Anda di halaman 1dari 34

DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM

PENDEK BERGENRE DRAMA KOMEDI MENGGUNAKAN TEKNIK


VISUAL KOMEDY BERJUDUL “JARENE”

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Program Studi

DIV Produksi Film dan Televisi

Oleh:

FERRY MERCURRY

17510160007

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA


UNIVERSITAS DINAMIKA
2021
DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY PADA PEMBUATAN FILM

PENDEK BERGENRE DRAMA KOMEDI MENGGUNAKAN TEKNIK

VISUAL KOMEDI BERJUDUL “JARENE”

PROPOSAL
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Sarjana Seni Terapan
Disusun Oleh:
Nama : Ferry Mercurry
NIM : 17510160007
Program : DIV (Diploma Empat)
Jurusan : Produksi Film dan Televisi

Surabaya, 26 Februari 2021


Disetujui:
Pembimbing I Pembimbing II

Digitally signed
by Yunanto Tri
Laksono
Date: 2021.04.02
10:14:35 +07'00'
Novan Andrianto M.I.Kom Yunanto Tri Laksono, M.Pd.
NIDN : 0704068505 NIDN : 07171190003
Mengetahui:
Kaprodi DIV Produksi Film dan Televisi

Ir. Hardman Budiardjo, M.Med.Kom., MOS.


NIDN 071108670

2
LEMBAR MOTTO

"Dibutuhkan imajinasi yang tajam dengan mengatur segala perspektif

agar terbentuknya pengambilan gambar yang estetik"

3
LEMBAR PERSEMBAHAN

Kupersembahkan untuk kedua Orang Tua, Diri sendiri dan orang – orang

yang telah membantu dan menyemangati

4
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
rahmat-Nya sehingga penyusunan Proposal Tugas Akhir dengan judul
“Director of Photography Dalam Pembuatan Film Pendek Bergenre Drama
Komedi Menggunakan Teknik Visual Komedi berjudul “Jarene” dapat
diselesaikan dengan baik.
Dalam penyelesaian proposal Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak yang memberikan masukkan dan dukungan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Untuk itu diucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Kedua orang tua serta keluarga yang senantiasa mendoakan dan memberi
dukungan selama proses penyusunan Proposal Tugas AKhir
2. Ir. Hardman Budiarjo, M.Med.kom., MOS. selaku Ketua Program Studi DIV
Produksi Film dan Televisi.
3. Novan Andrianto M.I Kom. Selaku Dosen pembimbing 1
4. Yunanto Tri Laksono, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing 2
5. Sahabat, dan teman-teman angkatan 2017 yang selalu mendukung.
6. Keluarga besar program studi DIV Produksi Film dan Televisi.
7. Dan lain sebagainya yang mungkin belum disebutkan satu persatu di sini.
Demikian proposal Tugas Akhir ini disusun jika terdapat kesalahan
dalam penulisan, maupun penyusunan proposal ini dimohon memberikan kritik
dan saran. Semoga proposal Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi teman-
teman yang membaca khususnya bagi teman-teman Jurusan DIV Produksi Film
dan Televisi Universitas Dinamika.

Surabaya, 26 Februari 2021

Penulis

5
DAFTAR ISI
BAB I.................................................................................................................................................. 8
PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 8
1.1 Latar Belakang Masalah ...........................................................................................8
1.2 Fokus Penciptaan .....................................................................................................9
1.3 Ruang Lingkup Penciptaan.......................................................................................9
1.4 Tujuan Penciptaan ..................................................................................................10
1.5 Manfaat Penciptaan ................................................................................................10
BAB II .............................................................................................................................................. 11
LANDASAN TEORI ....................................................................................................................... 11
2.1 Pengertian Film ......................................................................................................11
2.2 Director of Photography ........................................................................................12
2.2.1 Camera Angle.....................................................................................................13
2.2.2 Frame Size..........................................................................................................15
2.2.3 Camera Movement .............................................................................................16
2.3 Produksi Film .........................................................................................................18
2.3.1 Pra Produksi .......................................................................................................18
2.3.2 Produksi .............................................................................................................19
2.3.3 Paska Produksi ...................................................................................................19
2.4 Visual Comedy .......................................................................................................19
BAB III............................................................................................................................................. 21
METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................................................... 21
3.1 Metode Penelitian ...................................................................................................21
3.2 Objek Penelitian .....................................................................................................21
3.3 Sumber Data ...........................................................................................................21
3.4 Hasil Pengumpulan Data ........................................................................................22
3.4.1 Film Pendek .......................................................................................................22
3.4.2 Genre Drama ....................................................... Error! Bookmark not defined.
3.4.3 Director of Photograpy .......................................................................................23
3.5 Analisa Data ...........................................................................................................24
3.6 Kesimpulan Analisa Data .......................................................................................25
BAB IV ............................................................................................................................................. 26

6
PERANCANGAN KARYA ............................................................................................................. 26
4.1 Pra Produksi ...........................................................................................................26
4.2 Pra Produksi ...........................................................................................................27
2.3 Manajemen Produksi ............................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................... 32

7
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Tugas akhir ini dikerjakan oleh tim yang terdiri dari 3 mahasiswa, yaitu
seorang mahasiswa adalah penulis berperan sebagai sutradara dan penyusunan
skenario. Seorang mahasiswa berperan sebagai sutradara dan seorang
mahasiswa berperan sebagai penulis naskah. Penulis sebagai Director of
photography (DOP), dan penyusun shotlist, storyboard dan recce berperan
untuk mengarahkan pengambilan gambar, penataan cahaya, dan penataan
artistik film dan menyusun shotlist dan storyboard yang akan menjadi acuan
untuk dikerjakan Director of photography (DOP) dan editing.
Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah Pembuatan Film Pendek bergenre
Drama menggunakan Teknik visual comedy. Pemilihan Teknik ini dilatar
belakangi oleh banyak nya film-film yang lebih banyak menggunakan komedi
melalui gambar dan suara untuk menyampaikan komedi sangat biasa dan
membosankan. Kebanyakan komedi saat ini disampaikan secara lisan sebagai
dialog dan dengan penggunaan visual dan suara yang minimal. Para ahli seperti
Edgar Wright, Quentin Tarantino atau Tom Kuntz dan sejenisnya yang
memiliki kemampuan untuk menemukan humor dalam adegan yang paling
tidak terduga dan mengubah adegan biasa menjadi adegan yang lucu. Mereka
menggunakan semua gerakan kamera seperti pan, zoom, crane atau pop-up
untuk memberikan sentuhan lucu. Namun sayangnya, potensi bentuk ekspresi
ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Dalam pengembangan itu Director of
Photography merencanakan pengoperasian dengan peralatan kamera, penataan
cahaya, penataan artistik, dan memikirkan framing termasuk jumlah shot yang
diambil dalam naskah yang sudah dikembangkan dari sutradara dan penulis
naskah. Director of Photography membawahi department yang
mengoperasikan kamera, penataan cahaya dan penata artistik dalam produksi.

