Kepada :
Bersama ini kami lampirkan dummy buku dan Surat Pernyataan Keaslian Karya dari Penulis.
Demikian permohonan ini kami ajukan, atas perhatian dan kerja samanya diucapkan terima kasih.
Hormat kami,
SYARIFUDDIN
PAPPILAJARANG BASA MANGKASARAK
Untuk SMP/MTS Kelas VII
Penerbit
Cendekia Publisher
PAPPILAJARANG BASA MANGKASARAK
Untuk SMP/MTS Kelas VII
Penulis:
H. Zainal, S.Pd., M.Pd.
ISBN:
Editor:
Zainuddin Tika
Penyunting:
Syamsul Bachri
Penerbit:
Cendekia Publisher
Redaksi:
Jl. Tamangapa Raya 3 Antang
Makassar 90221
Tel 0853 9638 0597
Emai: cendekiapublisher03@gmail.com
vi
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
pada pasal 10 dinyatakan bahwa Gubernur mewajibkan
Satuan Pendidikan untuk mengajarkan bahasa daerah sesuai
penuturan utama penduduknya paling sedikit dua jam pada
hari sekolah.
Tim Penulis
vii
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
DAFTAR ISI
SAMBUTAN.............................................................................. iii
KATA PENGANTAR................................................................. vi
viii
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
A. KOMPETENSI DASAR ........................................ 64
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI ....... 64
C. MATERI PEMBELAJARAN................................. 64
D. PAPPAKABIASA ................................................ 75
ix
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
x
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
1
ppiljr mkeser
PAPPILAJARANG MAKASEKRE
SEJARAH AKSARA LONTARAK
A KOMPETENSI DASAR
B TUJUAN PEMBELAJARAN
C MATERI PEMBELAJARAN
1
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
mengungkap secara autentik. Masyarakat hanya bisa
mengungkapkan lewat cerita mitos atau cerita legenda.
Ketika pasukan Majapahit menduduki beberapa daerah di
Sulawesi, penulis dari kerajaan itu, yakni Empu Prapanca, sempat
menuliskan sejarah penaklukan beberapa daerah di Sulawesi, di
antaranya Makassar dan Batayang (Bantaeng) pada tahun 1364.
Dari tulisan Empu Prapanca itulah, dapat diketahui, bahwa
nama Makassar dan Bantaeng sudah ada pada masa itu. Namun
begitu, belum bisa diketahui secara pasti tentang berbagai peristiwa
yang terjadi dalam pemerintahan saat itu. Kebanyakan hanya
diungkap dalam cerita legenda atau mitos. Prof. Mattulada
mengungkapkan, sampai pada abad 10, sejarah ini gelap dan masih
sangat Kurang tanda-tanda yang dapat memberikan harapan akan
tersingkapnya masa gelap abad-abad dulu untuk diketahui dengan
jelas oleh generasi kita sekarang ini. Gowa ataupun Makassar
belum ditemukan Jejaknya, juga sampai abad 11 dan malahan abad
12 pun belum. Barulah kemudian, sebuah buku dari peradaban pulau
Jawa yang disebut dalam Negarakartagama yang ditulis oleh Empu
Prapanca pada zaman Gajahmada (1364) ditemukan perkataan
Makassar (Mattulada Menyusuri Jejak Kehadiran Makassar dalam
Sejarah, : 1994).
Menurut hasil peneliitian dari berbagai ahli sejarah, sebelum
ada Lontarak, jauh sebelumnya sudah ada buku-buku pada beberpa
kerajaan di Sulawesi Selatan. Seperti halnya buku I Lagaligo Epic
Cycle sampai ribuan halaman. Buku sastra tersebut mengandung
cerita raja-raja lagendaris. Istilah lain yang mungkin lebih tua adalah
“Sure” (surat, kitab). Menurut hasil penelitian RA Kern. Sastra I
Lagaligo yang usianya lebih tua dari lontarak ditulis dalam daun Aka
(Prof Zainal Abiidin Farid, Persepsi Orang Bugis Makassar tentang
Hukum dan Dunia Luar, 1983, 108).
