Anda di halaman 1dari 244

TEKNOLOGI INFORMASI

DAN DEMOKRATISASI

xii i
BUNGA RAMPAI :
HASIL PENELITIAN DAN PENGKAJIAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN DEMOKRATISASI
BPPKI Yogyakarta, 2011 Gambar 1 Model Pelayanan Informasi UPIK Kota
Yogyakarta .................................................... 50
xii + 234, 14 x 21 cm Gambar 2 Model Pengelolaan Informasi Publik Kementerian
ISBN : 9789791953900
Cetakan I : Desember 2011
Kominfo ........................................................ 52
Gambar 3 Alur Pengumpulan Informasi Publik di LIPI 53
Penulis : Gambar 4 Model Pelayanan Informasi di LIPI ............. 54
1. Darmanto Gambar 5 : Perbandingan Model 3 Lembaga Benchmark 57
2. Novian Anata Putra dan Agung Harimurti Gambar 6 : Model Konseptual Web ................................ 65
3. Daru Nupikso
4. Emmy Poentarie
Gambar 7 : Pentahapan Peran TIK ................................. 93
5. Topohudoyo Gambar 8 : Pentahapan Pemanfaatan TIK ....................... 95
6. Budiyono
7. Ansor

Penanggungjawab :
Eka Handayani, SE., MM

Ketua Pelaksana :
Topohudoyo

Editor : Daru Nupikso


Bernardus Bambang Wismabranta
Ansor
Perwajahan : Novian Anata Putra

Diterbitkan Oleh :
Balai Pengkajian dan Pengembangan
Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta,
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI
Jl. Imogiri Barat Km. 5 No. 5 Yogyakarta 55187
Telpon/faks: 0274 375253
Email :bppi_yogyakarta@yahoo.co.id
Situs web : http:/ / bppkiyogya.wordpress.com
ii xi
Saat ini akan sulit memisahkan kehidupan manusia
tanpa sentuhan informasi baik langsung maupun tidak dan
informasi telah menjadi suatu kebutuhan (information needs).
Pada tahap selanjutnya, aspek “kebutuhan” akan menimbulkan
perilaku kearah pencarian atau penemuan (seeking atau
searching) kemudian berujung pada penggunaan atau
pemanfaatan (using).
Berawal dari kebutuhan dan berakhir dengan
pemanfaatan informasi pada sekarang ini semakin dipermudah
dengan perkembangan teknologi komunikasi yang sangat pesat
yang dalam kontek ini selanjutnya disebut teknologi komuni-
kasi dan informasi. Pemanfaatan TIK dalam manajemen
pemerintahan sudah banyak dipraktekan dibanyak negara,
termasuk Indonesia. Namun kesinambungan pemanfaatan TIK
di lingkungan manajemen pemerintah selama ini sangat
tergantung pada goodwill pimpinan.
Faktor kepemimpinan yang dominan telah menimbul-
kan gap antara daerah satu dengan yang lain dalam
pengembangan dan pemanfaatan TIK. Kepedulian terhadap arti
pentingnya TIK untuk mendukung pemerintahan salah satunya
dapat dilihat dari kebijakan mengenai pemanfaatan dan
implementasinya. Selain untuk mendukung pemerintahan,
pemanfaatan TIK menjadi pilihan baru bagi masyarakat untuk
mengakses informasi dan berkomunikasi, termasuk dalam hal
ini peristiwa politik yang terekam dan disjikan melalui
x iii
tayangan on-line. Kemudahan yang didapat melalui fasilitas
TIK dengan berbagai ragam pemanfaatannya menjadi daya
tarik untuk dikaji dan dicermati lebih lanjut.
Peneliti BPPKI Yogyakarta menyoroti aspek TIK Tabel 1 : Jumlah penduduk Kabupaten Sragen
melalui 5 tulisan yang terangkum dalam buku Bunga Rampai Periode 2002-2009 ........................................ 14
terbitan tahun 2011. Kemudian 2 tulisan yang mengambil tema Tabel 2 : Jumlah Sekolah dan Siswa di Kabupaten
politik turut melengkapi buku ini. Secara lengkap Bunga Sragen Tahun 2009 ....................................... 15
Rampai 2011 menampilkan tujuh tulisan hasil penelitian dan Tabel 3 : Lokasi Hot-Spot di Kota Surakarta ............... 80
kajian dari para peneliti BPPKI Yogyakarta. Tabel 4 : Aplikasi yang Terpasang Di Lingkungan
Dua tulisan tentang pemanfaatan TIK di Kabupaten Pemkot Surakarta .......................................... 81
Sragen dan Kota Surakarta menampilkan arah kebijakan TIK Tabel 5 : Lokasi Taman Pintar di Kota Surakarta........ 83
pemerintah daerah dan berbagai kendala yang dihadapinya. Tabel 6 : Perguruan Tinggi Jurusan Komunikasi
Kemudian tulisan tentang model pelayanan informasi publik Informatika di Surakarta ............................... 84
dan pemanfaatan internet oleh komunitas KAMMI serta tulisan Tabel 7 : Jenis Ijin Kantor Pelayanan Terpadu
tentang optimalisasi internet sebagai wujud pelaksanaan Kota Surakarta .............................................. 94
program USO. Selain lima tulisan yang mengambil ranah TIK, Tabel 8 : Data yang Diperlukan ................................... 148
terdapat dua tulisan bertema politik tapi di kaji dari sudut Tabel 9 : Isu-isu Politik Krusial dalam Koran Online . 173
perspektif komunikasi, yaitu tentang Pilkada Sragen dan Tabel 10 : Opini Menolak Calon Pemimpin Berdasar
Keistimewaan DIY. Garis Kekerabatan ........................................ 176
Berbagai tulisan yang terangkum dalam Bunga Rampai Tabel 11 : Isu-isu Krusial dalam Media Online
2011 ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat Non Media Massa ......................................... 181
menjadi referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada Tabel 12 : Opini Publik Atas Kemenangan Pemilukada
umumnya. Bagi para peneliti yang telah menyumbangkan Sragen Paska Penghitungan Suara ................ 186
tulisannya, diharapkan buku ini dapat menjadi sarana Tabel 13 : Opini Publik Paska Kemenangan
penyaluran gagasan, ide dan buah pikir yang nantinya berguna Pemilukada Sebagai Aspirasi Politik ............ 189
untuk meningkatkan peran peneliti di bidangnya masing- Tabel 14 : Distribusi Jumlah Item Menurut
masing. Kecenderungan Isi ........................................ 219
Kami menyadari buku ini masih banyak kekurangan Tabel 15 : Distribusi Jumlah Item Menurut Kecenderungan
terutama dari segi substansi, untuk itu diharapkan saran, kritik Isi dan Sumber Berita ................................... 220
dan masukan dari pembaca untuk penyempurnaan pada edisi
yang akan datang. Kami mengucapkan terima kasih kepada
iv ix
6. ISU-ISU POLITIK KRUSIAL DALAM PILKADA para penulis yang telah menyumbangkan tulisannya dan Ibu
SRAGEN 2011 : Studi Pada Pemberitaan Media Online Kepala BPPKI Yogyakarta yang memberi kesempatan bagi
Budiyono ..................................................................... 165 terbitnya buku ini.
Akhirnya kami mengucapkan Selamat Membaca!
7. ASPIRASI KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA DALAM
PEMBERITAAN SURAT KABAR DAERAH
Yogyakarta, Desember 2011
Ansor ........................................................................... 199
TENTANG PENULIS...................................................... 229 Redaksi

viii v
KATA PENGANTAR ...................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................ xi

1. Faktor Keberhasilan dan Hambatan Penerapan Teknologi


Informasi Komunikasi (TIK) Dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan di Kabupaten Sragen
Darmanto .................................................................... 1
2. Model Pengembangan e-service Pelayanan Informasi
Publik Lembaga Riset yang Berkarakteristik Komunikasi
dan Informatika
Novian Anata Putra dan Agung Harimurti ................. 35
3. PENGEMBANGAN SURAKARTA CYBERCITY:
Kajian tentang Arah Kebijakan TIK Pemerintah Kota
Surakarta
Daru Nupikso .............................................................. 67
4. TEKNOLOGI INFORMASI DAN GERAKAN SOSIAL
(Pemanfaatan Internet Oleh Komunitas Mailing List
KAMMI Dalam Gerakan Sosial)
Emmy Poentarie .......................................................... 101
5. OPTIMALISASI PEMANFAATAN FASILITAS
INTERNET DESA HASIL PENETRASI PROGRAM
USO (Sebuah Penelitian Tindakan di Desa Sigeblog,
Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara)
Topohudoyo................................................................. 133
vi vii
KATA PENGANTAR ...................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................ xi

1. Faktor Keberhasilan dan Hambatan Penerapan Teknologi


Informasi Komunikasi (TIK) Dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan di Kabupaten Sragen
Darmanto .................................................................... 1
2. Model Pengembangan e-service Pelayanan Informasi
Publik Lembaga Riset yang Berkarakteristik Komunikasi
dan Informatika
Novian Anata Putra dan Agung Harimurti ................. 35
3. PENGEMBANGAN SURAKARTA CYBERCITY:
Kajian tentang Arah Kebijakan TIK Pemerintah Kota
Surakarta
Daru Nupikso .............................................................. 67
4. TEKNOLOGI INFORMASI DAN GERAKAN SOSIAL
(Pemanfaatan Internet Oleh Komunitas Mailing List
KAMMI Dalam Gerakan Sosial)
Emmy Poentarie .......................................................... 101
5. OPTIMALISASI PEMANFAATAN FASILITAS
INTERNET DESA HASIL PENETRASI PROGRAM
USO (Sebuah Penelitian Tindakan di Desa Sigeblog,
Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara)
Topohudoyo................................................................. 133
vi vii
6. ISU-ISU POLITIK KRUSIAL DALAM PILKADA para penulis yang telah menyumbangkan tulisannya dan Ibu
SRAGEN 2011 : Studi Pada Pemberitaan Media Online Kepala BPPKI Yogyakarta yang memberi kesempatan bagi
Budiyono ..................................................................... 165 terbitnya buku ini.
Akhirnya kami mengucapkan Selamat Membaca!
7. ASPIRASI KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA DALAM
PEMBERITAAN SURAT KABAR DAERAH
Yogyakarta, Desember 2011
Ansor ........................................................................... 199
TENTANG PENULIS...................................................... 229 Redaksi

viii v
tayangan on-line. Kemudahan yang didapat melalui fasilitas
TIK dengan berbagai ragam pemanfaatannya menjadi daya
tarik untuk dikaji dan dicermati lebih lanjut.
Peneliti BPPKI Yogyakarta menyoroti aspek TIK Tabel 1 : Jumlah penduduk Kabupaten Sragen
melalui 5 tulisan yang terangkum dalam buku Bunga Rampai Periode 2002-2009 ........................................ 14
terbitan tahun 2011. Kemudian 2 tulisan yang mengambil tema Tabel 2 : Jumlah Sekolah dan Siswa di Kabupaten
politik turut melengkapi buku ini. Secara lengkap Bunga Sragen Tahun 2009 ....................................... 15
Rampai 2011 menampilkan tujuh tulisan hasil penelitian dan Tabel 3 : Lokasi Hot-Spot di Kota Surakarta ............... 80
kajian dari para peneliti BPPKI Yogyakarta. Tabel 4 : Aplikasi yang Terpasang Di Lingkungan
Dua tulisan tentang pemanfaatan TIK di Kabupaten Pemkot Surakarta .......................................... 81
Sragen dan Kota Surakarta menampilkan arah kebijakan TIK Tabel 5 : Lokasi Taman Pintar di Kota Surakarta........ 83
pemerintah daerah dan berbagai kendala yang dihadapinya. Tabel 6 : Perguruan Tinggi Jurusan Komunikasi
Kemudian tulisan tentang model pelayanan informasi publik Informatika di Surakarta ............................... 84
dan pemanfaatan internet oleh komunitas KAMMI serta tulisan Tabel 7 : Jenis Ijin Kantor Pelayanan Terpadu
tentang optimalisasi internet sebagai wujud pelaksanaan Kota Surakarta .............................................. 94
program USO. Selain lima tulisan yang mengambil ranah TIK, Tabel 8 : Data yang Diperlukan ................................... 148
terdapat dua tulisan bertema politik tapi di kaji dari sudut Tabel 9 : Isu-isu Politik Krusial dalam Koran Online . 173
perspektif komunikasi, yaitu tentang Pilkada Sragen dan Tabel 10 : Opini Menolak Calon Pemimpin Berdasar
Keistimewaan DIY. Garis Kekerabatan ........................................ 176
Berbagai tulisan yang terangkum dalam Bunga Rampai Tabel 11 : Isu-isu Krusial dalam Media Online
2011 ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat Non Media Massa ......................................... 181
menjadi referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada Tabel 12 : Opini Publik Atas Kemenangan Pemilukada
umumnya. Bagi para peneliti yang telah menyumbangkan Sragen Paska Penghitungan Suara ................ 186
tulisannya, diharapkan buku ini dapat menjadi sarana Tabel 13 : Opini Publik Paska Kemenangan
penyaluran gagasan, ide dan buah pikir yang nantinya berguna Pemilukada Sebagai Aspirasi Politik ............ 189
untuk meningkatkan peran peneliti di bidangnya masing- Tabel 14 : Distribusi Jumlah Item Menurut
masing. Kecenderungan Isi ........................................ 219
Kami menyadari buku ini masih banyak kekurangan Tabel 15 : Distribusi Jumlah Item Menurut Kecenderungan
terutama dari segi substansi, untuk itu diharapkan saran, kritik Isi dan Sumber Berita ................................... 220
dan masukan dari pembaca untuk penyempurnaan pada edisi
yang akan datang. Kami mengucapkan terima kasih kepada
iv ix
Saat ini akan sulit memisahkan kehidupan manusia
tanpa sentuhan informasi baik langsung maupun tidak dan
informasi telah menjadi suatu kebutuhan (information needs).
Pada tahap selanjutnya, aspek “kebutuhan” akan menimbulkan
perilaku kearah pencarian atau penemuan (seeking atau
searching) kemudian berujung pada penggunaan atau
pemanfaatan (using).
Berawal dari kebutuhan dan berakhir dengan
pemanfaatan informasi pada sekarang ini semakin dipermudah
dengan perkembangan teknologi komunikasi yang sangat pesat
yang dalam kontek ini selanjutnya disebut teknologi komuni-
kasi dan informasi. Pemanfaatan TIK dalam manajemen
pemerintahan sudah banyak dipraktekan dibanyak negara,
termasuk Indonesia. Namun kesinambungan pemanfaatan TIK
di lingkungan manajemen pemerintah selama ini sangat
tergantung pada goodwill pimpinan.
Faktor kepemimpinan yang dominan telah menimbul-
kan gap antara daerah satu dengan yang lain dalam
pengembangan dan pemanfaatan TIK. Kepedulian terhadap arti
pentingnya TIK untuk mendukung pemerintahan salah satunya
dapat dilihat dari kebijakan mengenai pemanfaatan dan
implementasinya. Selain untuk mendukung pemerintahan,
pemanfaatan TIK menjadi pilihan baru bagi masyarakat untuk
mengakses informasi dan berkomunikasi, termasuk dalam hal
ini peristiwa politik yang terekam dan disjikan melalui
x iii
BUNGA RAMPAI :
HASIL PENELITIAN DAN PENGKAJIAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN DEMOKRATISASI
BPPKI Yogyakarta, 2011 Gambar 1 Model Pelayanan Informasi UPIK Kota
Yogyakarta .................................................... 50
xii + 234, 14 x 21 cm Gambar 2 Model Pengelolaan Informasi Publik Kementerian
ISBN : 9789791953900
Cetakan I : Desember 2011
Kominfo ........................................................ 52
Gambar 3 Alur Pengumpulan Informasi Publik di LIPI 53
Penulis : Gambar 4 Model Pelayanan Informasi di LIPI ............. 54
1. Darmanto Gambar 5 : Perbandingan Model 3 Lembaga Benchmark 57
2. Novian Anata Putra dan Agung Harimurti Gambar 6 : Model Konseptual Web ................................ 65
3. Daru Nupikso
4. Emmy Poentarie
Gambar 7 : Pentahapan Peran TIK ................................. 93
5. Topohudoyo Gambar 8 : Pentahapan Pemanfaatan TIK ....................... 95
6. Budiyono
7. Ansor

Penanggungjawab :
Eka Handayani, SE., MM

Ketua Pelaksana :
Topohudoyo

Editor : Daru Nupikso


Bernardus Bambang Wismabranta
Ansor
Perwajahan : Novian Anata Putra

Diterbitkan Oleh :
Balai Pengkajian dan Pengembangan
Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta,
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI
Jl. Imogiri Barat Km. 5 No. 5 Yogyakarta 55187
Telpon/faks: 0274 375253
Email :bppi_yogyakarta@yahoo.co.id
Situs web : http:/ / bppkiyogya.wordpress.com
ii xi
TEKNOLOGI INFORMASI
DAN DEMOKRATISASI

xii i
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

Oleh : Darmanto

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah yang
letaknya berbatasan dengan Kabupaten Ngawi Jawa Timur
pada awalnya tidak begitu diperhitungkan dalam percaturan
politik pemerintahan di Indonesia. Sebelumnya daerah itu tidak
memiliki nilai lebih yang layak diperhitungkan dalam level
nasional. Salah satu hal yang membuat nama Sragen dikenal
dalam cakupan dunia adalah ditemukannya fosil manusia purba
di daerah Sangiran yang secara administrasi termasuk dalam
kabupaten itu. Namun, pada era reformasi terutama pada masa
kepemipinan Untung Wiyono periode I (2001-2006) dan
periode II (2006-2011), nama Sragen mendadak terkenal dan
menjadi topik pembicaraan di berbagai forum ilmiah baik
tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Bahkan pada
peringatan 100 Tahun Kebangkitan Nasional" dan "10 Tahun
1
Faktor Keberhasilan dan Hambatan Penerapan …

Reformasi" yang diselenggarakan Perhimpunan Pelajar


Indonesia di Australia (PPIA) di Melbourne pada 2-3 Mei 2008,
Bupati Sragen Untung Wiyogo diposisikan sebagai pembicara
sejajar dengan Indonesianis Universitas Victoria, Prof. Richard
Chauvel, Prof.Arief Budiman (Universitas Melbourne),
Chusnul Mar'iyah, Ph.D (Universitas Indonesia), Elfansuri
Chairah, SIP (Universitas Murdoch), Luky Djani (Universitas
Murdoch), dan Nani Pollard (Universitas Melbourne). Hal itu
menunjukkan adanya apresiasi yang tinggi atas prestasi yang
berhasil diraih oleh Untung Wiyono dalam memimpin Sragen.
Keterkenalan tersebut lebih disebabkan oleh keberhasilan
Pemerintah Sragen dalam melakukan reformasi birokrasi
sehingga mampu menciptakan tata kelola pemerintahan yang
baik, transparan, akuntabel, partisipatif (good governance), dan
tidak lagi berbelit-belit.
Reformasi birokrasi berdampak luas bagi penyeleng-
garaan tata pemerintahan maupun warga masyarakat di
Kabupaten Sragen. Birokrasi di bidang pelayanan publik
(public service) yang sebelumnya dikenal berbelit dan berbiaya
tinggi (hight cost) karena memerlukan waktu lama, dilakukan
pemangkasan dan kemudian dikembangkan Sistem Layanan
Terpadu (SLT) atau One Stop Service (OSS) dengan tingkat
kepastian waktu yang jelas. Dalam kaitan dengan implementasi
sistem layanan terpadu Pemerintah Kabupaten Sragen
membentuk Badan Perizinan Terpadu (BPT) yang diberi
kewenangan untuk menjalankan tugas pelayanan. Sampai
dengan akhir tahun 2010, BPT diberi tugas untuk menjalankan
fungsi pelayanan yang meliputi bidang perizinan sebanyak 59
item, dan non perizinan ada 10 item. Setiap item pelayanan
yang diberikan telah ditentukan rentang waktu penyelesaiannya.
Contoh, untuk mendapatkan izin prinsip, izin lokasi, dan izin
2
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
mendirikan bangunan (IMB) masing-masing selesai dalam
waktu 10 hari. Izin praktik dokter umum/gigi, izin praktik
bidan, dan izin praktik perawat masing-masing 3 hari.
Sedangkan untuk non perizinan, yaitu pengurusan Kartu
Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dapat selesai
dalam satu hari (Profil BPT Kabupaten Sragen, 2010: 22-27).
Penyelenggaraan sistem layanan terpadu ternyata
mampu menciptakan iklim usaha lebih kondusif. Hal itu
terbukti dengan meningkatnya secara signifikan izin
perusahaan yang berhasil dikeluarkan oleh pemerintah
setempat. Jika pada tahun 2002 baru ada 6.373 izin perusahaan,
maka pada tahun 2004 sudah naik menjadi 7.425, dan terus
meningkat menjadi 8.110 buah pada tahun 2006. Membaiknya
iklim usaha ini secara otomatis meningkatkan daya
perekonomian Kabupaten Sragen. Keyakinan itu didasarkan
pada kenyataan bahwa di bidang investasi pun terjadi
perkembangan yang mengesankan. Nilai investasi yang masuk
ke wilayah itu dari tahun ke tahun senantiasa menunjukkan
kecenderungan naik. Pada tahun 2002 nilai investasi yang
berhasil dicapai hanya Rp 292 miliar, tetapi dalam dua tahun
kemudian (2004) meningkat menjadi Rp 926 miliar, dan pada
tahun 2006 sudah berhasil mencapai Rp 1,2 triliun.
Meningkatnya daya perekonomian wilayah secara otomatis
mendorong terjadinya penyerapan tenaga kerja yang tidak
sedikit. Pada tahun 2002 Kabupaten Sragen hanya mampu
menyerap 785 orang tenaga kerja, tetapi dua tahun berikutnya
(2004) dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 4.566 orang.
Bahkan pada tahun 2006 kemampuan menyerap tenaga kerja
sudah meningkat berlipat ganda menjadi 58.1888 orang.

3
Faktor Keberhasilan dan Hambatan Penerapan …

Dampak positif lain adalah meningkatnya pendapatan daerah


dari 768.000 dollar menjadi 9.2 juta dollar selama 5 tahun.
Keberhasilan Sragen melakukan reformasi birokrasi
menjadikan daerah itu sebagai tujuan studi banding pihak
aparat Pemerintah Daerah (Pemda) lain, institusi vertikal
maupun berbagai perguruan tinggi dan lembaga swadaya
masyarakat. Pada umumnya mereka datang untuk mengetahui
secara lebih detail tentang pelaksanaan reformasi birokrasi di
Sragen. Banyaknya kunjungan wisata birokrasi ternyata
berdampak positif bagi pergerakan ekonomi di Sragen.
Multiplayer effect yang muncul dari banyaknya kunjungan
wisatawan birokrasi adalah tumbuhnya berbagai industri jasa
seperti restoran, pusat oleh-oleh, pusat belanja souvenir,
perhotelan, transportasi dan sebagainya.
Keberhasilan reformasi birokrasi di Kabupaten Sragen
sesungguhnya ditentukan oleh kemampuan mengoptimalisasi
penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk
meningkatkan kualitas layanan publik. Pelayanan yang sifatnya
manual memiliki potensi besar untuk terjadinya penyimpangan
karena proses kerja berada di bawah meja (under table) serta
cenderung tertutup sehingga mudah dimanipulasi dan
dimanfaatkan oleh pihak penyelenggara layanan karena publik
kesulitan untuk mengontrolnya. Akan tetapi melalui
optimalisasi pemanfaatan TIK kecenderungan tertutup dan
manipulatif dengan mudah dapat dikontrol karena TIK bersifat
open access.
Dibanding dengan daerah lain yang sama-sama
melakukan inovasi di bidang tata kelola pemerintahan melalui
pemanfaatan TIK, kelebihan yang dimiliki oleh Kabupaten
Sragen adalah kemampuannya dalam membangun infrastruktur.
Sragen berhasil membangun jaringan TIK sampai di tingkat
4
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
kelurahan. Di samping itu, Pemerintah Sragen berhasil
melakukan transpormasi kultural di kalangan Pegawai Negeri
Sipil (PNS) setempat dari cara kerja yang sifatnya manual
menjadi akomodatif terhadap tuntutan kerja berbasis TIK.
Keberhasilan tersebut menempatkan Sragen sebagai
percontohan (benmacking) untuk implementasi TIK dalam
penyelenggaraan tata pemerintahan. Dampak posisif lainnya,
banyak pegawai Pemda Sragen yang kemudian menjadi
konsultan untuk implementasi TIK dalam tata pemerintahan di
berbagai Daerah, seperti Kabupaten Lebak, Balangan, Dumai
dan masih banyak lagi. Kini tercatat tidak kurang dari 15
Kabupaten/Kota yang menjalin kerjasama dengan Sragen di
bidang TIK.
Dalam rangka memertahankan keberhasilan
pembangunan di bidang tata penyelenggaraan pemerintahan
berbasis TIK, Pemda Sragen melakukan rekrutmen Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dengan memerhitungkan tingkat
kompetensi calon di bidang TIK. Sehubungan dengan itu
Pemerintah Kabupaten Sragen pernah memelopori rekrutmen
PNS melalui seleksi lokal yang lebih profesional dengan
maksud untuk mendapatkan sumber daya manusia yang sesuai
dengan kebutuhan wilayah setempat.
Berkat penerapan inovasi di bidang kebijakan,
sebanyak delapan kebijakan yang pernah dibuat oleh Bupati
Sragen Untung Wiyono telah diadopsi oleh Pemeintah Pusat.
Adapun kedelapan inovasi yang dimaksud, yaitu kebijakan di
bidang pelayanan perizinan satu pintu, pemerintahan elektronik,
perekrutan pegawai negeri sipil dengan sistem kompetensi,
budidaya pertanian organik, sistem informasi manajemen
kependudukan, resi gudang, desa siaga sehat, dan pembiayaan

5
Faktor Keberhasilan dan Hambatan Penerapan …

mikro (Kompas, 21 Februari 2008). Selain itu, Sragen berhasil


meraih tidak kurang dari 72 jenis penghargaan baik dari
Pemerintah Pusat, organisasi, lembaga profesional, dan
sebagainya.
Berangkat dari latar belakang tersebut, kiranya perlu
dilakukan penelitian untuk mengeksplorasi berbagai hal yang
mendorong keberhasilan penerapan TIK dalam tata penye-
lenggaraan pemerintahan di Kabuparen Sragen. Hasil
penelitian dimaksudkan agar dapat menjadi masukan bagi
banyak pihak yang berkepentingan untuk melakukan hal
sejenis, atau menerapkan TIK bagi peningkatan layanan publik.
Keberhasilan Sragen layak menjadi percontohan
(benmarcking) bagi Pemda lain maupun lembaga vertikal di
Indonesia.

Permasalahan
Bertitik tolak dari latar belakang di atas, rumusan
masalah yang hendak dicarikan jawabannya melalui studi ini,
yaitu faktor apa yang mendorong dan menghambat
keberhasilan Kabupaten Sragen menerapkan TIK dalam
penyelenggaraan tata pemerintahan guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat?

Tujuan
Sesuai dengan rumusan permasalahan, tujuan
diadakannya studi ini adalah mengetahui faktor pendorong dan
penghambat keberhasilan Kabupaten Sragen menerapkan TIK
dalam penyelenggaraan tata pemerintahan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.

6
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

Urgensi:
Salah satu alasan untuk menentukan kegiatan studi
perlu dilakukan atau tidak adalah memertimbangkan aspek
urgensi permasalahan yang akan menjadi obyek studi bagi
kepentingan keilmuan maupun tujuan praktis. Berdasarkan
pertimbangan tersebut dapat ditegaskan di sini bahwa urgensi
dari studi tentang keberhasilan Kabupaten Sragen dalam
menerapkan TIK untuk tata penyelenggaraan pemerintahan,
yaitu:
1. Hasil studi ini diharapkan mampu menyajikan informasi
dan data yang dapat menunjukkan praktik-praktik terbaik
(best practices) Kabupaten Sragen dalam menerapkan TIK
untuk penyelenggaraan tata pemerintaah guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Best practices ini
diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi sesama
Pemerintah Daerah di seluruh Indonesia, maupun institusi
vertikal yang hendak menerapkan TIK untuk tujuan yang
sama.
2. Hasil studi diharapkan dapat menyajikan informasi
mengenai sisi positif dan negatif dari keberhasilan
Kabupaten Sragen dalam menerapkan TIK untuk
penyelenggaraan tata pemerintahan demi meningkatnya
kesejahteraan masyarakat. Informasi tersebut sangat
berguna sebagai referensi dalam menyusun strategi
penerapan TIK untuk penyelenggaraan tata pemerintahan
maupun meningkatkan kualitas layanan publik.
3. Hasil studi ini dapat pula menjadi catatan perkembangan
(prograss report) atas praktik terbaik Kabupaten Sragen di
bawah kepemimpinan Bupati Untung Wiyono dalam
menerapkan TIK untuk penyelenggaraan tata pemerintahan.

7
Faktor Keberhasilan dan Hambatan Penerapan …

Bagaimana prospeknya di masa depan pasca kepemimpinan


Untung Wiyono, apakah program ini akan berlanjut
ataukah tidak, laporan studi ini dapat menjadi dukungan
referensi untuk mengetahuinya.
4. Hasil studi diharapkan menjadi pengetahuan bersama yang
dapat dipakai untuk mendorong percepatan penerapan TIK
di sektor-sektor publik, baik pelayanan yang bersifat
langsung maupun tidak langsung.

Metode Studi:

Sifat penelitian
Untuk kepentingan studi ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Artinya, laporan
studi disampaikan dengan cara menguraikan atau
mendeskripsikan fakta dan data yang berhasil dikumpulkan
melalui pendekatan kualitatif. Dalam pendekatan kualitatif
unsur subyektivitas sering kali tidak dapat dihindari karena
instrumennya adalah subyek yang melakukan studi itu sendiri.
Oleh karena itu, kondisi fisik lapangan, bentuk dan sifat respon
informan ketika diwawancarai, serta suasana psikologi sosial di
lokasi memengaruhi cara dan hasil kerja dalam pengumpulan
data. Jika suasana lapangan dan informan sangat kondusif,
maka peluang untuk mendapatkan data yang diharapkan bisa
tercapai. Akan tetapi, ketika suasananya tidak memungkinkan
maka harapan untuk memeroleh data yang memadai bisa buyar
seketika.
Berbeda halnya dengan studi yang menggunakan
pendekatan kuantitatif dan instrumennya berupa quesionare
maupun lembar koding (coding sheet), pihak subyek dapat
secara tegas mengambil jarak dengan obyek yang dikaji
8
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
sehingga terhindar dari subyektivitas. Instrumen dalam bentuk
quesionare dan lembar koding lebih tahan uji dari pengaruh
situasi dan kondisi di lokasi. Sehubungan dengan itu, tidak
dapat dipungkiri bahwa bias subyektivitas dapat saja muncul
dalam laporan ini. Oleh karena itu, guna memertahankan
kepercayaan ilmiah maka telah diusahakan untuk
meminimalisasi kecenderungan yang dapat mengurangi akurasi
data dan oebyektivitas hasil penelitian.

Metode pengumpulan data:


Proses pengumpulan data untuk studi ini dilakukan
bersamaan dengan pelaksanaan tugas “Penyusunan Data
Kewilayahan Bidang Komunikasi dan Informatika” di
Kabupaten Sragen yang diselenggarakan oleh Balai Pengkajian
dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI),
Balitbang, Kementrian Komunikasi dan Informatika di
Yogyakarta yang berlangsung pada tanggal 4-8 April 2011.
Pada waktu itu ada empat personal yang ditugaskan, yaitu dua
orang peneliti, dan dua orang pembantu peneliti (Litkayasa dan
Pranata Humas). Sehubungan dengan itu tidak tertutup
kemungkinan adanya kesamaan beberapa data yang digunakan
dalam penulisan artikel ini dengan Laporan Tim Penyusunan
Data Kewilayahan Bidang Komunikasi dan Informatika
Kabupaten Sragen oleh BPPKI Yogyakarta. Kesamaan itu
lebih dikarenakan datanya berasal dari sumber yang sama, jadi
bukan bentuk plagiasi.
Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan
data ada empat, yaitu observasi, studi dokumen, penelusuran
situs, dan wawancara mendalam. Observasi dilakukan dengan
cara datang ke kantor pemerintahan Kabupaten Sragen dan

9
Faktor Keberhasilan dan Hambatan Penerapan …

sekitarnya selama 4 hari. Observasi dimaksudkan untuk


menangkap suasana riil di lapangan yang sangat berguna dalam
membantu memahami dan menafsirkan data yang berhasil
dikumpulkan melalui metode lain dalam kegiatan ini.
Sedangkan studi dokumentasi dimaksudkan untuk menggali
data dan informasi yang tersimpan di dalam arsip-arsip seperti
surat keputusan, buku profil, dokumen renstra, majalah, dan
sebagainya yang kebanyakan tersimpan dalam bentuk tercetak.
Namun. selain dokumen tercetak, data juga dipereoleh dalam
bentuk soft file dan VCD yang satu dengan lainnya saling
memerkarya.
Sebagaimana lazimnya kegiatan dewasa ini, proses
pengumpulan data juga dilengkapi dengan metode penelusuran
situs, yakni mengunjungi alamat-alamat situs yang ditunjuk
oleh mesin pencari data (www.google.com) berdasarkan kata-
kata kunci (key words) yang diminta peneliti, antara lain:
“implementasi e-gov di Sragen, Untung Wiyono Bupati Sragen,
faktor keberhasilan penerapan e-giv di kabupaten Sragen.”
Data hasil penelusuran situs mencakup dua kategori, yaitu data
informatif dan data analitik, keduanya dimanfaatkan dalam
penyusunan laporan ini.
Untuk memerkaya perspektif, pengumpulan data juga
menggunakan metode wawancara dengan sejumlah pihak
sebagai informan, terutama pejabat struktural yang tugas pokok
dan fungsinya berhubungan dengan tujuan riset ini. Adapun
pejabat struktural yang diwawancarai, yaitu dari Kantor
Pengelola Data Elektronik (KPDE), Kantor Dinas Perhubungan
Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo), Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas
Pendidikan, dan Dinas Perdagangan. Selain wawancara
mendalam dengan sejumlah informan tersebut, peneliti juga
10
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
melakukan cross check ke beberapa informan dari kalangan
pengguna kebijakan, terutama kalangan pelaku bisnis yang
merasakan manfaat langsung dari adanya penerapan TIK dalam
penyelenggaraan tata pemerintahan di Kabupaten Sragen.

Lokasi Penelitian:
Sebagaimana disebutkan di muka, lokasi penelitian ada
di Kabupaten Sragen, dengan mengambil sampel di kantor
BAPPEDA, KPDE, Dinas Pendidikan, Dinas Perdagangan,
Dishubkominfo, dan Badan Perizinan Terpadu. Dipilihnya
lokasi tersebut dilandasi pemikiran bahwa institusi-instusi
tersebut berada pada posisi stategis. BAPPEDA sebagai
institusi yang memegang otoritas tertinggi dalam bidang
perencanaan pembangunan diasumsikan menguasai informasi
terkait dengan perencanaan strategis untuk penerapan TIK
dalam penyelenggaraan tata kelola pemerintahan di Kabupaten
Sragen. Sedangkan pilihan pada KPDE didasarkan pada
keyakinan bahwa lembaga tersebut tentu menguasai persoalan
teknis terkait dengan pengelolaan data elektronik. Demikian
pula dipilihnya Dishubkominfo karena tupoksinya terkait
dengan bidang TIK. Adapun dinas perdagangan, dinas
pendidikan, dan Badan Perizinan Terpadu dipilih berdasarkan
pertimbangan bahwa ketiga lembaga ini dalam menjalankan
tugasnya senantiasa berhubungan langsung dengan warga
masyarakat sehingga dampaknya cepat bisa dirasakan.

DESKRIPSI LOKASI STUDI


Secara astronomi Kabupaten Sragen terletak di antara
110 º 45-111 º 10 Bujur Timur dan 7 º 15 - 7 º 30 Lintang
Selatan. Sedangkan dilihat dari segi geografis Kabupaten

11
Faktor Keberhasilan dan Hambatan Penerapan …

Sragen terletak di bagian timur Provinsi Jawa Tengah dan


berbatasan dengan Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur.
Sragen diapit oleh beberapa wilayah kabupaten yang masuk
Provinsi Jawa Tengah, yaitu di bagian utaranya adalah
Kabupaten Grobogan, di sebelah barat Kabupaten Boyolali,
dan di bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten
Karanganyar. Pusat kota Kabupaten Sragen cukup mudah
dijangkau karena berada di jalur utama Yogyakarta – Surabaya.
Selain itu di wilayah Kecamatan Sragen terdapat stasiun kereta
untuk lintas Pulau Jawa (Surabaya-Yogyakarta-Jakarta), serta
di kecamatan Gemolong terdapat statiun kereta untuk jalur
lintas Semarang-Solo. Adapun untuk jalur udara, bandara yang
paling dekat dengan Kabupaten Sragen adalah Adi Sumarno di
Surakarta, dan pilihan lain adalah Adusicipto Yogyakarta, atau
bahkan lewat Bandara Ahmad Yani di Semarang.
Kondisi topografi Kabupaten Sragen cukup beragam.
Hal itu tampak dari adanya sebagian wilayah yang berupa
pegunungan kapur membentang dari arah timur ke barat
terletak di sebelah utara Bengawan Solo. Namun, ada pula
bagian yang berupa dataran rendah dan tersebar di seluruh
wilayah kabupaten dengan jenis tanah: gromusol, alluvial
regosol, latosol dan mediteran. Kabupaten Sragen berada di
ketinggian 109 meter dari atas permukaan laut, dan mempunyai
iklim tropis dengan suhu harian berkisar antara 19 s.d 31º C,
dan curah hujan rata-rata kurang dari 3000 mm serta jumlah
hari hujan di bawah 150 hari per tahun.
Luas wilayah Kabupaten Sragen mencapai 941,55 km2
dengan rincian 40.27 Ha (43%) berupa lahan sawah, dan
54.027 Ha (57%) berupa lahan bukan sawah. Dari lahan sawah
yang ada, 19,41% memiliki sistem pengairan teknis, tadah
hujan 15.37%, serta sisanya berpengairah setengah teknis dan
12
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
sederhana.(Sragen dalam Angka 2009. hal. 3). Wilayah
Kabupaten Sragen terbelah menjadi dua bagian yang
dipisahkan oleh Sungai Bengawan Solo. Di sebelah utara
Bengawan Solo membentang wilayah seluas 61.395 ha
(65,21 %) meliputi 11 kecamatan, dan 120 desa. Sedangkan di
sebelah selatan luas wilayahnya mencapai 32.760 ha (34,79 %)
terdiri dari 9 Kecamatan yang meliputi 88 desa dan kelurahan.
Dilihat dari segi administrasi pemerintahan, Kabupaten
Sragen terdiri dari 20 kecamatan, 208 desa/kalurahan, 2.519
pedukuhan, dan 5.328 RT. Untuk mendukung kelancaran
pelaksanaan tugas pemerintahan, Pemerintah Kabupaten
Sragen memiliki 33 satuan kerja terdiri dari Sekretariat Daerah,
Sekretariat Dewan, inspektorat, badan-badan, dinas, dan kantor.
Sedangkan jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerja di
33 instansi tersebut seluruhnya ada 12.922 orang, terdiri dari
7.519 Laki-laki, dan 5.403 perempuan. Adapun banyaknya
jabatan struktural di jajaran Pemerintah Kabupaten Sragen
pada tahun 2009 seluruhnya ada 932, dengan rincian Eselon II
ada 32, eselon III 172, dan eselon IV sebanyak 728.
Adapun jumlah penduduk Kabupaten Sragen sesuai
dengan hasil Sensus Tahun 2010 mencapai 856.483 jiwa
dengan rincian: 420.173 laki-laki, dan 436.310 perempuan.
Rata-rata penduduk per-rumahtangga di Kabupaten Sragen
mengalami penurunan dari 4,26 pada tahun 1990 menjadi 3,75
di tahun 2010. Jika dilihat dari hasil sensus penduduk tahun
2000 yang menunjukkan jumlah penduduk Sragen mencapai
854.111 jiwa, berarti Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) pada
periode waktu 2000-2010 hanya 0,03% per-tahun atau
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan dekade

13
Faktor Keberhasilan dan Hambatan Penerapan …

sebelumnya antara 1990-2000 dengan LPP sebesar 0,25% per


tahun.
Potensi sumber daya manusia Kabupaten Sragen di
bidang sumber daya manusia dapat dilihat dari komposisi usia
penduduk dan tingkat pendidikan. Tabel 01 meski tidak
menyajikan data secara rinci, tetapi dapat membantu
memahami adanya kecenderungan bahwa jumlah penduduk
yang masuk kategori anak-anak sampai usia produktif di
Kabupaten Sragen tergolong tinggi. Hal ini memberikan
prospek bagi kelangsungan inovasi penerapan TIK dalam
penyelenggaraan tata pemerintahan di bumi Sukowati.

Tabel 01
Jumlah penduduk Kabupaten Sragen Periode 2002-2009

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008


JENIS DATA 2009 (Jiwa)
(jiwa) (jiwa) (jiwa) (jiwa) (jiwa) (Jiwa) (Jiwa)
1. Jumlah Penduduk
a. Laki-laki 421.167 422.217 422.948 424.577 426.096 429.839 431.191 432,983
b. Perempuan 430.416 431.494 432.296 433.689 435.893 439.563 440.760 442,480
Jumlah 851583 853.711 855.244 858.266 861.989 869.402 871.951 875.463
2. Usia
a. 0 - 4 Tahun 69.197 69.372 69.501 84.859 70.027 70.551 70.848 71.170
b. 5 - 14 Tahun 250.910 251.531 252.023 251.721 210.052 162.568 163.221 163.963
c. 15 - 64 Tahun 438.587 439.685 440.466 434.528 487.833 573.333 575.168 577.783
d. 64 Tahun ke atas 92.889 93.123 93.254 87.158 94.077 62.030 62.264 62.547
Sumber : BPS Sragen Januari 2010

Mengenai informasi bidang kependidikan di Kabupaten


Sragen, data yang dapat ditampilkan dalam artikel ini hanya
sebatas jumlah sekolah dan murid dari tingkat Taman Kanak-
Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama
(SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) sebagaimana tabel 02.
14
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

Tabel 02
Jumlah Sekolah dan Siswa di Kabupaten Sragen Tahun
2009
Tingkat Pendidikan
Jumlah
TK SD SMP SMA SMK
Sekolah 545 590 87 25 43
Murid 16.613 87.710 36.854 9.990 20.234
Sumber: Kabupaten Sragen dalam Angka 2009

TEMUAN DATA DAN ANALISIS

Tahap-tahap Penerapan TIK di Kabupaten Sragen:


Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui berbagai
metode dan sumber dapat dijelaskan bahwa upaya penerapan
TIK dalam penyelenggaraan tata pemerintahan di Kabupaten
Sragen dilakukan melalui berbagai tahapan. Pertama, pada
awal kepemimpinan Bupati Untung Wiyono periode I (2001-
2005) dimulailah proyek penerapan TIK dalam tata
penyelenggaraan pemerintahan. Kegiatan yang dilakukan
adalah memersiapkan sumber daya manusia (SDM), yakni para
Pegawai Negeri Sipil (PNS) agar dapat mengalami perubahan
pola pikir (mind set) dari cara pelayanan yang berbasis manual
menjadi berbasis TIK. Tujuan akhir yang hendak dicapai
adalah terciptanya efisiensi dan pelayanan prima sehingga
masyarakat dapat merasakan langsung manfaatnya.
Tahap kedua, atau berikutnya, sembari melakukan
proses transpormasi mindet set dan meningkatkan literasi para
pegawai di bidang TIK, Pemda mulai melakukan pembangunan
infrastruktur secara betahap. Pada tahun 2002 dibangun LAN
(Local Area Network) atau jaringan yang menghubungkan
titik-titik tertentu di lingkungan Sekretariat Daerah (Setda)
15
Faktor Keberhasilan dan Hambatan Penerapan …

Kabupaten Sragen. Pada tahun berikutnya (2003) dibangun


LAN yang menghubungkan antara Setda dengan SKPD
(Satuan Kerja Pemerintah Daerah) yang strategis, yaitu: Dinas
Pendapatan Daerah (Dipenda), Dinas Industri Perdagangan dan
Koperasi (Indakop), Dinas Tenaga Kerja (Disnaker), Dinas
Pekerjaan Umum (DPU), Dinas Pendidikan (Diknas), Dinas
Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun), Badan Pengawas
Daerah (Bawasda), Badan Usaha Milik Daerah (BUPMD),
antara lain: SPBU Pilangsari, Percetakan, RSUD, Sukowati
Jaya, dan Radio Siaran Pementinah Ddaerah (RSPD) yang kini
menjadi radio publik lokal BUANA ASRI. Pada tahun itu pula
sesungguhnya mulai dilakukan perluasan wilayah
pembangunan jaringan TIK ke arah 20 kantor kecamatan.
Program ini dapat diselesaikan selama tiga tahun (2003-2006).
Jika dicermati secara seksama dapat disimpulkan bahwa
pada tahap 1 dan 2 atau periode I kepemimpinan Untung
Wiyono, yang dilakukan adalah proses pembudayaan
(kulturisasi) TIK di kalangan pegawai Pemda Sragen. Rupanya
dia meyakini bahwa penerapan TIK hanya mungkin berhasil
kalau didukung oleh kultur yang adaptif dengan perubahan.
Oleh karena itu untuk dapat menerapkan TIK dalam tata
penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Sragen terlebih
dahulu harus dilakukan pembudayaan di kalangan pegawai
Pemda.
Ketiga, pada 2006 yang merupakan tahun pertama dari
masa kepemimpinan Untung Wiyono untuk periode II
dilakukan pembangunan jaringan ke rumah dinas Bupati, dan
tahun 2007 pembangunan jaringan ke 196 desa serta 12
kelurahan berhasil diwujudkan. Setahun kemudian (2008)
dilakukan pembangunan jaringan ke beberapa pasar, yaitu
Pasar Kota, Bunder, Sambungmacan, Masaran, Gondang,
16
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
Sumberlawang, dan Pasar Gemolong. Selain itu dibangun pula
jaringan untuk 26 puskesmas yang terkoneksi dengan sebuah
gudang farmasi di kota Sragen.
Meskipun memulai lebih dahulu, yakni rintisannya
sejak tahun 2002, tetapi langkah Pemerintah Kabupaten Sragen
dalam mengembangkan e-Gov sudah selaras dengan Instruksi
Presiden (Inpres) RI Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan
dan Strategi Nasional Pengembangan E-Gov. Inpres tersebut
lahir sebagai upaya untuk mendorong terlaksananya E-Gov
secara nasional dengan berpedoman pada kebijakan dan
strategi nasional dalam pengembangan E-Gov. Adapun yang
melatarbelakangi lahirnya Inpres No.3/2003 adalah bahwa
kemajuan TIK yang pesat serta potensi pemanfaatnya secara
luas, membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan dan
pendayagunaan informasi dalam volume yang besar secara
cepat dan akurat. Di samping itu pemanfaatan TIK dalam
proses pemerintahan (e-goverment) akan meningkatkan
efisiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas
penyelenggaraan pemerintahan. Spirit itulah yang kemudian
secara sungguh-sungguh ingin diwujudkan oleh Pemerintah
Kabupaten Sragen dengan cara mengoptimalkan pemanfaatan
TIK dalam penyelenggaraan tata pemerintahan.
Keempat, agar implementasi TIK dalam penyeleng-
garaan tata pemerintahan di Kabupaten Sragen memiliki dasar
hukum yang kuat sehingga dapat memeroleh dukungan dana,
sarana, prasarana, maupun kelembagaan, maka bersamaan
waktunya dengan proses penyelesaian pembangunan jaringan
TIK sampai di tingkat desa/kalurahan berlangsung pula
pembuatan regulasi. Hasil perumusan kebijakan tersebut
kemudian ditetapkan menjadi Peraturan Bupati (Perbup) No.11

