Anda di halaman 1dari 49

 

 
 

LEMBAR PENGESAHAN

DIKTAT “ KULTUR JARINGAN PISANG ”


UNTUK MATA PELAJARAN PEMBIBITAN DAN KULTUR JARINGAN
KELAS XI AGRIBISNIS TANAM
TANAMAN
AN PANGAN D
DAN
AN HORTIKUL
HORTIKULTURA
TURA
SEMESTER III
SMK-PP NEGERI BANJARBARU

Telah disahkan penggunaannya


penggunaannya untuk siswa di SMK-PP Negeri
Banjarbaru,
7 Agustus 2019

Banjarbaru, 7 Agustus 2019

Kepala
SMK - PP Negeri Banjarbaru

Suherman, SP., MP
NIP. 19600616 199103 1 001

ii
 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan anugerah- Nya sehingga DIKTAT
DIKTAT   KULTUR JARINGAN PISANG
dapat diselesaikan dengan baik. Diktat ini sebagai acuan bagi siswa kelas XI
Program Keahlian
Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura pada semester III
khususnya mata pelajaran Pembibitan dan Kultur jaringan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam  – 
dalamnya kepada:
1. Kepala Sekolah SMK PP Negeri Banjarbaru Bapak Suherman, SP., MP,
2. Wakasek Pengajaran Ibu Airin Nurmarita, SP. MP
MP
3. Rekan sejawat ( semua guru)
guru) di SMK PP Banjarbaru.
4. Siswa/ Siswi SMK – PP N Banjarbaru
5. Serta semua
semua pihak
pihak yang
yang telah
telah banyak
banyak membantu.
membantu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam diktat ini sehingga


kritik dan saran yang membangun
membangun sangat penulis harapkan. Semoga Diktat ini
ini
dapat menjadi media pembelajaran dan acuan bagi siswa khususnya mata
pelajaran Pembibitan dan Kultur jaringan.

Banjarbaru, Agustus 2019

Penulis

iii
 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Pengertian Kultur Jaringan dan Pengenalan
Pengenalan Beberapa Istilah .............. 1

C. Kultur
B. LatihanJaringan Pisang ..........................................
................................................................
Soal ...........................................
.................... ..................................
.............................................. ............
.............................................
..........................
.... 3
5

BAB II. LABORATORIUM DAN PERALATAN PERALATAN KULTUR JARINGAN .......... 5


 A. Ruangan Dalam
Dalam Laboratorium
Laboratorium Kultur Jaringan Jaringan ......................................
...................................... 5
B. Peralatan
Peralatan Kultur Jaringan ............................................
...................................................................
...........................
.... 6
C. Latihan Soal ...........................................
..................................................................
.............................................
..........................
.... 13

BAB III. MEDIA KULTUR JARINGAN ............................................


........................................................
............ 12
 A. Komponen Media
Media ...........................................
.................................................................
.........................................
................... 12
B. Pembuatan Larutan Stok ............................................
...................................................................
...........................
.... 15
C. Pembuatan Media ............................................
...................................................................
......................................
............... 16
D. Petunjuk Praktikum ...........................................
..................................................................
......................................
............... 17
E. Latihan
Latihan Soal ...........................................
..................................................................
.............................................
..........................
.... 27

BAB IV. PELAKSANAAN


PELAKSANAAN KULTUR JARINGAN .........................................
......................................... 26
A. Isolasi Bahan Tanam (Eksplan ) ...................
.........................................
.........................................
................... 26  
26
B. Sterilisasi Eksplan ...........................................
..................................................................
......................................
............... 28
C. Penanaman Eksplan ...................
.........................................
............................................
......................................
................ 32
D. Multipikasi Tunas ..........................................
...............................................................
.........................................
.................... 33
E. Induksi perakaran ..........................................
...............................................................
.........................................
.................... 34
F.  Aklimatisasi ............................................
...................................................................
.............................................
..........................
.... 34
G. Pembesaran Bibit Pisang hingga Siap Tanam .......................................
....................................... 35
H. Petunjuk Praktikum ...........................................
..................................................................
......................................
............... 38
I. Latihan Soal ...........................................
..................................................................
.............................................
..........................
.... 43

DAFTAR PUSTAKA

iv
 

BAB I. PENDAHULUAN

A. Pengertian Kultur Jaringan dan Pengenalan


Pengenalan Beberapa
Beberapa Istilah
Istilah

Kultur jaringan tanaman adalah suatu teknik untuk menumbuhkan sel,


 jaringan ataupun irisan organ tanaman di laboratorium
laboratorium pada suatu media
buatan yang mengandung nutrisi yang aseptik (steril) untuk menjadi tanaman
secara utuh. Kondisi steril merupakan suatu syarat mutlak keberhasilan
pelaksanaan kultur jaringan, sehingga kondisi ini harus tetap dijaga selama
proses kultur berlangsung. Walaupun hanya satu spora jamur atau hanya satu
sel bakteri yang masuk ke media kultur, maka pekerjaan kultur akan gagal dan
tidak akan dihasilkan
dihasilkan tanaman baru.
Kultur jaringan tanaman didasari oleh teori totipotensi sel (cellular
totipotency) yang menyebutkan bahwa setiap sel tanaman memiliki kapasitas
untuk beregenerasi membentuk tanaman secara utuh.Tanaman baru yang
diperoleh dengan cara ini bersifat identik dengan induknya, dan disebut plantlet.
plantlet.

Jumlah tanaman baru yang dihasilkan tidak hanya satu, tapi bisa puluhan
hingga ratusan (dari satu bahan tanam atau eksplan) sehingga teknik kultur
 jaringan digunakan
digunakan sebagai metode perbanyakan tanaman. Metode
perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan teknik kultur jaringan tergolong
perbanyakan vegetatif, artinya tidak melibatkan adanya fertilisasi antara sel
telur dan sel kelamin jantan seperti halnya pembentukan biji pada tanaman, itu
sebabnya plantlet yang dihasilkan identik dengan induknya.
Perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan disebut juga
mikropropagasi atau perbanyakan mikro. Kata ‘mikro’ mengacu pada bahan
tanam awal yang digunakan yaitu eksplan yang berukuran kecil (micro=kecil),

bahkan dapat mencapai ≤ 1 mm pada kultur mer istem. Dibandingkan dengan


perbanyakan vegetatif konvensional seperti dengan stek, cangkok, ‘budding’,
‘layerage’, dan sebagainya, mikropropagasi memiliki kelebihan dan kekurangan
seperti terlihat pada Tabel 1. Jika melihat tabel tersebut, jelas terlihat bahwa
mikropropagasi
mikropropagasi memiliki keunggulan dari segi bahan tanam awal yang sangat
kecil namun menghasilkan anakan yang jauh lebih banyak. Dibandingkan
dengan perbanyakan vegetatif konvensional, perbanyakan dengan
mikropropagasi
mikropropagasi akan jauh menjadi
m enjadi lebih efi sien untuk tanaman yang memiliki
nilai ekonomi tinggi, karena biaya ‘establishment’ yang mahal akan tertutupi
oleh harga jual tanaman yang tinggi.

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   1
 

Tabel 1. Perbandingan Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Konvensional


dan Mikropropagasi
Perbanyakan vegetatif Mikropropagasi
konvensional
Biaya murah mahal
“establishment”  
Keahlian / Skill Dibutuhkan keahlian Dibutuhkan keahlian
mengenai budding, bekerja secara aseptik di
grafting, okulasi, dll labolatorium
Ukuran bahan tanam Besar (misalnya untuk Sangat kecil ( misal bisa
stek 10 – 20 cm) mencapai < 1 mm untuk
kultur meristem)
Jumlah anakan yang Hanya satu Ratusan hingga ribuan
dihasilkan
dihasil kan persatu bahan
tanam per waktu
Sifat anakan yang Identik dengan induknya Identik dengan induknya
dihasilkan

Eksplan , merupakan istilah untuk bahan tanam awal yang digunakan dalam

mikropropagasi. Eksplan dapat berupa sel (kultur sel), protoplas (kultur protoplas),
mikropropagasi.
epidermis, empulur (kultur jaringan), meristem apikal atau lateral (kultur meristem),
tunas apikal maupun lateral (kultur tunas), serta irisan batang, daun maupun akar
(kultur organ). Dengan melihat bahan tanam yang digunak
digunakan,
an, maka istilah ‘kultur
in vitro’ lebih tepat digunakan untuk mikropropagasi dibandingkan
dibandingkan ‘kultur jaringan’
karena yang dikulturkan sangat beragam, bukan hanya jaringan. In vitro berasal
dari bahasa Latin yang berarti ‘di dalam gelas’ (dalam bahasa Inggris ‘in glass’),
untuk menggagambarkan suatu proses biologi yang berlangsung di dalam tabung
gelas atau botol kultur, di luar tubuh mahluk hidup.
Eksplan tersebut ditanam pada media tanam steril yang mengandung nutrisi.

 Adanya senyawa fenol pada jaringan tanaman, seringkali menyebab


menyebabkan
kan eksplan
berubah warna menjadi coklat dan diakhiri dengan kematian jaringan eksplan.
Warna coklat disebabkan oleh peran enzim polyfenoloksidase yang mengoksidasi
senyawa fenol yang keluar dari irisan eksplan. Senyawa fenol merupakan
metabolitt sekunder dan tersimpan dalam vakuola sel tanamn. Ketika eksplan diiris,
metaboli
vakuola pecah sehingga terjadi eksudasi senyawa fenol dan teroksidasi. Istilah
pencoklatan eksplan ini disebut browning. Efek oksidasi senyawa fenol ini juga
bisa menyebabkan pencoklatan pada media kultur. Istilah pencoklatan pada media
ini pada beberapa literatur disebut dengan istilah staining, namun kebanyakan
masih menggunakan istilah browning.

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   2
 

Eksplan yang masih hijau pada media yang mengalami browning harus
dipindah ke media baru. Pemindahan kultur ke media baru disebut dengan istilah
subkultur. Ada beberapa alasan dilakukannya subkultur selain pencoklatan media,
diantaranya adalah: media terkontaminasi oleh mikroorganisme, namun eksplan
masih sehat; media kultur mengering; populasi kultur sudah terlalu padat;

dilakukannya pengakaran (rooting) sehingga harus disubkultur ke ‘media induksi


akar’.
Eksplan yang ditanam akan membentuk bentukan baru sebelum menjadi
plantlet.
plantlet. Bentukan baru yang terbentuk setelah eksplan ditanam pada media kultur
disebut propagul. Propagul dapat berupa kalus, organ (tunas, akar) ataupun
embrio somatik. Kalus adalah kumpulan sel yang tidak terorganisir. Kalus
terbentuk apabila eksplan ditanam pada media yang ditambah dengan zat
pengatur tumbuh (ZPT) untuk menginduksi
menginduksi kalus, misalny
m isalnya
a ZPT golongan sitokinin
dan auksin dengan konsentrasi yang sama atau ZPT 2,4-Dichloropenoxy acetic
acid (2,4-D). Istilah dediferensiasi diberikan untuk eksplan berupa organ tanaman
yang sudah terdiferensiasi seperti daun, batang, tunas, akar yang membentuk
kalus. Organ tanaman tersebut yang sel-selnya sudah terdiferensiasi dikembalikan
lagi menjadi tidak terdiferensiasi. Jika nanti kalus-kalus ini kembali membentuk
tunas, disebut mengalami rediferensiasi.
rediferensiasi.