2
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
Pada abad 14 di Eropa muncul zaman Renaisance, maka di
Kerajaan Gowa juga muncul suatu zaman pembaharuan.
Kerajaan Gowa yang tadinya berpusat di bukit Tamalate, kemudian
pindah ke daerah pesisir yang secara otomatis, Gowa saat itu bukan
hanya terkenal sebagai kerajaan agraris, juga kerajaan maritimnya.
Di bidang ilmu pengetahuan, Raja Gowa IX Daeng Matanre
Karaeng Manguntungi, yang lebih tersohor dengan julukan Karaeng
Tumapakrisik Kallonna (1510 – 1547) memerintahkan kepada
Daeng Pamatte yang saat itu menjabat sebagai Sabannara
(Syahbandar) di Bandar Niaga Sombaopu, untuk menciptakan aksara
yang bisa dipakai untuk menulis berbagai peristiwa yang terjadi di
Kerajaan Gowa.
Sumber : Tribunnewswiki.com
Gambar. Rumah Adat Balla Lompoa
Ketika Ibukota Kerajaan Gowa berada di pesisir Sombaopu,
maka hubungan Gowa dengan dunia luar semakin lancar. Ini pula
membawa dampak positif terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan. Kedatangan orang-orang dari negara lain, mereka
banyak membawa informasi tentang keadaan negaranya, juga
membawa buku-buku atau bahan bacaan tentang keadaan
negaranya. Mereka ada yang bermukim di Gowa dan sekaligus
3
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
membimbing masyarakat Gowa dalam berbagai disiplin ilmu. Tak
heran kalau pada masa Pemerintahan Raja Gowa ke IX Karaeng
Tunipallangga Ullaweng, putra Gowa yang dibina oleh orang-orang
Portugis, sudah mampu membuat senjata meriam, juga industri
lainnya.
Dari pemerintah Raja Gowa Karaeng Tumapakrisik Kallonna
itulah, maka Daeng Pamatte kemudian berusaha untuk menciptakan
model aksara yang diinginkan. Sambil merenung untuk
mendapatkan inspirasi, maka Daeng Pamatte yang sedang duduk
di tepi persawahan, mencoba memperhatikan burung-burung yang
terbang dan ada di persawahan. Gaya burung itu bermacam-
macam, ada yang berdiri, terbang, sedang mencari makanan dan
masih banyak lainnya. Dari setiap gaya burung itulah kemudian
diberi makna. Dari hasil pengamatan Daeng Pamatte, ada 18 gaya
burung yang bisa dijadikan lambang aksara. Dimulai dari huruf :
Ka, Ga, Nga, Pa, Ba, Ma, ta, Da, Na, Ca, Ja, Nya, Ya, Ra, La, Wa,
Sa, A. Aksara inilah kemudian yang diberi nama Lontarak Jangang-
jangang (Jangang-jangang = burung). (Monografi Kebudayaan
Makassar di Sulawesi Selatan, 1981, 10). Ada pula yang
berpendapat, bahwa Lontarak jangang-jangang itu tercipta karena
pengaruh dari pola bunyi aksara Sangsekerta (A.Moein MG. 1990,
14).
Dikatakan aksara Lontarak,
karena wadah yang digunakan untuk
menulis berbagai peristiwa yang terjadi
dalam wilayah Kerajaan, kebanyakan
diambil dari daun lontar (daun talak).
Daun Lontarak ini termasuk kuat dan
tahan lama, sehingga masyarakat Gowa
saat itu memilih daun lontar sebagai
Gambar. Lontar Sulawesi
https://id.wikipedia.org/wiki/Lontar#/
media/Berkas:Lontara_Sulawesi.jpg
4
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
wadah untuk menulis. Adapun alat yang digunakan untuk menulis,
diambildari lidi ijuk yang disebut Kallang dan tintanya diambil dari zat
pewarna alami pepohonan.