17
Faktor Keberhasilan dan Hambatan Penerapan …

Tahun 2008 tentang Pendayagunaan TIK dalam


penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Sragen,
tertanggal 23 Februari 2008. Kelahiran Perbup ini lebih awal
dua bulan dibanding UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (ITE) yang disahkan oleh DPR RI
pada 21 April 2008. Hal ini membuktikan bahwa Sragen
senantiasa mendahului langkah dibanding level nasional dalam
hal pemanfaatan TIK untuk penyelenggaraan tata pemerintahan.
Perbup No.11 Tahun 2008 dimaksudkan untuk
menciptakan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan
pemerintahan, peningkatan pelayanan publik serta kinerja
pemerintahan dengan mengoptimalisasikan pendayagunaan
TIK di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sragen. Di samping
itu regulasi ini juga bertujuan untuk meningkatkan akses
komunikasi dan informasi antara pemerintah, masyarakat,
komunitas bisnis dan kelompok terkait lainnya melalui
pendayagunaan TIK dalam bentuk e-Gov demi terwujudnya
good governance. Perbup No.11 Tahun 2008 merupakan wujud
komitmen pimpinan daerah dalam upaya mewujudkan
Kabupaten Sragen sebagai “Cyber Regency.”
Dalam Pasal 3 Perbup tersebut dikatakan bahwa sasaran
pendayagunaan TIK di Kabupaten Sragen ada tiga, yaitu: (1)
terbentuk dan terpeliharanya Pusat Data dalam mendukung
mekanisme pengambilan keputusan di lingkungan Pemda serta
pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan dunia
usaha; (2) terciptanya mekanisme penyediaan data dan
informasi yang dapat dioperasikan melalui pembangunan dan
pengembangan sistem informasi dan komunikasi; (3)
tersedianya infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi
yang dapat menghubungkan dan mengintegrasikan data dan
informasi antar SKPD dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah
18
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota lain, instansi eksternal
dan masyarakat serta dunia usaha untuk mendukung
terwujudnya e-Goverment (e-Gov).
Kelima, pembangunan kelembagaan. Lahirnya Perbup
No.11 Tahun 2008 merupakan dasar hukum yang kuat untuk
mewujudkan e-Gov di Kabupaten Sragen. Oleh karena itu
tindak lanjut yang dilakukan Pemda setempat adalah
membentuk Kantor Pengelola Data Elektronik (KPDE) yang
memiliki otoritas untuk melakukan koordinasi dengan semua
SKPD dan instansi vertikal yang ada di Kabupaten Sragen.
KPDE dimaksudkan sebagai pusat pengendali jaringan dan
bertugas menyiapkan SDM untuk menangani admnin server:
web server, mail server, kantaya server, cctv server, GIS server,
dan secara khusus bertugas mengatur koneksi jaringan,
manajemen bandwitdth, network security, serta tugas lainnya
berkaitan dengan e-goverment sustainable programme.
Dengan demikian KPDE merupakan lembaga yang
bertanggung jawab dalam hal pengelolaan data, pengembangan
aplikasi dan sistem informasi, pemasangan, pemeliharaan
jaringan serta komunikasi di wilayah Sragen. Berkat
keberadaan KPDE dengan tugas dan fungsi seperti itu
menjadikan website Kabuparen Sragen (www.sragenkab.go.id)
sampai penelitian ini dilakukan (April 2011) tergolong aktif,
yakni mempunyai mekanisme yang jelas dalam hal up dating
data. Up date informasi yang sifatnya berita (news) dilakukan
oleh Bagian Humas Setda, sedangkan up date informasi yang
sifatnya non berita dilakukan oleh petugas dari setiap SKPD.
Namun, admin untuk kesemuanya itu ada di pihak KPDE.
Diakui oleh Kepala KPDE, Dwiyanto, up date informasi yang
sifatnya berita relatif tidak ada masalah, tetapi yang non berita

19
Faktor Keberhasilan dan Hambatan Penerapan …

sering kali menuntut adanya keaktifan dari petugas KPDE


untuk mengingatkan secara terus menerus pihak SKPD dan
unit kerja lain yang bertanggung jawab terhadap informasi
publik yang harus diunggah (up load).
Keenam, pengembangan sistem informasi pemerintahan
elektronik (SIPE). Sebagai perwujudan dari SIPE yang
merupakan tindak lanjut dari lahirnya Perbup No.11/2008 telah
dikembangkan sejumlah aplikasi di lingkungan Pemerintah
Kabupaten Sragen. Ada dua jenis aplikasi yang berhasil
dikembangkan, yaitu yang sifatnya untuk melayani
kepentingan internal pemerintahan atau back office, dan yang
diperuntukkan bagi pelayanan masyarakat (front office). Jenis
aplikasi yang masuk kategori back office, yaitu:
1. Aplikasi Kantaya (Kantor Maya). Aplikasi ini
digunakan oleh semua SKPD dan instansi vertikal
sampai di tingkat desa/kelurahan untuk saling tukar
menukar data dan informasi;
2. aplikasi Surya (Surat Maya). Aplikasi ini dimaksudkan
untuk pengiriman surat antar SKPD, dan atau SKPD
dengan desa/kelurahan maupun instansi vertikal;
3. aprlikasi Disbook (Disposisi Maya). Aplikasi ini
digunakan oleh SKPD dalam menjalankan tugas secara
on line sesuai hirarkhi birokrasi, meliputi disposisi,
pesan, beranda, arsip, kru, dll;
4. Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah
(Simbada);
5. Sistem Informasi Manajemen penggajian;
6. Sistem Infotmasi Manajemen Aset;
7. Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian
8. Sistem Informasi Aset

20
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
Adapun jenis aplikasi yang masuk kategori sebagai
front office dan dimaksudkan untuk melayani kepentingan
masyarakat, terdiri dari:
1. Portal web Sragen (www.sragenkab.go.id)
2. Video.sragenkab.go.id
3. Tabloid Online Smart
4. Informasi pariwisata
5. Sistem informasi Geografis
6. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
(Simduk)
7. Sistem Jaringan Data Informasi Hukum (SJDI)
8. Aplikasi Perdagangan antar wilayah
9. Layanan Pengadaan secara Elektronik (LPSE)
10. Sistem Perizinan Online
Ketujuh, pengembangan jaringan infrastruktur. Selain
keberhasilan dalam mengembangkan aplikasi baik untuk
kepentingan internal maupun eksternal, Pemda Sragen terus
melakukan inovasi dalam pemanfaatan TIK untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada awal tahun 2011,
Pemda Sragen telah membangun jaringan khusus untuk CCTV
di sepuluh titik strategis guna pemantauan arus lalu lintas dan
keamanan wilayah. Tujuan pemasangan CCTV adalah untuk
memberikan jaminan keamanan bagi masyarakat. Hal itu
terbukti dengan berhasil ditangkapnya perampok BRI setempat
berkat pemantauan CCTV. Pusat kendali CCTV berada di
Crisis Centre dan operasionalisasinya dilakukan atas kerjasama
KPDE, kepolisian, dinas Perhubungan, serta Crisis Centre.
Selain memasang CCTV di titik vital, di tahun terakhir
kepemimpinan Bupati Untung Wiyono, Pemda Sragen

21
Faktor Keberhasilan dan Hambatan Penerapan …

membangun jaringan dengan instansi vertikal, dan BPR/BKK


di 20 kecamatan.
Kedepalan, membuat kebijakan afirmatif dalam bentuk
Perbub No. 11 Tahun 2008 seperti telah disebutkan di muka.
Perbub ini menjadi landasan yuridis dalam pengembangan
infrastruktur TIK di wilayah Kabupaten Sragen.
Pengembangan infrastuktur dengan sendirinya akan menjamin
kemudahan penerapan TIK dalam tata penyelenggaraan
pemerintahan. Adapun tujuan dari pendayagunaan teknologi
informasi dan komunikasi di Kabupaten Sragen adalah
menyediakan data dan informasi secara mudah, cepat, tepat dan
akurat dalam upaya menunjang penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan, pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha
serta pelayanan publik. Perbup ini sebenarnya merupakan
langkah konkret untuk mewujudkan visi Kabupaten Sragen
2006-2011, yakni terwujudnya Sragen sejahtera didukung
sistem informasi yang terintegrasi dengan dilandasi hasil kajian
kegiatan dan penelitian yang akurat. Visi tersebut kemudian
dijabarkan menjadi empat butir misi, yakni (1) terwujudnya
pelayanan masyarakat yang optimal melalui jaringan sistem
teknologi Informasi yang terintegrasi secara online, (2)
terwujudnya kualitas SDM yang handal berwawasan IPTEK,
(3) terwujudnya sistem informasi dan komunikasi yang efektif,
(4) terwujudnya hasil penelitian dan poengembangan yang
akurat dan aplikatif.
Kesembilan, memberikan dukungan dana yang mema-
dai untuk penerapan TIK dalam tata penyelenggaraan
pemerintahan di Kabupaten Sragen. Sebagaimana diketahui
bahwa perangkat keras (hardware) untuk penerapan TIK
merupakan produk teknologi yang cenderung padat modal
sehingg untuk pengadaan dan pemeliharaannya memerlukan
22
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
dukungan dana yang tidak sedikit. Dalam sistem birokrasi
Indonesia saat ini, kemampuan menyediakan dana untuk suatu
program baru sangat ditentukan oleh kemauan baik politik
(political will) para pemegang kekuasaan pemerintahan dan
tidak lepas dari kekuatan (power) yang dimiliki oleh top leader
setempat.
Kesepuluh, memersiapkan sumber daya manusia yang
secara kultural memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan dan menguasai teknis operasional TIK.
Guna mewujudkan hal itu diadakan banyak pelatihan bagi
pegawai di lingkungan Pemerintah Daerah Sragen, baik secara
internal maupun dengan mengikutsertakan program pelatihan
yang diadakan oleh pihak di luar Pemda Sragen. Melalui
program pendidikan dan pelatihan, baik yang sifatnya kursus
pendek (short cource) maupun pendidikan jenjang (degree),
telah dihasilkan banyak SDM yang menguasai bidang TIK,
baik di ranah perangkat lunak (soft ware) maupun hardware
dan jaringan. Usaha-usaha tersebut menjadikan Pemda Sragen
memiliki kemandirian SDM bidang TIK untuk penyeleng-
garaan tata pemerintahan sehingga tidak lagi tergantung pada
pihak luar.

Pembudayaan TIK
Guna mendukung program penerapan TIK dalam tata
penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Sragen, ditempuh
berbagai strategi antara lain dengan melakukan pembudayaan
TIK baik di lingkungan pejabat, staf maupun pada level
masyarakat luas. Di tingkat pejabat dan pegawai Pemda,
pembudayaan dilakukan dengan membiasakan mereka
melakukan berbagai urusan dinas menggunakan TIK, seperti

23
Faktor Keberhasilan dan Hambatan Penerapan …

menyampaikan memo, disposisi, dan sebagainya menggunakan


sistem on line. Kemudian untuk terus memelihara budaya ber-
TIK di lingkungan internal Pemda, diadakan Forum E-Gov
yang melibatkan setiap satuan kerja (satker) dan pengelola
jaringan, serta mengembangkan sms gateway yang dapat
memerlancar pelaksanaan tugas dinas.
Upaya pembudayaan pada level masyarakat luas
dilakukan dengan membangun jaringan yang memungkinkan
warga masyarakat dapat mengakses internet secara mudah.
Untuk itu sejak 2007 di beberapa titik kota dibuat menjadi area
akses internet (hot spot) seperti di Alun-alun, BPPT, Pasar,
GOR, Pusat Batik, Technopark, perpustakaan daerah, pendapa,
dan kecamatan Gemolong. Usaha lain yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan literasi TIK bagi masyarakat Sragen
antara lain: (1) memfasilitasi terselenggaranya forum Saturday
Sonten, yakni pelatihan internet bagi anak-anak sekolah dan
masyarakat umum pada setiap hari Sabtu pukul 15.00 sampai
dengan saat menjelang Magrib; (2) memfasilitasi kegiatan club
anak-anak pecinta IT; (3) menggalakkan internet sehat; (4)
membangun gerakan penggunaan open sourse; dan (5)
bekerjasama dengan Forum Teknologi Informasi Masyarakat
Sragen (Fortimas) untuk melakukan berbagai aktivitas yang
bertujuan meningkatkan kemampuan warga masyarakat dalam
penggunaan internet.

Strategi Pengembangan
Upaya mengembangan TI untuk tata penyelenggaraan
pemerintahan di Kabupaten Sragen terus dilakukan. Adapun
strategi yang ditempuh, antara lain:
1. Pengembangan fasilitas berbasis wireless untuk kepen-
tingan Front Office (FO) dalam rangka meningkatkan
24
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
kualitas pelayanan publik. Rasionalisasinya, jika fasilitas
untuk penyelenggaraan layanan publik semua sudah
berbasis wireless maka akan memudahkan bagi warga
masyarakat untuk melakukan akses.
2. Mewujudkan single site on
3. Optimalisasi FO untuk dua tujuan utama, yaitu input
upload dalam proses mendapatkan IMB dapat dilakukan
dari rumah dengan maksud mendekatakan pelayanan ke
masyarakat, dan cetak KTP dapat dilakukan di kantor desa
sehingga masyarakat memeroleh kemudahan dalam
mendapatkan layanan publik.
4. Upgrade atau peningkatan kualitas SDM TI yang ada di
lingkungan Pemerintah Daerah Sragen secara berke-
sinambungan dengan orientasi pencapaian standar
internasional, khususnya untuk programer dan ahli
jaringan.

Faktor Keberhasilan
Keberhasilan Kabupaten Sragen dalam menerapkan
TIK untuk penyelenggaraan tata pemerintahan telah menjadi
acuan banyak pihak, tidak saja sesama pemda di seluruh
Indonesia, tetapi juga lembaga-lembaga vertikal, perguruan
tinggi, lembaga riset, bahkan pihak luar negeri. Pertanyaan
yang senantiasa muncul, mengapa Sragen bisa berhasil
sedangkan daerah lain tidak. Menurut Fathul Wahid (2007),
ada enam faktor yang mendorong keberhasilan e-government
di Kabupaten Sragen, yaitu: (1) kepemimpinan politik yang
kuat dengan visi jelas, (2) pelibatan semua pihak, (3)
penyiapan sumber daya manusia, (4) implementasi secara
bertahap, (5) pembangunan kemitraan, dan (6) melakukan

25
Faktor Keberhasilan dan Hambatan Penerapan …

evaluasi secara rutin. Sedangkan menurut Hermanto faktor


keberhasilan implementasi e-gov di Kabupaten Sragen, antara
lain: (1) tersedianya SDM yang dipersiapkan melalui
pendidikan dan pelatihan, (2) adanya komunikasi yang efektif
antara pelaksana, pejabat dan masyarakat, dan (3) kondisi
lingkungan politik, sosial, dan ekonomi. Adapun menurut
Kasie Jaringan KPDE Pemda Sragen Hartono kunci
keberhasilan keberhasilan itu terletak pada: (1) komitmen dari
top manager, (2) komitmen pihak DPRD dan SKPD, (3)
adanya kelompok pemikir (think thank) yang terus melakukan
inovasi di bidang E-gov, dan (4) adanya dukungan dari
masyarakat sebagai user.
Dari berbagai pendapat tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa faktor determinan untuk suksesnya
implementasi TIK dalam tata penyelenggaraan pemerintahan di
Sragen adalah kuatnya kepemimpinan politik. Dengan
kepemimpinan yang kuat, bupati dapat mengintroduksi
managemen perubahan (change management) sampai pada
level bawah melalui pendekatan birokrasi sehingga terjadi
transpormasi kultural dalam penyelenggaraan pelayanan publik
dari yang sifatnya manual menjadi berbasis on line. Kuatnya
kepemimpinan politik tersebut tidak saja ditentukan oleh aspek
legalitas dalam bentuk dukungan dari partai politik yang
mengusungnya, tetapi yang paling kuat pengaruhnya justru
latar belakang figur bupati yang bersangkutan.
Sebagaimana diketahui, sebelum menjabat sebagai
bupati, Untung Wiyono adalah seorang pengusaha. Dalam
posisinya sebagai pengusaha dia sering berinteraksi dengan
birokrasi untuk pengurusan izin usaha dan lainnya.
Pengalamannya itu sudah pasti memberikan pengetahuan
tentang titik-titik rawan di birokrasi yang bisa diintervensi oleh
26
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
kekuatan “uang” sehingga kalau tidak segera direformasi akan
menimbulkan patologi birokrasi. Modal lain yang dimiliki
Untung dengan latar belakangnya sebagai pengusaha adalah
jiwa kewirausahaan (enterpreneurship) sehingga mampu
memengaruhi bawahannya. Jiwa pengusaha juga mendorong
timbulnya semangat untuk menciptakan efisiensi dan
efektivitas dalam setiap gerak langkahnya agar mencapai
sasaran secara tepat.
Tesis bahwa keberhasilan penerapan TIK di Sragen
lebih ditentukan oleh faktor kuatnya kepemimpinan politik
kepada daerah merupakan tantangan tersendiri. Dibutuhkan
kemauan dari para peneliti dan pengamat untuk melakukan
kontrol secara terus menerus dengan membandingkan kondisi
yang terjadi di Sragen pada masa dan pasca kepemimpinan
Untung Wiyono. Bagaimana kinerja penerapan TIK di Sragen
pasca kepemimpinan Untung, apakah semakin bagus, sama
seperti sebelumnya, atau bahkan menurun. Inovasi apa saja
yang dibuat oleh Bupati berikutnya dan bagaimana dukungan
kebijakan yang diberikan oleh pihak Pemda untuk
mengembangkan penggunaan TIK di Kabupaten Sragen.

Hambatan:
Selain faktor keberhasilan, studi ini juga berusaha untuk
mengidentifikasi permasalahan yang menghambat penerapan
TIK di kabupaten Sragen. Berdasarkan hasil wawancara
dengan Kepala KPDE, Dwiyanto (April 2011), serta hasil
kajian sumber sekunder dapat diidentifikasi sejumlah
permasalahan yang menghambat penerapan TIK di Kabupaten
Sragen, yaitu:

27
Faktor Keberhasilan dan Hambatan Penerapan …

1. Belum adanya Peraturan Pemerintah (PP) tentang E-Gov


sehingga dasar hukum untuk melakukan pengembangan
masih sangat terbatas, yaitu Inpres No.3 tahun 2003 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-
Goverment. Seharusnya kedudukan hukum ditingkat
menjadi PP agar memiliki kekuatan yang lebih tinggi.
2. Pemerintah belum memiliki kebijakan jelas tentang reward
and funishment dalam penerapan TIK untuk penyeleng-
garaan tata pemerintahan yang baik. Padahal untuk
mendorong percepatan penerapan TIK, Pemerintah Pusat
mestinya memberikan reward kepada pemda/pemkot yang
sukses melakukan hal itu. Sebaliknya, bagi yang tidak
berhasil perlu diberi funishment. Reward diperlukan
sebagai bentuk apresiasi dan penguatan atas praktik
penyelenggaraan yang benar sehingga dapat menjadi acuan
pihak lain. Pemberian reward juga dapat dijadikan motivasi
untuk meningkatkan kinerja dan langkah-langkah perbaik-
an. Begitu juga dengan pemberian funishment akan
membuat pihak yang belum menerapkan TIK timbul rasa
bersalah dan pasti akan berusaha untuk mewujudkannya.
3. PP No. 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah
tidak secara tegas mengatur keberadaan bidang Kominfo
sebagai entitas yang seharusnya berdiri sendiri. PP tersebut
memberikan pilihan yang menyebabkan bidang komunikasi
dan informatika ada yang diwadahi dalam struktur mandiri,
tetapi ada pula yang hanya bagian dari dinas perhubungan.
Ketika bidang komunikasi dan informatika hanya menjadi
bagian dari dinas perhubungan, ternyata nasibnya tidak
berbeda dengan anak tiri.
4. Belum adanya dana dekon di bidang TIK yang diberikan
kepada pihak pemda/pemkot. Menurut Dwiyanto, dana
28
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
dekon itu lebih dimaknai sebagai bentuk adanya komitmen
Pemerintah Pusat untuk secara bersama-bersama dengan
pemda/pemkot membangun sistem tata pemerintahan yang
baik berbasis TIK. Namun, praktiknya untuk mendapatkan
dana dekon ternyata tidak mudah. Bahkan untuk sekedar
mendapatkan bantuan mobil huna keperluan Community
Acsses Point (CAP) saja, pihak Pemkab Sragen sudah dua
kali mengusulkan ke Kementrian Kominfo, tetapi sampai
dengan April 2011 tidak ada kejelasannya.
5. Belum adanya sertifikasi standar kompetensi pegawai
negeri yang menangani TIK. Padahal standar kompetensi
sangat dibutuhkan guna mendorong minat pegawai dari
kalangan muda yang menguasai TIK agar mau fokus ke
bidang TIK. Selama ini banyak orang beranggapan bahwa
kecakapan yang dibutuhkan untuk menangani
permasalahan TIK sama saja untuk semua tingkatan.
Padahal setiap jenis permasalahan dibutuhkan kompetensi
tertentu, misal masalah hardware penangannya berbeda
dengan aspek software, jaringan, dan sebagainya. Akan
tetapi, dengan tidak adanya standart kompetensi maka
semua dianggap sama, dan hal itu berimplikasi terhadap
pemberitan reward pada yang bersangkutan. Pola
penghargaan yang demikian itu tidak kondusif untuk
pembinaan karir pegawai yang sebenarnya ingin
profesional di bidang TIK. Dalam pandangan Dwiyanto,
adanya sertifikasi standar kompetensi akan meningkatkan
daya tawar bagi pemegang sertifikat dan hal itu bisa
mendorong prestasi pegawai yang fokus di bidang TIK.
6. Keterbatasan dana akibat keputusan politik. Dicontohkan,
biaya pemeliharaan (maintanance) pada Tahun 2009

29
Faktor Keberhasilan dan Hambatan Penerapan …

sebesar 200 juta. Akan tetapi, karena adanya hajat


Pemilukada untuk periode 2011 s.d 2016, maka anggaran
pemeliharaan TIK tahun 2010 turun menjadi 100 juta.
Penurunan anggaran sampai dengan 50%, tentu sangat
mengganggu kinerja lembaga yang menangani bidang TIK.
7. Implementasi di lapangan membutuhkan waktu panjang
untuk proses transpormasi pengetahuan. Pengalaman di
Sragen membuktikan bahwa proses perubahan dari
birokrasi lama berbasis manual ke birokrasi baru berbasis
digital tidak dapat dilakukan secara cepat, dan simultan.
Namun, memerlukan pendekatan khusus, telaten, dan
secara bertahap mengikuti gerakan bola salju. Hal itu tentu
membutuhkan kepemimpinan yang berkesinambungan.
Dalam sistem politik lokal di Indonesia sekarang ini, tidak
ada jaminan kesinambungan sehingga ancaman gagal
dalam proses transpormasi pengetahuan maupun budaya
digital itu sangat besar.
8. Masih kuatnya kecenderungan egoisme sektoral di
lingkungan aparat pemerintah. Dengan fasilitas TIK yang
makin canggih, sebenarnya data dapat dipusatkan pada satu
locus sehingga memudahkan masyarakat untuk meng-
aksesnya. Akan tetapi, upaya penyatuan data tersebut
sampai saat ini masih menghadapi hambatan serius, bukan
karena faktor luar, tetapi justru karena egoisme sektoral
aparat itu sendiri.

Dari sejumlah faktor penghambat yang berhasil


diidentifikasikan tersebut, dapat dipilah menjadi dua kategori,
yaitu faktor struktural dan sosio kultural. Disebut sebagai
faktor struktural ketika hambatan itu berupa kebijakan yang
datang dari kekuatan politik yang strukturnya lebih atas.
30
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
Hambatan struktural tidak dapat dipecahkan sendiri oleh
Pemkab Sragen, tetapi harus ada kemauan politik (politic will)
dari struktur yang di atasnya. Adapun faktor penghambat yang
masuk kategori struktrual adalah seperti dimaksud pada butir 1
sampai 6. Sedangkan faktor penghambat yang masuk kategori
sosio kultural adalah hambatan yang sifatnya internal dan lebih
dipengaruhi oleh interaktivitas individu yang ada dalam
organisasi tersebut. Faktor penghambat yang sifatnya sosio
kultural, yaitu lambannya proses tranformasi pengetahuan dan
adanya kecenderungan egoisme sektoral. Hambatan sosio
kultural sesungguhnya dapat dipecahkan sendiri oleh pihak
pemda, tetapi memang memerlukan waktu panjang dan harus
berkesinambungan. Problemnya, seperti telah disebutkan di
muka, sistem politik pemerintahan lokal sekarang tidak
menjamin adanya pola berkesinambungan tersebut.

31
Faktor Keberhasilan dan Hambatan Penerapan …

PENUTUP

Simpulan
1. Semasa Pemerintahan Untung Wiyono pada periode 2001-
2005 dan 2006-2011, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa
Tengah dikenal berhasil menerapkan TIK dalam penye-
lenggaraan tata pemerintahan daerah sehingga mendorong
terciptanya efisiensi dan meningkatkan kualitas layanan
publik. Optimalisasi penggunaan TIK mendorong laju
investasi di daerah ini meningkat pesat dibanding periode
sebelumnya, sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) pun
meningkat secara signifikan.
2. Keberhasilan Pemda Sragen dalam menerapkan TIK lebih
dipengaruhi oleh faktor kepemimpinan politik yang kuat
sehingga dapat menyatukan semua pihak yang terkait untuk
saling mendukung. Munculnya kepemimpinan yang kuat
tidak terlepas dari kapabilitas figur Bupati Untung Wiyono
yang berlatar belakang sebagai pengusaha sehingga
memiliki keberanian untuk mengambil resiko.
3. Selain faktor pendorong, ternyata banyak juga faktor yang
menghambat proses penerapan TIK dalam penyelenggaraan
tata pemerintahan di Sragen. Faktor penghambat itu dapat
dikelompokkan menjadi dua kategori, yakni permasalahan
struktural dan sosio kultural. Permasalahan struktural hanya
dapat dipecahkan jika ada kemauan politik dari struktur
yang lebih tinggi, sedangkan permasalahan sosio kultural
dapat dipecahkan oleh pihak pemda sejauh memiliki
ketelatenan, dan jaminan kesinambungan.

32
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

Rekomendasi:
Kisah sukses Kabupaten Sragen dalam menerapkan
TIK dalam penyelenggaraan tata pemerintahan perlu terus
dikontrol agar tidak mengalami penurunan kinerja akibat
pergantian kekuasaan. Pihak-pihak terkait di Sragen hendaknya
berusaha keras untuk meminimalisasi kecenderungan politiking
yang dapat menyeret kebijakan penerapan TIK dalam
penyelenggaraan tata pemerintahan menjadi isu politik.
Harapannya, jika bisa jauh dari kecenderungan politisasi, maka
siapa pun yang menjabat sebagai bupati tentu tidak akan
membiarkan surutnya kinerja penerapan TIK dalam
penyelenggaraan tata pemerintahan di Kabupaten Sragen.
Di samping itu, kegiatan studi, pengkajian, maupun
penelitian yang terkait dengan penerapan TIK di Kabupaten
Sragen perlu dilakukan secara berkesinambungan oleh lembaga
yang tidak memiliki bias kepentingan. Hal itu dimaksudkan
untuk membangun pengetahuan baru yang dapat didifusikan
kepada pihak lain yang memerlukannya.

33
Faktor Keberhasilan dan Hambatan Penerapan …

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2010. Profil Teknologi Sragen Cyber Regency,


Kantor PDE Kabupaten Sragen
Anonimous, 2010. Profil Badan Perijinan Terpadu Kabupaten
Sragen, Pemerintah Kabupaten Sragen
Anonimous, 2008. Pedoman Pendayagunaan dan Pemanfaat-
an Teknologi Informasi dan Komunikasi, Pemerintah
Kabupaten Sragen
Anonimous, 2010. Sragen dalam Angka 2009, BPS Kabupaten
Sragen

http://www.sragenkab.go.id/berita/berita.php?id=8401
http://rnasution.blogspot.com/2008/04/kjri-melbourne-
hadirkan-bupati-sragen.html
http://www.cahsragen.com/search/prestasi-sragen
http://gemolong.multiply.com/reviews/item/23
http://bundaizzan.multiply.com/calendar/item/10009
http://fathulwahid.wordpress.com/2007/06/24/pelajaran-dari-e-
gov-sragen-2/ (diunduh, 9-6-2011 pukul 13.30 WIB)
http://digilib.uns.ac.id/abstrak_9217_
Wawancara dengan Kepada Kantor Pengelola Data Elektronik
(KPDE) Kabupaten Sragen, Dwiyanto, M.Si, 4 April
2011
Wawancara dengan Kepala Seksi Jaringan, KPDE, Hartono, 4
April 2011-12-03
Wawancara dengan Budi Yuwono (KPDE), 4 April 2011

34
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

Oleh:
Novian Anata Putra dan R.M. Agung Harimurti2

Latar Belakang
Terhitung mulai 1 Mei 2010, UU No 14/2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik (KIP) berlaku efektif.
Keterbukaan informasi (freedom of information) merupakan
salah satu pilar kebebasan berekspresi dan demokrasi,
transparansi publik dan good governance. Bagi Indonesia,
khususnya bagi masyarakat, UU tersebut menjadi harapan baru
partisipasi kritis warga dalam pembangunan, pengembalian hak
warga atas berbagai informasi kebijakan yang selama ini
dimanipulasi. Hak atas informasi dan menyampaikan aspirasi
merupakan bagian dari hak asasi manusia yang telah diakui
secara internasional. Dalam konteks penyelenggaraan
pemerintahan, pemenuhan kedua hak asasi tersebut dianggap
memiliki nilai strategis dalam mewujudkan tata pemerintahan
yang baik (good governance). Upaya mewujudkan

1
Artikel ini dibuat sebagai hasil pembinaan kader peneliti di BPPKI
Yogyakarta melalui program penelitian mandiri.
2
Kandidat Peneliti dan Peneliti Muda BPPKI Yogyakarta.
35
Model Pengembangan e-service Pelayanan …

pemerintahan yang transparan dapat dilakukan dengan


memanfaatkan dukungan kemudahan yang ditawarkan
teknologi informasi. Selain itu, penggunaan teknologi
informasi juga dapat membantu pemerintah dalam memperoleh
masukan dari publik. Penggunaan teknologi informasi ini
mendukung perbaikan sistem relasi antara pemerintah dengan
masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya dalam
penyelenggaraan pemerintahan sehingga dikenal dengan
sebutan e-government.
Pemanfaatan e-government oleh pemerintah di
Indonesia masih terbatas dan perbaikan kualitas e-government
berlangsung sangat lambat. Penggunaan media berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam mendukung
upaya mewujudkan pemerintahan yang terbuka dan partisipatif
sudah banyak dilakukan, termasuk oleh pemerintah daerah. Hal
ini dilakukan antara lain dengan menyediakan press release
melalui media cetak dan elektronik yang dimiliki pemerintah
ataupun bekerjasama dengan kalangan pers, menyediakan call
centre pada penyelenggaraan layanan publik, dan
mengembangkan website atau portal digital pemerintah.
Melalui berbagai alternatif media tersebut, pemerintah daerah
dapat menyediakan dan menyampaikan informasi lengkap,
akurat, dan up to date mengenai institusi dan berbagai kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan. Meskipun demikian, belum
ada satu model e-government yang bisa digunakan untuk
mengimplementasikan KIP secara umum, terutama untuk
lembaga yang berbasis komunikasi dan informasi. Beberapa
pihak memang telah membuat suatu model e-governmet, tapi
pertanyaan besar yang selalu muncul adalah apakah model itu
bisa terapkan untuk semua lembaga ataukah berlaku secara
spesifik?
36
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
Hudoyo dkk berhasil merumuskan Model Konseptual
Pengembangan Aplikasi e-Government Unit Pelayanan
Informasi dan Keluhan (UPIK) Kota Yogyakarta dalam
Menyediakan Informasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Sesuai Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik. UPIK
adalah situs web pelayanan informasi publik Pemerintah Kota
Yogyakarta. UPIK ada karena sumbangan sebuah Lembaga
Swadaya Masyarakat yang peduli mengenai pola komunikasi
pemerintah ke warga atau sebaliknya. Software aplikasi UPIK
berbasis closed source sehingga tidak mudah bagi aparat
pemerintah untuk mengembangkannya. Warga dapat
mengakses UPIK kapan saja tanpa harus mengisi registrasi.
Pengelolaan UPIK terpusat di Bagian Teknologi Informasi dan
Telematika, sedangkan pengelola informasinya ada di bagian
Humas Kota Yogyakarta. Selain UPIK, benchmark yang
diambil untuk pembuatan Model adalah, proses Pengelolaan
Informasi Publik di Kementerian Kominfo dan di Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Keduanya adalah lembaga
Pemerintah Pusat. Kementerian Kominfo menjadi leading
sector bidang Informasi Publik, sekaligus juga sebagai lembaga
pembuat Kebijakan di bidang Komunikasi dan Informatika.
Sementara LIPI adalah leading sektor bidang Riset, web
Informasi Publiknya terintegrasi dalam portal LIPI, dan apabila
ada user yang berkeinginan mengakses informasi publik harus
terregistrasi. Sebagai lembaga riset yang mengampu riset-riset
dasar di negara ini, maka informasi publik yang di
desiminasikan oleh LIPI membutuhkan pengendalian sesuai
dengan informasi publik yang dikecualikan dalam UU
Keterbukaan Informasi Publik.

37
Model Pengembangan e-service Pelayanan …

Model konseptual yang ingin dibuat dari penelitian ini


adalah penggabungan dari ketiga model situs web dan
pelayanan informasi publik diatas dengan karakteristik
lembaga riset komunikasi dan informatika dalam lingkup
pelayanan regional (beberapa daerah) serta menggunakan
prinsip-prinsip dalam UU 14/2008.

Perumusan Masalah
”Bagaimanakah Model Pengembangan e-service Pelayanan
Informasi Publik Lembaga Riset yang berkarakteristik
Komunikasi dan Informatika?”

Tujuan dan Signifikansi Penelitian


Program yang akan dilakukan adalah pengembangan e-
service bagi aparatur pemerintah untuk memberi layanan
informasi publik dengan pendekatan participatory rural
appraisal bagi aparatur pemerintah pada Badan Publik di
Bantul. Program ini bertujuan: 1). Mengembangkan Model e-
service pelayanan informasi publik Lembaga Riset Kominfo
berbasis aplikasi bebas di internet. 2). Merumuskan model
optimalisasi penggunaan web e-service bagi lembaga Riset
Kominfo dalam memberi layanan informasi publik. Produk
akhir program adalah: 1). Web e-service pelayanan informasi
publik Lembaga Riset Kominfo berbasis aplikasi bebas di
internet. 2). Model optimalisasi penggunaan web e-service bagi
lembaga Riset Kominfo dalam memberi layanan informasi
publik. Program ini sangat signifikan karena: 1). Mendukung
program pemerintah menciptakan knowledge-based society dan
information society yang ditargetkan tercapai pada 2015 sesuai
mandat WSIS (World Summit Information Society). 2).
Terdapat kesenjangan dalam pemanfaatan TIK di Indonesia,
38
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
terutama di daerah pusat ekonomi dan daerah pinggiran. 3).
Mendukung Implementasi regulasi pemerintah tentang
Keterbukaan Informasi Publik.

Tinjauan Pustaka
Website akan efektif dalam mewujudkan keterbukaan
dan memberikan fasilitas partisipasi penyelenggaraan
pemerintahan apabila informasi dan fasilitas yang tersedia pada
website tersebut diakses dan dimanfaatkan secara aktif oleh
warga dan pemangku kepentingan lainnya. Namun,
dikembangkannya website sebagai media untuk menyediakan
informasi yang memadai mengenai penyelenggaraan
pemerintahan dan lengkapnya fitur atau fasilitas untuk
menyampaikan aspirasi pada website itu belum cukup untuk
menjamin aktifnya warga dan pemangku kepentingan untuk
berpartisipasi memanfaatkannya (Bhatnagar, 2003; Coleman,
et al., 2008; Ferber, Foltz, & Pugliese, 2005b). Terlebih ketika
kesenjangan digital masih menjadi persoalan serius di suatu
negara (ICCP, 2000; OECD, 2001c).
Keberadaan dan keunggulan website dapat diman-
faatkan untuk memfasilitasi pemenuhan hak warga informasi
dalam penyelenggaraan pemerintahan (La Porte, 2000). Dalam
hal ini website dapat dimanfaatkan untuk menyediakan
informasi mengenai berbagai aktivitas penyelenggaraan
pemerintahan yang akan, sedang, maupun telah dilakukan dan
menyediakan fasilitas untuk melakukan sesuatu, seperti
berpartisipasi menyampaikan aspirasi dan mengakses layanan
(UN, 2008b; Ferber, Foltz, & Pugliese, 2005b). OECD
merekomendasikan penggunaan teknologi berbasis komputer
dan internet dalam mengembangkan e-government (OECD,

39
Model Pengembangan e-service Pelayanan …

2001a; OECD, 2001b). Untuk keperluan mendiseminasikan


informasi, pengembangan website dan portal yang dilengkapi
dengan fasilitas mesin pencari (search engines) dan
penghubung (link); dan kios elektronik (e-kiosks) yang dapat
digunakan untuk mencari informasi secara online (dilengkapi
dengan koneksi internet) maupun offline (dilengkapi dengan
CD-ROMs) yang diletakkan di tempat-tempat tertentu menjadi
pilihan yang efisien

Kerangka Konsep
e-Government
TIK telah digunakan sektor publik selama lebih dari 50
tahun yang lalu. Pemanfaatan TIK dalam penyelenggaraan
pemerintahan disebut electronic government (e-government).
Inisiatif e-Government dimulai ketika penggunaan TIK menuai
sukses di wilayah bisnis, atau dinamakan e-Commerce (e-
Com). E-Com telah merubah cara orang melakukan
komunikasi, bekerja, dan melakukan bisnis. Keberhasilan ini
kemudian dikembangkan di wilayah publik untuk mening-
katkan kinerja organisasi publik (Batenburg, 2008; Lai, 2007;
Lea 2007; Liang, 2007; Loong & Boon, 2008; Premkumar,
2006; Velcu, 2007; Wang, 2007). Pengertian e-government
sangat beragam, tapi pada intinya e-government adalah
penggunaan TIK yang dapat meningkatkan kualitas hubungan
antara pemerintah dengan warga, kalangan swasta, pemangku
kepentingan lainnya, dan internal pemerintah sendiri (Siau &
Long, 2005; Bolívar, Pérez & Hernández, 2007; Seifert &
Chung, 2008; Dugdale, et al., 2005; Zhang, 2002; Reddick,
2004; UN, 2003; Silcock, 2001).
Penggunaan e-Government diharapkan akan membuat
masyarakat dan pemerintah mampu berhubungan secara lebih
40
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
baik, murah, dan efektif, terutama bagi pemerintah sebagai
penyampai informasi dan pelayanan. Kualitas pelayanan
pemerintah akan meningkat (Vassilakis, 2004), partisipasi
warga dalam meningkat (Lytras, 2006), kepercayaan
masyarakat meningkat (Abie, 2004), dan akuntabilitas birokrasi
lebih baik (Eyob, 2004; Gonzalez, 2007; Holzer, 2004) serta
transparan (Eyob, 2004; Iyer, 2006; Tran, 2004; Wescott,
2005). Lebih dari itu proses pengambilan keputusan di
lingkungan pemerintah akan lebih tepat, akurat, dan aman
(Holden, S.H., dan Millett, L.I., 2005) sehingga penggunaan e-
Government akan merubah perilaku aparat dan masyarakat
dalam pengelolaan urusan publik menjadi lebih baik
(Premkumar, 2006; Brown dan Venkatesh, 2005).
Kepopuleran internet dan website bahkan seringkali
mengaburkan makna e-Government itu sendiri, seolah e-
Government identik dengan internet dan website (tools), bukan
sebagai sebuah sistem pengelolaan relasi baru yang bersifat
timbal balik antara pemerintah dan berbagai pemangku
kepentingannya (ends) melalui pengembangan media berbasis
teknologi informasi (tools).
Website atau situs web ini kemudian menjadi menggurita
dalam hal ukuran dan jumlah penggunanya (Ilan, 2003; Siau,
2005; Wagner et al, 2006). Menurut Silcock, (2001), Eyob
(2004), Banerjee serta Chau (2004), penghantaran pelayanan
melalui website itu yang kemudian disebut sebagai e-
Government. Sementara Liu (2004), Silcock (2001), Eyob
(2004) (dalam Purbokusumo & Prasetya, 2009), Ke & Wei
(2006) CDT ( 2002), Thomas & Streib (2003), Davison, et al
(2005), dan Luling (dalam Burn & Robins, 2003)

41
Model Pengembangan e-service Pelayanan …

medefinisikan e-government sebagai pemerintahan online yang


berbasis internet

Website
Terminologi situs web atau website adalah kumpulan dari
halaman situs, yang biasanya terangkum dalam sebuah domain
atau subdomain, yang tempatnya berada di dalam World Wide
Web (www) di Internet. Wikipedia memberikan pengertian
mengenai web page sebagai dokumen yang ditulis dalam
format HTML (Hyper Text Markup Language), yang hampir
selalu bisa diakses melalui HTTP, yaitu protokol yang
menyampaikan informasi dari server website untuk ditampilkan
kepada para pemakai melalui web browser. Semua publikasi
dari website-website tersebut dapat membentuk sebuah jaringan
informasi yang sangat besar (wikipedia.org). Memiliki substan-
si yang sama namun dengan kalimat yang lebih sederhana,
Supriyanto (dalam Pitoyo, 2007: 15) mendefinisikan World
Wide Web adalah sebuah koleksi keterhubungan dokumen-
dokumen multimedia yang disimpan di internet dan dapat
diakses dengan menggunakan protokol http.
Terdapat dua jenis website. Pertama, website yang
statis, yaitu bentuk website yang isinya tidak dimaksudkan
untuk di update secara berkala, dan biasanya di-maintain
secara manual oleh beberapa orang yang menggunakan
software editor. Kedua, website yang dinamis, yaitu website
yang secara berkala berubah isi atau kandungan informasinya.

Keterbukaan Informasi Publik


Kebebasan memperoleh informasi dan menyampaikan
aspirasi adalah hak asasi manusia yang bersifat mendasar dan
berlaku universal (United Nations, 1948). Dengan demikian,
42
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
setiap individu memiliki hak untuk memperoleh informasi dan
menyampaikan aspirasi. Oleh karena itu, hal ini semestinya
telah menjadi kewajiban bagi pemerintah untuk membuka
informasi dan memberikan kemudahan setiap warganya untuk
mengakses informasi dan juga menyampaikan aspirasi
mengenai penyelenggaraan pemerintahan. Keduanya
merupakan bagian penting dari pemenuhan hak warga untuk
berpartisipasi.
Keberadaan Undang-Undang Keterbukaan Informasi
Publik (UU KIP) dimaksudkan menjadi bagian penting dari
solusi bagi masih terbatas dan lemahnya penjaminan hak warga
untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan pemerintahan. UU
KIP secara komprehensif mengatur kewajiban badan dan
pejabat publik otomatis termasuk pemerintah daerah untuk
menyediakan informasi secara terbuka, mudah, dan efisien bagi
publik. Rahasia negara, rahasia instansi atau rahasia jabatan
yang selama ini dijadikan sebagai alasan untuk menolak
permintaan informasi dari warga seharusnya sudah tidak
mendapatkan ruang lagi dengan hadirnya UU KIP. Hal ini
sesuai dengan Pasal 7 ayat 3 UU KIP yang untuk mewujudkan
amanah yang dikandungnya, Pemerintah Daerah/ Kota sebagai
Badan Publik antara lain bisa memaksimalkan pemanfaatan e-
government yang salah satunya berbentuk website atau portal.

Website Sebagai Media Transparansi Pemerintahan


Penyediaan informasi mengenai penyelenggaraan
pemerintahan secara memadai dan mudah untuk diakses
dimaksudkan untuk memberdayakan masyarakat. Dengan
adanya informasi yang mencukupi, masyarakat dapat
berpartisipasi memberikan masukan sekaligus mengontrol

43
Model Pengembangan e-service Pelayanan …

jalannya pemerintahan. Informasi penting penyelenggaraan


pemerintahan seperti penyelenggaraan layanan publik,
perencanaan dan penggunaan anggaran, pelaksanaan tender
pengadaan barang dan jasa, proses pengelolaan program dan
proyek pemerintah, proses pembuatan dan dokumen peraturan
daerah, laporan pertanggungjawaban, dan sebagainya dapat
diketahui secara online sehingga warga dan pemangku
kepentingan dapat menyampaikan aspirasinya terhadap
pemerintah misalnya tentang bagaimana sebaiknya anggaran
publik dialokasikan, atau mengkritik pemerintah apabila
pemerintah telah mengambil langkah yang tidak tepat. Dengan
proses yang serba transparan dan mengurangi kontak fisik
antara penyedia dan pengguna layanan maka peluang bagi
praktik penyimpangan, seperti korupsi dan manipulasi, akan
menjadi sempit (Im & Jung, 2001: 215).
Secara umum, pentahapan di dalam pengembangan e-
government ini diperlukan karena dua masalah utama.
Pertama, persoalan yang melekat pada institusi birokrasi
pemerintah, seperti lemahnya dukungan dan komitmen
kepemimpinan, kultur birokrasi yang cenderung resisten
terhadap perubahan, dan ketidaksiapan sumberdaya yang
terdapat pada birokrasi (UN, 2008b). Kedua, persoalan yang
terkait dengan kesiapan lingkungan eksternal birokrasi, seperti
kultur masyarakat yaitu belum melembaganya nilai-nilai dan
kesadaran warga dan pemangku kepentingan nonpemerintah
untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Penyebabnya beragam dan kontekstual, seperti rendahnya
kapasitas SDM (faktor pendidikan), status pekerjaan dan
tingkat pendapatan (ekonomi), ketimpangan gender dan
kapasitas kelompok etnis (sosio kultural), kualitas dan
persebaran infrastruktur teknologi, kondisi geografis, ataupun
44
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
keterbatasan fisik/ disability (Fuchs, 2009; OECD, 2001c;
OECD, 2003d; Dimitrova & Beilock, 2005; Martin, 2005;
Kalu, 2007; Barrett & Wise, 2008; Ekdahl & Trojer, 2002;
Lindsay, 2005; Muir & Oppenheim, 2002; ICCP, 2000).
Semakin kompleks dan terintegrasi isi informasi dan
fasilitas website semakin besar manfaat yang diberikan
sekaligus biaya yang diperlukan (Siau & Long, 2005; Grant &
Chau, 2005). Kegunaan website sebagai sebagai media di
dalam pengembangan e-government yang paling dasar adalah
menyediakan informasi penyelenggaraan pemerintahan agar
dapat dilihat, diambil (download), dan dimiliki oleh berbagai
pihak yang berkepentingan. Melalui website, warga dan
pemangku kepentingan pemerintahan lainnya dapat mengeta-
hui bagaimana pemerintah bekerja, bagaimana prosedur
mengakses layanan dari pemerintah, dan bahkan bagaimana
mengubah kebijakan dan peraturan yang berpengaruh bagi
kehidupan warga (La Porte, et al, 2000; Demchak, et al., 2000;
Norris, 2000; Fowler, tt). Menyediakan informasi yang
diperlukan warga melalui website akan lebih efisien daripada
melayani kebutuhan informasi dari warga melalui media
konvensional, seperti telepon atau media cetak berupa leaflet,
buku laporan, dan koran (UN, 2008b).

Model
Menurut pemahaman ilmu pengetahuan, model merupakan
representasi atas realitas (Grunig dan Grunig dalam Riyanto,
2007) atau lebih tepatnya representasi atas realitas yang
disederhanakan. Dalam memahami relitas kita membutuhkan
panduan atau model yang dapat bekerja untuk menggambarkan
realitas yang dimaksud. Definisi paling sederhana dari model

45
Model Pengembangan e-service Pelayanan …

menyebutkan bahwa model merupakan sesuatu yang digunakan


sebagai dasar eksplanasi, yang terdiri dari ide dan proses
(Ihalauw dalam Riyanto, 2007), sebuah model harus berisi ide
atau gagasan yang saling berinteraksi dan berproses, sehingga
model tidak hanya menjadi sebuah representasi realitas yang
disederhanakan, tetapi juga melibatkan proses tindakan yang
seharusnya dilakukan sehingga model pelayanan informasi
publik dengan menggunakan e-service mampu menjawab
permasalahan dalam konteks publik service di Indonesia.
Model menjadi penting, serta merumuskan model menjadi
pekerjaan yang berguna bagi pengembangan wacana akademis
serta peningkatan kemampuan profesional bagi pengguna
model tersebut

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, peneliti
berharap metode ini mampu memaparkan fenomena yang
terjadi dengan lebih jelas. Diharapkan, penggunaan metode ini
akan mampu menjelaskan bagaimana proses pelayanan
informasi publik dalam pelaksanaan Undang-Undang No. 14
Tahun 2008 berlangsung. Subyek penelitian ini adalah Badan
Publik Lembaga Riset Kominfo yang dipilih secara purposive,
di mana sasaran penelitian ini adalah lembaga riset komunikasi
dan informatika berkarakteristik layanan regional yang
dijadikan acuan sebagai objek penelitian. Narasumber tersebut
dipilih karena yang bersangkutan dianggap mengetahui dan
memahami keberadaan Lembaga Publik dan terlibat langsung
dalam proses pelayanan informasi publik.

46
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian
ini antara lain:
a. Dokumentasi.
Digunakan untuk mendapatkan data yang relevan dipakai
untuk menjelaskan permasalahan. Adapun sumber bukti
yang dapat dijadikan fokus adalah situs web,
benchmarking, dan berbagai sumber tertulis lainnya yang
relevan dengan masalah yang diteliti.
b. Observasi langsung.
Pengamatan secara langsung terhadap obyek, yakni proses
pelayanan informasi publik di lembaga riset. Melalui
observasi ini maka peneliti mempunyai kesempatan untuk
mengamati pelaku serta kondisi lingkungan di mana obyek
penelitian berada.
c. Wawancara.
Wawancara merupakan sumber informasi yang sangat
penting dalam penelitian yang menggunakan studi kasus.
Wawancara dilakukan dengan menggunakan tipe open
ended memberi peluang kepada peneliti untuk bertanya
kepada informan kunci mengenai fakta-fakta suatu
peristiwa serta opini mereka terhadap peristiwa tersebut.
Peneliti melakukan wawancara mendalam (in-depth
interview) dengan pimpinan Lembaga Riset berkarak-
teristik komunikasi dan Informatika, pengelola website
informasi publik dan pihak-pihak yang terkait dengan
penelitian ini. Wawancara mendalam dilakukan dengan
berpedoman pada interview guide sebagai instrumen
utama.