B. Kultur Jaringan Pisang


Kultur jaringan adalah suatu usaha untuk menumbuhkan sel, jaringan, dan
organ tanaman pada medium buatan secara aseptik dalam lingkungan yang
terkendali. Pengadaan bibit dengan cara ini, sangat sesuai untuk usaha pisang
dalam skala besar (industri). Pada umumnya media yang digunakan dalam kultur
 jaringan pisang
pisang ini adalah
adalah MS (Roedyarto,
(Roedyarto, 1999 dan Gunawan,
Gunawan, 1995).
Pisang umumnya diperbanyak dengan anakan. Anakan yang berdaun
pedang lebih disenangi petani, sebab pohon pisang yang berasal dari anakan
demikian akan menghasilkan tandan yang lebih besar pada panen pertamanya
(tanaman induk). Bonggol atau potongan bonggol juga digunakan sebagai
s ebagai bahan
perbanyakan. Tetapi jantung pisang juga merupakan eksplan yang
menguntungkan karena mudah mendapatkannya dan resiko kontaminasi lebih
kecil karena bukan berasal dari tanah dan tertutup rapat oleh kelopak bunga (Nisa
dan Rodinah, 2005). Kini telah
t elah dikembangkan kultur jaringan untuk perbanyakan
perbanyakan
secara cepat, melalui ujung pucuk yang bebas-penyakit. Cara ini telah

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   3
 

dilaksanakan
dilaksanakan dalam skala komersial, tetapi adanya mutasi yang tidak dikehendaki
menimbulkan kekhawatiran. Dalam perbanyakan bibit pisang secara kultur
 jaringan, ada empat tahap yang harus dilalui yaitu, pertama, tahap inisiasi. Pada
tahap ini eksplan membentuk kalus dan bertunas banyak. Kedua, tahap pelipatan
tunas (multiplikasi) yaitu tunas yang sudah terbentuk dipisahkan kemudian

ditumbuhkan dalam medium agar tumbuh tunas baru (perbanyakan sub kultur).
Ketiga, tahap perakaran tunas (regenerasi planlet) dan tahap terakhir yaitu tahap
aklimatisasi lingkungan (Sunarjono, 2002 dalam Wahyudi,2004).
Pada mata pelajaran pembibitan
pembibitan dan kultur jaringan di semester III progr
program
am
studi budidaya tanaman pangan dan hortikultura
hortikultu ra di SMK PP N Banjarbaru fokus
utama adalah kultur jaringan pisang. Kompetensi yang harus dikuasai
berdasarkan kompetensi dasar dan
dan kompetensi
kompetensi inti disajikan pada Tabel 2.

KOMPETENSII DASAR
KOMPETENS KOMPETE
KOMPETENSI
NSI DASAR
3.13. Menganalisis
Menganalisi s teknik penyiapan 4.13 Menunjukkan teknik penyiapan
laboratorium kultur jaringan tanaman laboratorium kultur jaringan
hortikultura tanaman hortikultura
3.14 Menganalisis
Menganalisi s teknik penyiapan 4.14 Menunjukkan teknik penyiapan
peralatan kultur jaringan tanaman peralatan kultur jaringan tanaman
hortikultura hortikultura
3.15. Menganalisis
Menganalisis teknik sterilisasi
sterilisasi ruang,
ruang, 4.15 Menunjukkan
Menunjukkan teknik
teknik sterilisasi
sterilisasi
alat, dan bahan kultur jaringan ruang, alat, dan bahan kultur
tanaman hortikultura  jaringan tanama
tanaman n hortikultura
3.16 Menganalisis teknik pembuatan larutan 4.16 Menunjukkan teknik pembuatan
stok larutan stok
3.17 Menganalisis teknik pembuatan media 4.17 Menunjukkan teknik pembuatan
kultur jaringan tanaman hortikultura media kultur jaringan tanaman
3.18 Menganalisis teknik penyiapan bahan 4.18 Menunjukkan teknik penyiapan
tanam/eksplan tanaman hortikultura bahan tanam/eksplan tanaman
3.19 Menganalisis teknik inokulasi bahan
bahan 4.19 Menunjukkan teknik inokulasi bahan
tanam/eksplan tanaman hortikutura tanam/eksplan tanaman hortikultura
3.20 Menganalisis teknik penumbuhan bibit 4.20 Menunjukkan teknik penumbuhan
kultur jaringan tanaman hortikultura bibit kultur jaringan tanaman
3.21 Menganalisis teknik pengendalian ruang 4.21 Menunjukkan teknik pengendalian
pertumbuhan kultur ruang pertumbuhan kultur

3.22 Menganalisis
Menganalisis teknik aklimatisasi 4.22 Merumuskan
Merumuskan teknik
teknik aklimatisasi
aklimatisasi
plantlet tanaman hortikultura plantlet tanaman hortikultura

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   4
 

C. LATIHAN SOAL
Untuk mengukur tingkat pemahaman kalian terhadap materi diatas
 jawablah soal berikut
berikut dengan benar!
benar!
1. Jelaskan pengertian
pengertian Kultur Jaringan!
2. Dalam perbanyakan bibit pisang
pisang secara kultur
kultur jaringan, ada empat tahap yang

harus dilalui, sebutkan keempat tahap tersebut!


3. Sebutkan lima perbedaan perbanyakan
perbanyakan tanaman secara konvensi
konvensial
al dan
kulturjaringan!
4. Jelaskan upaya yang dapat dilakukan untuk menangani
menangan i senyawa fenol pada
eksplan!
5. Jelaskan pengertian
pengertian eksplan dalam
dalam pelaksanaan
pelaksanaan kultur
kultur jaringan!
jaringan!

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   5
 

BAB II. LABORA


L ABORATORIUM
TORIUM DAN PERALATAN KULTUR JARI
J ARINGAN
NGAN

B. Ruangan Dalam
Dalam Laboratorium
Laboratorium Kultur Jaringan
Jaringan

Laboratorium
Laboratorium kultur jaringan minimal
m inimal memili
memiliki
ki empat
em pat ruang, yakni dapur, ruang

preparasi,, ruang tanam dan ruang kultur (ruang inkubasi).


preparasi
1. Dapur
Merupakan tempat pencucian alat-alat sebelum disterilisasi. Di dapur
terdapat tempat pencucian (shink) dengan kran, bak sampah serta rak tempat
menaruh alat-alat setelah dicuci.
2. Ruang preparasi
Merupakan tempat pembuatan media. Pada ruangan ini diletakkan rak
yang berisi zat kimia, timbangan, magnetic stirrer, kulkas (tempat zat kimia
yang harus disimpan pada suhu dingin, seperti zat pengatur tumbuh, media
kemasan, vitamin, dan lain-lain) serta meja untuk melakukan pekerjaan
pembuatan media. Jika autoklaf yang digunakan untuk sterilisasi memakai
daya listrik, maka alat ini juga diletakkan di ruang preparasi. Namun jika
autoklaf yang digunakan adalah jenis yang memakai kompor, maka sebaiknya
diletakkan di dapur dan tidak di ruangan preparasi. Ruangan preparasi harus
dijauhkan dari nyala api karena terdapat banyak bahan kimia. Selain
menghindarkan bahaya kebakaran karena adanya bahan kimia yang mudah
terbakar, tetapi juga agar terhindar dari suhu tinggi yang mungkin dapat
merusak bahan kimia yang ada di ruangan tersebut. Meja yang ada di ruang
preparasi juga digunakan untuk melakukan preparasi eksplan sebelum dibawa
ke ruang tanam
3. Ruang tanam
Ruang tanam merupakan ruang untuk menanam kultur. Ruangan ini
harus dijaga sterilitasnya agar pekerjaan kultur dapat terhindar dari
kontaminasi dan berjalan dengan sukses. Untuk alasan sterilitas ini, ruang
tanam juga dilengkapi dengan lampu pembunuh mikroorganisme. Lampu ini
dinyalakan 30 menit sebelum pekerjaan dimulai dan dimatikan ketika sudah
mulai menanam. Pada laboratorium kultur yang lebih modern, sebelum
memasuki ruang tanam, setiap orang harus disterilisasi dengan memasuki
ruang pembersih yang dilengkapi dengan sprayer automatis yang
menyemprotkan safety disinfectant ke tubuh orang. Di dalam ruang kultur

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   6
 

terdapat meja kerja steril. Meja kerja steril ini dapat berupa enkas yaitu meja
kerja yang sangat sederhana dan tidak menggunakan daya listrik atau yang
lebih modern dan menggunakan daya listrik yaitu laminar air fl ow cabinet.
Laminar ini banyak ragamnya dan akan dibahas secara lebih detail pada sub
bab peralatan. Ruang tanam sebaiknya dilengkapi dengan pendingin (AC)

untuk memberikan kenyamanan pada pekerja kultur.


4. Ruang kultur (inkubasi
( inkubasi))
Ruang kultur merupakan ruang untuk meletakkan dan menumbuhkan
menumbuhkan hasil
kultur yang kita tanam. Ruangan ini dilengkapi dengan pendingin yang bisa
diatur suhunya. Umumnya suhu yang dibutuhkan berkisar 20-24o C karena
morfogenesis dalam kultur umumnya terjadi pada kisaran suhu tersebut. Di
dalam ruang kultur diletakkan rak-rak kultur yang digunakan untuk menaruh
kultur. Ruang ini juga harus dijaga sterilitasnya untuk menghindar
menghindarkan
kan kultur dari
kontaminan. Sterilitas dijaga dengan jalan
j alan menyemprotkan desinfectan secara
berkala serta membersihkan ruangan serta menyingkirkan kultur yang sudah
terkontaminasi. Kultur yang sudah terkontaminasi ini akan menjadi sumber
kontaminan untuk kultur yang sehat.

B. Peralatan Kultur Jaringan


Berikut akan dibahas berapa peralatan penting yang umumnya digunakan
dalam kultur jaringan. Peralatan ini meliputi:
1. Timbangan digital
Timbangan (balance) digital beragam jenisnya, gunanya secara umum
adalah untuk menghitung satuan massa suatu benda dengan teknik digital.
Dalam lab kultur, alat ini digunakan untuk menimbang bahan/zat yang
digunakan dalam kultur, misalnya zat pengatur tumbuh, bahan untuk media,
gula, agar,
agar, dan lain
lain sebagainya.
sebagainya. Sebelum menimbang
menimbang bahan,
bahan, kita harus
mengetahui kapasitas timbang dari suatu timbangan. Pilihan jenis timbangan
yang akan digunakan disesuaikan dengan berat bahan yang akan ditimbang
dan kapasitas timbangan.
Secara umum, cara penggunaan
penggunaan timbangan adalah sebagai berikut:
a. Timbangan dihubungkan dengan stop kontak listrik (plugin), kemudian
tekan tombol “on/off” untuk mengaktifkan.
m engaktifkan.

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   7
 

b. Sebelum digunakan timbangan dinolkan terlebih dahulu. Setelah alas


timbang (untuk menaruh bahan yang akan ditimbang) diletakkan pada
timbangan, timbangan kembali dinolkan.
c. Kemudian bahan yang akan
akan ditimbang
ditimbang ditaruh pada alas
alas timbang yang
yang
sudah disiapkan. Selanjutnya, berat benda yang ditimbang akan terbaca

pada layar.
d. Setelah pekerjaan
pekerjaan penimbangan selesai,
selesai, timbangan harus
harus dibersihkan,
dinolkan dan stop kontak harus dicabut.

2. Magnetic stirrer
Magnetic stirrer digunakan untuk proses pembuatan media serta
pembuatan larutan dari senyawa yang berbentuk padat. Magnetic stirrer
memiliki dua fungsi yaitu untuk pemanasan (heating) dan pengadukan (stirring).

