisualkan tentang apa itu Laksa Tangerang yang dijadikan

makanan khas Tangerang.

b. Memperkenalkan Bang Atin sebagai Penjual Laksa Tangerang

c. Memvisualkan dokumenter ekspository dalam film Laksa Tanpa

Rasa .

2. Manfaat

a. Manfaat

 Lewat film dokumenter ini masyarakat Tangerang atau

masyarakat, dapat lebih mengenal dan mengetahui makanan

khas dari Tangerang.

 Mengetahui sosok Bang Atin sebagai penjual laksa di

Tangerang

 Mengetahui konsep dokumenter ekspository dalam film

Laksa Tanpa Rasa

14
BAB II
KAJIAN SUMBER PENCIPTAAN

A. Kajian Sumber Pembuatan Film

Proses riset atau observasi akan menjadi bagian awal saat melakukan kajian

ini. Dimana dalam penciptaan penulis, untuk film dokumenter ini akan berfokus

kepada sudut pandang Bang Atin yang berlatar belakang sebagai penjual laksa

Tangerang. Pengertian Laksa sendiri merupakan bahasa dari sanskerta yang

mengartikan Banyak, untuk kata banyak disini merupakan bumbu atau rempah –

rempah yang dipakai saat pembuatan laksa.

Laksa atau mie Laksa tercipta antara perpaduan dari Tionghoa dan Melayu

pada tahun 1970-an, laksa merupakan salah satu kuliner peranakan yang banyak

ditemui di Negara tetangga bahkan di beberapa Kota di Indonesia. Ada dua jenis

laksa yang saat ini diakui dan dijual di Tangerang, yaitu Laksa Nyai dan Laksa

Nyonya, yang memiliki perbedaan pada rasa, tampilan, dan juga tekstur kuah

yang disajikannya. Laksa Nyonya disebut sebagai laksa yang dibuat oleh

keturunan Tionghoa di Tangerang, sedangkan untuk Laksa Nyai disebut sebagai

laksa yang pembuatannya dibuat oleh keturunan pribumi. Pada laksa pribumi

pembuatan mie nya berbahan baku dari tepung beras.

15
Laksa di Tangerang juga didukung oleh pemerintah pada tahun 2010 silam,

yang dimana pemerintah pada saat itu membuatkan wadah atau tempat berjualan,

khususnya penjual laksa yang masih ingin melestarikan atau berjualan laksa yang

dinamai Kawasan Kuliner Laksa Tangerang, ditempat itu lah 7 penjual laksa

yang memiliki ciri khas masing – masing dapat berjualan.

Gambar 2.1 Kawasan Kuliner Laksa Tangerang


Sumber: Dokumentasi Pribadi
Selain itu, dari 7 pedagang yang saat ini masih berjualan di Kawasan

Kuliner Laksa Tangerang, penelitian juga dilakukan untuk mendapatkan subjek

yang mendukung penciptaan film dokumenter ini, terdapat sosok pedagang yang

bernama Bang Atin yang sudah berjualan laksa di Kota Tangerang selama 20

tahunan.

16
Gambar 2.2 Sosok Bang Atin Penjual Laksa Tangerang
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Narasumber : Bang Atin / Bang Kumis Bewok

Jenis Kelamin : Laki – laki

Umur : 50 Tahun

Status : Suami yang memiliki 4 orang anak yang dimana anak

pertama dan kedua adalah anak tiri yang merupakan anak dari

sang mendiang istri yang sudah wafat pada tanggal 21

November 2021 kemarin, ayahanda yang meninggal di

Sumedang Jawa Barat pada bulan Desember 2021, dan terakhir

anak kedua dari anaknya meninggal dikarenakan kecelakaan

pada bulan Januari 2022.

17
Alamat : Jl. Mochammad Yamin No.113, Babakan, Kec. Tangerang,

Kota Tangerang, Banten 15118

Waktu : Jumat, 17 Desember 2021

Dari data yang didapatkan, Bang Atin adalah pelaku penjual Laksa

Tangerang yang saat ini masih berjualan di Kawasan Kuliner Laksa Tangerang

yang sudah berdiri dari 2010 lalu. Saat ini stan Bang Atin memiliki 2 pegawai

yang mengurus penjualan Laksa, pegawai tersebut bernama Bang Ahmad dan

Bang Kusnadi. Mereka berjualan setiap 2 minggu sekali, saat Bang Ahmad

berjualan Bang Kusnadi tidak ada di stan karna pergantiannya setiap 2 minggu

sekali. Tetapi berbeda kalau stan Bang Atin berada di urutan stan nomor satu

para pegawai ini selama sebulan penuh akan berjualan bersama, dikarenakan di

stan nomor satu tempat yang paling ramai dan paling dekat dari parkiran.

18
Gambar 2.3 Bang Kusnadi pegawai stan Bang Atin
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Dalam Kawasan Kuliner Laksa Tangerang yang dibuat oleh pemerintah

pada saat itu tidak diberlakukannya pemungutan pajak setiap bulannya jadi

memang wadah atau tempat yang disediakan pemerintah saat ini benar – benar

diberikan untuk para pedagang laksa di Tangerang, dari ketujuh stan yang

berjualan memiliki kebijakan yang dibuat seksama terhadap penjual laksa, yang

dimana setiap pergantian bulan pada saat tanggal satu mereka harus bergeser dari

stan pertama ke stan kedua dan terus begitu sampai stan terakhir. Cara ini

dilakukan untuk meratakan penjualan yang didapatkan oleh sang pemilik stan.

Sosok Bang Atin juga beberapa kali terlihat di layar televisi di

Indonesia, beberapa program televisi yang membahas laksa di Kota Tangerang,

sosok Bang Atin selalu di sorot oleh beberapa media sampai saat ini, contohnya

seperti di salah satu stasiun televisi yang bernama Net pada tahun 2015 lalu.

19
Gambar 2.4 Bang Atin diliput oleh Net.
Sumber: Tangkapan Layar
(https://www.youtube.com/watch?v=iNUC4g5VswE)

Pertemuan penulis dengan narasumber pertama kali sejak tahun 2015 lalu

yang pernah membuat dokumenter dengan para penjual laksa. Pada saat itu

penulis membuat dokumenter tentang terciptanya laksa, yang dimana sudah

banyak dari beberapa artikel atau program televisi yang sudah meliputnya.

