Anda di halaman 1dari 27

CENDEKIA PUBLISHER

Jl.Tamangapa Raya 3 Antang. (0411)- 8956289, Fax.(0411)- 8956289


Email: cendekiapublisher03@gmail.com Makassar 90221

No. : 031/CP/IX/2022 Makassar, 07 September 2022


Lamp. : 2 dokumen
Perihal : Permohonan
ISBN/Barcode untuk ebook

Kepada :

Yth. Kepala Pusat Bibliografi dan Pengolahan Bahan Perpustakaan


Perpustakaan Nasional RI

Bersama ini kami atas nama,


Penerbit : Cendekia Publisher
Penanggung jawab : Syarifuddin
Admin : Saraswati

Mengajukan permohonan ISBN untuk,


Judul : Pappilajarang Basa Mangkasarak Untuk SMP/MTS Kelas VII
Kepengarangan : H.Zainal, S.Pd., M.Pd
Link/akses : https://cendekiapublisher.com/product/pappilajarang/
ketersediaan buku

Bersama ini kami lampirkan dummy buku dan Surat Pernyataan Keaslian Karya dari Penulis.

Demikian permohonan ini kami ajukan, atas perhatian dan kerja samanya diucapkan terima kasih.

Hormat kami,

Pimpinan Cendekia Publishre

SYARIFUDDIN
PAPPILAJARANG BASA MANGKASARAK
Untuk SMP/MTS Kelas VII

H. Zainal, S.Pd., M.Pd.

Penerbit

Cendekia Publisher
PAPPILAJARANG BASA MANGKASARAK
Untuk SMP/MTS Kelas VII

Penulis:
H. Zainal, S.Pd., M.Pd.

ISBN:

Editor:
Zainuddin Tika

Penyunting:
Syamsul Bachri

Penerbit:
Cendekia Publisher

Redaksi:
Jl. Tamangapa Raya 3 Antang
Makassar 90221
Tel 0853 9638 0597
Emai: cendekiapublisher03@gmail.com

Cetakan pertama, Oktober 2022

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari penerbit, sebagian
atau seluruhnya dalam bentuk dan dengan cara apapun.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa, berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
naskah buku ini dapat diselesaikan. Naskah ini diberi judul
Pappilajarang Basa Mangkasarak “Tamalanrea
Appilajara” SMP Kelas VII. Naskah muatan lokal ini diangkat
bertolak dari berbagai fenomena kebangsaan dan
kemasyarakatan yang cenderung menafikan nilai-nilai luhur
dari warisan masa lampau, yaitu keberadaban dan kesantunan
warga Indonesia yang selama ini dikenal dengan bangsa yang
peramah dan santun dalam bertutur kata dan berperilaku.

Disadari bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang


memiliki jati diri dan mengenal budayanya serta menghargai
jasa para pahlawannya. Sehingga diperlukan suatu penguatan
dan penemuan kembali, serta pemertahanan nilai dan karakter
bangsa yang cenderung pudar di tengah arus globalisasi dan
kemajuan zaman.

Salah satu warisan budaya yang perlu dipelihara dan


dilestarikan adalah aksara lontarak yang di dalamnya sarat
dengan nilai-nilai pendidikan karakter yang bernafaskan nilai-
nilai sejarah, budaya, dan kearifan lokal. Hal ini juga sejalan
dengan salah satu program unggulan Kemendikbud tentang
Gerakan Nasional Penguatan Pendidikan Karakter. Salah satu
wujudnya adalah pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam
kurikulum di setiap jenjang pendidikan. Naskah buku ini
merupakan salah satu bagian yang dapat memperkuat pilar
pengembangan pendidikan karakter yang digali dari sumber-
sumber budaya lokal Sulawesi Selatan, terutama yang berlatar
belakang etnik Makassar.

Salah satu upaya kepedulian Pemerintah Daerah Provinsi


Sulawesi Selatan terhadap Bahasa Daerah, yakni
disahkannya Peraturan Gubernur No. 79 Tahun 2018 tentang
Pembinaan Bahasa Daerah di Sulawesi Selatan. Selanjutnya,

vi
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
pada pasal 10 dinyatakan bahwa Gubernur mewajibkan
Satuan Pendidikan untuk mengajarkan bahasa daerah sesuai
penuturan utama penduduknya paling sedikit dua jam pada
hari sekolah.

Berdasarkan Peraturan Gubernur tersebut, maka bahasa


Makassar sebagai salah satu bahasa daerah di Sulawesi
Selatan dijadikan sebagai mata pelajaran muatan lokal wajib
bagi wilayah pemakaian bahasa Makassar mulai TK, SD/MI,
SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA /SMALB demi terciptanya
pembelajaran bahasa Makassar yang lebih baik, diperlukan
buku pelajaran yang dijadikan sebagai bahan ajar. Buku ini
disusun menjadi 9 bab, berisi konten kebudayaan,
kebahasaan, dan kesusastraan dalam konteks budaya
Makassar. Kehadiran buku ini mudah-mudahan dapat
membantu guru dan peserta didik dalam mencapai tujuan
pembelajaran berdasarkan kurikulum yang berlaku.