8
Film sebagai komunikasi massa merupakan gabungan dari berbagai
teknologi seperti fotografi dan rekaman suara, kesenian baik seni rupa dan seni
teater sastra dan arsitektur serta seni music (Effendy O. U., 2009) . Menurut
(Mabruri, 2013), film merupakan media komunikasi yang berpengaruh pada
cara pandang dan membentuk pola pikir individu yang kemudian akan
membentuk karakter suatu bangsa. Oleh karenanya, perlu memberikan
informasi kepada publik dalam bentuk media berupa film.
Pemberi informasi yang paling mudah melekat di ingatan orang adalah
melalui film bergenre drama, karena drama adalah genre yang memiliki
kelebihan gambaran nyata sebuah kehidupan. Sehingga pada akhirnya
penonton dapat ikut merasakan alur dalam film dikarenakan kesamaan
pengalaman ataupun peristiwa yang ada disekitanya (Javandalasta, 2011) .Hal
ini sesuai dengan yang diucapkan oleh Askurifai Baskin (2003) dimana genre
drama lebih menonjolkan sisi human interest dan suasana yang memotret
kehidupan nyata, serta mengajak penonton ikut larut dalam kejadian yang
dialami tokoh.
Jadi, Tugas Akhir ini dibuat dikarenakan adanya rumor yang aneh-aneh di
kalangan mahasiswa.

1.2 Fokus Penciptaan


Berdasarkan uraian latar belakang penciptaan di atas maka fokus
penciptaan adalah bagaimana pengambilan gambar dalam membuat film
pendek bergenre drama menggunakan Teknik visual comedy

1.3 Ruang Lingkup Penciptaan


Dari fokus penciptaan di atas, maka ruang lingkup penciptaan sebagai
berikut :
1. Membuat film pendek ber-genre drama menggunakan teknik visual comedy

9
2. Teknik dalam pengambilan gambar pada pembuatan film ber-genre drama
menggunakan teknik visual comedy
3. Menentukan peralatan kamera, pencahayaan, property atau tata artistik yang
digunakan untuk keperluan pembuatan film pendek.
4. Melakukan Reki (recce) pada lokasi yang ingin digunakan.
5. Membuat shotlist yang akan digunakan sebagai acuan pengambilan gambar
6. Membuat storyboard yang akan digunakan sebagai acuan pengambilan gambar
7. Durasi film pendek tidak lebih dari 10 menit.

1.4 Tujuan Penciptaan


Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan Proposal
Tugas Akhir ini yaitu :
1. Menghasilkan film pendek bergenre drama menggunakan teknik visual comedy
2. Menjadi Director of Photography yang sesuai pada pembuatan film pendek
bergenre drama menggunakan teknik visual comedy
3. Menghasilkan film pendek untuk usia 18 – 23 tahun

1.5 Manfaat Penciptaan


Adapun manfaat yang didapat dari Kerja Praktik ini antara lain:
1. Manfaat bagi Penulis.
a. Mengetahui cara pembuatan film pendek.
b. Memahami peran sebagai Director of Photography.
c. Memahami tentang cara pembuatan shotlist dan storyboard untuk
keperluan pembuatan film pendek.

2. Manfaat bagi Lembaga


a. Sebagai bahan kajian materi untuk mata kuliah yang bersangkutan dengan
film
3. Sebagai rujukan pembuatan film pendek fiksi bergenre drama menggunakan
teknik visual comedy

10
BAB II

LANDASAN TEORI
Guna mendukung produksi film pendek fiksi bergenre drama menggunakan teknik
visual comedy ini, maka perlu dikemukakan teori-teori dan tinjauan pustaka yang dapat
diuraikan sebagai berikut.

2.1 Pengertian Film


Film adalah media komunikasi massa yang sangat penting untuk
mengkomunikasikan tentang suatu cerita atau realita yang terjadi dalam kehidupan
sehari hari, film memiliki realitas yang kuat, salah satunya menceritakan tentang
realitas masyarakat. Film merupakan gambar yang bergerak (Moving Picture).
Menurut (Effendy H. , 2009), film diartikan sebagai hasil budaya dan alat ekspresi
kesenian. Film sebagai komunikasi massa merupakan gabungan dari berbagai
teknologi seperti videografi, rekaman suara, penataan cahaya, dan penataan properti
atau artistic.

Film memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai media hiburan, media komunikasi,
dan film juga berfungsi sebagai media edukatif. Di samping itu, film bisa dijadikan
sebagai media persuasif bagi publik. Secara harfiah, film (sinema) adalah
cinematographie yang berasal dari kata cinema (gerak), tho atau phytos (cahaya), dan
graphie (tulisan, gambar, citra). Jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan
cahaya. Agar dapat melukis gerak dengan cahaya, harus menggunakan alat khusus,
yang biasa disebut kamera. (Riadi, http://www.kajianpustaka.com , diunduh 15
Februari 2021) berdasarkan proses produksinya menurut Heru Effendy dalam bukunya
Mari Membuat Film (Effendy H. , 2009) membagi film menjadi 4 jenis yaitu :

11
i. Film dokumenter
Dokumenter adalah suatu karya film atau video berdasarkan realita serta fakta
peristiwa. Dokumenter juga termasuk jenis film nonfiksi yang menceritakan
realita/kenyataan suatu peristiwa tertentu.
ii. Film cerita pendek (short films)
Film pendek adalah film yang berdurasi pendek dengan cerita yang singkat,
biasanya di bawah 60 menit.
iii. Film cerita panjang (feature-length films)
Film panjang adalah film cerita fiksi yang berdurasi lebih dari 60 menit.
Umumnya berkisar antara 90-100 menit.
iv. Film-film jenis lain : profil perusahaan (corporate profile), iklan televisi (tv
commercial/ tvc), program televisi (tv programme), dan video clip (music
video).