Penulis ingin membuat dokumenter tentang laksa ini kembali tetapi kali ini

penulis sangat tertarik untuk mengangkat kehidupan dari Bang Atin sebagai

penjual laksa di Kota Tangerang. Wawancara pertama dilakukan untuk

menanyakan latar belakang laksa dan sejarahnya menurut pandangan Bang Atin.

20
Gambar 2.5 Wawancara dengan Bang Atin
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Selain program televisi Bang Atin juga beberapa kali masuk ke artikel

news, seperti kompas, tribunnews, uc.ac.id, dan lainnya. Beberapa artikel dan

program televisi tersebut membahas tentang Laksa Tangerang yang menjadikan

makanan khas di Kota Tangerang.

21
Gambar 2.6 Artikel Bang Atin
Sumber: Tribun lifestyle
(https://www.tribunnews.com/lifestyle/2014/09/23/laksa-ya-bang-kumis-bewok)

Dalam wawancara lanjutan, pertemuan dengan Bang Atin bertempatkan di

lapak dagang Bang Atin di Kota Tangerang, Dari hasil penelitian tersebut,

didapatkan beberapa informasi data dalam perjalanan hidup Bang Atin. Dalam

penelusuran wawancara sendiri, Bang Atin bercerita tentang kehidupannya saat

ini yang dimana Bang Atin baru kehilangan seorang yang ia cintai yaitu istrinya

bernama Warsih pada 21 November 2021 dikarenakan penyakit stroke yang

sudah lama, mendiang sang istri adalah kunci utama Bang Atin berjualan laksa

karena almarhumah yang mengetahui tentang laksa dan bagaimana

pembuatannya laksa yang dimana itu diturunkan oleh ayahnya sewaktu masih

berjualan laksa.

22
Gambar 2.7 Wawancara dengan Bang Atin
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Pertemuan itu menghasilkan informasi baru yang didapatkan oleh penulis,

Bang Atin adalah seorang ayah dari 4 orang anak yang dimana 2 anak pertama

dan keduanya adalah anak tiri yang bernama Bang Apit, dan Bang Wahyu. Anak

ke 3 dan ke 4 adalah anak kandung Bang Atin dengan mendiang istri yang

bernama Nazar dan Subhan yang masih beranjak di bangku sekolah.

Kenangan tersebut yang membuat banyak cerita selama Bang Atin

berjualan laksa, yang dimana mendiang sang istri adalah sosok yang memiliki

pengetahuan atau keturunan tentanng laksa untuk dapat berjualan. Almarhum

Bang Wahyu juga turut membantu dalam prosesnya setiap hari Bang Wahyu

selalu membantu para pegawai untuk berjualan laksa. Dari hal itu lah raut

kesedihan dan rasa terpukul tidak dapat di pungkiri dalam wajah Bang Atin.

23
B. Tinjauan Pustaka

Untuk memperluas wawasan penulis dalam pembuatan pembuatan karya film,

penulis mengadakan penelitian dengan mempelajari dan mengambil beberapa

sumber yang dapat mengembangkan pemikiran dan penelitian penulis, adapun

beberapa sumber yang penulis dapatkan yaitu :

1. Dokumenter Dari Ide Hingga Produksi – Gerzon R. Ayawaila

Buku ini menjadi referensi penulis untuk mengerjakan segala tahapan

sistematis dalam proses penciptaan film dokumenter. Melalui buku ini,

rancangan produksi pun menjadi lebih terarah.

2. Pengantar Ilmu Antropologi – Koentjaraningrat

Buku ini menjadi referensi penulis untuk mengetahui lebih mendalam apa

pengertian dari kebudayaan. Melalui buku ini, penulis lebih

memperdalami tentang kebudayaan dalam cerita.

3. Metodologi Penelitian Kualitatif – Moleong

Buku ini menjadikan referensi penulis untuk mengetahui tentang

penelitian terutama penelitian kualitatif.

24
C. Tinjauan Karya

Beberapa film khusus nya yang bertema dokumenter, lebih banyak dibuat

dan banyak dibahas dalam penciptaan film dokumenter. Penulis menjadikan

beberapa karya berikut sebagai refrensi.

1. Kersanan Ndalem

Kersanan Ndalem berisi tentang berbagai macam makanan kesukaan

Raja keraton Ngayogyakarta dari masa ke masa Menurut fakta yang ada,

Indonesia sebenarnya adalah negara yang mengawali revolusi rasa di

seluruh dunia, karena kaya akan tanaman rempah-rempah. Khasanah

kuliner yang kaya akan rempah-rempah salah satunya adalah kuliner khas

yang terdapat di Keraton Yogyakarta. Fungsi makanan yang tidak hanya

sebagai pengisi perut, tapi bisa menjadi alat diplomasi dengan penjajah di

masa dahulu. Dokumenter ini berisi mengenai kekayaan kuliner kesukaan

para Sultan di Keraton Yogyakarta.

25
Gambar 2.8 Tangkapan layar Film Dokumenter Kersanan Ndalem
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=l-SSEjBMkPQ&t=1119s
Jika kita mengupas lebih dalam, kuliner Keraton Yogyakarta ternyata

memiliki banyak fakta-fakta menarik. Mulai dari proses dari awal

pembuatan menu, variasi resep, pengumpulan bahan dan bumbu masak,

abdi dalem dan koki, cara memasak, waktu memasak, cara menyajikan dan

lokasi penyajian santapan. Para Sultan Yogyakarta ternyata juga memiliki

kesukaan santapan khas yang berbeda-beda.

Gambar 2.9 Tangkapan layar Film Dokumenter Kersanan Ndalem


Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=l-SSEjBMkPQ&t=1119s

26
Pada Tangkapan Layar ini menunjukan Prof. Dr. Ir. Murdijati

Gardjito sebagai tokoh Peneliti Kuliner Nusantara yang memberikan sudut

pandangnya dalam menjelaskan bahwa Indonesia mempunyai banyak

bumbu rempah – rempah yang mencapai 63 macam bumbu rempah dan

menurut beliau makanan yang paling enak adalah makanan yang dihasilkan

dibumi Indonesia. Menjadikan referensi penulis dalam pendekatan dengan

subjek maupun subjek pendukung dan mempelajari sisi tokoh dalam

mengenalkan budaya.

Yang menjadi pembeda dengan film dokumenter Laksa Tanpa Rasa

adalah, film ini mengangkat makanan khas Kota Tangerang yang dimana

Laksa itu sendiri adalah akulturasi budaya dari Tionghoa – Melayu.