Penulis menyadari bahwa buku ini belumlah sempurna, oleh


karena itu apabila rekan guru, pemerhati, atau pembelajar
menemukan kekurangan baik dari isi maupun ejaan kiranya
dengan ikhlas memperbaikinya untuk revisi edisi berikutnya.

Akhirnya, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua


pihak yang telah membantu proses penyelesaian buku ini.
Terutama kepada Tim Guru Master Bahasa Daerah Makassar.
Dinas Pendidikan Kabupaten Gowa, Balai Bahasa Provinsi
Sulawesi Selatan, pihak penerbit dan dukungan stakeholder
terkait yang telah memediasi penerbitan buku ini hingga
sampai di tangan pembaca yang budiman. Semoga setiap
usaha kita senantiasa mendapatkan rahmat, ridha dari Allah
swt. Amin.

Makassar, Mei 2022

Tim Penulis

vii
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
DAFTAR ISI

SAMBUTAN.............................................................................. iii

PAPPARAPA’ EMPO ............................................................... v

KATA PENGANTAR................................................................. vi

DAFTAR ISI .............................................................................. viii

BAB I SEJARAH AKSARA LONTARAK .............................. 1

A. KOMPETENSI DASAR ....................................... 1


B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI ....... 1
C. MATERI PEMBELAJARAN................................. 1
D. PAPPAKABIASA ................................................. 17

BAB II KOSAKATA BAHASA MAKASSAR ........................... 19


A. KOMPETENSI DASAR ....................................... 19
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI ....... 19
C. MATERI PEMBELAJARAN................................. 19
D. PAPPAKABIASA ................................................. 26

BAB III JENIS-JENIS DONGENG .......................................... 29


A. KOMPETENSI DASAR ....................................... 29
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI ....... 29
C. MATERI PEMBELAJARAN................................. 29
D. PAPPAKABIASA ................................................ 33

BAB IV FUNGSI DAN MAKNA DOANGANG ......................... 38


A. KOMPETENSI DASAR ........................................ 38
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI ....... 38
C. MATERI PEMBELAJARAN................................. 38
D. PAPPAKABIASA ................................................ 43

BAB V PARUNTUK KANA..................................................... 64

viii
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
A. KOMPETENSI DASAR ........................................ 64
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI ....... 64
C. MATERI PEMBELAJARAN................................. 64
D. PAPPAKABIASA ................................................ 75

BAB VI PAPPASANG ............................................................. 76


A. KOMPETENSI DASAR ........................................ 76
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI ....... 76
C. MATERI PEMBELAJARAN................................. 76
D. PAPPAKABIASA ................................................ 91

BAB VII KONSEP SIRI NA PACCE......................................... 93


A. KOMPETENSI DASAR ........................................ 93
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI ....... 93
C. MATERI PEMBELAJARAN................................. 93
D. PAPPAKABIASA ................................................ 98

BAB VIII APPIDATO BAHASA MANGKASARAK .................... 99


A. KOMPETENSI DASAR ........................................ 99
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI ....... 99
C. MATERI PEMBELAJARAN................................. 99
D. PAPPAKABIASA ................................................ 104

BAB IX ARU BAHASA MANGKASARAK ............................... 105


A. KOMPETENSI DASAR ........................................ 105
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI ....... 105
C. MATERI PEMBELAJARAN................................. 105
D. PAPPAKABIASA ................................................ 110

DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 111

RIWAYAT SINGKAT PENULIS ............................................... 148

ix
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
x
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
1
ppiljr mkeser
PAPPILAJARANG MAKASEKRE
SEJARAH AKSARA LONTARAK

A KOMPETENSI DASAR

1. Mengetahui sejarah dan bentuk aksara lontarak

B TUJUAN PEMBELAJARAN

1.1 Peserta didik dapat mengenal sejarah dan palsafah aksara


lontarak.
1.2 Peserta didik menanyakan tentang sejarah asal mulanya
aksara lontarak yang belum dipahaminya.
1.3 Peserta didik berdiskusi tentang sejarah aksara lontarak
yang belum diketahuinya.
1.4 Dengan kerja kelompok peserta didik mampu
menyampaikan palsafah aksara lontarak Makassar yang
belum diketahuinya
1.5 Dengan persentase kelompok peserta didik dapat membagi
informasi sejarah

C MATERI PEMBELAJARAN

1. Sejarah Lontarak Makassar

Sebelum abad ke 14 masyarakat di Kerajaan Gowa dan


Sulawesi Selatan umumnya, belum memiliki aksara. Oleh karena itu,
semua peristiwa yang terjadi pada masa itu, belum ada yang bisa