3. Autoklaf
 Autoklaf adalah alat untuk sterilisasi dengan metode uap panas (steam
(steam
heating). Ada dua jenis jika dilihat dari daya yang digunakan. Yang pertama
adalah autoklaf yang menggunakan kompor dan yang kedua adalah autoklaf
yang menggunakan daya listrik. Keduanya memiliki cara kerja yang sama
dalam proses sterilisasi.
 Autoklaf dilengkapi dengan “sarangan” seperti pada dandang  untuk
mengukus. Pada sarangan ini diletakkan benda yang akan disteril. Sementara
pada dandang (dibawah sarangan) diisi dengan air untuk menghasilkan uap,
mirip seperti dandang pengukus. Setelah benda yang akan disterilisasi
m emutar ‘skrup’ hingga benar -benar
dimasukkan, autoklaf ditutup dengan jalan memutar -benar
kencang, sementara itu katup uap dibiarkan tetap terbuka. Setelah itu autoklaf
diletakkan di atas kompor (untuk yang menggunakan daya kompor) dan
dihubungkan stop kontak (yang menggunakan daya listrik). Katup uap ditutup
 jika sudah mengeluarkan
mengeluarkan uap agar suhu dan tekanan nai
naik.
k. Perlahan suhu dan
tekanan akan naik. Jika sudah mencapai tekanan 17,5 Psi atau suhu 121 o  C,
kompor harus segera dikecilkan. Kemudian suhu ini dijaga selama waktu yang
dibutuhkan untuk sterilisasi. Misalnya untuk sterilisasi media selama 20-30
menit, peralatan kecil dan glasswares selama 1 jam. Untuk jenis autoklaf listrik,
naiknya suhu sangat lambat dan tekanan 17,5 Psi dicapai dalam waktu yang
lebih lama. Namun kemudian stabil dalam tekanan ini tanpa harus mencabut

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   8
 

stop kontak seperti halnya mengecilkan kompor pada autoklaf kompor. Pada
autokalf daya listrik, besaran suhu akan berjalan secara automatis sesuai
pengaturan suhu yang kita lakukan. Autoklaf
Autoklaf kompor
k ompor lebih murah harganya dan
lebih umum digunakan.
4. Oven

Sterilisasi juga bisa dilakukan dengan oven, namun hanya bias untuk alat-
alat kecil dan glasswares dan tidak bisa untuk sterilisasi media. Di dalam
laboratorium, oven diletakkan di ruang preparasi. Metode sterilisasi dengan
oven dikenal dengan dry heating, karena proses sterilisasi
sterilisasi menggunaka
m enggunakan
n udara
kering yang panas. Ada banyak ragam oven, namun satu diantaranya dapat
dilihat pada Gambar.
Oven ini mengguna
m enggunakan
kan daya listrik, dilengkapi dengan pengatur suhu dan
waktu, sehingga proses sterilisasi bisa dilakukan dengan menekan tombol
sesuai dengan kebutuhan. Angka yang menunjukkan suhu dan waktu
pengovenan akan terbaca secara digital.

5. Meja Kerja (laminar)


Meja kerja dalam kultur jaringan disebut juga meja tanam, adalah tempat
yang digunakan untuk menanam. Laminar air flow cabinet (LAFC)
menggunakan daya listrik dan dilengkapi dengan lampu ultra violet (UV) yang
berguna untuk membunuh mikroorganisme serta lampu neon sebagai
penerang. Lampu UV ini dinyalakan 30 menit sebelum LAFC digunakan dan
dimatikan segera saat LAFC mulai
m ulai digunakan.
Prinsip kerja LAFC adalah dengan hembusan udara (air flow) yang steril.
Pertama udara dari luar disaring oleh filter pertama yang letaknya umumnya di
bagian atas laminar. Udara ini selanjutnya
s elanjutnya memasuki
memasuki sistem filter yang kedua
dalam laminar dan menjadi steril. Udara steril ini akhirnya dihembuska
d ihembuskan
n pada
areal meja kerja ke arah luar laminar,
laminar, sehingga
sehingga jika ada mikroorganisme
mikroorganisme yang
masuk dari arah luar secara automatis akan terhembus ke luar.

6. Glasswares dan Peralatan kecil lainnya


Glasswares adalah semua peralatan kecil yang terbuat dari bahan
gelas seperti gelas ukur, gelas dan labu Erlenmeyer, serta botol kultur. Alat-
alat ini dapat disterilisasi dengan oven maupun dengan autoklaf. Alat-alat ini
harus dibungkus dengan kertas saat sterilisasi agar kondisi steril tetap terjaga

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   9
 

sampai alat tersebut digunakan. Botol-botol bekas seperti botol selai, botol
minuman dan botol infus yang terbuat dari bahan gelas dapat digunakan untuk
botol kultur. Peralatan kecil lainnya terdiri dari dissecting kit (perataan untuk
memotong/mengiris),
memotong/mengiris), pinset, spatula dan lain-lain yang umumnya terbuat dari
bahan logam (stainlessteel). Spatula merupakan pengaduk atau digunakan

untuk mengambil bahan berupa serbuk. Pinset digunakan untuk memegang /


menjepit benda, umumnya digunakan pada saat penanaman eksplan. Scalpel
adalah gagang pisau yang dalam penggunaannya berpasangan dengan blade
(pisau). Gunanya adalah untuk mengiris/memotong, dalam hal ini bahan
eksplan yang akan
akan ditanam. Bagian pisau
pisau dijual secara terpisah dari scalpel
(gagang) nya dan sudah dalam keadaan steril dan bersifat sekali pakai.
Peralatan kecil dari bahan logam ini juga harus dibungkus deng
dengan
an kertas saat
sterilisasi.. Sterilisasi dapat dilakukan dengan oven maupun dengan autoklaf.
sterilisasi

7. Rak kultur

Rak kultur merupakan tempat untuk meletakkan eksplan setelah ditanam


pada media steril dan menumbuhahkan
menumbuhahkannya
nya hingga
hingga menjadi plantlet. Rak kultur
diletakkan dalam ruang kultur atau ruang inkubasi
inkubasi.. Semua proses
morfogenesis hingga terbentuknya plantlet berlangsung di ruang kultur pada
rak kultur.

a. Autoclave b. Neraca analitik


analitik

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   10
 

c. Laminar Air Flow (LAF)

d. Rak Kultur

e. Hot plate stirer

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   11
 

Glasware yang digunakan dalam kultur jaringan pisang

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   12
 

D. LATIHAN SOAL
Untuk mengukur tingkat pemahaman kalian terhadap materi diatas
 jawablah soal berikut
berikut dengan benar!
benar!
1. Mengapa perlu dilakukan penataan ruangan kultur jaringan dengan tepat?
2. Jelaskan persyaratan ruang tanam dan
dan ruang
ruang inkubasi!
inkubasi!
3. Jelaskan prosedur penggunaan aotoclaf untuk sterilisasi alat, media dan
pembuatan air steril!
4. Jelaskan standar penyimpanan
penyimpanan bahan
bahan kima yang tepat dalam
dalam kultur jaringan!
jaringan!
5. Jelaskan prosedur
prosedur penggunaan
penggunaan Laminar Air Flow
Flow dengan benar!

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   13
 

BAB III. MEDIA KULTUR JARING


JARINGAN
AN

A. Komponen Media
Komponen Media Eksplan (berupa sel, jaringan atau irisan organ) yang
ditumbuhkan secara in vitro pada media buatan, juga membutuhkan hara untuk
terjadinya morfogenesis
morfogenesis dan pertumbuhan.
pertumbuhan. Secara umum media buatan tersebut
mengandung komponen sebagai berikut:
1. Hara makro (macro nutrient). 
nutrient). 
Hara makro adalah unsur hara esensial yang dibutuhkan dalam jumlah
banyak oleh tanaman, yaitu nitrogen (N), posfor (P), kalium (K), kalsium (Ca),
magnesium
magnesium (Mg), dan sulfur
s ulfur (S). N merupakan komponen dalam pembentukan
protein dan asam amino dalam tubuh tanaman, juga merupakan elemen pada
beberapa koenzim. P merupakan komponen pembentukan asam nukleat (DNA
dan RNA) serta dibutuhkan sebagai sumber energi transfer. K dibutuhkan
untuk mengatur potensial osmotik sel tanaman. Ca untuk sintesis dinding sel,
fungsi membran dan berperan dalam aktifnya signal sel. Mg merupakan
kofaktor enzim dan komponen klorofi l. S adalah komponen beberapa asam
amino dan beberapa kofaktor enzim
2. Hara mikro (micro nutrient). 
nutrient).  
Hara mikro adalah unsur hara esensial yang dibutuhkan dalam jumlah
sedikit oleh tanaman, yaitu ferum/zat besi(Fe), manganese (Mn), zinc (Zn),
cobalt (Co), copper (Cu) dan molybdenum (Mo). Fe merupakan komponen
cytochrome yang berperan dalam Kultur Jaringan Tanaman 22 transfer
electron. Mn adalah kofaktor enzim, Zn berperan dalam sintesis klorofi l dan
 juga merupakan kofaktor enzim.
enzim. Co adalah komponen bebera
beberapa
pa vitamin. Cu
merupakan kofaktor enzim dan berperan dalam reaksi transfer elektron. Mo
 juga merupakan kofaktor enzim
enzim dan komponen dari enzim nitrate reductase.
Baik hara makro maupun hara mikro, keduanya diberikan dalam bentuk
garam inorganik.
3. Gula
Gula..
Jenis gula yang umum digunakan
digunakan dalam kultur in vitro adalah sukrosa,
 jumlahnya berkisar 2-3 % atau 20-30 gram/liter media. Selain sukrosa,
beberapa jenis gula lainnya adalah laktosa, galaktosa, maltosa , glukosa dan
fruktosa. Gula diberikan pada media kultur sebagai sumber karbohidrat
karbohidrat untuk

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   14
 

respirasi karena tanaman kultur bersifat heterotroph, tidak dapat melakukan


fotosintesis untuk menghasilkan karbohidrat. Respirasi menghasilkan energi
yang digunakan oleh sel tanaman untuk melakukan pembelahan sel. Dengan
demikian gula ditambahkan pada media kultur sebagai sumber energi.
4. Vitamin
Vitamin  
Vitamin dibutuhkan tanaman sebagai katalisator dalam berbagai
proses metabolisme. Vitamin digunakan untuk pertumbuhan sel serta proses
diferensiasi sel dan jaringan yang ditanam secara in vitro. Beberapa jenis
vitamin yang digunakan dalam kultur in vitro
v itro adalah thiamin, nicotinic acid dan
pyridoxine. Diantara ketiganya, yang bersifat esensial adalah thiamin (vitamin
B1) yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sel tanaman. Nicotinic acid dan
pyridoxine (vitamin B6) dibutuhkan hanya oleh spesies tanaman tertentu. Ada
beberapa jenis vitamin lainnya yang digunakan dalam kultur in vitro namun
bersifat tidak umum atau spesifi k hanya untuk kultur tertentu, yakni biotin,
folic acid, ascorbic acid, pantothenic acid, tocopherol (vitamin E), ribofl avin,
dan p-aminobenzoic acid
5. Myo-inositol
Myo-inositol  
Myo-inositol adalah senyawa golongan karbohidrat yang ditambahkan
pada media kultur dalam jumlah sedikit untuk menstimulasi pertumbuhan sel
pada banyak spesies tanaman. Meskipun bukan tergolong vitamin, namun
senyawa ini akan terpecah menjadi vitamin C dan pectin. Myo-inositol
memiliki peran dalam pembelahan sel, digunakan dalam konsentrasi
kons entrasi berkisar
50-5000 ppm. Pada kultur kalus tembakau, dibuktikan bahwa hanya thiamin
(dari kelompok vitamin) dan myo-inositol yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
pertumbuhan
optimal kalus tembakau.
6. Zat pengatur tumbuh.
tumbuh .
Umumnya ada dua golongan zat pengatur tumbuh (ZPT) yang
digunakan dalam kultur in-vitro, yakni golongan auksin dan sitokinin. ZPT
golongan auksin yang biasa digunakan dalam kultur in-vitro
in-v itro adalah: indole-3-
acetic acid (IAA), indole-3- butricacide (IBA), 2,4-dichlorophenoxy-acetic
2,4-dichlorophenoxy-acetic acid
(2,4-D) dan naphthalene- acetic acid (NAA). ZPT dari golongan sitokinin
adalah: BA (Benzyladenine),
(Benzyladenine), BAP (6-benzyloaminopurine),
(6-benzyloaminopurine), 2- iP (isopentenyl
adenine), kinetin (6-furfurylaminopurine),
(6-furfurylaminopurine), Zeatin (6-4-hydroxy-3-methyl-trans-
(6-4-hydroxy-3-methyl-trans-
2-butenylaminopurine)
2-butenylaminopurine) dan TDZ (thidiazuron). Rasio kedua golongan ZPT ini
akan mempengaruhi arah morfogenesis yang terjadi pada kultur.