2. Cimplung

Budaya dan Tatanan hidup baru adalah dua hal yang ternyata saling

terkait erat. Budaya, bahkan di masa transisi rehabilitasi dan rekonstruksi

seperti saat ini, masyarakat dihadapkan pada kebiasaan baru yang belum

pernah dilakukan sebelumnya. Wujud Tatanan Kenormalan Baru dari Desa,

khususnya di Tulungagung. Budaya nyimplung yang dulu lebih ke sosial

komunal, sekarang mulai masuk ke industri. Berawal dari banyaknya usaha

pengolahan gula tebu tradisional di Tulungagung, sejak puluhan tahun yang

lalu. Ditengah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, Industrialisasi

27
budaya nyimplung adalah bukti bahwa masyarakat bisa sangat adaptif

dalam perubahan.

Gambar 2.10 Tangkapan layar Film Dokumenter Cimplung


Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=h40zcNvM_FU&t=472s

Film ini menjadi referensi penulis karna di masa pandemi seperti ini

masyarakat khususnya masyarakat Kota Tangerang masih bisa

mempertahankan makanan khas nya, dan mampu bersaing dengan

makanan cepat saji yang dijual dan menjadikan referensi dibagian

pengemasan film dengan mudah dan gampang dipahami bagi penonton.

Pembeda dari Film Dokumenter Laksa Tanpa Rasa yaitu film ini

mengangkat makanan khas dari Kota Tangerang, dan mempunyai subjek

yang berbeda pula.

28
3. Pangi

Film dokumenter Pangi berisi tentang makanan khas suku Minahasa,

Sulawesi Utara. Yang dimana makanan Pangi adalah makanan yang

disenagi oleh suku Minahasa saat berkumpul – kumpul dengan sesama.

Pangi itu sendiri adalah sayur yang berasal dari daun hutan yang

merupakan daun yang paling muda dari pohon pangi tersebut yang diolah

menjadi makanan.

Gambar 2.11 Tangkapan layar Film Dokumenter Pangi


Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=iZjspISGvyM

Film ini menjadi referensi penulis yang dimana makanan khas dari

suatu tempat tidaklah harus menggunakan bahan baku atau bahan utama

yang terlalu sulit untuk dicari dan juga dari segi pencahayaan natural light

yang digunakan dalam film ini akan jadi referensi bagi penulis. Pembeda

dari Film Dokumenter Laksa Tanpa Rasa yaitu makanan Laksa Tangerang

29
bukan makanan yang wajib ada jika ada pertemuan atau kumpul – kumpul

saja.

BAB III
KONSEP KARYA

A. KONSEP PEMBUATAN KARYA

1. Konsep Naratif

a. Deskripsi Film

Judul : Laksa Tanpa Rasa

Tema : Laksa Tangerang sebagai makanan Khas Kota

Tangerang dan kehidupan keseharian salah satu penjual

Laksa di Tangerang.

Genre : Film Dokumenter

Durasi : 24 Menit

Resolusi : 1920x1080 (Full HD)

Gaya Bertutur : Ekspositori

Aspek Rasio : 16:9

Target Penonton

30
Usia : 16 – 55 tahun

SES : A/B/C

Gender : Perempuan dan Laki-Laki

b. Konsep Penyutradaraan

1) Gaya Dokumenter

Dalam karya ini penulis ingin membuat gaya

pendekatan ekspositori. Ciri dalam konsep pendekatan ini

adalah menggunakan penggabungan antar visual dan narasi

sebagai alur cerita dalam film. Pendekatan ini juga bisa

dibilang dengan pendekatan naratif.

2) Bentuk Dokumenter

Film bertajuk “Laksa Tanpa Rasa” menggunakan

bentuk naratif, penulis menunjangnya dengan gaya bertutur

Ekspositori dokumenter. Bang Atin akan bercerita tentang

kehidupannya selama berjualan laksa dari mulai berjualan di

pinggir jalan sampai dengan di tahun 2010 para pelaku

penjual laksa disediakan tempat oleh pemerintah Kota

31
Tangerang. Dalam wawancara ini, visual harus didukung

dengan menghadirkan footage yang berkaitan dengan narasi

yang diberikan.

3) Film Statement

Bang Atin salah seorang pelaku penjual Laksa Kota

Tangerang yang dimana sudah berjualan lebih dari 20 tahun

lamanya, Bang Atin menjelaskan apa itu laksa Tangerang dan

ia juga sedang dilanda kesedihan karna sang istri meninggal

dunia belum lama ini.

4) Director Statement

Film ini ditujukan untuk memberikan pemahaman

bahwa Kota Tangerang memiliki makanan khasnya walaupun

itu adalah akulturasi budaya. Makanan khas ini juga sudah

diberikan oleh leluhur yang telah dilestarikan dan dijaga

secara turun temurun dari mendiang sang istri. Sebagai

identitas jati diri Kota Tangerang yang dimana Bang Atin

ingin memperkenalkannya. Sekaligus memperkenalkan sosok

Bang Atin sebagai penjual Laksa Tangerang.

32
5) Struktur Dokumenter

Film ini menggunakan struktur bertutur biografi.

Dimana, film akan dibagi kedalam tiga babak. Dalam setiap

babaknya akan fokus mengedepankan bahasan secara

berurutan. Babak satu mulai dari pengenalan narasumber

dan latar belakangnya. Babak dua diisi permasalahan

kehidupan dan babak ketiga diisi dengan penyelesaian.

6) Sinopsis

Bang Atin (50) adalah salah satu penjual Laksa

Tangerang yang akan menceritakan tentang apa itu laksa

Tangerang sebagai makanan khas Kota Tangerang. Akhir –

akhir ini ia sedang berduka dengan kehilangan beberapa

anggota keluarganya termasuk mendiang sang istri yang

dimana sang istri adalah orang yang memberikan ilmu tentang

pembuatan laksa dan mendukung Bang Atin sampai akhir

hayatnya.

7) Premis

33
Seorang pedagang Laksa Tangerang bernama Bang Atin

sudah berjualan lebih dari 20 tahun lamanya, ia

memperkenalkan Laksa Tangerang sebagai makanan khas

Tangerang. Saat ini dirinya juga sedang dilanda kesedihan

dikarnakan mendiang sang istri meninggal dunia.

8) Treatment

Visual Audio

Babak 1 : Suasana Atmosfer dengan

Film ini dibuka dengan anak iringan background melodi.

bungsu Bang Atin yang

mengantarkan makanan

untuk Bang Atin di ruang

tengah, terlihat Bang Atin

yang hanya duduk terdiam

melihat sebuah mangkuk

dengan Laksa Kota

Tangerang di dalamnya.

