Anda di halaman 1dari 18

PERBEDAAN NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK

KARYA HAMKA DAN FILM TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK


KARYA SUTRADARA SUNIL SORAYA

ARTIKEL E-JOURNAL

Ditujukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni


Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
guna Memperoleh Gelar
Sarjana Sastra

Sri Handayani
NIM 11210144017

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
PERBEDAAN NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK KARYA
HAMKA DAN FILM TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK KARYA
SUTRADARA SUNIL SORAYA

Sri Handayani
1121010144017

Handayani_uny@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses ekranisasi dan


mendeskripsikan perbedaan alur, tokoh dan penokohan, serta latar, baik dalam
bentuk kategorisasi aspek penciutan, penambahan, maupun perubahan bervariasi
dalam proses adaptasi novel Tenggelamnya Kapal Van der Wijck karya Hamka
dan film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck karya sutradara Sunil Soraya.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sumber
data penelitian ini adalah novel TKVdW cetakan keenam belas karya Hamka dan
film TKVdW karya sutradara Sunil Soraya yang dirilis pada tanggal 19 Desember
2013. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik membaca, teknik
menonton, teknik mencatat, dan teknik capturing. Pedoman analisis penelitian ini
adalah peneliti sendiri. Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
validitas semantis. Reliabilitas data diperoleh dengan menggunakan reliabilitas
interrater dan reliabilitas intrarater.
Hasil penelitian terhadap perbedaan novel TKVdW karya Hamka dan film
TKVdW karya sutradara Sunil Soraya menghasilkan proses ekranisasi yang
menunjukkan adanya aspek penciutan, penambahan, maupun perubahan bervariasi
pada alur, tokoh dan penokohan, serta latar. Aspek penciutan terjadi dikarenakan
adanya keterbatasan teknik dari film yang tidak memungkinkan semua unsur
intrinsik pada novel dapat dimasukkan ke dalam film. Aspek penambahan terjadi
dikarenakan adanya penafsiran dan proses kreatif dari sutradara yang ikut
dimasukkan selama pembuatan film. Aspek perubahan bervariasi terjadi
dikarenakan adanya media yang berbeda antara novel dan film, sehingga
memungkinkan adanya penambahan bervariasi yang dilakukan saat cerita
diadaptasi ke dalam film.

Kata kunci: ekranisasi, novel, film

ii
THE DIFFERENCES BETWEEN NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN
DER WIJCK BY HAMKA AND TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER
WIJCK BY SUNIL SORAYA DIRECTOR

Sri Handayani
1121010144017

Handayani_uny@yahoo.com

ABSTRACT

This study aimed to describe the ecranisation process and differences in


plot, character and characterization, and also the background, either in the form of
categorization aspect of downsizing, addition, or alteration varies in the process of
adaptation of novel Tenggelamnya Kapal Van der Wijck by Hamka and the movie
director Sunil Soraya.
The method used is descriptive qualitative. The data source of this
research was the novel TKVdW the sixteenth published by Hamka and films by
director Sunil Soraya TKVdW released on December 19, 2013. The data was
collected by using reading, watching, taking notes, and capturing. The guidelines
for analysis this study is the researchers. The validity of the data was semantic
validity. The reliability of data obtained using interrater reliability and reliability
intrarater.
The study of differences novel TKVdW by Hamka and the movie
director Sunil Soraya produce ekranisasi process indicating contraction aspect,
addition, or alteration varies in plot, character and characterization, and also
background. Aspects necking occurs due to the technical limitations of the film
that does not allow all the intrinsic elements of the novel can be incorporated into
the film. The aspects of the addition occurs due to the interpretation and the
creative process from the director who participated included during filming.
Those changed variously because of the different media between the novel and the
film, so that there were some addition of varied done when the story was adapted
into a movie.