1
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
mengungkap secara autentik. Masyarakat hanya bisa
mengungkapkan lewat cerita mitos atau cerita legenda.
Ketika pasukan Majapahit menduduki beberapa daerah di
Sulawesi, penulis dari kerajaan itu, yakni Empu Prapanca, sempat
menuliskan sejarah penaklukan beberapa daerah di Sulawesi, di
antaranya Makassar dan Batayang (Bantaeng) pada tahun 1364.
Dari tulisan Empu Prapanca itulah, dapat diketahui, bahwa
nama Makassar dan Bantaeng sudah ada pada masa itu. Namun
begitu, belum bisa diketahui secara pasti tentang berbagai peristiwa
yang terjadi dalam pemerintahan saat itu. Kebanyakan hanya
diungkap dalam cerita legenda atau mitos. Prof. Mattulada
mengungkapkan, sampai pada abad 10, sejarah ini gelap dan masih
sangat Kurang tanda-tanda yang dapat memberikan harapan akan
tersingkapnya masa gelap abad-abad dulu untuk diketahui dengan
jelas oleh generasi kita sekarang ini. Gowa ataupun Makassar
belum ditemukan Jejaknya, juga sampai abad 11 dan malahan abad
12 pun belum. Barulah kemudian, sebuah buku dari peradaban pulau
Jawa yang disebut dalam Negarakartagama yang ditulis oleh Empu
Prapanca pada zaman Gajahmada (1364) ditemukan perkataan
Makassar (Mattulada Menyusuri Jejak Kehadiran Makassar dalam
Sejarah, : 1994).
Menurut hasil peneliitian dari berbagai ahli sejarah, sebelum
ada Lontarak, jauh sebelumnya sudah ada buku-buku pada beberpa
kerajaan di Sulawesi Selatan. Seperti halnya buku I Lagaligo Epic
Cycle sampai ribuan halaman. Buku sastra tersebut mengandung
cerita raja-raja lagendaris. Istilah lain yang mungkin lebih tua adalah
“Sure” (surat, kitab). Menurut hasil penelitian RA Kern. Sastra I
Lagaligo yang usianya lebih tua dari lontarak ditulis dalam daun Aka
(Prof Zainal Abiidin Farid, Persepsi Orang Bugis Makassar tentang
Hukum dan Dunia Luar, 1983, 108).

2
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
Pada abad 14 di Eropa muncul zaman Renaisance, maka di
Kerajaan Gowa juga muncul suatu zaman pembaharuan.
Kerajaan Gowa yang tadinya berpusat di bukit Tamalate, kemudian
pindah ke daerah pesisir yang secara otomatis, Gowa saat itu bukan
hanya terkenal sebagai kerajaan agraris, juga kerajaan maritimnya.
Di bidang ilmu pengetahuan, Raja Gowa IX Daeng Matanre
Karaeng Manguntungi, yang lebih tersohor dengan julukan Karaeng
Tumapakrisik Kallonna (1510 – 1547) memerintahkan kepada
Daeng Pamatte yang saat itu menjabat sebagai Sabannara
(Syahbandar) di Bandar Niaga Sombaopu, untuk menciptakan aksara
yang bisa dipakai untuk menulis berbagai peristiwa yang terjadi di
Kerajaan Gowa.

Sumber : Tribunnewswiki.com
Gambar. Rumah Adat Balla Lompoa
Ketika Ibukota Kerajaan Gowa berada di pesisir Sombaopu,
maka hubungan Gowa dengan dunia luar semakin lancar. Ini pula
membawa dampak positif terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan. Kedatangan orang-orang dari negara lain, mereka
banyak membawa informasi tentang keadaan negaranya, juga
membawa buku-buku atau bahan bacaan tentang keadaan
negaranya. Mereka ada yang bermukim di Gowa dan sekaligus