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   15
 

Rasio auksin yang lebih tinggi dari sitokinin akan menstimulasi


terbentuknya akar, sedangkan rasio sitokinin yang lebih tinggi dari auksin
akan menginduksi terbentuknya tunas. Jika auksin dan sitokinin pada
konsentrasi yang sama (rasio 1) maka akan terbentuk kalus. Untuk
pembentukan kalus juga dapat digunakan 2,4-D. Ada beberapa jenis ZPT
lainnya yang digunakan dalam kultur in vitro. ZPT tersebut yaitu gibberellin
(GA3) untuk pembentukan tunas pada spesies tertentu, dan asam absisik
(ABA) untuk pematangan
pematangan embrio pada proses embriogenesis
embriogenesis somatik.
s omatik. Dalam
proses pembuatan larutan stok ZPT, untuk IAA, 2,4-D dan NAA dapat
dilarutkan awal dengan beberapa tetes alkohol 95% atau NaOH. 1N,
sedangkan untuk golongan sitokinin umumnya digunakan beberapa tetes
HCL 1N atau dimethylsulfoxide (DMSO). Jika bahan sudah terlarut oleh
pelarut awal, maka baru kemudian ditambah DD water (Double distilled water)
untuk mencapai volume yang diinginkan. Penggunaan pelarut awal ini
diperlukan untuk menghindari terjadinya penggumpalan akibat tidak larutnya
ZPT tersebut.
7. Pemadat media 
media 
Penambahan senyawa pemadat bertujuan untuk membuat media
menjadi padat maupun semi padat. Pemadat tersebut dapat berupa agar,
agarose atau gellan gum. Agar dan agarose digunakan dalam konsentrasi
0.7-1.0% (7-10 gram per-liter media), sedangkan gellan gum 0.2-0.6% (2-6
gram per-liter media). Gellan gum dijual dengan nama dagang Gellrite,
Phytagel dan Kelcogel. Media kultur sebaiknya tidak terlalu padat agar
penyerapan nutrisi dapat berjalan baik. Demikian pula pada perkecambahan
biji secara in-vitro, diperlukan media semi padat untuk mempermudah
terjadinya perkecambahan.
perkecambahan.
8. Asam amino 
amino 
 Asam amino tidak selalu
selalu harus ditambahkan pada
pada media kultur,
kultur, namun
diperlukan untuk kultur sel dan kultur protoplas. Penggunaannya secara
tunggal atau campuran dari beberapa asam amino. Asam amino
menyediakan sumber nitrogen untuk pertumbuhan sel. Senyawa nitrogen ini
lebih mudah diserap oleh sel tanaman dibandingkan sumber nitrogen dari
garam inorganik. Asam amino yang biasa digunakan adalah casein
hydrolysate, Lglutamine, L-asparagine, adenine, glycine, glutamine,
asparagine, L-arginine,
L-arginine, cysteine dan L-tyrosine.

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   16
 

9. Senyawa organik alami 


alami 
Senyawa organik alami seperti air kelapa, santan kelapa, jus/ekstrak
tomat, ekstrak pisang, ekstrak kentang dan lain 25 Kultur Jar
Jaringan
ingan Tanaman
sebagainya seringkali ditambahkan pada media kultur untuk menstimulasi
pertumbuhan sel/jaringan kultur. Kebutuhan akan jenis dan jumlahnya
tergantung spesies tanamannya. Misalnya, untuk menstimulasi
perkecambahan
perkecambahan biji anggrek Vanda tricolor dari Bali dibutuhkan 100-200 gram
ekstrak tomat per-liter media, sedangkan anggrek Phalaenopsis amabilis
membutuhkan 100 gram ekstrak tomat yang dicampur dengan 150 ml air
kelapa (perliter media) untuk menstimulasi perkecambahan
perkecambahan bijinya. Selain itu,
penambahan arang aktif/active charcoal kadang-kadang juga digunakan
dalam kultur in vitro
v itro untuk tujuan tertentu, misalnya untuk mengatasi browning
(pencoklatan) pada kultur organ tanaman yang banyak mengandung senyawa
senyawa
fenol. Arang aktif juga ditambahkan pada media kultur untuk merangsang
perakaran, karena perakaran tumbuh lebih baik pada media yang berwarna
gelap.

B. Pembuatan Larutan Stok


Media yang digunakan dalam pembuatan media pisang adalah media
MS. Komposisi
Komposisi bahan kimia
kimia media MS adalah sebagai berikut:
Nama Bahan Penggunaan
Stok Konsentrasii (g/l)
Konsentras
Kimia (ml/l)
Stok A NH4NO3 82,5 20
Stok B KNO3 95,0 20
KH2PO4 34,0

H3BO3 1,24
Stok C Na2MoO4 0,05 5
CoCl2.6H2O 0,005
KI 0,66
Stok D CaCl2.2H2O 88,0 5
MgSO4.7H2O 74,0
MgSO4.4H2O 4,4
Stok E 5
ZnSO4.7H2O 1,72
CuSO4.5H2O 0,005
Na Edta 7,45
Stok F 5
FeSO4.7H2O 5,57

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   17
 

Thiamin HCl 0,02


Vitamin  Asam Nicotin 0,1 5
Prydoksin HCl 0,1
Myo Inositol 10 10

Cara pembuatan media dengan menggunakan magnetic stirrer   adalah


sebagai berikut. Magnetic stirrer  dihubungkan
  dihubungkan dengan listrik.
listrik. Gelas erlenmeyer
erlenmeyer
yang akan digunakan sebagai wadah pem buatan media diletakkan diatas
magnetic stirrer . Ukuran erlenmeyer biasanya lebih besar dari volume media yang
dibuat untuk menghindari
menghindari tumpahnya media
media pada saat media mendidih.
mendidih. Misalnya
untuk pembuatan volume media satu liter, digunakan gelas erlenmeyer 2 liter.
Pembuatan satu liter media MS dari larutan stok dilakukan dengan jalan
menambahkan larutan stok A, B, C, D dan E secara berurutan pada
erlenmeyer/gelas beker yang sudah berisi kurang lebih 400 ml air destilasi.
Volume larutan stok yang dipipet tergantung dari konsentrasi stok yang dibuat dan

volume larutan
larutan stok. Yang pertama harus
harus dicari adalah
adalah konsentrasi larutan
larutan stok
sesungguhnya.
sesungguhny a. Misalny
Misalnya
a diberikan contoh disini untuk volume 500 ml stok dengan
“50 x konsentrasi
konsentrasi”.
”. Karena volume larutan stok adalah 500 ml, sementara yang
ditimbang adalah 50 x konsentrasi (dari komponen untuk pembuatan 1000 ml
media), berarti konsentrasi
konsentrasi larutan stok adalah
adalah (1000/500) x 50 = 100 kali. Untuk
membuat 1000 ml media, maka yang dipipet didapat dengan rumus sebagai
berikut:
V1N1 = V2N2 
V1=1000 ml (media yang akan dibuat),
N1=konsentrasi
N1=konsentrasi media yang akan dibuat (dalam hal ini 1 kali),

V2= volume larutan stok yang harus dipipet,


N2=konsentrasi larutan stok (dalam hal ini 100 kali).
Maka akan didapat V2=(1000x1)/100=10
V2=(1000x1)/100=10 ml.

C. Pembuatan Media
Media tumbuh digolongkan dalam dua bagian yaitu media padat dan media
cair. Media padat pada umumnya
umumnya berupa padatan gel, seperti
seperti agar , dimana nutrisi
dicampurkan pada agar. Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan diair. Media cair
dapat bersifat tenang atau dalam kondisi selalu bergerak, tergantung kebutuhan.
Komposisi media yang digunakan dalam kultur jaringan dapat berbeda
komposisinya. Perbedaan komposisi media dapat mengakibatkan perbedaan

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   18
 

pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang ditumbuhkan secara in vitro.


vitro. Dari
sekian banyak jenis media dasar yang digunakan dalam teknik kultur jaringan,
tampaknya media MS (Murashige dan Skoog) mengandung jumlah hara organik
yang layak untuk memenuhi kebutuhan banyak jenis sel tanaman dalam kultur
(Gunawan, 1990). 
1990).  Dalam kultur jaringan
jaringan pisang pada u
umunya
munya menggunakan
menggunakan 2
 jenis media selama proses kultur yaitu 1) media pembelahan
pembelahan ms dasar + BAP 5
ppm dan
dan 2) media perakaran.
Perakaran dengan kualitas yang baik sangat menentukan keberhasilan
dalam tahap aklimatisasi. Untuk itu formulasi media yang tepat sangat
menentukan kualitas
kualitas akar. Namun pada tanaman
tanaman tertentu pembentukan
pembentukan akarnya
sangat sulit sehingga diperlukan media tumbuh baru yang mengandung auksin.
Pada tunas in vitro pule
vitro pule pandak, lada, vanili, dan lain-lain dapat menghasilkan akar
dengan menggunakan IBA atau IAA. Pada
Pada tanaman
tanaman inggu,
inggu, penggunaan IAA 1
mg/l menghasilkan akar terbanyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pada
tanaman tangguh
tangguh menggunakan
menggunakan media MS + NAA 1 mg/l dapat di
dihasilkan
hasilkan akar
(Lestari et al., 1999).

D. Petunjuk Praktikum
1) Pembuatan larutan stok
a) Stok A:NH₄NO  82,5g /L
1) Timbang NH₄NO₃ pada neraca analitik sebanyak 82,5 g
2) Pindahkan hasil timbangan pada gelas piala 600-mL yang bersih dan
telah dibilas dengan akuades.
3) Tambahkan akuades secukupnya
secukupnya kemudian aduk sampai larut.
4) Pindahkan larutan tersebut ke labu takar 1000-mL yang sudah di bilas
dengan akuades.
5) Tambahkan akuades
akuades sampai hampir ke tanda tera.
6) Keringkan bagian
bagian atas tanda tera dengan kertas tisu.
7) Penambahan dilanjutkan dengan pipet sampai meniskus bawah sampai
mencapai tanda tera.
8) Larutan dicampur sampai
sampai merata dengan hot plate,
9) Berilah label pada botol dengan keterangan sebagai berikut; Nama
stok(A), nama zat (volume pipet untuk 1 L medium 20 ml ).

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   19
 

b) Stok B :KNO  95 g /L
1) Timbang KNO₃ pada neraca anaitik sebanyak 95 g.
2) Tahap selanjutnya
selanjutnya sama dengan stok
stok A .
3) Beri label: nama stok, nama zat, volume pipet untu
untuk
k 1 L medium(20 mL).

c) Stok C:
KH₂PO₄  34 g/ L
H₃BO₃  1,24 g/ L
KI 0,166 g/ L
Na₂MoO₄.2H₂O 0,05 g/ L
CoCI₂.6H₂O 0,005 g/ L
1) Timbang zat-zat di atas secara
secara terpisah.
2) Campurkan semua komponen
komponen dalam gelas
gelas piala yang sama.
3) Tahap selanjutnya
selanjutnya sama dengan stok
stok A.
4) Berilah label:
label: nama stok, nama zat, volume pipet untuk 1 L medium
(5 mL)

d) Stok D: CaCI .2H O 88 g/L


1) Timbang CaCI₂.2H₂O pada neraca analitik sebanyak 88 g.
2) Tahap selanjutnya
selanjutnya sama dengan stok
stok A.
3) Beri label: nama label,
label, nama zat, volume untuk 1 L m
medium
edium (5 mL)

e) Stok E:
MgSO₄.7H₂O 74 g/ L
MnSO₄.H₂O 3,38 g/ L
ZnSO₄.7H₂O 1,72 g /L
CuSO₄.5H₂O 0,05 g /L
1) Timbang zat-zat di atas secara
secara terpisah.
2) Campurkan semua zat-zat tersebut dalam gelas piala 600-ml sampai
500 ml.
3) Tahap selanjutnya
selanjutnya sama dengan stok
stok A.
4) Berilah label:
label: nama stok, nama zat,volume pipet unuk 1 L medium
(5 mL).