Keywords: ecranisation, novels, movies

iii
PENDAHULUAN Swei yang diangkat dari novel Siti
Nurbaya karya Marah Roesli, Gie
Perubahan bentuk dari karya
karya sutradara Riri Riza yang
sastra novel ke dalam bentuk film
diangkat dari novel Catatan Seorang
dikenal dengan istilah adaptasi.
Demonstran karya Soe Hok Gie, dan
Proses adaptasi ini memunculkan
lain sebagainya.
istilah ekranisasi. Eneste (1991:60-
Pada tahun 2013, dunia
61) dalam bukunya yang berjudul
perfilman Indonesia kembali sukses
Novel dan Film, mendefinisikan
menghadirkan film adaptasi yang
ekranisasi sebagai pelayarputihan
diambil dari salah satu novel best
atau pemindahan atau pengangkatan
seller karya Haji Abdul Malik Karim
sebuah novel ke dalam film (ecran
Amrullah atau lebih dikenal dengan
dalam bahasa Perancis berarti layar).
nama Hamka, yakni Tenggelamnya
Adaptasi dari novel ke film telah
Kapal Van der Wijck (selanjutnya
banyak dilakukan oleh para seniman
dibaca TKVdW). Film tersebut
baik di dalam maupun di luar negeri.
disutradarai oleh Sunil Soraya yang
Di luar negeri, sejarah bekerja di bawah naungan Rumah
perfileman Hollywood mencatat Produksi Soraya Intercine Films.
bahwa sembilan puluh persen film Dalam proses adaptasi tersebut, Sunil
yang diproduksi di Hollywood Soraya berhasil meringkas cerita dari
merupakan film hasil adaptasi. novel yang terdiri dari 224 halaman
Beberapa judul film Hollywood ke dalam film dengan durasi 2 jam
terlaris yang diadaptasi dari novel 45 menit. Penggarapan naskah
antara lain, Harry Potter, The Lord dilakukan oleh Imam Tantowi,
of The Rings dan Moderato Donny Dhirgantoro, Riheam
Cantabille. Di Indonesia sendiri, Junianti, serta sutradara film ini
proses adaptasi film telah ada sejak sendiri, Sunil Soraya. Film TKVdW
tahun 70-an. Sederet film Indonesia menjadi film termahal yang pernah
yang telah mengalami prosesadaptasi diproduksi oleh Soraya Intercine
dari karya sastra (novel) antara lain Film dan merupakan film terlaris
Siti Nurbaya karya sutadara Lie Tek sepanjang tahun 2013.

1
Alur cerita yang ditampilkan dilakukan menggunakan teori
baik di dalam novel maupun film, ekranisasi. Eneste (1991:61-66)
secara garis besar menceritakan hal menyebutkan bawa proses ekranisasi
yang sama, yakni mengenai kisah akan menimbulkan proses penciutan,
percintaan yang sangat problematik penambahan dan perubahan
antara tokoh Zainuddin dan Hayati. bervariasi. Oleh sebab itu, dapat juga
Namun sebagai sebuah karya dikatakan bahwa ekranisasi
adaptasi, tentunya ditemukan merupakan proses perubahan.
beberapa perbedaan yang terjadi Perubahan yang terjadi antara lain
pada unsur intrinsik dalam novel perubahan pada alat-alat yang
TKVdW ketika telah diadaptasi ke dipakai, perubahan pada proses
dalam bentuk film dengan judul yang penggarapan, juga perubahan pada
sama. Secara garis besar, perubahan proses penikmatan.
yang terjadi di dalam proses adaptasi Perubahan yang terjadi
novel TKVdW terdapat pada unsur padasaat novel TKVdW diadaptasi
instrinsik novel yang meliputi alur, menjadi film TKVdW menimbulkan
penokohan dan latar, sehingga dalam adanya perbedaan unsur intrinsik di
penelitian ini, fokus penelitian lebih antara kedua karya tersebut. Oleh
ditekankan pada perubahan ketiga sebab itu, penelitian mengenai
aspek tersebut. perbedaan yang terjadi di antara
Penelitian untuk mengupas novel TKVdW karya Hamka dan
perubahan unsur-unsur intrinsik dari film TKVdW karya sutradara Sunil
novel TKVdW setelah diadaptasi Soraya ini menjadi perlu untuk
menjadi film TKVdW tersebut dilakukan.
METODE PENELITIAN
Penelitian dengan judul deskriptif kualitatif. Subjek pada
Perbedaan Novel Tenggelamnya penelitian ini berupa novel TKVdW
Kapal Van der Wijck karya Hamka karya Hamka yang diterbitkan dalam
ke Bentuk Film Tenggelamnya Kapal cetakan keenam belas oleh penerbit
Van der Wijck karya Sutradara Sunil Bulan Bintang pada tahun 2012,
Soraya ini merupakan penelitian bersama dengan hasil proses