3
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
membimbing masyarakat Gowa dalam berbagai disiplin ilmu. Tak
heran kalau pada masa Pemerintahan Raja Gowa ke IX Karaeng
Tunipallangga Ullaweng, putra Gowa yang dibina oleh orang-orang
Portugis, sudah mampu membuat senjata meriam, juga industri
lainnya.
Dari pemerintah Raja Gowa Karaeng Tumapakrisik Kallonna
itulah, maka Daeng Pamatte kemudian berusaha untuk menciptakan
model aksara yang diinginkan. Sambil merenung untuk
mendapatkan inspirasi, maka Daeng Pamatte yang sedang duduk
di tepi persawahan, mencoba memperhatikan burung-burung yang
terbang dan ada di persawahan. Gaya burung itu bermacam-
macam, ada yang berdiri, terbang, sedang mencari makanan dan
masih banyak lainnya. Dari setiap gaya burung itulah kemudian
diberi makna. Dari hasil pengamatan Daeng Pamatte, ada 18 gaya
burung yang bisa dijadikan lambang aksara. Dimulai dari huruf :
Ka, Ga, Nga, Pa, Ba, Ma, ta, Da, Na, Ca, Ja, Nya, Ya, Ra, La, Wa,
Sa, A. Aksara inilah kemudian yang diberi nama Lontarak Jangang-
jangang (Jangang-jangang = burung). (Monografi Kebudayaan
Makassar di Sulawesi Selatan, 1981, 10). Ada pula yang
berpendapat, bahwa Lontarak jangang-jangang itu tercipta karena
pengaruh dari pola bunyi aksara Sangsekerta (A.Moein MG. 1990,
14).
Dikatakan aksara Lontarak,
karena wadah yang digunakan untuk
menulis berbagai peristiwa yang terjadi
dalam wilayah Kerajaan, kebanyakan
diambil dari daun lontar (daun talak).
Daun Lontarak ini termasuk kuat dan
tahan lama, sehingga masyarakat Gowa
saat itu memilih daun lontar sebagai
Gambar. Lontar Sulawesi
https://id.wikipedia.org/wiki/Lontar#/
media/Berkas:Lontara_Sulawesi.jpg
4
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
wadah untuk menulis. Adapun alat yang digunakan untuk menulis,
diambildari lidi ijuk yang disebut Kallang dan tintanya diambil dari zat
pewarna alami pepohonan.
Dalam perkembangan selanjutnya, terutama pada abad 16,
saat Islam diterima sebagai agama Kerajaan Gowa, aksara lontarak
ini terus mengalami perkembangan pula. Terjadi perubahan bentuk
aksara Lontarak Jangang-Jangang. Huruf bilangan Arab seperti
angka 1, 2, 3 dan seterusnya kemudian diberi makna sama dengan
Lontarak Jangang-jangang. Pada Lontarak yang memakai bilangan
Arab ini, terdapat satu tambahan huruf, yakni huruf ‘H’. Jadi jumlah
keseluruhan aksara sebanyak 19. Lontarak yang muncul akibat
pengaruh Islam ini kemudian dikenal dengan istilah Lontarak Bilang.
Dalam perkembangan selanjutnya, aksara Lontarak kemudian
mengalami kemajuan, bukan hanya banyak diajarkan pada
generasi, juga menjadi sarana komunikasi antar warga, dan
sekaligus menjadi salah satu pendukung majunya ilmu pengetahuan
di kerajaan Gowa.

Aksara Lontarak Jangang-jangang maupun Lontarak Bilang


terus mengalami perubahan bentuk. Perubahan bentuk aksara itu,
mengarah pada Falsafah hidup orang Makassar, yakni: Sulapak
Appak. Falsafah Sulapak Appak ini diambil dari unsur kejadian
manusia, yang terdiri dari empat unsur, yakni: tanah, air, api, dan
angin. Inilah kemudian banyakdiaktualisasikan pada beberapa hasil
karya masyarakat, seperti bentuk tiang rumah selalu segi empat,
termasuk makanan khas orang Makassar yang selalu berbentuk
segi empat, yakni ketupat.
Ketupat ini, terbuat dari beras, kemudian dibungkus dengan
daun pandan atau daun kelapa. Setelah dimasak, akan membentuk
makanan bersegi empat. Nasi yang ada dalam ketupat ini kemudian
dimakan bersama Coto Mangkasara. Karena itu, antara ketupat

5
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
dengan coto Mangkasara, tidak bisadipisahkan. Inilah yang menjadi
makanan khas bagi orang Makassar.
Makanan khas ketupat kemudian menjadi sumber iinspirasi
bagi para ahli untuk merubah bentuk aksara LontarakBilang. Ketika
memperhatikan bentuk ketupat yang segi empat itu, diberi makna
menjadi huruf Sa. Bila dibelah dua, kemudian belahannya itu diberi
makna pula. Kalau bentuknya piramida bermakna huruf Ta, jika
dijadikan piramida terbalik menjadi huruf Ma. Kemudian diberi titik,
dan memberi makna aksara lainnya. Dari hasil penelitian para ahli
kemudian tercipta 19 aksara, sama jumlahnya Lontarak Bilang.
Aksara yang terakhir yang tercipta dari ketupat ini, kemudian lebih
dikenaldengan istilah Lontarak Belah Ketupat.
Ketiga jenis Lontarak, mulai dari Lontarak Jangang-jangang,
Lontarak Bilang dan Lontarak Belah Ketupat, semuanya
dijadikan sebagai alat komunikasi untuk mencatatberbagai kegiatan
atau peristiwa yang terjadi dalam wilayah kerajaan Gowa dan Tallo.
Semua kejadian yang terekan dalam aksara Lontarak ini kemudian
lebih dikenal dengan namaLontarak Bilang Gowa-Tallo. Lontarak
inilah yang kemudian banyak dijadikan sebagai obyek penelitian
dari ahli sejarah sekarang ini.
Aksara Lontarak ini kemudian diajarkan pada anak-anak di
sekolah. Dari hasil pengajaran itu, aksara Lontarak semakindikenal.
Tak hanya mampu dihafal oleh masyarakat, juga banyak buku-buku
yang terbit pada masa kerajaan silam, ditulis dalam huruf Lontarak,
seperti Kisah tentang Syekh Yusuf Tanta Salamaka, Ayatul Kiamah,
Bosi Timurung dan masuih banyakbuku bacaan lainnya.
Pada masa penjajahan Belanda, rakyat Gowa merasa terusik
dengan kehadiran Belanda tersebut. Belanda terus mengintimidasi
rakyat, agar mereka dapat lebih leluasa melakukan monopoli
perdagangan. Politik adu domba yang dijalankan oleh Belanda,