2.2 Director of Photography


Dalam pengertian saya, Director of Photography adalah seorang yang
memegang penuh kendali atas pengambilan gambar, penataan cahaya dan
penataan artistic pada sebuah film. Director of Photography atau disingkat
DoP/DP, adalah seseorang yang paling dekat kedudukannya dengan sutradara.
Dalam tim departemen kamera, dia memiliki keahlian spesialis mengenai
kamera, pilihan lensa, format film dan juga pencahayaan, pernyataan saya
tersebut memiliki kesamaan pada pengertian seorang DoP yang dijelaskan oleh
(AVIKOM FILM, 2017). “Seorang DoP bertanggung jawab penuh atas kualitas
fotografi dan pandangan sinematik, sehingga diapun memiliki wewenang untuk
membuat keputusan mengenai pemilihan alat, tipe pencahayaan dan teknik
perekaman berdasarkan keinginan sutradara”. Seorang Director of
Photography akan dibantu oleh sebuah tim yang dibentuknya mulai dari:

12
a. Camera Assistant
Yang bertugas mendampingi dan membantu semua kebutuhan rekaman
mulai dari pengecekan alat-alat hingga mempersiapkan sebuah shot
(Pratama, 2015)
b. Focus Puller
Yang bertugas membantu sinematografer dalam memutar focus ring pada
lensa sehingga subjek yang diikuti kamera bisa terus dalam area fokus.
(Pratama, 2015)
c. Grip
Bertugas untuk memastikan letak kamera seperti yang diinginkan DOP
baik secara level atau tinggi rendahnya. Grip juga bertanggung jawab
dalam perpindahan kamera. (Pratama, 2015)
d. Gaffer
Istilah untuk seorang yang bertanggung jawab atau kepala departemen
pencahayaan. Bersama DOP, Gaffer akan berdiskusi tentang warna, jenis
cahaya dan gaya tata cahaya. (Pratama, 2015)
e. Lightingman
Orang-orang dalam departemen pencahayaan yang bekerja menata lampu
sesuai dengan perintah Gaffer dan kemauan DOP (Pratama, 2015)

Selain itu, Director of Photography juga harus bisa memahami sudut


pengambilan gambar, ukuran gambar (frame size/framing) dan juga teknik pergerakan
kamera. Berikut pengertian tentang sudut pengambilan gambar dan teknik pergerakan
kameran beserta contohnya menurut

2.2.1 Camera Angle


Sudut pengambilan gambar terdiri dari :
a. Bird Eye View
Anda bisa mencoba mendapatkan hasil yang berbeda dengan mengambil
foto dari titik yang terletak diketinggian. Dalam sudut pemotretan ini,
posisi objek berada di bawah atau lebih rendah dari kita berdiri. Dari

13
sudut pandang ini, kita memiliki area pandang yang sangat luas,
termasuk juga perspektif objek dan hubungannya dengan benda – benda
di sekelilingnya. (Omdijaja, 2017)
b. High Angle
Angle ini digunakan untuk menangkap kesan luas dari objek yang difoto.
Pada angle ini kamera diposisikan lebih tinggi dari objek, sehingga
memberi kesan kecil dari objek yang difoto. Dengan angle ini kita bisa
memasukkan elemen-elemen pendukung komposisi ke dalam frame.
Penerapan high angle bisa juga diterapkan pada foto pemandangan
(Omdijaja, 2017)
c. Low Angle
Low angle adalah sudut pengambilan gambar dengan posisi kamera lebih
rendah daripada objek yang difoto. Secara psikologis, low angle akan
menghasilkan obyek foto yang terlihat kuat, elegan, mewah, atau kesan
dominan. Biasanya fotografer akan memilih angle ini untuk mengambil
gambar bangunan seperti gedung bertingkat. (Omdijaja, 2017)
d. Eye Angle
Sudut pandang ini adalah sudut pandang atau angle yang umum
digunakan. Pada angle ini lensa kamera dibidik sejajar dengan tinggi
objek. Posisi dan arah kamera memandang objek yang akan dipotret
layaknya mata kita melihat objek secara biasa. Pengambilan angle ini
kebanyakan untuk memotret manusia dan aktifitasnya (Omdijaja, 2017)
e. Frog Level
Pada pemotretan dengan angle ini kamera disejajarkan dengan tanah.
Angle ini biasanya digunakan untuk objek yang posisinya di atas tanah.
Untuk memotret dengan sudut pandang ini terkadang fotografer harus
tiduran di tanah, untuk menghasilkan foto yang bagus. (Omdijaja, 2017)
f. Over Shoulder
Teknik ini mengambil gambar dari arah belakang bahu obyek.
Akibatnya obyek hanya nampak bagian bahu atau kepalanya saja.
(MasBos Multimedia, 2017)

14
2.2.2 Frame Size
Frame size adalah ukuran gambar, ukuran gambar terdiri dari :
a. Extreme Long Shot (ELS)
Adalah framing yang sangat lebar serta sangat jauh dari objek.
Pemandangan dan suasana sangat mendominasi daripada objek.
Tujuan framing ini adalah memberikan kesan yang sangat luas dan
berfungsi untuk mengidentifikasi suasana lingkungan secara
menyeluruh (PortalDekave, 2020)
b. Big Close Up (BCU)
Big Close up adalah framing yang mengambil detail objek pada
wajah, memperlihatkan sudut yang lebih sempit sehingga
menegaskan ekspresi yang begitu kuat dan jelas. Framing
didominasi oleh wajah. (PortalDekave, 2020)
c. Close Up (CU)
Close Up memperlihatkan wajah secara penuh, sehingga sangat
cocok dijadikan framing untuk memperlihatkan ekspresi
(PortalDekave, 2020)
d. Medium Close Up (MCU)
Medium Close Up memperlihatkan wajah serta bagian atas tubuh
dari objek dan cukup mendominasi namun masih terlihat peran
dari background. Pada manusia, framing ini menampilkan dari
bagian dada hingga ujung kepala. (PortalDekave, 2020)
e. Medium Shot (MS)
Framing Medium Shot membuat keseimbangan antara objek
(foreground) dan background. Sehingga framing ini terasa
seimbang dan cocok digunakan dalam segala situasi..
(PortalDekave, 2020)

