Program Studi
Oleh:
FERRY MERCURRY
17510160007
PROPOSAL
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Sarjana Seni Terapan
Disusun Oleh:
Nama : Ferry Mercurry
NIM : 17510160007
Program : DIV (Diploma Empat)
Jurusan : Produksi Film dan Televisi
Digitally signed
by Yunanto Tri
Laksono
Date: 2021.04.02
10:14:35 +07'00'
Novan Andrianto M.I.Kom Yunanto Tri Laksono, M.Pd.
NIDN : 0704068505 NIDN : 07171190003
Mengetahui:
Kaprodi DIV Produksi Film dan Televisi
2
LEMBAR MOTTO
3
LEMBAR PERSEMBAHAN
Kupersembahkan untuk kedua Orang Tua, Diri sendiri dan orang – orang
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
rahmat-Nya sehingga penyusunan Proposal Tugas Akhir dengan judul
“Director of Photography Dalam Pembuatan Film Pendek Bergenre Drama
Komedi Menggunakan Teknik Visual Komedi berjudul “Jarene” dapat
diselesaikan dengan baik.
Dalam penyelesaian proposal Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak yang memberikan masukkan dan dukungan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Untuk itu diucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Kedua orang tua serta keluarga yang senantiasa mendoakan dan memberi
dukungan selama proses penyusunan Proposal Tugas AKhir
2. Ir. Hardman Budiarjo, M.Med.kom., MOS. selaku Ketua Program Studi DIV
Produksi Film dan Televisi.
3. Novan Andrianto M.I Kom. Selaku Dosen pembimbing 1
4. Yunanto Tri Laksono, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing 2
5. Sahabat, dan teman-teman angkatan 2017 yang selalu mendukung.
6. Keluarga besar program studi DIV Produksi Film dan Televisi.
7. Dan lain sebagainya yang mungkin belum disebutkan satu persatu di sini.
Demikian proposal Tugas Akhir ini disusun jika terdapat kesalahan
dalam penulisan, maupun penyusunan proposal ini dimohon memberikan kritik
dan saran. Semoga proposal Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi teman-
teman yang membaca khususnya bagi teman-teman Jurusan DIV Produksi Film
dan Televisi Universitas Dinamika.
Penulis
5
DAFTAR ISI
BAB I.................................................................................................................................................. 8
PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 8
1.1 Latar Belakang Masalah ...........................................................................................8
1.2 Fokus Penciptaan .....................................................................................................9
1.3 Ruang Lingkup Penciptaan.......................................................................................9
1.4 Tujuan Penciptaan ..................................................................................................10
1.5 Manfaat Penciptaan ................................................................................................10
BAB II .............................................................................................................................................. 11
LANDASAN TEORI ....................................................................................................................... 11
2.1 Pengertian Film ......................................................................................................11
2.2 Director of Photography ........................................................................................12
2.2.1 Camera Angle.....................................................................................................13
2.2.2 Frame Size..........................................................................................................15
2.2.3 Camera Movement .............................................................................................16
2.3 Produksi Film .........................................................................................................18
2.3.1 Pra Produksi .......................................................................................................18
2.3.2 Produksi .............................................................................................................19
2.3.3 Paska Produksi ...................................................................................................19
2.4 Visual Comedy .......................................................................................................19
BAB III............................................................................................................................................. 21
METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................................................... 21
3.1 Metode Penelitian ...................................................................................................21
3.2 Objek Penelitian .....................................................................................................21
3.3 Sumber Data ...........................................................................................................21
3.4 Hasil Pengumpulan Data ........................................................................................22
3.4.1 Film Pendek .......................................................................................................22
3.4.2 Genre Drama ....................................................... Error! Bookmark not defined.
3.4.3 Director of Photograpy .......................................................................................23
3.5 Analisa Data ...........................................................................................................24
3.6 Kesimpulan Analisa Data .......................................................................................25
BAB IV ............................................................................................................................................. 26
6
PERANCANGAN KARYA ............................................................................................................. 26
4.1 Pra Produksi ...........................................................................................................26
4.2 Pra Produksi ...........................................................................................................27
2.3 Manajemen Produksi ............................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................... 32
7
BAB I
PENDAHULUAN
8
Film sebagai komunikasi massa merupakan gabungan dari berbagai
teknologi seperti fotografi dan rekaman suara, kesenian baik seni rupa dan seni
teater sastra dan arsitektur serta seni music (Effendy O. U., 2009) . Menurut
(Mabruri, 2013), film merupakan media komunikasi yang berpengaruh pada
cara pandang dan membentuk pola pikir individu yang kemudian akan
membentuk karakter suatu bangsa. Oleh karenanya, perlu memberikan
informasi kepada publik dalam bentuk media berupa film.