47
Model Pengembangan e-service Pelayanan …

Analisis Data
Data yang diperoleh melalui penelitian ini dianalisis
dengan metode kualitatif, setelah data dikumpulkan, kemudian
data akan direduksi, yakni merangkum, kemudian memilah
hal-hal yang pokok, serta memfokuskan pada hal yang penting,
setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah
menampilkan data. Data tersebut kemudian akan bandingkan
dengan ke-3 benchmark yang telah dipilih. Setelah
mendapatkan model konseptual maka model tersebut akan di
implementasikan seperti rancangan out line diatas
Dalam penelitian ini akan disajikan data dalam bentuk
teks yang bersifat naratif, tahap akhir proses ini adalah
pengambilan simpulan dan rekomendasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Proses Pelayanan Informasi UPIK
Untuk melihat secara keseluruhan terhadap tampilan
yang termuat dalam http://upik.jogjakota.go.id/ maka peneliti
melakukan pendekatan melalui metode analisis isi (content
analysis) sehingga gambaran konten atau isi pesan secara nyata
dapat diketahui sejauhmana muatan informasi tersebut telah
disajikan kepada khalayak.
Unit Pelayanan Informasi dan Keluhan, selanjutnya
disingkat UPIK merupakan Sub-domain dari http://www.jogja
kota.go.id/ Di halaman depan (home) Sub-domain ini
terpampang tulisan Selamat Datang di Unit Pelayanan
Informasi dan Keluhan. Sebelum berselancar di situs sub-
domain ini, para pengunjung dapat sejenak membaca tulisan:
Anda dapat memberikan informasi, saran maupun komplain
kepada kami guna pengembangan kualitas kota Jogja tercinta
ini. Berikan informasi, saran maupun komplain anda melalui
48
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
saluran hotline kami dengan media telepon, SMS, fax, email,
maupun dari website kami ini.
Untuk media telepon dan fax, tertulis: anda bisa
menghubungi kami dengan nomor 0274-561270. Untuk SMS,
kirimkan ke nomor 08122780001. Untuk email anda bisa
mengirimkan ke upik@jogjakota.go.id dan jika anda ingin
mengungkapkan informasi, saran, maupun komplain melalui
website ini, isikan forum keluhan/informasi yang ada pada
halaman ini. Jadikan kota Jogja kota tertata dengan informasi,
saran dan komplain anda.
Sesuai dengan namanya sebagai pelayanan informasi
dan keluhan, website UPIK menyediakan berbagai sajian
konten seperti telah disebut pada tulisan di atas. Dalam
perkembangannya, keberadaan website ini sesungguhnya
memiliki tingkat berkelangsungan tinggi atau berjalan dinamis
jika didukung oleh beberapa faktor di antaranya: (1) kemam-
puan masyarakat (publik/user) khususnya di Yogyakarta dalam
mengakses situs milik Pemkot Yogyakarta ini, (2) masih
banyaknya persoalan yang belum tersentuh terutama
menyangkut kebutuhan informasi masyarakat dalam bermacam
aspek, serta (3) sejauhmana pemerintah daerah (Pemkot
Yogyakarta) mampu untuk mengakomodir sekaligus
merespons setiap persoalan yang dihadapi masyarakatnya. Jika
semuanya itu dapat terantisipasi dan terpenuhi maka kegiatan
komunikasi antara pemerintah dan masyarakat (Yogyakarta)
dapat berlangsung sehingga dapat diharapkan terciptanya
pemerintahan yang baik.
Dilihat dari tampilan fisik dalam website
http://upik.jogjakota.go.id/ seperti tersedianya menu FORUM,
BERITA, INFO TRANSAKSI, INFO EKSEKUTIF, disusul di

49
Model Pengembangan e-service Pelayanan …

bawahnya ruang DISKUSI, serta POLLING mengindikasikan


bahwa Pemerintah Kota Yogyakarta telah mengagendakan isu-
isu penting yang perlu diketahui, dicermati dan di-ikutsertai
sehingga terjadi apa yang dinamakan rasa memiliki terhadap
segala kegiatan yang secara langsung menyangkut kepentingan
masyarakat luas. Ketersediaan menu-menu tersebut juga
menunjukkan bahwa saluran komunikasi antara pemerintah dan
masyarakat (Yogyakarta) sudah terbangun. Artinya, pemerin-
tah daerah telah memfasilitasi masyarakat untuk melangsung-
kan komunikasi timbal balik (dua arah) mengenai segala
kepentingan yang perlu diutarakan secara terbuka.
Gambar 1 PUBLIK

SMS EMAIL WEBSITE TELEPON FAKS DATANG


SURAT
LANGSUNG

DIREKAM KE SISTEM
JAWAB KELUHAN
(AUTO RESPON DAN
RESPON)
RESPONS SECARA
MANUAL
KELUHAN LANGSUNG DATABASE
DISIMPAN DI SERVER UPIK DIMASUKKAN KE SISTEM
SECARA MANUAL

DIDISTRIBUSIKAN DIJAWAB

UNIT KERJA LAIN


SECARA MANUAL TERHUBUNG DENGAN
DIJAWAB SECARA
DIMASUKKAN KE SISTEM LAN
MANUAL
MELALUI INTRANET

TELEPON FAKS SURAT DATANG


LANGSUNG

PUBLIK

50
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
Pengelolaan Informasi Publik di Kementerian Kominfo
Sesuai dengan Keputusan Menteri Komunikasi dan
Informatika Nomor 117 Tahun 2010 tentang Organisasi
Pengelola Informasi dan Dokumentasi dimana salah satu tugas
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID)
menyediakan akses informasi publik bagi pemohon informasi.
Terkait dengan tugas tersebut, PPID menetapkan standar
layanan informasi di lingkungan Kementerian Komunikasi dan
Informatika dalam rangka penyelenggraan pelayanan publik
dengan menyediakan sarana, prasarana, fasilitas berupa desk
layanan informasi, fasilitas pendukung seperti layanan akses
internet gratis, petugas pelaksana layanan informasi, instrumen
transaksi, produk pelayanan, serta menetapkan waktu layanan
informasi.
Untuk memenuhi dan melayani permintaan dan
kebutuhan pemohon/pengguna informasi publik, Pejabat
Pengelola Informasi dan Dokumentasi melalui desk layanan
informasi publik melakukan layanan langsung dan layanan
melalui media antara lain menggunakan telepon/fax. Telp/Fax:
021 3452841; Email : pelayanan@depkominfo.go.id; dan
website : http://ppidkemkominfo.wordpress.com.
Dalam memberikan layanan informasi kepada pemohon
informasi PPID menetapkan waktu pemberian Pelayanan
Informasi Publik. Di Kementerian Komunikasi dan Informatika
penyelenggaraan Pelayanan Informasi Publik dilaksanakan
pada hari kerja Senin sampai dengan Jumat.

51
Model Pengembangan e-service Pelayanan …

Gambar 2

Pengelolaan Informasi Publik Dan Dokumentasi Lembaga


Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Pengumpulan informasi publik dilakukan dengan
identifikasi data dan informasi yang akan dikumpulkan.
Kegiatan identifikasi data dan informasi dilakukan mela-
lui fungsi-fungsi, kegiatan dan transaksi pada tiap satuan
kerja. Setiap fungsi melaksanakan kegiatan-kegiatan dan setiap
kegiatan masing-masing melakukan transaksi yang berisi data
dan informasi dalam media apapun sebagai sumber primer
berupa arsip/dokumen yang tercipta dalam rangka
pelaksanaan tugas dan fungsi satuan kerja. Pengumpulan
informasi publik merupakan aktivitas penghimpunan kegiatan
yang telah, sedang dan yang akan dilaksanakan oleh setiap
satuan kerja. Setelah pengidentifikasian perlu dilakukan
konfirmasi kebenaran jenis-jenis data dan informasi hasil
pendataan kepada kepala satuan kerja.
Berikut bagan alur dan mekanisme pengumpulan
informasi publik pada proses pengumpulan informasi publik
di setiap satuan kerja di lingkungan LIPI:
52
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

Pengelola Informasi
PPID PPID Satker
dan Dokumentasi

Pimpinan LIPI Satuan Kerja di


(G8) Gambar 3 Lingkungan LIPI

Dalam proses pengklasifikasian, informasi di bagi


menjadi dua kelompok yaitu informasi yang bersifat publik
dan informasi yang dikecualikan.
1. Informasi yang bersifat publik
Informasi yang bersifat publik dikelompokkan
berdasarkan subyek informasi sesuai dengan tugas
pokok, fungsi dan kegiatan setiap satuan kerja.
Pengelompokan informasi yang bersifat publik meliputi
Informasi Yang Bersifat Terbuka, Informasi yang wajib
diumumkan secara serta merta, Informasi yang wajib
disediakan setiap saat
2. Informasi yang dikecualikan
Dalam pengelompokan informasi publik yang
dikecualikan diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Alur Pelayanan Informasi Publik secara online.

53
Model Pengembangan e-service Pelayanan …

Gambar 4

Website Sebagai Media Transparansi Pemerintahan


Menyediakan informasi yang diperlukan warga melalui
website akan lebih efisien daripada melayani kebutuhan
informasi dari warga melalui media konvensional, seperti
telepon atau media cetak berupa leaflet, buku laporan, dan
koran (UN, 2008b). Apabila pemerintah menyediakan
informasi yang memadai melalui website, maka warga dan
pemangku kepentingan lainnya dapat mencari informasi
tersebut dari mana saja, kapan saja, dan oleh siapapun tanpa
harus secara fisik datang ke kantor pemerintahan. Sedangkan
penggunaan TIK dalam memfasilitasi konsultasi dan partisipasi
aktif dari warga dan pemangku kepentingan dapat dilakukan
dengan menyediakan perangkat jaringan komputer (online
tools) berupa penyediaan sarana surat elektronik (electronic
letterboxes); dan penyelenggaraan forum diskusi terbuka
melalui surat elektronik (e-mail distribution lists/ milists dan
newsgroups) atau melalui sarana mengobrol (on-line live chat
events dan on-line discussion groups). Pengelolaan fasilitas

54
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
tersebut dapat dilakukan secara terintegrasi dalam website
pemerintah.(Im & Jung, 2001).

Strategi mengefektifkan Informasi Elektronik


Tampilan, fasilitas, dan isi website harus diperhatikan
agar mampu menciptakan ketertarikan serta memberikan
kemudahan dan kepuasan bagi penggunanya dalam memenuhi
kebutuhannya yang relevan dengan isi website, seperti mencari
suatu informasi yang spesifik (Coleman, et al., 2008; Zhang, et
al., 1999). Pengguna merasakan kemudahan dan mendapatkan
kepuasan dalam mengakses fitur atau fasilitas suatu website
maka pengguna memiliki kecenderungan untuk kembali
mengakses website itu. (Coleman, 2008).
Ranaweera, McDougall, & Bansal (2005) merekomen-
dasikan untuk memahami pengguna website maka yang harus
diperhatikan adalah karakteristik kebutuhan dan perilaku
pengguna dalam mengakses website. Bhatnagar (2003)
menyatakan perlu mensosialisasikan fasilitas manfaat website
melalui suatu kampanye dan pendidikan. Selain itu, upaya lain
untuk mewujudkan transparansi dan partisipasi penyelengga-
raan pemerintahan tetap harus dikembangkan.

Upaya Memaksimalkan Efektivitas Penggunaan Website


Pertama, kehandalan teknologi untuk dapat digunakan
oleh pemerintah maupun warga dan pemangku kepentingan
untuk berinteraksi melalui website.
Kedua, penguatan kapasitas warga maupun pemerintah
dalam menyelenggarakan pemenuhan hak warga untuk
berpartisipasi dengan menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi. Di samping itu, informasi dan juga fasilitas yang
55
Model Pengembangan e-service Pelayanan …

disediakan pada website harus memadai di dalam mendukung


penguatan kapasitas warga dan pemerintah tersebut.
Ketiga, Pemerintah perlu mengintegrasikan antara siklus
dan tahapan pembuatan kebijakan dengan desain teknologi
informasi dan komunikasi yang digunakan. Substansi informasi
yang tersedia, ketepatan waktu memposting dan memperbarui
informasi, serta desain fasilitas bagi warga untuk
menyampaikan aspirasinya harus disesuaikan dengan proses
pembuatan kebijakan, mulai dari agenda setting, formulasi,
analisis, implementasi, monitoring, dan evaluasi. Dengan
begitu terdapat kepastian bagi warga dan pemangku
kepentingan di dalam berpartisipasi melalui website, karena
terdapat kesesuaian antara apa yang sedang menjadi perhatian
pemerintah di dunia nyata dengan informasi dan diskusi yang
berkembang di dunia maya (website).
Keempat, tersedianya ukuran dan alat evaluasi yang tepat
untuk mengevaluasi pengembangan website. Warga dan
pemangku kepentingan akan proaktif berpartisipasi dalam
pemerintahan melalui website apabila website dapat
memberikan manfaat dan memenuhi harapan mereka.
Kelima, partisipasi dari warga dan pemangku
kepentingan secara online meningkatkan harapan bahwa
aspirasi mereka akan dijadikan sebagai input penting dalam
pembuatan kebijakan pemerintah. Karena itu pemerintah perlu
menyesuaikan struktur dan proses untuk memastikan bahwa
hasil dari partisipasi warga melalui website akan dianalisis,
didiseminasikan, dan digunakan dalam pembuatan kebijakan.
Komitmen pemerintah untuk melakukan itu harus
dikomunikasikan secara jelas kepada warga dan pemangku
kepentingan, ditunjukkan di dalam praktiknya, dan kinerjanya
dipublikasikan secara reguler.(OECD, 2003)
56
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
Gambar 5
Perbandingan Model 3 Lembaga Benchmark

Informasi utama yang harus ada dalam tampilan website


lembaga riset berbasis komunikasi dan informatika, beberapa
hal yang berhasil dirumuskan adalah:
1. Ketersediaan informasi tentang lembaga pemilik situs web
2. Peraturan/kebijakan yang telah dikeluarkan oleh lembaga
yang perlu disebarluaskan ke masyarakat
3. Informasi struktural lembaga
4. Informasi yang berkaitan dengan bidang yang menjadi
tanggung jawab lembaga
5. Informasi hasil pekerjaan
6. Pelayanan yang di berikan ke masyarakat
Sedangkan fitur-fitur yang harus tersedia dalam website
lembaga riset berbasis komunikasi dan informatika berbasis
KIP diantaranya adalah berupa:
(1) Informasi penyelenggaraan pemerintahan adalah materi
tersedia pada website lembaga riset berbasis komunikasi
dan informatika yang dapat dikategorikan sebagai

57
Model Pengembangan e-service Pelayanan …

informasi mengenai keputusan dan tindakan pemerintah,


baik yang akan, sedang, maupun telah diputuskan atau
dilakukan, termasuk menyangkut target dan realisasi
pembiayaan dan hasilnya. Fitur ini akan menggunakan
kategori informasi hasil identifikasi isi UU Keterbukaan
Informasi Publik, yang terdiri dari tujuh kategori informasi
yaitu:
(a) Informasi kebijakan adalah informasi yang
mengandung substansi yang relevan dengan produk
dan proses kebijakan, meliputi agenda atau rencana
kebijakan, proses pembuatan kebijakan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi;
(b) Informasi anggaran dan pembiayaan adalah
informasi yang mengandung substansi yang relevan
dengan proses pengelolaan keuangan lembaga litbang
berbasis komunikasi dan informatika, yang meliputi
tahap perencanaan dan pembahasan, penetapan,
penggunaan, perubahan dan pertanggungjawaban;
(c) Informasi pelayanan publik adalah informasi yang
mengandung substansi yang relevan dengan
penyelenggaraan layanan publik, yaitu menyangkut
hak dan kewajiban pengguna dan penyedia layanan;
(d) Informasi pengadaan barang dan jasa adalah
informasi yang mengandung substansi yang relevan
dengan penyelenggaraan kegiatan pengadaan barang
dan jasa lembaga litbang, mulai dari pengumuman
pengadaan, penilaian calon rekanan, pengumuman
rekanan terpilih, keluhan dan pengaduan calon
rekanan, dan daftar hitam perusahaan;
(e) Informasi pengawasan adalah informasi yang
mengandung substansi yang relevan dengan kegiatan
58
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
pengawasan terhadap penyelenggaraan kegiatan
lembaga litbang, yang terdiri dari perencanaan dan
prosedur pengawasan, pelaksanaan pengawasan, dan
hasil pengawasan/ audit;
(f) Informasi tentang layanan informasi publik adalah
informasi yang mengandung substansi yang relevan
dengan layanan untuk mengakses informasi rutin
lembaga litbang, yaitu daftar informasi yang dapat
diakses publik setiap saat, tatacara mengakses
informasi, dan laporan kinerja layanan informasi
publik.
(2) Ketersediaan fasilitas pencarian informasi adalah
fasilitas informasi yang harus disediakan website lembaga
riset berbasis komunikasi dan informatika yang merupakan
fasilitas untuk mencari dan menemukan informasi yang
tersedia pada situs web, jenis fasilitas tersebut antara lain,
adalah: search engine, site map, index A-Z/tematik, dan
sebagainya.
(a) search engine/search tool adalah fasilitas pencarian
informasi pada situs web, operasionalisasinya dengan
cara memasukkan beberapa kata kunci yang relevan
dengan informasi yang dicari pada kotak kata kunci
(b) Site map adalah peta terstruktur isi situs website
lembaga riset berbasis komunikasi dan informatika
secara keseluruhan sehingga dengan memperhatikan
struktur isi website ini pengguna dapat dengan relatif
mudah menemukan informasi yang dicarinya, seperti
halnya fungsi dari daftar isi pada sebuah buku.

59
Model Pengembangan e-service Pelayanan …

(c) Indeks adalah suatu daftar indeks isi situs web yang
disusun berdasarkan urutan alfabet (A-Z) atau tematik
(tema informasi)
(d) Download center atau pusat pengunduhan informasi
adalah media khusus pada website lembaga riset
berbasis komunikasi dan informatika untuk
menyediakan informasi yang dapat diunduh. Pada
media atau space khusus ini biasanya berisi berbagai
informasi penting yang banyak diperlukan pengguna
website.
(e) Database adalah area khusus pada website lembaga
riset berbasis komunikasi dan informatika yang
digunakan untuk menyediakan berbagai informasi atau
data penting yang dapat diunduh atau hanya dapat
dilihat.
(f) Link atau tautan subdomain website lembaga riset
berbasis komunikasi dan informatika adalah fasilitas
berupa tautan atau konektor ke suatu halaman khusus.
(3) Ketersediaan ringkasan informasi adalah fasilitas pada
website lembaga riset berbasis komunikasi dan informatika
yang didasarkan pada tersedianya atau tidak ringkasan
untuk informasi tentang: Anggaran Lembaga, SK Dinas,
dan rencana atau agenda lembaga. Hal ini menyediakan
informasi berbentuk grafik, tabel, atau ringkasan teks pada
menu website.
(4) Fasilitas website lembaga riset berbasis komunikasi dan
informatika sebagai media penyampaian aspirasi
adalah fasilitas yang disediakan secara umum maupun
khusus yang harus dimiliki oleh website yang dapat
digunakan untuk menyampaikan aspirasi masyarakat.

60
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
(5) Fasilitas penyampaian aspirasi adalah fasilitas yang
terdapat pada website lembaga riset berbasis komunikasi
dan informatika yang dapat digunakan oleh pengguna
untuk dapat dengan mudah menyampaikan aspirasinya
melalui berbagai fasilitas komunikasi yang tersedia pada
website. Fasilitas penyampaian aspirasi akan mewakili 3
aspek, yaitu ketersediaan dan jenis fasilitas komunikasi,
kualitas interaktivitas, dan kualitas pengembangan
partisipasi publik;
(6) Ketersediaan dan jenis Fasilitas komunikasi adalah
penyediaan fasilitas komunikasi yang terdapat pada
website lembaga riset berbasis komunikasi dan
informatika;
(a) Jenis fasilitas komunikasi yang tersedia, akan
dibedakan menjadi dua, yaitu fasilitas yang bersifat
interaktif langsung atau online (semacam live chat,
instant messaging, dan on-line forum) dan fasilitas
komunikasi interaktif tidak langsung atau offline
(seperti e-mail, mailing list, open web forums, dan
polls/ survey).
(b) Ketersediaan fasilitas komunikasi khusus dengan
pengambil kebijakan di Lembaga Riset, yang
dibedakan menjadi 2, yaitu fasilitas komunikasi
dengan kepala lembaga dan fasilitas komunikasi
dengan pejabat di lembaga riset.
(7) Interaktivitas adalah fasilitas dari penggunaan fasilitas
komunikasi berjenis interaktif tidak langsung yang tersedia
pada website lembaga riset berbasis komunikasi dan
informatika, seperti open web forum, buku tamu, mailing
list, dan sejenisnya yang harus segera direspon.

61
Model Pengembangan e-service Pelayanan …

(a) Respon pengiriman message dari pengguna pada


fasilitas mailing list, open web forums, atau fasilitas
sejenis oleh pengelola situs web;
(b) Kebaruan proses diskusi pada fasilitas mailing list,
open web forums, atau fasilitas sejenis adalah
bagaimana pengelola website lembaga riset berbasis
komunikasi dan informatika merespon pesan terbaru
yang diposting misalnya, kurang dari 3 hari yang lalu.
(8) Pengembangan situs web berbasis partisipasi publik
yaitu penggunaan fasilitas komunikasi yang tersedia pada
website lembaga riset berbasis komunikasi dan informatika
untuk mengembangkan partisipasi aktif dari pemangku
kepentingan dalam penyelenggaraan situs web tersebut.
(a) Relevansi komunikasi yang berkembang pada media
komunikasi interaktif;
(b) Ketersediaan daftar/indeks/direktori topik-topik
diskusi/konsultasi;
(c) Adanya pemberitahuan tentang suatu perma-
salahan publik yang sedang menjadi isu riset yang
disertai seruan terhadap pemangku kepentingan untuk
memberikan masukan kepada pemerintah melalui
website
(d) Adanya pengembangan topik pada mailing list, open
web forums, atau online polls/Surveys konsultasi
publik, yaitu secara khusus untuk mendapatkan
respons dari pemangku kepentingan atas pemaparan
alternatif kebijakan yang akan dipilih dan
dilaksanakan lembaga.

62
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

Gambar 6

Model Konseptual Web


INFORMASI YANG DIMINTA

Bagian
Teknis V

User JAWABAN
YA E
Bagian
Administrasi Inter
R INFORMASI
PUSAT DATA Face
lembaga riset I
berbasis kominfo TIDAK
Bagian Model
Keuangan Web
V
dengan
I konten
ASPIRASI
Bagian yang
Substansi K dire-
komen-
dasi
A
Bagian
Barang/
Jasa
S

63
Model Pengembangan e-service Pelayanan …

REFERENSI

Im, B. & Jung, J. 2001. "Using ICT’s to Strengthen Govern-


ment Transparency and Relations with Citizens in
Korea", The case study contributes to the work under-
taken by the PUMA Working Group on “Strengthening
Government-Citizen Connections”, OECD
Hudoyo, Topo, dkk. 2010. “Penerapan e-Government untuk
mendorong Transparansi Pemerintah Daerah”. Insentif
Ristek, Kementerian Negara Riset dan Teknologi
OECD. 2001c. Understanding The Digital Divide. Paris:
OECD Publikations Service.
OECD. 2003c. "Checklist for e-Government Leaders", Policy
Brief, September, diakses melalui http://www.oecd.org/
publikations/Pol_brief.
OECD. 2003d. Promise and Problems of E-Democracy:
Challenges of Online Citizen Engagement. Paris: OECD
Publikations Service.
OECD. 2007. "E-Government as a Tool for Transformation",
diakses melalui http://www.olis.oecd.org/olis/ 2007doc.
nsf/8d00615172fd2a63c125685d005300b5/c5bfb886ebca
fe06c12572ac0057513c/$FILE/JT03224646.PDF.
Riyanto, Puji, “Mengembangkan Pendidikan Literasi Media
Berbasis Sekolah”, Jurnal IPTEK-KOM Vol 9 No. 1,
Juni 2007, Penerbit LKiS.
Siau, K. & Long, Y. 2005. "Synthesizing e-government stage
models; a metasynthesis based on metaethnography
approach", Industrial Management & Data Systems,
Volume 105 (4), halaman 443-458.

64
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

Oleh:
Daru Nupikso1

1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) dengan dampak positif dan negatif yang ditimbulkannya
merupakan realitas yang harus dihadapi berbagai pihak,
termasuk pemerintah daerah. Tanpa mengabaikan sisi
negatifnya, kehadiran TIK dewasa ini menjadi pilihan bagi
pemerintah daerah guna mengoptimalkan pelayanannya.
Keberhasilan suatu pemerintah daerah mengimplementasikan
TIK dengan manfaat yang diperolehnya menjadi inspirator bagi
daerah lain untuk melakukan hal yang sama.
Pemanfaatan TIK di kalangan pemerintah atau dikenal
dengan electronic government (e-govt) pada dasarnya
mempunyai dua tujuan, yaitu pemanfaatan untuk internal
birokrasi dan untuk pelayanan publik. Kebijakan pemanfaatan
TIK selain mempertimbangkan tujuan juga harus memper-
timbangkan faktor lain terutama infrastruktur. Di samping
untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan publik, pemerintah

1
Peneliti pada Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan
Informatika (BPPKI) Yogyakarta
65
Pengembangan Surakarta Cybercity …

daerah, terutama di kawasan perkotaan dewasa ini sedang giat-


giatnya mengembangkan cybercity.
Pengertian cybercity secara umum adalah 'kota' di mana
orang bertemu di ruang virtual menggunakan komputer
jaringan dengan fungsi metafor kota sebagai interface. Dalam
implementasinya, konsep Cybercity di Indonesia yang ada saat
ini dipahami sebagai kebijakan pembangunan atau penyediaan
infrastruktur komunikasi dan informasi guna dipergunakan
sebagai sarana kegiatan sosial dan komersil bagi warganya.
Dalam prakteknya fasilitas yang disediakan antara lain
pemasangan hot spot Wi-Fi (wireless fidelity) di berbagai titik
yang dinilai strategis. Pengembangan Cybercity bukan hanya
terletak pada pembangunan infrastruktur secara fisik, namun
banyak faktor yang harus dilakukan dengan perencanaan dan
pengembangan yang terarah dan melalui prosedur yang
sistematis.
Kebijakan yang diambil Pemerintah Kota Surakarta
dalam rangka memanfaatkan TIK lebih fokus pada penyediaan
infrastruktur dan fasilitas bagi masyarakat. Meskipun
pemanfaatan TIK untuk mendukung kinerja pemerintahan juga
dilakukan, tetapi bukan menjadi prioritas. Aplikasi TIK yang
dipergunakan oleh Satuan Kerja di lingkungan Pemerintah
Kota Surakarta bukan ditujukan untuk mendukung pelayanan
publik secara langsung, tetapi merupakan aplikasi internal yang
konektivitasnya terbatas antar satuan kerja.
Pengembangan Cybercity di Kota Surakarta tidak
berbeda dengan kota lain di Indonesia yang sedang melakukan
hal yang sama. Konsep Cybercity saat ini merupakan tahap
awal dan masih jauh dari suatu bangunan Cybercity yang
sesungguhnya. Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta ini
menarik untuk dikaji mengingat kota lain di samping
66
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
mengembangkan Cybercity juga mengembangkan dan meman-
faatkan keunggulan TIK untuk meningkatkan pelayanan publik
di samping untuk meningkatkan kinerja internal.
Pada hakekatnya kebijakan pengembangan Cybercity
perlu mempertimbangkan beberapa faktor pendukung yang
diawali dengan tumbuhnya sebuah knowledge society, kemu-
dian tersedianya infrastruktur teknologi informasi, pember-
lakuan enabling policy serta pembangunan dan pengembangan
e-government (Indrajit 2006:47). Pengembangan cybercity
tanpa melihat kondisi masyarakat dan lingkungan akan
mengakibatkan kebijakan tersebut menjadi sia-sia karena tidak
mempunyai manfaat apapun.
Pemerintah Kota Surakarta mengambil kebijakan
pengembangan TIK lebih diarahkan pada masyarakat. Berpijak
dari hal tersebut kajian ini selanjutnya akan melihat secara
umum kebijakan TIK apa saja yang telah, sedang dan akan
diambil oleh Pemerintah Kota Surakarta dengan telaah
mengenai kondisi dan potensi masyarakat serta pembangunan
infrastruktur TIK guna melihat pengembangan Surakarta
sebagai cybercity.

2. Permasalahan
Berpijak dari latar belakang yang telah diurai di atas,
maka tulisan ini akan mengkaji lebih jauh mengenai arah
kebijakan Pemerintah Kota Surakarta dalam memanfaatkan dan
mengembangkan TIK menuju terwujudnya Surakarta cybercity.
Sehingga permasalahan yang diangkat adalah:
Bagaimana arah kebijakan TIK di Kota Surakarta
dalam rangka mewujudkan Surakarta cybercity

67
Pengembangan Surakarta Cybercity …

3. Tujuan dan Manfaat


Tulisan ini merupakan kajian mengenai Pengembangan
cybercity di Kota Surakarta yang sesuai dengan permasalahan-
nya bertujuan untuk mengetahui arah kebijakan pengembangan
TIK Pemerintah Kota Surakarta dalam mewujudkan Surakarta
Cybercity, yaitu apa yang sudah, sedang dan akan dilakukan
Pemkot Surakarta terkait dengan kebijakan TIK.
Adapun manfaatnya adalah :
1. Bagi Pemerintah Kota Surakarta:
Sebagai bahan masukan dan evaluasi kebijakan TIK
guna meningkatkan peran pemerintah daerah dalam
mewujudkan cybercity.
2. Bagi Kementerian Komunikasi dan Informatika
Dipergunakan sebagai bahan masukan dan atau
mengevaluasi kebijakan bidang TIK yang ada maupun
mengambil kebijakan nasional tentang TIK di masa
mendatang.

4. Sifat dan Data


Tulisan ini merupakan suatu kajian yang bersifat
deskriptif kualitatif dan data diperoleh melalui wawancara dan
observasi di lapangan. Wawancara dilakukan kepada
narasumber yang mempunyai kompetensi di bidang kebijakan
TIK di Kota Surakarta, yaitu:
1. Pejabat Kantor Kominfo Surakarta
2. Pejabat Kantor Pelayanan Terpadu (KPT) Surakarta
Di samping data hasil wawancara, kajian ini juga
mengacu pada data sekunder yaitu dokumen tertulis yang
terkait dengan kebijakan TIK Pemerintah Kota Surakarta.
Kemudian data catatan lapangan yang diperoleh melalui
observasi lapangan, yaitu dengan melihat infrastruktur TIK
68
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
yang terpasang dan melakukan uji coba wilayah hotspot dan
penelusuran melalui akses website resmi Pemerintah Kota
Surakarta.

5. Profil Kota Surakarta


Surakarta, juga disebut Solo atau Sala, adalah kota yang
terletak di provinsi Jawa Tengah, Indonesia yang berpenduduk
503.421 jiwa (sensus penduduk 2010) dan kepadatan penduduk
13.636/km2. Kota dengan luas 44 km2 ini berbatasan dengan
Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah
utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di
sebelah timur dan barat, dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah
selatan. Nama Surakarta digunakan dalam konteks formal,
sedangkan nama Solo untuk konteks informal.
Surakarta dan kota-kota satelitnya (Kartasura, Solo
Baru, Palur, Colomadu, Baki, Ngemplak) adalah kawasan yang
saling berintegrasi satu sama lain. Kawasan Solo Raya ini unik
karena dengan luas kota Surakarta sendiri yang hanya 44 km
persegi dan dikelilingi kota-kota penyangganya yang masing-
masing luasnya kurang lebih setengah dari luas kota Surakarta
dan berbatasan langsung membentuk satu kesatuan kawasan
kota besar yang terpusat.
Solo Baru (Soba) merupakan kawasan yang dimekar-
kan, selain sebagai salah satu kota satelit dari Kota Surakarta
juga merupakan kawasan pemukiman bagi para pekerja atau
pelaku kegiatan ekonomi di kawasan Kota Surakarta. Di Solo
Baru banyak terdapat perumahan sedang dan mewah, maka
dari itu Solo Baru juga merupakan kawasan pemukiman elit.
Jika dibandingkan dengan kota lain di Indonesia, kota
Surakarta merupakan kota terpadat di Jawa Tengah dan ke-8

69
Pengembangan Surakarta Cybercity …

terpadat di Indonesia, dengan luas wilayah ke-13 terkecil, dan


populasi terbanyak ke-22 dari 93 kota otonom dan 5 kota
administratif di Indonesia.
a. Perekonomian
Solo juga memiliki banyak pasar tradisional, di
antaranya Pasar Klewer, Pasar Gedhe (Pasar Besar), Pasar
Legi, dan Pasar Kembang. Pasar Klewer merupakan salah satu
pasar tekstil terbesar di Indonesia. Pasar-pasar tradisional yang
lain menggunakan nama-nama dalam bahasa Jawa, antara lain
nama pasaran (hari) dalam bahasa Jawa: Pasar Pon, Pasar Legi,
sementara Pasar Kliwon saat ini menjadi nama kecamatan dan
nama pasarnya sendiri berubah menjadi Pasar Sangkrah. Selain
itu ada pula pasar barang antik yang menjadi tujuan wisata,
yaitu Pasar Triwindu (Pasar Windujenar) serta Pasar Keris dan
Cenderamata Alun-Alun Utara Keraton Solo.
Pusat bisnis kota Solo terletak di sepanjang jalan
Slamet Riyadi. Beberapa bank, hotel, pusat perbelanjaan,
restoran internasional, hingga tujuan wisata dan hiburan
terletak di sepanjang jalan protokol ini.

b. Industri dan Perdagangan


Solo memiliki beberapa pabrik yang mempekerjakan
karyawan dalam jumlah yang besar. Selain itu masih ada
banyak pabrik-pabrik lain di zona industri Palur. Industri batik
juga menjadi salah satu industri khas Solo.

c. Media
Ada beberapa surat kabar yang beroperasi di daerah
Solo, antara lain Solo Pos, Radar Solo (grup Jawapos), dan
Joglosemar (surat kabar Jogja, Solo, Semarang). Selain itu ada

70
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
pula puluhan stasiun radio di Solo dan sebuah televisi lokal
yang beroperasi di Solo, yaitu TA TV (Terang Abadi Televisi).

6. Konsep Cybercity
Berdasarkan asalnya, cybercity mengandung dua makna
yaitu sibernetika dan konsep dunia maya (cyber) atau internet.
Konsep sibernetika (cybernetics) pertama kali diperkenalkan
oleh Norbert Wiener pada tahun 19482. Sibernetika merupakan
studi kontrol dan komunikasi pada hewan dan mesin. Teori ini
membandingkan komunikasi mesin layaknya komunikasi antar
manusia. Meskipun teori ini dikembangkan pada waktu internet
belum dikenal, tetapi konsep sibernetika meluas dan tetap
relevan dengan perkembangan teori komunikasi pada saat ini.
Robert T Craig dalam bukunya Communication Theory
as a Field3 menulis bahwa teori cybernetic sebagai pengolahan
informasi menjelaskan bagaimana kompleksnya segala macam
sistem, apakah itu hidup atau tak hidup, makro maupun mikro,
mampu berfungsi, dan juga mengapa sering tidak berfungsi.
Terkait dengan itu, pada perkembangannya, konsep Cybercity
tidak lepas dari konsep dunia maya atau internet. Dalam pema-
haman ini, Cybercity merupakan lokus komunikasi dengan
komputer sebagai mediasi dan interaksi sosial yang terjadi.
Dalam sebuah Cybercity, maka elemen yang mem-
bentuk adalah sistem dalam masyarakat, sistem dalam
pemerintah dan sistem dalam dunia usaha/swasta. Ketiga
sistem tersebut saling berinteraksi dan saling memengaruhi dan
tetap menjaga keseimbangan agar sistem tetap berjalan stabil.
Disamping itu ada elemen penting yang mendukung
2
Sumber:http://www.colorado.edu/communication/meta-discourses/
Papers/ App_Papers/McGarry.htm
3
Robert T Craig – Communication Theory as a Field
71
Pengembangan Surakarta Cybercity …

terwujudnya Cybercity yaitu peran perguruan tinggi. Inovasi


dan hasil penelitian yang dilakukan perguruan tinggi terkait
dengan pemanfaatan TIK akan menjadi masukan penting untuk
mewujudkan Cybercity yang berwawasan lingkungan. Artinya,
Cybercity yang dikembangkan tidak menimbulkan permasalah-
an sosial, budaya dan adat-istiadat.
Pada bagian lain, arti pentingnya konsep dunia maya
terletak pada medium yang dipergunakan. Meskipun peng-
gunaan perangkat TI tidak selalu berhubungan dengan internet
dalam arti antar muka dengan komputer, misalnya ATM,
namun secara hakiki pengembangan Cybercity menuntut
seluruh elemen yang terlibat mempergunakan TIK sebagai
sarana pendukung aktivitas.
Salah satu elemen dasar Cybercity yang sudah mapan
dalam pemanfaatan TIK adalah kalangan perbankan. Hampir
semua bank saat ini sudah memanfaatkan TIK dalam setiap
transaksi maupun kegiatannya. Sebagai industri yang padat
modal, dunia perbankan tidak terlalu sulit untuk
menginvestasikan modalnya membangun infrastruktur berbasis
TIK. Kondisi itu tentunya berbeda bila melihat kenyataan yang
terjadi di masyarakat maupun lingkungan pemerintahan.
Cybercity dalam banyak hal dapat disejajarkan dengan
konsep kluster industri atau kawasan berikat, yaitu suatu
tempat atau kawasan dengan batas-batas tertentu yang
didalamnya dilakukan kegiatan usaha industri pengolahan
barang dan bahan, kegiatan rancang bangun, perekayasaan
akhir, dan pengepakan atas barang dan bahan asal impor atau
barang dan bahan dari dalam Daerah Pabean Indonesia
Lainnya (DPIL) yang hasilnya terutama untuk tujuan ekspor4.

4
http://www.beacukai.go.id/library/data/kaber2.pdf.
72
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
Keuntungan yang didapat dengan klusterisasi antara
lain punya prospek yang lebih baik untuk meningkatkan
produktivitas karena kebutuhan akan sumber daya tersedia
dekat, sehingga berbagai kebutuhan perusahaan dapat dipenuhi
secara cepat, mudah dan lebih murah. Pengelompokan usaha
akan mempersempit jurang kesenjangan karena berbagai
informasi akan lebih cepat tersebar, termasuk informasi tentang
inovasi dan produk-produk baru sehingga konsentrasi terhadap
produk akan lebih intens. Berbagai kelebihan tersebut akan
mengurangi cost yang berarti akan meningkatkan value
perusahaan.
Dalam cybercity pemanfaatan IT akan menjadi
tulangpunggung aktivitas masyarakat. Kebutuhan yang tinggi
akan kebutuhan aplikasi dan infrastruktur IT akan menarik
investor. Berkembangnya dunia usaha di suatu kawasan akan
meningkatkan perekonomian kawasan tersebut.

7. Kota Berbasis TIK (Cybercity)


Pada dasarnya cybercity merupakan pengembangan
suatu wilayah yang umumnya berada di perkotaan menjadi
suatu kota berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Pengembangan Cybercity bukan semata-mata tanggungjawab
pemerintah daerah. Tetapi pemerintah mempunyai peran
penting dan strategis sehingga arah pengembangan Cybercity
tetap memperhatikan faktor lingkungan dan mempertimbangan
tingkat pemanfaatan dan penetrasi TIK di masyarakat.
Inti dari Cybercity adalah hubungan yang terpadu
antara masyarakat, swasta dan pemerintah serta perguruan
tinggi yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Infrastruktur TIK bagi masyarakat dapat disediakan oleh

73
Pengembangan Surakarta Cybercity …

pemerintah maupun kalangan swasta. Kepentingan antara


masyarakat, swasta dan pemerintah disatukan dalam suatu
wadah virtual dengan menggunakan sistem jaringan komputer
yang terintegrasi. Kepentingan masyarakat akan layanan
publik, bisnis dan kepentingan swasta akan layanan perijinan
promosi dan bisnis bertemu dengan kewajiban pemerintah
daerah sebagai pemberi layanan publik. Pengembangan
Cybercity mempunyai prospek yang jelas bila karateristik
masyarakat dan kalangan swasta sudah berbasis TIK.
Sampai saat belum ada kota di Indonesia yang dapat
disebut sebagai cybercity dalam arti yang sesungguhnya.
Secara parsial beberapa kota dan kabupaten sudah mengarah
menjadi cybercity, seperti Kabupaten Jembrana (Provinsi Bali)
dan Kota Yogyakarta.
Banyak faktor yang menjadi kendala untuk
mewujudkan cybercity, antara lain infrastruktur TIK yang
belum dibangun, literasi TIK di masyarakat yang rendah,
komitmen pemerintah daerah dan anggaran. Hingga April
2010, dari 523 pemerintah daerah di Indonesia 440 telah
mempunyai website atau 84,13 persen5. Meskipun secara
kuantitas dapat dikatakan bahwa sebagian besar pemerintah
daerah telah memanfaatkan TIK dalam mendukung tugas-
tugasnya, namun pengembangan website milik pemerintah
daerah selama ini berjalan sendiri-sendiri sehingga kurang
mendukung pengembangan e-government secara nasional.
Dikaitkan dengan cybercity, pengembangan website
pemerintah daerah yang merupakan bagian dari implementasi
e-government menjadi sangat penting. Selain berperan sebagai
fasilitator bagi masyarakat, pemerintah mengambil peran

5
Sumber: pusdatinkomtel kemendagri
74
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
sebagai leading system dalam Cybercity. Pemerintah
mempunyai wewenang di bidang regulasi peraturan dan
perijinan yang sangat diperlukan agar pengembangan Cybercity
tidak menimbulkan permasalahan hukum.
Cybercity umumnya dikembangkan di perkotaan
mengingat wilayah tersebut mempunyai fasilitas TIK relatif
lebih lengkap dibanding wilayah pedesaan atau pinggiran.
Pusat bisnis, pendidikan dan hiburan juga banyak berkembang
di perkotaan, sehingga infrastruktur untuk mendukung berbagai
kegiatan masyarakat dan dunia usaha akan dikembangkan.
Basis bagi pengembangan Cybercity adalah masyarakat
pengetahuan, bisnis dan pelayanan publik. Masyarakat
perkotaan relative lebih tinggi tingkat pendidikannya dan
mempunyai tingkat sosial dan ekonomi lebih baik dibanding
masyarakat perdesaan.
Struktur sosial dan ekonomi masyarakat merupakan
pertimbangan utama dalam investasi dunia usaha, apa core
bisnis, seberapa besar market yang mampu dikuasai adalah
faktor yang diperoleh setelah melihat struktur sosial-ekonomi
masyarakat. Bisnis yang memanfaatkan TIK merupakan
elemen penting dalam Cybercity. Di samping infrastruktur TIK
dan kondisi sosial-ekonomi masyarakat, daya tarik lain yang
mampu mendorong investor adalah stabilitas dan regulasi.
Stabilitas bukan hanya pada bidang politik, tetapi kondisi
masyarakat yang terkait erat dengan budaya dan adat istiadat.
Pemerintahan yang stabil merupakan prasyarat penting guna
menghasilkan kebijakan yang mampu mendorong pertumbuhan
investasi.
Cybercity dalam taraf tertentu akan memberi
kesempatan pada dunia usaha untuk lebih banyak bertransaksi

75
Pengembangan Surakarta Cybercity …

melalui internet atau pemanfaatan TIK yang lain. Strategi


bisnis melalui internet entry barrier-nya sangat rendah,
sehingga medium ini semakin banyak dilirik sebagai sarana
pemasaran dan penjualan produk. Di samping itu bisnis melalui
internet menjanjikan keberhasilan. Network effect6) adalah
konsep yang dapat menjelaskan kenapa bisnis melalui internet
lebih menjanjikan dan entry barrier-nya sangat rendah.
Network effect adalah konsep yang pertama kali diperkenalkan
oleh Robert Metcalfe lewat dalil yang dikenal dengan
Metcalfe’s Law, dia mengatakan bahwa nilai suatu jaringan
akan bertambah secara eksponensial dengan bertambahnya
anggota jaringan. Artinya, setiap penambahan satu anggota
dalam jaringan, semua anggota akan mendapatkan manfaat.
Keterlibatan unsur perguruan tinggi dalam pengem-
bangan Cybercity akan menjadi unsur penyelaras. Melalui
kegiatan riset akan dapat diketahui tingkat literasi masyarakat
terhadap TIK, aplikasi yang dibutuhkan dengan segera, jenis
konseksitas yang akan dipergunakan, ruang publik strategis dan
faktor lain yang dibutuhkan. Keberadaan perguruan tinggi,
terutama yang mempunyai program studi TIK dalam suatu
kawasan Cybercity menjadi elemen penting dan tidak dapat
ditinggalkan.

8. Kajian Surakarta Menuju Cybercity


Berdasarkan konsep yang banyak dipraktekan, maka
pengembangan Cybercity harus mengedepankan kebijakan
pengelolaan TIK secara menyeluruh. Artinya TIK menjadi
bagian yang tidak terpisahkan di pemerintah daerah dalam
mendukung tugas pemerintahan dan pelayanan publik. Prioritas

6
http://www.itpin.com/blog/ebay-amazon-google/
76
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
penguatan pemanfaatan TIK harus seimbang antara lingkungan
pemerintah dan masyarakat.
Pembangunan infrastruktur di kalangan swasta selama
ini sudah berjalan dan pemerintah berperan sebagai fasilitator.
Meskipun demikian kemudahan yang diberikan pemerintah
untuk mendukung pengembangan infrastruktur TIK swasta
sangat penting. Misalnya melalui transparansi perijinan, hal itu
merupakan salah satu point penting guna mendorong minat
dan peran aktif sektor swasta.

a. Kesiapan Pemerintah Kota Surakarta


Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta dibidang TIK
selama ini memberi porsi lebih besar kepada kepentingan
masyarakat, artinya masyarakat diberi peran dan merupakan
subyek dalam pemanfaatan TIK. Kemandirian masyarakat
dibidang TIK difasilitasi oleh pemerintah dengan membangun
sarana akses internet (hotspot) dan mendirikan Taman Cerdas
di sejumlah lokasi. Melalui program tersebut diharapkan
literasi masyarakat terhadap TIK akan semakin meningkat.
Fasilitas TIK yang disediakan dan telah dibangun oleh
Pemerintah Kota Surakarta adalah hot-spot diseluruh kelurahan
dan beberapa kawasan publik kemudian pembangunan Taman
Pintar disejumlah kawasan yang mayoritas penduduknya
kurang mampu secara ekonomi.

77
Pengembangan Surakarta Cybercity …

Tabel 3
Lokasi Hot-Spot di Kota Surakata

Lokasi Hotspot Lokasi Hotspot Ruang


No. No.
Kecamatan Publik
1. Laweyan di 11 1.
Kawasan Ngarsopuro
kelurahan
2. Serengan di 7 2.
GOR Manahan
kelurahan
3. Pasar Kliwon di 9 3.
Plaza Sri Wedari
kelurahan
4. Jebres di 11 4.
Taman Balekambang
kelurahan
5. Banjarsari di 13
kelurahan
Sumber: Dinas Kominfo Kota Surakarta (2010)

Pembangunan hot-spot disemua kelurahan di Kota


Surakarta dimaksudkan untuk mendekatkan TIK kepada
masyarakat dan aparat pemerintah di kelurahan. Aparat
pemerintah di tingkat kelurahan secara bertahap dikondisikan
memahami fasilitas TIK. Pemerintah sebagai leading system
dalam pengembangan Cybercity dituntut mempunyai aparat
yang familier terhadap TIK.
Di samping fasilitas bagi masyarakat umum, beberapa
aplikasi TIK telah diimplementasikan dan mendukung kinerja
Pemkot Surakarta di beberapa instansi.