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   20
 

f) Stok F:
Na₂EDTA.2H₂O 3,72 g/ L
FeSO₄.7H₂O 2,78 g/ L
1) Timbang zat-zat di atas secara
secara terpisah.
2) Masukan Na₂EDTA.2H₂O tersebut ke dalam piala gelas 600-mL,lalu
tambahkan sedikit
sedikit air.volume nya sampai 500 ml.
3) Panaskan sampai hampir
hampir mendidih.
mendidih.
4) Tambahkan FeSO₄.7H₂O secara perlahan-lahan sambil diaduk sampai
larut dan larutan menjadi menguning.
5) Biarkan larut menjadi dingin dengan sendirinya.
sendirinya.
6) Tahap selanjutnya
selanjutnya sama dengan stok
stok A .
7) Beri label:nama stoknama
stoknama zat, volume pipet untuk 1 L medium (5 mL)

Cara pengambilan larutan stok dalam medium 1 liter.


li ter.
stok A
ket:
V₁ = volume larutan stok yang dicari
M₁ = dosis larutan stok yang tersedi
V₂= volume medium Yang akan dibuat
M₂=dosis medium Yang akan dibuat
pertanyaan:
V₁=....?
M₁=82,5 g = 82.500 mg
V₂= 1.650 ml

M₂= 1000 ml
V₁.M₁=V₂.M₂ 
V₁.82.500= 1.650 .1000
1.650 . 1000
V₁=   = 20 ml
82.500

Untuk pengambilan stok selanjutnya B-F dihitung dengan cara yang


sama.

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   21
 

g) Vitamin
Bahan
  Thiamin 0,01 g/ L
  Pyridoxine 0,05 g/ L
  Glycine 0,2 g /L
  Nocotini
Nocotinic
c acid 0,05 g/ L

1) Timbang zat-zat diatas


diatas secara terpisah.
2) Campurkan semua zat tersebut dan larutkan
larutkan dalam akuades 100 mL.
3) Berikut labelnya: nama stok, nama zat,volume pipet untuk 1 medium
(1 mL).

h) Myo-imositol 10 g / L
1) Timbang 1 g myo-imositol
myo-imositol
2) Larutkan dalam 1000 mL akuades
akuades
3) Beri label: nama stok, nama
nama zat, volume pipet untuk 1 L medium
(10 mL).

i) Zat pengatur tumbuh


Zat pengatur tumbuh terdiri dari golongan sitokinin dan auksin.
 Auksin mempunyai peran ganda tergantung pada struktur kimia,
konsentrasi,, dan jaringan tanaman yang diberi perlakuan. Pada umumnya
konsentrasi
auksin digunakan untuk menginduksi pembentukan kalus, kultur
suspensi, dan akar, yaitu dengan memacu pemanjangan dan
pembelahan sel di dalam jaringan kambium (Pierik, 1987). Untuk m
memacu
emacu
pembentukan kalus embriogenik dan struktur embrio somatik seringkali
auksin diperlukan dalam konsentrasi yang relatif tinggi.
1) Timbang 2,4-D,BAP(benzyladeni
2,4-D,BAP(benzyladenine),
ne), IAA(idole-3-acetic
IAA(idole-3-acetic acid/asam
indol asetat), kinetin, IBA(indole-3-butyric acid/asam indol
butirat),dan NAA (naphthaleneacetic acid)masing-masing 50 mg
secara terpisah
2) Larutkan 2,4-D, IAA, dan NAA dengan sedikit
sedikit KOH 1 N secara
terpisah
3) Larutkan BAP
BAP dan kinetin
kinetin HCI 1 N secara terpisah

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   22
 

4) Pindahkan masing-masing
masing-masing zat
zat pengatur
pengatur tumbuh tersebut ke dalam labu
takar 100-mL.
5) Tambahkan akuade ke dalam
dalam masing-masing
masing-masing labu takar hingga
volumenya mencapai 100-ml.
6) Simpan semua zat pengantur tumbuh ini dalam w
wadah
adah erlenmeyer
100-ml dan tutup dengan aluminium foil serta di beri label.
7) Simpan semua stok zat pengatur tumbuh dalam lemari pendingin.
  Cara mencari berapa ml stok yang di butuhkan. Sisa dari larutan stok
dapat disimpan dan dapat digunakan lagi apabila membuat medium yang
lain. Jika larutan stok yang tersedia tadi dalam dosis 1000 ppm, dan
diumpamakan pembuatan medium yang baru memerlukan larutan stok
dengan dosis 2 ppm sebanyak 500 ml, maka larutan stok yang akan kita
ambil dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

  V₁.M₁=V₂.M₂ 

  Vl = volume larutan
larutan stok yang dicari
dicari
  Ml = dosis larutan
larutan stok yang tersedi
tersedi
  V2= volume medium Yang akan
akan dibuat
  M2=dosis medium Yang akan dibuat
Maka perhitungannya adalah sebagai berikut
berikut :
  V₁.M₁=V₂.M₂ 

  V₁.1000=500.2
500.2
  V₁=   = 1 ml.
 1000

Berarti untuk membuat medium dengan volume 500 ml, kita

mengambil larutan
larutan stok sebanyak 1 ml.
m l.

2) Persiapan botol
1. Sebelum digunakan
digunakan botol di cuci dan direndam dalam ai
airr bayclin dalam
sehari semalam.
2. Keringkan sampai benar-benar botol dalam ke adan kering
kering
3. Botol diletakan
diletakan ke tempat bagian
bagian alat .

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   23
 

3) Media pembelahan
pembelahan ms dasar + BAP 5 ppm.
ppm.
a. Definisi
Kegiatan yang dilakukan untuk memuat media subkultur
pembelahan agar bertambah banyak.

b. Tujuan
  Dapat mengetahui prosedur kerja
kerja yang
yang dilakukan.
dilakukan.
  Adanya media untuk sub kultur.
c. Alat d. Bahan
  Otoclaf Stok A 20 mL
  Erlenmeyer Stok B 20 mL
  Botol media Stok C 5 mL
  Meja dorong Stok D 5 mL
  Gelas ukur plastik Stok E 5 mL
  Kerts Ph Stok F 5 mL
  Hot plate stirer Vitamin 1 ML
  Sendok Myo-inositol
Myo-inositol 10 mL
  Panci Gula 30 g
  Kompor  Agar 7g
BAP 5 5 mL

e. Prosedur kerja
1) Siapkan bahan dan
dan alat.

2) Masukan semua bahan kedalam


kedalam erlenmeyer
erlenmeyer kecuali agar.
3) Berikan air
air akuades kedalam
kedalam erlenmeyer sampai batas miminikus
nikus
1000 mL.
4) Homogenkan menggunakan hot plate
plate stirer sampai larutan
menjadi larut.
5) Cek pH hingga 5,8-6.jika ph kurang dari 5,8 tambahkan larutan
NaOH jika lebih dari 6 tambahkan HCl beberapa tetes.
6) Nyalakan kompor.
7) Setelah larutan sudah homogen, masukan kedalam panci.
Tunggu sampai sedikit menddih lalu masukan agar , aduk
hingga merata.

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   24
 

8) Setelah mendidih, matikan kompor. Pindahkan ke botol media,


dengan ukuran yang cukup untuk 40 botol/1L.
9) Tutup botol hingga rapat, lalu masukan kedalam otoclaf untuk
disterilisasi
disterilisasi sampai 25 menit.
menit. Dalam keadaan 17,5 Psi,
Psi, dengan
suhu 121˚6 1aiap sC˚6 
10) Setelah selesai simpan
simpan didalam ruangan
ruangan inkubasi
inkubasi..

f. Keterangan
Pertama BAP5 itu pada pembelahan 1-5 Mendekati
perakaran 5 ke atas BAP di turunkan menjadi BAP2. BAP 2 di
butuhkan 2 ppm, BAP4 di butuhkan 4 ppm, BAP 5 di butuhkan.
Untuk tambahan bisa gunakan larutan NaOH dan HCl sebagai
penetral pH .

3). Pembuatan Media perakaran


a. Definisi
Perakaran dengan kualitas yang baik sangat menentukan
keberhasilan dalam tahap aklimatisasi. Untuk itu formulasi media
yang tepat sangat menentukan kualitas akar.

b. Tujuan
  Megetahui prosedur kerja membuat
membuat media
media dengan
dengan benar.
  Adanya media untuk sub
sub kultur
kultur perakaran.
perakaran.

c. Alat
  Otoclaf
  Botol media
  Panci
  Sendok
  Erlenmeyer
  Hot plate stirer
  Kertas ph
  Meja dorong

  Kompor

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   25
 

d. Bahan
  Stok A 20 ml
  Stok B 20 ml
  Stok C 5 ml
  Stok D 5 ml
  Stok E 5ml
  Stok F 5 ml
  Vitamin 1 ml
  Gula 30 g
  Agar 7g
  Arang 1g
  Myo-inosit
Myo-inositol
ol 10 ml
  IBA 2 ml

e. Prosedur kerja
1) Siapkan bahan dan
dan alat.
2) Masukan semua bahan kedalam erlenmeyer kecuali arang dan
agar.
3) Berikan air akuades kedalam erlenmeyer ampai batas minikus
1000 mL.
4) Homogenkan menggunakan hot plate sampai larutan menjadi
larut.
5) Cek pH hingga 5,8-6.jika ph kurang dari 5,8 tambahkan larutan

NaOH jika lebih dari 6 tambahkan HCl beberapa tetes.


6) Nyalakan kompor.
7) Setelah larutan sudah homogen, masukan kedalam panci.
Tunggu sampai sedikit menddih lalu masukan agar dan arang,
aduk hingga merata.
8) Setelah mendidih, matikan kompor. Pindahkan ke botol media,
dengan ukuran yang cukup untuk 40 botol/1L.
9) Tutup botol hingga rapat, lalu masukan kedalam otoclaf untuk
disterilisasi
disterilisasi sampai 25 menit.
menit. Dalam keadaan 17,5 Pci,
Pci, dengan
suhu 121˚C sampai 126˚C. 
10) Setelah selesai,
selesai, simpaan di ruang inkubasi.
inkubasi.

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001 26
 

E. Latihan Soal
Untuk mengukur tingkat pemahaman kalian terhadap materi diatas
 jawablah soal berikut
berikut dengan benar!
benar!
1. Sebutkan 9 komponen
komponen media yang
yang digunakan
digunakan dalam kultur jaringan pisang!
2. Mengapa perlu
perlu dilakukan
dilakukan pembuatan
pembuatan larutan stok sebelum pembuatan media!
3. Sebutkan jenis media yang digunakan
digunakan dalam
dalam kultur jaringan pisang!
4. Media yang telah terinkubasi
terinkubasi terkadang
terkadang terkontaminasi
terkontaminasi oleh
oleh mikroba, Jelaskan
Jelaskan
upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan media akibat
kontaminasi!
5. Jelaskan fungsi pemberian hormon BAP dalam kultur jaringan pisang!

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   27

BAB IV. PELAKSA


PEL AKSANAAN
NAAN KULTUR JARINGA
J ARINGAN
N

Pada dasarnya pekerjaan kultur jaringan meliputi tiga tahap sampai


penanaman kultur (culture
(culture establishment ) dan tiga tahap setelah
setelah itu sebelum
dipindah ke lapang, yaitu:
a. Isolasi bahan tanam
tanam (eksplan)
(eksplan) dari tanaman induk
induk
b. Sterilisasi eksplan
c. Penanaman eksplan pada media steril yang sesuai (culture establishme
es tablishment 
nt ).
).
Setelah eksplan ditanam, ada empat fase lagi yang diperlukan sampai tanaman
siap ditanam di lapang, yaitu:
a. Perbanyak
Perbanyakan
an propagul
b. Pengakaran
c. Aklimatisasi
d. Pemindahan tanaman ke lapang

 A. Isolasi Bahan Tanam (Eksplan ) 

Isolasi bahan tanam dimulai dari pemilihan dan pemeliharaan tanaman


induk. Tanaman induk
induk yang dipilih
dipilih harus sehat,
sehat, bebas penyakit
penyakit dan memiliki
memiliki
pertumbuhan yang baik. Hal ini diperlukan agar bahan eksplan yang digunakan
dalam kultur jaringan tidak menjadi sumber kontaminan sehingga kondisi aseptik
kultur tetap terjaga. Sebelum
Sebelum eksplan diambil,
diambil, tanaman
tanaman induk dapat
dapat diberi
diberi
perlakuan, misalnya penyemprotan dengan pestisida untuk menjaga kesehatan
tanaman serta diberi
diberi pupuk agar pertumbuhan
pertumbuhan vigor. Penyemprota
Penyemprotan
n ZPT jenis
sitokinin
sitokinin dan/atau pemangkas
pemangkasan
an tunas apical dapat dilakukan pada tanaman induk

 jenis dikotil untuk merangsang


merangsang pertumbuh
pertumbuhan
an tunas
tunas lateral.
lateral. Tunas lateral yang
yang baru
tumbuh ini baik digunakan sebagai bahan eksplan, karena bahan eksplan dengan
sel-sel yang masih aktif membelah (tunas yang baru tumbuh) memiliki daya
regenerasi yang tinggi.
1) Eksplan anakan
Permudaan sumber eksplan perlu dilakukan pada tanaman induk pisang.