Pemberi informasi yang paling mudah melekat di ingatan orang adalah
melalui film bergenre drama, karena drama adalah genre yang memiliki
kelebihan gambaran nyata sebuah kehidupan. Sehingga pada akhirnya
penonton dapat ikut merasakan alur dalam film dikarenakan kesamaan
pengalaman ataupun peristiwa yang ada disekitanya (Javandalasta, 2011) .Hal
ini sesuai dengan yang diucapkan oleh Askurifai Baskin (2003) dimana genre
drama lebih menonjolkan sisi human interest dan suasana yang memotret
kehidupan nyata, serta mengajak penonton ikut larut dalam kejadian yang
dialami tokoh.
Jadi, Tugas Akhir ini dibuat dikarenakan adanya rumor yang aneh-aneh di
kalangan mahasiswa.
9
2. Teknik dalam pengambilan gambar pada pembuatan film ber-genre drama
menggunakan teknik visual comedy
3. Menentukan peralatan kamera, pencahayaan, property atau tata artistik yang
digunakan untuk keperluan pembuatan film pendek.
4. Melakukan Reki (recce) pada lokasi yang ingin digunakan.
5. Membuat shotlist yang akan digunakan sebagai acuan pengambilan gambar
6. Membuat storyboard yang akan digunakan sebagai acuan pengambilan gambar
7. Durasi film pendek tidak lebih dari 10 menit.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
Guna mendukung produksi film pendek fiksi bergenre drama menggunakan teknik
visual comedy ini, maka perlu dikemukakan teori-teori dan tinjauan pustaka yang dapat
diuraikan sebagai berikut.
Film memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai media hiburan, media komunikasi,
dan film juga berfungsi sebagai media edukatif. Di samping itu, film bisa dijadikan
sebagai media persuasif bagi publik. Secara harfiah, film (sinema) adalah
cinematographie yang berasal dari kata cinema (gerak), tho atau phytos (cahaya), dan
graphie (tulisan, gambar, citra). Jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan
cahaya. Agar dapat melukis gerak dengan cahaya, harus menggunakan alat khusus,
yang biasa disebut kamera. (Riadi, http://www.kajianpustaka.com , diunduh 15
Februari 2021) berdasarkan proses produksinya menurut Heru Effendy dalam bukunya
Mari Membuat Film (Effendy H. , 2009) membagi film menjadi 4 jenis yaitu :
11
i. Film dokumenter
Dokumenter adalah suatu karya film atau video berdasarkan realita serta fakta
peristiwa. Dokumenter juga termasuk jenis film nonfiksi yang menceritakan
realita/kenyataan suatu peristiwa tertentu.
ii. Film cerita pendek (short films)
Film pendek adalah film yang berdurasi pendek dengan cerita yang singkat,
biasanya di bawah 60 menit.
iii. Film cerita panjang (feature-length films)
Film panjang adalah film cerita fiksi yang berdurasi lebih dari 60 menit.
Umumnya berkisar antara 90-100 menit.
iv. Film-film jenis lain : profil perusahaan (corporate profile), iklan televisi (tv
commercial/ tvc), program televisi (tv programme), dan video clip (music
video).
12
a. Camera Assistant
Yang bertugas mendampingi dan membantu semua kebutuhan rekaman
mulai dari pengecekan alat-alat hingga mempersiapkan sebuah shot
(Pratama, 2015)
b. Focus Puller
Yang bertugas membantu sinematografer dalam memutar focus ring pada
lensa sehingga subjek yang diikuti kamera bisa terus dalam area fokus.