Dalam perkembangan selanjutnya, terutama pada abad 16,
saat Islam diterima sebagai agama Kerajaan Gowa, aksara lontarak
ini terus mengalami perkembangan pula. Terjadi perubahan bentuk
aksara Lontarak Jangang-Jangang. Huruf bilangan Arab seperti
angka 1, 2, 3 dan seterusnya kemudian diberi makna sama dengan
Lontarak Jangang-jangang. Pada Lontarak yang memakai bilangan
Arab ini, terdapat satu tambahan huruf, yakni huruf ‘H’. Jadi jumlah
keseluruhan aksara sebanyak 19. Lontarak yang muncul akibat
pengaruh Islam ini kemudian dikenal dengan istilah Lontarak Bilang.
Dalam perkembangan selanjutnya, aksara Lontarak kemudian
mengalami kemajuan, bukan hanya banyak diajarkan pada
generasi, juga menjadi sarana komunikasi antar warga, dan
sekaligus menjadi salah satu pendukung majunya ilmu pengetahuan
di kerajaan Gowa.
5
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
dengan coto Mangkasara, tidak bisadipisahkan. Inilah yang menjadi
makanan khas bagi orang Makassar.
Makanan khas ketupat kemudian menjadi sumber iinspirasi
bagi para ahli untuk merubah bentuk aksara LontarakBilang. Ketika
memperhatikan bentuk ketupat yang segi empat itu, diberi makna
menjadi huruf Sa. Bila dibelah dua, kemudian belahannya itu diberi
makna pula. Kalau bentuknya piramida bermakna huruf Ta, jika
dijadikan piramida terbalik menjadi huruf Ma. Kemudian diberi titik,
dan memberi makna aksara lainnya. Dari hasil penelitian para ahli
kemudian tercipta 19 aksara, sama jumlahnya Lontarak Bilang.
Aksara yang terakhir yang tercipta dari ketupat ini, kemudian lebih
dikenaldengan istilah Lontarak Belah Ketupat.
Ketiga jenis Lontarak, mulai dari Lontarak Jangang-jangang,
Lontarak Bilang dan Lontarak Belah Ketupat, semuanya
dijadikan sebagai alat komunikasi untuk mencatatberbagai kegiatan
atau peristiwa yang terjadi dalam wilayah kerajaan Gowa dan Tallo.
Semua kejadian yang terekan dalam aksara Lontarak ini kemudian
lebih dikenal dengan namaLontarak Bilang Gowa-Tallo. Lontarak
inilah yang kemudian banyak dijadikan sebagai obyek penelitian
dari ahli sejarah sekarang ini.
Aksara Lontarak ini kemudian diajarkan pada anak-anak di
sekolah. Dari hasil pengajaran itu, aksara Lontarak semakindikenal.
Tak hanya mampu dihafal oleh masyarakat, juga banyak buku-buku
yang terbit pada masa kerajaan silam, ditulis dalam huruf Lontarak,
seperti Kisah tentang Syekh Yusuf Tanta Salamaka, Ayatul Kiamah,
Bosi Timurung dan masuih banyakbuku bacaan lainnya.
Pada masa penjajahan Belanda, rakyat Gowa merasa terusik
dengan kehadiran Belanda tersebut. Belanda terus mengintimidasi
rakyat, agar mereka dapat lebih leluasa melakukan monopoli
perdagangan. Politik adu domba yang dijalankan oleh Belanda,
6
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
membuat masyarakat Indonesia termasuk di kerajaan Gowa, terlibat
perang saudara. Mereka diadu bagai ayam jago. Kemudian tokoh
masyarakat yang pro kepada Kompeni diberi dukungan maksimal
untuk memberantas tokoh masyarakat yang menetang kebijakan
belanda, dan itu terus dilakukan hingga Indonesia berhasil mencapai
kemerdekaannya 17 Agustus 1945.