Ukuran tunas pisang yang akan dijadikan eksplan sangat menentukan

keberhasilan. Ukuran tunas yang terlalu besar dapat menyebabkan banyak

hambatan dalam inisiasi tunas pisang, seperti tingginya tingkat kontaminasi,

timbulnya browning, lambatnya respons tumbuhnya tunas in vitro pertama, serta

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   28

rendahnya tingkat multiplikasi tunas. Oleh karena itu, sebaiknya kultur jaringan

pisang dimulai dengan eksplan yang muda dengan ukuran yang lebih kecil. Cara

permudaan eksplan pada induk tanaman pisang bias dilakukan sebagai berikut:

a.  Tahap pertama dalam kultur jaringan pisang adalah pemilihan induk

tanaman. Pilihlah tanaman induk yang mempunyai karakter buah unggul dan
bebas penyakit.

b.  Bonggol anakan pisang dewasa diambil dari tanaman induk, ukuran diameter

bonggol tersebut antara 15-25 cm.

c.  Pelepah pisang dikupas hingga mencapai pelepah yang dalam. Kemudian

pucuk tunas di bagian paling dalam pelepah dibuang dengancara memotong

memakai pisau.

d.  Bonggol kemudian ditanam di media tanah dalam polibag besar, tetapi bagian

bekas pucuk tunas muncul di permukaan tanah (Gambar 6.).

e.  Bonggol disemprot dengan fungisida dan bakterisida 2 kali seminggu untuk

menghindari pembusukan bonggol terlalu cepat.

f.  Pupuk urea diberikan untuk mempercepat pertumbuhan tunas baru pada

bonggol pisang.

g.  Setelah dia minggu, anakan-anakan baru akan muncul pada bonggol pisang.

Eksplan yang paling baik adalah


adalah anakan dengan tinggi ± 20 cm (Gambar 6.1).
6.1).

h.  Bonggol indukan pisang ini akan menghasilkan anakan-anakan baru selama

dua bulan, setelah itu biasanya bonggol akan membusuk. Oleh karena itu

harus dibuat bonggol indukan yang baru.

2) Eksplan Jantung Pisang


Selain menggunakan anakan sebagai sumber eksplant pisang, aksis jatung
pisang juga dapat digunakan sebagai sumber eksplan yang minim resiko
kontaminasi. Induksi tunas in vitro yang ber asal dari anakan (suc ke
ker )

paling umum diter apkan pada mikr opr 


opr opagasi pisang, seperti yang
pert
dilakukan oleh B hosale et al . (2011). Namun demikian, cara tersebut
ber isiko tinggi terhadap terjadinya kontaminasi, baik oleh  jamur
maupun bakter i yang ber asal dari tanah.

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   29

Krikorian et al. (1999) bahkan melapor kan bahwa infeksi virus


Banana streak virus (BSV) lebih banyak dijumpai pada tanaman pisang
yang ber asal dari anakan (32%) dibanding dengan yang ber asal dari
aksis  jantung (5%) dan benih yang dihasilkan  dar i aksis  jantung memiliki
dar  memiliki
keseragaman f enotipe yang tinggi dibanding dengan yang ber as al dari
anakan. Hal ini mengi ndikasikan bahwa aksis  jantung ber pe
peluang besar
diaplikasikan pada perbanyakan i n vitro pisang untuk ber bagai
keper luan,
per  seperti produksi benih secara massal dan
pert untuk
pen yed
yediaan sumber eksplan yang bebas kontaminasi dalam kegiatan
kriopreservasi khususnya. Regen
gene
er asi aksis  jantung pisang Barangan di-
uhi oleh taraf BA. BA 25 μM merupakan pe
pengar uhi r lakuan yang ter baik
per 
karena menghasil kan  ju
 jumlah total tunas dan tunas nor ma
mal  yang
terbanyak, yaitu 9,2 tunas/eksplan dan 6 tunas/eksplan masing-masing.
Semua tunas in vitro (100%) yang dihasil kan r i eksplan aksis
dar 
da
 jantung terbukti bebas dari kontaminasi bakteri, sedangkan semua yang
ber asal dari anakan terkontaminasi  bakteri, wa laupun
upun   pada awa lnya 
tidak ter deteksi secara visual, sebelum dil akukan skr ining. Potongan
dak
aksis  jantung dapat men jadi su mber eksplan pisang yang bebas
bakter i.

B. Sterilisasi Eksplan
Sterilisasi adalah proses untuk mematikan atau menonaktifkan spora dan
mikroorganisme
mikroorganism e sampai ke tingkat yang tidak memungkinkan lagi berkembang
biak atau menjadi sumber kontaminan selama proses perkembangan
berlangsung. Proses sterilisasi
sterilisasi yang
yang tidak sempurna
sempurna akan menimbulkan
menimbulkan adanya
kontaminasi.. Kontaminasi yang umum terjadi adalah
kontaminasi adalah kontaminasi oleh cendawan
dan bakteri. Komposisi
Komposisi medium kultur
kultur jaringan yang mengandun
mengandung
g gula, vitamin,
asam asam amino, garam-garam anorganik, air, zat pengatur tumbuh, dan bahan
pemadat sangat menguntungkan untuk pertumbuhan cendawan dan bakteri. Bila
diberi kesempatan maka organisme tersebut akan tumbuh dengan cepat, dan
dalam waktu singkat akan menutupi permukaan medium dan eksplan yang
ditanam. Selanjutnya organisme ini menyerang eksplan melalui bekas luka
pemotongan pada saat perlakuan sterilisasi. Beberapa jenis mikroorganisme

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   30

melepaskan senyawa beracun ke dalam medium kultur yang dapat menyebabkan


kematian eksplan (Zulkarnain, 2009).
Beberapa sumber kontaminasi mikroorganisme pada sistem kultur jaringan,
adalah: (1) media, (2) lingkungan kerja yang kurang steril dan pelaksanaan
penanaman yang kurang hati-hati dan kurang teliti, (3) eksplan, secara internal
(kontaminan terbawa di dalam jaringan tanaman), (4) eksplan, secara eksternal
(kontaminan berada di permukaan eksplan akibat prosedur sterilisasi yang kurang
sempurna, (5) serangga atau hewan kecil yang masuk ke botol kultur setelah
diletakkan pada ruang kultur. Dari semua sumber kontaminasi, yang paling sulit
diatasi ialah yang berasal dari eksplan. Oleh karena itu, dalam memilih suatu
metode sterilisasi dan bahan sterilisasi
sterilisas i haruslah selektif, dengan prinsip
semaksimal mungkin menghilangkan mikroorganisme
mikroorg anisme kontaminan yang tidak
diinginkan
diinginkan dengan gangguan sekecil mungkin pada jaringan eksplan.
Sterilisasi eksplan dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu secara
mekanik dan secara kimia. Sterilisasi eksplan secara mekanik digunakan untuk
eksplan yang keras (misalnya tebu, biji salak, dan sebagainya) atau berdaging
(misalnya wortel, umbi, dan sebagainya), yaitu dengan membakar eksplan
tersebut di atas lampu spiritus sebanyak tiga kali. Sedangkan sterilisasi eksplan
secara kimia digunakan untuk eksplan yang lunak (jaringan muda) seperti daun,
tangkai daun, anther, dan sebagainya. Bahan-bahan kimia yang sering digunakan
untuk sterilisasi permukaan eksplan antara lain:

i. Natrium hipoklorit
hipoklorit
Nama dagangnya adalah clorox dan bayclin.
bayclin. Konsentrasi untuk sterilisasi
tergantung dari kelunakan eksplan, dapat 5%-20% dan waktunya antara 5-
10 menit.
ii. Mercuri klorit
Nama dagangnya adalah sublimat 0.05%. Penggunaan bahan kimia ini harus
hati-hati karena bersifat racun. Cara perlakuan sterilisasinya sama dengan
clorox, hanya waktunya lebih pendek karena sublimat
sublimat bersifat keras.
k eras.
3. Alkohol 70%
 Alkohol lebih banyak diperdagangkan
diperdagangkan dalam bentuk alkohol 95%. Jamur
biasanya mati dengan alkohol 70%, sedangkan dengan alkohol 95% masi h 
tetap hidup.

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   31

Prinsip dasar sterilisasi


sterilisasi eksplan adalah
adalah mensterilkan
mensterilkan eksplan dari berbagai
mikroorganisme,
mikroorganisme, tetapi eksplannya
eksplannya tidak ikut mati. Setiap tanaman
tanaman memerlukan
memerlukan
perlakuan khusus sehingga sebelum mengulturkan tanaman baru perlu
melakukan percobaan sterilisasi. Sebagai patokan, konsentrasi bahan dan waktu
yang diperlukan untuk sterilisasi eksplan sebagai berikut :
1. Sterilisasi Ringan
Eksplan direndam dalam cairan pemutih pakaian 20% selama 10 menit, lalu
bilas dengan air steril. Setelah itu, eksplan direndam dalam cairan pemutih pakaian
15% selama 10 menit, lalu bilas dengan air steril. Terakhir, eksplan direndam
dalam cairan
cairan pemutih pakaian 10%
10% selama 10 menit, lalu bilas dengan
dengan air steril
tiga kali.
2. Sterilisasi Sedang
Eksplan direndam dalam HgCl2 0.1-0.5 mg/l selama 7 menit, lalu bilas dengan
air steril. Setelah itu, eksplan direndam dalam cairan pemutih pakaian 15% selama
10 menit, lalu bilas dengan air steril. Terakhir, eksplan direndam dalam cairan
pemutih pakaian 10% selama 10 menit, lalu bilas dengan air steril tiga kali.
3. Sterilisasi Keras
Eksplan direndam dalam HgCl2 0.1-0.5 mg/l selama 10 menit, lalu bilas
dengan air steril. Setelah itu, eksplan direndam dalam alkohol 90% selama 15
menit, lalu bilas dengan air steril. Terakhir, eksplan direndam dalam cairan pemutih
pakaian 20% selama 10 menit, lalu bilas dengan air steril tiga kali. Menurut
Gunawan (1987) ada sekitar sepuluh
sepuluh jenis bahan yang digunakan dalam
dalam sterilisasi
permukaan, yaitu kalsium hipoklorit, natrium hipoklorit, hidrogen peroksida, gas
klorin, perak nitrat, merkuri klorid, betadin, fungisida, antibiotik, dan alkohol.

Masalah yang sering mengganggu dalam pekerjaan in vitro adalah membuat


m embuat
dan menjaga kondisi aseptik, baik kondisi lingkungan maupun kondisi eksplannya.
Oleh karena itu bila memindah-tanamkan bagian tanaman dari satu wadah ke
wadah yang lain, jangan menyentuh permukaan bagian dalam dari wadah dengan
tangan atau bagian alat yang tidak steril.
Setiap bahan tanaman mempunyai tingkat kontaminasi permukaan yang
berbeda, tergantung dari :
a. Jenis tanamannya.
b. Bagian tanaman yang dipergunakan.
dipergunakan.

c. Morfologi permukaan (misalnya berbulu atau tidak).

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   32

d. Lingkungan tumbuhnya (Green


(Green house atau lapang).
e. Musim waktu mengambil (musim hujan atau kemarau).
f. Umur tanaman (seedling
(seedling atau tanaman dewasa).
g. Kondisi tanamannya (sehat atau sakit).