(Pratama, 2015)
c. Grip
Bertugas untuk memastikan letak kamera seperti yang diinginkan DOP
baik secara level atau tinggi rendahnya. Grip juga bertanggung jawab
dalam perpindahan kamera. (Pratama, 2015)
d. Gaffer
Istilah untuk seorang yang bertanggung jawab atau kepala departemen
pencahayaan. Bersama DOP, Gaffer akan berdiskusi tentang warna, jenis
cahaya dan gaya tata cahaya. (Pratama, 2015)
e. Lightingman
Orang-orang dalam departemen pencahayaan yang bekerja menata lampu
sesuai dengan perintah Gaffer dan kemauan DOP (Pratama, 2015)
13
sudut pandang ini, kita memiliki area pandang yang sangat luas,
termasuk juga perspektif objek dan hubungannya dengan benda – benda
di sekelilingnya. (Omdijaja, 2017)
b. High Angle
Angle ini digunakan untuk menangkap kesan luas dari objek yang difoto.
Pada angle ini kamera diposisikan lebih tinggi dari objek, sehingga
memberi kesan kecil dari objek yang difoto. Dengan angle ini kita bisa
memasukkan elemen-elemen pendukung komposisi ke dalam frame.
Penerapan high angle bisa juga diterapkan pada foto pemandangan
(Omdijaja, 2017)
c. Low Angle
Low angle adalah sudut pengambilan gambar dengan posisi kamera lebih
rendah daripada objek yang difoto. Secara psikologis, low angle akan
menghasilkan obyek foto yang terlihat kuat, elegan, mewah, atau kesan
dominan. Biasanya fotografer akan memilih angle ini untuk mengambil
gambar bangunan seperti gedung bertingkat. (Omdijaja, 2017)
d. Eye Angle
Sudut pandang ini adalah sudut pandang atau angle yang umum
digunakan. Pada angle ini lensa kamera dibidik sejajar dengan tinggi
objek. Posisi dan arah kamera memandang objek yang akan dipotret
layaknya mata kita melihat objek secara biasa. Pengambilan angle ini
kebanyakan untuk memotret manusia dan aktifitasnya (Omdijaja, 2017)
e. Frog Level
Pada pemotretan dengan angle ini kamera disejajarkan dengan tanah.
Angle ini biasanya digunakan untuk objek yang posisinya di atas tanah.
Untuk memotret dengan sudut pandang ini terkadang fotografer harus
tiduran di tanah, untuk menghasilkan foto yang bagus. (Omdijaja, 2017)
f. Over Shoulder
Teknik ini mengambil gambar dari arah belakang bahu obyek.
Akibatnya obyek hanya nampak bagian bahu atau kepalanya saja.
(MasBos Multimedia, 2017)
14
2.2.2 Frame Size
Frame size adalah ukuran gambar, ukuran gambar terdiri dari :
a. Extreme Long Shot (ELS)
Adalah framing yang sangat lebar serta sangat jauh dari objek.
Pemandangan dan suasana sangat mendominasi daripada objek.
Tujuan framing ini adalah memberikan kesan yang sangat luas dan
berfungsi untuk mengidentifikasi suasana lingkungan secara
menyeluruh (PortalDekave, 2020)
b. Big Close Up (BCU)
Big Close up adalah framing yang mengambil detail objek pada
wajah, memperlihatkan sudut yang lebih sempit sehingga
menegaskan ekspresi yang begitu kuat dan jelas. Framing
didominasi oleh wajah. (PortalDekave, 2020)
c. Close Up (CU)
Close Up memperlihatkan wajah secara penuh, sehingga sangat
cocok dijadikan framing untuk memperlihatkan ekspresi
(PortalDekave, 2020)
d. Medium Close Up (MCU)
Medium Close Up memperlihatkan wajah serta bagian atas tubuh
dari objek dan cukup mendominasi namun masih terlihat peran
dari background. Pada manusia, framing ini menampilkan dari
bagian dada hingga ujung kepala. (PortalDekave, 2020)
e. Medium Shot (MS)
Framing Medium Shot membuat keseimbangan antara objek
(foreground) dan background. Sehingga framing ini terasa
seimbang dan cocok digunakan dalam segala situasi..