15
f. Extreme Close Up (ECU)
Merupakan pengambilang gambar dari jarak sangat dekat, hingga
pori-pori kulit pun bisa terlihat. Tujuannya agar obyek menjadi
sangat-sangat jelas. (MasBos Multimedia, 2017)
g. Full Shoot (FS)
Pengambilan gambar penuh dari kepala hingga kaki. Fungsinya
memperlihatkan objek beserta lingkungannya. (MasBos
Multimedia, 2017)
h. Long Shoot (LS)
Pengambilan gambar yang lebih luas dari full shot. Fungsinya
menunjukkan objek beserta latar belakangnya. (MasBos
Multimedia, 2017)
i. 2 Shoot/two shoot
Pengambilan gambar dua objek. Fungsinya memperlihatkan
adegan dua orang yang terlibat percakapan. (MasBos Multimedia,
2017)
j. Group Shoot
Pengambilan gambar sekumpulan objek. Fungsinya
memperlihatkan adegan sekolompok orang dalam melakukan
suatu aktivitas. (MasBos Multimedia, 2017)

2.2.3 Camera Movement


Gerakan kamera terbseut terdiri dari :
a. Zooming (in/out)
Secara teknis, zoom bukanlah pergerakan kamera karena nggak
mengharuskan kamu untuk mengubah posisi kamera, melainkan
memainkan fokus untuk dapat bergerak lebih dekat atau lebih jauh
ke arah subjek. Zoom menjadi salah satu gerakan kamera yang
paling sering digunakan dalam dunia sinematografi. (Andina,
2018)

16
b. Panning (Left/Right)
Pan atau panning adalah gerakan kamera menoleh ke kanan (pan
right) dan menoleh ke kiri (pan left) dalam poros horizontal yang
bertumpu pada tripod. (Andina, 2018)
c. Tilting (Up/Down)
Pergerakan kamera tilt atau tilting adalah pergerakan kamera yang
dilakukan secara vertikal, Tilt terbagi menjadi dua jenis, yaitu tilt
up untuk gerakan kamera secara vertikal dari bawah ke atas dan
tilt down untuk gerakan kamera secara vertikal dari atas ke bawah.
(Andina, 2018)
d. Dolly (In/Out)
Dolly merupakan pergerakan kamera yang bergerak langsung
menuju atau menjauhi subjek. Dolly dibagi menjadi dua, yaitu
dolly in untuk arah kamera yang berjalan mendekati subjek dan
dolly out untuk arah kamera yang berjalan menjauh dari subjek.
(Andina, 2018)
e. Follow
follow adalah pergerakan kamera yang mengikuti ke mana pun
subjek bergerak. Ini biasanya digunakan untuk mempertahankan
komposisi visual yang proporsional di dalam frame dan memberi
headspace agar bagian kepala nggak terpotong di dalam frame saat
tokoh utama sedang berjalan menjelajah. (Andina, 2018)
f. Crabbing
Crab adalah pergerakan kamera secara menyamping yang sejajar
dengan subjek yang sedang berjalan atau berlari. Gerakan ini
hampir serupa dengan dolly, hanya saja perbedaannya pada arah
gerakan kamera. Jika dolly bergerak secara maju-mundur, crab
bergerak menyamping ke kiri dan ke kanan.. (Andina, 2018)

17
Director of Photography harus mendukung visi dari sutradara dan
skenario, karena yang disampaikan ke pada penonton adalah semua informasi
dalam bentuk visual yang sesuai dengan visi sutradara dan skenario. “Director
of Photography yang baik harus juga mengenal dengan baik atau memahami
alat yang akan dipakai dalam pembuatan sebuah film. Director of Photography
yang memindahkan semua ilmu dan pengetahuan kita lewat kamera tersebut”.
(Pratama, 2015)

2.3 Produksi Film


Sebelum sebuah film ditayangkan atau ditonton, sebuah film harus melaluitiga
tahapan produksi yang dibagi menjadi tahapan praproduksi, produksi dan
pascaproduksi. (Achmad, 2012)

2.3.1 Pra Produksi


Menurut pendapat saya pribadi, pada tahapan ini adalah awal mula
perancangan produksi film. “Tahapan Pra produksi adalah tahapan dimana
semua persiapan benar-benar didesain dan dipersiapkan dengan sangat matang.
Konsep film akan dibayangkan dan divisualkan oleh sang sutradara, sehingga
dalam bayangan tersebut bisa dibuatkan storyboard dibantu oleh seoran
illustrator atau storyboard artist”. (Kertawiyudha, Wuryanto, Cendekia,
Muchransyah, & Mandra, 2017). Perlunya anggaran pada pra produksi dibuat
untuk memperkirakan berapa biaya untuk produksi film tersebut. Jika
produksinya terbentuk besar, maka akan diperhitungkan juga asuransi untuk
antisipasi jika terjadi hal yang tidak diinginkan.
Dari skenario yang telah ditulis penulis, Director of Photography akan
membuat Storyboard. Storyboard adalah konsep visual yang dibuat Director of
Photography dengan masukan sutradara berdasarkan apa yang telah tertulis di
skenario. Setelah Storyboard telah dibuat, Director of Photography kemudian
membuat Shotlist. Shotlist tersebut harus berdasarkan Storyboard yang telah di
buat sebelumnya.

18
2.3.2 Produksi
Di tahap produksi atau yang lebih dikenal dengan nama proses syuting.
Apa yang sudah dipersiapkan di tahap praproduksi harus dimanfaatkan dengan
maksimal. Director of Photography harus mampu membuat komposisi gambar
atau visual yang baik, mengarahkan kamera dan menjaga kualitas gambar atau
visual agar berjalan sesuai rencana. Masa syuting biasanya berlangsung sekitar
10 hingga 25 hari, atau untuk film-film tertentu bahkan bisa lebih dari sebulan.