Semasa Belanda, kegiatan pendidikan terus dibatasi. Alasan
pembatasan pendidikan bagi masyarakat, karena Belanda
mengkhawatirkan, dari kemajuan di bidang pendidikan, bisa menjadi
‘bom waktu’ baginya. Suatu saat kalau mereka sudah pintar, pasti
berupaya menggalang kekuatan dari rakayat untuk memberontak.
Walaupun Bahasa Daerah termasuk Lontarak tetap diajarkan di
sekolah, tetapi tingkatannya hanya ditingkat Sekolah Rakyat (SR),
itupun hanya 1-3 tahun saja. Belanda juga sangat menghargai
aksara Lontarak.
Terbukti, beberapa surat yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Kolonial belanda, seperti Surat Tanah, ada yang ditulis dalam huruf
Lontarak. Bahkan hingga saat ini, banyak masyarakat dipedesaan
yang menjadikan surat pajak atau rincik dari pemerintah belanda
yang menggunakan huruf Lontarak, masih dijadikan sebagai dasar
hukum kepemilikan tanah dari nenekmoyangnya.
Dengan terciptanya aksara Lontarak pada abad 14 silam,
menandakan, bahwa Ilmu pengetahun di Kerajaan Gowa sudah
mulai bangkit saat itu. Sebab dengan aksara itu, akandipakai untuk
menulis berbagai jenis disiplin ilmu. Bahkan padaabad 16 silam, Gowa
mampu melahirkan cendekiawan terbaik yang diakui oleh dunia,
yakni I Mangadacinna daengSitaba Karaeng Pattingalloang. Beliau
telah menguasai beberapa bahasa asing, diantaranya Bahasa
Inggeris, Belanda, Prancis, Arab, Latin, Cina, Portugis dan masih
banyak bahasa lainnya. Beliau juga telah banyak membuat buku
7
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
ilmu pengatahuan yang menjadi sumber pengembangan ilmu
pengatahuan.
Coba perhatikan, dari sekian banyak suku bangsa di dunia,
jumlahnya kira-kira sampai jutaan suku bangsa. Darisekian banyak
suku bangsa, tidak semua memiliki aksara, hanya ada beberapa saja
yang memiliki aksara, seperti aksara Latin, Arab, Sangsekerta, huruf
Kanji yang dipakai oleh Jepang,Cina, dan aksara Lontarak. Negara
yang menjadi sumber munculnya aksara tersebut, rata-rata sudah
maju, tapi masyarakat Makassar dan Sulawesi Selatan umumnya
yangmenggunakan aksara Lontarak, masih jauh tertinggal.
Gowa saat itu sudah mampu membuat persenjataanmutakhir,
seperti meriam, industri pemintalan benang dan bahkan saat itu
diangkat kabinet untuk memimpin beberapa bidang kegiatan
pemerintahan. Tapi dengan kehadiran belanda maupun Jepang
yang menjajah negeri ini, sehinggaupaya untuk mencetak generasi
cerdas menjadi terhambat,karena adanya pembatasan dari kaum
penjajah.
Secara historis, aksara Lontarak ini muncul dari Gowa,
seharusnya orang Gowa dan Sulsel pada umumnya yang harus
menjadi pelopor pengajaran aksara Lontarak di tiap sekolah. Siapa
lagi yang mau menghargai budaya kita, kalau bukan kita sendiri.
Karena itu, pengajaran bahasa daerah di berbagai jenjang
pendidikan, Sekolah Menengah Pertama harus tetap diaktifkan,
bahkan kalau boleh menjadi mata pelajaran wajib bagi setiap
sekolah. Sungguh sangat janggal, kalau mengaku orang Makassar,
tetapi tidak mampu menulis atau membaca huruf Lontarak.