Bang Atin hanya melihat

34
mangkuk tersebut dan

mengingat kenangan yang

terdapat di mangkuk Laksa

itu.

On Clip Judul

Bridge To :

Visual Audio

Babak 2 : Suasana Atmosfer sampai masuk

Kemudian gambar beralih kepada puncak konflik

ke suasana di Kota Background musik.

Tangerang terdapat jalan

raya yang padat, orang yang

memancing di danau

cipondoh, dan paginya pasar

di Kota Tangerang. Pagi itu

Bang Atin berangkat ke

pasar untuk membeli bahan

– bahan untuk berjualan

Laksa. Bang Atin bercerita

tentang pengertian laksa dan

35
dirinya selama 20 tahun

berjualan laksa. Gambar

dilanjutkan dengan aktivitas

Bang Atin membuat Laksa

di rumahnya. Terlihat

suasana pagi di tempat Bang

Atin tinggal, dan saudara

dari mendiang istri Bang

Atin yang menceritakan

sosok Bang Atin dengan

mendiang sang istri.

Bridge To :

Visual Audio

Babak 3 : Suasana Atmosfir saat

Bang Atin bercerita dengan wawancara, Background musik

bagaimana keadaan dirinya yang menurun emosionalnya.

yang seperti ini. Dengan

mendapatkan ujian yang

sangat sulit dalam waktu

dekat ini, seperti kehilangan

36
sang istri tercinta dan

kehilangan anak kedua nya

yang belum lama

meninggal. Gambar

memperlihatkan Bang Atin

yang meninggalkan

rumahnya dan menuju ke

kuburan mendiang istri dan

anaknya, untuk ziarah

makam.

Ending

Credit Roll

Tabel 3.1 Treatment

2. Konsep Sinematik

a. Mise en scene

Mise-en-Scene (baca: mis ong sen) adalah segala hal yang terletak

didepan kamera yang akan diambil gambarnya dalam proses

produksi film, berasal dari bahasa perancis yang memiliki arti

“putting in the scene”. Dalam sebuah film Mise-en-Scene tidak

37
berdiri sendiri dan terkait erat dengan unsur sinematik lainnya

seperti sinematografi, editing, dan suara. Pratista, dalam bukunya

Memahami Film (2008)

Berikut beberapa unsur yang dapat membangun unsur-unsur

sinematik dalam pembuatan film dokumenter Laksa Tanpa Rasa.

1) Camera Angle

Dalam penciptaan film dokumenter ini, angle yang

dominan digunakan adalah objective angle. Hal ini untuk

memberi kesan pada penonton seperti merasakan kejadian

yang dialami oleh subjek.

2) Type of shot

Type of shot yang dominan digunakan adalah full

shot, medium shot, dan close up, pemilihannya disesuaikan

dengan lokasi. Begitupula dengan aktivitas subjek.

3) Camera Movement

Berkaitan dengan camera movement, film dokumenter

ini akan menggunakan teknik still, panning, tilting untuk

merekam keseluruhan momen.

4) Continuity

38
Film yang memiliki struktur penuturan yang baik

tentunya memiliki kesinambungan berdasarkan urutan

gambar. Continuity didalam sebuah film dokumenter

menggambarkan sifat yang realistis dan relevan dengan

keadaan yang sesungguhnya dilapangan. Continuity sendiri

menjadi gambaran terhadap kesinambungan cerita, unsur

sebab dan akibat antara shot satu dan shot selanjutnya.

5) Warna

Konsep warna dalam film dokumenter ini diarahkan

kepada tone yang tepat, seperti saat kejadian keseharian

subjek tone yang digunakan yaitu tune natural. Warna natural

dipilih oleh penulis untuk menimbulkan kesan realistis pada

film. Dan disempurnakan melalui tahap coloring.

6) Composition

Komposisi dalam sebuah film berkaitan dengan bagian

yang menjadi sajian kepada penonton. Aspek ratio yang

digunakan dalam film dokumenter Laksa Tanpa Rasa adalah

16:9 yang bertujuan untuk memberikan ruang yang luas dan

menambah kesan empiris dan teoritis yang mendalam.

39
Gambar 3.1 Gambar Aspek Rasio

Sumber: https://www.nitrotekno.com/apa-itu-monitor-panduan-

lengkap-sebelum-membeli/

A. Konsep Editing

a) Teknik Cutting

Straight Cut

Teknik cutting dengan pemotongan dasar dimana

perpindahan shot tanpa didahului transisi. Teknik ini akan

digunakan untuk cut to cut adegan subjek misalnya yang

dimulai dengan long shot menjadi medium shot.

40
Jump Cut

Teknik cutting ini untuk memutuskan kesinambungan

waktu. Dalam penerapannya akan digunakan sebagai

pembangun ruang dalam film.

Aspek Ratio

Film ini akan menggunakan aspect ration 16 : 9

mengingat input footage yang berasal dari kamera memiliki

aspect ratio 16:9. Sehingga untuk memaksimalkan kualitas

gambar maka input dan output disingkronkan.

Transisi

Ada pun untuk transisi sendiri, film ini minim

penggunaan akan transisi, dimana film ini menitik beratkan

still dan disusun berdasarkan teknik cutting.

Kemungkinan penggunaan transisi akan sangat minim.

Penerapan transisi hanya akan di berikan di awal video saat

jeda judul ke babak 1 dan saat ending babak 3.

41
b) Editing

Proses editing dikenal juga sebagai penyunting gambar.

Dimana tahapan yang dilalui selama produksi dikumpulkan

dan memasuki proses editing antara lain, logging file,

Assembly, Rough cut, Mixing Audio, Scoring Audio, Editing

Online, Rendering.

Logging file sendiri tahapan yang detail, dimana akan

dilakukan foldering untuk memudahkan editor melakukan

proses memasukkan data kedalam software editing.

Assembly setelah selesai produksi shooting penyusun

gambar dan sinkronisasi audio dilakukan ditahapan

assembly.

Rough Cut sendiri lebih ke bagaimana footage film

disusun menjadi sebuah kerangka cerita yang emosional

walaupun masih tergolong kasar, namun belum

memberikan sentuhan yang cukup maksimal. Keseluruhan

footage akan menjadi sebuah susunan tangga dramatik yang

sesuai dengan filmya itu sendiri. Lalu picture lock/ yang

dimana gambar, footage sudah dimasukan kedalam editting

offline.