2
ekranisasinya, yaitu film TKVdW intrainsik yang lengkap dari novel
yang disutradarai oleh Sunil Soraya serta film TKVdW. Pemerolehan
di bawah naungan rumah produksi data dilakukan dengan cara membaca
Soraya Intercine Films. Film tersbut novel dan menonton film TKVdW
diproduksi dari tahun 2008 hingga secara berulang-ulang. Kedua, dalam
2013, dan pada akhirnya dirilis pada proses menonton film, dilakukan
tanggal 19 Desember 2013. juga teknik capturing scene untuk
Teknik yang digunakan mendapatkan bagian-bagian adegan
dalam pengumpulan data penelitian yang memuat perbedaan antara film
ini adalah teknik tidak langsung. dengan novel. Ketiga, teknik
Artinya, dengan cara mengamati data mencatat hasil penelitian digunakan
melalui subjek-subjek penelitian. untuk mengetahui poin-poin penting
Beberapa tahapan yang digunakan perubahan yang terjadi pada proses
dalam pengumpulan data adalah adaptasi novel TKVdW ke film
sebagai berikut. Pertama, penulis TKVdW
mengumpulkan data-data unsur

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


PEMBAHASAN 1. Proses Ekranisasi Novel
Hasil dari penelitian TKVdW ke Film TKVdW
perbedaan novel TKVdW karya Dari tabel hasil penelitian
Hamka dan film TKVdW karya yang telah disajikan mengenai
sutradara Sunil Soraya berupa perbedaan alur, tokoh dan
adanya aspek penciutan, penokohan, serta latar pada novel
penambahan, serta peruahan TKVdW dan film TKVdW,
bervariasi pada alur, tokoh dan ditemukan tiga aspek kategori
penokohan, serta latar. Penelitian ekranisasi yang dikaji. Ketiga aspek
untuk mencari perbedaan antara tersebut adalah aspek penciutan,
novel TKVdW dan film TKVdW penambahan, dan perubahan
dilakukan dengan menggunakan teori bervariasi.
ekranisasi.

3
Aspek penciutan pada alur TKVdW, sehingga memungkinkan
ditemukan sebanyak dua puluh adanya penambahan bervariasi yang
penciutan. Pada aspek tokoh dan dilakukan saat cerita dari novel
penokohan ditemukan sebanyak diadaptasi ke dalam film.
empat penciutan. Pada aspek latar
ditemukan sebanyak dua penciutan. 2. Wujud Perbedaan Alur dari
Aspek penciutan terjadi dikarenakan Novel TKVdW dan TKVdW
adanya keterbatasan teknik dari film Sayuti (2000:67)
yang tidak memungkinkan semua mendefinisikan alur atau struktur
unsur intrinsik pada novel TKVdW cerita sebagai elemen fiksi yang
dapat dimasukkan ke dalam film fundamental sehingga sering disebut
TKVdW. sebagai jiwa fiksi. Melalui
Aspek penambahan pada alur pembicaraan mengenai masalah alur,
ditemukan sebanyak sembilan belas pembaca dapat mengetahui bahwa
penambahan. Pada tokoh dan alur berasal dari serangkaian
penokohan sebanyak lima belas pemilihan yang diciptakan oleh
penambahan. Pada latar sebanyak pengarang. Dalam pemaparan alur
empat penambahan. Aspek dari sebuah cerita, alur secara kasar
penambahan terjadi dikarenakan dapat dibagi menjadi tiga bagian,
adanya penafsiran dan proses kreatif yaitu awal, tengah dan akhir.
dari sutradara yang ikut dimasukkan a. Aspek Penciutan
selama pembuatan film TKVdW. Pada kategori aspek
Aspek perubahan bervariasi penciutan alur, ditemukan 20
pada alur ditemukan sebanyak penciutan yang terjadi. Kedua puluh
delapan belas perubahan bervariasi. penciutan tersebut, terdapat pada alur
Pada tokoh dan penokohan sebanyak awal sebanyak 5 penciutan dan pada
lima perubahan bervariasi. Pada latar alur tengah sebanyak l5 penciutan.
sebanyak satu perubahan bervariasi. Berikut pembahasan mengenai aspek
Aspek perubahan bervariasi terjadi penciutan yang terjadi pada alur
dikarenakan adanya media yang novel TKVdW setelah diadaptasi ke
berbeda antara novel dan film dalam film dengan judul yang sama.