2.3.3 Paska Produksi


Di proses ini, ada editor yang akan menyunting hasil gambar yang akan
diambil selama proses syuting. Setelah selesai diedit, gambar akan dipercantik,
tata suara dan tata musik pun harus diperhatikan. Jika semua proses sudah
dujalankan, maka film siap didistribusikan.

2.4 Visual Comedy


Berdasarkan dari situs getfilming.com, yang sudah saya terjemahkan pengertian
tentang visual comedy adalah menggambarkan komedi melalui pembingkaian,
gerakan kamera, pengeditan, efek suara, dan music. Adapun poin-poin yang
diperhatikan pada visual comedy yaitu :

1. Memasuki fram kamera dengan cara yang lucu


2. Keluar dari frame kamera dengan cara yang lucu.
3. Meninggalkan frame dan Kembali lagi pada frame.
4. Mencocokan transisi antar adegan.
5. Efek suara dengan waktu yang tepat.
6. Adegan sinkron dengan nada musik.
7. Pencahayaan super dramatis.

19
Visual comedy pada film komedi sendiri digunakan bukan untuk memenuhi
ekspektasi penonton melainkan melakukan apa yang diinginkan penonton. Visual
comedy juga memberikan nilai baru pada perfilman bergenre komedi karena dapat
mengeksplorasi pikiran alam bawah sadar penonton dalam memprediksi apa yang akan
terjadi selanjutnya, dan memberikan mereka kebebasan berkreasi. Hal tersebut
dibenarkan oleh (Anderson, 2019) pada artikel yang ditulisnya di situs
schoolworkhelper.net. “Visual comedy liberates human beings from reality, objects
are given new meanings and values, it explores the subconscious of the audiences’
minds giving them the freedom to create. he social expectation was completely,
unexpectedly broken, making it more humorous. The comedians’ engagement with the
audience in terms of desire was very effective, in other words, the comedians did what
the audience wanted to happen, not what they expected”.

Kecocokan properti atau artistik yang sudah disusun, ditata dan ditampilkan
pada frame kamera oleh Director of Photography juga sangat berpengaruh pada visual
comedy. Hal tersebut menjadi peran penting karena apabila semuanya tidak cocok atau
meleset antara artistik, setting tempat lokasi, pembawaan cerita komedi dan
aktor/aktris, maka dipastikan adegan yang ditampilkan kurang menarik ditonton dari
segi visual maupun komedi pada pembawaan cerita.

20
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Dalam penyusunan Proposal Tugas Akhir ini, metode penelitian yang
digunakan ialah penelitian secara kualitatif, dimana penelitian kualitatif
merujuk pada penalaran baik secara tekstual maupun secara visual. Menurut
Bogdan dan Taylor dalam Moleong (1999: 2) mengatakan metode kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Melalui metode kualitatif ini penulis akan mencari hal-hal yang


berkaitan dengan judul Proposal Tugas Akhir yaitu Director of Photography,
film pendek, dengan Teknik Visual Comedy. Penulis menggunakan empat
teknik untuk memperoleh dara secara kualitatif, yakni studi literatur,
wawancara, observasi, serta studi eksisting. Dalam tugas akhir ini penulis sudah
melakukan penelitian melalui studi literatur, observasi dan wawancara. Setelah
semua data terkumpul, selanjutnya akan dikaji guna mendapatkan kesamaan.

3.2 Objek Penelitian


Dalam tahap ini menjelaskan objek penelitian yang menjadi bahasan
utama dalam penyusunan Proposal Tugas Akhir ini. Objek yang akan diteliti
adalah bagaimana membuat film bergenre drama dengan menggunakan visual
comedy.

3.3 Sumber Data


Dalam penyusunan Proposal tugas akhir ini data sangat penting, agar
laporan dapat dipertanggungjawabkan dan akurat. Sumber data pada laporan ini
diperoleh dari buku-buku atau studi literatur. Studi literatur diperlukan untuk

21
menemukan keaslihan data yang sudah diterbitkan baik dari buku ataupun dari
jurnal dan laporan penelitian yang sudah ada.

Selanjutnya studi eksisting, untuk mempelajari film-film yang memiliki


kesamaan dengan karya Tugas Akhir ini untuk memperoleh masukan tentang
kelebihan dan kekurangannya. Bagian terakhir adalah wawancara dengan
anrasumber yang memiliki keahlian dibidang yang sesuai dengan bahasan ini,
untuk mendapatkan informasi. Sumber data secara rinci dijelaskan pada bagian
selanjutnya yaitu pada bagian teknik pengumpulan data.

3.4 Hasil Pengumpulan Data


Teknik Pengumpulan data dalam penyusunan Proposal Tugas Akhir ini
agar dalam proses analisis ini tidak terjadi penyimpangan materi serta tujuan
yang dicapai. Dalam pemuatan film pendek bergenre drama menggunakan
Teknik visual comedy. Penelitian kualitatif merujuk dan berciri pada penulis
mengamati, mencatat, bertanya, dan menggali sumber yang erat hubungannya
dengan obyek yang akan diteliti, kemudian disusun, lalu dirumuskan, seperti
observasi, wawancara, dan menggali sumber-sumber yang ada melalui studi
literatur (Sugiyono, 2005: 34). Melalui metode kualitatif ini, akan dicari hal-hal
yang berkaitan dengan film pendek, film drama, genre film, dan pemahaman
visual comedy

3.4.1 Film Pendek


Pada tahap ini, pengumpulan data lebih terarah pada film. Pengumpulan
data dilakukan dengan cara studi literatur dan wawancara.

1. Studi Literatur
Pada tahap ini, pengumpu Studi literatur dalam pembahasan mengenai
film merujuk pada dua buku yaitu buku “5 Hari Mahir Bikin Film”,
(Javandalasta, 2011) serta “Manajemen Produksi Program Acara Tv Format
Acara Drama”, (Mabruri, 2013).