Setelah itu lanjut ketahapan mixing audio untuk

merapihkan suara mengingat sumber suara berasal dari

42
penggunaan device yang terpisah dengan kamera. Pada tahap

ini dilakukan pula proses menyeimbangkan suara agar

volume, dan unsur suara lainnya menjadi satu kesatuan.

Proses editing audio lainnya adalah scoring musik

yang dimaksudkan untuk mengisi bagian-bagian film yang

dirasa masih kosong dan memerlukan bantuan musik untuk

membangun mood tertentu. Scoring film ini rencananya akan

menggunakan musik yang sudah ada di beberapa kanal

seperti youtube. guna feel yang dirasakan lebih terasa.

Setelah semua itu disatukan mau itu visual ataupun

audio, tahap berikutnya adalah editing online. Pada tahap ini

ditandai dengan penambahan efek atau transisi jika

dibutuhkan. Editing online film ini akan fokus pada color

grading.

Setelah tahapan editing dikerjakan dan sudah tersusun

dengan audio, semua itu digabungkan melalui tahapan

rendering. Film ini akan dirender dalam versi .Mp4 melalui

adobe premiere.

43
BAB IV
PROSES PENCIPTAAN

A. Pra Produksi

1. Eksplorasi

Pada tahap awal pembuatan film dokumenter penulis memilih dan

memilah beberapa ide dan menguji kemampuan hasil riset yang akan di

hasilkan nantinya, ini merupakan bagian dari proses kreatif yang terjadi

saat melakukan eksplorasi data. Proses penciptaan ide untuk

mendapatkan konsep dalam sebuah film dokumenter meliputi aspek

pencarian ide yang matang dan merumuskan masalah dalam

menentukan objek untuk nantinya dikembangkan kembali menjadi alur

cerita yang baik secara narasi maupun kreatif secara sinematik.

a. Pengembangan Ide Dan Tema

Pengembangan sebuah ide tentu harus melewati ekplorasi

terhadap keadaan disekitar maupun disaat riset lapangan yang telah

di lakukan. Awalnya ide diambil dari pengalaman pribadi penulis

yang pada tahun 2015 lalu pernah membuat video dokumenter

dengan bertema pembuatan laksa pada saat itu penulis membuat

44
dokumenter tentang pembuatan dari laksa Tangerang, hal tersebut

yang membuat penulis ingin kembali membawa ide laksa ini

dengan tema yang berbeda.

Setelah mendapatkan informasi kembali, pengembangan ide

merujuk kepada sudut pandang yaitu pengenalan laksa Tangerang

dan biografi Bang Atin sebagai penjual laksa. Setelah informasi

didapatkan penulis langsung mengumpulkan data dan informasi

terkait dengan laksa dan subjek Bang Atin dengan menggunakan

metode kualitatif. Pengumpulan data di bagi menjadi 2 yaitu

pengumpulan data primer dan data sekunder, data primer

didapatkan langsung oleh subjek dan anaknya, lalu data sekunder

didapatkan dari pedagang – pedagang laksa dan juga pegawai Bang

Atin.

b. Riset

Dalam pembuatan film dokumenter ini proses riset sangat

dibutuhkan demi terjadinya hasil yang baik pula. Hasil riset

merupakan pedoman awal bagi seseorang yang ingin membuat film

dokumenter. Proses ini berguna untuk mengetahui dan menyusun

langkah selanjutnya sampai terjadinya proses syuting hal ini

bertujuan untuk mendapatkan gambaran jelas tentang sebuah

permasalahan dan tidak terjadi hal yang terlewat dari momen saat

proses riset sedang berlangsung.

45
Proses riset yang dilakukan penulis saat pra produksi yang

pertama ialah riset literatur dengan mengumpulkan data – data dari

jejaring internet seperti buku, film, artikel, website resmi

pemerintah, jurnal, dan juga skripsi tentang makanan khas. Hal itu

bertujuan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan penulis untuk

mematangkan riset untuk ketahap selanjutnya. Riset kedua penulis

lakukan dengan mendatangkan langsung tempat kejadian atau

tempat data riset tersebut, yaitu dengan mendatangkan secara

langsung kepada narasumber untuk dimintai data mengenai data –

data yang dibutuhkan penulis.

Dari proses riset saat melaksanakan syuting yang didapatkan,

penulis mendapati beberapa informasi berupa beberapa masalah

yang terjadi ketika Bang Atin, menolak untuk diwawancarai

mengenai mendiang sang istri dan juga untuk pengambilan gambar

Bang Atin juga menolak karna menurutnya itu bersifat pribadi.

Karna penulis tidak mendapatkan apa yang diinginkan penulis,

disini ada beberapa perubahan dalam treatment dan juga visual

gambar yang sudah tergambar oleh penulis sebelumnya.

46
c. Persiapan Alat

List Alat Unit / Tipe Gambar

Kamera

Canon 60D / 1 Unit

Canon 600D / 1 Unit

GoPro Hero 7 / 1 Unit

47
Sony DCR-SD1000E /

1 Unit

17 – 40mm L F.4

Lensa

50mm F. 1.8

Memory Sandisk SDXC Extreme

64gb / 1 Unit

48
Sandisk SDXC Extreme

32gb / 1 Unit

Sandisk SDXC Extreme

16gb / 2 Unit

Baterai

Baterai LP-E6 / 2 Unit

Baterai LP-E8 / 1 Unit

49
Baterai Gopro Hero 7 /

3 Unit

Baterai Sony SD1000

Audio Takstar SGC-598

Editing
Laptop Lenovo Slim 5
Hardware

Tabel 4.1 Daftar Alat

50
d. Perizinan

Dalam perizinan penulis membuat surat izin syuting dari

kampus untuk pengambilan gambar dan wawancara terhadap

narasumber di Kawasan Kuliner Laksa Tangerang. Surat izin ini

ditujukan untuk Kawasan Kuliner Laksa Tangerang dan Paguyuban

Kawasn Kuliner Laksa Tangerang. Surat izin ini dibuat satu kali

untuk perizinan syuting ditempat umum.