6
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
membuat masyarakat Indonesia termasuk di kerajaan Gowa, terlibat
perang saudara. Mereka diadu bagai ayam jago. Kemudian tokoh
masyarakat yang pro kepada Kompeni diberi dukungan maksimal
untuk memberantas tokoh masyarakat yang menetang kebijakan
belanda, dan itu terus dilakukan hingga Indonesia berhasil mencapai
kemerdekaannya 17 Agustus 1945.
Semasa Belanda, kegiatan pendidikan terus dibatasi. Alasan
pembatasan pendidikan bagi masyarakat, karena Belanda
mengkhawatirkan, dari kemajuan di bidang pendidikan, bisa menjadi
‘bom waktu’ baginya. Suatu saat kalau mereka sudah pintar, pasti
berupaya menggalang kekuatan dari rakayat untuk memberontak.
Walaupun Bahasa Daerah termasuk Lontarak tetap diajarkan di
sekolah, tetapi tingkatannya hanya ditingkat Sekolah Rakyat (SR),
itupun hanya 1-3 tahun saja. Belanda juga sangat menghargai
aksara Lontarak.
Terbukti, beberapa surat yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Kolonial belanda, seperti Surat Tanah, ada yang ditulis dalam huruf
Lontarak. Bahkan hingga saat ini, banyak masyarakat dipedesaan
yang menjadikan surat pajak atau rincik dari pemerintah belanda
yang menggunakan huruf Lontarak, masih dijadikan sebagai dasar
hukum kepemilikan tanah dari nenekmoyangnya.
Dengan terciptanya aksara Lontarak pada abad 14 silam,
menandakan, bahwa Ilmu pengetahun di Kerajaan Gowa sudah
mulai bangkit saat itu. Sebab dengan aksara itu, akandipakai untuk
menulis berbagai jenis disiplin ilmu. Bahkan padaabad 16 silam, Gowa
mampu melahirkan cendekiawan terbaik yang diakui oleh dunia,
yakni I Mangadacinna daengSitaba Karaeng Pattingalloang. Beliau
telah menguasai beberapa bahasa asing, diantaranya Bahasa
Inggeris, Belanda, Prancis, Arab, Latin, Cina, Portugis dan masih
banyak bahasa lainnya. Beliau juga telah banyak membuat buku

7
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
ilmu pengatahuan yang menjadi sumber pengembangan ilmu
pengatahuan.
Coba perhatikan, dari sekian banyak suku bangsa di dunia,
jumlahnya kira-kira sampai jutaan suku bangsa. Darisekian banyak
suku bangsa, tidak semua memiliki aksara, hanya ada beberapa saja
yang memiliki aksara, seperti aksara Latin, Arab, Sangsekerta, huruf
Kanji yang dipakai oleh Jepang,Cina, dan aksara Lontarak. Negara
yang menjadi sumber munculnya aksara tersebut, rata-rata sudah
maju, tapi masyarakat Makassar dan Sulawesi Selatan umumnya
yangmenggunakan aksara Lontarak, masih jauh tertinggal.
Gowa saat itu sudah mampu membuat persenjataanmutakhir,
seperti meriam, industri pemintalan benang dan bahkan saat itu
diangkat kabinet untuk memimpin beberapa bidang kegiatan
pemerintahan. Tapi dengan kehadiran belanda maupun Jepang
yang menjajah negeri ini, sehinggaupaya untuk mencetak generasi
cerdas menjadi terhambat,karena adanya pembatasan dari kaum
penjajah.
Secara historis, aksara Lontarak ini muncul dari Gowa,
seharusnya orang Gowa dan Sulsel pada umumnya yang harus
menjadi pelopor pengajaran aksara Lontarak di tiap sekolah. Siapa
lagi yang mau menghargai budaya kita, kalau bukan kita sendiri.
Karena itu, pengajaran bahasa daerah di berbagai jenjang
pendidikan, Sekolah Menengah Pertama harus tetap diaktifkan,
bahkan kalau boleh menjadi mata pelajaran wajib bagi setiap
sekolah. Sungguh sangat janggal, kalau mengaku orang Makassar,
tetapi tidak mampu menulis atau membaca huruf Lontarak.
Orang Jawa, bagaimana fanatiknya memakai bahasa Sangsekerta
di sekolah, bahkan sampai nama jalan pun diberi huruf Sangsekerta.
Pemakaian huruf Lontarak pada beberapa jalan sudah mulai
nampak di kota Makassar.