4
Contoh penciutan yang terdapat pada terjadi pada alur novel TKVdW
alur dapat dilihat pada kutipan setelah diadaptasi ke dalam film
berikut ini. dengan judul yang sama. Contoh
Terangkanlah, Mak, penambahan yang terdapat pada alur
terangkanlah kembali riwayat
dapat dilihat pada potongan scene
lama itu, sangat ingin aku
hendak mendengarnya. Ujar berikut ini.
Zainuddin kepada Mak Base,
orang tua yang telah
bertahun-tahun mengasuhnya
(Hamka, 2012:16).

Kutipan di atas berisikan


cerita mengenai tokoh Zainuddin
yang meminta diceritakan kembali
asal usulnya oleh Mak Base, tidak Penambahan tersebut

ditampilkan di dalam film. menceritakan adegan Zainuddin yang

Penghilangan adegan ini bisa saja sedang berjalan-jalan dengan Mak

diambil oleh sutradara film Ipih di sekitaran jalan sepanjang

dikarenakan adegan tersebut sawah di desa Batipuh. Eksplorasi

dianggap tidak terlalu memiliki yang dilakukan terhadap keadaan

prioritas tinggi terhadap jalannya alur geografis Minang terutama di desa

cerita di dalam film. Batipuh tersebut dapat membantu

b. Aspek penambahan penonton yang sebelumnya telah

Pada kategori aspek membaca novel TKVdW dalam

penambahan alur, ditemukan 19 merealisasikan pandangannya

penambahan yang terjadi. terhadap latar yang mereka baca di

Kesembilan belas penambahan dalam novel. Lokasi yang dipilih

tersebut, terdapat pada alur awal untuk menggambarkan adegan

sebanyak 3 penambahan, pada alur tersebut adalah sebuah jalan setapak

tengah sebanyak 14 penambahan, kecil yang digunakan untuk jalur

dan pada alur akhir sebanyak 2 transportasi warga Batipuh sehari-

penambahan. Berikut pembahasan hari. Untuk semakin membangun

mengenai aspek penambahan yang kesan bahwa adegan tersebut diambil

5
di latar sebuah desa, maka dalam Zainuddin diceritakan telah berhasil
scene tersebut selain ditampilkan menyelesaikan satu buku terbarunya
gambaran luas mengenai yang diberi judul Tenggelamnya
persawahan, juga ditampilkan adanya Kapal Van der Wijck. Adegan
kendaraan berupa bendi yang tersebut terdapat pada potongan
merupakan kendaraan yang biasa scene berikut ini.
digunakan oleh penduduk desa untuk
berpergian jauh.
c. Aspek perubahan bervariasi
Perubahan bervariasi paling
mencolok pada alur terjadi pada
bagian terakhir cerita. Bagain akhir
alur dari kedua karya tersebut
memiliki perbedaan yang sangat 3. Wujud Tokoh dan Penokohan

signifikan. Di dalam novel, tokoh dalam Novel dan Film TKVdW

Zainuddin dikisahkan meninggal Jones (melalui Nurgiyantoro,

dikarenakan sakitnya yang semakin 1995:84) menyebutkan, meskipun

memburuk setelah ditinggal mati kata tokoh dan penokohan sering

oleh Hayati. Data tersebut dapat digunakan orang untuk menyebutkan

dilihat pada kutipan berikut ini. hal yang sama atau kurang lebih
sama, sebenarnya keduanya tidaklah
Pengarang muda yang terkenal itu,
mengacu pada hal yang sama persis.
yang telah sekian lama tak kita baca
Kata tokoh menyarankan pada
lagi karangan-karangannya yang
pengertian orang atau pelaku yang
sangat halus dan meresap, kemarin
tampil dalam sebuah karya fiksi.
malam telah meninggal dunia di
Adapun penokohan ialah pelukisan
rumahnya di Kaliasin (Hamka,
gambaran yang jelas tentang seorang
2012:220).
yang ditampilkan dalam sebuah

Adapun di dalam film, tokoh cerita.