78
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

Tabel 4
Aplikasi yang Terpasang Di Lingkungan Pemkot Surakarta

Instansi Aplikasi Deskripsi Status


digunakan
Sistem Informasi connect via
seluruh
Kesehatan WIFI ke DKK
Puskesmas
Dinas
digunakan
Kesehatan Sistem Informasi connect via
seluruh
(DKK) Tenaga Kesehatan WIFI ke DKK
Puskesmas
Connect via
Sistem informasi digunakan DKK
Internet Ke
Kesehatan dan Departemen
Departemen
Nasional Kesehatan
Kesehatan
Digunakan
Sistem Informasi tidak
Dinas seluruh instansi
Keuangan Daerah terkoneksi
Pendapatan,Pe Pemkot
ngelolaan Manual Digunakan connect via
Keuangan dan Pendapatan seluruh cabang WIFI Ke
Aset (DPPKA) Daerah DPPKA DPPKA
Digunakan
Sistem Informasi tidak
seluruh instansi
Barang Daerah terkoneksi
Pemkot
Dinas
Kependudukan
Sistem Digunakan Connect via
dan Catatan
Administrasi seluruh WIFI ke
Sipil
Kependudukan kecamatan Dispendukcapil
(Dispendukcap
il)
Digunakan
Badan Rencana Kerja tidak
seluruh instansi
Perencanaan Daerah terkoneksi
Pemkot
Daerah
Digunakan oleh connect via
(Bapeda) Aplikasi Data
Dinas WIFI Ke
Kemiskinan
Pendidikan, Bapeda
Dinas Kesehatan,
79
Pengembangan Surakarta Cybercity …
Dispendukcapil,
KPT
Sistem informasi Connect Via
Digunakan KPT
Kantor Pelayanan LAN KPT
Pelayanan Verifikasi digunakan KPT
tidak
Terpadu Bantuan dan Dinas
terkoneksi
(KPT) Pendidikan (BPM) Pendidikan
Verifikasi
digunakan KPT connect via
Bantuan
dan DKK LAN
Kesehatan(PKMS)
Sumber: Dinas Kominfo Kota Surakarta (2010)

Aplikasi TIK di instansi Pemkot Surakarta bukan di


titik beratkan pada pelayanan publik, tetapi lebih bersifat ke
dalam. Hal ini dapat dilihat pada pengguna aplikasi yang
seluruhnya merupakan instansi di lingkungan pemerintahan.
Kebijakan pengembangan aplikasi yang digunakan secara
internal pada satu sisi memang dapat mendukung kinerja
pemerintah, namun pada sisi yang lain kurang mendukung
peningkatan pelayanan publik.

80
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

Table 5
Lokasi Taman Pintar di Kota Surakarta

No. Kelurahan Kecamatan


1. Pajang Laweyan
2. Kadipiro Banjarsari
3. Sumber Banjarsari
4. Mojosongo Jebres
5. Gandekan Jebres
6. Joyotakan Serengan
Sumber: Dinas Kominfo Kota Surakarta (2010)

Pembangunan Taman Pintar merupakan upaya


Pemerintah Kota Surakarta mendekatkan TIK kepada
masyarakat. Kebijakan ini merupakan langkah nyata penetrasi
TIK ke masyarakat. Selama ini masyarakat kurang mampu
(pra-sejahtera) dinilai masih sangat kurang akses informasinya.
Masyarakat ini belum tersentuh teknologi internet, hanya
mengandalkan siaran televisi atau radio sebagai media
informasi dan hiburan di samping surat kabar. Dalam banyak
hal informasi melalui media televisi, radio atau surat kabar
sering mengalami distorsi karena adanya kebijakan redaksional
dimasing-masing pengelola media. Internet merupakan media
alternative yang berisi informasi dari berbagai sumber sehingga
masyarakat akan memperoleh informasi secara berimbang dan
luas.
Taman Pintar merupakan sarana pembelajaran TIK di
samping tempat akses internet bagi masyarakat. Program
Taman Pintar menunjukkan kepedulian Pemerintah Kota
Surakarta kepada masyarakat yang selama ini terpinggirkan.
Literasi masyarakat terhadap TIK menjadi semakin penting

81
Pengembangan Surakarta Cybercity …

dalam rangka pengembangan Cybercity. Bagi sebagian besar


masyarakat prasejahtera kepemilikan fasilitas untuk mengakses
internet bukan suatu prioritas, namun peluang untuk mengakses
dan memahami cara berselancar di internet tidak berbeda
dengan masyarakat lainnya. Tujuan Taman Pintar adalah agar
masyarakat prasejahtera paham internet dan menggunakannya
untuk mendukung kegiatannya.
Pemerintah Kota Surakarta juga membangun titik-titik
hotspot disejumlah lokasi strategis. Melalui kebijakan ini
diharapkan masyarakat memperoleh kemudahan mengakses
internet. Fasilitas hotspot diperuntukkan bagi masyarakat kelas
menengah ke atas yang membawa perangkat komputer/laptop
sendiri untuk mengaksesnya.
b. Keberadaan Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi merupakan elemen penting dalam
rangka pengembangan cybercity. Di Kota Surakarta terdapat
sekitar 13 perguruan tinggi/akademi yang mempunyai program
studi bidang komunikasi dan informatika.

Table 6
Perguruan Tinggi Jurusan Komunikasi Informatika
di Surakarta
No. Nama PT dan Alamat Jurusan
Akademi Manajemen
1. Informasi dan Komunikasi/ Jl. Manajemen Komunikasi
A. Yani 181 Solo
Universitas Sebelas Maret / Jl  Ilmu Komunikasi
2. Ir Sutami No. 36 Kentingan,  Desain komunikasi Visul
Solo  Teknik Informatika
Universitas Boyolali/ Jl  Teknik Informatika
3.
adisucipto No. 170, Solo  Ilmu Komunikasi

82
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
Politeknik Pratama Mulia / Jl.
 Teknik Komputer
4. Harjo Panular No. 18
 Manajemen Informatika
Surakarta
 Ilmu Komunikasi
Universitas Sahid Surakarta /
5.  Desain komunikasi Visul
Jl. Adisucipto No. 154
 Teknik Informatika
6. STMIK Duta Bangsa / Jl.  Sistem Infomasi
Bhayangkara No. 55  Manajemen Informas
Surakarta  Teknik Informatika
7 Universitas Slamet Riyadi /
Jl. Sumpah Pemuda No. 18 Ilmu Komunikasi
Banjarsari, Surakarta
8. STMIK AUB Surakarta / Jl.  Sistem Komputer
MW. Maramis No. 29  Sistem Komunikasi
Cengklik Surakarta  Teknik Komputer
9. Universitas Kristen Surakarta
/ Jl RW Monginsidi No. 36- Teknik Informatika
38 Surakarta
10.  Teknik Informatika
 Sistem Komunukasi
Universitas Surakarta / Jl.
 Ilmu Komunikasi
Raya Palur Km 5 Surakarta
 Teknik Informatika
 Teknik Komputer
11. Politeknik Indonusa Surkarta
 Manajemen Informatika
/ Jl. KH. Samanhudi No. 31
 Komunikasi Massa
Surakarta
12. Akademi Seni dan Desain
Indonesia / Jl. Slamet Riyadi Desain komunikasi visual
No. 158 Surakarta
13. Amik Harapan Bangsa
Surakarta / Jl. Pakel Sumber, Manajemen Informatika
Surakarta
Sumber: website dikti go id dan observasi langsung
83
Pengembangan Surakarta Cybercity …

Keberadaan perguruan tinggi/akademi yang membuka


jurusan komunikasi dan informatika menunjukkan minat
masyarakat kota Surakarta terhadap program studi ini cukup
tinggi. Kekayaan kaum intelektual bidang TIK yang ada di
masyarakat Surakarta merupakan modal penting guna
mendukung pengembangan Cybercity. Kerjasama pemerintah
dengan perguruan tinggi dibidang riset dan pengembangan TIK
merupakan potensi yang harus dipelihara dan ditingkatkan,
sehingga ke depan akan muncul inovasi dan ide kreatif yang
dapat dimanfaatkan untuk tujuan bersama, khususnya bagi
pengembangan Kota Surakarta.
Disamping lembaga pendidikan yang menghasilkan
tenaga-tenaga pengembang TIK, maka komunitas yang
concern terhadap perkembangan dan manfaat TIK sangat
penting. Komunitas TIK merupakan kelompok masyarakat
yang mempunyai minat modifikasi dan pengembangan
software dan inovasi aplikasi TIK. Perkembangan TIK perlu
diantisipasi agar pengembangan Cybercity selalu selaras dan
tidak mengalami hambatan dikemudian hari. Pemerintah
mempunyai peran penting untuk menyatukan berbagai tenaga
potensial TIK agar keberadaan komunitas ini mempunyai nilai
tambah bagi pengembangan Cybercity maupun komunitas itu
sendiri.
Pada dasarnya inovasi dan perkembangan bidang TIK
tidak dapat lepas dari persaingan perusahaan penghasil
perangkat TIK, baik software maupun hardware-nya. Inovasi
yang dilakukan satu perusahaan akan mengakibatkan reaksi
dari perusahaan lainnya untuk melakukan hal yang sama,
bahkan lebih baik lagi. Persaingan yang sangat ketat
mengakibatkan aplikasi TIK rentan terhadap ketertinggalan
(out of date). Hal inilah yang menjadi salah satu sebab
84
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
implementasi TIK menjadi mahal, karena harus sering
diperbaharui atau disesuaikan.
Pemerintah Kota Surakarta dalam upaya menekan biaya
telah menjalin kerjasama dengan kalangan swasta. Hal itu
direalisir pada pengembangan Taman Pintar yang berkerjasama
dengan salah satu provider. Kerjasama ini menguntungkan
kedua belah pihak (Pemkot Surakarta dan Swasta). Secara
ekonomis pemerintah tidak perlu mengeluarkan biaya yang
cukup besar, sedangkan pihak swasta mengambil manfaat dari
promosi produknya.

c. Peran serta Swasta


Swasta merupakan elemen yang tidak boleh diabaikan
dalam pengembangan Cybercity. Peran swasta di sini tidak
selalu berorientasi komersil, tetapi peran non-komersil dewasa
ini justru menjadi faktor yang penting. Keberhasilan swasta
mengambangkan bisnis harus tetap disertai dengan tanggung
jawab terhadap lingkungan dan masyarakat atau yang dikenal
dengan Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung
jawab sosial perusahaan.
Pengertian CSR itu sendiri adalah suatu konsep bahwa
organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan
memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan,
pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala
aspek operasional perusahaan7. Konsep CSR sejalan dengan
arah dan tujuan Cybercity, terutama dalam aspek orientasi
perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan dalam
wujudnya merupakan perobahan orientasi dari semata-mata

7
http://id.wikipedia.org/wiki/Tanggung_jawab_sosial_perusahaan (akses
2/6/2011)
85
Pengembangan Surakarta Cybercity …

keuntungan perusahaan atau pemilik modal menjadi


keuntungan yang dinikmati oleh stakeholders atau pemangku
kepentingan.
Keterkaitan antara Cybercity dengan program CSR
dapat dilihat dari arti pentingnya kehadiran dunia usaha bagi
masyarakat dan lingkungan sosial. Cybercity menawarkan
keterbukaan dan akses informasi yang luas, hal ini merupakan
faktor penting bagi perusahaan untuk lebih memahami
lingkungan, sehingga program kegiatan perusahaan dapat
diselaraskan dengan tujuan yang memberi manfaat tidak hanya
bagi perusahaan tetapi juga lingkungan sosialnya. Salah satu
contoh pelaksanaan CSR di Indonesia adalah program air
bersih di Nusa Tenggara Timur yang disponsori oleh
perusahaan penghasil air minum mineral.
Informasi terhadap kegiatan perusahaan yang terkait
dengan CSR dapat disampaikan lewat internet melalui website,
sehingga masyarakat dapat mengetahui apa yang telah
dilakukan dunia usaha. Lebih dari itu, melalui website juga
dapat dilakukan komunikasi dua arah. Kelebihan website
sebagai medium komunikasi perusahaan antara lain, tepat
waktu (timely), artinya perusahaan dapat mengatur kapan
informasi dan komunikasi mengenai program CSR perusahaan
akan dilakukan.
Informasi segera tersedia (realtime), yaitu tidak perlu
menunggu publikasi secara manual seperti laporan bulanan,
semester atau tahunan untuk dapat diketahui masyarakat.
Komunikasi bersifat massal dan global dapat
menjangkau berbagai stakeholdres, kelebihan ini bagi perusa-
haan akan menghemat waktu dan biaya, sebab informasi yang
dibutuhkan stakeholders dapat secara lengkap dilihat ataupun
diunduh (download).
86
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
Komunikasi dua arah (email, forum diskusi, mai- list
dan buletin boards), melalui komunikasi dua arah akan terjalin
hubungan yang intens untuk meningkatkan kerjasama bisnis
maupun hubungan lain yang saling menguntungkan antara
perusahaan dengan stkaeholders. Di samping itu, website juga
mempunyai kelebihan dalam penampilan dan penyajian data
melalui image yang lebih menarik. Fasilitas pencarian atau
search engine dan tautan (hyperlink) menjadikan website
sangat efektif untuk mencari informasi tentang program SCR
perusahaan.
Sebagai kota perdagangan dan industri, eksistensi
swasta mutlak diperlukan. Pemerintah Kota Surakarta telah
menjalin kerjasama dengan kalangan swasta, salah satunya
dalam program pengembangan Taman Pintar. Kalangan
swasta, seperti perbankan, perhotelan telah mengembangkan
dan memanfaatkan TIK dalam mendukung kegiatannya.
Beberapa hotel berbintang sebagian besar telah memasang
fasilitas hotspot yang dapat diakses disetiap kamar atau tempat
tertentu. Demikian juga beberapa restoran atau café
menyediakan fasilitas hotspot bagi pengunjungnya. Meskipun
masih dikatakan embrio, tetapi kesiapan yang dilakukan
kalangan swasta untuk mendukung Cybercity sangat penting
artinya.
Keterbatasan yang dimiliki pemerintah baik anggaran,
SDM dan fasilitas menuntut peran serta swasta yang lebih
besar. Pada negara maju pengembangan Cybercity dimulai
dengan membangun suatu kawasan yang secara khusus
diperuntukan untuk menampilkan, memeragakan dan
mengkomersilkan teknologi, atau yang populer disebut
technopark. Pengembangan technopark umumnya dilakukan

87
Pengembangan Surakarta Cybercity …

oleh swasta, misalnya yang ada di Silicon Valley dekat


Universitas Stanford California AS. Silicon Valley merupakan
kawasan yang memiliki perusahaan berteknologi tinggi (high
tech) dengan ratusan ribu pekerja dan omzet jutaan dollar
perhari8.
Inisiatif pembangunan technopark di negara-negara
berkembang, seperti Indonesia lebih banyak datang dari
pemerintah (daerah). Komitmen pemimpin daerah menjadi
begitu penting dalam pengembangan TIK termasuk
pembangunan technopark. Pemerintah Kota Surakarta saat ini
sudah mengembangkan technopark dengan nama Solo
Technopark (STP) meski pembangunannya belum sepenuhnya
selesai. Melalui Solo Technopark akan terwujud triple helix,
yaitu suatu hubungan sinergis antara swasta, pemerintah dan
akademisi. STP merupakan kawasan pendidikan, pelatihan dan
promosi berbagai industri, termasuk unit IT dan elektronik.
Keberadaan STP menjadi nilai tambah bagi perkembangan
Cybercity mengingat potensi munculnya inovasi dalam
pengembangan aplikasi TIK semakin terbuka. Ke depan Solo
Technopark sebagai pusat fasilitas IT, vokasi dan inovasi
diharapkan segera terwujud, dengan dukungan dan sinergi
antara pemerintah pusat dan daerah, industri, dan akademis9.
Solo Technopark dengan visinya “Memberikan
pelayanan superior dengan kualitas terjamin sesuai standar
internasional dalam bidang pendidikan dan industri, untuk
mendorong terwujudnya pembangunan daerah berbasis
inovasi dan ekonomi berkelanjutan. Menjadi pusat interaksi
terkini antara budaya, teknologi dan pendidikan vokasi di

8
http://openstudy.wikispaces.com/techno+park
9
http://www.solotechnopark.com
88
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
Indonesia. Menciptakan dan menjalin hubungan strategis
nasional dan internasional dalam peluang kerjasama di masa
depan” tidak hanya fokus pada kegiatan pelatihan dan
pendidikan, tetapi sesuai dengan konsep technopark yaitu
sebagai kawasan industri teknologi masa depan. Untuk itu
fasilitas dan infrastruktur perlu dipersiapkan dan dibangun.
Dalam kaitan ini peran pemerintah sebagai fasilitator menjadi
sangat penting dan strategis karena daya tarik investor untuk
masuk ke STP salah satunya ditentukan oleh kelengkapan
fasilitas dan infrastrukturnya.

d. Masyarakat Berbasis Pengetahuan


Membangun Cybercity adalah mewujudkan masyarakat
berpengetahuan, artinya tujuan akhir yang akan dicapai melalui
Cybercity adalah masyarakat yang sejahtera dan tujuan itu akan
dapat tercapai bila masyarakat menguasai pengetahuan.
Merujuk pada era yang saat ini sedang berlangsung, maka
informasi menjadi sesuatu yang sangat penting, siapa
menguasai informasi akan menguasai pengetahuan dan
memenangkan persaingan.
Integrasi TIK dalam setiap sendi kehidupan
masyarakat, pemerintahan dan kegiatan dunia usaha
merupakan cara yang tepat untuk membudayakan penggunaan
TIK di seluruh lapisan masyarakat. Melalui cara ini akan
terwujud suatu masyarakat yang berbasis pengetahuan sebagai
langkah menuju ke persaingan global. Mengembangkan
Cybercity berarti secara sistematis membangun masyarakat
informasi menuju masyarakat berbasis pengetahuan.
Masyarakat yang berbasis pengetahuan hanya dapat
terwujud melalui pemberdayaan informasi. Artinya, informasi

89
Pengembangan Surakarta Cybercity …

menjadi salah satu sumberdaya penting yang dapat mendukung


kegiatan manusia serta untuk meningkatkan kualitas hidup.
Untuk itu pemanfaatan teknologi merupakan salah satu cara
yang tepat, agar informasi lebih berdaya guna dan berhasil
guna.
Tantangan besar yang dihadapi Indonesia saat ini
adalah masih rendahnya penetrasi TIK di masyarakat. Sebagai
gambaran kepemilikan komputer dan akses internet keluarga di
Indonesia masih tergolong rendah, meskipun dilihat dari sisi
pertumbuhannya cukup signifikan. Hingga tahun 2011
berbagai data menunjukkan perusahaan peranti lunak masih
sejumlah 300, pengembang profesional sebanyak 47 ribu,
penetrasi PC ke penduduk baru 5%, tingkat pembajakan
software mencapai 85% dan belanja TIK negara dibandingkan
PDB masih 0,08%. Namun pada sisi yang lain jumlah
kepemilikan ponsel sudah mencapai 66 persen dari populasi
penduduk Indonesia. Bahkan pada tahun 2015 diprediksi akan
mencapai 105 persen atau melebihi populasi penduduk.10
Penggunaan handphone yang sangat tinggi di
masyarakat dapat menjadi langkah awal yang baik bagi
pengembangan Cybercity ke depan. Perangkat handphone
berkembang secara pesat tidak hanya dipergunakan sebagai
alat komunikasi (telepon dan sms), tetapi juga untuk akses
internet dengan berbagai fitur yang tersedia. Meskipun diakui
bahwa dampak negatif dari handphone yang dilengkapi fitur
multi media masih menjadi kekuatiran seluruh pihak.

10
Ananta Gondomono, Academic Manager Microsoft Indonesia, http://
managementfile.com/journal.php?id=1361&sub=journal&awal=650&pa
ge=ict
90
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
Dari perannya, TIK dapat diklasifikasikan menjadi 4
tahap, yaitu11:

Gambar 7
Pentahapan Peran TIK

Pada awalnya peran TIK sebatas automasi tugas-tugas,


yaitu perobahan dari cara manual menjadi digital atau
otomatisasi. Pada tahap ini TIK dipergunakan untuk pembuatan
dokumen kerja, surat menyurat, pembuatan data base.
Pembuatan grafis dan visual untuk presentasi, desain, gambar
kerja dll. Juga untuk transfer dan pengiriman data secara
elektronik. Automasi di lingkungan Pemkot Surakarta sudah
berjalan, pemanfaatan komputer dan perangkat pendukungnya
sudah menjadi alat kerja sehari-hari. Demikian juga sebagian
masyarakat sudah familier dengan perangkat komputer untuk
membantu aktivitasnya. Saat ini keberadaan komputer bukan
lagi barang asing bagi masyarakat Surakarta juga masyarakat di
kota besar lainnya.
Tahap berikut adalah integrasi, dalam hal ini
menggabungkan beberapa proses dan mekanisme beserta SDM
pendukungnya dalam sebuah kesatuan utuh. Tujuan integrasi
adalah membangun atau mewujudkan layanan baru,

11
Modul E-Government – Bimtek Sertifikasi Kompetensi Dasar CIO –
Kemkominfo, UI, ITB, UGM dan ITS
91
Pengembangan Surakarta Cybercity …

meningkatkan efisiensi, dan menyediakan secara cepat


informasi yang dibutuhkan untuk dipergunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan. Dalam lingkungan pemerintahan
integrasi dapat dilihat dalam Sistem Pelayanan Satu Pintu.
Kota Surakarta sejak tanggal 5 Desember 2005
mengoperasikan Pelayanan Satu Pintu (one stop service).
Pelayanan ini diselenggarakan di Kantor Pelayanan Perijinan
Terpadu (KPPT). Jenis ijin yang dilayani terdiri dari 21
macam, yaitu:
Tabel 7
Jenis Ijin Kantor Pelayanan Terpadu Kota Surakarta

Pelayanan satu pintu merupakan perobahan bentuk


pelayanan yang semula tersebar di banyak SKPD dijadikan
satu pintu pelayanan. Secara teknis pelayanan satu pintu bukan
fokus pada pemanfaatan TIK, tapi penyederhanaan mekanisme
pelayanan.
Tahap berikut adalah Enabler yaitu mewujudkan
sesuatu yang sebelumnya belum pernah ada atau menciptakan
hal baru. Pada tahap ini TIK dimanfaatkan untuk menciptakan
inovasi, sehingga menghasilkan cara, mekanisme atau metode

92
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
baru dalam berbagai aktivitas manusia. Misalnya penggantian
KTP menjadi e-KTP merupakan bentuk enabler karena KTP
model baru ini tidak hanya sekedar bukti identitas, tetapi
mempunyai chip yang menyimpan data lengkap pemegangnya.
e-KTP belum diimplementasikan di Surakarta dan pengurusan
KTP selama ini masih manual dengan proses berjenjang dari
tingkat RW hingga kecamatan.
Pada tahap akhir atau transformer, TIK sudah menjadi
budaya dan dipergunakan dalam seluruh aktivitas manusia
dimanapun, kapanpun dan siapapun. Dalam tahap ini seluruh
tatanan yang berhubungan dengan pemerintahan, sosial-
kemasyarakatan, ekonomi, hukum dan lain lain sudah
terhubung (terkoneksi).
Pentahapan peran TIK dalam implementasinya akan
selaras dengan penetrasi dan pemahaman masyarakat terhadap
TIK. Peningkatan penetrasi TIK harus diimbangi dengan
literasi masyarakat terhadap TIK, artinya masyarakat harus
dikondisikan menjadi melek TIK. Hal ini bukan sesuatu yang
mudah, murah dan instan. Pembangunan infrastruktur yang
lengkap akan sia-sia bila masyarakat belum siap menerimanya.
Melek TIK di sini bukan saja mampu mengopersikan perangkat
TIK, tetapi harus memahami pemanfaatannya dan menjadikan
TIK sebagai bagian dari kegiatan masyarakat yang memberi
nilai tambah (value added) dalam berbagai aspek kehidupan.
Menurut UNESCO pemanfaatan TIK dapat
12
diklasifikasikan menjadi empat tahap , yaitu:

12
http://www.wtvi.com/teks/integrate/tcea2001/powerpointoutline.pdf
93
Pengembangan Surakarta Cybercity …

Gambar 8
Pentahapan Pemanfaatan TIK

Tahap emerging merupakan tahap pengenalan dan


penyadaran akan pentingnya TIK, tapi belum ada upaya untuk
menggunakannya. Applying selangkah lebih maju, yaitu TIK
telah dipergunakan tapi hanya sebatas alat bantu. Tahap
integrating adalah suatu tahap integrasi TIK dalam berbagai
kegiatan, dalam hal ini TIK menjadi bagian penting dalam
berbagai aktivitas. Adapun transforming merupakan tahap
ideal dimana TIK telah menjadi faktor penentu bagi
keberhasilan suatu aktivitas atau eksistensi suatu
organisasi/masyarakat.
Menuju masyarakat berbasis pengetahuan diawali
dengan munculnya masyarakat informasi, yaitu masyarakat
yang menjadikan informasi sebagai faktor penting dalam
mendukung aktivitas keseharian. Cybercity merupakan konsep
yang salah satu tujuan utamanya adalah mewujudkan
masyarakat informasi menuju masyarakat berbasis
pengetahuan.
Permasalahan yang mengemuka saat ini dan juga
dihadapi oleh masyarakat Kota Surakarta adalah tingkat literasi
informasi masyarakat yang relatif masih rendah. Tingkat
penetrasi TIK yang tinggi tidak serta merta menjadikan literasi
informasi masyarakat juga tinggi. Secara umum penetrasi TIK
masyarakat Indonesia baru tahap applying, yaitu perangkat TIK
(handphone, komputer) baru digunakan sebatas alat bantu
untuk berkomunikasi dan bekerja. Pemanfaatan TIK untuk
mendukung akses informasi seluas-luasnya merupakan salah
94
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
satu faktor penting dalam Cybercity, dan hal itu perlu
dimasyarakatkan sehingga melek informasi dapat terwujud
dalam arti sebenarnya.
Terdapat beberapa definisi literasi informasi, dalam
kajian ini digunakan pengertian dari American Library
Association (ALA) yaitu sebagai kemampuan untuk mengakses,
mengevaluasi, mengatur, dan menggunakan informasi dari
berbagai sumber13. Dalam konteks ini pemahaman yang lebih
dalam tentang bagaimana dan di mana untuk menemukan
informasi, kemampuan untuk menilai apakah informasi itu
bermakna atau tidak, dan akhirnya memilih cara terbaik agar
informasi dapat dipergunakan sebagai bahan pengambilan
keputusan dan dimanfaatkan untuk membantu mengatasi
permasalahan.
Pemahaman literasi informasi tersebut menyiratkan
bahwa memperoleh informasi seluas-luasnya merupakan hak
setiap warga, tetapi belum tentu seluruh informasi yang ada
bermanfaat. Kearifan masyarakat dalam mengakses, menyikapi
dan menggunakan informasi sangat esensial mengingat saat ini
masyarakat dikelilingi oleh arus informasi yang sangat
banyak, dan tidak sedikit informasi yang bias dan
menyesatkan.
Literasi informasi juga berarti masyarakat memahami
kedudukannya sebagai warga yang ikut bertanggung jawab dan
ikut secara aktif memberi masukan kepada pemerintah melalui
saluran yang ada, sehingga kebijakan yang dikeluarkan
pemerintah merupakan kebijakan yang pro- masyarakat. Dalam
Cybercity dengan fasilitas TIK yang sudah memadai,

13
http://www.libraryinstruction.com/infolit.html
95
Pengembangan Surakarta Cybercity …

mewujudkan masyarakat yang melek informasi semakin


mudah.
Kota Surakarta mempunyai 13 universitas/perguruaan
tinggi yang membuka program yang terkait dengan TIK, hal
ini dapat mengindikasikan masyarakat yang sudah mengenal
TIK secara kuantitatif sudah cukup memadai atau paling tidak
dapat dikatakan bahwa minat masyarakat terhadap bidang TIK
relative cukup tinggi. Kebijakan TIK Pemkot Surakarta yang
membangun infrastruktur berupa fasilitas hotspot gratis di
beberapa titik strategis menggambarkan bahwa fasilitas
tersebut memang dinilai perlu dan akan diapresiasi oleh
masyarakat. Kemudian pengembangan Taman Pintar di
wilayah “kantong miskin” dapat diasumsikan bahwa
masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi dinilai dapat
diberdayakan sehingga mampu dan mau menggunakan TIK
untuk meningkatkan kehidupan mereka.

9. Penutup
Secara konseptual pengembangan Cybercity di
Surakarta sudah mulai nampak meskipun masih merupakan
titik awal. Ke depan keberlanjutan pengembangannya akan
sangat tergantung pada komitmen Pemerintah Kota Surakarta
selaku leading system. Keberhasilan Pemerintah Kota
Surakarta mengintegrasikan layanan pemerintah dengan
aktivitas dunia usaha, kepentingan masyarakat dan dukungan
sektor akademisi merupakan kunci sukses Cybercity.
Pengembangan Cybercity merupakan konsekuensi dari
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan akses informasi dan
perkembangan cara berkomunikasi yang didukung oleh
teknologi. Selain itu perkembangan global yang menuntut
transparansi dan kecepatan dalam berbagai aktivitas manusia
96
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
juga menjadi faktor yang sangat mendasar bagi terwujudnya
Cybercity. Cybercity didukung oleh 4 elemen dasar, yaitu
pemerintah, dunia usaha, masyarakat dan akademisi.
Pemerintah berperan sebagai fasilitator dan penggerak utama
melalui instrument yang dimilikinya. Pada bagaian lain, dunia
usaha, masyarakat dan akademisi sesuai perannya masing-
masing aktif mendukung dan melakukan upaya yang bersifat
konstruktif, produktif dan inovatif.
Peran pemerintah sebagai penggerak utama bukan
berarti bahwa pengembangan Cybercity hanya bersifat top-
down, tetapi elemen diluar pemerintah dituntut aktif agar
pengembangan berjalan secara serasi. Artinya Cybercity akan
dapat berkembang dengan baik apabila terjalin kerjasama top-
down dengan bottom-up, antara pemerintah dengan ke 3
elemen yang lain.
Pemerintah Kota Surakarta sudah memulai dengan
mengeluarkan kebijakan dan pembangunan fisik infrastruktur
TIK, masyarakat sudah mulai aktif memanfaatkannya, dunia
usaha di Surakarta banyak yang memanfaatkan TIK untuk
mendukung usahanya dan dunia pendidikan mulai
menghasilkan SDM yang mempunyai basic TIK. Kesemuanya
merupakan modal penting guna mewujudkan Cybercity ke
depan guna kesejahteraan masyarakat Kota Surakarta.

97
Pengembangan Surakarta Cybercity …

10. Daftar Bacaan

Ananta Gondomono, Academic Manager Microsoft Indonesia


Robert T Craig, Communication Theory as a Field
http://www.colorado.edu/communication/meta-
discourses/Papers/App_Papers/
McGarry.htm
http://www.beacukai.go.id/library/data/kaber2.pdf
__________________ pusdatinkomtel kemendagri
http://www.itpin.com/blog/ebay-amazon-google/
http://id.wikipedia.org/wiki/Tanggung_jawab_sosial_perusahaa
n (akses 2/6/2011)
http://openstudy.wikispaces.com/techno+park
http://www.solotechnopark.com
http://managementfile.com/journal.php?id=1361&sub=journal
&awal=650&page=ict
Modul E-Government – Bimtek Sertifikasi Kompetensi
Dasar CIO –
Kemkominfo, UI, ITB, UGM dan ITS
http://www.wtvi.com/teks/integrate/tcea2001/powerpointoutlin
e.pdf http://www.libraryinstruction.com/infolit.html

98
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

Oleh :
Emmy Poentarie1

Pendahuluan
Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi
(Information and Communication Technologi - ICT) dewasa
ini telah berkembang begitu pesat. Pada dasarnya teknologi ini
merupakan gabungan dua jenis teknologi yang membentuknya
yakni teknologi komunikasi dan teknologi informasi.
Pengertian teknologi komunikasi yang mengacu pada definisi
Rogers adalah peralatan perangkat keras dalam sebuah struktur
organisasi yang mengandung nilai-nilai sosial, yang
memungkinkan setiap individu mengumpulkan, memproses,
dan saling mempertukarkan informasi dengan individu-
individu lain2. Adapun teknologi informasi menurut Richard
Weiner lebih merupakan instrumen teknologis yang berguna
untuk memproses, mengolah dan menyebarkan data melalui
kombinasi komputer dan telekomunikasi, oleh karenanya

1
Emmy Poentarie, adalah peneliti pada Balai Pengkajian dan
Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta
2
Abrar, Ana Nadya, Teknologi Komunikasi: Perspektif Ilmu Komunikasi,
Yogyakarta, 2003, hal 1
99
Teknologi Informasi dan Gerakan Sosial …

teknologi informasi lebih menitik beratkan pada pengerjaan


dan pengolahan data dengan menggunakan instrumen
komputer dan telekomunikasi3.
Kemajuan teknologi di bidang informasi dan
komunikasi yang salah satunya ditandai dengan kehadiran
media online yang cukup fenomenal yakni internet.
Keberadaan internet harus diakui membawa banyak perubahan
dalam kehidupan manusia, telah menggeser bahkan merubah
pola perilaku masyarakat terutama dalam aktivitas
berkomunikasi. Hal-hal yang membatasi komunikasi tatap
muka yang menempatkan kehadiran fisik sebagai prasyarat
utama, kini semua telah dapat digantikan oleh komunikasi non
fisik, seperti melalui e-mail atau chating.
Komunikasi bermedia komputer (Computer Mediated
Communication /CMC) mempunyai keuntungan tersendiri,
diantaranya adalah berkurangnya pola diskriminasi komunikasi
yang didasarkan pada keadaan fisik dan sosial seperti gender,
ras, status sosial ekonomi, keadaan fisik dan sebagainya.
Komunikasi melalui media ini juga mempertinggi interaksi
seseorang dengan orang lain yang tidak terbatas pada tempat,
waktu, luas bidang perbincangan atau dengan kata lain
interaksi yang bersifat multidimensional serta tidak terganggu
oleh batas-batas konvensional dalam berinteraksi. Komunikasi
bermedia komputer diyakini mempunyai pengaruh yang
signifikan dalam hubungan sosial, partisipasi masyarakat
dalam demokrasi, pendayagunaan masyarakat dan bentuk-
bentuk tantangan lain.4

3
Ibid, hal 3.
4
Raharjo, Agus. Cybercrime, Pemahaman dan Upaya Pencegahan
Kejahatan Berteknologi, Bandung,2002, hal 95-96.
100
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
Banyak kelompok-kelompok dalam masyarakat yang
diuntungkan dengan kehadiran internet yang berkarakter
interaktif ini. Dunia virtual juga meleburkan sekat-sekat yang
terjadi dan memungkinkan setiap individu bebas untuk
berinteraksi, berkomunikasi dan bertukar informasi dalam
suasana tanpa hirarki. Tanpa harus takut akan tekanan atau
penghakiman dari pihak lain yang disebabkan karena jenis
kelamin, keadaan fisik dan lain sebagainya. Internet yang
dianggap sebagai “ruang sosial” menawarkan kebebasan untuk
berekspresi bagi setiap individu dari kelompok manapun. Tidak
mengherankan bila akhirnya banyak individu-individu yang
bergabung dalam komunitas Mailing List maupun blog
memanfaatkan media baru (internet) ini.
Salah satu kelompok mahasiswa yang memanfaatkan
internet sebagai ajang komunikasi dan interaksi maupun
diskusi adalah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia
(KAMMI). Komunitas ini mempunyai Maling List di
mayantara dengan alamat milis-kammi@yahoogroup.com.
Tulisan ini ingin mengetahui bagaimana komunitas
KAMMI memanfaatkan internet dalam gerakan sosial
menentang kenaikan harga BBM.

Pembahasan.
Cyberspace
Perkembangan teknologi jaringan komputer global atau
internet telah menciptakan dunia baru yang dinamakan
cyberspace. Cyberspace adalah sebuah dunia komunikasi
berbasis komputer (computer mediated communi-cation) yang
menawarkan realitas baru, yakni realitas virtual (virtual
reality). Perkembangan ini membawa perubahan yang besar

101
Teknologi Informasi dan Gerakan Sosial …

dan mendasar pada tatanan sosial dan budaya dalam skala


global. Perkembangan cyberspace mengubah pengertian
tentang masyarakat, komunitas, komunikasi, interaksi sosial
dan budaya.
Dengan mengunakan internet, pengguna dimanjakan untuk
berkelana menelu-suri dunia maya dengan menembus batas
kedaulatan suatu negara, batas budaya, batas agama, politik,
ras, hierarki, birokrasi dan sebagainya. Hal ini sering disebut
sebagai smash the boundaries, tear down the hierarchy and
dismantle the bureaucracy, demikian menurut Jessica Lipnack
dan Jeffrey Stamps5
Istilah cyberspace muncul pertama kali dari novel
William Gibson berjudul Neuromancer yang diterbitkan pada
tahun 1984. Waktu itu Gibson mendefinisikan cyberspace
sebagai sebuah ”…halusinasi yang dialami oleh jutaan orang
setiap hari…(berupa) representasi grafis yang sangat kompleks
dari data di dalam sistem pikiran manusia yang diabstraksikan
dari bank data setiap komputer6 .
Pada waktu itu istilah cyberspace oleh Gibson belum
ditujukan pada interaksi yang terjadi melalui jaringan
komputer. Istilah cyberspace yang benar-benar ditujukan pada
interaksi yang terjadi di internet dikemukakan pada tahun 1990
ketika John Perry Barlow untuk pertamakalinya
mengaplikasikan istilah cyberspace untuk dunia yang
terhubung atau on-line ke internet.
John Suler menganggap bahwa cyberspace adalah
ruang psikologis, dan sebagai ruang psikologis, keberadaannya
tidaklah bergantung pada batas-batas konvensional mengenai

5
Ibid, hal 4.
6
Hadi, Astar, Matinya Dunia Cyberspace, Yogyakarta, 2005, hal 14.
102
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
keberadaan benda berwujud. Bedanya dengan benda yang
wujudnya berada dalam dunia nyata, cyberspace sebagai hasil
teknologi tidak berada dalam dunia nyata tetapi ia betul-betul
ada. John Suler dalam artikelnya The Psychology of
Cyberspace Overview and Guided Tour mengung-kapkan
“Cyberspace is psychological space. The psichological study of
cyber-space is as broad as the field of psychology itself.
Anyone who has taken an introductory psichology course
known how vast that terrain is. Cognitive psychology,
personality theory, social psychology, development psychology,
clinical psychology - all are relevant7.
Menurut Yasraf Amir Piliang, cyberspace metafor yang
sering digunakan untuk menyebut ruang-ruang yang ditemui
dalam internet, adalah sebuah ruang yang maya dan imajiner,
tempat setiap orang melakukan apa saja yang biasa dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari dengan cara baru, yaitu secara
artifisial. Di dalamnya orang menggunakan kata-kata dan
gambar untuk saling bersendau-gurau dan berdebat, terlibat
dalam wacana intelektual, melakukan perdagangan, saling
tukar pengetahuan, saling memberikan dorongan emosional,
membuat rencana, brainstorrming, gosip, pertengkaran, jatuh
cinta, protes terhadap siapa saja, kritik terhadap siapa saja,
mencari teman, mencari pacar, bermain game, bermesraan,
menciptakan karya seni, serta bermacam-macam omongan
tanpa juntrungan.8
Interaksi-interaksi sosial yang terjalin dalam internet
kemudian membentuk sebuah komunitas imajiner yang lebih
dikenal dengan komunitas virtual (virtual community atau on-
7
Raharjo, Agus, op.cit. hal 93.
8
Piliang, Yasraf Amir, Sebuah Jagat Raya: Imperialisme Fantasi dan
Matinya Realitas, Bandung, 1999, hal 15.
103
Teknologi Informasi dan Gerakan Sosial …

line community). Beberapa fitur yang membentuk komunitas


nyata dapat ditemukan dalam komunitas virtual; misalnya
adanya interaksi, adanya tujuan yang sama, rasa memiliki
identitas, adanya peraturan maupun norma-norma yang tak
tertulis dengan kemungkinan ekslusi maupun penolakan. Ada
pula tatacara, ritual dan bentuk-bentuk ekspresi; namun
komunitas on-line memiliki beberapa kelebihan dibanding
komunitas nyata, yaitu terbuka dan mudah diakses9.
Dalam cyberspace seseorang dapat melakukan diskusi
mengenai berbagai hal, bercanda dan hiburan. Cyberspace
menjadi media unuk berbagai hal sebagaimana dikatakan oleh
Licklider dan Harasim.
Using network interaction media like e-mail, chat, and
conferencing system like the Usenet, people have formed
thousand of groups to discuss a range of topics, play games,
entertain one another, and even work on a range of complex
collective project. The are not only communication media-they
are group media, sustaining and supporting many to many
interaction.10

Computer Mediated Communication


Computer mediated discussion (CMD) merupaka suatu
bentuk khusus dari computer mediated communication
(CMC). CMC sendiri didefinisikan sebagai “penggunaan
computer untuk membuat , mengantarkan , menyebarluaskan ,
atau menerima pesan yang dikirimkan dari seseorang kepada
orang lain, dari kelompok kepada individu, dari individu

9
McQuail, Dennis, Mass Communication Theory, London, 2000,hal 133.
10
Licklider, Communities in Cyberspace, dapat diakses di
http://www.sscnet.ucia.edu/soc/fakulty/kollock/papers/communities
01,html
104
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
kepada kelompok, atau dari satu kelompok ke kelompok lain
(the use of a computer to create, address, route, distribute, or
receivemessages sent from one individual to another, from a
group to an individual, from an individual to a group, or from
one group to another group) (Murphy, 1994). CMC bisa
bersifat synchronous maupun asynchronous. Definisi tentang
CMC yang demikian mencakup pelbagai bentuk komunikasi
yang menekankan aspek komputer dalam komunikasi. Untuk
menajamkan pengertian tentang CMD dengan bentuk CMC
lain, Rice (1984) menawarkan definisi sebagai berikut:
Compueter facilitated mechanism for recording and
using a textual transcrip, of a group discussian over varying
lengths of time, by group members who may be geograp-
phically dispersed and who may interact with the transcript
either simultaneoussly or at times of their own choosing.
(komputer memfasilitasi mekanisme bagi perekaman dan
penggunaan transkrip tekstual bagi suatu kelompok untuk lama
waktu yang bervariasi, oleh anggota kelompok yang secara
geografis bisa jadi terpisah dan bisa beriteraksi dengan
transkrip itu secara stimultan maupun pada waktu yang
ditentukan sendiri).11
Definisi di atas menggarisbawahi dimensi waktu,
geografis dan asynchronoucity. Definisi ini sekaligus
menegaskan bahwa yang menjadi perhatian pokok adalah
kelompok. Bisa dilihat bahwa diskusi dalam konteks ini
merupakan diskusi kelompok dan peserta dari diskusi tersebut
anggota kelompok. CMD dalam mailing list yang menjadi
subyek dalam penulisan ini. Seseorang akan menjadi anggota

11
Susanto, Internet Sebagai Ruang Publik, Tesis, Program Pascasarjana,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2006, hal 50-51.
105
Teknologi Informasi dan Gerakan Sosial …

suatu mailing list dengan cara berinterksi dengan transkrip,


dengan cara membaca tulisan anggota lain. Namun demikian
perlu dimengerti bahwa menjadi anggota diskusi melalui
komputer semacam ini juga memerlukan tingkat komitmen
tertentu terhadap kelompok secara keseluruhan.
Model linguistik komunikasi menyediakan kerangka
bagi upaya pembedaan pelbagai bentuk CMD. Model dasar
komunikasi linguistik adalah conversation (Fiske, 1982;
Saussure, 1959). Tiga tipe umum suatu konversasi adalah
monolog, dialog dan diskusi (Shank, 1993). Monolog
melibatkan satu dan beberapa pengirim pesan, dengan
penerima yang pasif. Dialog melibatkan dua partisipan yang
secara bergantian bertukarperan sebagai pengirim dan
penerima. Sedang diskusi melibatkan satu orang yang memulai
sebagai pengirim dan pemegang kendali atas konversasi yang
terjadi, dengan beberapa penerima, dimana sebagian dari
penerima itu berputar peran menjadi pengirim. CMD memiliki
kemampuan untuk ketiga konversi tadi.12

Kognisi kolektif dan Gerakan Sosial


Menurut Bimo Walgito13, kelompok (komunitas) adalah
sekumpulan individu-individu yang saling mengadakan
interaksi dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Ellis
dan Hunt (1993) menyatakan bahwa individu dalam
berinteraksi berkaitan dengan proses-proses mental atau
aktivitas pikiran (kognitif). Proses mental atau pikiran ini
meliputi bagaimana seseorang mempe-roleh informasi; bagai-
mana informasi itu kemudian direpresentasikan dan ditrans-

12
Ibid, hal 53.
13
Walgito, Bimo, Psikologi Sosial, Yogyakarta, 2003, hal 79.
106
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
formasikan sebagai pengetahuan; bagaimana pengetahuan itu
disimpan dalam ingatan kemudian dimunculkan kembali;
bagaimana pengetahuan itu digunakan seseorang untuk
mengarahkan sikap-sikap dan perilaku-perilakunya.
Melalui prinsip-prinsip kognisi, seseorang dapat
memproses informasi secara efisien dan terorganisasikan
dengan baik (Matlin, 1989). Hal ini sangat penting, mengingat
dewasa ini sistem informasi telah dilakukan orang dengan
teknologi yang canggih dan perkembangannya juga cenderung
meluber (spill over).
Hawes dan Planalp memberikan gambaran tentang
kognisi, meliputi dua elemen: struktur pengetahuan dan proses
kognisi. Struktur pengetahuan terdiri dari organisasi informasi
di dalam sistem kognisi seseorang. Pesan yang paling
sederhana membutuhkan banyak informasi untuk bisa
dipahami, yaitu dengan menghubungkan satu informasi
dengan informasi lain dalam sebuah pola teratur yang sangat
menentukan bagaimana pesan dapat dicerna. Proses kognisi
adalah mekanisme melalui mana informasi diolah dalam
pikiran14. Dengan demikian kognisi kolektif merupakan
manifestasi dari semua proses yang terjadi dalam pikiran,
bagaimana memperoleh informasi, kemudian direpresentasikan
dan ditransformasikan sebagai pengetahuan, bagaimana
pengetahuan itu disimpan dan dimunculkan kembali untuk
mengarahkan sikap-sikap dan perilaku secara kolektif.
Secara umum Gerakan Sosial memiliki definisi yang
luas karena beragamnya ruang lingkup yang dimilikinya.
Giddens (1993) menyatakan bahwa gerakan sosial adalah suatu

14
Littleejohn, Stephen W, Theories of Human Communication, Mexico,
2001, hal 117.
107
Teknologi Informasi dan Gerakan Sosial …

upaya kolektif untuk mengejar suatu kepentingan yang


bersama; atau gerakan mencapai tujuan bersama melalui
tindakan kolektif (collective action) di luar lingkup lembaga-
lembaga yang mapan. Pengertian yang nyaris persis diutarakan
oleh Tarrow (1998) yang menempatkan gerakan sosial sebagai
politik perlawanan yang terjadi ketika rakyat biasa – yang
bergabung dengan para kelompok masyarakat yang lebih
berpengaruh, menggalang kekuatan untuk melawan para elit,
pemegang otoritas, dan pihak-pihak lawan lainnya. Ketika
perlawanan itu didukung oleh jaringan sosial yang kuat, dan
digaungkan oleh resonansi kultural dan simbol-simbol aksi,
maka politik perlawanan mengarah ke interaksi yang
berkelanjutan dengan pihak-pihak lawan, dan hasilnya adalah
gerakan sosial.15
Mekanisme struktur mobilisasi menjadi populer
sekaligus sebagai mekanisme alternatif dalam menjelaskan
gerakan sosial di kalangan akademisi, tidak bisa dilepaskan
dari sejumlah penelitian yang berkaitan dengan aksi-aksi
kolektif. Sejumlah akademisi gerakan sosial seperti Mc Adam,
McCarthy dan Zald berpendapat bahwa sebuah sistem politik
yang melembaga merangsang terbentuknya prospek
membangun aksi-aksi kolektif dan pilihan bentuk gerakan.
Mereka mendefinisikan struktur mobilisasi sebagai kendaraan
kolektif baik formal dan juga informal. Melalui kendaraan ini ,
masyarakat memobilisasi dan berbaur dalam aksi bersama.
Konsep ini berkonsentrasi pada jaringan informal, organisasi
gerakan sosial dan kelompok-kelompok di tingkat meso16 .
McCarty menjelaskan secara mendalam apa yang

15
Putra, Fadillah dkk, Gerakan Sosial, Malang,2006, hal 1.
16
Wahib Situmorang, Abdul. Gerakan Sosial, Studi Kasus Gerakan
Perlawanan, Yogyakarta, 2007, hal 7.
108
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
dimaksud dengan struktur mobilisasi. McCarthy mengung-
kapkan bahwa struktur mobilisasi adalah sejumlah cara
kelompok gerakan sosial melebur dalam aksi kolektif,
termasuk didalamnya taktik gerakan dan bentuk bentuk
organisasi gerakan sosial. Struktur mobilisasi juga memasukan
serangkaian posisi-posisi spsial dalam kehidupan sehari-hari
dalam struktur mobilisasi mikro. Tujuannya adalah mencari
lokasi-lokasi di dalam masyarakat untuk dapat dimobilisasi.
Dalam konteks ini, unit-unit keluarga, jaringan pertemanan,
asosiasi tenaga sukarela, unit-unit tempat bekerja dan elemen-
elemen negara itu sendiri menjadi lokasi-lokasi sosial bagi
struktur mobilisasi mikro17 .
Rational choice theory adalah mekanisme kedua dari
sumber-sumber intelektual yang dipergunakan dalam
menjelaskan gerakan sosial. Opp mengajukan dua konsep
yakni model rational choice umum dan spesifik. Masing-
masing model memiliki hipotesis dan implikasi dalam
menjelaskan aksi kolektif. Hipotesis pertama adalah preference
(pilihan utama) bahwa preference adalah penentu aksi ketika
aksi tersebut mampu memuaskan pilihan mereka. Hipotesis
kedua adalah kendala dan kesempatan mendorong individu-
individu terlibat dalam aksi kolektif dan hipotesisi ke tiga
adalah maksimalisasi kegunaan bahwa individu memilih aksi
yang akan memberikan kegunaan lebih besar atau kerugian
lebih kecil kepada mereka.
Mekanisme rational choice khusus, memiliki empat
preposisi yang menjelaskan mengapa individu-individu terlibat
dalam aksi. (1) Bahwa perilaku di dalam situasi tertentu
individu memilih, sangat tergantung dengan persepsi individu

17
Ibid, hal 7.
109
Teknologi Informasi dan Gerakan Sosial …

terhadap alternatif-alternatif perilaku yang ada. (2) Bahwa


konsekuensi perilaku yang dibayangkan dalam sebuah aksi,
memengaruhi kinerja individu tersebut. Semakin positif
mereka dinilai , maka semakin mungkin aksi-aksi diikuti oleh
individu-individu. (3) Bahwa lebih pasti hasil perilaku yang
diharapkan, maka keinginan individu terlibat dalam aksi
kolektif akan semakin kuat. (4) Bahwa produk yang akan
dihasilkan lebih besar dari produk yang diharapkan oleh si
individu, maka individu tersebut lebih mungkin terlibat dalam
gerakan sosial.18

Komunitas Mailing List KAMMI dan Gerakan Sosial


Mailing list merupakan kumpulan nama dan alamat
yang digunakan oleh individu atau organisasi umtuk berkirim
kepada kelompok penerima. Istilah ini sering diperluas
mencangkup orang yang terdaftar pada kelompok itu, sehingga
kelompok itu menjadi rujukan bagi istilah “mailing list” ini,
atau sering disebut “the list” saja atau disingkat “milist”, atau
di Indonesia dikenal juga dengan milis.
Istilah discussion list digunakan untuk penggunaan di
mana anggota menggunakan mailing list untuk mengirimkan
pesan kepada seluruh anggota yang lain yang memungkinkan
merespon dengan cara yang sama. Dengan cara itu diskusi dan
pertukaran informasi secara aktual bisa terjadi. Mailing list
jenis ini biasanya berorientasi pada topik (topic-oriented);
misalnya politik, diskusi ilmiah, humor dan sebagainya 19.
Beberapa mailing list terbuka bagi siapa saja yang akan
bergabung, sedang beberapa lainnya membutuhkan persetujuan

18
Op.cit, hal 20-22.
19
Susanto, ibid, hal 50.
110
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
dari pemilik sebelum bergabung. Dalam mailing list yang
dibatasi semacam itu, setiap pesan yang masuk harus
mendapatkan approval (persetujuan) dari moderator sebelum
dikirim ke seluruh anggotanya. Approval oleh moderator
biasanya dilakukan untuk mempertahankan kualitas informasi,
juga untuk menjaga supaya pesan yang dikirim bukan
merupakan spam.
Onno W. Purbo menjelaskan bahwa aplikasi mailing
list berfungsi untuk membentuk komunitas atau kelompok. Joe
Bridges (1997) menjelaskan mailing list adalah aplikasi yang
mirip percakapan yang terbuka antar orang-orang dengan jalan
menempellkan pesan-pesan di sebuah dinding papan pesan,
hanya saja alat yang dipakai e-mail. Saat ini di internet terdapat
puluhan ribu kelompok diskusi atau group diskusi mailing list
(milis). Group atau kelompok tersebut memanfaatkan milis
sebagai media diskusi dan komunikasi kelompok20.
Fungsi mailing list dijelaskan lebih lanjut oleh Onno
sebagai (1) alat diskusi dan (2) distribusi informasi dalam
bentuk buletin-board atau newsletter list. Milis berfungsi
sebagai forum diskusi atau alat diskusi jika masing-masing
orang yang terlibat didalamnya dapat saling ,mengirim dan
menerima pesan yang dikirimkan ke group diskusinya. Diskusi
dapat dilangsungkan tanpa harus online terus menerus seperti
chatting, yakni dengan menggunakan e-mail. Milis berfungsi
sebagai bulettin-board atau newsletter list jika anggota group
tersebut hanya dapat menerima pesan dari moderator atau
pemilik milis saja, dan tidak dapat membalasnya karena milis
tipe ini di setting hanya untuk komunikasi satu arah.