8
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
Gambar. Kendaraan Kerajaan

2. Daeng Pamatte (Pencipta Aksara Lontarak)

I Daeng Pamatte, lahir di KamPung Lakiung (Gowa) adalah


salah seorang tokoh sejarah Kerajaan Gowa yang tidakdapat dilupakan
karena karya besarnya yang ditinggalkan. Bagimasyarakat Sulawesi
Selatan, menyebut nama Daeng Pamatte, orang lantas teringat
karyanya, yakni huruf Lontarak.Dia juga dikenal sebagai pengarang
Lontarak Bilang Gowa – Tallo.
I Daeng Pamatte pada masa pemerintahan Raja Gowake IX I
Daeng Matanre Karaeng Manguntungi yang lebih tersohor dengan
julukan Karaeng Tumapakrisik Kallonna, diberi tugas sebagai
Tumailalang (Menteri Dalam negeri sekaligus merangkap jabatan
sebagai Sabannara (Syahbandar).
I Daeng Pamatte yang dinilai oleh Raja Gowa sebagai sosok
yang cerdas, diberi tugas tambahan untuk menciptakan sebuah
aksara yang berciri khas suku Makassar. Dari tugas itu, Daeng
Pamatte mencoba merenung, bagaimana bentuk aksara yang akan
dihasilkan nanti dan diberi makna, sama dengan aksara lainnya.

9
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
Ketika ia duduk di daerah persawahan pada sebuah danau
kecil. Ia melihat burung-burung beterbangan, ada yangturun ke sawah
mencari makanan. Burung-burung itu dari jauh diperhatikan dengan
berbagai gaya burung, ada yang sedangmengambil makanan, ada
yang berdiri tegak, ada yang menyampin, ada yang terbang dan masih
banyak gaya lainnya.Semua gaya burung itu diperhatikan dan diberi
makna. Dari hasil pengamatannya, ada 18 gaya burung yang bisa
dijadikan simbol aksara. Setelah dicoba, mulai dari huruf Ka, Ga,
Nga, Pa, Ba, Ma, Ta, Da, Na, Ca, Ja, Nya, Ya, Ra, la, Wa, Sa, A.
Dari aksara itulah kemudian dicoba untuk menuliskan kalimat,
ternyata sangat memuaskan. Dari aksara yang diciptakan oleh
Daeng Pamatte itulah kemudian dijadikan sebagai aksara untuk
menulis berbagai peristiwa yang terjadi dalam wilayah kerajaan
Gowa. Bahan yang dipakai untuk menulis disebut Kallang dan
bahan tintanya diambil dari zat pewarnayang ada pada daun pohon.
Aksara yang diciptakan oleh Daeng Pamatte ini kemudian
dimanfaatkan oleh Cendekiawan kerajaan Gowa, Karaeng
Pattingalloang untuk menulis buku dari berbagai jenis ilmu
pengetahuan. Dari aksara Lontarak tersebut, ilmu pengetahuan tak
hanya berkembang di Eropa, juga di Kerajaan Gowa demikian.
Menurut HD Mangemba, siapa yang melaksanakan
penyederhanaan dari Lontarak jangang-jangan ke Lontarak Bilang
dan terakhir dari daun lontar, karena daun Lontar memiliki daya tahan
yangcukup kuat untuk menulis, maka digunakan lidi ijuk yang ke
Lontarak Belah Ketupat tidaklah diketahui.Tetapi berdasarkan jumlah
aksara yang semula 18 huruf kemudian bertambah menjadi 19 huruf
dengan masuknya huruf ‘H’ dapat dikatakan, bahwa penyederhanaan
itu terjadi setelah masuknya Islam di kerajaan Gowa. Huruf
tambahanakibat pengaruh Islam dan bahasa Arab tersebut huruf Ha.
Menurut versi Mattulada, justru Daeng Pamatte jugalah yang