51
Gambar 4.1 Surat Izin Syuting

2. Eksperimentasi

Dalam proses pengembangan, penulis awalnya ingin mengangkat

Laksa Tangerang karena keprihatinan penulis terhadap makanan khas

Tangerang yang sudah mulai dilupakan oleh masyarakat, tetapi saat

penulis melakukan riset ke lokasi penulis mendapatkan hal yang

menarik yaitu penjual laksa yang saat ini sedang dilanda kesedihan,

bahwa dari beberapa anggota keluarganya bahkan ayahnya meninggal

dunia pada waktu yang berdekatan. Dari hal itu penulis ingin

mengangkat sosok Bang Atin sebagai penjual laksa yang memiliki kisah

dramatis yang menerpanya akhir – akhir ini.

Dari hal itu penulis menganggap topik yang dibahas sekarang

lebih memiliki konflik terhadap laksa yang selama ini dibuatnya,

terutama mendiang sang istri yang dari awal memang salah satu yang

mendapatkan keturunan langsung untuk pembuatan laksa Tangerang. Ini

yang membuat penulis merasa layak untuk diangkat dijadikan sebagai

sebuah film dokumenter.

3. Perancangan

Pada tahap ini perancangan penulis memulai dari melakukan

pengolahan data untuk diubah untuk pembuatan treatment awal dan

52
storyline dalam film dokumenter Laksa Tanpa Rasa. Pembuatan

storyline dilakukan untuk menggambarkan garis besar dari inti film ini,

mulai dari memperkenalkan Laksa Tangerang dan juga sosok Bang

Atin.

A. Tim Produksi

Dalam sebuah pembuatan film dokumenter pasti

membutuhkan tim produksi yang bisa mewujudkan gambar atau

cerita yang akan dibuat nantinya, setiap momen setidaknya bisa

direkam untuk nantinya bisa disusun menjadi sebuah cerita.

Berikut adalah susunan tim produksi film dokumenter Laksa

Tanpa Rasa :

Producer : Andrea Tegar Prakasa

Sutradara : Ryan Rizkyana Putra

Manager Produksi : Riki Suryana Hermanto

Tim Riset : Erlangga Putra Aditya

Riki Suryana Hermanto


Penulis Naskah : Tamara Pricillia Whyheltia
Fiana Ayu Dinata

Kamerawan : Erlangga Putra Aditya

Muhammad Alvin Cahya


Riki Suryana Hermanto

Editor : Ryan Rizkyana Putra

53
Antonio Lamirez

B. Jadwal Produksi

Tahap produksi akan dilakukan sesuai jadwal yang sudah

dibuat dan dijanjikan dengan narasumber dan juga para tim

produksi. Proses pengambilan gambar dibarengi dengan proses

riset lapangan yang dilakukan.

Berikut adalah jadwal produksi yang dilakukan, dan

diusahakan sesuai dengan waktu yang telah dibuat :

Gambar 4.2 Call Crew Hari Pertama

54
Gambar 4.3 Call Crew Hari Kedua

Gambar 4.4 Call Crew Hari Ketiga

B. Produksi

Tahap pertama dalam produksi antara lain dengan melakukan

pengarahan dengan tim produksi untuk mempersiapkan beberapa hal yang

telah direncanakan pada tahap pra produksi, dalam pembuatan Laksa Tanpa

Rasa ini banyak kesulitan yang ditemui saat proses produksi berlangsung.

Adapun kendala yang terjadi saat produksi yaitu :

55
 Dalam produksi ini pengambilan gambar saat dikontrakan Bang Atin,

dalam pengambilan gambar penulis mendapatkan kesulitan

dikarenakan kontrakan yang tidak terlalu luas dan juga kontrakan

sudah dipadati dengan beberapa barang yang sulit untuk dipindahkan.

Membuat gambar tidak sesuai dengan apa yang diinginkan penulis saat

pra-produksi.

 Sulit menyesuaikan jadwal subjek dengan crew, kesulitan ini

dikarenakan waktu proses syuting berlangsung sedang berada dalam

bulan ramadhan yang dimana subjek pada awal puasa subjek memilih

tidak ingin diganggu dikarenakan awal puasa ia ingin bersama dengan

anak - anaknya, begitu juga dengan ziarah kubur ke mendiang sang

istri. Beberapa kali penulis mencoba untuk membujuk agar bisa untuk

di dokumentasikan pada saat ziarah dan hari pertama puasa tapi subjek

secara terang – terangan menolak untuk difilmkan. Untuk crew sendiri

juga memiliki kesibukan karena 80% dari crew yang ada sudah bekerja

dan itu sulit untuk menyesuaikan jadwal yang dibuat.

 Keterbatasan alat – alat saat melakukan syuting, saat pengambilan

gambar di hari pertama yang dimana itu wawancara dan juga

pengambilan gambar di kontrakan Bang Atin, ketersediaan alat tidak

maksimal dikarenakan awalnya Bang Atin menghubungi penulis untuk

56
pengambilan gambar di esok hari nya yang dimana tidak ada persiapan

alat mau itu dari segi kamera, mic, dan juga peralatan kamera lainnya.

 Penolakan dari beberapa orang yang ingin diwawancarai, saat

kedatangan kami ke lokasi jualan laksa. Para pegawai, pemilik lainnya

tidak ingin diwawancarai dengan beberbagai alasan seperti tidak

terlalu dekat dengan subjek, tidak mau direkam seperti diwawancarai,

dan lain sebagainya.

 Perubahan treatment awal dan setelah syuting, pada awalnya saat

penulis mendapatkan hasil riset yang menurut penulis bisa baik

dijadikan dokumenter. Penulis langsung membuat treatment yang akan

dijadikan film nantinya, dan itu juga sudah disetujui oleh subjek

sebelumnya pada bulan Januari 2022. Namun setelah proses syuting

berlangsung subjek menolak treatment yang sebelumnya sudah

disetujui, seperti subjek menolak saat ziarah makam dilakukan proses

syuting dengan alasan tidak ada etika saat ziarah ada syuting. Lalu

subjek juga menolak untuk diikuti kesehariannya seperti belanja ke

pasar dan juga kesehariannya dirumah alasan yang didapati penulis

ialah untuk belanja bahan di pasar subjek tidak ke pasar melainkan

menelpon penjual bahan dan langsung diantar ke tempat Bang Atin,

57
untuk penolakan kesehariannya alasan yang didapat yaitu karena

kegiatan sehabis membuat laksa tidak ada yang bisa difilmkan. Alasan

ini memang tepat karena selama penulis riset lapangan memang

sehabis membuat laksa subjek penulis beristirahat sampai sore hari.