20
Op,cit, hal 63
111
Teknologi Informasi dan Gerakan Sosial …

KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia)


Mahasiswa memainkan peran sangat penting dalam
sejarah di Republik ini. Pada masa pra-kemerdekaan, maha-
siswa di Bandung dan Belanda mengorganisasi perlawanan
terhadap Belanda. Setelah Indonesia merdeka mahasiswa dan
pemuda memainkan peranan penting dalam mewujudkan
terbentuknya negara Indonesia baru. Pada tahun 1970-an
mahasiswa memainkan perannya lagi dengan melancarkan
aksi-aksi peringatan kepada rezim Soeharto agar Soeharto
mengakomudasi suara-suara dari bawah khususnya, petani,
buruh dan kelompok miskin di perkotaan. Pemerintah butuh
secara serius memberantas penyakit korupsi, kolusi dan
nepotisme karena ketiganya sangat merugikan rakyat banyak.
Krisis ekonomi dan ketidak mampuan lembaga pemerintah
memecahkan krisis merangsang masyarakat sipil Indonesia,
dimotori oleh mahasiswa meminta perubahan politik mendasar,
perubahan dari rezim otoritarianisme menkadi rezim
demokratik. Gerakan ini berhasil menurunkan Soeharto dari
tahta kepresidenan.
KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim
Indonesia) adalah sebuah organisasi mahasiswa Muslim yang
lahir di era reformasi yaitu tepatnya tanggal 29 Maret 1998 di
Malang. Anggotanya tersebar di hampir seluruh PTN/PTS di
Indonesia. KAMMI muncul sebagai salah satu kekuatan
alternatif Mahasiswa yang berbasis mahasiswa Muslim dengan
mengambil momentum pada pelaksanaan Forum Silahturahmi
Lembaga Dakwah Kampus (FS-LDK) X se-Indonesia yang
diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Malang
(UMM). meskipun orientasinya adalah NON profit, namun
kami jelaskan kepada segenap masyarakat bahwa KAMMI

112
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
selalu menjalin link sehingga bisa berkembang dan mendapat-
kan dana dimana-mana. Acara ini dihadiri oleh 59 LDK yang
berafiliasi dari 63 kampus (PTN-PTS) diseluruh Indonesia .
Jumlah peserta keseluruhan kurang lebih 200 orang yang
notabenenya para aktifis dakwah kampus. KAMMI lahir para
ahad tanggal 29 Maret 1998 PK.13.00 wib atau bertepatan
dengan tanggal 1 Dzulhijah 1418 H yang dituangkan dalam
naskah Deklarasi Malang.
KAMMI lahir didasari sebuah keprihatinan yang
mendalam terhadap krisis nasional tahun 1998 yang melanda
Indonesia. Krisis kepercayaan terutama pada sektor
kepemimpinan telah membangkitkan kepekaan para pimpinan
aktivis dakwah kampus di seluruh Indonesia yang saat itu
berkumpul di UMM - Malang.
Pemilihan nama Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim
Indonesia yang kemudian disingkat KAMMI mengandung
makna atau memiliki konsekwensi pada beberapa hal yaitu :
1. KAMMI adalah sebuah kekuatan terorganisir yang
menghimpun berbagai elemen Mahasiswa Muslim baik
perorangan maupun lembaga yang sepakat bekerja dalam
format bersama KAMMI.
2. KAMMI adalah sebuah gerakan yang berorientasi kepada
aksi real dan sistematis yang dilandasi gagasan
konsepsional yang matang mengenai reformasi dan
pembentukan masyarakat Islami (berperadaban).
3. Kekuatan inti KAMMI adalah kalangan mahasiswa pada
berbagai stratanya yang memiliki komitmen perjuangan
keislaman dan kebangsaan yang jelas dan benar.
4. Visi gerakan KAMMI dilandasi pemahaman akan realitas
bangsa Indonesia dengan berbagai kemajemukannya,

113
Teknologi Informasi dan Gerakan Sosial …

sehingga KAMMI akan bekerja untuk kebaikan dan


kemajuan bersama rakyat, bangsa dan tanah air Indonesia.

Sampai saat ini KAMMI terdiri dari 42 KAMMI


Daerah di 29 propinsi di Indonesia dan 3 KAMMI Luar Negeri
di 2 negara. Ke-42 KAMMI Daerah tersebut adalah:: NAD,
Sumsel/ Palembang, Lampung, Banten, Tangerang, Bekasi,
Jakarta, Bogor, Depok, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Kaltim/
Samarinda, Sukabumi, Kalbar/Pontianak, Kalteng/Palang-
karaya, Kalsel/Banjarmasin, Purwokerto, Malang, Yogyakarta,
Solo, Jember, Semarang, Surabaya, Madiun, NTB/Mataram,
Gorontalo, Maluku, Jambi, Bengkulu, Riau, Sumbar/Padang,
Sumut/ Medan, Paua, Bali, Sulsel/Makasar, NTT/Kupang,
Sulteng/ Palu, Ternate, Sultra/Kendari, Sulut/Menado, Cirebon.
Sedangkan 3 KAMMI Luar Negeri adalah: Jepang, Timur
Tengah dan Jerman (Eropa)21

Deklarasi Malang
Bismillahirrohmanirrohiim
Didasari keprihatinan mendalam terhadap krisis nasional yang
melanda negeri ini dan didorong tanggung-jawab moral
terhadap penderitaan rakyat yang masih terus berlangsung,
serta ittikad baik untuk berperan aktif dalam proses perubahan
dan perbaikan, maka kami segenap mahadidwa muslim
Indonesia mendeklarasikan lahirnya:
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (K A M M I)

21
Latar belakang beridirinya KAMMI, http://www.wikwpedia.or.id, diakses
tangal 13 Juni 2008
114
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
Selanjutnya, KAMMI menempatkan diri sebagai bagian tak
terpisahkan dari rakyat dan akan senantiasa berbuat untuk
kebaikan bangsa dan rakyat Indonesia.

Malang, 29 Maret 1998


Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (K A M M I)
Dewan Pengurus:
Ketua Umum : Fahri Hamzah
Sekretaris Umum : Haryo Setyoko22

Setiap individu memiliki dorongan untuk melakukan


kegiatan yang bertujuan. Dorongan-dorongan untuk melakukan
suatu kegiatan yang bertujuan ini disebut motivasi. Motivasi ini
tidak terlepas dari dorongan yang berasal dari dalam maupun
luar individu. Tidak jarang dorongan-dorongan ini menjadi
sebuah gerakan yang sifatnya kolektif, masif dan melibatkan
banyak massa. Hal ini terjadi di dalam sebuah komunitas yang
terdiri dari individu-individu yang mempunyai kesatuan tujuan
dan alasan-alasan.
Komunitas virtual dibentuk secara sengaja oleh orang-
orang yang memiliki ketertarikan yang sama akan sesuatu
(interest), misalnya kelompok orang-orang misalnya yang
menyukai grup musik tertentu, atau menyukai opera sabun
tertentu, karena adanya persamaan (affinity) yang menyatukan
mereka, seperti mempunyai anak balita atau mengidap penyakit
yang sama. Bentuk komunitas yang biasa ditemukan di internet
antara lain Usenet groups, Chat rooms, Website, Maling List
dan Blog.

22
Deklarasi Malang, http://groups.yahoo.com/group/milis-kammi/,
diakses tanggal 13 Juni 2008.
115
Teknologi Informasi dan Gerakan Sosial …

Demikian halnya dengan komunitas Kesatuan Aksi


Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Organisasi maha-
siswa ini mempunyai komunitas Mailing List di mayantara
dengan alamat: milis-kammi@yahoogroups.com. Internet
dimanfaatkan oleh komunitas KAMMI untuk mempermudah
interaksi dan komunikasi, sebagai berikut:

Internet sebagai ruang diskusi publik (diskusi di Mailing


List)
Mailing List KAMMI berfungsi layaknya sebuah forum
di internet dan dipergunakan untuk diskusi komunitas
mengenai isu-isu sosial maupun politik. Menurut Anthony G.
Wilhelm23 forum politik online sebagai forum yang mem-
fasilitasi ekspresi diri dan monolog, tanpa secara besar-besaran
mengukur “pendengaran”, kecekatan dalam memberikan
jawaban, dan dialog yang akan mempromosikan tindakan
komunikatif, seperti memprioritaskan isu-isu, menegosiasiakan
perbedaan-perbedaan, mencapai persetujuan, dan menentukan
sebuah rangkaian tindakan unrtuk mempengaruhi agenda
politik. Banyak penulis post modern yang memuji internet
sebagai sebuah bentuk ekspresi diri dari kelmpok-kelompok
yang dianggap lebih rendah oleh kebudayaan yang dominan.
Aktivitas-aktivitas tersebut membentuk ekspresi diri yang
tertinggi.
Menurut Cohen dan Arato (1992) forum “komunitas-
komunitas” kepentingan tempat berkumpul orang –orang yang
berbagi suatu kepentingan. Komunitas komunitas kepentingan
bisa menjalankan peran untuk mengidentifikasi dan

23
Wilhelm, Anthony G. Demokrasi Era Digital, Yogyakarta, 2003, hal 162.
116
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
mempromosikan isu-isu dihadapan pemerintah24. Terkait
dengan tulisan ini, berikut ini salah satu contoh diskusi di
Milis KAMMI dengan isu yang diusung adalah:
“BBM naik, trus KAMMI ngapain ? “
Diskusi tentang Bahan Bakar Minyak (BBM) membicarakan
pelbagai isu seputar kenaikan harga BBM. Diskusi ini
berangkat dari KAMMI Semarang, isi posting tersebut sebagai
berikut :
kammi semarang
Tue, 22 Apr 2008 23:33:19-0700

hari ini harga minyak dunia mencapai 117 dollar AS per


barel.ndak Cuma SBY dan pembantu2nya yang musti
pusing.sebagai elemen bangsa KAMMI juga kudu mikir. Kalau
ada ulasan ttg tindakan yang radiikal dan progresif, gak haram
kalo kita usung bersama. Meskipun bukan berasal dari
KAMMI pusat. Wong KAMMI pusat, ndak selalu tampil jadi
“panglima”25

Ternyata posting dari KAMMI Semarang tersebut


mendapat tanggapan yang menarik dari Akbar Tri Kurniawan
dengan menawarkan gagasannya, mulai dari jangka panjang,
jangka menengah dan jangka pendek. Adapun tanggapannya
sebagai berikut:

Akbar Tri Kurniawan


Wed, 23 Apr 2008:20:54:49-0700

24
Ibid, hal 67
25
Isi posting diskusi KAMMI dapat diakses di http://groups.yahoo.com/
millis-kammi. Diakses tanggal 13 juni 2008

117
Teknologi Informasi dan Gerakan Sosial …

Kalauu KAMMI pusat bukan “panglima”, apalagi kammi


semarang huahahahaha
Lha terus usulmu opo bro?
Usulku,
Jangka panjang: segerakan enegri alternatif koyo to (seperti)
mokro hidro, biofuel, biogas,dsb. Penelitian diperbanyak.
Jangka menengah : kerja sama yang lebih strategis dengan
negara-negara timur- tengah. Buat kerja sama yang lebih
bersifat “barter” misal kita minta ilmu tentang energi nuklir.
Atau minta harga minyak tanah dengan harga khusus (meski
ini sulit).
Jangka pendek: kita ikuti lagunya Slank, ngga ada mobil ya
pakai motor, ngga ada motor yang pakai sepeda, ngga ada
sepeda ya jalan kaki. HIDUP SEDERHANA!

Sementara Elly Evayani merasa pesimis harga bahan


bakar minyak akan turun meskipun melakukan aksi serentak se
Indonesia. Berikut ini tulisannya dalam menanggapi kenaikan
harga bahan bakar minyak (BBM) :

elly evayani
Wed, 23 Apr 2008 20:55:04-0700

Kalaupun kita aksi serentak se Indonesia sepertinya harga


minyak dunia gak bakalan turun, menarik wartawanpun
mungkin sedikit saja. Gimana kalau kader KAMMI mulai
menata hati dan merancang strategi? Sepertinya untuk
mengubah Indonesia saja……. Kita tidak punya orang yang
paham betul seluk beluk energi, trus kalau kita punya menteri
ESDM, Menristek, kebijakan energi Indonesia mau dianalisa

118
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
dengan apa? Dengan dibodohi stafnya? Kemudian dengan
Aleg-aleg yang kita percaya karena tidak menguasai tentang
energi dan politiknya (politik luar negeri), bisa sembarangan
tanda tangan menyerahkan sumur-sumur minyak kita. Minyak
mentah kita dijual dengan kontrak sekitar 60 dolar per
barel….kalau sudah begini, kita mau menuntut kepada siapa?
Apa pada kita itu yang mungkin beralasan “ kita belum kuat
dan karena untuk kemaslahatan golongan tertentu ?”

R budia <(EMAIL Protected)> wrote :


Bagus juga diusung sebagai diskusi dalam forum milis ini….
Minyak naik ga ketulungan…….
Siap2 kita pake kayu bakar…..dan kalau bepergian pakai
kuda/dokar..
Siap2 kembali ke jaman purba….
Siap2 pakai obor untuk penerangan malam hari….
Siap2 gak pakai AC, kompor gas..dll..
Siap2 bergerak mengganti rezim SBY yang sudah ga tahu
jalannya memimpin negeri ini …….

Ternyata posting tersebut mendapatkan respon yang


kemudian dielaborasi tidak hanya sebatas kenaikan harga BBM
tapi juga kepada persoalan lain yang menyakut perjuangan
mahasiswa. Misalnya tanggapan yang diberikan oleh Akbar Tri
Kurniawan, yang menulis:
Jangan mau kalah dengan Gema Pembebasan (GP). Ini
bukan stegma buruk. Berdasarkan pengalamanku di Jogya
bersama orang Hizbut Tahir dan GP serta pengalamanku
melihat teknik lapangan (teklap) antara KAMMI Pusat, GP,
HMI dan beberapa organisasi mahasiswa lainnya (waktu itu

119
Teknologi Informasi dan Gerakan Sosial …

bertempat di depan Masjid DPR/MPR). Kesimpulan saya


teman-teman Gp cenderung kurang mengakomodir pendapat
lainnya, kesan ketakutan masih kental. Jika ada isu yang
bertolak belakang atau sikap yang tidak sesuai dengan
“idiologi” GP pasti mereka akan mengundurkan diri dari
aliansi. Contoh (bisa dikoreksi): ajak teman-teman HTI dan GP
berunjuk rasa dengan membawa bendera merah putih , pasti
mereka tidak mau. Mengingat GP masih baru, wajar kalau
mereka masih kurang pengalaman dengan aksi-aksi jalanan
mereka…..

Berdasarkan pengamatan dari contoh diskusi diatas,


kiranya dapat dikatakan bahwa ruang cyber itu menjadi tempat
untuk mengidentifikasi, menyuarakan, dan bahkan
memecahkan masalah-masalah sosial maupun politik. Dalam
komunitas Mailing List KAMMI tersebut, setiap anggota
komunitas mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi
partisipan yang aktif, selain berperan sebagai penerima pesan
dapat juga bertindak sebagai produsen pesan yang keduanya
bisa saling mempengaruhi satu sama lain. Internet
mempermudah komunikasi dan interaksi antar individu-
individu dalam komunitas tersebut, maupun individu dari
komunitas lainnya.
Anggota komunitas yang terlibat dalam diskusi tersebut
menyampaikan kepentingannya melalui pembicaraan
pembicaraan berbagi ide dan bernegosiasi mengenai
perbedaan. MacKuen (1990:84) menekankan arti penting
perbedaan dan keragaman pandangan politik supaya bisa
menghasilkan suatu dialog publik dimana sudut pandang yang
berbeda milik individu bisa dipertemukan. Melalui dialog

120
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
dalam diskusi maka persepsi anggota-anggota dalam komunitas
Mailing List KAMMI terhadap suatu isu kenaikan harga BBM
menjadi sama, sehingga memungkinkan para anggota lebih
efektif menanggapi dan menggabungkan sudut pandang sesama
anggota lainnya, sehingga melalui kognisi kolektif telah
melahirkan suatu pernyataan sikap sebagai berikut:

Pernyataan sikap KAMMI Pusat dan PP Gema


Pembebasan
AKSI KEPRIHATINAN NASIONAL
Kami Aliansi GEKA (Gema Pembebasan dan KAMMI Pusat)
menyatakan:
1. Mendesak pemerintah untuk segera membuat dan
menjalankan blue print untuk menjaga ketahanan pangan
negara ini agar pemenuhan kebutuhan pokok bagi seluruh
masyarakat dapat terpenuhi secara layak di samping
mengoptimalkan produksi pangan dalam negeri dan
mengakhiri ketergantungan pada pangan impor.
2. Mendesak pemerintah untuk menempuh berbagai langkah
penurunan harga-harga kebutuhan pokok seperti penigkatan
supply kebutuhan dasar rakyat, pembatasan ekspor dan
memberikan sanksi yang keras dan tegas kepada pihak-pihak
yang terbukti menyebabkan distorsi pasar seperi pihak
spekulan dan para penimbun yang selama terkesan dibiarkan
oleh Pemerintah. Pada saat yang sama meningkatkan kadar
subsidi pada sektor pendidikan, kesehatan dan air, listrik dan
kebutuhan energi dan perumahan khsusnya bagi rakyat
menengah ke bawah.
3. Menyeru Pemerintah untuk mengembalikan arah kebijakan
ekonomi yang berparadigma neoliberal yang pro pasar ke

121
Teknologi Informasi dan Gerakan Sosial …

paradigma ekonomi kerakyatan secara menyeluruh salah


satunya dengan menghentikan privatisasi sektor-sektor
strategis seperti pertambangan dan mineral yang kini hampir
seluruhnya di rampok oleh asing.
4. Mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk mencabut
dukungan kepada pemerintah berkuasa berikut sistem
pemerintahannya yang kapitalistik sekular yang secara nyata
TIDAK bertanggungjawab atas berbagai penderitaan dan
kenestapaan yang melanda rakyat saat ini jikalau Pemerintah
SBY mengabaikan seruan Keprihatinan ini.
5. Terakhir, kami mengajak seluruh komponen rakyat untuk
besama-sama menegakkan nilai-nilai Islam sebagai satu-
satunya solusi dalam menerapkan kebijakan di berbagai aspek
kehidupan yang berorientasi pada pencapaian kesejahteraan
seluruh warga negara.

Tertanda,PP GEMA Pembebasan Ketua KAMMI


PusatJamil Taufiq Amrullah, ME (ariyanto)26

Internet membangkitkan dan menunjang adanya aksi


kolektif
Melalui internet komunitas Mailing List KAMMI
mentransformasikan taktik-taktik gerakan sosial yang telah
dikenal sebelumnya ke dalam bentuk-bentuk ruang cyber. Ini
memang merupakan fenomena baru dari gerakan sosial akar
rumput, di mana seseorang atau kelompok dapat berpartisipasi
untuk mengekspresikan sikap politik tanpa perlu melakukan
afiliasi dan menggunakan jalur formal, seperti lembaga-

26
Pernyataan Sikap KAMMI. http://groups.yahoo.com/millis-kammi
maupun di http://kammi.or.id. Diakses tanggal 10 Juni 2008.

122
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
lembaga partai politik. Partisipasi dan komunikasi bagi anggota
komunitas dipermudah oleh internet sebagai media
komunikasi.
Aksi kolektif yang melawan merupakan basis dari
gerakan sosial karena aksi itu sering kali merupakan satu-
satunya sumber daya yang dimiliki oleh orang-orang awam
dalam menentang pihak-pihak lain yang lebih kuat, seperti
negara. Gerakan sosial mempunyai fungsi untuk melakukan
kontrol terhadap ketimpangan sosial yang sengaja atau tidak,
terjadi dan berkembang pesat akibat negara yang abai terhadap
masa depan rakyatnya. Fenomena kemiskinan yang berimbas
pada kelaparan massal, kekerasan dan kerusuhan serta berbagai
persoalan lainnya menuntut peran organisasi pelopor gerakan
untuk serius memikirkan bagaimana solusi yang seharusnya
ditempuh. Oleh karena itu secara umum dapat dikatakan bahwa
gerakan sosial mempunyai karakteristik yang bersifat non
partisan. Motor gerakan sosial pada umumnya banyak
didominasi oleh organisasi-organisasi non pemerintah yang
lahir sebagai bentuk protes terhadap kebijakan penguasa27.
Dalam konteks ini, aksi kolektif yang dilakukan oleh
komunitas KAMMI dalam bentuk gerakan komunitas, sebagai
bentuk perlawanan terhadap kebijakan pemerintah dalam
menaikan harga BBM, adalah melakukan aksi unjuk rasa baik
dilakukan di Jakarta maupun di berbagai daerah. Adapun
contoh gerakan komunitas yang dilakukan oleh komunitas
Mailing List KAMMI, diantaranya sebagai berikut:
Ribuan Massa Demo Tolak BBM, Bundaran HI Tersendat
Ribuan pengunjuk rasa dari berbagai elemen
masyarakat demontrasi di kawasan Bundaran Hotel Indonesia,

27
Wahib Situmorang, Abdul, Ibid, hal 2-5.
123
Teknologi Informasi dan Gerakan Sosial …

Jakarta, Rabu (21/5) . Akasi tersebut menyebabkan arus


lalulintas di kawasan jalan Sudirman-Thamrin tersendat. Dari
Pantauan Tempo, sekitar 1000 pengunjuk rasa dari Kesatuan
Aksi Mahasiswa Muslim (KAMMI) bersiap melakukan long
march dari Bundaran Hotel Indonesia ke Istana Merdeka, Jalan
Medan Merdeka Utara. Mereka berbaris memanjang sekitar
100 meter. Koordinator KAMMI, Syahrul menyatakan
menolak kenaikan harga bahan bakar minyak. “Kebijakan
harus berpihak pada rakyat kecil”, katanya di lokasi demo.
Ratusan pengunjuk rasa terus memekikan yel-yel tolak
kenaikan harga minyak. Puluhan spanduk yang dibawa
pendemo bertulsikan:BBM Naik SBY-JK Turun; Kenaikan
harga BBM bukanlah kebangkitan nasional28.

Demo Kenaikan Harga BBM Meluas


Demo di makasar dilakukan oleh ratusan mahasiswa
yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim
Indonesia (KAMMI) Sulsel, di Kantor DPRD Sulsel. “Aksi
demo besar-besaran ini merupakan kesepakatan KAMMI di
seluruh Indonesia untuk menentang kebijakan pemerintah
menaikan harga BBM” kata Andi Aswadi Humas KAMMI
Sulsel. Selain membentangkan spanduk, mereka juga
menyatakan menolak kenaikan harga BBM karena hanya
menambah penderiaan rakyat dan memperbanyak angka
kemiskinan, menyusul harga bahan pokok dan kebutuhan
lainnya yang pasti akan naik mengiringi kenaikan harga BBM.
Namun, mereka juga menuntut pemerintah agar menasionali-

28
Ribuan Massa Demo Tolak BBM, Bundaran HI Tersendat,
http://www.tempointeraktif.com/hg/jakarta/2008/05/21/brk,20080521
-123406,id . Diakses tanggal 13 Juni 2008.

124
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
sasi atau meninjau ulang kontrak dengan seluruh perusahaan
pertambangan asing seabagai solusi krisis energi dan defisit
APBN.
Aksi tersebut dikawal oleh seratus personal polisi yang
berjaga-jaga di kawasan DPRD Sulsel dan tempat-tempat
strategis lainnya seperti di Kantor Gubernur Sulsel, kediaman
Wakil Yusuf Kalla di jl. Haji Bau, dan Kantor Pertamina
Region Sulawesi, Maluku dan Papua yang berlokasi di Jalan
Garuda Makasar.
Khusus lokasi kediaman Wapres, pengamanan
dilakukan ekstra ketat, mengingat dalam sepekan terakhir di
rumah tersebut menjadi sasaran aksi demontrasi. Barikade
kawat berduri telah dipasang sekiat 30 meter dari kediaman
Wapres, sementara puluhan petugas kepolisian dari Polresta
Makassar Barat dan Pasukan Pengamanan Presiden
(Paspampres) selalu siaga 24 jam.
Unjuk rasa juga berlangsung di Bandar Lampung, Senin
(12/5), puluhan mahasiswa dari berbagai elemn demo di depan
Tugu Gajah, perempatan Enggal, Bandar Lampung. Mereka
membentangkan beberapa spanduk dan puluhan poster yang
isinya menolak kenaikan harga BBM 29.

Unjuk Rasa Demo KAMMI di Palangkaraya


Sekitar 20 mahasiswa dari Kesatuan Aksi Mahasiswa
Muslim Indonesia berunjuk rasa di Palangkaraya, Kalimantan
Tengah, Rabu (21/5). Setelah sempat berorasi di bundaran
besar, pusat kota Palangkaraya, para pendemo melanjutkan

29
Demo Kenaikan Harga BBM Meluas, http://www.sinarharapan.co.id/
berita/0805/12/sh01.html. Diakses tanggal 13 Juni 2008

125
Teknologi Informasi dan Gerakan Sosial …

unjukrasanya di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah


Provinsi Kalimantan Tengah.
Para pendemo membawa poster yang antaar lain
bertuliskan: Kebangkitan Nasional Bukan Bangkitnya Harga
BBM; Hari Gini Masih Banyak Korupsi?; Kasih
daah…penjara; Supremasi hukum jangan tebang pilih; BBM
naik vs penderitaan naik; Wanted yang bisa turunkan harga
BBM. Para pengunjukrasa juga menyanyikan lagu-lagu daerah
yang populer dengan mengganti syairnya, dengan inti menolak
kenaikan harga BBM menderitakan rakyat. Unjuk rasa berjalan
tertib, dengan dikawal polisi.30

30
Unjuk Rasa Demo KAMMI di Palangkaraya, http://www.kompas.com,
diakses tanggal 13 Juni 2008.

126
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

PENUTUP

Berdasarkan pembahasan di atas, terkait dengan


pemanfaatan internet oleh komunitas Maling List KAMMI
dalam gerakan sosial menentang kenaikan harga Bahan Bakar
Minyak (BBM) kiranya dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Internet dimanfaatkan oleh komunitas Mailing List
KAMMI untuk mempermudah interaksi dan komunikasi
antar individu-individu yang tergabung dalam suatu
komunitas, maupun antar individu dengan komunitas
lainnya. Internet dipergunakan oleh komunitas KAMMI
sebagai ruang diskusi, dalam menyikapi kebijakan peme-
rintah menaikkan harga BBM. Adapun topik diskusi yang
diangkat adalah “BBM naik, trus KAMMI ngapain ?”

2. Internet membangkitkan dan menunjang kognisi dan aksi


kolektif. Dalam hal ini Internet dipergunakan untuk
menebar pesan pernyataan sikap komunitas KAMMI
menolak kenaikan harga BBM secara massal ke tengah-
tengah masyarakat. Dengan intensifnya penggunaan
internet oleh komunitas KAMMI dalam menebar pesan
pernyataan sikap menolak kenaikan harga BBM, dalam
upaya untuk menggalang solidaritas massa untuk
melakukan gerakan unjuk rasa menolak kenaikan harga
BBM.

3. Dengan demikian bisa disebutkan bahwa internet cukup


efektif untuk menggugah perhatian publik terkait dengan
aksi penolakan kenaikan harga BBM, yang digunakan oleh

127
Teknologi Informasi dan Gerakan Sosial …

komunitas KAMMI maupun oleh komunitas-komunitas


Mailing list lainnya dalam melakukan gerakan sosial
berupa aksi unjuk rasa. Demikian pula dapat disebutkan
bahwa internet dapat dimanfaatkan oleh komunitas-
komunitas Mailing List untuk menggalang massa dalam
aksi-aksi sosial.

128
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

DAFTAR PUSTAKA

Abrar, Ana Nadya (2003). Teknologi Komunikasi: Perspektif


Ilmu Komunikasi, LESFI, Yogyakarta.
Hadi, Astar (2005). Matinya Dunia Cyberspace, LKIS,
Yogyakarta.
Littleejohn, Stephen W (2001), Theories of Human
Communication, Thomson Learning , Mexico.
McQuail, Dennis (2000), Mass Communication Theory,
London
Raharjo Agus (2002). Cybercrime, Pemahaman dan Upaya
Pencegahan
Kejahatan Berteknologi, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.
Wilhelm, Anthony G. (2003). Demokrasi Era Digital, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Piliang, Yasraf Amir (1999). Sebuah Jagat Raya: Imperalisme
Fantasi dan Matinya Realitas, Bandung.
Putra, Fadillah, dkk (2006). Gerakan Sosial, Averroes Press,
Program Penguatan
Simpul Demokrasi, Malang.
Susanto (2006). Internet Sebagai Ruang Publik, Tesis, Program
Pascasarjana, Universitas Sebelas maret, Surakarta.
Wahib Situmorang, Abdul (2007). Gerakan Sosial, Studi Kasus
Gerakan Perlawanan, Pustaka Pelajar.

Sumber dari Internet


http://www.sscnet.ucia.edu/soc/fakulty/kollock/papers/commu
nities, Licklider, Communities in Cyberspace 01,htm

129
Teknologi Informasi dan Gerakan Sosial …

http://www.wikwpedia.or.id, Latar belakang beridirinya


KAMMI
http://groups.yahoo.com/group/milis-kammi/, Deklarasi
Malang
lhttp://groups.yahoo.com/millis-kammi, Isi posting diskusi
KAMMI, Pernyataan Sikap KAMMI.
http://www.tempointeraktif.com/hg/jakarta/2008/05/21/brk,200
80521-123406,id , Ribuan Massa Demo Tolak BBM, Bundaran
HI Tersendat, diakses tanggal 13 Juni 2008.
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0805/12/sh01.html, Demo
Kenaikan Harga BBM Meluas, diakses tanggal 13 Juni 2008
http://www.kompas.com, Unjuk Rasa Demo KAMMI di
Palangkaraya, diakses tanggal 13 Juni 2008.

130
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

Oleh :
Topohudoyo

Pendahuluan
Kewajiban Pelayanan Universal / Universal Service
Obligation (KPU/USO) di sektor telekomunikasi merupakan
komitmen negara-negara diseluruh dunia yang tergabung
dalam ogranisasi telekomunikasi dunia / International Tele-
communication Union (ITU) yang merupakan organisasi non
profit, khususnya pada ITU-D (Development) sebagaimana
dicantumkan pada Deklarasi Tokyo Tahun 2003, Deklarasi
Genewa Tahun 2003, dan Deklarasi Tunisia Tahun 2005
(Wolrd Summit On Information Society Declaration). Adapun
isi deklarasi tersebut secara umum adalah mewujudkan
tersedianya akses layanan telepon diseluruh wilayah regional
Asia Pasifik, dan kemudian mewujudkan tersedianya akses
layanan internet diseluruh wilayah regional Asia Pasifik.
Dengan deklarasi tersebut, diharapkan pembangunan infra-
struktur telekomunikasi diarahkan untuk mendukung
meratanya penyediaan akses layanan telekomunikasi baik
131
Optimalisasi Pemanfaatan Fasilitas Internet Desa …

layanan telepon maupun internet di wilayah perkotaan dan di


wilayah perdesaan khususnya daerah rural yang tidak
menguntungkan secara ekonomi.
Di Indonesia KPU/USO di sektor telekomunikasi
merupakan kewenangan Departemen Komunikasi dan Infor-
matika yang sudah dirintis sejak berdirinya badan penyeleng-
gara telekomunikasi sampai dengan saat ini dengan beberapa
perubahan metode penyediaan hingga menemukan bentuk yang
efisien dan ekonomis. Penyediaan KPU/USO di Indonesia
diatur berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Infor-
matika Nomor 32/PER/M.KOMINFO/10/2008 tentang Kewa-
jiban Pelayanan Universal Telekomunikasi. Adapun target
wilayah penyediaan KPU/USO sebagaimana telah ditetapkan
Peraturan Dirjen Postel Nomor 247/DIRJEN/2008 tentang
Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi (WPUT) Beban
Kontribusi Kewajiban Pelayanan Universal (KKPU) Teleko-
munikasi adalah terwujudnya akses layanan telepon di 31.824
desa pada Tahun 2009, terwujudnya layanan akses internet di
4.218 kecamatan pada Tahun 2011, dan terwujudnya layanan
akses internet di 31.824 desa pada Tahun 2013.
Tujuan jangka panjang yang akan dicapai dalam
kebijakan ICT infrastructure secara konkret adalah terwujud-
nya masyarakat Indonesia berbasis informasi secara bertahap
pada Tahun 2025.
Kehadiran infrastruktur telekomunikasi dan informatika
berpotensi mengakselerasi terjadinya perubahan sosial, eko-
nomi atau budaya masyarakat setempat, bilamana akses
dimaksud dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya. Karena
itulah, pasca deployment infrastruktur telekomunikasi dan
informatika di desa desa USO, diperlukan suatu pemantauan
atau evaluasi terhadap pemanfaatan layanan dimaksud. Di sisi
132
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

lain, masyarakat boleh jadi enggan memanfaatkan layanan


karena tidak mengetahui bagaimana memanfaatkan layanan
yang tersedia. Oleh karenanya edukasi kepada masyarakat
mengenai bagaimana memanfaatkan telepon atau internet dan
manfaat apa yang bisa didapatkan dengan memanfaatkan
layanan ini juga diperlukan.
Keberhasilan suatu kebijakan atau program baik
dibidang telekomunikasi dan informatika dan bidang lain
bukan ditentukan ketersediaan infrastruktur atau fasilitas.
Namun ditentukan apakah fasilitas yang ada dimanfaatkan oleh
masyarakat (sasaran) setempat atau tidak. Program USO
menjadi tidak ada artinya, apabila fasilitas yang tersedia tidak
dimanfaatkan. Untuk itu, perlu dikembangkan suatu strategi
agar infrastruktur telekomunikasi dan informatika yang ada di
pedesaan bisa dimanfaatkan secara optimal.
Diantara sekian banyak desa USO yang telah dibangun
melalui program pemerintah (kementrian Kominfo) terdapat
desa yang telah diberi fasilitas akses internet (desa Pinter).
Pada desa Pinter yang diberi fasilitas internet tentu membutuh-
kan perlakuan yang berbeda baik dari sisi pengelolaan, SDM
maupun perlakuan pasca terbangunnya fasilitas demi
keberlangsungan dan kemanfaatan. Mengingat belum semua
masyarakat pedesaan telah mengenal dan melek internet.
Karenanya pada desa Pinter, selain edukasi pemanfaatan
telekomunikasi diperlukan pula edukasi mengenai penggunaan
internet. Edukasi yang benar mengenai pengoperasian dan
pemanfaatan internet, akan memberikan suatu benefit bagi
masyarakat pengguna internet untuk mendukung aktivitas
keseharian mereka. Artinya kemampuan telekomunikasi dan
informatika masyarakat setempat baik sebagai pengelola

133
Optimalisasi Pemanfaatan Fasilitas Internet Desa …

maupun pengguna perlu diperhatikan sejak dini. Akan lebih


baik bila edukasi yang dikemas dalam kegiatan pelatihan
dijadikan dalam satu paket pekerjaan pembangunan
infrastruktur/fasilitas desa pinter.
Kenyataannya fasilitas telekomunikasi yang disediakan
pemerintah belum mencapai sasaran dan dimanfaatkan
sebagaimana tujuan yang diharapkan dari program USO ini.
Hasil penelitian BPPI (2010) berkait dengan program
desa pinter (2010) menunjukkan bahwa program ini jauh dari
keberhasilan artinya program USO tidak mampu mewujudkan
tujuannya yakni terhubungnya antar desa desa di Indonesia.
Penelitian juga menemukan bahwa perangkat desa dan
masyarakat sekitar fasilitas internet belum memahami secara
benar tujuan dan pemanfaatan dari program ini. Penjelasan
tentang itu masih sangat kurang yang berimbas pada pembiaran
atau penggunaan fasilitas yang tidak sesuai dengan tujuan
program.
Hasil yang sama juga di temukan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Puslitbang Postel (2010) bahwa pemanfaatan
fasilitas USO masih sangat kurang yang dikarenakan
pemahaman perangkat desa dan masyarakat sekitar terhadap
tujuan dibangunnya fasilitas telepon dan internet masih sangat
kurang. Dua penelitian tersebut juga menemukan bahwa
fasilitas telekomunikasi kebanyakan ditempatkan di balai desa,
sehingga menimbulkan keengganan masyarakat untuk datang
memanfaatkan fasilitas yang ada, sosialisasi juga masih sangat
kurang dilakukan. Temuan lainnya bahwa fasilitas yang ada
kebanyakan digunakan untuk kegiatan lain misalnya, untuk
mengetik laporan, surat menyurat dan kegiatan desa lainnya.

134
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

Dari temuan penelitian dan kondisi riil di lapangan


dapat disimpulkan bahwa program USO tidak mencapai tujuan
dikarenakan beberapa hal sebagai berikut :
1. Tidak terbangun komuniasi baik antara pemangku
kepentigan (stake holders) maupun dengan kelompok
saaran. Kondisi ini mengakibatkan pemahaman perangkat
desa dan masyarakat terhadap program ini sangat kurang.
2. Tidak ada koordinasi antara stake holders dengan
kelompok sasaran.
3. Pengetahuan kelompok sasaran terhadap TIK masih
lemah.
4. Tidak ada keterlibatan masyarakat dalam program USO.
Akibatnya fasilitas yang ada di desa-desa penerima
fasilitas telekomunikasi tidak memberikan manfaat sebagai-
mana yang diharapkan. Dalam konteks pemberdayaan masya-
rakat melalui ICT, yang paling urgen adalah adanya
pendamping yang mempunyai pemahaman dan kemampuan
yang cukup, serta mampu mengoperasikan dan memanfaatkan
akses internet dengan baik dan benar. Pendamping yang
dimaksud disini tentu memiliki kemampuan dasar ICT, serta
memahami karakteristik masyarakat pedesaan setempat. Ada
banyak figure yang bisa dilibatkan sebagai pendamping
masyarakat pedesaan untuk memanfaatkan akses interndet
dengan baik dan benar. Para guru, penyuluh pertanian, bidan,
juru penerang adalah figur-figur yang memiliki kemampuan
memadai sebagai pendamping. Mereka umumnya memiliki
latar belakang memadai dan telah mengenal karakteristik
masyarakat pedesaan dengan baik. Yang diperlukan kemudian
adalah membekali mereka dengan pelatihan-pelatihan khusus
mengenai ICT. Relawan sosial dan kalangan lembaga swadaya

135
Optimalisasi Pemanfaatan Fasilitas Internet Desa …

masyarakat juga bisa dilibatkan sebagai pendamping


masyarakat.
Selain dengan model pendampingan ada solusi/alterna-
tif lain yang dapat digunakan sebagai sebuah pendekatan agar
infrastruktur USO yang ada dapat lebih berdaya guna dan
memberikan manfaat bagi pemerintah desa dan masyarakat
setempat sebagai sasaran program. Alternatif tersebut adalah
sebuah implementasi yang dilakukan secara komprehensif
yakni menyatukan beberapa unsur atau faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan program USO mencapai sasaran,
sebagaimana disebutkan di atas.

Permasalahan
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana
dan apa yang harus dilakukan agar fasilitas (infrastruktur)
internet di desa Sigeblog (Program USO) bermanfaat bagi
pemerintah maupun warga desa Sugeblog? Bagaimana agar
fasilitas dimanfaatkan sehingga program tersebut dapat
mencapai tujuan, yakni terwujudnya konektivitas antar desa,
dan dapat menjadi wahan/sarana interaksi dan saluran
informasi masyarakat.
Menjawab permasalahan adalah dengan mengajak
pemerintah desa dan warga masyarakat desa Sigeblog
mengelola web site untuk desa, dengan memanfaatakan
fasilitas yang ada (internet desa). Dan kegiatan penelitian
tindakan (action research) merupakan suatu kegiatan yang
sekiranya mampu menjawab permasalahan permasalahan yang
menghambat tercapainya tujuan program USO.

136
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

Tujuan Penelitian
1. Pemanfaatan fasilitas telekomunikasi (internet) yang ada di
Desa Sigeblog agar fasilitas yang ada tersebut memberi
nilai tambah/kemanfaatan bagi pemerintah dan warga
desa Sigeblok.
2. Membangun sistem informasi dan komunikasi di desa
Sigeblog.

Manfaat
Terbangunnya Web site desa yang memanfaatkan fasilitas
Program USO, merupakan langkah strategis untuk mewujud-
kan efisiensi dan efektifitas Program, sehingga tujuan USO
bisa tercapai. Dalam hal penyelenggaraan pemerintahan desa
menciptakan suatu mekanisme, sistem informasi dan
komunikasi berbasis teknologi, disamping juga sebagai wujud
pertanggungjawaban pemerintah desa dalam penyelenggaraan
pemerintahan, sehingga tercipta pemerintahan yang transparan
dan akuntabel. Dalam kaitan dengan berlakunya UU KIP Web
site Desa merupakan wujud nyata dari implementasi
pengelolaan informasi dan sarana interaksi dengan warganya,
sehingga akan mendorong partisipasi masyarakat.

Kerangka Pemikiran
Keberadaan fasilitas telekomunikasi terutama internet
di desa-desa penerima bantuan program USO tidak akan
membawa pengaruh apapun bila fasilitas yang ada tidak
dipergunakan sebagaimana mestinya. Untuk dapat meng-
gunakan fasilitas yang berteknologi baru (internet) diperlukan
pengetahuan akan kegunaan dan ketrampilan untuk meng-
operasionalkan fasilitas yang ada. Selain itu kesesuaian

137
Optimalisasi Pemanfaatan Fasilitas Internet Desa …

karakter teknologi dengan kebutuhan masyarakat juga akan


mendorong minat memanfaatkan.
Berdasar pemikiran di atas maka untuk dapat
memanfaatkan internet yang ada diperlukan web site desa agar
aktifitas desa bisa dipublikasikan lewat halaman web yang ada.
Dengan dimilikinya web desa diharapkan akan terjadi
konektivitas atau interaksi antara pemerintahan desa dengan
warganya, sedang bagi dunia luar dengan dimilikinya web site
desa yang berisikan tentang potensi desa akan membka peluang
terjadinya transaksi dengan desa-desa yang lain atau dengan
kota sebagai sumber ekonomi desa. Transformasi pengetahuan,
dan budaya serta teknologi juga menjadi semakin terbuka,
sehingga kesenjagan antara kota dan desa menjadi semakin
pendek.
Disisi lain dengan membangun Web site desa yang
memanfaatkan fasilitas Program USO, merupakan langkah
strategis untuk mewujudkan efisiensi dan efektifitas Program,
sehingga tujuan USO bisa tercapai. Dalam hal penyelenggaraan
pemerintahan desa menciptakan suatu mekanisme, sistem
informasi dan komunikasi berbasis teknologi, disamping juga
sebagai wujud pertanggungjawaban pemerintah desa dalam
penyelenggaraan pemerintahan, sehingga tercipta pemerintahan
yang transparan dan akuntabel. Dalam kaitan dengan
berlakunya UU KIP Web site Desa merupakan wujud nyata
dari implementasi pengelolaan informasi dan sarana interaksi
dengan warganya, sehingga akan mendorong partisipasi
masyarakat.
Untuk mewujudkan semua itu pilihan yang diambil
adalah dengan melakukan penelitian tindakan tentang
optimalisasi pemanfaatan fasilitas internet desa dengan
pengelolaan web site. Menurut Dr. H. Sulipan, M.Pd.
138
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

penelitian tindakan adalah penelitian yang berorientasi pada


penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau
pemecahan masalah pada suatu kelompok subyek yang diteliti
dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya,
untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat
penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan
situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.
Dasar pemikiran mengapa pemecahan masalah tidak
termanfaatkannya fasilitas Internet desa bantuan program USO
dilakukan dengan penelitian tindakan karena penulis berasumsi
bahwa hanya dengan Web site maka jaringan internet yang ada
akan memberikan manfaat. Web site merupakan aplikasi on
line yang memungkinkan kita untuk saling berhubungan satu
dengan yang lain (dengan dunia luar), melalui web site juga
potensi desa bisa dipublikasikan sehinga membuka peluang
terjadinya transaksi. Web site ibaratnya sebuah konter untuk
memajang dagangan yang kita jual.
Dasar pemikiran atau teori yang mengarahkan aktivitas
dalam penelitian tindakan ini utamanya adalah model
penerimaan teknologi (TAM), teori ini pada prinsipnya
mengatakan bahwa, penerimaan teknologi sangat dipengaruhi
oleh tingkat pengetahuan akan manfaat dan kemudahan
penggunaan teknologi itu bagi mereka.
Technology Acceptance Model (TAM), diperkenalkan
pertama kali oleh Davis pada tahun 1989. TAM dibuat khusus
untuk pemodelan adopsi pengguna system informasi. Menurut
Davis (1989), tujuan utama TAM adalah untuk mendirikan
dasar penelusuran pengaruh faktor eksternal terhadap
kepercayaan, sikap (personalisasi), dan tujuan pengguna
komputer. TAM menganggap bahwa dua keyakinan variabel

139
Optimalisasi Pemanfaatan Fasilitas Internet Desa …

perilaku utama dalam mengadopsi sisitem informasi, yaitu


persepsi pengguna terhadap manfaat (perceived usefulness) dan
persepsi pengguna terhadap penggunaan (perceived ease of
use). Perceived usefulness diartikan sebagai tingkat di mana
seseorang percaya bahwa menggunakan system tertentu dapat
meningkatkan kinerjanya, dan perceived ease of use diartikan
sebagai tingkat dimana seseorang percaya bahwa menggunakan
system tidak diperlukan usaha apapun (free of effort).
perceived ease of use juga berpengaruh pada perceived
usefulness yang dapat diartikan bahwa jika seseorang merasa
system tersebut mudah digunakan maka system tersebut
berguna bagi mereka.
Berbagai penelitian dilakukan untuk mempelajari
proses integrasi teknologi semenjak tahun 1970-an. Beberapa
model telah dibangun untuk menganalisis dan memahami
faktor-faktor yang mempengaruhi diterimanya penggunaan
teknologi komputer, diantaranya yang tercatat dalam berbagai
literatur dan referensi hasil riset bidang teknologi informasi,
seperti Theory of Reasoned Action (TRA), Theory of Planned
Behavior (TPB), dan Technology Acceptance Model (TAM).
Model TAM yang dikembangkan oleh Fred D. Davis (1989)
merupakan salah satu model yang paling banyak digunakan
dalam penelitian TI karena model ini lebih sederhana dan
mudah diterapkan (Iqbaria, 1995). Model TAM diadopsi dari
model Theory of Reasoned Action (TRA), yaitu teori tindakan
beralasan yang dikembangkan oleh Fishbe dan Ajzen (1975).
(Dalam Ratih Wijayanti, 2009)1.