(PortalDekave, 2020)
15
f. Extreme Close Up (ECU)
Merupakan pengambilang gambar dari jarak sangat dekat, hingga
pori-pori kulit pun bisa terlihat. Tujuannya agar obyek menjadi
sangat-sangat jelas. (MasBos Multimedia, 2017)
g. Full Shoot (FS)
Pengambilan gambar penuh dari kepala hingga kaki. Fungsinya
memperlihatkan objek beserta lingkungannya. (MasBos
Multimedia, 2017)
h. Long Shoot (LS)
Pengambilan gambar yang lebih luas dari full shot. Fungsinya
menunjukkan objek beserta latar belakangnya. (MasBos
Multimedia, 2017)
i. 2 Shoot/two shoot
Pengambilan gambar dua objek. Fungsinya memperlihatkan
adegan dua orang yang terlibat percakapan. (MasBos Multimedia,
2017)
j. Group Shoot
Pengambilan gambar sekumpulan objek. Fungsinya
memperlihatkan adegan sekolompok orang dalam melakukan
suatu aktivitas. (MasBos Multimedia, 2017)
16
b. Panning (Left/Right)
Pan atau panning adalah gerakan kamera menoleh ke kanan (pan
right) dan menoleh ke kiri (pan left) dalam poros horizontal yang
bertumpu pada tripod. (Andina, 2018)
c. Tilting (Up/Down)
Pergerakan kamera tilt atau tilting adalah pergerakan kamera yang
dilakukan secara vertikal, Tilt terbagi menjadi dua jenis, yaitu tilt
up untuk gerakan kamera secara vertikal dari bawah ke atas dan
tilt down untuk gerakan kamera secara vertikal dari atas ke bawah.
(Andina, 2018)
d. Dolly (In/Out)
Dolly merupakan pergerakan kamera yang bergerak langsung
menuju atau menjauhi subjek. Dolly dibagi menjadi dua, yaitu
dolly in untuk arah kamera yang berjalan mendekati subjek dan
dolly out untuk arah kamera yang berjalan menjauh dari subjek.
(Andina, 2018)
e. Follow
follow adalah pergerakan kamera yang mengikuti ke mana pun
subjek bergerak. Ini biasanya digunakan untuk mempertahankan
komposisi visual yang proporsional di dalam frame dan memberi
headspace agar bagian kepala nggak terpotong di dalam frame saat
tokoh utama sedang berjalan menjelajah. (Andina, 2018)
f. Crabbing
Crab adalah pergerakan kamera secara menyamping yang sejajar
dengan subjek yang sedang berjalan atau berlari. Gerakan ini
hampir serupa dengan dolly, hanya saja perbedaannya pada arah
gerakan kamera. Jika dolly bergerak secara maju-mundur, crab
bergerak menyamping ke kiri dan ke kanan.. (Andina, 2018)
17
Director of Photography harus mendukung visi dari sutradara dan
skenario, karena yang disampaikan ke pada penonton adalah semua informasi
dalam bentuk visual yang sesuai dengan visi sutradara dan skenario. “Director
of Photography yang baik harus juga mengenal dengan baik atau memahami
alat yang akan dipakai dalam pembuatan sebuah film. Director of Photography
yang memindahkan semua ilmu dan pengetahuan kita lewat kamera tersebut”.
(Pratama, 2015)
18
2.3.2 Produksi
Di tahap produksi atau yang lebih dikenal dengan nama proses syuting.
Apa yang sudah dipersiapkan di tahap praproduksi harus dimanfaatkan dengan
maksimal. Director of Photography harus mampu membuat komposisi gambar
atau visual yang baik, mengarahkan kamera dan menjaga kualitas gambar atau
visual agar berjalan sesuai rencana. Masa syuting biasanya berlangsung sekitar
10 hingga 25 hari, atau untuk film-film tertentu bahkan bisa lebih dari sebulan.
19
Visual comedy pada film komedi sendiri digunakan bukan untuk memenuhi
ekspektasi penonton melainkan melakukan apa yang diinginkan penonton. Visual
comedy juga memberikan nilai baru pada perfilman bergenre komedi karena dapat
mengeksplorasi pikiran alam bawah sadar penonton dalam memprediksi apa yang akan
terjadi selanjutnya, dan memberikan mereka kebebasan berkreasi. Hal tersebut
dibenarkan oleh (Anderson, 2019) pada artikel yang ditulisnya di situs
schoolworkhelper.net. “Visual comedy liberates human beings from reality, objects
are given new meanings and values, it explores the subconscious of the audiences’
minds giving them the freedom to create. he social expectation was completely,
unexpectedly broken, making it more humorous. The comedians’ engagement with the
audience in terms of desire was very effective, in other words, the comedians did what
the audience wanted to happen, not what they expected”.