 Treatment sesudah dilakukan syuting

Adapun perubahan yang terjadi diantaranya :

Treatment Baru Treatment Lama

Babak 1 : Babak 1 :

Terlihat jalan raya di kota Film ini dibuka dengan anak

Tangerang, gambar dilanjutkan bungsu Bang Atin yang

keramaian dan aktivitas di Pasar mengantarkan makanan untuk

Lama Tangerang, lalu Bang Atin di ruang tengah,

dilanjutkan dengan gambar di terlihat Bang Atin yang hanya

jalan mall @alamsutera dan duduk terdiam melihat sebuah

masuk ke tempat Kuliner Laksa mangkuk dengan Laksa Kota

Tangerang. Lalu terlihat Tangerang di dalamnya. Bang

mangkuk Laksa Tangerang. Atin hanya melihat mangkuk

tersebut dan mengingat

58
kenangan yang terdapat di

mangkuk Laksa itu.

On Clip Judul

Dibuka dengan gambar jalan dan

orang non pribumi yang sedang

sembahyang lalu di lanjutkan


On Clip Judul
dengan sejarah laksa melalui

Voiceover yang dibantu dengan

tittle. Gambar mengikuti dengan

Voiceover yang diberikan.

Bridge To : Bridge To :

Babak 2 :
Babak 2 :
Wawancara Bang atin
Kemudian gambar beralih ke
menceritakan tentang dirinya
suasana di Kota Tangerang
selama berdagang Laksa dari
terdapat jalan raya yang padat,
mulai di pinggir jalan hingga di
orang yang memancing di danau
stand. Bang Atin menjelaskan
cipondoh, dan paginya pasar di
tentang apa itu Laksa Tangerang
Kota Tangerang. Pagi itu Bang
dan menceritakan terkenalnya
Atin berangkat ke pasar untuk
Laksa Tangerang yang sudah
membeli bahan – bahan untuk

59
sering masuk stasiun televisi. berjualan Laksa. Bang Atin

Wawancara pembeli yang bercerita tentang pengertian

dimana salah satu pelanggan laksa dan dirinya selama 20

tetap bang Atin yang sangat tahun berjualan laksa. Gambar

menyukai Laksa Tangerang. dilanjutkan dengan aktivitas

Dilanjutkan dengan bang Atin Bang Atin membuat Laksa di

menyebutkan nama dari masing rumahnya. Terlihat suasana pagi

– masing anaknya di tempat Bang Atin tinggal, dan

saudara dari mendiang istri Bang

Atin yang menceritakan sosok

Bang Atin dengan mendiang

sang istri.

Bridge To : Bridge To :

Babak 3 : Babak 3 :

Gambar dilanjutkan jalan di Bang Atin bercerita dengan

Tangerang dan diisi dengan bagaimana keadaan dirinya yang

Voiceover yang menceritakan seperti ini. Dengan mendapatkan

bang Atin merantau hingga ujian yang sangat sulit dalam

bertemu dengan ibu Warsih yang waktu dekat ini, seperti

menjadi istrinya dan berjualan kehilangan sang istri tercinta dan

mangkal di pinggir jalan. kehilangan anak kedua nya yang

60
Gambar dilanjutkan dengan belum lama meninggal. Gambar

wawancara bang Atin yang memperlihatkan Bang Atin yang

menolak untuk menceritakan meninggalkan rumahnya dan

kisah dirinya dengan sang istri, menuju ke kuburan mendiang

lalu gambar disambung dengan istri dan anaknya, untuk ziarah

Voiceover yang menceritakan makam.

dirinya berjualan didampingi

dengan sang istri selama 17

tahun lamanya dan menceritakan

ibu Warsih jatuh sakit dan

meninggal dunia selama ibu

Warsih sudah mengidap penyakit

selama 4 tahun lamanya.

Wawancara dilanjutkan dengan

bang Madsuroh sebagai adik

iparnya yang mengungkapkan

bahwa dirinya memang

mengakui tindakan bang Atin

yang membantunya saat ibu

Warsih sakit. Dan ditutup dengan

bang Atin yang mencoba

61
lembaran baru dengan fokus

berjualan dan mencoba untuk

tersenyum kembali.

Ending Ending

Credit Roll Credit Roll

Daftar Tabel 4.2 Treatment Baru

1. Laporan Produksi

Dalam pembuatan film dokumenter Laksa Tanpa Rasa rencana

produksi dilakukan ketika bimbingan dilakukan dengan dosen

pembimbing, ketika dosen pembimbing memberikan arahan untuk

melakukan syuting maka produksi akan dilakukan dengan sesuai jadwal

yang sudah dibuat oleh penulis. Produksi ini dilakukan pada beberapa

waktu syuting yang berbeda. Pertama syuting dilakukan untuk

memfokuskan wawancara Bang Atin dan kegiatannya membuat Mie

Laksa, lalu hari kedua syuting dilakukan untuk wawancara Bang

Madsuroh sebagai saudara dan juga teman dagang laksa.