1
Analisis Technology Acceptance Model (TAM) terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi penerimaan nasabah terhadap layanan internet
banking (studi empiris terhadap nasabah bank di Depok).
140
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

Temuan penelitian terhadap Program USO sektor


telekomunikasi yang dilakukan oleh Lasni Julita Siahaan
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kemam-
puan, kemudahan dan kegunaan dengan penerimaan/peng-
gunaan atau pemanfaatan fasilitas USO. Penelitian terhadap
Perilaku Pengguna Internet pada Desa Pintar Hasil
Pembagunan USO di Jawa Tengah, dilakukan dengan teknik
survai dengan pendekatan model penerimaan teknologi (TAM)
tersebut, menemukan bahwa, penerimaan teknologi di-
pengaruhi oleh :
1. Kemampuan masyarakat menggunakan komputer sangat
mempengaruhi penggunaan/penerimaan fasilitas internet
hasil pembangunan USO, pelatihan penggunaan komputer
pada pengelola dan masyarakat dapat meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk menggunakan fasilitas
tersebut.
2. Persepsi kemudahan menggunakann internet sangat
mempengaruhi penggunaan atau penerimaan fasilitas pro-
gram USO. Pelatihan penggunaan internet pada pengelola
dan masyarakat membuat masyarakat memahami,
menguasai dan trampil menggunakan fasilitas, sehingga
masyarakat dapat menggunakan atau memanfaatkan
fasilitas USO tersebut untuk berbagai keperluan.
3. Persepsi kegunaan mempengaruhi sikap dan niat
masyarakat untuk menggunakan fasilitas internet. Dengan
mengetahui kegunaan atau manfaat internet, maka
masyarakat tertarik untuk menggunakan fasilitas tersebut.
4. Lokasi penempatan fasilitas mempengaruhi perilaku
masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas USO. Tempat

141
Optimalisasi Pemanfaatan Fasilitas Internet Desa …

yang nyaman dan mudah terjangkau mempengaruhi


masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas USO.

Action Research
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka perlu
dilakukan suatu penelitian tindakan (action research) agar
fasilitas yang ada mampu memberikan nilai tambah bagi
pemerintah desa dan masyarakat. Dan pilihan paling tepat,
yang sesuai dengan karakteristik fasilitas yang ada adalah
membangun sebuah sarana interaksi antara pemerintah desa
dengan rakyatnya, melalui sebuah jaringan komunikasai virtual
(maya) yakni dengan pembuatan Web site pemerintah desa
Action research atau penelitian tindakan merupakan
salah satu bentuk rancangan penelitian, dalam penelitian
tindakan peneliti mendeskripsikan, menginterpretasi dan
menjelaskan suatu situasi sosial pada waktu yang bersamaan
dengan melakukan perubahan atau intervensi dengan tujuan
perbaikan atau partisipasi. Action research dalam pandangan
tradisional adalah suatu kerangka penelitian pemecahan
masalah, dimana terjadi kolaborasi antara peneliti dengan client
dalam mencapai tujuan (Kurt Lewin,1973 disertasi
Sulaksana,2004), sedangkan pendapat Davison, Martinsons &
Kock (2004), menyebutkan penelitian tindakan, sebagai sebuah
metode penelitian, didirikan atas asumsi bahwa teori dan
praktik dapat secara tertutup diintegrasikan dengan
pembelajaran dari hasil intervensi yang direncanakan setelah
diagnosis yang rinci terhadap konteks masalahnya.
Menurut Gunawan (2007), action research adalah
kegiatan dan atau tindakan perbaikan sesuatu yang
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya digarap secara
sistematik sehingga validitas dan reliabilitasnya mencapai
142
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

tingkatan riset. Action research juga merupakan proses yang


mencakup siklus aksi, yang mendasarkan pada refleksi; umpan
balik (feedback); bukti (evidence); dan evaluasi atas aksi
sebelumnya dan situasi sekarang. Penelitian tindakan ditujukan
untuk memberikan andil pada pemecahan masalah praktis
dalam situasi problematik yang mendesak dan pada pencapaian
tujuan ilmu sosial melalui kolaborasi patungan dalam rangka
kerja etis yang saling berterima (Rapoport, 1970 disitasi
Madya,2006). Proses penelitian bersifat dari waktu ke waktu,
antara “finding” pada saat penelitian, dan “action learning”.
Dengan demikian action research menghubungkan antara teori
dengan praktek.
Penelitian tindakan merupakan intervensi praktik dunia
nyata yang ditujukan untuk meningkatkan situasi praktis. (Prof.
Dr. Suwarsih Madya)

Prosedur Research
A. Langkah I (Persiapan)
1. Menentukan masalah yang akan diselesaikan dengan
tindakan
2. Menentukan lokasi (sasaran) tindakan
3. Membuat proposal dan Menyusun rencana aksi lengkap
dengan steakholders yang akan terlibat dalam tindakan
(action)
4. Menyusun jadwal/schedule pelaksanaan.
5. Membuat master (Tamplate) Web Site.

B. Langkah II (Aksi/Tindakan)
1. Melakukan koordinasi dengan pemerintah di tingkat
kabupaten, kecamatan dan desa. Kegiatan ini dimak-

143
Optimalisasi Pemanfaatan Fasilitas Internet Desa …

sudkan untuk memperoleh persepsi atau kesepahaman


dan komitmen atas kegiatan yang dilakukan.
2. Mendiskusikan masalah penelitian dengan pemerintah
desa (sasaran/client) dengan tujuan untuk menyamakan
persepsi terhadap masalah yang dihadapi dan cara
penyelesaiannya.
3. Menentukan macam jenis, kegiatan dan bahan-bahan
yang akan dijadikan konten Web site (Peneliti dan
pemerintah desa/client)
4. Mengumpulkan bahan-bahan yang telah disepakati antara
peneliti dengan client (sasaran)
5. Pelatihan TIK pada Pengelola Web site
5. Meng Upload dan posting data ke data base dan server.
6. Evaluasi terhadap Web site yang dibangun.
7. Melalukan perubahan atau perbaikan Web site sesuai
hasil evaluasi.

C. Langkah III (Maintenant/Pemeliharaan)


1. Menunjuk Pengelola (admin) – (Pemdes dan bisa
melibatkan masyarakat)
2. Melakukan update data/informasi bisa Mingguan,
bulanan atau tahunan bahkan juga bisa harian
tergantung kebutuhan dan kemampuan SDM pengelola.
3. Melakukan perawatan prangkat keras dan lunak
(pembersihan virus dsb)
4. Melakukan Evaluasi kinerja web site (Tahunan)
Bahan/Peralatan Yang Dibutuhkan
1. Perangkat komputer lengkap dengan koneksi internet,
dalam hal ini memanfaatkan perangkat yang sudah
tersedia melalui program USO (untuk yang sudah ada).
Untuk yang belum tesedia koneksi internetnya namun
144
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

sinyal seluler, maka dapat digunakan modem eksternal


sebagai sarana koneksi internet.
2. Data atau Informasi yang akan dijadikan konten Web
Site. Untuk data ini dikumpulkan sepenuhnya oleh
pemerintah desa setempat, dengan membentuk ataupun
tanpa membentuk tim pengumpul data/informasi.
3. Perangkat desa/Tim pengelola, tim ini nantinya akan
bekerja sepanjang waktu dengan tugas menjaga
kelangsungan hidup Web site. Adapun tugas-tugasnya
adalah mengumpulkan, mengolah, mengemas dan
menayangkan (update/posting) data/informasi.

145
Optimalisasi Pemanfaatan Fasilitas Internet Desa …

Tabel 8. Data yang Diperlukan

No. Sumber/Jenis Data Macam Data


Sejarah, Visi misi, Struktur
1. Kelembagaan Desa Organisasi, Pemerintahan desa,
Pembagian wilayah desa.

Kependudukan, Ekonomi,
2. Potensi Desa Kesehatan, Pendidikan, Wisata,
dsb

Program yang sedang berjalan, dan


3. Program Desa
yang direncanakan

Fitur aktif tentang Kegiatan yang


akan dilaksanakan, contoh ;
4. Agenda Desa
kunjungan aparat pusat,
sosialisasi......dsb

Peraturan daerah, Peraturan desa,


5. Regulasi-Regulasi Keputusan bupati/pemda,
keputusan desa.

Berisi tentang lembaga-lembaga


6. Kelompok masyarakat (KIM) sosial kemasyarakatan yang ada di
desa.

Sumber keuangan dan


7. RABP Desa
Penggunaan Anggaran Desa

8. Dan lain-lain Sesuai Potensi Desa...........

146
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

Hasil Penelitian
Riset tindakan dengan tujuan memanfaatkan fasilitas
internet desa Sigeblog bantuan dari program USO sektor
telekomunikasi yang dilaksanakan Depkominfo untuk
pelaksanaan tahun 2009/2010. Tindakan yang dilaksanakan
adalah membangun web site pemerintahan desa. Pilihan riset
tindakan didasari oleh adanya fakta sebagaimana disampaikan
dalam latar belakang bahwa infrastruktur telekomunikasi
(intenet) di desa-desa penerima bantuan dari pogram USO
ternyata belum dimanfaatkan. Tidak termanfaatkannya internet
desa yang ada selain karena dalam implementasi tidak ada
komunikasi dan koordinasi dengan stake holder di daerah serta
kelompok sasaran, juga disebabkan karena rendahnya
pengetahuan atau literasi TIK masyarakat desa. Adanya
jaringan internet di desa tidak akan membawa perubahan dan
manfaat apapun bila tidak dimanfaatkan. Atas pemikiran itu,
maka diambil sebuah kegiatan riset tidakan yakni membangun
sebuah web site desa, dengan tujuan agar jaringan internet yang
ada memberikan nilai tambah bagi pemerintah desa dan warga
Sigeblog. Sebenarnya riset tindakan ini tidak hanya dilakukan
di desa Segeblog saja, namun dilakukan juga di 3 (tiga) desa
lainnya, yakni desa Beji, kecamatan Pejawaran, kabupaten
banjarnegara, dan desa Sidorejo, kecamatan Lendah, desa
Kaligintung, kecamatan Temon kabupaten Kulon Progo
Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun laporan Riset ini hanya
untuk desa Sigeblog karena desa lainnya dilakukan oleh Tim
yang berbeda, dan dilaporkan tersendiri.
Sebagaimana Rencana aksi yang telah peneliti susun
sebagai urutan langkah-langkah tindakan untuk melakukan

147
Optimalisasi Pemanfaatan Fasilitas Internet Desa …

riset, maka dalam menyusun laporan riset ini juga disesuaikan


dengan tahapan yang ada.

A. Koordinasi
1. Dengan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara
Koordinasi adalah suatu kegiatan yang
dimaksudkan untuk membangun komitmen,
menyatukan persepsi, dan menyamakan langkah antara
pemangku kepentingan terhadap program yang sedang
dilaksanakan. Dengan koordinasi yang baik diharapkan
akan terjadi pembagian kerja dan wewenang sehinga
program yang sedang dijalankan dapat terealisasi
dengan baik dan mampu mencapai tujuan sebagaimana
diharapkan. Program optimalisasi pemanfaatan fasilitas
internet desa hasil penetrasi program USO juga
memerlukan adanya koordinasi antara pemangku
kepentingan, yakni mulai dari pemerintah kabupaten,
kecamatan hingga dengan pemerintah desa sebagai
saaran program action research ini.
Dalam pelaksanan kegiatan penelitian tindakan
di desa Sigeblok koordinasi yang dilakukan dengan
pemerinah kabupaten Banjarnegara diawali melalui
komunikasi jarak jauh yakni melalui telepon.
Sebagaimana sifat komunikasi melalui telepon yang
serba terbatas kerena faktor jaringan dan waktu dan
etika, maka dalam komunikasi ini hanya sebatas
pemberitahuan awal kepada pemerintah kabupaten
Banjarnegara (dishubkominfo), bahwa akan ada
kegiatan action research di desa Sigeblog. Melalui
komunikasi telepon itulah pertama kali kami sampaikan
rencana kegiatan optimalisasi pemanfaatan internet desa
148
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

di Sigeblog, kecamatan Banjarmangu kabupaten


Banjarnegara. Melalui telepon juga kami sampaikan
sedikit tentang maksud dan tujuan kegiatan action
research ini.
Sambutan pemerintah kabupaten Banjarnegara
(dishubkominfo) atas rencana kegiatan ini ternyata
sangat positif dan kami dipersilahkan untuk
melakukannya dan diminta untuk berkoordinasi lebih
dahulu dengan pihak pemerintah kabupaten dalam hal
ini adalah Dishubkominfo Banjarnegara. Hasil
pembicaraan telepon kami dengan pihak dishubkominfo
yang diwakili oleh bapak Imam (kepala bidang
Kominfo) menghasilkan kesepakatan awal bahwa kami
sebelum turun ke desa Sigeblog, diminta lebih dahulu
datang di dishubkominfo Banjarnegara untuk melaku-
kan koordinasi lebih lanjut. Tawaran ini merupakan
modal awal kami untuk melangkah lebih maju dan pintu
masuk untuk melakukan koordinasi dengan pemerintah
kabupaten Banjarnegara selanjutnya.
Modal awal yang berupa sambutan positif
tersebut tentu saja memberikan harapan kami untuk bisa
melakukan kegiatan action research (penelitian
tindakan) optimalisasi pemanfaatan fasilitas Internet
desa (USO) dengan baik dan mencapai tujuan
sebagaimana kami harapkan. Pada hari yang telah kami
sepakati bersama dengan pak Imam (Dishubkominfo)
Banjarnegara kami tim penelitian menepati janji datang
berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten
Banjarnegara (dishubkominfo). Dalam koordinasi kali
ini kami juga bersama tim penelitian tindakan (action

149
Optimalisasi Pemanfaatan Fasilitas Internet Desa …

research) desa lain, yakni desa Beji, kecamatan


Pejawaran, kabupaten Banjarnegara. Perlu diketahui
bahwa action research ini selain dilakukan di desa
Sigeblok, kecamatan Banjarmangu, juga dilakukan di
desa Beji, kecamatan Pejawaran kabupaten
Banjarnegara. Dua desa di kabupaten Banjarnegara ini
meski beda kecamatan namun sama-sama sebagai
penerima fasilitas Internet dari program USO untuk
tahun 2009 – 2010. Karena masalah yang di angkat
dalam penelitian tindakan sama, maka koordinasi kami
lakukan secara bersamaan supaya tidak terjadi
pemborosan baik tenaga maupun biaya. Baru setelah
dari kabupaten tim berpisah dan menuju desa masing,
kami 4 (empat) personal menuju kantor kecamatan
Banjarmangu dan terus ke desa Sigeblog, dan satu tim
yang juga terdiri dari 4 (empat) personal menuju kantor
kecamatan Pejawaran untuk selanjutnya meluncur ke
desa Beji.
Saat penelitian dilakukan dishubkominfo sedang
banyak kegiatan, lebih lebih esoknya akan melakukan
kerja besar tentang survey transportasi yang
diselenggarakan secara nasional, namun karena sudah
ada kesepakatan via tilpon sebelumnya, maka kami tim
penelitian diterima dengan keramahan kas Banjarnegara
oleh beberapa pejabat dan staf dishubkominfo
Banjarnegara. Diantara yang hadir dalam pertemuan
adalah bapak Imam selaku kepala bidang komunikasi
dan informatika, pak Edi kepala seksi dan beberapa staf
pada bidang kominfo.
Koordinasi yang dilakukan saat itu berjalan
sesuai yang diharapkan, dan pihak dishubkominfo
150
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

menyambut baik program yang akan kami laksanakan


di Banjarnegara, bahkan dishubkominfo langsung
memerintahkan stafnya untuk ikut terjun langsung ke
desa Sigeblog dan desa Beji bersama kami. Dalam
perbincangan kami dengan pihak dishubkominfo dapat
kami simpulkan bahwa Banjarnegara merupakan
kabupate yang punya komitmen kuat dalam
pengembangan TIK khususnya internet. Denga adanya
fasilitas internet yang memadai akan sangat membantu
persebaran informasi dan terjadinya interaksi antara
warga denga warga dan antara warga dengan
pemerintah. Namun pemerintah juga menyadari akan
adanya keterbatasan pengetahuan TIK masyarakat desa
yang masih rendah, sehingga penetrasi pemanfaatan
teknologi ini masih rendah.
Untuk masalah desa pinter atau program USO
dari Kemkominfo, pemerintah Banjarnegara berharap
Kemkominfo dapat segera melanjutkan untuk
pemasangan internet pada 68 desa lain di Banjarnegara
yang sudah mendapatkan fasilitas telepon (desa
berdering). Selama ini pemerintah Banjarnegara secara
berkala (bulanan) telah melakukan monitoring
penggunaan fasilitas desa pinter dan berdering. Desa-
desa penerima bantuan setiap bulannya diwajibkan
menyampaikan laporan ke dishubkominfo tentang
kondisi dan pemanfaatan fasilitas. Kedepan pemerintah
kabupaten Banjarnegara merencanakan untuk
meningkatkan pemanfaatan TIK sebagai sarana untuk
meningkatkan interaksi warga dan mendorong
partisipasi masyarakat dalam pembangunan wilayah.

151
Optimalisasi Pemanfaatan Fasilitas Internet Desa …

Salah satu program yang mungkin bisa digulirkan


adalah melalui peningkatan literasi masyarakat dengan
memanfaatkan fasilitas yang telah ada sekarang ini
(USO) dan menambah bila anggaran memungkinkan.
Satu masalah yang disampaikan pihak
pemerintah kabupaten Banjarnegara adalah masalah
komunikasi dan koordinasi antara pemerintah pusat dan
daerah yang dinilai masih sangat lemah, terutama yang
berkait dengan pelaksanaan program desa pinter (USO).
Dalam implementasi desa berdering dan pinter (USO
2009-2010) pihak pemerintah daerah Banjarnegara
sama sekali tidak dilibatkan dan bahkan dihubungi
sebelumnya untuk berkoordinasi saja tidak. Pemerintah
daerah (dishubkominfo) Banjarnegara tahu ada bantuan
fasilitas telepon dan internet dari Depkominfo setelah
mendapatkan laporan dari desa-desa penerima (70
desa). Sehingga pihak pemerintah tidak bisa
memberikan masukan dan mensinkronkan program
pusat dengan program daerah, sehingga fasilitas yang
ada tidak optimal dimanfaatkan.
Untuk mengatasi masalah itu terulang, pemda
Banjarnegara (dishubkominfo) mengambil kebijakan
setiap kegiatan dari pusat yang dilaksanakan di
Banjarnegara dan menyangkut kepentingan masyarakat
dan wilayah Banjarnegara harus berkoordinasi lebih
dahulu dengan pemerintah daerah sesuai bidang
garapannya. Untuk masalah masalah yang berkait
dengan sektor kominfo koordinasi dilakukan dengan
pihak Dishubkominfo. Kebijakan tersebut diambil demi
untuk adanya sinkronisasi kegiatan antara pusat dan

152
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

daerah dan menjaga kontinyuitas program yang


dijalankan.

2. Koordinasi dengan Kecamatan Banjarmangu


Setelah selesai kami melakukan koordinasi dan
menemukan titik temu serta kesamaan persepsi dengan
dishubkominfo, kami tim peneliti dengan disertai
seorang staff dishubkominfo meluncur ke kecamatan
Banjarmangu yang membawahi desa Sigeblog. Sampai
di kecamatan Banjarmangu kami serombongan diterima
langsung oleh sekretaris kecamatan di ruang kerjanya.
Kebetulan saat itu bapak kepala kantor kecamatan
Banjarmangu (camat) sedang ada kegiatan lain di luar
kecamatan, sehingga sekretaris kecamatan yang meneri-
ma kedatangan kami. Hasil pembicaraan yang kami
awali dengan menyampaikan maksud dan tujuan
kedatangan tim penelitian di kecamatan Banjarmangu,
serta tujuan dari program atau kegiatan yang akan
dilakukan di desa Sigeblog, pihak kecamatan meng-
apresiasi kegiatan yang akan dilakukan di desa
Sigeblog, wilayah Banjarmangu, dan memberikan
dukungannya dan mempersilahkan kami untuk
memasuki wilayah kecamatan Banjarmangu dan
melaksanakan kegiatan di desa Sigeblog.
Dalam pertemuan dengan pihak kecamatan yang
diwakili bapak sekretaris kecamatan, peneliti dapat
gambaran tentang desa Sigeblog dan sedikit informasi
tentang kehidupan warga desa Sigeblog yang seder-
hana, agamis, didukung dengan tingkat perekonomian
masyarakat yang sudah cukup memadai. Sebagian besar

153
Optimalisasi Pemanfaatan Fasilitas Internet Desa …

masyarakat dsa Sigeblog adalah petani salak yang


memiliki kebun salak milik sendiri. Pihak kecamatan
tidak bisa mengantar atau mengikuti kegiatan kami di
desa Sigeblog, namun mempersilahkan kami tim
peneliti untuk langsung datang ke desa dan
menggunakan waktu secukupnya. Menanggapi maksud
kegiatan riset tindakan yang kami lakukan pihak
kecamatan menyatakan senang dan memberikan
apresiasi dengan harapan semoga kegiatan kami bisa
berhasil dan bermanfaat bagi desa Sigeblog, dan
kemudian bisa dilakukan juga untuk desa-desa yang
lain di wilayah kecamatan Banjarmangu.

B. Pelaksanaan Riset Tindakan di Desa Sigeblog


Dalam pelaksanaan kegiatan riset tindakan
membangun web site desa Sigeblog diawali dengan
komnikasi jarak jauh yakni melalui pesawat telpon dan alat
komunikasi telepon yang kami hubungi adalah fasilitas
telepon desa berdering bantuan USO yang ada di desa
sigeblog. Hasil pembicaraan melalui pesawat telpon baik
dengan sekretaris desa maupun dengan kepala desa, selain
kami diperkenankan melaksanakan kegiatan di desa
Sigeblog, kami juga memperoleh informasi bahwa internet
yang ada di balai desa tidak bisa digunakan. Meski
sebenarnya kami telah antisipasi bila internet di desa
rusak, yakni dengan membawa USB modem selluler
sebagai sarana koneksi internet lengkap dengan Laptop.
Begitu mendengar bahwa internet yang ada di desa
Sigeblog tidak bisa digunakan karena jaringan (sinyal)
tidak ada, maka kami segera meghubungi pihak PT
Tangara yakni pemasang fasilitas internet desa Sigeblok.
154
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

Nomor kontak telepon PT Tangara kami peroleh dari


sekretaris desa Sigeblog (pak Mahid).
Hasil pembicaraan dengan PT Tangara diperoleh
kesepakatan bahwa hari dan tanggal yang telah kami
tentukan untuk membuat web site desa Sigeblog pihak PT
Tangara akan mengirim teknisinya untuk melakukan
perbaikan jaringan internet yang ada, agar kami dapat
melakukan kegiatan. Hari selasa sebenarnya kami sudah
janjian mau ketemu dengan teknisi PT Tangara di
Banjarnegara, namun karena ada sesuatu masalah
treansportasi, teknisi dari PT Tangara baru bisa datang hari
Rabu sore sekitar jam 3 (tiga) sampai desa Sigeblog,
sementara kami telah sejak siang ada di sana. Saat kami
mencoba melakukan koneksi memang tidak bisa terhubung
ke jaringan internet, sinyal dari antena parabola yang ada
tidak bisa tertangkap komputer. Akhirnya siang itu sambil
menunggu teknisi kami berkomunikasi dan koordinasi
dengan perangkat desa dan beberapa pemuda desa,
meyampaikan maksud dan tujuan kegiatan kami di desa
Sigeblog.
Dalam pembicaraan itulah akhirnya diperoleh
kesepakatan bahwa besuk mulai pagi hari pukul 08.00
kegiatan akan dimulai dengan diawali memberikan
pelatihan TIK pada beberapa orang termasuk perangkat
desa, agar nantinya mereka bisa mengoperaionalkan
komputer dan merawat web site desa yang akan dibangun.
Seandainya teknisi belum datang dan internet desa belum
bisa digunakan maka modem yang kami bawa sebagai
alternatif untuk melakukan koneksi internet. Pukul 3 (tiga)
sore teknisi dari PT Tangara tiba di kota Banjarnegara dan

155
Optimalisasi Pemanfaatan Fasilitas Internet Desa …

kami menjemput sambil sekalian mengantar petugas dari


Dishubkominfo yang mengikuti kegiatan kami di
Sigeblog. Pukul 16.00 sampai di balai desa Sigeblog kami
membantu membenahi antena parabola (VSAT) hingga
jam 23.20 baru bisa selesai dan internet bisa digunakan.
Pagi harinya sesuai rencana diadakan pelatihan TIK
kepada perangkat desa dan beberapa orang warga jumlah
peserta mencapai kurang lebih 15 orang. Meski mengalami
kendala karena pada pagi hari itu (mulai jam 03.00 pagi)
listrik PLN di desa Sigeblok mati, namun pelatihan tetap
bisa berjalan dengan menyewa genset di kota Banjar-
negara. Pelatihan berjalan lancar hingga selesai sekitar jam
5 sore. Pelatihan yang diberikan sangat simple karena
lebih banayak ke praktek penataan web site dan upload
data. Peserta pelatihan nampak semangat sehingga sampai
dengan jam 17.00 mereka setia mengikuti pelatihan yang
diberikan tim penelitian hingga selesai. Jam 17.00 – jam
19.30 istirahat dan pelatihan dilanjutkan lagi mulai pukul
20.00, namun kali ini tidak semua peserta yang ikut, tapi
hanya beberapa orang yang rencananya diserahi tugas
mengelola website dan update data setelah terbangunnya
web site desa.
Hingga malam itu beberapa data desa yang telah
tersedia bisa di upload ke internet, pukul 11 malam selesai
dan kami semua beristirahan di balai desa. Selama
kegiatan riset tindkan belangsung kami seluruh tim yang
berjumlah 4 orang menginap di balai desa Sigeblog.

C. Diskusi/Pembahasan
Sebagaimana disampaikan dimuka bahwa tujuan
riset tindakan (action research) ini adalah ingin
156
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

memanfaatkan fasilitas internet desa dari program USO,


yang hinga saat ini belum memberikan manfaat bagi desa
sasaran, termasuk desa Sigeblog, kecamatan Banjarmangu,
Kabupaten Banjarnegara. Dari berbagai peneliian yang
dilakukan sebagaimana disampaikan dimuka, bahwa tidak
berhasilnya program USO mencapai tujuan lebih
dikarenakan komitmen yang rendah dari implementor
dalam merealisasikan tujuan program USO. Kegiatan-
kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh implementor
dalam mengimplementasikan kebijakan agar tujuan
program bisa tercapai pada kenyataannya tidak dilakukan
implementor. Penanggungjawab program (Implementor)
kurang memperhatikan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan sebuah kebijakan, program
atau kegiatan mencapai tujuannya.
Sebagaimana dikemukakan George C Edward
dengan model Direct and Indirect Impact on Imple-
mentation mengemukakan bahwa keberhasilan implemen-
tasi dipengaruhi oleh empat variabel, yang salah satunya
adalah variable komunikasi. Menurut Edward, Keber-
hasilan implementasi menyaratkan agar implementor
mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi
tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada
kelompok sasaran (target group) sehingga akan mengu-
rangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran
suatu kebijakan tidak diketahui secara jelas atau bahkan
tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka
kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok
sasaran.

157
Optimalisasi Pemanfaatan Fasilitas Internet Desa …

Apa yang disampikan George Edward tersebut


menunjukkan betapa pentingnya sebuah komunikasi bagi
pelaksanaan program yang diharapkan akan mecapai
sasaran dan berdampak sebagaimana diharapkan. Dari
pernyataan itu tersirat juga bahwa komunikasi yang efektif
akan mampu mendorong tumbuhnya partisipasi masya-
rakat, yang sangat diperlukan dalam pencapaian tujuan
program atau kebijakan. Pemberdayaan masyarakat
menjadi tidak ada artinya tanpa adanya partisipasi dan
untuk menggalang tumbuhnya partisipasi diperlukan
adanya komunikasi yang dimaksudkan untuk menyamakan
persepsi, yang berujung pada harmonisasi langkah atau
tindakan baik oleh para pelaksana maupun kelompok
sasaran.
Dengan terbangunnya komunikasi diantara
pelaksana (implementor) dan dengan kelompok sasaran,
kegiatan dapat ditingkatkan pada kegiatan koordinasi.
Melalui koordinasi inilah akan terbangun sebuah
komitmen untuk mewujudkan tujuan dan melaksanakan
kegiatan secara terstruktur, sehingga akan terjalin adanya
kerjasama, pembagian kerja dan tanggungjawab. Dan
variable komunikasi inilah yang dalam pelaksanaan
program USO tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya,
sehingga yang terjadi adalah sekedar mebangun infra-
struktur telekomunikasi di perdesaan tanpa memikirkan
kelangsungan program dan manfaat program.
Dari kegiatan koordinasi yang kami lakukan
dengan pemerintah daerah Banjarnegara (dishubkominfo)
masalah tidak adanya komunikasi dalam pelaksanaan
program USO juga disampaikan dan dikelukan oleh
pemerintah daerah. Pemerintah daerah merasa dilangkahi
158
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

ketika pusat langsung saja datang ke lokasi USO dan


memasang infrastruktur telekomunikasi tanpa lebih dahulu
memberitahu dan berkoordinasi dengan pemerintah
daerah. Karena pemerintah daerah kan juga punya
kepentingan dan punya program yang mungkin bisa
disinergikan dengan program pusat, sehingga akan lebih
bisa menjamin tercapainya tujuan dan bermanfaat bagi
masyarakat.
Karena kondisi itulah maka pemerintah daerah
Banjarnegara sudah berkomitmen dengan dengan
pemerintah pusat termasuk dengan Depkominfo, bahwa
semua kegiatan pusat yang ada di Banjarnegara wajib
melakukan komunikasi dan berkoordinasi dengan peme-
rintah daerah banjarnegara dan untuk masalah telekomuni-
kasi koordinasi dilakukan dengan Dishubkominfo.
Konsistensi atas komitmen tersebut dilaksanakan dan
ditindak lanjuti juga ketika kami tim penelitian tentang
optimalisasi pemanfaatan fasilitas internet desa (USO)
datang dan melakukan kegiatan di Banjarnegara. Wujud
komitmen tersebut diwujudkan dalam keterlbatan staf
dishubkominfo yang ditugaskan untuk mengikuti kegiatan
kami di desa Sigeblog.
Kurang seriusnya implementor menggarap program
USO agar mencapai sasaran/tujuan juga terlihat dengan
tidak adanya upaya mengkondisikan pemerintah dan
masyarakat desa Sigeblok untuk bisa mengambil manfaat
atas fasilitas yang ada (internet). Kondisi ini bila kita
kaitkan dengan teori model imlpementasi Goerge Edward,
maka dapat dikatakan impementor tidak mempunyai
disposisi yang baik terhadap pencapaian program. Menurut

159
Optimalisasi Pemanfaatan Fasilitas Internet Desa …

George Edward, disposisi adalah watak dan karakteristik


yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen,
kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor mem-
punyai disposisi yang baik, maka dia akan dapat
menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang
diinginkan oleh pembuat kebijakan. Kerika implementor
memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan
pembuat kebijakan, maka proses implementasinya juga
menjadi tidak efektif.
Sifat demokratis dapat terlihat dari adanya peluang
yang diberikan pada kelompok sasaran untuk ikut
berpartisipasi dalam pelaksanaan program. Sedang
komitmen dapat dilihat dari tindakan-tindakan yang
diambil dalam menstruktur implementasi kebijakan, yang
memungkinkan adanya antisipasi munculnya hambatan
dan mengoptimalkan seluruh potensi yang ada untuk
memuluskan jalan mencapai tujuan.
Dalam teori penerimaan teknologi (TAM)
menyatakan bahwa kemampuan masyarakat dalam
peggunaan teknologi komputer/Internet (media baru)
mempengaruhi penerimaan masyarakat terhadap teknologi
itu. Namun kemampuan saja belumlah cukup karena disisi
lain faktor kebutuhan dan kegunaan teknologi tersebut
juga akan mempengaruhi penerimaan masyarakat terhadap
teknologi yang di kenalkan (komputer/internet). Mengacu
pada teori tersebut, maka sebuah upaya memperkenalkan
teknologi dengan segala kelebihannya serta pemberian
pelatihan ketrampilan mengunakan teknologi komputer
dan pengetahuan ketrampilan internet oleh masyarakat
menjadi penting dilakukan. Dengan kata lain literasi TIK
masyarakat perlu terus diupayakan untuk ditingkatkan.
160
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

PENUTUP

Tanggapan pemerintah Banjarnegara dan pemerintah


desa Sigeblog terhadap kegiatan riset tindakan yang kami
lakukan cukup antusias demikian juga dengan warganya, dan
ini dibuktikan dengan terbukanya menerima kedatangan dan
mengikuti kegiatan pelatihan TIK dan pembuatan web site
(Blog). Sedang tingkat literasi TIK perangkat desa Sigeblog
dan warga masyarakatnya masih tergolong rendah, namun
terpaan teknologi sudah berada pada katagori sedang,
dibuktikan dengan kepemilikan telepon seluler yang sudah
cukup banyak.
Pemerintah kabuparten Banjarnegara dan pemerintah
desa Sigeblog terbuka dalam menerima teknologi baru
khususnya internet. Karena keterbatasan pengetahuan,
ketrampilan TIK pemerintah dan masyarakat desa Sigeblog
masih perlu terus diberikan motivasi dan pelatihan agar benar-
benar mempunyai kemampuan untuk memanfaatkan fasilitas
internet yang ada.
Dalam melaksanakan kegiatan riset tindakan ini pada
dasarnya kami tidak menemui kendala, namun kami memang
merasakan adanya keterbatasan waktu kami di lokasi
penelitian. Meski dalam Satu masalah yang kami anggap cukup
mengganggu adalah keterbatasan data yang tersedia untuk
mengisi konten web yang kami bangun. Meski konten belum
mencapai target yang disebabkan kurang tersedianya data,
namun kami telah berhasil membangun web site (Web Blog)
untuk desa Sigeblog, dan kami masih memanfaatkan hosting

161
Optimalisasi Pemanfaatan Fasilitas Internet Desa …

gratisan yang diluncurkan wordpress. Adapun alamat web desa


Sigeblog adalah : www.dssigeblok.wordpress.com.
Meski belum optimal, namun dari kegiatan penelitian
tindakan yang kami lakukan di desa Sigeblog ini telah
memberikan gambaran yang cukup luas yang dapat
dipergunakan sebagai bahan tindakan lebih lanjut agar dalam
kegiatan yang dilakukan dapat mencapai sasaran dengan hasil
yang sesuai harapan. Beberapa hal ang perlu diperhatikan
dalam meningkatkan kapasitas desa Sigeblog melalui
pemanfaatan teknologi infomasi dan komunikasi kedepan
adalah :
1. Kedepan setting dan pengaturan waktu untuk
melaksanakan pembangunan web site dan pengisian
konten web perlu disesuaikan lagi waktu yang dibutuhkan
di lapangan.
2. Koordinasi dengan pemerintah Banjarnegara perlu
ditingkatkan kapasitasnya, terutama dalam hal
pengelolaan dan pengisian konten web.
3. Untuk daerah-daerah yang sudah ada sinyal sellulernya
seyoganya kegiatan ini dilakukan secara serentak sehingga
akan memangkas biaya. Untuk selanjutnya posting perlu
dipikirkan untuk yang berbayar atau mengunakan server
pemerintah daerah (bila kapasitas) memungkinkan.
4. Hasil kegiatan ini perlu terus dipantau keberlangsungannya
sampai web desa benar-benar mampu menjadi sarana
informasi, promosi, transaksi dan saluran aspirasi warga
desa Sigeblog.

162
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

DAFTAR BACAAN

Ag. Subarsono, M.Si. Ma, 2005. Analisis Kebijakan Publik,


Konsep, Teori Dan Aplikasi, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Dessler. G. (1998). Manajemen Personalia. Terjemahan Agus
Dharma. Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
Budi Winarno, 2002. Teori Dan Proses Kebijakan Publik,
Media Pressindo, Yogyakarta,
Ratih Wijayanti, 2009, Analisis Technology Acceptance Model
(Tam) Terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Penerimaan Nasabah Terhadap Layanan Internet
Banking (Studi Empiris Terhadap Nasabah Bank di
Depok)
Sulipan, Dr. H. M.Pd, Pengembangan Profesi Guru, Kepala
Sekolah Dan Pengawas Sekolah, Http://Sekolah.8k.
Com/Rich_Text_8.Html.

163
Optimalisasi Pemanfaatan Fasilitas Internet Desa …

164
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

Budiyono1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemilihan kepala daerah langsung (Pemilukada)
merupakan instrumen untuk meningkatkan participatory
democracy dan memenuhi semua unsur yang diharapkan.
Apalagi, sebenarnya demokrasi bersifat lokal, maka salah satu
tujuan pilkada adalah memperkuat legitimasi demokrasi.
Berdasar pasal 56 UU No. 12 tahun 2008 tentang perubahan
kedua atas UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan
Daerah, dinyatakan bahwa: Kepala daerah dan wakil kepala
daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan
secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil. Untuk mewujudkan azas pemilukada
tersebut, maka rangkaiannya dilaksanakan secara bertahap,
mulai dari tahap pemutahiran data dan daftar pemilih;
pencalonan; pengadaan dan pendistri-busian; kampanye;
pemungutan dan penghitungan suara.

1
Budiyono, adalah peneliti pada Balai Pengkajian dan Pengembangan
Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta.
165
Isu-isu Politik Krusial dalam Pilkada Sragen 2011

Dari berbagai tahapan tersebut tidak jarang dalam


implementasinya memunculkan isu-isu krusial, seperti dugaan
adanya black compaign, money politics, kekerasan politik dan
politik dinasti. Hal tersebut biasanya sebagai akibat
kesenjangan informasi dalam memahami aturan main. Isu
krusial seperti itu, dalam kehidupan politik memang bukan hal
yang baru, dan tampaknya dipandang menjadi hal lumrah
dalam dinamika kehidupan politik.
Persaingan memperebutkan dukungan dalam kancah
politik kadang menggiring pelaku politik menggunakan segala
cara dan kadang cara-cara itu berlawanan dengan kehendak
Undang-undang. Itulah sebabnya sering menimbulkan isu-isu
krusial seperti dalam banyak wacana pemberitaan media
massa. Meski demikian, menurut Eko Prasojo (2011), di
negara-negara lain, keberhasilan pilkada langsung tidak berdiri
sendiri. Ia ditentukan kematangan partai dan aktor politik,
budaya politik di masyarakat, dan kesiapan dukungan
administrasi penyelenggaraan pilkada.
Terkait dengan media pemberitaan, dalam
perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, kehadiran
new media (internet) telah mewarnai dinamika komunikasi
politik di masyarakat, termasuk dalam pemberitaan
pemilukada Sragen 2011. Sehubungan dengan perkembangan
media baru tersebut, kiranya menjadi penting dilakukan kajian
untuk mengetahui bagaimana peran media online dalam
mengaktualisasikan dinamika komunikasi politik dalam
penyelenggaraan pemilukada di kabupaten Sragen Jawa
Tengah.

166
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

B. Permasalahan
Bagaimana media online mengusung isu-politik
krusial dalam Pemilu-kada Sragen? Mengapa Isu-Isu Politik
dalam Pilkada Sragen dimunculkan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
peran media online dalam mengungkap isu-isu krusial dalam
Pemilukada Sragen. Sementara manfaat dari penelitian ini
adalah dapat menjadi referensi hasil kajian tentang peman-
faatan media online sebagai saluran komunikasi politik
Pemilukada Sragen.

D. Ruang Lingkup
Fokus penelitian ini berkisar pada kupasan pem-
beritaan media online atas isu-isu krusial penyelenggaraan
Pemilukada Sragen tahun 2011. Telaah yang akan dilakukan
antara lain bagaimana media online mengkritisi dan
mengaktualisasikan perkembangan isu politik pemilukada dari
aspek komunikasi politiknya.

TINJAUAN PUSTAKA
Sebuah penelitian yang dilakukan Edwi Arief
Sosiawan, tentang Internet Sebagai Media Komunikasi
Interpersonal dan Massa, mengungkapkan temuan bahwa
internet memiliki tiga fasilitas utama yang digunakan dalam
berkomunikasi, yaitu electronic mail (e-mail), web sites serta
internet relay chatt (chatting). E-mail dan chatting banyak
digunakan dalam komunikasi interpersonal yang secara teknis
berupa komunikasi informasi point to point atau point to
multipoint. Kemudian untuk fasilitas web sites, lebih digunakan
167
Isu-isu Politik Krusial dalam Pilkada Sragen 2011

sebagai media komunikasi massa dengan unique point berupa


periodisasi, pesan yang universal dan up to date informations.
(Sosiawan, 2011)
Menelisik perkembangan media, Serverin & Tankar
(2009), meng-ungkapkan bahwa sebagian besar pengamat
menyetujui bahwa internet dan word wide web telah
berkembang lebih pesat dibanding berbagai media massa
sebelumnya. Ha dan James (1998) memberi daftar beberapa
alasan atas hal tersebut, diantaranya web memberikan manfaat
relatif bagi pengguna dalam hal mereka bisa tampak kaya
informasi dan pengetahuan web memiliki daya eksperimen
tinggi (Serverin, 2009: 455)
Satu area Web telah menunjukkan pertumbuhan
adalah situs berita online. Chang (1998) dalam penelitiannya
mengirim kuestioner lewat e-mail, menanyakan tentang tiga
kategori alasan mengunjungi situs-situs online: sifat media,
situasi paparan, dan daya akses/ jangkauan. Hasilnya
menunjuk-kan bahwa sifat media yaitu kesiapan (mengetahui
sesuatu dengan segera) dan stabilitas (mendapat berita kapan
saja mereka inginkan) adalah yang paling penting bagi
pengguna situs-situs online. (Serverin, 2009: 454). Untuk
mempelajari sesuatu merupakan alasan terpenting dalam
situasi paparan. Untuk kebersamaan adalah alasan yang paling
sedikit dalam mengunjungi situs berita online. Dalam hal daya
akses, baik ekonomi maupun kesenangan terhadap koran-
koran online adalah alasan yang dianggap penting dalam
mengunjungi situs-situs berita online.
Pentingnya menelaah karakter new media dalam
proses komunikasi adalah sehubungan dengan penentuan cara
yang akan digunakan dalam berkomunikasi untuk mencapai
tujuan. Menurut Effendy, (1986: 35) bahwa berhasil tidaknya
168
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh


proses komunikasi, karena proses komunikasi memiliki fungsi:
menyebar-luaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif,
persuasif, dan instruktif secara sistematis kepada sasaran untuk
memperoleh hasil yang optimal.

LANDASAN TEORI
Dalam pembangunan bidang politik, menurut
Chusmeru, (2001: 68), ada hal yang tidak boleh diabaikan,
yaitu komunikasi. Hanya saja komunikasi dalam pembangunan
dapat dilihat dari dimensi filosofis dan politik, dimana
keduanya memiliki perbedaan yang tajam. Komunikasi dalam
dimensi filosofis bertujuan menciptakan masyarakat yang ideal
dan harmonis. Berbagai opini dan kritik yang muncul
diupayakan untuk menciptakan harmonisasi sosial, begitu pula
dengan karakteristik komponen komunikasi digunakan demi
perwujudan harmoni di masyarakat. Lembaga komunikasi,
termasuk komunikator dan media massa lebih bersifat
fungsional bagi kepentingan sosial. Equilibrium sosial
merupakan sasaran akhir dari setiap pemanfaatan sarana
komunikasi.
Komunikasi dalam dimensi politik kerap diartikan
sebagai upaya untuk memperoleh dukungan politik. Melalui
penciptaan isu dan opini publik, pelaku komunikasi politik
berusaha membangun citra kekuatan politiknya. Berbeda
dengan dimensi sebelumnya, komunikasi dalam dimensi politik
tidak terpaku pada terbentuknya equilibrium sosial, melainkan
lebih kepada kemenangan politik.
Pemanfaatan komponen komunikasi yang secara ideal
mestinya bertujuan menumbuhkan kesadaran dan pendidikan
169
Isu-isu Politik Krusial dalam Pilkada Sragen 2011

politik, bisa saja bertendensi promosi produk pada komunitas


politik agar mereka bersedia mendukung satu kekuatan politik.
(Chusmeru, 2001: 68)
Media Online sebagai Sarana Komunikasi Politik
Perkembangan teknologi komunikasi menjadi semakin
handal sehingga informasi dapat berpindah dengan sangat
cepat; karena munculnya media komunikasi baru yaitu internet
sebagai media online. Media ini bisa mengantarkan teks,
grafik, gambar, audio dan juga audio-video pada saat yang
sama dan juga mempunyai fungsi sebagai media massa seperti
halnya televisi radio juga surat kabar. Dalam perkembangan-
nya, media online bersaing dengan media cetak juga radio dan
televisi. Beberapa realitas reaksi yang muncul dari media cetak
adalah mereka mulai memindahkan produk mereka ke media
online tetapi dengan tampilan yang sama. Ada beberapa yang
kemudian memasukkan beberapa elemen dan tetap
menerbitkan versi cetaknya.
Secara historis, awalnya media online mulai
memasuki kebudayaan komunikasi massa pada pertengahan
tahun 1990-an di Amerika Serikat. Media online digunakan
sebagai sarana menyebarkan foto pribadi dan media lain
dengan teman dan keluarga, mem-posting portofolio,
mengekspresikan opini atau observasi, menyiarkan produksi/
ciptaan sendiri yang menghibur, serta menghasilkan uang dari
internet (Perebinossoff, 2005).
Perkembangan internet juga turut mempangaruhi
perkembangan media online di Indonesia. Berdasarkan data,
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), pada
tahun 2009 jumlah pengguna internet mencapai 45 juta.
Padahal, pada tahun 2006 hanya 20 juta pengguna dan menjadi
170
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

25 juta orang untuk tahun 2007. Bahkan, jika ditarik ke


belakang, pada tahun 1999 jumlah pengguna internet di
Indonesia baru ada di angka 1 juta pengguna (http://www.
detikinet.com/read/2010/06/09). Kini media online pun dapat
diakses di berbagai ruang publik, baik itu di kafe, sekolah atau
kampus, tempat kerja, bahkan rumah perorangan telah banyak
memasang jaringan internet untuk memenuhi kebutuhan
komunikasi dan informasi.
Media online yang bersifat massa, sesuai sifatnya
menjadi ranah publik sehingga relevan menjadi saluran
komunikasi politik bagi para penggunanya. Dalam kehidupan
politik demokrasi, menurut teori diskursif tentang demokrasi
ini mensyaratkan komunitas politik, yang secara kolektif dapat
merumuskan kehendak politiknya, dan mengimplementasikan
kehendak politik itu menjadi kebijakan di tingkatan sistem
legislatif. Sistem politik ini mensyaratkan sebuah ranah publik
aktivis, di mana hal-hal yang menjadi kepentingan bersama dan
isu-isu politik dapat didiskusikan, dan kekuatan opini publik
dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan. (Sulfikar,
2010).