22
Javandalasta dalam bukunya “5 Hari Mahir Bikin Film” (2011: 1-3)
dijelaskan bahwa kata film berawal dari sebuah media penyimpanan
gambar atau sering disebut Celluloid, lembaran plastik yang dilapisi oleh
emulsi (lapisan kimiawi peka cahaya) bertitik tolak, dari situlah maka film
dalam arti tayangan audio-visual dipahami sebagai potongan-potongan
gambar bergerak. Potongan dari gambar tersebut mempunyai kecepatan 24
gambar/ bisa dibilang 24-25 Frame persecond atau fps. Dari beberapa
literatur yang menjelaskan tentang pengertian film semuanya mengerucut
pada suatu pengertian yang universal yaitu Film adalah rangkaian gambar
yang bergerak membentuk suatu cerita atau juga bisa disebut movie atau
video.
2. Wawancara
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh channel youtube Indonesia
Cinematographers Society kepada 4 narasumber, dari hasil wawancara
tersebut bisa disimpulkan bahwa “Sinematografer bukan hanya sekedar
menekan tombol record pada kamera tetapi juga harus mempelajari
komposisi”. “Jangan takut dengan perkembangan teknoloi, karena 50%
teknis 50% seni”. “Menjadi seorang sinematografer bukan hanya menjadi
seorang sinematografer, tetapi dengan hati juga pada saat merekam film”.
“Harus mempersiapkan manajemen pra-produks, produksi sampai paska
produksi. Lebih dari sekedar bahwa orang tau bahwa kita cuma merekam”.
(Indonesian Cinematographers Society, 2019)

Dari pembahasan diatas berdasarkan literatur dan wawancara, diperoleh


kesimpulan bahwa sinematographer adalah seorang yang mampu
mempertanggung jawabkan keseluruhan visual kamera dengan pemahaman
akan komposisi dan manajemen yang tinggi.

3.4.2 Director of Photograpy


Pada tahap ini, pengumpulan data lebih terarah pada Director Of
Photography. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur. Menurut

23
Cristianto Widjaja (2008: 18) Director Of Photography adalah orang yang
menterjemahkan ide, visi dan misi sutradara melalui elemen-elemen visual dan
fotografi sekaligus kepala kamerawan. Director Of Photography bertanggung
jawab terhadap pergerakan dan penempatan kamera, komposisi, fokus dan sudut
pengambilan gambar, dan juga pencahayaan dalam suatu adegan.

Penata fotografi tidak melakukan pengoperasian kamera selama syuting


sesungguhnya kecuali dalam unit produksi yang kecil. Director of Photography
yang kreatif juga akan membantu sutradara dalam memilih sudut, penyusunan, dan
rasa dari pencahayaan kamera.

Sedangkan wawancara dilakukan dengan praktisi sinematografi Fauzan


Abdillah dari hasil wawancara sebagai berikut. Director Of Photography bertugas
untuk menentukan gambar-gambar yang diambil yang layak untuk diperlihatkan,
tentu saja sesuai keinginan Sutradara serta konsep dari film.

Dari pembahasan Director of Photography berdasarkan studi literatur dan


wawancara diperoleh kesimpulan bahwa Director of Photography adalah orang
yang menterjemahkan ide, visi dan misi sutradara melalui visual dan fotografi
sekaligus kepala juru kamera yang berhak menentukan gambar-gambar film yang
layak untuk diperlihatkan sesuai keinginan Sutradara.

3.5 Analisa Data

No. Bahasan Literatur Wawancara Kesimpulan


1. Film Pendek Gambar yang Alur cerita pendek, Gambar bergerak yang
bergerak pesan memiliki alur cerita
tersampaikan pendek namun pesan
tersampaikan
2. Genre Tema, cerita, Bertema realita Genre yang memiliki
Drama setting, karakter, kehidupan. unsur potret realita
suasana yang kehidupan nyata.
memotret
kehidupan nyata

24
3. Director of Orang yang Seseorang yang Seseorang yang
Photography bertanggung jawab bertindak sebagai bertanggung jawab
dengan visual penata gambar di menata visual di sebuah
dalam sebuah film film
4. Visual Teknik komedi Berdasarkan dari Visual komedi lebih
Comedy menggunakan unsur getfilming.com , mengunggulkan pada
visual yang film dengan unsur kesinambungan antar
sistematis komedi cenderung pergerakan kamera,
bosan karena frame
mengunakan dialog kamera,ekspresi,adegan
sebagai punch line dan pencahayaan
komedi dramatis sehingga
memberi kesan yang
lebih estetik pada komedi
yang ditampilkan

(Sumber: Olahan Penulis)

3.6 Kesimpulan Analisa Data


Pada kesimpulan analisa data, penulis dapat menyimpulkan sesuai dengan gambar
tabel analisa data yang penulis buat.

1. Film pendek merupakan gambar bergerak yang memiliki alur cerita pendek
namun pesan tersampaikan.
2. Genre drama adalah genre yang memiliki unsur potret realita kehidupan nyata.
3. Director of Photography merupakan seseorang yang memimpin dan
mengarahkan sebuah komposisi gmbar,penataan cahaya, dan penataan artistik
4. Makna dan filosofi visual komedi adalah komedi yang menggunakan
pergerakan kamera, pencahayaan dramatis, dan pergerakan yang sinkron
dengan alur music.

25
BAB IV

PERANCANGAN KARYA

Dalam Bab IV ini akan dibahas mengenai perancangan karya oleh


penulis mengenai Director of Photography.

4.1 Pra Produksi


Pada perancangan karya, penulis memiliki langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam proses membuat film

Recce
Pra

Produksi

Shotlist &
Storyboard

Perancangan Proses
Produksi
Karya Shoting

Mendampingi
Pasca Produksi
editor terkait file
rekaman

Gambar 4.1 Bagan Pra Produksi

26
(Sumber: Olahan Penulis)

4.2 Pra Produksi


Pada tahap ini penulis sebagai sutradara dan penulis naskah membuat ide,
konsep, sinopsis, dan skenario sebagai langkah awal dalam membuat film.
1. Ide Ide
Ide dari film pendek ini berasal dari pengalaman penulis di saat menjadi
mahasiswa baru di kampus.
2. Konsep
Film pendek ini memiliki alur maju, karena alur maju bisa membuat penonton
lebih mudah untuk memahami cerita film ini. Penulis ingin menunjukkan
momen-momen dimana mahasiswa baru saat memasuki dunia perkuliahan.
Dengan menggabungkan genre drama penulis mencoba membawa kan dunia
dan karakter yang ada di dalam film ini menjadi natural. Penulis menambahkan
genre komedi untuk membawakan cerita yang ada di dalam lebih mempunyai
warna. didukung oleh Director of Photography yang menggunakan teknik
visual comedy akan memperluaskan unsur komedi yang akan di angkat ke
dalam film ini.
3. Sinopsis
Di hari pertama perkuliahan, seorang mahasiswa baru terlambat masuk kelas.
Bukannya berusaha untuk masuk kelas, ia malah mencari tongkrongan terdekat
untuk menunggu jam mata kuliah selanjutnya. Disana, ia mengetahui bahwa
bukan hanya dia yang terlambat.