Zainuddin justru diceritakan kembali


bersemangat untuk menulis. Bahkan

6
a. Aspek Penciutan Emas tersebut digambarkan secara
Pada penelitian terhadap tidak langsung melalui
tokoh dan penokohan yang telah percakapannya dengan Zainuddin
disajikan, untuk kategori aspek seperti yang terlihat pada kutipan di
penciutan tokoh berjumlah 4 tokoh. atas.
Kempat tokoh tersebut meliputi b. Aspek Penambahan
tokoh Daeng Masiga, Kakek Hayati, Pada hasil penelitian terhadap
Datuk Paduka Emas, dan seorang tokoh dan penokohan yang telah
sersan pensiunan. Kategori aspek disajikan, untuk kategori aspek
penciutan tokoh ini dilihat dari tidak penambahan tokoh berjumlah enam
ditampilkannya beberapa tokoh yang belas tokoh. Keenam belas tokoh
ada di dalam novel ke dalam film. tersebut meliputi Mak Ipih, Upiak
Berikut dipaparkan masing-masing Banun, Datuk Garang, Sekumpulan
tokoh yang mengalami penciutan. pemuda, Sutan Makmur, Engku
Contoh penciutan yang terdapat pada Labay, Sofyan, Maria, Sutan Mudo,
tokoh dan penokohan dapat dilihat Rusli, Tuan Iskandar, Haji Kasim,
pada kutipan berikut ini. Susilo, Laras, Pegawai bank.
dia hanya tercengang- Kategori aspek penciutan tokoh ini
cengang saja sambil berkata:
dilihat dari ditampilkannya beberapa
Oh si Amin ada juga
meninggalkan anak di tokoh tambahan di dalam film yang
Mengkasar.Cuma sehingga
tidak ada di dalam novel. Contoh
itu pembicaraan orang tua itu,
dan tidak ada tambahannya penambahan yang terdapat pada
lagi. Dia tak kuasa hendak
tokoh dan penokohan dapat dilihat
menahan cucunya tinggal
dengan dia, sebab musti pada potongan scene berikut ini.
mupakat lebih dahulu dengan
segenap keluarga (Hamka,
2012:28).

Kutipan di atas menunjukkan


penciutan pada tokoh kakek
Zainuddin, yakni Datuk Paduka
Emas. Penokohan Datuk Paduka

7
Potongan scene di atas Lebih baik kau diam saja, hai
perempuan muda! Kau telah
menunjukkan kemunculan tokoh
jadi korban hawa nafsu
Mak Ipih (sebelah kiri). Penokohan syaitan suamimu. Janji apakah
yang akan engkau cari lagi?
Mak Ipih digambarkan secara tidak
Padahal barang-barang
langsung melalui sikapnya terhadap perhiasanmu telah habis,
hidupmu telah melarat.
Zainuddin yang terlihat sangat ramah
Barang dalam rumah ini akan
dan baik. dibeslag!Hamka, 2012:180.
c. Perubahan Bervariasi
Adapun di dalam film, tokoh
Pada hasil penelitian terhadap
penagih hutang terlihat
tokoh dan penokohan yang telah
menggunakan bahasa Surabaya pada
disajikan, untuk kategori aspek
saat menagih hutang di rumah Aziz.
perubahan bervariasi tokoh
Adegan tersebut dapat dilihat pada
berjumlah 5 variasi. Kelima
potongan scene berikut ini.
perubahan bervariasi pada tokoh
tersebut dimunculkan pada tokoh
Zainuddi, Aziz, Mande Ana, atasan
Aziz, dan penagih hutang.
Sebagai contoh, perubahan
bervariasi pada tokoh dapat dilihat
pada tokoh penagih hutang. Di dalam
film, tokoh tersebut dimunculkan Pada potongan scene tersebut,

dengan nama Cak Narto. Aspek Cak Narto yang merupakan tokoh

perubahan bervariasi yang terjadi penagih hutang, diceritakan

adalah dalam hal bahasa yang menggunakan bahasa Surabaya pada

digunakan oleh tokoh penagih saat menagih hutang. Kutipan dialog

hutang. Dalam novel, tokoh penagih Cak Narto pada saat menagih hutang

hutang diceritakan menggunakan adalah sebagai berikut.