Tahapan sterilisasi eksplan anakan pisang:


a. Tunas muda pisang
pisang dipilih
dipilih yang sehat
sehat dan bebas penyakit.
penyakit. Potong tunas
tunas
pisang beserta bonggolnya.
bonggolnya.
b. Cuci di air mengalir, sambil mengupas kulit bonggol dengan pisau hingga
putih bersih.
c. Kupas pelapah
pelapah daun, hingga tertinggal 3-4 lapisan
d. Masukan tunas
tunas dalam larutan
larutan sabun tween,
tween, rendam
rendam sambil sesekali dikocok.
dikocok.
e. Kemudian, tunas dibilas
dibilas dengan dengan akuades steril.
f. Eksplan direndam
direndam larutan
larutan fungisida
fungisida Benlate
Benlate (2 g/L)
g/L) selama
selama 1 jam, kemudian
kemudian
bilas 3 kali dengan akuads steril.
g. Eksplan direndam
direndam larutan bakterisida
bakterisida Agrept (2 g/L) selama 1 jam, kemudian
kemudian
bilas dengan akuades steril.
h. Eksplan direndam
direndam dalam larutan alcohol
alcohol 70% selama
selama 1 menit,
menit, kemudian bilas
1 kali dengan akuades steril.
i. Eksplan direndam dalam
dalam larutan selama 30
30 menit,
menit, mudian bilas 3 kali dengan
dengan
akuades steril.
 j. k. Eksplan direndam dalam larutan Bayclin 20% selama 20 menit, kemudian
bilas 3 kali dengan akuades sreril.
k. Eksplan yang telah bersih dibilas dengan akuades steril, kemudian kupas
pelepah daun hingga tersisa 2-3 pelepah. Bagian bonggol juga dikupas
hingga bagian yang rusak akibat perlakuan Bayclin terpisah.
l. Eksplan dibelah dua secara vartikal.
m. Eksplan ditanam di media MS padat tanpa ZPT. Eksplan ditanam miring,
posisinya hampir horizontal.
n. Tambahkan media MS
MS Cair + BAP 2-5 mg/L kira-kira
kira-kira sebanyak
sebanyak 5 mL.
o. Tutup botol kultur, kemudian
kemudian simpan
simpan di rak
rak kultur.

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   33

Tahapan sterilisasi
sterilisasi eksplan jantung
jantung pisang:
a.   jantung pisang dipotong dan dikupas br akteanya hingga panjangnya
berukuran sekitar 15 cm lalu di cuci dengan detergen dan dir endam
dalam f u
unngi sida dan bakter isida selama 3 jam.
 b.  Sterilisasi bertur ut-tur ut dilakukan  dengan menggunakan alkohol
70%, N aOCl 1,58% dan 1,05% masing-masing sel ama 5 menit.
c.  Selanjutnya, jantung pisang dicuci dengan akuades steril sebanyak
tiga kali. Helaian braktea dibuang satu per satu hingga ter sisa aksis
atau tangkai  jantun
ung.
g.
d.   Aksis  jantung kemudian diiris tipis-tipis secara me- lintang dengan
ukuran sekitar 2 mm.
e.  Selan ju
 jutnya, irisan-irisan tipis tersebut dibelah men jadi dua bagi an
atau men jadi setengah keping. Kepingan ter sebut digunakan 
sebagai ekspla
plan.

C.  Penanaman Eksplan

Media yang paling baik untuk inisiasi in vitro pisang adalah media MS padat

tanpa ZPT ditambahkan media MS cair mengandung BAP/kinetin 2-5 mg/L.

Penambahan media cair dimaksudkan untuk mencegah terjadinya browning pada

ekspain yang diakibatkan keluarnya senyawa fenolik. Besarnya konsentrasi

sitokinin pada media inisiasi tunas setiap jenis tanaman pisang berbeda-beda.

Misalnya pada pisang ambon konsentrasi BAP yang digunakan cukup 2mg/L,

sedangkan pada pisang tanduk atau kapok diperlukan BAP hingga 5mg/L.

Lamanya inisiasi tunas in vitro pertama untuk tanaman pisang biasanya

dilakukan selama 2 bulan. Setelah satu bulan penanaman, biasanya pelepah tunas

akan tumbuh terangkat ke atas pada saat tersebut biasanya sudah mulai tumbuh

tunas aksiler. Kemudian eksplan tunas disubkultur ke media yang sama. Pelepah

tunas yang sudah terbuka ke atas dipngkas atau dikupas untuk merangsang

pertumbuhan calon tunas-tunas aksiler yang ada di antara pelepah tersebut. Pada

akhir bulan kedua, pada eksplan sudah dapat tumbuh 2-4


2 -4 tunas aksiler. Setelah itu

eksplan disubkultur ke media MS padat tanpa ZPT untuk merangsang

pertumbuhan tinggi tunas.

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   34

D.  Multipikasi Tunas

Berbeda dengan system kultur nodus pada tanaman jati, multiplikasi tunas
pisang dilakukan dengan cara merangsang peningkatan poliferasi tunas aksiler
dari bagian bonggol tunas. Biasanya tahap multiplikasi tanaman pisang

sering kali berbeda  – 


menggunakan ZPT yang optimal pada setiap jenis pisang sering
beda . kombinasi konsentrasi yang optimal dapat diperoleh melalui percobaan
secara empiris

Multiplikasi tunas pisang ambon dilakukan melalui tahapan berikut ini

1. Gerombol tunas pisang {terdiri dari 2-3 tunas } yang di hasil


hasilkan
kan Dari tahap
inisiasi tunas {satu bulan di media ms npl } disubkultur Ke media induksi
tunas, yaitu media
media MS ditambah bap 2-5mg/l Dan NAA 0,1-0,5 mg/l . setelah
1-2 bulan ,pada gerombol tunas ini akan tumbuh tunas tunas aksiler baru
sehingga jumlah tunas Dalam gerombol tersebut
terse but akan bertambah (GAMBAR

6,3), MISALNYA
MISALNYA Dari dua tunas akan
akan menjadi 4-8 tunas.
2. Gerombol tunas yang diberikan
diberikan yang di hasilkan
hasilkan pada tahap 1 disubkultur
disubkultur ke
Media elongasi
elongasi tunas, yaitu
yaitu media MS
MS nol (tanpa ZPT) . gerombol Tunas
dipotong dan dipisahkan menjadi gerombol tunas kecil yang terdiri dari 2-3
tunas. Dipangkas . satu bulan dimedia ini ,tunas tunas tersebut akan
mengalami pertumbuhan tinggi dan tidak mengalami pertambahan jumlah
tunas (Gambar 6,3)

3. Setelah satu bulan di media MS


MS nol , gerombol tunas disubkulkul
disubkulkultur
tur ke media
induksi tunas kembali . setelah 1-2 bulan
bulan ,jumlah tunas dalam setiap
gerombol tunas akan bertambah 3-4 kali lipat

4. Proses selanjutnya
selanjutnya kembali ke tahap 2, gerombol
gerombol tunas yang
yang Dihasilkan
Dihasilkan di

media induksi tunas disubkultur


disubkultur ke media elongasi
elongasi Tunas . gerombol tunas di
potong dan dipisahkan menjadi gerombol tunas kecil. Setelah itu bulan di
media ini ,tunas-tunas
,tunas-tunas tersebut Disubkultur ke media
media induksi tunas kembali
kembali
untuk multiplikasi
multiplikasi Tunas .

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   35

E. Induksi Perakaran

Setelah kultur pisang mencapai target yang diinginkan ,sebagian kultur tunas
yang berasal Dari media multiplikasi
multiplikas i tunas disubkultur ke media induksi akar ,
sedangkan sebagian
sebagian kultur Lagi terus diulakukan moltiplikasi
moltiplikasi tunas . Media induksi

akar untuk tanaman


tanaman pisang
pisang adalah Media MS tanpa
tanpa ZPT dengan kandungan
kandungan hara
makro setengah dari ionsentrasi normal,ditambah
normal,ditambah arang aktif 2 g/L.
Tunas pisang yang tumbuh bergerombol di media multiplikasi tunas dipisahkan
satu sama lain .Kemudian ,tunas-tunas tersebut ditanam di media induksi
perakaran .Setelah satu bulan di media, ini,tunas pisang mengalami pertumbuhan
tinggi dan sudah mempunyai akar yang cukup banyak, sehingga siap untuk
diaklimitasi
diaklimitasi di media
m edia tanah.

F. Aklimatisasi

 Aklimatisasi dan Pemindahan Tanaman ke Lapang Tanaman hasil kultur


 jaringan tidak dapat ditanam langsung di lapang, namun memerlukan proses
adaptasi bertahap terhadap lingkungan barunya yang disebut dengan aklimatisasi.
Hal ini diperlukan karena kondisi tanaman hasil kultur jaringan berbeda dengan
tanaman normal di lapang. Kondisi lingkungan mikro botol kultur menyebabkan
tanaman hasil kultur jaringan tidak memiliki lapisan lilin dan stomata tidak berfungsi
sehingga sangat riskan jika langsung ditanam di lapang. Aklimatisasi dalam kultur
in-vitro adalah suatu proses adaptasi dari tanaman hasil kultur in-vitro (plantlet)
terhadap cekaman lingkungan baru sebelum ditanam di lapang. Kondisi
lingkungan baru tersebut meliputi suhu, cahaya dan kelembaban. Tahap

aklimatisasi ini juga merupakan tahap yang krusial dalam kultur jaringan. Kematian
plantlet setelah aklimatisasi seringkali terjadi sehingga tahap ini perlu dilakukan
secara hati-hati. 
hati-hati. 
Proses aklimatisasi plantlet pisang dilakukan melalui tahapan berikut ini :
a. Siapkan plantlet
plantlet dalam
dalam botol kultur yang akan di aklimatisasi.
aklimatisasi.
b. Siapkan bubuk hormone penumbuh akar dalam wadah,tambahkan air
secukupnya.sehingga
secukupnya.sehingga terbentuk larutan hormone penumbuh akar yang cair.
c. Siapkan bak aklim
aklim yang sudah berisi
berisi media.Aduk media
media sambil disemprot
dengan air hingga media lembab basah merata.
d. Plantlet di keluarkan dari botol kultur,kemudian
kultur,kemudian cuci di bawah air mengalir
mengalir

untuk membuang media agar yang menempel


m enempel,terutama
,terutama pada bagian akarnya.

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   36

e. Plantlet yang
yang bergerombol
bergerombol dipisahkan
dipisahkan dengan menggunakan gunting.
f. Kemudian,plantlet
Kemudian,plantlet direndam dalam larutan fungisida selama 1 enit.
enit.
g. Setelah itu,bagian akar plantelet dicelupkan pada larutan hormone yang telah
di sisipkan,kemudian plantlet
plantlet ditanam di media aklim.
h. Penanaman di ke lompokkan berdasarkan tinggi plantlet,plante
plant let,plantelet
let yang tinggi
di tanam dalam bak yang terpisah dengan plantelet
plantelet yang kecil.
k ecil.
i. Bak plastik
plastik yang sdh di tanami plantelet di semprot air hingga menjadi lembab
basah,setelah itu bak di tutup dengan plastic transparan dan diikat dengan
karet.
 j. Pada bak aklim di beri label jenis tanaman,tanggal aklimatisasi,dan jumlah
plantelet dalam bak aklim tersebut.
k. Bak plastik
plastik di simpan dirumah kaca atau di dalam sungkup plastic bsar yang
di naungi paranet 65-75% selama 4 minggu.

G.  Pembesaran Bibit Pisang hingga Siap Tanam

Cara menyiapkan media polibeg,penanaman ke polibek,dan pembesaran


plantlet pisang pasca-aklimatisasi hingga menjadi siap jual atau siap tanam
dilapangan hampir sama dengan pembesaran bibit jati.Yang berbeda hanya pada
ukuran polibeg,ukuran polibeg yang optimal untuk bibit pisang adalah ukuran
15x15.

Setelah ditanam di polibeg,bibit di pelihara di bawah sungkukan plastic


selama 2 minggu dan di bawah paranet 2 minggu.Setelah itu,bibit di pindahkan ke
lahan terbuka.Bibit di siram dua kali sehari:pagi
sehari :pagi dan sore hari.Pupuk
hari.Pu puk y
yang
ang di
gunakan untuk bibit pisang adalah pupuk kompos yang diberikan setelah satu
minggu dipindahke lahan terbuka.Pada minggu berikutnya,bibit pisang di
pupukdengan pupuk urea setiap dua minggu sekali.Pembesaran bibit pisang
hingga menjadi siap tanam di lapangan memerlukan pemeliharaan di lahan
terbuka selama 2-3 bulan dengan tinggi bibit 15-20 cm.