Resah karena hari pertama kuliah nya kacau, mahasiswa ini memulai
berbincang ke mahasiswa yang ada di tempat itu untuk melepaskan rasa resah
nya. salah satu mahasiswa yang ada di tongkrongan itu adalah mahasiswa
semester tua. Merasa susperior mahasiswa tua itu membagikan rumor-rumor
sekitar dunia perkuliahan. Berbekal tips dan pengalaman dari kakak tingkatnya,
mahasiswa baru itu berusaha membuat kehidupan kuliahnya menjadi lebih

27
baik. Merasa kehidupan nya baik-baik saja, mahasiswa itu menemukan fakta di
lapangan sangat berbeda.

4.3 Recce
Recce adalah proses mengunjungi lokasi. Setelah produser
manajer lokasi menemukan lokasi yang sesuai dengan kebutuhan cerita,
dan telah disetujui oleh sutradara, maka rombongan kru akan datang
mengunjungi lokasi tersebut. Biasanya kru-kru yang dibutuhkan hadir
di recce adalah sutradara, produser pelaksana, manajer lokasi, penata
kamera, penata artistik, dan penata suara. Menurut (Studio Antelope,
2017) Recce berguna untuk menentukan hal teknis di lapangan. Dari sisi
kreatif tentu apa yang ditulis di naskah tidak sepenuhnya sesuai dengan
kondisi di lapangan. Oleh karena itu tim kreatif perlu melakukan
beberapa penyesuaian di lapangan agar cerita tetap dapat tersampaikan
sesuai kebutuhan. Berikut inilah hal-hal yang perlu dilakukan saat
recce:

1. Sutradara - Menentukan Bloking & Penempatan Adegan


Kepiawaian sutradara dibutuhkan untuk bisa menerjemahkan
naskah menjadi visual, walaupun kondisinya berbeda. Oleh karena itu,
sutradara harus melakukan beberapa penyesuaian, antara lain membuat
bloking pemeran & penempatan adegan.

2. Director of Photography - Menentukan Teknis Kamera & Lighting


DoP melakukan koordinasi dengan sutradara seputar kondisi
lapangan. Melihat kondisi lapangan, DoP bisa menyarankan hal-hal
teknis kepada sutradara agar visi sutradara bisa diterjemahkan dengan
baik. Setelah mendengar pendekatan yang diinginkan sutradara dan
berdiskusi dengannya, DoP mulai menentukan hal teknis pengambilan

28
gambar. Ia harus bisa menyesuaikan titik pengambilan gambar serta titik
pencahayaan sesuai dengan kondisi lapangan.

3. Penata Suara – Memperhatikan Potensi Gangguan Suara


Lokasi tidak selalu ideal untuk seorang penata suara. Lokasi
yang sudah disetujui sutradara bisa saja terletak diantara pemukiman
warga yang dihuni oleh 10 pedagang tahu bulat. Tentu ini akan
menganggu jalannya syuting, tetapi inilah gunanya recce. Penata suara
jadi bisa memprediksi potensi gangguan suara yang mungkin terjadi.
Tidak hanya itu, penata suara juga bisa melihat sendiri kondisi ruang
pengambilan gambar.

4. Penata Artistik – Menentukan Layout Set


Sama seperti DP, penata artistik berdiskusi dengan sutradara
membahas visinya. Sutradara akan menceritakan visi dan pendekatan di
setiap adegan serta nuansa seperti apa yang ia ingin bangun secara
visual. Dari sana, penata artistik bisa menuangkannya melalui set yang
ia akan bangun. Penata artistik akan menentukan layout set serta detail-
detail props tambahan apa saja yang perlu ia bawa.

5. Manajer Lokasi / Produser Pelaksana – Menentukan Layout


Produksi
Manajer lokasi punya tugas mengelola lokasi agar tetap aman
terkendali. Untuk itu, salah satu tugas yang mesti ia lakukan adalah
memastikan flow para kru saat syuting rapi. Ia harus memastikan tidak
ada gangguan-gangguan di sekitar lokasi yang berpotensi menganggu
pengambilan gambar. Selain itu, layout alias denah produksi, mulai dari
ruang ganti hingga kamar kecil harus dirancang dan dikuasai betul oleh

29
manajer lokasi atau produser pelaksana, sehingga produksi dapat
berlangsung lancar tanpa halangan.

6. Sarana Prasarana
Sebelum melakukan proses produksi diperlukan adanya list alat shooting guna
menunjang proses produksi. List alat shooting dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 List Alat Shooting

No. Nama Alat Jumlah

1. Charge Baterai Kamera 1 Buah

2. Baterai Kamera 4 Buah

3. Lensa Fix Sony 1 Buah

4. Lensa Tele Sony 1 Buah

5. Lensa Kit Sony 1 Buah

6. Tripod 2 Buah

7. Memori Card 3 Buah

8. Reflector 1 Buah

9. Rode 1 Buah

11. Headset 1 Buah

12. Clapper 1 Buah

13. Boom Mic 1 Buah

15. RIG 1 Buah

16. Clip On 3 Buah

17. Lampu LED 2 Buah

30
20. Kamera Sony Mirrorless A6300 1 Buah

21. Laptop 1 Buah

22. Hardisk 1 Buah

7. Aspek Rasio
Menurut (Studio Antelope, 2020) Aspek Rasio dalam film adalah
perbandingan antara lebar dan tinggi pada sebuah gambar video atau film.
Distorsi visual menyebabkan film tidak bisa dinikmati dengan baik, loh.
Misalnya gambar terlalu sempit, atau terlalu ramping. Hal tersebut bisa
mengganggu pandangan penonton film kalian. Pada pembuatan film pendek ini
penulis menggunakan rasio 16:9. Rasio 16:9 biasa digunakan untuk kebutuhan
pengambilan gambar secara widescreen atau melebar, kenapa menggunakan rasi
16:9 pada pembuatan film pendek tersebut? Rasio 16:9 sendiri adalah rasio
normal atau yang umum digunakan saat perekaman video atau produksi film.