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Deskriptif
dalam arti bertujuan untuk menggambarkan atau memaparkan
fenomena yang diteliti (Mooney dalam Baedhowi, 2001: 95).
Peneliti menggunakan pendekatan “Analisis Isi Kualitatif”
dalam bentuk analisis tekstual. Dalam melakukan analsis
peneliti bersikap kritis terhadap realitas yang ada dalam teks
berita Pemilukada 2011 di Sragen. Pada dasarnya, menurut
Krisyantono (2009), analisis isi kualitatif (kritis) memandang
171
Isu-isu Politik Krusial dalam Pilkada Sragen 2011

bahwa segala macam produksi pesan adalah teks, seperti berita,


iklan dan simbol-simbol lainnya tidak bisa lepas dari
kepentingan-kepentingan pembuat pesan. (krisyantono,
2009:250)
Analisis, dalam pandangan Nawawi (1983: 73),
dilakukan dengan cara menyusun data yang terkumpul
berdasarkan kategori dan jenisnya kemudian dipelajari dan
dihubungkan satu dengan lainnya secara menyeluruh dan
integral sehingga menghasilkan gambaran umum dari kasus
yang diselidiki. Sementara teknik analisis dengan cara
interpretasi data berupa teks pemberitaan. Interpretasi data,
menurut Moleong, (2010), merupakan upaya untuk mem-
peroleh arti dan makna yang lebih mendalam dan luas
terhadap hasil penelitian dengan cara meninjau secara kritis
dengan teori yang relevan dan informasi akurat yang diperoleh
dari lapangan (Moleong, 2010: 151)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Dari penelusuran partisipasi media online baik melalui
pemberitaan media massa online maupun non media massa
terkait dengan penyelenggara-an Pemilukada Sragen 2011,
menunjukkan hasil yang signifikan, seperti berikut:
1. Pemberitaan Isu-isu Politik Krusial dalam Media Massa
Online
Dua media massa online Suaramerdeka.Com dan
Solopos.com yang menjadi obyek kajian, tampak antusias
memberitakan beragam fenomena terkait dengan penyeleng-
garaan pemilukada Sragen. Sebagai media komunikasi sosial
politik, mereka banyak berperan dalam mengungkap fonomena
politik yang terjadi. seperti dapat dilihat pada Data-1 berikut:

172
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

Tabel 9 : Data-1
Isu-Isu Politik Krusial dalam Koran Online
Koran Online Isu-Isu Krusial Sumber Data dan
Pilkada Sragen Waktu Akses
1. Politik Dinasti http://suaramerdeka.com/
Suaramerdeka.
v1/ diakses, 21-8-2011
Com.
2. Banyak Ditemukan http://suaramerdeka.com/
Surat Suara Rusak v1/ diakses, 21-8-2011

1. Panwas Catat 16 http://www.solopos.com/


Dugaan Pelanggaran 2011/sragen/ diakses, 21-
Solopos.Com
Kampanye Pilkada 8-2011
2. Panwas Temukan http://www.solopos.com/
Ribuan Selebaran 2011/sragen/ diakses, 21-
Gelap 8-2011

Data Primer: diolah

Berbagai kasus pemberitaan berupa isu politik


pemilukada telah di share ke publik sebagai pesan komunikasi
politik agar mendapat pencermatan lebih lanjut. Beberapa isu
sebagai tersaji dalam data di atas, dapat diurai narasinya
sebagai berikut:

Isu Politik Dinasti


Di antara sekian banyak isu politik pemilukada atau
pilkada yang sangat paradoks dengan desain demokrasi di
tingkat lokal ini adalah munculnya calon-calon kepala daerah
yang berasal dari ikatan satu darah atau tergolong kerabat
dalam satu lingkar trah atau klan dengan pejabat incumbent. Ini

173
Isu-isu Politik Krusial dalam Pilkada Sragen 2011

adalah cermin dari praktik aristokrasi dalam demokrasi di


negeri ini (Fadil Abidin, 2010).
Suaramerdeka.Com, yang merupakan koran daerah di
Jawa Tengah yang dipublisir melalui media online,
menurunkan sebuah artikel yang ditulis oleh Mursito BM,
dengan judulnya: “Politik Dinasti,” mengungkapkan:
Demokrasi disandera oleh hal yang dikenal sebagai
politik dinasti. Agak mengkhawatirkan, karena fenomena ini
terjadi merata hampir di semua daerah. Politik dinasti
menciptakan rezim keluarga, semacam monarki kecil-kecilan
di daerah. Dalam kondisi itu, kepala daerah ''mewariskan'' atau
mencarikan pekerjaan untuk istri, anak, adik, dan kerabat yang
lain, mumpung berkuasa, pada saat lapangan kerja menciut.
Kasus itu antara lain terjadi di Sukoharjo, Sragen, dan Bantul.
Di Sukoharjo, istri bupati mencalonkan diri sebagai bupati
setelah masa jabatan periode kedua suaminya, habis. Tetapi
pencalonan sang istri gagal. Di Sragen, kasusnya sama. Hanya
saja, Bupati Untung Wiyono mewariskan jabatannya kepada
anaknya. Di Bantul, Sri Suryawidati, istri Bupati Bantul Idham
Samawi maju sebagai calon bupati setelah jabatan periode
kedua suaminya habis. http://suaramerdeka.com/v1/ diakses,
21-8-2011

Bahasa atau kata-kata dalam teks media massa


merupakan simbol-simbol yang dapat dimanfaatkan untuk
mengkonstruksi peristiwa sesuai keinginan media. Seperti
dikatakan Alex Sobur yang mengutip pernyataan Piliang
(2001) sebuah simbul dapat melukai orang, atau sebuah kata-
kata dapat menikam atau mungkin sebuah makna dapat
menghancurkan sebuah bangsa (Sobur, 2006: 41)

174
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

Simbolisasi kata-kata dalam teks seperti “Demokrasi


disandera oleh hal yang dikenal sebagai politik dinasti,”
menyiratkan makna bahwa demokrasi menjadi kurang
memiliki makna jika implementasi sistem Pemilukada
diselenggarakan dengan model politik dinasti. Politik dinasti
yang dikhawatirkan berkembang di Sragen, seperti dengan
munculnya calon-calon peserta Pemilukada (yang nantinya
akan menjadi Calon Bupati/Wakil Bupati) berasal dari orang-
orang yang memiliki ikatan keluarga atau kerabat dengan
incumbent (bupati yang masih berkuasa namun akan
mengakhiri masa jabatannya).
Seperti juga diungkap media online lain dengan judul
“Gagalnya Politik Dinasti, Cerdasnya Pemilih Sragen,” sebagai
ilustrasi mengungkapkan:
Untuk kali kedua dalam sejarah Pilkada langsung di
Soloraya, calon bupati yang tak lain kerabat dekat bupati yang
masih menjabat gagal meraih kekuasaan. Yang paling gres
adalah pasangan Kusdinar Untung Yuni Sukowati/Dharmawan
(YUDA) yang kalah dari pasangan Agus Fatchur Rahman-
Daryanto (ADA) dalam Pilkada Kabupaten Sragen, Sabtu
(19/3/2011). ADA unggul 50%:44% atas YUDA. Untuk
diketahui, Kusdinar Untung Yuni Sukowati (Yuni) ini adalah
puteri Bupati yang telah menjabat dua periode, yakni Untung
Wiyono. Sisa suara yang 6%, dibagi tiga pasangan
penggembira, yakni NOTO, DAMAR dan LAKU.
(http://regional.-kompasiana.com/2011/03/21)
Sebagai informasi, Yuni sebelumnya menjabat Ketua
DPRD Sragen, sehingga dialah yang memimpin anggota
legislatif lainnya mengontrol kinerja ayahnya sendiri selaku
bupati. Selang beberapa bulan menjabat dan seiring niat
175
Isu-isu Politik Krusial dalam Pilkada Sragen 2011

mencalonkan diri sebagai bupati untuk menggantikan ayahnya,


pada November 2009 dia mundur dari jabatan Ketua DPRD.
Menyusul kemudian pada Januari 2011 dia bahkan mundur dari
jabatan anggota DPRD dengan alasan agar bisa lebih berkon-
sentrasi dalam pemenangan Pilkada. http://regional.-
kompasiana.com/2011/03/21
Aspirasi Penolakan
Isu kekerabatan dalam pemilukada, tampaknya
mendapat sorotan tajam dalam pemberitaan media. Beberapa
opini yang ada mengindikasikan adanya aspirasi penolakan
terhadap munculnya pasangan calon yang salah satunya masih
memiliki hubungan kekerabatan dengan incumbent, seperti
pada data opini dalam media online berikut:
Tabel 10 : Data 2. Opini Menolak Calon Pemimpin
Berdasar Garis Kekerabatan

Tanggal Pengirim Opini


update Opini

20 Maret Cah Hapus politik dinasti di sragen.smga


2011 - Gemolong sragen bisa lbih baik k‟dpanya!2
22:44

22 Maret Cah Ngawi selamat bu yuni. atas kekalahan


2011 - 11:19 anda. emang sragen milik 1 keluarga
apa. gantian dong yang mimpin.
siapa yang sanggup merubah

2
Narasi tulisan dalam data ditulis apa adanya, tidak menggunakan bahasa
Indonesia baku karena tulisan dalam media online tidak melalui proses
editing bahasa. Tata tulisan dan kalimat dibuat dan disusun sendiri oleh
pengguna media.
176
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

kehendak yang di atas jangan


merekayasa.3

(Sumber: http://www.solopos.com/2011/ diakses, 21-8-2011,


pk. 04.41 wib)
Munculnya isu demokrasi aristokrasi dalam pilkada
Sragen, tidak mustahil, karena memang, gejala ini nampak dari
adanya pasangan calon peserta pemilihan yang memiliki
hubungan kekerabatan dengan kedudukan incumbent. Bahkan
dalam pemberitaan media online sempat mendapat sorotan
tajam. Opini yang menyoroti tampak tidak mendukung jika
kepemimpinan daerah di sragen dipegang oleh mereka yang
memiliki garis sedarah dengan incumbent. Seperti disampaikan
oleh warga yang menamakan dirinya sebagai “cah Gemolong”
dengan menyatakan: “Hapus politik dinasti di sragen.smga
sragen bisa lbih baik k‟dpanya!.” Demikian juga yang
menyebut “Cah Ngawi” dengan nada menyindir
mengngkapkan “selamat bu yuni. atas kekalahan anda. emang
sragen milik 1 keluarga apa. gantian dong yang mimpin. siapa
yang sanggup merubah kehendak yang di atas jangan
merekayasa.” Penyebutan “bu Yuni” ini merupakan salah satu
kandidat dalam pemilihan berpasangan dengan Darmawan
yang menggunakan icon nama populer “YUDA” (Yuni-
Darmawan). Ini bisa difahami karena adanya faktor yang
terefleksi di indonesia amat berkaitan. Seperti kooptasi
kekuasaan dilakukan incumbent dengan memanfaatkan akses
birokrasi. Akibatnya tidak jarang proses penyelenggaraan
pilkada tidak obyektif dan tidak independen.

3
Idem. No.3. tidak menggunakan standar bahasa Inonesia yang baku.
177
Isu-isu Politik Krusial dalam Pilkada Sragen 2011

Ketua KPU Sragen, Agus Riewanto mengungkapkan


bahwa: Pilihan regenerasi model kekerabatan ini jelas
merupakan cermin betapa kita masih mempraktikkan model
demokrasi tradisional yang hanya percaya pada kemampuan
yang dimiliki oleh calon-calon yang segaris dengan keturunan
kepala daerah. Dengan harapan kerabat ini akan memiliki
kemampuan dan karisma yang sama dengan kepala daerah
sebelumnya. Model inipun mirip dengan praktik politik
patrimonial (patrimonalism). (Suara Merdeka, 7-4-2010)
Pengungkapan fenomena ini menengarai masih
terjadinya persepsi mengambang atas posisi orang yang
memiliki hubungan kekerabatan dengan incumbent. Meski
aturan mainnya tidak memberi larangan, namun secara fatsun
politik dinilainya merupakan kondisi yang di“tabu”kan karena
dikhawatirkan dapat memunculkan hal-hal yang tidak baik,
seperti kolusi dan nepotisme. Selain itu juga agar kursi
kepemimpinan pemerintah daerah tidak berkutat pada
lingkungan keluarga tertentu dan menutup peluang akses (hak
prevellege banyak warga) yang lain. Sehingga dalam persoalan
ini yang terpenting adalah bagaimana proses politik
ditempatkan pada penegakkan mekanisme dan kontrol dalam
setiap tahapan pelaksanaan Pilkada.

Surat Suara Rusak dan Selebaran Gelap


Fenomena lain dalam isu-isu krusial pemilukada
seperti diungkap Suaramerdeka.com adalah banyaknya temuan
“Surat Suara Rusak” di berbagai wilayah pemilihan. Kasus di
TPS 1 Pringan, Karangtengah. Sragen Kota. Jumlah surat suara
yang mirip ditusuk jarum berjumlah sembilan buah. Di TPS 02
Jetis, Sragen Kulon misalnya di sana terdapat 27 surat suara
178
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

dinyatakan rusak. "Surat suara tidak dipakai. Menurut Sutarno


SPd, Ketua KPPS, karena ada coretan dan bekas tusukan
jarum." Hal yang sama terjadi di TPS 4 Karanganom,
Taraman, Sidoharjo; di TPS 5 Pilangbangu, Sepat, Masaran.
(http://suaramerdeka.com/v1, diakses, 21-8-2011, pk. 21.04
wib)
Seperti diketahui Pilkada Sragen yang berlangsung
Sabtu (19/3), diwarnai dengan sejumlah keganjilan di beberapa
TPS. Indikasi ini mencuatkan pertanyaan bagaimana persiapan
panitia pelaksana dalam mengontrol fasilitas Pilkada. Kejadian
banyaknya surat suara rusak yang selama ini sering terjadi
dalam setiap proses pemilu atau pilkada namun masih belum
juga ada tindak lanjut. Oleh karenanya layak media
memberikan sorotan untuk mendapat perhatian, dengan
harapan agar fihak-fihak berkompeten lebih menyiapkan diri
dengan baik agar tidak menimbulkan isu krusial. Jika
fenomena surat suara rusak dibiarkan tidak mustahil akan
mengurangi kredibilitas lembaga pelaksana pemilu atau
pemilukada.

Ribuan Selebaran Gelap


Pemberitaan media online lain sehari sebelum
pemilukada berlangsung (Jumat, 18/3/2011 oleh anik
Sulistyawati), mengungkapkan Satu hari menjelang
pemungutan suara, muncul banyak selebaran yang diduga
mendiskreditkan salah satu calon. Panitia pengawas pemilihan
kepala daerah menemukan lima jenis selebaran gelap, ribuan
lembaran gelap itu masih diamankan di kantor Panwas sragen.
Dari sekian banyak kasus selebaran gelap kampanye
hitam (black campaign) yang disebarkan di sejumlah wilayah
179
Isu-isu Politik Krusial dalam Pilkada Sragen 2011

di bumi Sukowati, panwas baru mendapatkan laporan


pengaduan dari seorang warga Masaran. Ketua Panwas Sragen,
Danardi mengaku baru meminta keterangan saksi sekaligus
pelapor soal selebaran gelap yang diduga melibatkan dua orang
warga masaran itu. Ia rencananya memanggil untuk dimintai
klarifikasi. (http://www.solopos.com/ 2011, Akses, 21-8-2011,
pk. 18.56 wib).
Pemberitaan serupa mengungkapkan:
“Saat itu saya dalam perjalanan dari Sragen Kota,
sesampainya di depan Gedung DPRD Sragen saya melihat dua
orang naik motor menyebarkan kertas. Saya langsung memutar
arah motor saya dan mengikuti dua orang itu. Ternyata dua
orang itu berhenti di sebuah pos komando (Posko tertentu di
Masaran maka saya datang dan meminta selebaran itu. Saya
hanya diberi empat lembar. Setelah saya baca, selebaran itu
saya bawa ke malposek Masaran sebagai tanda bukti.” Papar
Agung. (http://www. solopos.com/2011, Akses, 21-8-2011, pk.
18.56 wib).
Pemberitaan munculnya isu-isu seperti itu tentu dapat
membantu memberikan kontrol atas fenomena politik yang
ditengarai terjadi pada pelak-sanaan Pemilukada. Media juga
memperlihatkan potensi warga masyarakat yang memiliki jiwa
kritis terhadap situasi politik yang perlu mendapat dukungan
aparatur penegakkan demokrasi. Sehingga dari pemberitaan
media online yang demikian layak diapresiasi sebagai media
yang konsen terhadap perkem-bangan arus komunikasi politik
yang penting dibangun.

180
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

2. Isu Pemberitaan Media Online Non Media Massa


Sementara untuk Media Online non media massa pun
cukup proaktif dalam meliput peristiwa politik yang penting
sebagai bahan pemberitaan dan untuk memenuhi kebutuhan
informasi politik khalayak, sebagai berikut pada Data.3.

Tabel 11 : Data 3. Isu-Isu Krusial dalam Media Online


Non Media Massa
Isu-Isu Krusial Pilkada Sumber Data dan Waktu
Sragen Akses

1. Dagang Sapi Ala http://irawanism.wordpress.co


Pilkada Sragen 2011 m/2011/ Akses, 21-8-2011, pk.
18.51 wib

2. Pilkada Sragen http://www.berita8.com/read/2


Diwarnai Teror Dan 011/ diakses, 21-8-2011, pk.
Kampanye Hitam 18.51 wib

3. Keterlibatan PNS http://seputarsolo.com/04/12/2


Dominasi 010/ diakses, 21-8-2011, pk.
Pelanggaran Pilkada 18.51 wib
Sragen
Data Primer: diolah

Beragam isu krusial yang diangkat ke permukaan,


menunjukan kepedulian para produsen berita media online
untuk ikut melakukan pengawasan dan sosialisasi
penyelenggaraan pemilukada di Sragen. Dalam proses
demokratisasi, peran media online ini cukup signifikan untuk
181
Isu-isu Politik Krusial dalam Pilkada Sragen 2011

membuka tabir peroalan pemilukada di Sragen. Hal ini penting


dilakukan untuk memberikan evaluasi dan masukkan agar ke
depan persoalan serupa tidak terulang yang dapat menurunkan
citra politik bagi pelaksanaan Pemilukada. Adapun berbagai isu
krusial yang mencuat kepermukaan dan perlu dilakukan
pembahasan, adalah sebagai berikut:

Dugaan Pelanggaran Praktik Money Politic


Media menengarai terjadinya dugaan pelanggaran
dalam pelaksanaan rangkaian Pilkada Sragen. Indikasinya
dapat dilihat pada munculnya beberapa laporan atas peristiwa
tersebut, diantaranya: dugaan praktik money politics (politik
uang) yang terjadi di Sidoarjo, dan dugaan adanya aktivitas
black campaign (kampanye hitam) di Masaran.
“Sepekan menjelang pemungutan suara Pilkada
Sragen, isu adanya politik uang atau money politics mulai
merebak. Atas kondisi ini, Panitia Pengawas Kabupaten
(Panwaskab) Sragen mulai menyiagakan personel untuk
memperketat pengawasan. Kabar yang beredar di masyarakat,
sejak sehari kemarin mulai ada oknum yang menawarkan
amplop berisi uang. Besarnya bervariasi antara Rp 20.000
hingga Rp 100.000. Uang tersebut ditawarkan secara
sembunyi-sembunyi dan tidak lupa dititipi pesan untuk
mencoblos pasangan tertentu.”
Isu money politik seperti itu diungkapkan warga
masyarakat dalam pemberitaan media: “Sejak tadi malam
sudah ada orang yang mubeng dan nawari amplop, untuk
memilih pasangan tertentu. Tapi warga di sini tidak mau karena

182
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

juga sudah punya pilihan sendiri.” ungkap seorang warga di


Masaran, Sragen4 (Joglosemar, 13-3-2011)
Jika benar kasus seperti itu terjadi, memang sangat
disayangkan. Biasanya, kasus-kasus dugaan money politik
tidak lepas dari rendahnya pengetahuan dan kesadaran
masyarakat terhadap esensi pilkada menyebab-kan praktik
politik uang dalam pilkada. Hanya saja dari klarifikasi yang
dilakukan menunjukkan hasil yang tidak sepadan dengan
laporan yang diberikan, karena para pelapor tidak mengetahui
secara jelas dari materi yang dilaporkan.
“Pada laporan dugaan praktik politik uang di
Sidoharjo, pelapor dihadapan Panwas mengaku tidak
mengetahui secara jelas materi apa yang dilaporkan. Semula,
pelapor mengaku mengetahui pihak tertentu memberikan
amplop yang diduga berisi uang. Namun, saat diklarifikasi,
pelapor tidak mengetahui isi amplop dan kronologi pemberian
amplop itu.” (http://www.solopos.com/?p=90793).
Itu sebabnya semua laporan dipandang tidak
memenuhi unsur pidana Pilkada. Hal ini seperti diungkapkan
oleh Ketua Panwas Pilkada Sragen, Danardi, dalam
keterangannya kepada media, di kantor setempat, Sabtu
(26/3/2011), menyampaikan Panwas resmi menghentikan
sebanyak tiga laporan dugaan pelanggaran Pilkada Sragen,
sejak Jumat (25/3/2011) lalu. (Solopos.com, 26-3-2011)

4
Tidak mencantumkan identitas warga pemapar informasi, sekedar untuk
menjaga etika pemberitaan.
183
Isu-isu Politik Krusial dalam Pilkada Sragen 2011

Black Compaign: Pemasangan Spanduk Bermotif


Provokasi dan Menyudutkan, Meresahkan Masyarakat
Black Compaign atau jika disederhanakan bahasanya
sebagai kampanye negatif, merupakan metode untuk
menjatuhkan lawan melalui isu-isu negatif. Jika dahulu black
campaign menggunakan metode desas-desus dari mulut ke
mulut, maka dalam perkembangannya kini telah memanfaatkan
berbagai media massa, bahkan kecanggihan teknologi dan
multimedia.
Pada Pemilukada Sragen, sempat muncul permainan
politik black compaign ke permukaan. Indikasinya ditengarai
oleh adanya pemasangan spanduk yang bernada memprovokasi
dan menyudutkan salah satu fihak. Berdasarkan pemberitaan
media, terungkapnya dugaan kasus tersebut setelah warga desa
yang sedang melakukan penjagaan di pos keamanan
mencurigai kehadiran dua pemuda yang sedang pemasang
spanduk. Ternyata spanduk tersebut bertuliskan kalimat yang
mengandung himbauan provokatif dan dianggap menyudutkan
salah satu pihak kandidat.
Pada pemberitaan media, yang berjudul “Pemasang
spanduk „Black Compaign‟ tertangkap,” menyebutkan tulisan
yang terpampang di spanduk diantaranya: “Ojo Milih Wong
Keset Lan Ora Tau Ngantor. Gak Pantes Dadi Bupati”.
(Kedaulatan Rakyat, 26-2-2011).
Fenomena seperti ini (jika benar pemasangan spanduk
yang bertuliskan pesan yang dapat menyudutkan salah satu
fihak kandidat dalam pemilihan) menunjukkan masih terdapat
perilaku warga masyarakat yang lebih mengutamakan
kepentingan sendiri, tanpa mempedulikan efek negatif dari
perilakunya yang dapat menimbulkan gejolak politik di

184
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

masyarakat. Karena melalui dukungannya, fihak-fihak yang


memiliki kepentingan melakukan black compaign memiliki
kemudahan ruang gerak melakukan operasionalnya. Sehingga
layak media menyoroti sebagai bahan diskusi publik dalam
media dan langkah-langkah mengantisipasinya.
Rendahnya pemahaman, pengetahuan dan kesadaran
masyarakat terhadap esensi pilkada ditambah kurang pedulinya
aktor politik untuk menciptakan permainan politik pilkada
yang bersih, menyebabkan praktik-praktik black compaign dan
money politic dalam pemilukada. Realitas demikian
menggambarkan betapa sulitnya membuat pemilukada
berkualitas dan diterima semua pihak.
Munculnya gejolak laporan terjadinya tindak
penyimpangan dalam Pemilukada, karena menengarai adanya
kasus black compaign dan money politics, merupakan bentuk
aspirasi yang layak diangkat oleh media. Hal ini layak
dipublisir melalui pemberitaan media. Media online cukup
konsen terhadap fenomena ini sebagai feed back bagi para
penyelenggara Pemilukada agar menjadi bahan evaluasi.
Perilaku media demikian sangat relevan dengan apa
yang dikemukakan Cangara (2009), bahwa media massa
(suratkabar, radio, televisi dan internet) harus difungsikan
sebagai saluran untuk menyampaikan aspirasi dan pendapat
masyarakat sehingga bisa terjalin komunikasi timbal balik, baik
antara masyarakat dengan pemerintah, dan juga antara
masyarakat dengan anggota masyarakat lainnya (Cangara,
2009: 167).

185
Isu-isu Politik Krusial dalam Pilkada Sragen 2011

3. Opini Publik dalam Media Online: Sebuah Dinamika


Suara Demokrasi
Selain menjadi media sosialisasi informasi, media ini
juga sangat mudah meng-upload kritik-kritik yang disampaikan
masyarakat. Pada Pelaksanaan pemilukada Sragen, media
online pun banyak digunakan untuk sharing opinion baik yang
bersifat normatif maupun yang yang sangat kritis.

Tabel 12 : Data 4 Opini Publik Atas Kemenangan


Pemilukada Sragen Paska Penghitungan Suara

No Tanggal Pembuat Narasi Opini Publik dalam


update Opini Media Online

1 21 Maret Windi Saya ucapkan kepada pasangan


2011 - Ernawati ADA, atas terpilihnya menjadi
09:21 bupati dan wakil bupati untuk 5
tahun mendatang. saya berharap
ADA perubahan yang baik yang
akan membawa kota sragen
menjadi kota yang AMAN,
SEHAT, RAPI, INDAH, BEBAS
KORUPSI DAN BERSAHAJA.
AMIN……………….
2 21 Maret Andrie Selamat ADA,semoga dengan
2011 - terplihnya ADA kabupaten
15:00 Sragen semakin maju n
masyarakat Sragen menaruh
harapan.
3 21 Maret Muladi Selamat Buat ada, semoga 5
2011 - tahun mendatang dapat menata
186
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

18:12 kota sragen menjadi lebih baik,


bersih, bebas korupsi. Yang
sangat kami harapkan pem-
bangunan di pedesaan. Masya-
rakat Desa tidak ingin menikmati
gemerlapnya kota, tapi cukup
sarana jln, saluran irigasi dan
pasar yg pembangunannya bukan
dari uang tarikan warga desa.
Kasihan kalau hasil panen /buruh
hanya cukup utk makan.., masih
diminta utk iuran pembangunan..
4 22 Maret Priyadi selamat untuk ADA , karena
2011 - layak untuk memimpin sragen
09:26 kedepan ….smoga sragen bisa
bebas dari KKN di segala bidang
dibawah kepemimpinan ADA yg
akan datang …kita do‟akan
bersama para pemimpin baru kita
amin ………
5 23 Maret Triyono selamat ya pak atas kemenangan
2011 - Bpk Fathur-Daryono semoga
14:12 sragen tetap mengedapankan
kepentigan rakyatnya terutama
birokrasinya,
(Sumber: http://www.solopos.com/2011/ diakses, 21-8-2011,
pk. 04.41 wib)
Data di atas menunjukan gambaran terdapatnya opini
yang bersifat normatif, bisa menerima hasil Pemilukada dengan
baik dengan menunjukan opini untuk memberikan salam
selamat pada kandidat pemenang Pemilukada dengan tetap
187
Isu-isu Politik Krusial dalam Pilkada Sragen 2011

menyampaikan aspirasinya agar mereka dapat memimpin


Sragen lebih baik lagi daripada kepemimpinan sebelumnya.
Seperti pesan yang disampaiakan oleh Muladi yang
menyampaikan pesan dengan narasi “Selamat Buat ADA,
semoga 5 th mendatang dapat menata kota sragen menjadi
lebih baik, bersih, bebas korupsi.” Demikian juga sampel opini
yang lain, yang pada umumnya berharap pada kepemimpinan
baru agar lebih meningkatkan loyalitas kepemimpinannya
untuk membangun Sragen lebih baik bebas dari unsur KKN
demi menegakkan demokrasi dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat.

Opini Kritis sebagai gambaran realitas


Pada fakta pemberitaan media online yang diproduk
oleh Solopos.com ada opini yang sangat kritis, ada dugaan
menggambarkan bagaimana permainan politik pemilukada di
Sragen. Pembuat opini yang tidak berani menampilkan
identitasnya dan hanya mengklaim sebagai “cah Sragen”
mengungkapkan apa yang ada di dalam pikirannya menduga
bahwa pemilukada Sragen telah berlangsung sukses,
menghasilkan pasangan pemenang pemilukada, untuk itu Ia
menyampaikan ucapan selamat pada pemenangnya. Namun di
balik itu, ia juga mengkritisi fenomena yang terjadi dalam
proses pemilukada. Menurutnya, dalam pemilukada Sragen,
seolah tidak lepas dari faktor kekuasaan “uang.” Seperti pada
narasi pesan politik berikut:

188
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

Tabel 13 : Data 5, Opini Publik Paska Kemenangan


Pemilukada Sebagai Aspirasi Politik
Tanggal Pengirim Narasi Opini
update

21 Maret Cah Sragen selamat buat ADA…selamat buat


2011 - warga Sragen…tapi sayang.. semua
10:53 mesti uang yang jadi penentu
nya...Kalo wiyono bilang calon mlarat
bisa jadi bupati/wakil bupati itu salah
besar. karena fakta membuktikan „thek
thek „ ADA lebih besar di banding
calon yg lain. uang dari mana kalo
mengklaim dirinya mlarata tapi bisa
membeli suara dgn Rupiah yg lebh
tinggi. semua calon tidak
memberipelajaran politik… semua
harus pakai uang. dunia…dunia…
siapa yg akan merubah „sistem‟ ini
kalo tdk di mulai dari dri kita. jangan
salahkan kalo bupati/wakil bup yg jadi
akan mencari „pulihan‟. warga sragen
harus siap menerima komnskwensi
nya.

(Sumber: http://www.solopos.com/2011/ diakses, 21-8-2011,


pk. 04.41 wib)
Dari narasi opini dalam media online seperti di atas,
tampak memiliki kandungan makna politis. Opininya itu
menyiratkan bahwa Pemilukada di Sragen masih merupakan
peristiwa politik yang diwarnai oleh unsur money politic.
Pengirim opini sulit menerima dalam situasi politik saat ini
189
Isu-isu Politik Krusial dalam Pilkada Sragen 2011

orang untuk percaya begitu saja terhadap wacana yang


mengatakan “calon mlarat bisa jadi bupati/wakil bupati” (orang
miskin bisa menjadi bupati/wakil bupati). Hal tersebut, karena
menurutnya, darimana dapat membeli suara untuk simpatik dan
memilihnya, jika tak memiliki dana (miskin).
Ia juga tampak prihatin karena para kandidat yang
maju dalam pencalonan Bupati dan Wakil Bupati tidak
memberi pembelajaran politik.... Ia menangkap kondisi ini,
bahwa tampaknya permainan politik ini tidak bisa lepas dari
unsur “kekuasaan uang.” Itu sebabnya opini yang dilontarkan
mengandung pesan politik “tetap menghargai bagi kemenangan
pemilukada,” namun disisi lain juga, Ia berpesan bagi warga
masyarakat yang lain, nantinya bisa menerima konsekuensi
permainan politik. Artinya jangan menyalahkan jika para
pemenang pemilukada dalam menjalankan amanat rakyat tidak
optimal, karena harus juga berjuang untuk memulihkan modal
yang telah dikeluarkan untuk meraih kemenangan pemilukada.
Dalam narasi opininya yang lain ia pun mewacanakan
pesan moralnya dalam membenahi sistem kedepannya bahwa
sangat sulit membenahi sistem politik, jika tidak dimulai dari
masing-masing individu warga masyarakat memiliki kesadaran
politik yang tinggi untuk memperbaiki citra demokrasi di tanah
air ini. Seperti ungkapannya dalam media online:
“dunia…dunia… siapa yg akan merubah „sistem‟ ini kalo tdk
di mulai dari dri kita.” Ini meng-gambarkan ketidakpuasannya
terhadap sistem pemilukada yang ada namun ia mengakui
kesulitannya membenahi hanya dengan regulasi yang normatif
tanpa di dukung dengan perilaku masing-masing individu
untuk menerapkan aturan main yang dibuat.

190
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

4. Peran Media Online Sebagai Lembaga Kontrol Sosial


Media online yang beberapa fiturnya digolongkan ke
ranah media massa merupakan pilar ke empat demokrasi.
Efek media memang begitu besar terhadap masyarakat, dan
pemerintah, oleh karenanya dapat menjadi penghubung
terlesenggaranya proses demokratisasi dalam proses-proses
pemilihan politik. Dalam proses komunikasi politik, peranan
media online menjadi sangat penting dalam upaya
menumbuhkan kontrol sosial terhadap tahapan-tahapan
pelaksanaan Pemilukada yang berlangsung.
Seperti media massa konvensional, media massa
online pun memiliki jiwa sebagai lembaga kemasyarakatan
yang memiliki tanggungjawab moral untuk ikut melakukan
pengawasan sosial melalui penerapan jurnalisme publiknya
dengan memberi ruang publik bagi opini warga masyarakat
dalam merespon peristiwa di sekitarnya. Menurut Wisnu
Martha dalam bukunya “menyoal komunikasi memberdayakan
masyarakat” (tahun 2006:67), bahwa untuk mengetahui
perannya dalam sebuah proses komunikasi politik, maka
jurnalisme publik harus diletakkan dalam konteks yang lebih
luas.
Selanjutnya Wisnu Martha mengungkapkan konsep
dari Kovach dan Rosenstiel (2003:30) tentang 9 elemen
jurnalisme yang meletakkan kembali jurnalisme sebagai
elemen penting komunikasi politik. Jurnalisme harus berlaku
sebagai pemantau kekuasaan (fungsi Watchdog) adalah peran
utama jurnalisme dalam system politik. Jurnalisme harus
menyediakan forum public untuk kritik maupun dukungan
warga; Elemen ini merupakan fungsi yang paling terlihat untuk
mewujudkan demokrasi dan merupakan manifestasi riil ruang
public.
191
Isu-isu Politik Krusial dalam Pilkada Sragen 2011

Termasuk seperti pada penyelenggaraan even politik


Pemilukada Sragen. Munculnya pemberitaan Isu-isu krusial
dalam media online, ini merupakan pengejawantahan dari
fungsi-fungsi pengawasan sosial. terhadap dugaan terjadinya
money politik, black campagne, juga isu-isu politik yang lain
seperti distribusi surat suara rusak, demokrasi aristokrasi
(Politik Dinasti), sebagaimana yang berkembang dalam
rangkaian penyelenggaraan Pemilukada Sragen, Jawa Tengah,
seperti telah diungkap di muka.
Dalam kontek keberhasilan penyelenggaraan
pemilukada di Sragen, bisa dikatakan tidak lepas dari peran
aktif media massa online atau media online, yang telah dengan
proaktif melakukan pemberitaan aktivitas pilkada dari tahap
demi tahapnya. Rentetan aspirasi yang telah mengkritisi
fenomena politik pemilukada dalam media online sebagai
wadah artikulasi warga masyarakat mencerminkan bentuk-
bentuk ekspresi masyarakat menuntut penerapan sistem politik
yang sesuai aturan mainnya. Sehingga diharapkan
penyelenggaraan kegiatan politik pemilukada, bisa bersih dari
intrik-intrik tindakan nepotisme, korup dan manipulatif yang
merugikan kepentingan umum warga masyarakat. Demikian
juga banyak hasil kontrol media yang mendapat respon semua
fihak, sehingga memotivasi adanya penyelenggaraan
pemilukada yang tetap terkendali. Banyak isu-isu kontroversial
terungkap ke permukaan untuk mendapat pengkritisan dan
diskusi publik sehingga tidak menjadi persoalan yang
berkepanjangan.
Beberapa peran tersebut telah dilakukan karena
memang fungsinya selain sebagai media informatif juga
melakukan kontrol sosial. Peran media massa untuk melakukan
fungsi komunikasi sosial dan politik seperti dituturkan Sukarna
192
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

(1990: 48), adalah untuk pelaksanaan fungsi communication


responsibility (pertanggungjawaban untuk melaksanakan
komunikasi) politik dalam rangka melahirkan tujuan bersama.
Itu sebabnya, kehadiran media online bisa dimanfaatkan untuk
konsolidasi politik, karana bisa mendekatkan relasi warga
masyarakat dengan elit-elit politik dan pemerintah yang
berkompeten melalui berbagai opininya yang di-publis dalam
media online, dalam upaya peningkatan kualitas kehidupan
politik dinegeri ini.
Dengan demikian dari dimensi filosofis, apa yang
telah dilakukan media online tampak sebagai peran mewakili
masyarakat menjalankan fungsi pengawasan dalam
pelaksanaan pemilukada. Sementara dari dimensi politis, peran
media online lebih pada memberikan pembelajaran politik
bahwa masyarakat hendaknya berpikir cerdas, tidak mudah
terpancing pada permainan politik yang tidak sehat.
Berdasarkan paparan data dan analisis di muka,
dapatlah digambarkan bahwa media massa online telah sangat
berperan dalam mendinamisasikan kehidupan politik
Pemilukada di Sragen. Hal tersebut mengingat media massa
online telah ikut berpartisipasi mengawal proses pemilukada,
sehingga dapat dikatakan ikut membangun integritas bangsa.

193
Isu-isu Politik Krusial dalam Pilkada Sragen 2011

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan partisipasi media online, dalam
pengungkapan realitas sosial politik yang menjadi isu krusial
atas penyelenggaraan Pemilukada Sragen 2011 dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Kredibilitas penyelenggara Pemilukada dalam pelaksanaan
sosialisasi politik pemilukada masih menyisakan catatan
pada aspek administrasi, sehingga memunculkan banyak
kasus kerusakan kartusuara.
2. Dengan pengungkapan indikasi terjadinya pelanggaran
Pemilukada di Kabupaten Sragen, menunjukkan kurang-
nya koordinasi penyelenggara pemilukada Pemerintah
setempat dan Partai Politik Peserta pemilu dalam
sosialisasi ke masyarakat. Sehingga masih menumbuhkan
citra penyelenggaraan pemilukada bernuansa terjadinya
intrik-intrik permainan politik yang berefek pada
munculnya isu-isu krusial pemilukada.
3. Sebagai lembaga kemasyarakatan, media online yang telah
dapat dikategorikan sebagai media massa dalam
pemilukada Sragen telah menunjukkan peran sosialisasi
dan kontrol sosial melalui pemberitaan dan pengungkapan
isu-isu krusial yang mensinyalemen terjadinya pelang-
garan aturan main pemilukada.
4. Media online dengan pemberitaannya telah memberikan
pendidikan politik dan pendewasaan politik warga, untuk
memahami bahwa isu-isu politik yang dipublikasikan
194
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

merupakan indikasi pelanggaran aturan main, dan harus


segera diantisipasi agar tidak memperburuk kondisi
disintegrasi dalam penyelenggaraan pemilukada.

B. Rekomendasi
1. Pemilukada merupakan proses politik demokrasi yang
telah menjadi agenda rutin lima tahunan, seyogyanya
persoalan manajemen administrasi seperti penyiapan
fasilitas perlengkapan kartusuara tidak mengalami
persoalan yang berulangkali terjadi. Proses pengawasan
dan cek and recek dilakukan secara ketat sebelum
didistribusi ke arena pemilihan.
2. Munculnya isu-isu krusial mengindikasikan nilai-nilai
kejujuran dan kebenaran masih menjadi pekerjaan untuk
terus dibenahi dan diintegrasikan dalam setiap momen
proses politik demokrasi. Oleh karenanya perlu dibangun
koordinasi yang lebih baik antara penyelenggara
pemilukada Pemerintah setempat dan Partai Politik Peserta
pemilu dalam memberikan sosialisasi ke masyarakat.
Sehingga menumbuhkan citra penyelenggaraan
pemilukada yang lebih baik.
3. Kemenkominfo yang memiliki fungsi penyebarluasan
informasi, perlu melakukan koordinasi dengan baik dalam
pelaksanaan diseminasi regulasi yang mengatur penye-
lenggaraan pemilukada untuk memberikan pemahaman
kepada semua fihak yang berkompeten tentang bagaimana
bersikap dan berperilaku dalam mensukseskan pelaksa-
naan Pemilukada yang jujur dan demokratis.

195
Isu-isu Politik Krusial dalam Pilkada Sragen 2011

4. Ke depan, agar tidak memunculkan fenomena serupa,


maka terhadap lembaga-lembaga yang memiliki tugas
pokok dan fungsi (tupoksi) deseminasi informasi ke
masyarakat, termasuk media online, perlu terus
mengintensifkan perannya melakukan sosialisasi yang
dapat memberi pemahaman pada masyarakat agar lebih
cerdas lagi dalam menyerap informasi terkait pelaksanaan
pemilukada.

196
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, Wisnu Martha, Menyoal Komunikasi Memberdaya-


kan Masyarakat, Fisipol, UGM, Yogyakarta, 2006.
Baedhowi, 2001. Studi Kasus. Dalam Agus Salimus (Peny.).
Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarta:
Tiara Wacana Yogya.
Brannen, Julia, 1997. Alih Bahasa oleh H. Nuktah Arwawi
Kurde, dkk., Memadu Metode Penelitian Kualitatif &
Kuantitatif, Yogyakarta: fakultas Tarbiayah IAIN
Antasari Samarinda bekerjasama dengan Pustaka pelajar.
Cangara, Hafied, 2009. Komunikasi Politik, Konsep, teori, dan
Strategi, Jakarta: Rajawali Pers.
Chusmeru, 2001. Komunikasi di Tengah Agenda Reformasi
Sosial Politik, Bandung: Penerbit Alumni.
Effendy, Onong Uchjana, 2003. Ilmu Komunikasi, Teori dan
Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Harun, Rochajat dan Sumarno. AP., 2006. Komunikasi Politik
sebagai Suatu Pengantar. Bandung: Mandar Maju.
Krisyantono, Rachmat, 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi,
Disertasi Contoh Praktis Riset Media, Publik Relation,
Advertesing, Komunikasi Organisasi, Komunikasi
pemasaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
McQuail, Denis, 1996. Teori Komunikasi Massa Suatu
Pengantar. Jakarta: Erlangga.
197
Isu-isu Politik Krusial dalam Pilkada Sragen 2011

Nasution, S., 1988. Metodologi Penelitian Naturalistik


Kualitatif, Bandung: Tarsito.
Nimmo, Dan, 1993. Komunikasi Politik, komunikator, Pesan
dan Media. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Salim, Agus (Peny.), 2001. Teori Dan Paradigma Penelitian
Sosial (Pemikiran Norman K. Denzin 7 Egon Guba, dan
penerapannya). Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Saverin Werner J. dan James W Tankard, Jr., , 2005. Teori
Komunikasi, Sejarah Metode dan Terapan di Dalam
Media Massa, Edisi ke-5, Jakarta: Kencana.
Fadil Abidin, 2010. Praktik Aristokrasi dalam Demokrasi Kita,
http://jurnal toddoppuli.wordpress.com/2010/11/15.
Prasojo, Eko, Menghapus Pilkada Langsung, http://ditpolkom.
bappenas.go.Id /index.php, diakses, 23-7-2011, pk. 10.36
wib.
Sobur, Alex, 2006. Analisis Teks Media, Suatu Pengantar
untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis
Framing., Bandung: Rosda Karya.
Sosiawan, Edwi Arief, Kajian Internet Sebagai Media
Komunikasi Interpersonal Dan Massa, diakses, 13-8-
2011, http://www.google.co.id.
Subiakto, Henry, 2010. Peran Media Massa Penting Kawal
Pilkada, http://www.antarajateng.com/ detail/index.
php?id=26562 Diakses, 25-8-2011, pk. 22.03obdo.

198
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

Oleh
Ansor1

Pendahuluan
Setelah pembahasan draft RUU Keistimewaan
Yogyakarta oleh Komisi II DPR RI periode sebelumnya
bersama pemerintah belum mencapai titik temu, kini
pemerintah dengan draft RUUK baru membahasnya kembali
bersama Komisi II DPR RI periode sekarang. Namun dari draft
RUUK versi pemerintah yang diajukan kepada DPR menuai
kritik berbagai elemen masyarakat. Juga pidato SBY
mempertentangkan monarki dan demokrasi berkenaan dengan
pemerintahan provinsi DIY menuai kritik pedas dari
masyarakat. Begitupun hasil Survey dipaparkan oleh Depdagri
bahwa sebagian besar rakyat DIY menghendaki “pemilihan”
gubernur dan wakil gubernur DIY. Senada dengan itu,
Mendagri Gamawan Fauzi mengatakan, dalam NKRI yang
didengar adalah suara seluruh rakyat Indonesia.

1
Ansor, adalah peneliti pada Balai Pengkajian dan Pengembangan
Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta.
199
Aspirasi Keistimewaan Yogyakarta …

Survey tandingan pun dilakukan oleh Paguyuban


Dukuh/Kades dan pecinta keistimewaan yaitu Survey
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, hasilnya sebagian
besar mendukung penetapan. Begitu pula, Polling Kompas
2008 hingga 2010 juga mendukung penetapan (Harian
Kedaulatan Rakyat: 3-3-2011). Draft RUUK versi pemerintah,
mempertentangkan monarkhi dan demokrasi, hasil survey
Mendagri dan ucapan Mendagri dalam NKRI yang didengar
adalah seluruh rakyat Indonesia. Semua hal tersebut,
memancing reaksi keras, luas dan negatif dari berbagai elemen
dan sebagian besar masyarakat Yogyakarta. Antara lain:
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, DPRD Provinsi,
DPRD di 4 (empat) kabupaten, DPD, Bupati Bantul dan
Sleman, politisi, akademisi, tokoh masyarakat, seniman dan
lainnya, termasuk Sultan HB X.
Beberapa alasan penolakan Sultan terhadap draft
RUUK versi pemerintah antara lain: - Judul RUUK
menggunakan istilah provinsi, harusnya tidak. - Tidak
cantumkan filsafat Pancasila. -Nomenklatur gubernur utama
dan wakil gubernur utama bertentangan dengan UUD 1945. -
Gubernur Utama dan Wakil Gubernur Utama mengandung
resiko hukum bagi RUUK. – Perdais bukan ciri khas
keistimewaan DIY, gunakan Perda (biasa ) saja. Perbatasan
wilayah sebelah timur disebut berbatasan dengan Klaten Jawa
tengah. Secara riil berbatasan dengan kabupaten Sukoharjo dan
Wonogiri. (Harian Kedaulatan Rakyat: 2-3-2011).
Munculnya reaksi keras, luas dan negatif dalam
pemberitaan media elektronik maupun cetak tentang
keistimewaan Yogyakarta, sedikit banyak mengilhami Komisi
II DPR RI untuk menjaring aspirasi terhadap masyarakat
Yogyakarta. Untuk itu, Komisi II DPR melakukan kunjungan
200
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
kerja ke Yogyakarta, 10-12 Maret 2011. Menurut Wakil Ketua
Komisi II DPR, Gandjar Pranowo, pihaknya turun ke
Yogyakarta dalam upaya untuk mengetahui kehendak rakyat
Yogyakarta. Kunjungan dimulai dengan aparat pemerintah
daerah, UGM dan malamnya bertemu dengan Sultan, selanjut-
nya ke 4 (empat) kabupaten dan masyarakat secara umum.
Sejauhmana aspirasi masyarakat tentang keistimewaan
Yogyakarta dan bagaimana tanggapan masyarakat Yogyakarta
terhadap kebijakan pemerintah tentang keistimewaan Yogya-
karta. Untuk itu, perlu mengadakan penelitian umpan balik
terhadap kebijakan pemerintah tentang RUUK DIY tersebut
melalui surat kabar harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta.

Permasalahan
1. Sejauhmana kecenderungan isi suratkabar daerah dalam
menyajikan pemberitaan tentang Aspirasi Keistimewaan
Yogyakarta.
2. Sejauhmana tanggapan masyarakat terhadap kebijakan
pemerintah tentang Aspirasi Keistimewaan Yogyakarta
dalam pemberitaan suratkabar daerah.