bahasa Indonesia pada saat menagih Wong wedok meneng yo! Ojo
mbelani bojomu yo! Kabeh barang
hutang di rumah Aziz. Data tersebut perhiasanmu ki wes entek kabeh.
terlihat dari kutipan berikut ini. Koen saiki kere. Koen ki korban teko
nafsu setan bojomu iki. Bayar! nek

8
gak mau bayar barang-barang tak lokasi. Latar waktu berhubungan
beslag kabeh.
dengan masalah kapan terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan
Perubahan bahasa yang
dalam sebuah karya fiksi. Adapun
dilakuan di dalam film, kemungkinan
Sayuti (2000:140) membagi latar
besar dimunculkan untuk meyakinkan
waktu ke dalam tiga istilah, yakni
penonton bahwa scene tersebut
difus, fragmentarisme dan
benar-benar dilakukan di
kalenderisme. Latar sosial budaya
Surabaya.perubahan bahasa yang
merujuk pada hal-hal yang
dilakukan tersebut juga sekaligus
berhubungan dengan perilaku
untuk membuat film tersebut semakin
kehidupan sosial masyarakat di suatu
hidup dengan menampilkan budaya
tempat yang diceritakan dalam karya
Surabaya yang benar-benar nyata
fiksi. Latar sosial budaya meliputi
melalui bahasa yang digunakan oleh
bahasa daerah, penamaan, dan status
tokoh.
sosial.
a. Penciutan
4. Wujud Perbedaan Latar pada
Pada hasil penelitian terhadap
Novel TKVdW dan Film
latar yang telah disajikan, untuk
TKVdW
kategori aspek penciutan latar tempat
Abrams (dalam Nurgiyantoro,
ditemukan sebanyak 2 penciutan,
2013:302) menyebutakan bahwa latar
yakni pada latar Ladang Lawas dan
atau setting yang disebut juga sebagai
latar di Bandar Sepuluh dan Kurinci.
landasan tumpu, menunjuk pada
Penciutan pada latar yang pertama
pengertian tempat, hubungan waktu
terjadi di latar Ladang Lawas. Latar
sejarah, dan hubungan sosial tempat
Ladang Lawas di dalam novel
terjadinya peristiwa-peristiwa yang
digunakan untuk menggambarkan
diceritakan.
adegan yang terjadi di lokasi rumah
Latar tempat merujuk pada
Datuk Paduka Emas. Rumah Datuk
lokasi terjadinya peristiwa yang
Paduka Emas di dalam novel
diceritakan dalam sebuah karya
digambarkan dengan sebuah surau
fiksi.Latar tempat di dalam sebuah
kecil. Keberadaan latar Ladang
novel biasanya meliputi berbagai

9
Lawas di dalam novel ditunjukkan b. Penambahan
dengan kutipan berikut. Penambahan yang terjadi
Pada sangkanya semula jika pada latar tempat terjadi di latar
dia datang ke Minangkabau,
Padang. Latar Padang di dalam film
dia kan bertemu dengan
neneknya, ayah dari ayahnya. digunakan untuk menggambarkan
Di sanalah dia akan memakan
adegan yang terjadi di lokasi sebuah
harta benda neneknya dengan
leluasa sebagai cucu yang casino. Lokasi sebuah casino di
menyambung turunan.
dalam film digambarkan dengan
Padahal seketika dia datang
itu, setelah dicarinya sebuah ruangan yang dipenuhi
neneknya itu, ditunjukkan
dengan orang-orang yang sedang
orang di sebuah kampung di
Ladang Lawas, bertemu bermain judi. Keberadaan latar
seorang tua di sebuah surau
Ladang Lawas di dalam novel
kecil, gelarnya Datuk Paduka
Emas (Hamka, 2012:27-28). ditunjukkan dengan kutipan berikut.

Di dalam film, adegan


mengenai pertemuan Zainuddin dan
kakeknya tidak dimunculkan
dikarenakan adegan tersebut dapat
diidentifikasi sebagai adegan yang
tidak terlalu memengaruhi Dari potongan scene di atas,
keberlangsungan alur cerita. identifikasi mengenai casino terlihat
Kekerabatan yang dimiliki Zainuddin dari keberadaan tokoh Aziz yang
di Minang sudah cukup terwakilkan sedang berjudi di dalam tempat
dengan adanya tokoh Mande Jamilah tersebut. Keberadaan para pemain
yang merupakan bibi Zainuddin. kartu tersebutlah yang menjadi
Dengan dihilangkannya adegan landasan kuat tempat tersebut
tersebut, maka secara otomatis latar merupakan sebuah casino. Terlebih
yang mengiringi terjadinya adegan lagi keberadaan lokasi tersebut
tersebut juga dihilangkan, begitupun diperkuat dengan adanya orang-
tokoh sampingan yang berada di orang yang sedang berpesta
dalamnya juga ikut dihilangkan. minuman keras di belakang tokoh