Kecocokan properti atau artistik yang sudah disusun, ditata dan ditampilkan
pada frame kamera oleh Director of Photography juga sangat berpengaruh pada visual
comedy. Hal tersebut menjadi peran penting karena apabila semuanya tidak cocok atau
meleset antara artistik, setting tempat lokasi, pembawaan cerita komedi dan
aktor/aktris, maka dipastikan adegan yang ditampilkan kurang menarik ditonton dari
segi visual maupun komedi pada pembawaan cerita.
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
21
menemukan keaslihan data yang sudah diterbitkan baik dari buku ataupun dari
jurnal dan laporan penelitian yang sudah ada.
1. Studi Literatur
Pada tahap ini, pengumpu Studi literatur dalam pembahasan mengenai
film merujuk pada dua buku yaitu buku “5 Hari Mahir Bikin Film”,
(Javandalasta, 2011) serta “Manajemen Produksi Program Acara Tv Format
Acara Drama”, (Mabruri, 2013).
22
Javandalasta dalam bukunya “5 Hari Mahir Bikin Film” (2011: 1-3)
dijelaskan bahwa kata film berawal dari sebuah media penyimpanan
gambar atau sering disebut Celluloid, lembaran plastik yang dilapisi oleh
emulsi (lapisan kimiawi peka cahaya) bertitik tolak, dari situlah maka film
dalam arti tayangan audio-visual dipahami sebagai potongan-potongan
gambar bergerak. Potongan dari gambar tersebut mempunyai kecepatan 24
gambar/ bisa dibilang 24-25 Frame persecond atau fps. Dari beberapa
literatur yang menjelaskan tentang pengertian film semuanya mengerucut
pada suatu pengertian yang universal yaitu Film adalah rangkaian gambar
yang bergerak membentuk suatu cerita atau juga bisa disebut movie atau
video.
2. Wawancara
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh channel youtube Indonesia
Cinematographers Society kepada 4 narasumber, dari hasil wawancara
tersebut bisa disimpulkan bahwa “Sinematografer bukan hanya sekedar
menekan tombol record pada kamera tetapi juga harus mempelajari
komposisi”. “Jangan takut dengan perkembangan teknoloi, karena 50%
teknis 50% seni”. “Menjadi seorang sinematografer bukan hanya menjadi
seorang sinematografer, tetapi dengan hati juga pada saat merekam film”.
“Harus mempersiapkan manajemen pra-produks, produksi sampai paska
produksi. Lebih dari sekedar bahwa orang tau bahwa kita cuma merekam”.
(Indonesian Cinematographers Society, 2019)
23
Cristianto Widjaja (2008: 18) Director Of Photography adalah orang yang
menterjemahkan ide, visi dan misi sutradara melalui elemen-elemen visual dan
fotografi sekaligus kepala kamerawan. Director Of Photography bertanggung
jawab terhadap pergerakan dan penempatan kamera, komposisi, fokus dan sudut
pengambilan gambar, dan juga pencahayaan dalam suatu adegan.
24
3. Director of Orang yang Seseorang yang Seseorang yang
Photography bertanggung jawab bertindak sebagai bertanggung jawab
dengan visual penata gambar di menata visual di sebuah
dalam sebuah film film
4. Visual Teknik komedi Berdasarkan dari Visual komedi lebih
Comedy menggunakan unsur getfilming.com , mengunggulkan pada
visual yang film dengan unsur kesinambungan antar
sistematis komedi cenderung pergerakan kamera,
bosan karena frame
mengunakan dialog kamera,ekspresi,adegan
sebagai punch line dan pencahayaan
komedi dramatis sehingga
memberi kesan yang
lebih estetik pada komedi
yang ditampilkan
1. Film pendek merupakan gambar bergerak yang memiliki alur cerita pendek
namun pesan tersampaikan.
2. Genre drama adalah genre yang memiliki unsur potret realita kehidupan nyata.
3. Director of Photography merupakan seseorang yang memimpin dan
mengarahkan sebuah komposisi gmbar,penataan cahaya, dan penataan artistik
4. Makna dan filosofi visual komedi adalah komedi yang menggunakan
pergerakan kamera, pencahayaan dramatis, dan pergerakan yang sinkron
dengan alur music.