Orang Jawa, bagaimana fanatiknya memakai bahasa Sangsekerta
di sekolah, bahkan sampai nama jalan pun diberi huruf Sangsekerta.
Pemakaian huruf Lontarak pada beberapa jalan sudah mulai
nampak di kota Makassar.
8
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
Gambar. Kendaraan Kerajaan
9
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
Ketika ia duduk di daerah persawahan pada sebuah danau
kecil. Ia melihat burung-burung beterbangan, ada yangturun ke sawah
mencari makanan. Burung-burung itu dari jauh diperhatikan dengan
berbagai gaya burung, ada yang sedangmengambil makanan, ada
yang berdiri tegak, ada yang menyampin, ada yang terbang dan masih
banyak gaya lainnya.Semua gaya burung itu diperhatikan dan diberi
makna. Dari hasil pengamatannya, ada 18 gaya burung yang bisa
dijadikan simbol aksara. Setelah dicoba, mulai dari huruf Ka, Ga,
Nga, Pa, Ba, Ma, Ta, Da, Na, Ca, Ja, Nya, Ya, Ra, la, Wa, Sa, A.
Dari aksara itulah kemudian dicoba untuk menuliskan kalimat,
ternyata sangat memuaskan. Dari aksara yang diciptakan oleh
Daeng Pamatte itulah kemudian dijadikan sebagai aksara untuk
menulis berbagai peristiwa yang terjadi dalam wilayah kerajaan
Gowa. Bahan yang dipakai untuk menulis disebut Kallang dan
bahan tintanya diambil dari zat pewarnayang ada pada daun pohon.
Aksara yang diciptakan oleh Daeng Pamatte ini kemudian
dimanfaatkan oleh Cendekiawan kerajaan Gowa, Karaeng
Pattingalloang untuk menulis buku dari berbagai jenis ilmu
pengetahuan. Dari aksara Lontarak tersebut, ilmu pengetahuan tak
hanya berkembang di Eropa, juga di Kerajaan Gowa demikian.
Menurut HD Mangemba, siapa yang melaksanakan
penyederhanaan dari Lontarak jangang-jangan ke Lontarak Bilang
dan terakhir dari daun lontar, karena daun Lontar memiliki daya tahan
yangcukup kuat untuk menulis, maka digunakan lidi ijuk yang ke
Lontarak Belah Ketupat tidaklah diketahui.Tetapi berdasarkan jumlah
aksara yang semula 18 huruf kemudian bertambah menjadi 19 huruf
dengan masuknya huruf ‘H’ dapat dikatakan, bahwa penyederhanaan
itu terjadi setelah masuknya Islam di kerajaan Gowa. Huruf
tambahanakibat pengaruh Islam dan bahasa Arab tersebut huruf Ha.
Menurut versi Mattulada, justru Daeng Pamatte jugalah yang
10
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
menyederhanakan dan melengkapi Lontarak Makassar itu, menjadi
sebagaimana adanya sekarang. Beliaulah yang mencoba
menginspirasi dari makanan khas orang Makassar yakni ketupat.
Ketupat itu dibelah dalam berbagai bentuk hingga mampu
menciptakan aksara. Aksara itu kemudian dikenal dengan istilah
Lontarak belah ketupat.
Dari 19 huruf Lontarak Makassar, dalam
perkembangannya, untuk keperluan bahasa Bugis,
ditambahkan empat huruf yakni ngka, ngpa, ngra, dan ngca, Hal
mana disebabkan huruf tambahan itu hanya terdapatdalam Bahasa
Bugis. Karena itu, bila timbul pertanyaan. Yangmana diantara kedua
tulisan ini lebih tua, maka jawabnyaadalah tulisan huruf Makasar
yang lebih tua dari pada Bugis.
Tidak kalah pentingnya diketahui. Lahirnya bentuk segi empat
huruf Lontarak Makassar itu, didasari pemahaman filosofi kultural yang
berarti.