10
Aziz pada scene tersebut. Surabaya pada saat menagih hutang
Penambahan latar casino ini bisa saja di rumah Aziz. Adegan tersebut
digunakan untuk menunjang masing-masing dimunculkan pada
perwatakan tokoh Aziz yang di bagian 21 dalam novel dan juga pada
dalam novel diceritakan senang scene 56 dalam film. Kutipannya
berjudi dan bermain wanita. adalah sebagai berikut.
c. Perubahan Bervariasi
Perubahan bervariasi terjadi
pada latar sosial. Perubahan
bervariasi yang terjadi pada latar
sosial hanya ditemukan satu aspek
saja, yakni pada aspek bahasa daerah.
Perubahan bervariasi mengacu pada Pada potongan scene tersebut,

aspek bahasa daerah yang digunakan Cak Narto yang merupakan tokoh

oleh tokoh penagih hutang. Data penagih hutang, diceritakan

tersebut terlihat pada kutipan berikut menggunakan bahasa Surabaya pada

ini. saat menagih hutang. Kutipan dialog

Lebih baik kau diam saja, hai Cak Narto pada saat menagih hutang
perempuan muda! Kau telah adalah sebagai berikut.
jadi korban hawa nafsu
syaitan suamimu. Janji apakah Wong wedok meneng yo!
yang akan engkau cari lagi? Ojo mbelani bojomu yo!
Padahal barang-barang Kabeh barang perhiasanmu ki
perhiasanmu telah habis, wes entek kabeh. Koen saiki
hidupmu telah melarat. kere. Koen ki korban teko
Barang dalam rumah ini akan nafsu setan bojomu iki.
dibeslag!Hamka, 2012:180. Bayar! nek gak mau bayar
barang-barang tak beslag
kabeh.
Dalam novel, tokoh penagih Perubahan bahasa yang
hutang diceritakan menggunakan dilakuan di dalam film, kemungkinan
bahasa Indonesia pada saat menagih besar dimunculkan untuk meyakinkan
hutang di rumah Aziz. Adapun di penonton bahwa scene tersebut benar-
dalam film, tokoh penagih hutang benar dilakukan di Surabaya.
diceritakan menggunakan bahasa Perubahan bahasa yang dilakukan

11
tersebut juga sekaligus untuk terjadi pada alur adalah penciutan,
membuat film tersebut semakin hidup yakni sebanyak dua puluh penciutan.
dengan menampilkan budaya Aspek penciutan terjadi dikarenakan
Surabaya yang benar-benar nyata adanya keterbatasan teknik dari film
melalui bahasa yang digunakan oleh yang tidak memungkinkan semua
tokoh. unsur intrinsik pada novel dapat
dimasukkan ke dalam film.
PENUTUP Ketiga, pembahasan
Simpulan mengenai perbedaan tokoh dan
Berdasarkan hasil penelitian penokohan pada novel dan film
dan pembahasan yang dilakukan TKVdW menghasilkan tiga jenis
terhadap proses ekranisasi dan perubahan di dalamnya, yakni
perbedaan pada alur, penokohan serta penambahan, penciutan, dan
latar dalam novel TKVdW setelah perubahan bervariasi. Jenis
diadaptasi ke dalam bentuk film perubahan paling dominan yang
TKVdW, dapat disimpulkan terjadi pada tokoh dan penokohan
beberapa hal sebagai berikut. adalah penambahan, yakni sebanyak
Pertama, dalam meneliti proses lima belas belaspenambahan tokoh.
ekranisasi novel TKVdW karya Aspek penambahan terjadi
Hamka dan film TKVdW karya dikarenakan adanya penafsiran dan
sutradara Sunil Soraya ditemukan proses kreatif dari sutradara yang
adanya tiga aspek perbedaan. Ketiga ikut dimasukkan selama pembuatan
aspek tersebut yakni penambahan, film. Melalui penambahan tokoh
penciutan dan perubahan bervariasi. tersebut, alur pada novel yang
Kedua, pembahasan sebelumnya digambarkan secara
mengenai perbedaan alur pada novel mendetail melalui media kata-kata, di
dan film TKVdW menghasilkan tiga dalam film dapat diperjelas dengan
jenis perubahan di dalamnya, yakni adanya adegan yang dimainkan oleh
penambahan, penciutan, dan tokoh tambahan.
perubahan bervariasi. Jenis Keempat, pembahasan
perubahan paling dominan yang mengenai perbedaan latar pada novel