10
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
menyederhanakan dan melengkapi Lontarak Makassar itu, menjadi
sebagaimana adanya sekarang. Beliaulah yang mencoba
menginspirasi dari makanan khas orang Makassar yakni ketupat.
Ketupat itu dibelah dalam berbagai bentuk hingga mampu
menciptakan aksara. Aksara itu kemudian dikenal dengan istilah
Lontarak belah ketupat.
Dari 19 huruf Lontarak Makassar, dalam
perkembangannya, untuk keperluan bahasa Bugis,
ditambahkan empat huruf yakni ngka, ngpa, ngra, dan ngca, Hal
mana disebabkan huruf tambahan itu hanya terdapatdalam Bahasa
Bugis. Karena itu, bila timbul pertanyaan. Yangmana diantara kedua
tulisan ini lebih tua, maka jawabnyaadalah tulisan huruf Makasar
yang lebih tua dari pada Bugis.
Tidak kalah pentingnya diketahui. Lahirnya bentuk segi empat
huruf Lontarak Makassar itu, didasari pemahaman filosofi kultural yang
berarti.
Jika seseorang mencari ilmu pengetahuan, maka haruslah
dicari empat penjuru angin. Kalau gagal, kembalilah mencari
dalam dirimu sendiri. Kenalilah dirimu.
Selain dikenal sebagai pencipta
Aksara Lontarak, DaengPamatte juga
dikenal sebagai penulis (pengarang)
Lontarak Bilang Gowa–Tallo (kronik)
yang kini menjadi sumber peneliitian
para ahli sejarah.

Gambar. Pohon Lontar


Seperti diketahui, sejak pengangkatan Raja Gowa pertama
Tumanurung hingga Raja Gowa ke 8. Bukti pengangkatannya
tidak tercatat, karena memang belum ada aksara saat itu. Juga saat
itu belum ada persentuhan denganmasyarakat dari Eropa maupun

11
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
di nusantara ini. Nanti pada abad 16, barulah Gowa banyak
melakukan kontak dengan beberapoa negara di dunia, seperti
Portugis, Spanyol, Belanda, Den Mark, Inggeris, negara Arab dan
masih banyak negara lainnya. Nanti pada masa Karaeng
Tumapakrisik kallonna memerintah, barulah ada upaya untuk
mencatat berbagai peristiwa yang terjadi di kerajaan Gowa. Itulah
yang disebut Lontarak Bilang Gowa Tallo.
Maka tercatatlah “Daeng Pamatte” memenuhi perintah
baginda, dan berhasil menulis sebuah buku sejarah mengenaisegala
peristiwa penting tentang tanah Gowa-Tallo yang terkenal sampai
sekarang yaitu “Lontarak Bilang Gowa-Tallo” yang memuat
catatan kejadian hingga tahun 1751, lengkap dengan keterangan
penanggalan tahun Masehi danHijriah di dalamnya. Naskah kronik
sejarah yang ditulisnya itu kemudian dipandang sebagai buku
pertama yang secara otentik berbicara mengenai sejarah
Kerajaan Gowa. Buku lontaraktersebut telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Belanda serta diberi penjelasan oleh Ligtvoet
dalam BKI tahun 1880.

3. Perubahan Aksara Lontarak (Lontarak Jangang-jangang,


Lontarak Bilang, dan Lontarak Belah Ketupat)

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Kerajaan


Gowa mulai bangkit sejak abad 14 yakni padamasa Pemerintahan
Karaeng Tumapakrisik Kallonna (1510-1546).
Beliau telah memerintahkan I Daeng Pamatte yang saatitu sebagai
Syah bandar Somba Opu untuk menciptakan aksara lontarak
makassar.
Hasil kerja keras dari Daeng Pamatte ini telah membuahkan
hasil, dengan menciptakan 18 jenis aksaralontarak. Aksara itu tercipta
dengan memperhatikan bentuk burung dari berbagai gaya, seperti

12
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
burung yang sedang
terbang dengan huruf “Ka”,
burung hendak turun ke
tanah dengan huruf “Nga”.
Jenis aksara yang
pertama ini disebut
lontarak Jangang-jangang
atau lontarak Toa.
Lontarak Jangang-jangang
ini juga digunakan untuk
menulis naskah Perjanjian Bungaya (buku FW Stapel).

Sumber : writingtradition.blogspot.com

Gambar. Aksara Lontarak Jangang-Jangang


Kemudian setelah Agama Islam dijadikansebagai agama
Kerajaan Gowa, makabentuk huruf pun berubah mengikuti
simbol angka dan huruf arab. Sepertiangka Arab no 2 diberimakna
huruf “ka” angka arab nomor 2 dan titik di bawah dengan
makna “Ga” angka 7 dengan tiga di atas diberi makna “Na”, juga
bilangan arab lainnya yang jumlahnya 18 huruf.