Jika seseorang mencari ilmu pengetahuan, maka haruslah
dicari empat penjuru angin. Kalau gagal, kembalilah mencari
dalam dirimu sendiri. Kenalilah dirimu.
Selain dikenal sebagai pencipta
Aksara Lontarak, DaengPamatte juga
dikenal sebagai penulis (pengarang)
Lontarak Bilang Gowa–Tallo (kronik)
yang kini menjadi sumber peneliitian
para ahli sejarah.
11
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
di nusantara ini. Nanti pada abad 16, barulah Gowa banyak
melakukan kontak dengan beberapoa negara di dunia, seperti
Portugis, Spanyol, Belanda, Den Mark, Inggeris, negara Arab dan
masih banyak negara lainnya. Nanti pada masa Karaeng
Tumapakrisik kallonna memerintah, barulah ada upaya untuk
mencatat berbagai peristiwa yang terjadi di kerajaan Gowa. Itulah
yang disebut Lontarak Bilang Gowa Tallo.
Maka tercatatlah “Daeng Pamatte” memenuhi perintah
baginda, dan berhasil menulis sebuah buku sejarah mengenaisegala
peristiwa penting tentang tanah Gowa-Tallo yang terkenal sampai
sekarang yaitu “Lontarak Bilang Gowa-Tallo” yang memuat
catatan kejadian hingga tahun 1751, lengkap dengan keterangan
penanggalan tahun Masehi danHijriah di dalamnya. Naskah kronik
sejarah yang ditulisnya itu kemudian dipandang sebagai buku
pertama yang secara otentik berbicara mengenai sejarah
Kerajaan Gowa. Buku lontaraktersebut telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Belanda serta diberi penjelasan oleh Ligtvoet
dalam BKI tahun 1880.
12
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
burung yang sedang
terbang dengan huruf “Ka”,
burung hendak turun ke
tanah dengan huruf “Nga”.
Jenis aksara yang
pertama ini disebut
lontarak Jangang-jangang
atau lontarak Toa.
Lontarak Jangang-jangang
ini juga digunakan untuk
menulis naskah Perjanjian Bungaya (buku FW Stapel).
Sumber : writingtradition.blogspot.com
13
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
14
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
banyak mengh asi lkan pemberani, seperti Sultan
Hasanuddin Karaeng Gallesong, Karaeng Bontomarannu,
Karaeng Karunrung dan masih banyak lainnya.
Sumber : SULSELONLINE.COM
15
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
Ta t : Taenapa nabaji antu taratte sambayangnu, punna teai
sahada nupare passikko.
Da d: Daramintu sambayangnu, pakkareso sarea’nu, punna
teai junnu satinja nupare poko’
Na n : Nanroji baji nipahang bicaranna pakkikia (ahli fiqhi)
pappasang anrong gurunta.
Ca c : Carammeng lompo napatannang pangngulunta Nabi
Muhammad SAW lanri ero’na nipinawang tojengg.
Ja j : Janji memammi ikambe umma’na Nabi Muhammad
SAW limai antu parallu nipiassengi.
Nya N : Nyawayaji antu awalli, atia antu tupanritta, antu tubua
tamalakka’ji ri Nabi Muhammad SAW.
Ya y : Iya baji niboya, iya baji nikunjungi, niaki antu nama
nanassa taenana.
Ra r : Rahasia ta’cokko andallekangi karaenna,gesaraki antu
punna tena pasikko’na.
D PAPPAKABIASA
16
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
2. Caritai ammoterek, apa nikana:
a. Lontarak Jangang-jangang
b. Lontarak Bilang
c. Lontarak Belah Ketupat
17
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa
4. Sipitangarriki siagang aganta antekamma kaniakkanna
aksara lontaraka ri kamma-kammaya anne, nampa
kipakasingarak wasselek passamaturukanta siagang aganta!
18
Pappilajarang Basa Mangkasarak Kelas VII Pemerintah Kabupaten Gowa