12
dan film TKVdW menghasilkan tiga banyak perbedaan yang muncul
jenis perubahan di dalamnya, yakni akibat adanya proses tersebut.
penambahan, penciutan, dan Meski perbedaan yang
perubahan bervariasi. Jumlah dimunculkan akibat adanya proses
penambahan dan penciutan yang adaptasi tidak dapat dihindarkan,
terdapat di dalam perbedaan latar namun sebaiknya proses
memiliki jumlah yang sama, yakni pengadaptasian sebuah karya sastra
sebanyak empat data. Selain ke dalam bentuk film tetap
penambahan dan penciutan, pada memperhatikan segi esensi yang ada
latar juga ditemui satu aspek pada karya aslinya (hipogram), yakni
perubahan bervariasi. Aspek karya sastra. Dengan demikian, para
perubahan bervariasi terjadi penikmat seni tetap dapat memahami
dikarenakan adanya media yang keseluruhan makna yang akan
berbeda antara novel dan film, disampaikan pada saat karya sastra
sehingga memungkinkan adanya tersebut telah diadaptasi ke dalam
penambahan bervariasi yang bentuk film.
dilakukan saat cerita diadaptasi ke Saran
dalam film. Berdasarkan kesimpulan dan
Implikasi implikasi yang telah diuraikan
Perubahan bentuk dari karya sebelumnya, dikemukakan beberapa
sastra ke bentuk film biasa disebut saran sebagai berikut. Pertama,
dengan adaptasi. Dalam sebuah penelitian mengenai perbedaan novel
proses adaptasi tentu memunculkan TKVdW karya Hamka dan film
istilah ekranisasi yang meliputi TKVdW karya sutradara Sunil
penambahan, pengurangan dan Soraya ini baru membahas aspek
perubahan bervariasi. Pada proses intrinsik berupa alur, penokohan dan
adaptasi yang dilakukan terhadap latar saja, sehingga masih dapat
novel TKVdW karya Hamka dilakukan penelitian pada aspek-
terhadap film TKVdW karya aspek intrinsik lain selain ketiga
sutradara Sunil Soraya, ditemukan aspek tersebut.

13
Kedua, penelitian selanjutnya selanjutnya diharapkan dapat lebih
juga dapat mengambil prespektif membedah teori film jika ingin
yang berbeda untuk mengkaji karya membahas permasalahan ekranisasi
sastra ini selain dari perspektif sastra dengan novel dan film TKVdW
bandingan yang menggunakan kajian sebagai objek dan subjek
ekranisasi. Sebagai contoh dapat pula penelitiannya.
dilakukan penelitian dengan
mengambil prespektif pada aspek
sosial budaya novel dengan DAFTAR PUSTAKA
menggunakan kajian sosiologi sastra.
Hamka. 2012. Tenggelamnya Kapal
Penelitian lain juga dapat dilakukan
Van derWijck (cetakan
pada aspek psikologis para tokoh keenam belas). Jakarta:Bulan
Bintang.
yang ada di dalam novel dengan
menggunakan kajian psikologi sastra.
Nurgiyantoro, Burhan. 2013.Teori
Ketiga, teori film yang
Pengkajian Fiksi.Yogyakarta:
digunakan dalam pembahasan pada Gadjah Mada University
Press
penelitian ini masih kurang
dimunculkan. Sebagian teori yang
Sayuti, Suminto.A. 2000. Berkenalan
dominan digunakan untuk mengupas
dengan Prosa Fiksi.
permasalahan dalam penelitian ini Yogyakarta: Gama Media.
adalah teori tentang novel dan
ekranisasi. Untuk itu, penelitian

14

Anda mungkin juga menyukai