25
BAB IV
PERANCANGAN KARYA
Recce
Pra
Produksi
Shotlist &
Storyboard
Perancangan Proses
Produksi
Karya Shoting
Mendampingi
Pasca Produksi
editor terkait file
rekaman
26
(Sumber: Olahan Penulis)
Resah karena hari pertama kuliah nya kacau, mahasiswa ini memulai
berbincang ke mahasiswa yang ada di tempat itu untuk melepaskan rasa resah
nya. salah satu mahasiswa yang ada di tongkrongan itu adalah mahasiswa
semester tua. Merasa susperior mahasiswa tua itu membagikan rumor-rumor
sekitar dunia perkuliahan. Berbekal tips dan pengalaman dari kakak tingkatnya,
mahasiswa baru itu berusaha membuat kehidupan kuliahnya menjadi lebih
27
baik. Merasa kehidupan nya baik-baik saja, mahasiswa itu menemukan fakta di
lapangan sangat berbeda.
4.3 Recce
Recce adalah proses mengunjungi lokasi. Setelah produser
manajer lokasi menemukan lokasi yang sesuai dengan kebutuhan cerita,
dan telah disetujui oleh sutradara, maka rombongan kru akan datang
mengunjungi lokasi tersebut. Biasanya kru-kru yang dibutuhkan hadir
di recce adalah sutradara, produser pelaksana, manajer lokasi, penata
kamera, penata artistik, dan penata suara. Menurut (Studio Antelope,
2017) Recce berguna untuk menentukan hal teknis di lapangan. Dari sisi
kreatif tentu apa yang ditulis di naskah tidak sepenuhnya sesuai dengan
kondisi di lapangan. Oleh karena itu tim kreatif perlu melakukan
beberapa penyesuaian di lapangan agar cerita tetap dapat tersampaikan
sesuai kebutuhan. Berikut inilah hal-hal yang perlu dilakukan saat
recce:
28
gambar. Ia harus bisa menyesuaikan titik pengambilan gambar serta titik
pencahayaan sesuai dengan kondisi lapangan.
29
manajer lokasi atau produser pelaksana, sehingga produksi dapat
berlangsung lancar tanpa halangan.
6. Sarana Prasarana
Sebelum melakukan proses produksi diperlukan adanya list alat shooting guna
menunjang proses produksi. List alat shooting dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 List Alat Shooting
6. Tripod 2 Buah
8. Reflector 1 Buah
9. Rode 1 Buah
30
20. Kamera Sony Mirrorless A6300 1 Buah
7. Aspek Rasio
Menurut (Studio Antelope, 2020) Aspek Rasio dalam film adalah
perbandingan antara lebar dan tinggi pada sebuah gambar video atau film.
Distorsi visual menyebabkan film tidak bisa dinikmati dengan baik, loh.
Misalnya gambar terlalu sempit, atau terlalu ramping. Hal tersebut bisa
mengganggu pandangan penonton film kalian. Pada pembuatan film pendek ini
penulis menggunakan rasio 16:9. Rasio 16:9 biasa digunakan untuk kebutuhan
pengambilan gambar secara widescreen atau melebar, kenapa menggunakan rasi
16:9 pada pembuatan film pendek tersebut? Rasio 16:9 sendiri adalah rasio
normal atau yang umum digunakan saat perekaman video atau produksi film.
8. Floorplan
Salah satu hal penting dalam produksi film adalah persiapan. Nah,
floorplan adalah salah satu bagian dari persiapan agar shooting film bisa lebih
lancar. Floorplan dalam film merupakan denah set yang digunakan untuk
shooting. Floorplan disusun sebelum proses produksi atau pra-produksi dan
sangat berguna sebagai panduan proses produksi. Floorplan untuk divisi kamera
(berisikan penempatan kamera dan lighting). Sedangkan, floorplan untuk divisi
directing (berisikan blocking dan pergerakan aktor di dalam sebuah set). (Studio
Antelope, 2019)
Floorplan terdapat beberapa simbol yang digunakan itu seperti: simbol
kamera, simbol aktor, simbol lighting, dan simbol properti. Semua simbol-simbol
tersebut memiliki fungsi untuk memberikan penjelasan penempatan masing-
masing item di dalam sebuah set. Floorplan juga biasanya lengkap dengan
penjelasan mengenai arti dari simbol-simbol tersebut untuk menghindari
31
kesalahpahaman. Floorplan yang paling umum digunakan ini biasanya sangat
berguna untuk mengetahui tata letak lampu, kamera, atribut lainnya, yang
memudahkan bagi DoP, gaffer, dan sutradara tentunya. Tidak hanya mengetahui
tata letak, tetapi juga bisa memperkirakan alur atau flow DOP dan aktor saat
sedang mulai akting. (Studio Antelope, 2019)
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, W. (2019, June 8). Rowan Atkinson’s Visual Comedy Techniques. Retrieved from
SchoolWorkHelper: https://schoolworkhelper.net/rowan-atkinsons-visual-comedy-
techniques/
Andina, Y. (2018, May 7). Camera Movement, Skill Wajib untuk Dikuasai Filmmaker.