8. Floorplan
Salah satu hal penting dalam produksi film adalah persiapan. Nah,
floorplan adalah salah satu bagian dari persiapan agar shooting film bisa lebih
lancar. Floorplan dalam film merupakan denah set yang digunakan untuk
shooting. Floorplan disusun sebelum proses produksi atau pra-produksi dan
sangat berguna sebagai panduan proses produksi. Floorplan untuk divisi kamera
(berisikan penempatan kamera dan lighting). Sedangkan, floorplan untuk divisi
directing (berisikan blocking dan pergerakan aktor di dalam sebuah set). (Studio
Antelope, 2019)
Floorplan terdapat beberapa simbol yang digunakan itu seperti: simbol
kamera, simbol aktor, simbol lighting, dan simbol properti. Semua simbol-simbol
tersebut memiliki fungsi untuk memberikan penjelasan penempatan masing-
masing item di dalam sebuah set. Floorplan juga biasanya lengkap dengan
penjelasan mengenai arti dari simbol-simbol tersebut untuk menghindari

31
kesalahpahaman. Floorplan yang paling umum digunakan ini biasanya sangat
berguna untuk mengetahui tata letak lampu, kamera, atribut lainnya, yang
memudahkan bagi DoP, gaffer, dan sutradara tentunya. Tidak hanya mengetahui
tata letak, tetapi juga bisa memperkirakan alur atau flow DOP dan aktor saat
sedang mulai akting. (Studio Antelope, 2019)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, H. (2012). My Life as Film Director. Bandung: Mizan Media Utama.

Anderson, W. (2019, June 8). Rowan Atkinson’s Visual Comedy Techniques. Retrieved from
SchoolWorkHelper: https://schoolworkhelper.net/rowan-atkinsons-visual-comedy-
techniques/

Andina, Y. (2018, May 7). Camera Movement, Skill Wajib untuk Dikuasai Filmmaker.
Retrieved from kreativv.com: https://kreativv.com/film-animasi-video/camera-
movement

AVIKOM FILM. (2017, November 15). OFFICIAL WEBSITE AUDIO VISUAL KOMUNIKASI UPN
VETERAN YOGYAKARTA. Retrieved from AVIKOM FILMS:
http://avikomfilm.com/2017/11/15/crewfilm-director-of-photography/

Effendy, H. (2009). Mari Membuat Film (Vol. 2). Jakarta: Erlangga.

Effendy, O. U. (2009). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. In O. U. Effendy, Ilmu, Teori dan
Filsafat Komunikasi (pp. 211-216). Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Javandalasta. (2011). 5 Hari Mahir Bikin Film. In Javandalasta, 5 Hari Mahir Bikin Film.
Jakarta: Mumtaz Media.

Kertawiyudha, P., Wuryanto, B. A., Cendekia, D., Muchransyah, M., & Mandra, R. (2017).
Sebuah Modul Workshop Penulisan Skenario Tingkat Dasar. In P. Kertawiyudha, B.
A. Wuryanto, D. Cendekia, M. Muchransyah, & R. Mandra, Penulisan Cerita Film
Pendek (pp. 12-15). Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Pusat
Pengembangan Perfilman.

Mabruri, A. (2013). Manajemen Produksi Program Acara Televisi Format Acara Drama. In A.
Mabruri, Manajemen Produksi Program Acara Televisi Format Acara Drama.
Jakarta: Grasindo.

32
MasBos Multimedia. (2017, July 13). Teknik Pengambilan gambar. Retrieved from
masbos.com: https://masbos.com/teknik-pengambilan-gambar/

Omdijaja. (2017, November 21). Mengenal Angle Dalam Fotografi. Retrieved March 20,
2021, from digitalfotografi.net: http://digitalfotografi.net/mengenal-angle-dalam-
fotografi/

PortalDekave. (2020, November 12). Penjelasan Macam – Macam Framing Kamera Foto &
Video. Retrieved from portaldekave.com:
https://www.portaldekave.com/artikel/penjelasan-macam-macam-framing-
kamera-foto-
video#:~:text=Framing%20adalah%20bagaimana%20kita%20menempatkan,tanggun
g%20dalam%20penempatan%20di%20bingkai.

Pratama, A. Y. (2015, October 6). Arti Penting Director of Photography (DOP). Retrieved
from yehudaalbert.wordpress.com/:
https://yehudaalbert.wordpress.com/2015/10/06/arti-penting-director-of-
photography-dop-sinematografer/

Studio Antelope. (2017, May 21). Apa Itu Recce Dan Kenapa Penting Dilakukan Sebelum
Syuting? Retrieved from studioantelope.com: https://studioantelope.com/apa-itu-
recce/

Studio Antelope. (2019, February 5). Mengenal Floorplan Dalam Film. Retrieved from
studioantelope.com: https://studioantelope.com/mengenal-floorplan-dalam-
film/#:~:text=Nah%2C%20floorplan%20adalah%20salah%20satu,shooting%20film%
20bisa%20lebih%20lancar.&text=Floorplan%20dalam%20film%20merupakan%20de
nah,berguna%20sebagai%20panduan%20proses%20produksi.

Studio Antelope. (2020, March 30). 5 Aspek Rasio Film Yang Paling Sering Kamu Jumpai.
Retrieved from studioantelope.com: https://studioantelope.com/5-aspek-rasio-film-
yang-paling-sering-kamu-jumpai/

Baskin, Askurifai. Macam-macam Genre.

sir.stikom.edu/1060/5/BAB_II.pdf

Diakses pada 13 Oktober 2017.

Kreatifproduction. Jabatan dalam bidang film.

http://www.kreatifproduction.com/jabatan-dalam-bidang-film/

Diakses pada 25 Agustus 2017.

33
Oscars. RULES & ELIGIBILITY.

http://www.oscars.org/oscars/rules-eligibility

Diakses pada 8 September 2017

34

Anda mungkin juga menyukai