Tujuan Penelitian.
1. Untuk mengetahui kecenderungan isi suratkabar daerah
dalam menyajikan pemberitaan tentang Aspirasi
Keistimewaan Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui sejauhmana tanggapan masyarakat
terhadap kebijakan pemerintah tentang Aspirasi
Keistimewaan Yogyakarta dalam pemberitaan suratkabar
daerah

201
Aspirasi Keistimewaan Yogyakarta …

Kerangka Pemikiran
Komunikasi menurut Harley dan Dartley adalah semua
fungsi sosial dari makhluk hidup. Bagi manusia proses
komunikasi sangat penting bagi perkembangan setiap orang,
bagi pembentukan dan kelangsungan wujud kelompok-
kelompok. (Reed Blake, 2003). Sedangkan Soenarjo dan
Soenarjo Djoenaesih S (1981) menyebutkan apabila
komunikasi dilancarkan akan didapatkan beberapa bentuk feed
back sebagai reaksi atas aksi yang mengemuka. Feed Back
menurut Rakhmat (1988) dapat diartikan sebagai respon,
peneguhan dan servomekanisme internal. Sebagai umpan balik
adalah pesan yang dikirim kembali dari penerima ke sumber,
memberitahu sumber tentang reaksi penerima, dan memberi-
kan landasan kepada sumber untuk menentukan perilaku
selanjutnya.
Bagaimanakah kebijakan pemerintah tentang Keistime-
waan Yogyakarta, tidak bisa dilepaskan dari UU No 3 Tahun
1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam UU ini ada tiga hal penting secara substansial untuk
diketahui: pertama, menetapkan Kasultanan dan Pakualaman
menjadi Daerah Istimewa Yogyakarta setingkat propinsi.
Kedua, penetapan organ-organ daerah dan urusan yang diserah-
kan kepada Pemerintah DIY sesuai dengan pasal dalam UU
No.22 Tahun 1948; Ketiga, penetapan urusan yang menjadi
kewenangan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan
UU No 3 Tahun 1950 ini sebenarnya status keistimewaan
Yogyakarta telah memiliki landasan hukum yang pasti.
Memosisikan Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa
juga mendapat tempat khusus pada UU No 22 Tahun 1999,
pasal 22 menyebutkan: “Keistimewaan untuk Propinsi Daerah
Istimewa Aceh dan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
202
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No 5 tahun
1974, adalah tetap dengan ketentuan bahwa penyelenggaraan
pemerintahan Propinsi Istimewa Aceh dan Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta didasarkan pada Undang-undang ini”.
Karenanya, konteks keistimewaan bagi Yogyakarta
lebih mengacu pada hak otomatis dari keturunan Sultan dan
Paku Alam dalam kepemimpinan daerah. Terlepas berganti-
gantinya regulasi yang mengatur Yogyakarta, terlihat adanya
cara pandang berbeda atas keistimewaan Yogyakarta dibanding
dengan daerah lainnya. Untuk itu, perlu regulasi secara
komprehensif agar dapat memberi makna yang jelas atas
Keistimewaan Yogyakarta. Proses kearah sana perlu segera
dilakukan agar tidak terjebak pada kungkungan yuridis buatan
pemerintah pusat yang hanya meletakkan keistimewaan pada
sisi kepemimpinan semata.
Hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah
dimaksudkan hubungan birokrasi pemerintahan sekaligus
merupakan pelaksanaan asas dekonsentrasi yang menghasilkan
integrasi antara birokrasi pemerintahan pusat dengan
pemerintahan daerah atas asas desentralisasi yang mengha-
silkan otonomi daerah. Dalam integrasi aparat pemerintahan di
daerah merupakan kepanjangan tangan aparat pemerintah pusat
yang dikoordinasikan oleh kepala daerah sebagai alat pusat.
Dengan demikian pemerintah pusat membawahi dan menentu-
kan pemerintahan daerah secara sentralistis. (PJ Suwarno,
1994).
Adanya tanggapan dan pendapat yang berbeda berkait
pencalonan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY, perlu disikapi
secara arif dan bijaksana. Pihak yang setuju bahwa jabatan
Gubernur dan Wakil Gubernur DIY tidak dilakukan melalui

203
Aspirasi Keistimewaan Yogyakarta …

pemilihan seperti termaktub dalam Pasal 122 Undang-undang


No 22 Tahun 1999. Pada pasal ini disebutkan pengakuan
keistimewaan didasarkan pada asal usul dan peranannya dalam
sejarah perjuangan. Di sisi lain, pendapat yang menyebutkan
perlu pemilihan (bukan penetapan), didasarkan bahwa pasal
122 UU No 22 /1999 tidak secara otomatis menetapkan
Gubernur harus dari kalangan kasultanan dan wakilnya dari
Paku Alaman .Pasal ini dianggap masih interpretable, bisa dari
selain Kasultanan dan Paku Alaman.

Kerangka Teori
Komunikasi politik bertujuan untuk mewujudkan
pengertian-pengertian politik yang dapat diterima oleh-pihak
lainnya. Tujuan politik warga seharusnya sama dengan tujuan
politik negara sebagaimana termaksud dalam UUD maupun
konstitusi negara yaitu terselenggaraya keamanan , ketertiban
di dalam negara, kemerdekaan dan kesejahteraan masyarakat
maupun perorangan.Melalui pembangunan politik, diharapkan
tidak akan terjadi kompetisi politik yang tidak sehat. Disiplin
nasional pada setiap organisasi politik, sangat diharapkan
dalam setiap kegiatannya tidak akan mengorbankan kepenting-
an-kepentingan ideologi dan kepentingan negara yang dapat
membayakan kepentingan bersama.
Pembangunan komunikasi politik dimaksudkan untuk
menunjang terwujudnya suatu demokrasi yang sehat, sehingga
akan terlahir komunikasi terbuka yaitu adanya partisipasi,
komunikasi dari semua pihak baik secara aktif dan juga
adanya communication responsibility (pertanggung jawaban
untuk melaksanakan komunikasi) politik dalam rangka
melahirkan tujuan bersama (Sukarna, 1990: 48).

204
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
Peran media massa dalam pembangunan bidang
politik sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, baik
antara unsur pemerintah dengan masyarakat, antar elit
politik, serta antara elit politik dengan masyarakat pada
umumnya, media massa sangat intensif menyampaikan ber-
bagai informasi kepada masyarakat baik untuk kepentingan
pemerintah maupun berbagai golongan di masyarakat.
Sebagaimana dinyatakan oleh McLuhan, pers dan media
massa umumnya merupakan "extention of men", ekstensi
manusia (Atmadi, T., 1985: 240).
Peran media massa pada awalnya ditentukan oleh
media massa itu sendiri dalam mengemas isinya, kemudian
bagaimana masyarakat menangkap pesan-pesan politik
tersebut menurut isi, bentuk dan struktur sebagaimana
disajikan oleh media. Dalam suasana menjelang dan saat
pembahasan RUUK DIY muatan media massa seringkali
terasa sangat tajam dan kritis. Bahkan tidak jarang terlalu
bebas sehingga cenderung mempengaruhi sikap mental
masyarakat. Utamanya masyarakat DIY untuk melakukan
perbuatan yang bersifat anti penyimpangan aturan main, anti
kolusi ,anti semua bentuk kecurangan pemerintah dan sosial.
Sebagai realisasi terhadap sikap demikian terkadang
diwujudkan dengan perbuatan kekerasan. Beberapa aksi
kolektif kelompok komunitas, tukang becak, pedagang pasar
dan organisasi kemasyarakatan lain akhir-akhir ini menun-
jukkan bahwa di satu pihak tampak adanya peningkatan
partisipasi politik masyarakat dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, dipihak lain timbul pertanyaan apakah media
massa nasional telah berhasil melaksanakan fungsi dan
perannya di dalam komunikasi politik nasional namun

205
Aspirasi Keistimewaan Yogyakarta …

sebenarnya media massa telah memberikan manfaat bagi


proses pendewasaan masyarakat dalam pendidikan politik
bangsa untuk lebih memantapkan sistem demokrasi ke depan.
Namun kini, pembaca media bisa mengakses berbagai
isi pemberitaan dari beragam media sekaligus beragam pula
informasinya. Selain muatan informasi yang membangun, tidak
tertutup kemungkinan berpotensi menimbulkan dampak
pemberitaan yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku
khalayak pembacanya.
Secara teoritis fungsi media massa sebagai saluran
informasi, pendidikan dan hiburan. Kenyataannya justru
memberikan efek yang berbeda. Efek tersebut tidak hanya
mempengaruhi secara fisik tetapi juga perilaku audiennya,
lebih jauh media massa dapat mempengaruhi sistem sosial dan
budaya masyarakat.

Operasionalisasi
Peran media massa sebagai saluran komunikasi
politik, dapat diketahui dari tanggapan masyarakat terhadap
muatan informasi politik yang disajikannya. Adapun
tanggapan masyarakat terhadap isi pesan media terdiri dari :
a. Pendapat terhadap isi pesan informasi dan isu politik
terkait RUUK DIY yang dimuat oleh media massa;
b. Sumber-sumber informasi yang dijadikan rujukan oleh
media massa terkait dengan pemberitaan RUUK DIY.
Intensitas Informasi dan isu politik yang dimuat
media massa diketahui dari tanggapan masyarakat, terhadap
keunggulan dan pengaruh sosialnya. Kuantitas informasi dan
isu politik ditelusuri melalui tanggapan masyarakat/ publik dan
pendapatnya terhadap figur kepemimpinan DIY kini dan
mendatang dalam kontek perkembangan demokratisasi.
206
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

Definisi Operasional
Penelitian ini menggunakan beberapa istilah yang
pengertiannya memerlukan kesamaan persepsi, yaitu :
l. Aspirasi dalam penelitian ini yaitu pendapat atau opini
masyarakat terdiri dari berbagai lapisan yaitu kabinet
(presiden dan pembantunya), legislatif, pejabat pemerintah
(orang yang memimpin lembaga setingkat di bawah
menteri), politisi, profesional, akademisi, LSM, praktisi
dan masyarakat awam.
2. Media massa, dalam penelitian ini adalah media cetak
khususnya suratkabar Kedaulatan Rakyat.
3. Komunikasi politik Secara umum dalam komunikasi
politik juga berlaku prinsip-prinsip dalam komunikasi
massa seperti adanya komunikator, Pesan dan Media
(saluran), sasaran dan efeknya.
4. Pesan informasi politik dalam media massa yaitu tentang
informasi dan isu politik terutama pada saat dan tahap-
tahap penyusunan dan pembahasan RUUK DIY, yang di
muat dalam pemberitaan suratkabar Kedaulatan Rakyat.

Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan
metode analisis isi (content anaysis)untuk memberi gambaran
terhadap muatan suratkabar seputar tanggapan balik atas
kebijakan pemerintah tentang aspirasi keistimewaan
Yogyakarta.
Adapun analisis isi dimaksudkan sebagai teknik
pengkajian untuk memaparkan isi yang dinyatakan (manifest)
secara obyektif. (Siregar,1986). Selain itu, Krippendorff (1991)
mengatakan analisis isi adalah teknik penelitian untuk

207
Aspirasi Keistimewaan Yogyakarta …

membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable) dan


sahih data dengan memperhatikan konteksnya.

Populasi dan Sampel


Populasi dalam kajian ini adalah semua berita
suratkabar yang berkait dengan aspirasi keistimewaan Yogya-
karta, utamanya tanggapan atau pendapat yang pro (men-
dukung penetapan) dan kontra (menghendaki pemilihan)
tentang penentuan atau pengisian jabatan Gubernur dan Wakil
Gubernur Provinsi DIY. Kemudian data yang diperoleh dari
kajian tersebut, selanjutnya disebut item.
Adapun sampel dalam penelitian ini yaitu pemberitaan
yang berkait dengan aspirasi keistimewaan Yogyakarta, utama-
nya tanggapan atau pendapat yang pro (mendukung penetapan)
dan kontra (menghendaki pemilihan) tentang penentuan atau
pengisian jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DIY
dari suratkabar daerah yaitu Harian Kedaulatan Rakyat
Yogyakarta selama bulan Maret 2011. Dari kajian yang
dilakukan terdapat sebanyak : 41 item pemberitaan.

Unit-unit Analisis
Kajian ini akan menganalisis pemberitaan berupa
tanggapan atau pendapat pro dan kontra tentang aspirasi
keistimewaan Yogyakarta utamanya tentang penentuan jabatan
Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DIY berdasarkan unit
referensial, unit proporsional dan unit tema.
Kecenderungan Isi
(1) Pro (menghendaki penetapan). Pesan yang terkandung di
dalamnya bermakna mendukung RUUK Yogyakarta
utamanya dalam upaya penetapan Gubernur dan Wakil
Gubernur DIY.
208
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
(2) Kontra (menghendaki pemilihan).Pesan yang terkandung
di dalamnya bermakna tidak mendukung RUUK
Yogyakarta, utamanya dalam upaya penetapan Gubernur
dan Wakil Gubernur DIY.
(3) Netral Pesan yang terkandung di dalamnya bermakna
moderat, tidak berpihak pada yang pro maupun kontra
tentang RUUK Yogyakarta, utamanya dalam upaya
penetapan atau pemilihan Gubernur maupun Wakil
Gubernur Provinsi DIY.

Sumber berita
(1) Birokrat: Presiden dan pembantunya yang berkecimpung di
pemerintahan.(2) Politisi :Sumber yang menggunakan atribut
kepartaian atau kepentingan politik.(3). Intelektual :Seseorang
dari lingkungan perguruan inggi atau atas nama dunia ilmu
pengetahuan.(4) Tokoh Ormas :Seseorang yang menjadi tokoh
pada bidangnya masing-masing yang telah diakui
masyarakat.(5) Praktisi :Orang yang berbicara sesuai dengan
bidangnya. (6) Seniman :Seseorang yang berbicara atau
berkecimpung dibidang seni.(7) Masyarakat awam :Orang
biasa, orang tidak dikenal.

Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan mengkode setiap
item pemberitaan yang dijadikan populasi dan sampel. Data
yang dikaji dicatat terlebih dahulu atau direkam dalam coding
sheet

209
Aspirasi Keistimewaan Yogyakarta …

Deskripsi Pemberitaan
Munculnya berbagai pendapat dan tanggapan tentang
aspirasi keistimewaan Yogyakarta yang telah dipublikasikan
harian daerah selama bulan Maret 2011 dapat dideskripsikan
sebagai berikut:
Seniman Yogyakarta, “Susilo Den Baguse Ngarso”
mengatakan wajar mayoritas Aspirasi masyarakat soal
keistimewaan menghendaki Gubernur dan wakil gubernur DIY
dilakukan dengan penetapan. Sebab model penetapan selama
ini sudah terbukti warga DIY bisa menemukan suasana nyaman
dan tenteram. Selain faktor sejarah, hukum, politis, sosial dan
budaya, penetapan Sultan dan Paku Alam sebagai kepala
daerah dapat membawa masyarakat DIY damai. Persoalannya,
ketika aspirasi masyarakat DIY sudah bulat penetapan, tiba-
tiba pembahasan RUUK DIY di Jakarta untuk Gubernur dan
Wakil Gubernur hasilnya justru lebih condong dengan pemi-
lihan. Hal tersebut yang perlu dipikirkan dan dilakukan
antisipasi sejak sekarang, katanya (3/3). Harian KR: 3-2-2011).
Keistimewaan DIY sebenarnya tidak perlu diperma-
salahkan pemerintah pusat. Pasalnya ruh dan ciri khas
keistimewaan DIY sudah jelas yaitu penetapan Sultan
Hamengku Buwono dan Paku Alam yang bertahta sebagai
Gubernur dan Wakil Gubernur. Apalagi masyarakat DIY
menghendaki penetapan. Rakyat Yogyakarta sudah tiga kali
menggelar sidang rakyat, hasilnya menghendakiSultan HB X
ditetapkan sebagai Gubernur . Kehendak itu dilegitimasi
dengan keputusan sidang paripurna DPRD DIY Dan DPRD
Kabupaten/kota se DIY. Tapi semua itu belum cukup bagi
pemerintah, kurang apa lagi, kata Koordinator Gerakan Rakyat
Mataram (Geram) Widihasto Wasana Putra, dalam pertemuan
delegasi Komisi II DPR RI dan DPD RI dengan 21 elemen
210
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
masyarakat Yogyakarta, di Gedung Wana Bhakti Yasa , yogya
(11/3). Harian KR: 12-3-2011).
Penetapan Sri Sultan dan Paku Alam sebagai Gubernur
dan Wakil Gubernur DIY, merupan harga mati yang tidak bisa
ditawar lagi. Jika pemerintah pusat tetap mengesahkan RUUK
DIY dengan memutuskan pengisian Gubernur dan Wakil
Gubernur dengancara pemilihan, maka warga siap memboikot
pelaksanaan pemilihan. Hal ini terungkap dalam penjaringan
aspirasi masyarakat Kulonprogo tentang RUUK DIY dengan
Komisi II DPR RI yang tergabung dalam Panitia Kerja RUUK
DIY. Rombongan DPR RI diterima Wabup Drs H Mulyono
dan sejmlah pejabat lainnya, di Gedung Kaca, Wates (11/3).
Kepala Desa Bugel Edy Priyono mengatakan sebagai bagian
dari keistimewaan DIY, pengisian jabatan Gubernur dan Wakil
Gubernur harus mengacu pada sejarah yaitu dengan penetapan.
Kami siap memboikot pemilihan bila pemerintah menggunakan
pemilihan.Kepala Desa Tayuban, Slamet Raharjo menegaskan
bahwa penetapan merupakan opsi yang paling baik dan
menjadi pilihan dari masyarakat Kulonprogo dan siap
memboikot pemilihan Gubernur . (KR:14-3-2011).
Pemerintah pusat dan daerah perlu duduk bersama
untuk membahas Rancangan Undang-undang Keistimewaan
Yogyakarta, tentunya dengan tetap mengutamakan kepentingan
rakyat. Konsekuensinya seandainya model pemilihan langsung
justru mencederai rakyat, tidak ada salahnya dihilangkan.
Karena dalam kondisi apapun kesejahteraan masyarakat harus
menjadi prioritas utama. Sikap mengulur waktu dan
mengalihkan suatu permasalahan bukan solusi yang efektif
dalam menyelesaikan masalah RUUK. Oleh karena itu sebagai
wakil generasi muda saya berharap pemerintah pusat, harus

211
Aspirasi Keistimewaan Yogyakarta …

segera menyelesaikan masalah RUUK DIY. Kenapa


pemerintah tetap mempertahankan menggunakan model
pemilihan secara langsung kalau dari segi kualitas belum
tentu lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya sejumlah
kepala daerah yang terseret masalah hukum seperti korupsi,
kata Presiden Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta, Rubianto,kepada KR (12/3).
(Harian KR: 14-3-2011)
Untuk menyatukan aspirasi masyarakat dan menunjuk-
kan kebersamaan dalam mendukung penetapan, tiga elemen
masyarakat Yogyakarta bekerjasama menggelar acara Jalan
Sehat “Mubeng Beteng” akan berlangsung di Alun-alun
Selatan Yogyakarta. Hal ini dimaksudkan untuk menggelora-
kan semangat kebersamaan rakyat Yogyakarta dalam
mendukung Sultan HB X dan Paku Alam IX untuk ditetapkan
sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DIY. Kami ingin
mengingatkan rakyat jogja untuk bertekad bulat mendukung
penetapan,kata Ketua Penyelenggara Jalan Sehat Mubeng
Beteng, Herroe TH, didampingi M Suhud SH (Ketua Paksi
Katon), Widihasto Wasana Putra (Geram) dan Andi Rahman
(EO Studio 9), saat silaturohmi dengan Dirut PT BP KR Drs M
Romli, (16/3). (Harian KR: 19-3-2011)
Aspirasi Yogya sudah jelas:”Penetapan”. Hal ini sudah
didapatkan oleh delegasi Komisi II DPR RI dan DPD saat
berkunjung ke Yogya untuk menjaring masyarakat. Bertatap
muka dengan 21 elemen masyarakat, di Gedung Wana Bhakti
Yasa, para wakil rakyat kita telah melihat dengan mata kepala
sendiri bagaimana aspirasi itu. Sekarang tinggal bagaimana
pemerintah pusat memahami aspirasi itu, kata Mantan
Asekwilda I Prov DIY,Drs Sudomo Sunaryo. (Harian KR:21-
3-2011).
212
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
Gerakan mengawal keistimewaan Yogyakarta dengan
penetapan gubernur dan wakil gubernur DIY seperti tak
pernah luntur. Seperti Gerakan Rakyat Mataram (Geram)
Yogyakarta , yang dimotori aktivis Widihasto Wasana Putra
mengirimkan buku kepada Presiden RI Susilo Bambang
Yudhoyono, Mendagri Gamawan Fauzi, Ketua DPR RI
Marzuki Ali di Jakarta. Masing-masing buku dikirimkan
kepada ketiga orang tersebut dengan layanan pos ekspres lewat
Kantor Pos Indonesia Yogyakarta,(21/3). (Harian KR: 22-3-
2011).
Angin segar dihembuskan pemerintah terkait nasib
RUUK DIY. Pemerintah dalam hal ini diwakili Dirjen Otda
Kemendagri, Prof Djohermansyah Djohan dalam diskusi
terbatas dengan wartawan di Bandung (12/3) menyatakan, bila
DPR akhirnya memutuskan penggunaan mekanisme penetapan
dalam pengisian jabatan gubernur dan wakil gubernur DIY,
pemerintah pusat akan legawa. Pemerintah juga menegaskan
bahwa tidak ada niatan untuk mendegradasi derajat dan nilai
keistimewaan DIY. (Harian Kedaulatan Rakyat: 15-3-2011).
Anggota DPD asal Maluku, John Pieren mengatakan
semua yang melawan keistimewaan DIY akan kualat dan
menanggung dosa tak terampuni. Menurutnya, dari hasil
kunjungannya ke DIY, hampir seluruh rakyat DIY menyata-
kan dukungannya untuk keistimewaan yang ditandai dengan
penetapan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY, di Pendapa
Parasamya (11/3).Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Ganjar
Pranowo menyampaikan agenda pembahasan RUUK akan
selesai pada Juli 2011, dengan catatan komunikasi yang
terjalin cukup bagus. Sampai saat ini , tinggal Partai Gerindra
dan Hanura yang belum menentukan, sedangkan Fraksi

213
Aspirasi Keistimewaan Yogyakarta …

demokrat jelas menolak. Setelah itu tinggal pemerintah


mengambil keputusan,katanya.Bupati Bantul, Hj Sri
Suryawidati menegaskan bahwa sikap rakyat Bantul adalah
mendukung penetapan Gubernur dan wakil Gubernur DIY.
Sikap tersebut sudah diputuskan dalam rapat paripurna DPRD,
sehingga memiliki kekuatan hukum tetap, tegasnya.Perwakilan
masyarakat, Bibit Rustamto menyampaikan bahwa perjuangan
yang sedang dilakoni rakyat DIY saat ini adalah
mempertahankan keistimewaan DIY. Kami berjuang dan
mempertahankan, bukan meminta seperti daerah lain, tegasnya.
(Harian :KR:12-3-2011).
Komisi II DPR RI berkomitmen, Yogyakarta tetap
keistimewaan, namun bentuk keistimewaan itu perlu
pembahasan mendalam sehingga perlu masukan dari
masyarakat. Bagaimana bentuk keistimewaan itu sedang kami
bahas. Jadi saat ini kami tidak bisa menyimpulkan keistime-
waan itu sendiri, kata Ketua Komisi II DPR RI Chairuman
Harahap, (11/3).Ketua Paguyuban Lurah se DIY, Ismaya H
Mulyadi mengatakan, warga Yogya menghendaki adanya
penetapan Sri Sultan HB dan Paku Alam sebagai Gubernur
dan wakil Gubernur DIY. Sampai kapanpun Yogya tidak akan
ada pemilihan tapi penetapan,tegasnya.Ketua Paguyuban
Dukuh se DIY Semar Sembogo Sukiman Hadi Mulyono
mengatakan, warga akan menolak pengisian jabatan Gubernur
dan Wakil Gubernur melalui pemilihan rakyat langung maupun
melalui DPRD Karena hal itu tidak aspiratif dan tidak
mengakomodasi kepentingan rakyat, tegasnya. Anggota
Komisi II DPR RI Harun Arrasyid mengatakan jika mengacu
pada hasil survey 90 persen mengehdaki penetapan berarti ada
10 persen masyarakat yang tidak sependapat. Kami akan jaring

214
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
aspirasi mereka untuk mengetahui alasan-alasan dan apa yang
mereka kehendaki. (Harian KR: 12-3-2011).
Tanda-tanda pemerintah berupaya menghabisi DIY
secara pelan-pelan, terlihat sejak 50 tahun lalu dengan
mengutak-atik hak atas tanah Kraton Ngayogyakarta dan
Kadipaten Paku Alaman. Tanah di DIY yang di atasnya belum
dibebani hak milik atau eigendom adalah tanah Kraton. Di
dalam perkembangannya banyak yang diatasnamakan tanah
negara dan sebagainya, dasar hukumnya apa. Sampai sekarang
belum ada peraturan yang mengatur hal itu. Itu tanda DIY
dibunuh pelan-pelan, kata KGPH Hadiwinoto dalam acara
dialog dengan Komisi II DPR RI di Kraton Yogyakarta
(10/3).Ketua Komisi II Chairuman Harahap SH MH, usai
pertemuan dengan Pemprov DIY, Pemkot Yogya dan BPN di
Kepatihan (10/3) mengatakan, masukan dari daerah ini akan
dirumuskan dalam RUUK. Dari kunjungan ke Yogya kami
mendapat masukan berharga yakni bagaimana mekanisme
pemerintahan di DIY selama ini berjalan. Terutama hubungan
gubernur dengan aparat. Setelah ini DPR melakukan pertemuan
dengan DPD serta pemerintah untuk menyampaikan Daftar
Isian Masalah (DIM). Kemudian baru dilakukan pembahasan
detail di DPR.
Wakil Ketua Komisi II Ganjar Pranowo mengatakan,
pembahasan RUUK DIY dijadwalkan selesai juli 2011. Namun
cepat lambatnya pembahasan setelah masing-masing fraksi
membuat DIM. Dari sini bisa dipetakan peta politik yang sama
dan berbeda, tutur Ganjar. Wakil Ketua DPRD DIY, Tutik M
Widya mengatakan, tidak ada rasa sungkan bagi anggota
dewan dalam mengkritisi kebijakan pemerintah. Di bawah
kepemimpinan Sultan dan Paku Alam DIY aman dan tenteram.

215
Aspirasi Keistimewaan Yogyakarta …

Hanya karena sikap pemerintah akhir-akhir ini yang belum


jelas maka terjadi gejolak di masyarakat untuk mendapat
kepastian RUUK.Sekda DIY Ir Triharjun Ismaji menandaskan
kedudukan Sulatan sebagai Gubernur dan raja tidak lantas
menimbulkan rasa ewuh pakewuh bagi dirinya ketika harus
berkomunikasi dengan Gubernur. Kedudukan Sultan sebagai
raja yang dipersepsikan sebagai pengayom oleh masyarakat
justru secara efektif mampu mendorong kemandirian
masyarakat. (Harian Kedaulatan Rakyat : 3-3-2011)
Tanah Sultan Ground (SG) dan Paku Alaman Ground
(PAG) sudah terdaftar dan tercatat secara rapi sejak sebelum
zaman kemerdekaan maupun oleh BPN sekarang. Keberadaan
SG dan PAG juga sudah diakui oleh negara (BPN RI).
Karenanya dalam RUUK nanti hanya perlu diatur kasultanan
sebagai hak atas tanah, kata Kabid Hak Tanah dan Pendaftaran
Tanah BPN DIY dalam pertemuan dengan Komisi II DPR RI
di Gedung Pracimosono Kepatihan (10-3-2011). Anggota
Komisi II,Alexander Litaay mengatakan , saat ini masyarakat
memang mengakui keberadaan SG dan PAG. Namun perlu
dipikirkan bagaimana jika generasi berikutnya nanti tidak lagi
mengakui SG dan PAG. Pengalaman selama ini banyak tanah
adat lepas karena tidak punya dokumen tertulis, mayarakat dam
pemerintah mengakui tapi generasi ketiga tidak mengakui,
ujarnya.Anggota Komisi II DPR RI, Ida Fauziah sependapat,
demi kepastian hukum SG dan APG perlu diatur RUUK.
Karenanya pendataan seluruh tanah kasultanan menjadi sangat
penting. Dia menyoroti pendataan/pengukuran SG yang
berhenti karena anggarannya tidak disetujui DPRD. Saya kira
kalau ingin memberi jaminan kepastian hukum, pendataan dan
pengukuran harus dilakukan,ujarnya.Wakil Ketua DPRD DIY,
Tutik M Widya mengatakan, anggaran pengukuran tanah SG
216
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
ditolak karena pada 2006 terjadi gempa di DIY sehingga
APBD difokuskan untuk penanganan bencana. (Harian KR: 11-
3-2011).
Dari perspektif perundang-undangan, ada dua kekuatan
dimana pemerintah dengan masyarakat DIY secara diametral
berseberangan. Namun secara teoritik suatu peraturan hukum
dipandang efektif manakala kebijakan tersebut memenuhi
tujuan utamanya dari pembentukan undang-undang dan tujuan
di luar tujuan utama yakni dinyatakan efektif bila targetnya
memenuhi kecenderungan sosial terkait kepentingan publik.
Bagaimana keberlanjutan DIY: jawabnya terserah pemerintah
pusat dan rakyat, demikian Hamengku Buwono X. (Harian KR:
9-3-2011).
Adanya gerakan masyarakat yang mencoba melakukan
politisasi hukum dapat mengancam keistimewaan DIY yang
sedang diperjuangkan. Pasalnya perbuatan tersebut dilakukan
untuk menggerogoti daerah yang getol menyuarakan
penetapan seperti Kabupaten Bantul. Saat ini beredar selebaran
dan SMS gelap yang meresahkan. Ada beberapa pihak yang
mencari-cari kesalahan, ini sangat menghawatirkan. Bantul
adalah pendukung utama keistimewaan DIY karenanya
politisasi yang dilakukan secara berjenjang dapat mengganggu
konsentrasi dukungan masyarakat, meski tetap berprinsip
menjaga keistimewaan DIY, kata Koordinator Paguyuban
Rakyat Bantul, Ariesman.Penggiat Paguyuban Rakyat Bantul,
Untoro Hariadi mengatakan bahwa rakyat jangan termakan
opini yang belum tentu kebenarannya. Jika terus membuat
resah, maka itu tidak produktif dapat mengadu domba. Untuk
aparat penegak hukum, agar tidak memberikan respons

217
Aspirasi Keistimewaan Yogyakarta …

berlebihan terkait politisasi hukum,tegasnya. (Harian KR: 10-


3-2011).

Kecenderungan Tanggapan dan Pendapat di Suratkabar


Daerah
Pemberitaan suratkabar Kedaulatan Rakyat Yogya-
karta, bulan Maret 2011 telah berhasil dikumpulkan sebanyak
: 41 item berita dan : 55 sumber berita berkait dengan draft
RUU keistimewaan DIY. Untuk selanjutnya, akan dilakukan
analisis kecenderungan pemberitaan suratkabar.
Analisis isi dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah
kecenderungan sajian pemberitaan, berupa tanggapan dan
pendapat yang disajikan harian Kedaulatan Rakyat dan Suara
Merdeka tentang pembahasan RUUK Yogyakarta.
Berdasarkan pemberitaan media cetak di daerah
menunjukkan bahwa tanggapan dan pendapat yang dihimpun
dari publikasi media tersebut, dukungan terhadap penetapan
Gubernur dan Wakil Gubernur DIY yaitu Sri Sultan Hamengku
Buwono X dan Sri Paku Alam IX ternyata cukup besar
mencapai:50 (90,90) persen. Sedangkan yang menghendaki
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur sebanyak: 1 (1,82)
persen. Adapun mereka yang netral sebanyak : 4(7,28)persen.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pem-
beritaan kecenderungannya dalam pengisian jabatan Gubernur
dan Wakil Gubernur DIY dengan penetapan Sri Sultan
Hamengku Buwono X dan Wakil Gubernur Paku Alam.
Dukungan dari berbagai pihak pun menginginkan hal ini
seperti dari DPR RI maupun pemerintah pusat meskipun belum
sepenuhnya. Begitupun dari berbagai pihak seperti: Birokrat,
Politisi, Intelektual, Tokoh Ormas, Praktisi, Seniman dan
masyarakat Yogyakarta dan masih banyak pihak lainnya yang
218
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
tidak disebutkan di sini. Bahkan untuk menunjukkan
keinginannya agar RUUK Yogyakarta bisa diselesaikan
pembahasannya , masyarakat melakukan demo maupun unjuk
rasa. Hal ini merupakan wujud keinginan sebagian besar
masyarakat Yogyakarta atas selesainya RUUK Yogyakarta ini,
sehingga masalahnya tidak berlarut-larut. Terutama jika
pejabat Gubernur dan Wakil Gubernur telah habis masa
tugasnya, akan memperjelas siapa yang akan menjabat untuk
masa berikutnya. Hal inilah yang diinginkan masyarakat
Yogyakarta kini, sehingga selesainya RUUK ini sangat
dinantikan kejelasannya.

Tabel 14
Distribusi Jumlah Item Menurut Kecenderungan Isi

Kecenderungan Isi Frekuensi Persentase


Pro,Mendukung Penetapan
50 90,90
Gubernur dan Wakil Gubernur
Kontra, Menghendaki Pemilihan
l 1,82
Gubernur dan Wakil Gubernur
Netral, tidak Memihak 4 7,28
Jumlah 55 100,0

219
Aspirasi Keistimewaan Yogyakarta …

Tabel 15
Distribusi Jumlah Item Menurut Kecenderungan Isi dan
Sumber Berita

Kecenderungan Isi
Kontra Jumlah
Sumber Berita Pro Penetapan Netral
Pemilihan (%)
(%) (%)
(%)
Birokrat 8 (16,00) - 1 8 (16,36)
Politisi 9 (18,00) 1 3 12 (21.82)
Intelektual 3 ( 6.00) - - 3 (5.46)
26 (
Tokoh Ormas 26(52.00) - -
47.27)
Praktisi 1 (2.00) - - 1 ( 1.82)
Seniman 1 (2.00) - - 1 (1.82)
Masyarakat
2 (4.00) - 1 3 (5.45)
Umum
Jumlah 100 (N=50) 100 (N= 1)100 (N=4) 100 (N= 55)

Berdasarkan tabel 2 di atas, diketahui bahwa tanggapan


maupun pendapat terbanyak dari tokoh Ormas, hal ini dapat
dipahami. Sebab mereka ini yang paling banyak merasakan
dampaknya dengan belum selesainya pembahasan RUUK
artinya mereka yang bergerak di bidang bisnis maupun
kegiatan lainnya belum merasa tenang sebelum selesainya
pembahasan RUUK. Di samping itu ketentraman dan
kenyamanan dengan kepemimpinan Sultan sudah mereka
rasakan. Otomatis jika pemimpinnya tidak tenang, mereka pun
merasa terganggu. Kemudian persentase berikutnya yaitu
politisi. Hal ini dapat dipahami karena pembahasan RUUK
oleh mereka di Senayan dan karena draft yang diajukan
pemerintah banyak menuai kecaman/protes masyarakat . Untuk
220
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
itu,sangat dapat dipahami kalau mereka harus melakukan
kunjungan kerja untuk menyerap aspirasi masyarakat
Yogyakarta dari berbagai elemen, untuk mengetahui keinginan
masyarakat terhadap RUUK DIY.

Tanggapan Masyarakat Terhadap Kebijakan Pemerintah


tentang Aspirasi Keistimewaan Yogyakarta
Adalah fakta historis yang selalu dilekatkan dengan
identitas keistimewaan DIY dimana Keraton dan masyarakat
Yogyakarta memiliki andil besar keterlibatannya pada revolusi
fisik perjuangan kemerdekaan sehingga Republik Indonesia
dilahirkan pada tanggal: 17 Agustus 1945. Sejalan dengan itu,
penetapan kepemimpinan Sultan HB IX dan Sri Paduka Paku
Alam VIII sebagai Gubernur danWakil Gubernur di DIY tiada
persoalan.Problema muncul pada generasi sesudahnya
Konstruksi yang selama ini melekat terhadap
keistimewaan Yogyakarta dalam konteks kepemimpinan tanpa
melalui proses pemilihan tetapi melalui proses penetapan
mengalami proses pengkritisan, sekaligus perdebatan di tengah
masyarakat Yogyakarta. Untuk itu, dibuatlah draft RUUK DIY
versi pemerintah pusat kepada Komisi II DPR. Dalam draft
RUUK DIY yang diajukan pemerintah disertakan hasil survey
versi pemerintah menuai kritik pedas dari berbagai pihak,
utamanya masyarakat DIY. Mungkin Presiden SBY tak
menyangka akan terjadi reaksi keras dari berbagai elemen
masyarakat yang nadanya menolak atau sangat bertolak
belakang dengan harapan pemerintah pusat yang terkesan
sudah dikonstruksi sedemikian rupa untuk menggolkan draft
RUUK versi pemerintah tersebut.

221
Aspirasi Keistimewaan Yogyakarta …

Untuk itu, sangat bisa dimaklumi kalau dalam


pembahasannya di DPR harus mendatangkan Sri Sultan
Hamengku Buwono X ke DPR untuk diminta pendapatnya
tentang RUUK Yogyakarta. Sultan HB X menyampaikan 9
alasan penolakan draft RUUK versi pemerintah, baik
disampaikan langsung kepada DPR maupun melalui media
suratkabar. Begitupun penolakan muncul dari banyak elemen
masyarakat yang ada di Yogyakarta maupun di luar
Yogyakarta yang merasa selama ini kondusif dengan
kepemimpinan Sultan dan Paku Alam. Kini terusik oleh belum
selesainya pembahasan RUUK DIY oleh DPR bersama
pemerintah pusat. Bahkan para pebisnis di DIY merasa
terganggu dengan belum selesainya pembahasan RUUK DIY
di DPR.Begitupun banyak pihak lainnya yang menginginkan
cepat selesainya RUUK DIY. Bahkan ada yang mengatakan
aspirasi penetapan,pemerintah kurang apa lagi (KR:12-3-2011)
dan Penetapan Merupakan Harga Mati (KR:14-3-2-11) dan
masih banyak pemberitaan yang nadanya ingin segera
selesainya RUUK DIY.
Untuk segera selesainya pembahasan RUUK DIY,
Komisi II DPR RI berusaha menjaring aspirasi masyarakat
Yogyakarta melalui Kunjungan Kerja. Menurut Wakil Ketua
Komisi II Ganjar Pranowo, dari hasil kunjungannya ke DIY,
hampir seluruh rakyat DIY menyatakan dukungannya untuk
keistimewaan yang ditandai dengan penetapan Gubernur dan
Wakil Gubernur DIY. (KR:12-3-2-11). Ketua Komisi II DPR
RI Chairuman Harahap mengatakan Komisi II DPR RI
berkomitmen, Yogyakarta tetap keistimewaan. Namun bentuk
keistimewaan itu perlu pembahasan mendalam sehingga perlu
masukan dari masyarakat. Komisi telah menerima masukan
dari berbagai pihak, politisi, hukum, akademisi, Sri Sultan dan
222
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian
Paku Alam. Yang jelas kami akan tetap konsisten untuk
membawa aspirasi masyarakat. Sementara anggota Komisi II
DPR RI Harun Arrasyid mengatakan jika mengacu dari hasil
survei maka ada 90 persen masyarakat Yogyakarta yang
menghendaki mekanisme penetapan dalam penentuan jabatan
Gubernur dan wakil Gubernur, berarti ada 10 persen yang tidak
sependapat, kami akan jaring aspirasi mereka untuk
mengetahui alasan-alasannya. (KR:12-3-2011).
Dalam acara dialog (10/3) dengan Komisi II DPR RI,
KGPH Hadiwinoto mengatakan tanda-tanda pemerintah
berupaya menghabisi DIY secara pelan-pelan, terlihat sejak 50
tahun yang lalu dengan mengutak-utik hak atas tanah Kraton
Ngayogyakarta dan Kadipaten Pakualaman (KR:11-3-2011).
Wakil Ketua Komisi II Ganjar Pranowo mengatakan,
pembahasan RUUK DIY dijadwalkan selesai juli 2011, namun
cepat lambatnya pembahasan dilihat pada masing-masing
fraksi membuat Daftar Isian Masalah (DIM) untuk bisa
memetakan sikap politik yang sama dan berbeda. (KR:11-3-
2011). Begitu juga masalah Sultan Ground, sejak dulu hingga
sekarang tidak ada masalah,justru banyak memberi manfaat
bagi masyarakat maupun pemerintah.Penggunaan tanah
tersebut mendapatkan izin dari Kraton dengan diberikan Surat
Kekancingan. (KR:12-2-2011). Alexander Litaay mengatakan
saat ini masyarakat memang masih mengakui keberadaan SG
dan PAG. Namun perlu dipikirkan bagaimana jika generasi
berikutnya nanti tidak mengakui SG dan PAG. Sementara
Anggota Komisi II Ida Fauziah sependapat bahwa , demi
kepastian hukum SG dan PAG perlu diatur dalam RUUK.
Untuk itu pendataan seluruh tanah kasultanan sangat penting.
(KR: 11-3-2011).

223
Aspirasi Keistimewaan Yogyakarta …

Dari kunjungan Kerja DPR RI tersebut, minimal telah


tergambar bahwa masyarakat Yogyakarta dari berbagai elemen
masyarakat menghendaki dalam pengisian jabatan Gubernur
dan Wakil Gubernur melalui Penetapan. Juga pengakuan
sebagian besar masyarakat yang masih kondusif dengan
dipimpin oleh Sultan dan Paku Alam berdasarkan hasil Survey.
Begitu pula hubungan antara pemerintah Provinsi dan
kabupaten/kota yang dinilai sangat terbuka bagi semua pihak.
Termasuk masalah Sultan Ground dan Paku Alam Ground pun
sudah diketahui oleh Komisi II DPR RI baik dari Badan
Pertanahan Nasional (BPN) maupun pihak lainnya yang
menempati maupun yang diminta pendapatnya, bahwa
masalah SG dan PAG sejak dulu hingga kini tidak ada
masalah, bahkan memberi manfaat pada masyarakat.
Pembahasan di DPR RI bersama pemerintah pusat
yang sudah sekian lama tidak kunjung selesai, sangat
disayangkan oleh banyak pihak, utamanya masyarakat
Yogyakarta. Keistimewaan Yogya sebenarnya tidak semata-
mata merupakan masalah reformasi birokrasi, tetapi lebih
berkaitan dengan Sejarah Negara Republik Indonesia.
Yogyakarta adalah sebuah „negara‟ mandiri yang dulu
menyatakan bergabung dengan RI sehingga patut diberi
kedudukan istimewa. Saat-saat terakhir merupakan momentum
yang tepat untuk menorehkan sesuatu yang berharga. Golnya
UUK Yogyakarta akan menjadi sebuah monumen bersejarah
dan hal ini sangat dinantikan oleh rakyat Yogyakarta yang
sudah lama menunggu status keistimewaannya. Itu tergantung
pada Pemerintah Indonesia dan DPR RI yang mau membahas
secara bijak serta tidak mengabaikan sejarah nasionalnya,
sebagaimana dikatakan Sultan HB X. (KR:9-3-2011).

224
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

PENUTUP

Atas dasar pemberitaan suratkabar daerah tentang


aspirasi keistimewaan DIY menunjukkan bahwa
1. Sebagian besar pemberitaan suratkabar daerah kecen-
derungannya menginginkan dalam pengisian jabatan
Gubernur dan Wakil Gubernur DIY dilakukan melalui
penetapan dan bukan pemilihan dengan persentase
mencapai : 90,62 persen Meskipun begitu, konstruksi yang
selama ini melekat terhadap keistimewaan Yogyakarta,
dalam konteks kepemimpinan mengalami proses
pengkritisan. Untuk pengisian jabatan Gubernur dan Wakil
Gubernur melalui proses penetapan tetapi masih ada pihak
yang menginginkan melalui proses pemilihan.
2. Munculnya tanggapan/pendapat yang dipublikasikan ten-
tang aspirasi keistimewaan DIY terbanyak dari kalangan
Ormas. Hal ini mengindikasikan bahwa mereka ini yang
banyak merasakan dengan belum selesainya masalah
RUUK DIY. Di samping ketentraman yang selama ini
mereka rasakan dengan kepemimpinan Sultan merasa
terusik dengan belum selesainya pembahasan RUUK
tersebut. Begitupun kalangan politisi menempati urutan
berikutnya sebab di tangan mereka pembahasan RUUK
DIY dan penjaringan aspirasi terhadap segenap elemen
masyarakat DIY mereka lakukan,setelah banyak muncul
reaksi atas draft RUUK DIY yang diajukan pemerintah
3. Penjaringan Aspirasi Keistimewaan Yogyakarta oleh DPR
RI ke segenap lapisan masyarakat DIY dimaksudkan
untuk mengetahui aspirasi yang berkembang sekaligus

225
Aspirasi Keistimewaan Yogyakarta …

diinginkan segenap elemen masyarakat di DIY. Meskipun


untuk ini, aksi yang bernada mencemooh atau unjuk rasa
atas kedatangan anggota DPR pun muncul sebagai reaksi
atas lambat selesainya pembahasan RUUK DIY yang
sudah lama mereka inginkan.

Rekomendasi
Keistimewaan merupakan identitas Daerah Istimewa
Yogyakarta yang tidak terbantahkan lagi. Untuk itu, sebagai
penghargaan, selesainya pembahasan RUUK DIY secepatnya
sangat diharapkan masyarakat DIY, khususnya terhadap pihak
pengambil kebijakan di pusat untuk memerhatikan aspirasi
yang berkembang di masyarakat Yogyakarta ini. Begitupun
diminimalisir pengaruh negatif dari pihak manapun supaya
pembahasan RUUK lancar.

226
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

DAFTAR PUSTAKA

Atmadi,T, 1995. Bunga Rampai: Catatan Pertumbuhan dan


Perkembangan Sistem Pers Indonesia, Jakarta, Pantja
Simpati.
Krippendorff, Klaus, 1991. Analisis Isi, Pengantar Teori dan
Metodologi, Jakarta: Rajawali Pers.
Rakhmat, Jalaluddin, 1988. Psikologi Komunikasi,Bandung,
Remadja Karya.
Reed H Blake dan Edwin O Haroldsen, 2003.Taksonomi
Konsep Komunikasi, Surabaya, Papyrus.
Siregar,Ashadi; 1986, Metode Analisis Isi Media, Makalah
Kursus Singkat “Penelitian Komunikasi dan Pem-
bangunan”, Yogyakarta, PAU-UGM.
Soenarjo dan Soenarjo Djonaesih S; 1982. Himpunan Istilah
Komunikasi, Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Suwarno PJ, 1994. Hamengku Buwono IX dan Sistem Birokrasi
Pemerintahan Yogyakarta: Sebuah Tinjauan Historis,
Yogyakarta,Kanisius.
Sukarna, 1990. Pembangunan Politik, Bandung, Mandar Maju.
Suratkabar Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta tanggal : 2
s/d 12 Maret 2011
Suratkabar Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta tanggal :
14,15,16 Maret 2011
Suratkabar Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta tanggal :
18,19 Maret 2011
Suratkabar Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta tanggal :
21,22,23 Maret 2011

227
Aspirasi Keistimewaan Yogyakarta …

228
Tentang Penulis

Darmanto
Peneliti Pertama Balai Pengkajian dan Pengembangan
Komunikasi dan Informatika Yogyakarta, Badan Litbang,
Kementerian Komunikasi dan Informatika. Menjadi dosen
tamu di UNY, UMY, UAJY, Sekolah Tinggi Multi Media
“MMTC”, dan STPMD “APMD”. Sejak Mei 2010 menjadi
Dewan Penyantun Politektik API Yogyakarta. Menyalurkan
energi kritisnya melalui Perkumpulan MPM (Masyarakat
Peduli Media), PR2Media (Pemantau Regulasi dan Regulator
Media), dan KMIPY (Koalisi Masyarakat untuk Informasi
Publik Yogyakarta). Email: dmt_mpm@yahoo.co.id

Novian Anata Putra


Menjadi CPNS Depkominfo sejak 2011 dan ditempatkan
pada Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan
Informatika Yogyakarta. Menyelesaikan pendidikan S-1 jurus-
an Ilmu Komunikasi tahun 2010 di UNS Surakarta. Mem-
punyai hobby fotografi dan videografi dan meraih prestasi
juara 2 Festival Film Dokumenter “Lividentro” UI 2010 dan
juara 2 lomba film pendek yang diselenggarakan Masyarakat
Edukasi Perbankan. Aktif di organisasi: Production Division
Solo International Performing Arts (SIPA) Community,
Production Division Kine Klub Fisip UNS dan Free Member of
FISIP Fotografi Club (FFC). Email: noviananata@gmail.com

229
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

Daru Nupikso
Peneliti Muda pada Balai Pengkajian dan Pengembangan
Komunikasi dan Informatika Yogyakarta, Badan Litbang,
Kementerian Komunikasi dan Informatika. Lulus S-1 Ekonomi
di Universitas Pembangunan Nasional Veteran tahun 1986
kemudian melanjutkan S-2 Magister Administrasi Publik di
Universitas Gadjah Mada lulus pada tahun 2010. Menjadi PNS
pada Departemen Penerangan sejak 1990 dan ditempatkan di
Kanwil Deppen Sulawesi Utara selama 10 tahun. Pada tahun
2001 sampai medio 2002 bertugas di BPPI Surabaya dan sejak
akhir 2002 hingga sekarang bekerja sebagai peneliti di BPPKI
Yogyakarta. Email: d_nupikso@yahoo.co.id

Emmy Poentarie
Peneliti Muda pada Balai Pengkajian dan Pengembangan
Komunikasi dan Informatika Yogyakarta, Badan Litbang,
Kementerian Komunikasi dan Informatika. Menyelesaikan S-1
jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada.
Melanjutkan S-2 Program Ilmu Komunikasi di Universitas
Gadjah Mada lulus pada tahun 2009. Email:
emmy_ptr@yahoo.com

Topohudoyo
Peneliti Madya pada Balai Pengkajian dan Pengem-
bangan Komunikasi dan Informatika Yogyakarta, Badan
Litbang Kementerian Komunikasi dan Informasi. Menyelesai-
kan S-1 jurusan Ilmu Sosial Politik Universitas Gadjah Mada.
Melanjutkan S-2 Magister Administrasi Publik di Universitas
Gadjah Mada lulus pada tahun 2011. Email:
topo_hudoyo@ymail.com.

230
Tentang Penulis

Budiyono
Peneliti Madya pada Balai Pengkajian dan Pengem-
bangan Komunikasi dan Informatika Yogyakarta, Badan
Litbang Kementerian Komunikasi dan Informasi. Pendidikan
S-1 Jurusan Hukum pada Universitas Proklamasi 45 Yogya-
karta lulus tahun 1988, melanjutkan S-2 Program Ilmu
Komunikasi di Universitas Gadjah Mada lulus pada tahun
2009. Email: masbudism@yahoo.co.id

Ansor
Peneliti Muda pada Balai Pengkajian dan Pengembangan
Komunikasi dan Informatika Yogyakarta, Badan Litbang,
Kementerian Komunikasi dan Informatika.

231
Bunga Rampai: Hasil Penelitian dan Pengkajian

232

Anda mungkin juga menyukai