13
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa

Gambar. Aksara Lontara Bilangan


Sumber : Mahesa Jawadwipa FB:
Aksara lontarak ini juga disebut lontarak Bilangan-bilangan
(bilangan-bilangan = hitungan). Lontarak bilangan-bilangan ini
diperkirakan muncul pada abad 16 yakni pada masa Pemerintahan
Raja Gowa XIV Sultan Hasanuddin.
Kemudian pada abad itu pula, juga terjadi perubahan
aksara dengan menggunakan huruf belah ketupat. Diperkirakan,
perubahan itu terjadi pada masa Karaeng Pattingaloang selaku
Mangkubumi Kerajaan Gowa berpasangan dengan Sultan
Malikussaid sebagai Raja Gowa XV (1639/1653). Pada perubahan
terakhir ini, terjadi panambahan 1 huruf yakni huruf “Ha”. Ini karena
pangaruh Islam yang berlaku di Butta Gowa.
Dari bentuk huruf Makassar tersebut menandakan bahwa
perkembangan IPTEK itu sudah mulai muncul pada abad 14. Sejak
masa Pemerintahan Karaeng Tumapakrisi Kallonna, masyarakatnya
sudah pintar membuat istanakerajaan, benteng, dermaga. Juga
pada masa pemerintahan Raja Gowa X Karaeng Tunipallangga
Ulaweng (1546/1565). Sudah dikenal tekhnologi pembuatan
senjata. Masa pemerintahan Sultan Malikussaid, sudah
berhasil menelorkan cendikiawan, seperti Karaeng Pattingaloang.
Setelah belanda menjajah Indonesia khususnya di kerajaan Gowa,
maka dunia pendidikan di kerajaan Gowa mengalami
kemunduran. Apalagi setelah ditandatanganinya perjanjian
Bungaya, Belanda sangat membatasi golongan pribumi untuk
menuntut pendidikanyang lebih tinggi, yang penting asal bisa tahu
baca dan berhitung sudah cukup. Tindakan seperti itu terus
berlangsung hingga Indonesia berhasil merebut
Kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Seandainya Gowa tidak
dijajah oleh Belanda, kemungkinan Gowa dari zaman ke zaman
bisa menghasilkan putra putri terbaik, apakah sebagai ilmuan
atau seorang pemberani. Kerajaan Gowa di abad 16 telah

14
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
banyak mengh asi lkan pemberani, seperti Sultan
Hasanuddin Karaeng Gallesong, Karaeng Bontomarannu,
Karaeng Karunrung dan masih banyak lainnya.

Sumber : SULSELONLINE.COM

Gambar. Aksara Lontarak


4. Ero’na Lontaraka ri Agamata

Ka k : Karaeng mappajari nisombayya tojeng-tojeng tena


rapanna taenatong sipa’jului.
Ga g: Gau bajippi nigaukang parallu nilaku-lakunakisalama ri
lino tulusu mange ri ahera.
Nga G : Ngaru-ngaruko nutoba ri gilingang tallasa’nu mateko
sallang nanusassala kalennu.
Pa p : Pakabajiki junnu’nu, pakalannyingi satinja’nu,Iapa antu
namatangkasa atinnu.
Ba b : Bajipi antu satinja’nu namatangkasa atingnu,nanampapi
assa je’ne tujua rikau.
Ma m : Majai tumatappa manggaukkang passuroang, iaji
nasusa mallilianga pa’pisangka.

15
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
Ta t : Taenapa nabaji antu taratte sambayangnu, punna teai
sahada nupare passikko.
Da d: Daramintu sambayangnu, pakkareso sarea’nu, punna
teai junnu satinja nupare poko’
Na n : Nanroji baji nipahang bicaranna pakkikia (ahli fiqhi)
pappasang anrong gurunta.
Ca c : Carammeng lompo napatannang pangngulunta Nabi
Muhammad SAW lanri ero’na nipinawang tojengg.
Ja j : Janji memammi ikambe umma’na Nabi Muhammad
SAW limai antu parallu nipiassengi.
Nya N : Nyawayaji antu awalli, atia antu tupanritta, antu tubua
tamalakka’ji ri Nabi Muhammad SAW.
Ya y : Iya baji niboya, iya baji nikunjungi, niaki antu nama
nanassa taenana.
Ra r : Rahasia ta’cokko andallekangi karaenna,gesaraki antu
punna tena pasikko’na.

D PAPPAKABIASA

Ukiriki panggappanu pakkutaknang niaka irawa anne!


1. Pakasingaraki ri kaniakkanna aksara lontaraka!
❖ Angngapa bahasa Mangkasaraka na nikana aksara
lontarak?
❖ Inai anjo ampaniaki uru-urunna aksara lontaraka?

16
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
2. Caritai ammoterek, apa nikana:
a. Lontarak Jangang-jangang
b. Lontarak Bilang
c. Lontarak Belah Ketupat

3. Ante kamma pakmatu-matuanna Aksara Lontaraka ri


kamajuanna pengngasenganga di Butta Gowa?

17
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
4. Sipitangarriki siagang aganta antekamma kaniakkanna
aksara lontaraka ri kamma-kammaya anne, nampa
kipakasingarak wasselek passamaturukanta siagang aganta!

5. Bacai ri dallekanna agang-aganta anjo kalabbirang niaka


naballakia anjo aksara lontaraka!

18
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa

Anda mungkin juga menyukai