Pemeliharaan tahap pembesaran bibit pisang:

a) Pemupukan. Menggunakan pupuk organik misalnya pupuk greentonic.


b) Diwiwil. Minimal seminggu
semingg u sekali dilakukan pewiwilan dengan
memisahkan/membuang daun yang kuning.
c) Penyiraman. Dilakukan 1 kali sehari apabila tidak
tidak hujan.
d) Pencegahan hama. Lingkungan disekitar pembesaran pisang harus tetap
terawat dari gulma .

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   37

Persiapan eksplan Hasil Penanaman eksplan

Pertumbuhan awal eksplan Sub kultur media perakaran

Hasil Pertumbuhan pada media perakaran

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   38

Persiapan Aklimatisasi Pisang

Penanaman pada media aklimatisasi sekam bakar dan pasir

Pembesaran bibit pisang

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   39

H. Petunjuk Praktikum
1. Sub kultur
Media pembelahan
a. Definisi
Kegiatan ini dilakukan untuk membelah bonggol pisang agar dapat
diperbanyak.
b. Tujuan
Siswa dapat melaksanakan subkultur sesuai prosedur.

c. Alat
  LAF
  Cawan petri
  Pembakar spritus
  pinset+skapel
  korek
  lap steril

d. Bahan
  Media ms pembelahan
  Bonggol pisang
  Alkohol

e. Prosedur kerja
1) Siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan.

2) Nyalakan UV, Blower, tunggusampai 30 menit.


3) Lalu matikan dan nyalakan ligh.
4) Sterilisasi
Sterilisas i ruang LAV dengan alkohol 75% menggunakan lap
lap
tanagn.
5) Alat dan bahan yang akan
akan digunakan,sebel
digunakan,sebelum
um dimasukan
dimasukan ke
dalam ruangan LAV semprot menggunakan alkohol 75% dan
keringkan dengan lap tangan.
6) Letakan pembakar api bunsen di tengah (belakang),media
perakaran sebelah kiri, botol alkohol 95% di belakang sebelah
kanan, media yang berisi eksplan sebelah kanan depan botol
alkohol, serta taruh petridis di depan api bunsen.

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   40

7) Matikan blower, tutup LAV, nyalakan UV tunggu 5-10 menit lalu


buka dan matikan UV kembali dan nyalakan blower dan ligh.
8) Nyalakan api bunsen dan sterilisasi terlebih dahulu cawan petri.
9) Lepas plastik
plastik cling
cling wrep
wrep yang terikat pada media
media yang berisi
eksplan bonggol pisang lalu sterilisasi media dengan
membakar di area tutup sampai keseluruhan botol dengan api
bunsen.
10) Ambil eksplan bonggol pingsan dengan pinset yang sudah di
sterilisasi dengan api bunsen , lalu letakan di cawan petri.
11) Strerilisasi kembali
kembali pinset dengan api bunsen serta skapel.
12) Bersihkan
Bersihka n bonggol pisang dari bonggol kering yang menempel
di sekitar bonggol bawahnya, jika bonggol besar yang sudah
bersih bisa di belah menjadi dua atau tiga.
13) Sterilisasi botol media yang akan di gunakan dengan api
bunsen. Janagan lupa
lupa untuk mensterilisasikan
mensterilis asikan kembali pinset
yang akan di pakai.
14) Isi botol 4-5 bonggol pisang baru dengan pinset. Lalu tekan
dengan hati-hati agar bonggol pisang bisa menyatu dengan
media agar.
15) Jika sudah, sterilisasi bagian tutup dengan api bunsen, tutup
dengan rapat, lalu sterilisasi kembali hingga merata ke seluuruh
bagian botol.
16) Lakukan prosedur 9-15 ke media yang selanjutnya.
selanjutnya.
17) Jika sudah selesai subkultur, matikan api bunsen dengan
dengan
langsung menutup bagian yang terbakar. Keluarkan semua
alat dan benda, lalu semprot kembali ruang LAV dengan
alkohol.
18) Matikan blower, ligh.

f. Keterangan
Sesuaikan dengan media ms pembelahan dengan BAP yang
akan dilaksanakan.

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   41

2. Aklimatisasi
a. Pengertian
 Aklimatisasi adalah suatu upaya mengadaptasikan
mengadaptasikan tanaman
pisang hasil perbanyakan
perbanya kan melalui kultur in vitro ke lingkungan
lingkungan in vivo 
vivo 
yang septik.

b. Tujuan
Mengetahui dan dapat menjelaskan proses pengakaran dan
aklmatisasi planlet hasil kultur jaringan, beserta faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan aklimatisasi tersebut.
c. Alat
  Ember yang kecil
  Pinset
  Wadah / boks
  polibag
d. Bahan
  Fungisida
  planlet yang akan di aklimatisasi
  Air bersih
  Media tanam yang terdiri dari tanah,
tanah, pasir,
pasir, sekam
sekam bakar. Dengan
perbandingan
perbandingan 2:1:1
  Pupuk kandang
  Sekam biasa

e. Prosedur aklimatisasi
aklimatisasi
1) Siapkan terlebih dahulu media tanam yang terdiri dari campuran
tanah, pasir, dan sekam bakar.
2) Diamkan 2-3 hari media yang berada di boks, jangan lupa untuk
disiram agar lembab
3) Planlet pisang yang akan di aklimatisasi di keluarkan
keluarkan dari
dari dalam
dalam
wadah/motol
wadah/mot ol media. Lalu rendam pada larutan fungisida dan
bakterisida 2 g/ L selama 5-10
5 -10 menit.
4) Agar-agar yang masih menempel di cuci bersih untuk membuang
sumber kontaminasi
k ontaminasi..
5) Setelah itu
itu planlet yang
yang telah bersih, kering
kering anginkan .

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   42

6) Selanjutnya, planlet
planlet tersebut di tanam pada boks yang berisi
medium tanah, pasir,
pasir, dan sekam bakar. Tutup boks dengan rapat,
kurang lebih 10-15 hari baru tutup boks tersebut dibuka.
7) Setelah selesai
selesai di letakan
letakan di green house
house dan rawat
rawat hingga tumbuh
tumbuh
daun baru.

f. Keterangan
Ketika tanaman sudah berumur ± 1 bulan di dalam bos, pindah
ke dalam polibag dengan media tanah, sekam, dan pupuk kandang
dengan perbandingan 3:2:1.

I. Latihan Soal
Untuk mengukur tingkat pemahaman kalian terhadap materi diatas
 jawablah soal berikut
berikut dengan benar!
benar!

1. Jelaskan isolasi
isolasi bahan tanam pada kultur jaringan pisang
pisang dengan eksplan
berasal dari anakan dan jantung pisang!
2. Sebutkan bahan sterilisasi
sterilisasi yang tepat
tepat untuk eksplan pisang berasal
berasal dari
anakan dan jantung pisang!
3. Jelaskan fungsi penambahan media dan BAP cair dalam inisiasi eksplan
pisang!
4. Sebutkan komposisi media yang sesuai untuk multiplikasi
multiplikasi tunas pada kultur
kultur
 jaringan pisang!
pisang!
5. Kapan waktu yang tepat untuk
untuk melakukan induksi perakaran
perakaran dalam kultur
kultur
 jaringan pisang?
pisang? Jelaskan alasanmu!
alasanmu!
6. Jelaskan proses
proses aklimatisasi
aklimatisasi planlet pisang
pisang hasil kultur jaringan
jaringan
7. Jelaskan bagaimana pemeliharaan bibit pisang sampai siap tanam

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   43

DAFTAR PUSTAKA

 Abidin, Z. 1982. Dasar-Dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh.


 Angkasa:: Bandung. 85 hal.
 Angkasa

 Abidin,Z.
 Abidin,Z. 1985. Dasar-dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh,
 Angkasa, Bandung.
 Angkasa,
 Avivi,S dan Ikrarwati, 2004, Mikropagasi Pisang Abaca (Musa textilis Nee) Melalui
Teknik Kultur Jaringan, Jurnal Ilmu Tanah Vol.11
Tanah Vol.11 No.2
Chawla, H. S. 2002. Introducti
Introduction
on to Plant Biotechnology. Science Publishers Inc.
New Hemsphire.
Hemsphire. 23-26.

Gunawan, L.W. 1990. Teknik Kultur Jaringan


Jaringan Tumbuhan.
Tumbuhan. Laboratorium
Laboratorium Kultur
Jaringan. Pusat
Jaringan. Pusat Antar Universitas (PAU) Bioteknologi. IPB. Bogor. P. 304.

Gunawan, L. N. 1987. Teknik Kultur Jaringan.


Jaringan. Bogor: PAN ITB.

Hendaryono, D. P. S dan Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan dan Petunjuk


Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Modern.
Modern . Yogyakarta: Kanisius

Lestari, E.G., R. Purnamaningsih, dan S. Hutami. 1999.Perbanyakan


1999. Perbanyakan mikro
tanaman tangguh melalui kultur in vitro. Prosiding Ekspose Hasil Penelitian
Bioteknologi Pertanian. Bogor,
Pertanian. Bogor, 31 Agustus-1 September 1999.

Nisa,C dan Rodinah, 2005, Kultur Jaringan Beberapa Kultivar Buah Pisang (Musa
 paradisiaca
 paradisiaca L.) dengan Pemberian Campuran NAA dan Kinetin,Kinetin, Jurnal
Bioscientiae,
Bioscientiae, Vol 2, No.2.

Pierik, R.L.M. l987. In Vitro Culture of Higher Plants.Martinus Nijhoff Publisher. 


Publisher. 
London. 344 p.

Priyono, D. Suhandi,
Suhandi, dan Matsaleh.
Matsaleh. 2000. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh IAA
dan 2-IP pada Kultur Jaringan Bakal Buah Pisang . Jurnal Hortikultura.
Hortikultur a. 10
(3) : 183 – 190.

Priyono. 2000. Perbanyakan Abaka (Musa textillis Nee) melalui Kiltur Mata Tunas
Secara In vitro.
vitro. Pelita Perkebunan 9(2): 129-133.
Purwanto, D.1991.  pengaruh ukuran bahan tanam terhadap keberhasilan keberhasilan
 perbanyakan beberapa varietas pisang (Musa paradisiacal
paradisiacal L.) dengan
metode kultur jaringan.
jaringan. Skripsi fakultas pertanian UNIBRAW. Malang.
Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan.
Tumbuhan. Jilid 3. Edisi Bahasa
Indonesia. Penerbit
Penerbit ITB, Bandung.
Satuhu, S., dan A. Supriyadi, 1999. “ Pisang” Budidaya, Pengolahan dan Prospek
Pasar . Penebar Swadaya, Jakarta.
Steenis JV. 2003. Flora Untuk Sekolah Indonesia.
Indonesia . Cetakan IX. Jakarta (ID):
Pradnya Paramita

 
FOFA AROFI, SST. MP NIP 198712022009122001   44

Sitohang,N, 2004, “Kultur Meristem” Pisang Barangan(Musa paradisiaca L.) pada


Media MS dengan Beberapa Komposisi Zat Pengatur Tumbuh naa, iba, Dan
Kinetin,, Unika Santo Thomas Medan.
Kinetin
Taji, A., P. Kumar dan P. Lakshmanan. 2002. In Vitro Plant Breeding. Haworth
Press, Inc.,
Press,  Inc., New York.

Umami, N. 2012.
Formation Efficient
from Nursery
Shoot Tiller Production
Derived and Multiple
Shoot Apices of DwarfShoot
NapierClumps
Grass
(Pennisetum purpureum Schumach).
Schumach). JWARAS 55 (2) : 121-127.

Warda dan Hutagalung, L. 1994.Pisang


1994.Pisang barangan kultivar Sulawesi Selatan.
Selatan .
Informasi Hortikultura
Hortikultura 2(1)

Wibowo, A. 1998. Abaca
1998.  Abaca (Musa textillis Nee) Penghasil
Penghasil Serat . Duta Rimba XXIV
(222): 31-37.
Yusnita. 2003.
2003. Kultur Jaringan
Jaringan Cara Memperbanyak
Memperbanyak Tanaman Secara Efisien.
Efisien.
Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.

Zulkarnain.2009. Kultur Jaringan Tanaman Solusi Perbanyak Tanaman


Budidaya.. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Budidaya

Anda mungkin juga menyukai