62
2. Storyboard

No Storyboard Deskripsi

Gambar selamat datang di


1.
kota Tangerang

Masjid Al- A’zhom


2.
Tangerang

ONCLIP JUDUL

63
3. Gambar Jam Gede Jasa

64
Gambar Kawasan Kuliner
4.
Laksa Tangerang

Wawancara Bang Atin

5. Menceritakan Tentang Laksa

Tangerang

65
Gambar Kawasan Laksa
6.
Tangerang

Gambar Pembeli Laksa


7.
Tangerang

66
Pegawai Membuat Laksa
8.
Tangerang

Pegawai Memberikan Laksa


9.
Ke pembeli

67
Gambar Timelapse Jalan
10.
Raya Laksa Tangerang

Wawancara Bang Atin

11. Tentang Pembuatan Laksa

Dan Kuah Laksa

68
Pegawai Mengambil Kuah
12.
Laksa Tangerang

Gambar Seseorang Beribadah


13.
Di Klenteng

69
Gambar Seseorang Beribadah
12.
Di Klenteng

Gambar Kota Tangerang


13.
Akhlakul Karimah

Daftar Tabel 4.3 Storyboard

70
3. Rancangan Biaya

URAIAN BANYAK HARGA JUMLAH KETERANGAN

Canon 600D 1 Unit - - Pinjam - BTS

Canon 60D 1 Unit - - Pribadi - Detail

Go Pro Hero 7 1 Unit - - Pinjam - Footage

Sony DCR-SD1000E 1 Unit - - Pinjam - Master

Lensa Canon 17 – 40mm L F.4 1 Unit / 1 hari Rp. 150.000 Rp. 150.000 Sewa

Memory Card 2 Unit / 1 hari Rp. 120.000 Rp. 240.000 Sewa

Baterai LP-E6 1 Unit / 1 hari Rp. 50. 000 Rp. 50.000 Sewa

Konsumsi Tim Produksi 5 orang / 2 hari Rp. 150.000 Rp. 300.000

Konsumsi Tim Paska Produksi Saat Berbuka


3 orang / 6 hari Rp. 50.000 Rp. 300.000
Puasa

Narasumber Utama 1 orang / 1 hari Rp. 500.000 Rp. 500.000

Narasumber Pendukung 2 orang / 1 hari Rp. 100.000 Rp. 200.000

Biaya Tak Terduga Rp. 450.000

Total Biaya Rp. 2.190.000

Daftar Tabel 4.4 Rancangan Anggaran Biaya

71
C. Pasca Produksi

Tahapan ini merupakan tahapan pengumpulan gambar, merapihan

gambar, serta melakukan editing gambar agar nantinya bisa dijadikan satu

menjadi kesatuan utuh dalam struktur cerita. Pertama dilakukan gambar yang

masih berada di dalam file dijadikan 1 di sebuah hardisk dan dirapihkan

kembali dengan menamai file – file yang sudah ditandai, lalu masuk ke tahap

editing offline tahap ini untuk menyatukan tiap bagian bagian video yang akan

dijadikan menjadi sebuah film dokumenter. Kemudian dilakukan editing

online penulis dalam hal ini hanya memberikan sentuhan colour grading

natural, mastering suara, dan terakhir credit roll. Penambahan instrument

musik juga masuk kedalam tahap editing online.

Dalam proses penyatuan gambar sutradara yang langsung terjun

menjadi editor ini digunakan karena sutradara yang memiliki visual visual

yang sudah tergambar agar bisa menjadi kesatuan film nantinya. Film ini juga

mempertahankan atmosfer dalam audionya digunakan agar mendapatkan

unsur realistis dalam sebuah film dokumenter.

72
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Laksa Tangerang adalah makanan khas dari Tangerang yang memiliki

perbedaan tersendiri diantara laksa – laksa lainnya, perbedaan yang paling

mencolok itu dalam hal mie laksa, Laksa Tangerang menggunakan mie yang

terbuat dari bahan baku beras yang dijadikan tepung lalu dicetak dengan

menggunakan cetakan tradisional sedangkan untuk beberapa laksa seperti

Laksa Betawi dan Laksa Bogor menggunakan bahan baku mie yang terbuat

dari bihun. Selain mie, Laksa Tangerang juga menggunakan bumbu atau kuah

yang berbeda dengan Laksa pada umumnya, di Tangerang tidak menggunakan

potongan oncom, perkedel, maupun kuah ikan didalam bumbu atau kuahnya.

Selain menceritakan tentang Laksa Tangerang, dalam film ini juga

menceritakan kisah hidup dari salah satu penjual laksa Tangerang bernama

Bang Atin atau biasa disebut Bang Kumis Bewok sebagai penjual laksa,

karena dalam beberapa bulan terakhir ia sedang dilanda kesedihan

dikarenakan mendiang sang isteri meninggal dunia pada November 2021 lalu.

Dalam sudut pandang orang lain yang juga merupakan salah satu saudara dan

juga pegawai di tempat ia berjualan.

73
B. Saran

Berdasarkan penelitan yang sudah dibuat oleh penulis, maka penulis

bermaksud untuk memberikan saran yang mungkin dapat beruguna bagi

pembuatan film dokumenter. Saran ini berguna untuk membangun beberapa

pihak yang akan nantinya menjadi bagian dalam proses pembuatan film

dokumenter. Berikut adalah saran yang penulis bisa sampaikan :

1. Lakukan penelitian dengan sangat jelas, tepat dan kalau bisa

buatlah janji tertulis dengan subjek sampai proses produksi agar

tidak ada banyak perubahan treatment yang sudah dibuat, karena

dalam pengalaman penulis walaupun subjek sudah memberikan

izin untuk bisa di dokumenterkan kehidupannya tetapi saat proses

syuting dilakukan subjek menolaknya dan tidak ingin di

dokumenterkan.

2. Cobalah cari hal – hal yang ada disekitar kalian kemungkinan hal

– hal tersebut luput bahkan terlupakan sampai kebagian

masyarakat. Seperti makanan khas dari Tangerang yaitu Laksa

Tangerang yang dimana tidak sedikit masyarakat tidak tahu

keberadaan Laksa Tangerang bahkan tidak mengetahui apa itu

Laksa Tangerang.

3. Tingkatkan selalu bentuk pengajaran dalam lapangan agar bisa

disesuaikan dengan lapangan saat Tugas Akhir nantinya,

dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang Tugas Akhir mau

74
dalam hal penulisan ataupun pengkaryaan yang didapat oleh prodi

Televisi dan Film Institute Seni Budaya Indonesia Bandung.

75
Daftar Pustaka

Buku

Moleong, Dr. Lexy J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT

REMAJA Rosdakarya

Lofland dikutip oleh Dr.Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:

Rosdakarya, 2006

Sastroamidjojo, S. dikutip oleh Kantor Menteri Negara Urusan Pangan Republik

Indonesia, Widyakarya Nasional Khasiat Makanan Tradisional,

Jakarta: Kantor Mentri Negara Urusan Pangan Republik Indonesia,

1995

Ayawaila, Gerzon R. 2008. Dokumenter Dari Ide Hingga Produksi. Jakarta:

FFTV-IKJ Press.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka.

xii
Internet
Bentuk – Bentuk Film Dokumenter : http://paradiza.blogspot.com/2010/03/bentuk-

bentuk-film-dokumenter.html

Mie Laksa, Kuliner Khas Tangerang Buah Kebudayaan Peranakan :

https://indonesia.go.id/kategori/pariwisata/636/mie-laksa-kuliner-khas-tangerang-

buah-kebudayaan-peranakan

Soto Betawi Miyamoto, Makanan Khas Indonesia di Tokyo :

https://rri.co.id/humaniora/kuliner-nusantara/998859/soto-betawi-miyamoto-

makanan-khas-indonesia-di-tokyo

xiii
LAMPIRAN

Gambar Lampiran. Saat melakukan wawancara

Gambar Lampiran. Saat melakukan wawancara

xiv
Gambar Lampiran. Saat melakukan wawancara

xv

Anda mungkin juga menyukai