Retrieved from kreativv.com: https://kreativv.com/film-animasi-video/camera-
movement
AVIKOM FILM. (2017, November 15). OFFICIAL WEBSITE AUDIO VISUAL KOMUNIKASI UPN
VETERAN YOGYAKARTA. Retrieved from AVIKOM FILMS:
http://avikomfilm.com/2017/11/15/crewfilm-director-of-photography/
Effendy, O. U. (2009). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. In O. U. Effendy, Ilmu, Teori dan
Filsafat Komunikasi (pp. 211-216). Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Javandalasta. (2011). 5 Hari Mahir Bikin Film. In Javandalasta, 5 Hari Mahir Bikin Film.
Jakarta: Mumtaz Media.
Kertawiyudha, P., Wuryanto, B. A., Cendekia, D., Muchransyah, M., & Mandra, R. (2017).
Sebuah Modul Workshop Penulisan Skenario Tingkat Dasar. In P. Kertawiyudha, B.
A. Wuryanto, D. Cendekia, M. Muchransyah, & R. Mandra, Penulisan Cerita Film
Pendek (pp. 12-15). Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Pusat
Pengembangan Perfilman.
Mabruri, A. (2013). Manajemen Produksi Program Acara Televisi Format Acara Drama. In A.
Mabruri, Manajemen Produksi Program Acara Televisi Format Acara Drama.
Jakarta: Grasindo.
32
MasBos Multimedia. (2017, July 13). Teknik Pengambilan gambar. Retrieved from
masbos.com: https://masbos.com/teknik-pengambilan-gambar/
Omdijaja. (2017, November 21). Mengenal Angle Dalam Fotografi. Retrieved March 20,
2021, from digitalfotografi.net: http://digitalfotografi.net/mengenal-angle-dalam-
fotografi/
PortalDekave. (2020, November 12). Penjelasan Macam – Macam Framing Kamera Foto &
Video. Retrieved from portaldekave.com:
https://www.portaldekave.com/artikel/penjelasan-macam-macam-framing-
kamera-foto-
video#:~:text=Framing%20adalah%20bagaimana%20kita%20menempatkan,tanggun
g%20dalam%20penempatan%20di%20bingkai.
Pratama, A. Y. (2015, October 6). Arti Penting Director of Photography (DOP). Retrieved
from yehudaalbert.wordpress.com/:
https://yehudaalbert.wordpress.com/2015/10/06/arti-penting-director-of-
photography-dop-sinematografer/
Studio Antelope. (2017, May 21). Apa Itu Recce Dan Kenapa Penting Dilakukan Sebelum
Syuting? Retrieved from studioantelope.com: https://studioantelope.com/apa-itu-
recce/
Studio Antelope. (2019, February 5). Mengenal Floorplan Dalam Film. Retrieved from
studioantelope.com: https://studioantelope.com/mengenal-floorplan-dalam-
film/#:~:text=Nah%2C%20floorplan%20adalah%20salah%20satu,shooting%20film%
20bisa%20lebih%20lancar.&text=Floorplan%20dalam%20film%20merupakan%20de
nah,berguna%20sebagai%20panduan%20proses%20produksi.
Studio Antelope. (2020, March 30). 5 Aspek Rasio Film Yang Paling Sering Kamu Jumpai.
Retrieved from studioantelope.com: https://studioantelope.com/5-aspek-rasio-film-
yang-paling-sering-kamu-jumpai/
sir.stikom.edu/1060/5/BAB_II.pdf
http://www.kreatifproduction.com/jabatan-dalam-bidang-film/
33
Oscars. RULES & ELIGIBILITY.
http://www.oscars.org/oscars/rules-eligibility
34