Anda di halaman 1dari 22

BEST PRACTICE

SINGRA (SINGKONG NGRAYUN)


JAJANAN TRADISIONAL SEHAT ANAK SEKOLAH

DALAM IMPLEMENTASI
PROYEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA (P5)
DI TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

OLEH:
1. AWANDHA AGUSTINA, S.Pd.
2. DWI PUSPITASARI, S.Pd.SD.
3. RIMA EKA MURTIANA, S.Pd.

SEKOLAH DASAR NEGERI 2 SELUR


KECAMATAN NGRAYUN KABUPATEN PONOROGO
JAWA TIMUR
2022

i
BEST PRACTICE
SINGRA (SINGKONG NGRAYUN)
JAJANAN TRADISIONAL SEHAT ANAK SEKOLAH

DALAM IMPLEMENTASI
PROYEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA (P5)
DI TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

OLEH:
1. AWANDHA AGUSTINA, S.Pd.
2. DWI PUSPITASARI, S.Pd.SD.
3. RIMA EKA MURTIANA, S.Pd.

SEKOLAH DASAR NEGERI 2 SELUR


KECAMATAN NGRAYUN KABUPATEN PONOROGO
JAWA TIMUR
2022

ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,

taufik, hidayah, serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Best Practice yang berjudul”SiNgra (Singkong Ngrayun) Jajanan Tradisional Sehat

Anak Sekolah”, sebagai salah satu bentuk partisipasi kami dalam kegiatan lomba best

practice yang di selenggarakan oleh APSI Kabupaten Ponorogo.

Penyusunan best practice ini tidak terlepas dari bimbingan serta dukungan

pihak-pihak yang terlibat. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penyusun

menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Sunyoto, S.Pd.,M.Pd., Pengawas Sekolah SDN 2 Selur

2. Barni, S.Pd., Kepala Sekolah SDN 2 Selur

3. Rekan-rekan Guru dan Tenaga Kependidikan SDN 2 Selur yang telah

memberikan bantuan dan semangat dalam menyelesaikan best practice ini yang

tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.

4. Orang Tua/ Wali kelas IV yang telah banyak membantu dalam membimbing

putra-putinya dalam penyelesaian proyek

5. serta anak-anakku kelas IV yang selalu bersemangat dalam menyelesaikan tugas

Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) ini

Semoga bantuan dan amal baik tersebut mendapat imbalan yang setimpal dari

Allah SWT. Penyusun sangat mengharap kritik dan saran yang membangun dari

pembaca demi kesempurnaan best practice ini.

v
Akhirnya dengan kerendahan hati dan penuh harapan semoga best practice

ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Ngrayun, 13 Oktober 2022

Penyusun

vi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................i
JUDUL...............................................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI............................iv
SURAT PERNYATAAN ORISINAL BEST PRACTICE.................................v
KATA PENGANTAR......................................................................................vi
DAFTAR ISI....................................................................................................vii
ABSTRAK......................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................2
C. Tujuan Best Practice...............................................................3
D. Manfaat Best Practice.............................................................3

BAB II KAJIAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA................................4


A. Kajian Teori............................................................................4
B. Kajian Pustaka.........................................................................6

BAB III METODE PEMECAHAN MASALAH.........................................9


A. Metode Pemecahan Masalah...................................................9
B. Hasil dan Pembahasan...........................................................10

BAB IV PENUTUP..................................................................................12
A. Simpulan ..............................................................................12
B. Saran......................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................14

vii
ABSTRAK

Peningkatan kesadaran anak akan jajanan tradisional berbasis kearifan lokal


dilakukan pada siswa SD Negeri 2 Selur kelas IV dengan memanfaatkan bahan
sekitar yang melimpah yaitu singkong. Pembiasaan kegiatan Singra ini bertujuan
meningkatkan kecintaan terhadap makanan tradisional yang sehat, alami, higienis,
bergizi serta tinggi asupan energi. kegiatan jajanan tradisional di laksanakan di
sekolah dengan bimbingan fasilitator. Tahapan kegiatan yang dilakukan meliputi: 1)
Tahap Pengenalan, 2) Tahap Kontekstualisasi, 3 Tahap Aksi dan 4) Refleksi Akhir.
Hasil dari kegiatan pembiasaan siNgra (Singkong Ngrayun) jajanan tradisional
selama satu semester ini menunjukkan bahwa minat siswa terhadap jajanan
tradisional meningkat, artinya siswa setelah bel istirahat lebih banyak mengonsumsi
jajanan tradisional dibandingkan dengan jajanan modern.

Kata Kunci : SiNgra, Jajanan Tradisional, Anak Sekolah

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia memiliki berbagai macam jajanan tradisional yang harus
dilestarikan keberadaannya. Jajanan tradisional Indonesia merupakan salah satu
dari ciri khas dan harta kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia, tidak hanya
dari sisi rasa, bentuk, keanekaragamannya saja yang bermacam–macam dan
menarik, tetapi dari warna–warnanya yang sesuai dengan Negara Indonesia yang
berbagai macam kebudaan dan suku bangsa. Indonesia merupakan Negara yang
kaya akan Suku Bangsa, sehingga makanan dan jajanan tradisional sangat
beraneka ragam. Sekitar 1500 makanan tradisional Indonesia menyebar di
seluruh bagian Negara Indonesia. Dan lebih dari setengahnya merupakan jajanan
tradisional yang berupa permen, kue basah, kue kering, gorengan, minuman,
keripik, dan lain–lain.
Masyarakat Indonesia terbiasa mengonsumsi jajanan tradisional sebagai
makanan selingan. Jajanan tradisional yang dibuat secara turun-temurun dan
disajikan dengan sederhana menjadikan jajanan tradisional memiliki beberapa
kelemahan seperti pengolahan yang tidak higienis, pengemasan yang kurang
menarik, cita rasa yang kurang sesuai dengan selera generasi muda, dan umur
simpan yang pendek (Giantara dan Santoso 2014). Suatu makanan dapat
dinyatakan sebagai makanan tradisional apabila memenuhi beberapa aspek, yaitu
dibuat dari bahan pangan yang diproduksi di daerah tertentu, diolah dengan cara
yang dikuasai masyarakat daerah tersebut, memiliki cita rasa yang diterima dan
dirindukan oleh masyarakat setempat, menjadi identitas kelompok masyarakat
yang mengonsumsinya, dan menjadi identitas dari daerah tersebut (Aprile et al.
2012)
Seiring dengan perkembangan jaman, beberapa jajanan tradisional sudah
mulai sulit untuk ditemukan, sehingga biasanya setahun sekali atau lebih

1
dilakukan sebuah acara kuliner tempo doloe di beberapa kota, terutama kota–kota
besar seperti Bandung, Jakarta, Malang, Surabaya, dan lain lain. Jajanan
tradisional mulai ditinggalkan oleh masyarakat terutama anak sekolah karena
dianggap tidak menarik dibandingkan jajanan– jajanan modern serta lebih mudah
mendapatkan jajanan modern dibandingkan dengan jajanan tradisional. Jajanan
modern adalah produk yang mudah dikonsumsi, rasanya enak, memiliki banyak
bentuk, rasa, dan tekstur, serta memiliki umur simpan yang lama (Balentic et al.
2018). Produsen makanan ringan modern menggunakan beberapa bentuk
teknologi sebagai dasar untuk membuat produk makanan ringan dan juga
meningkatkan daya tarik produk yang dihasilkan. Konsumen usia muda diduga
lebih tertarik pada makanan ringan modern dibandingkan dengan jajanan
tradisional.
Terlepas dari permasalahan jajanan tradisional, perkembangan jaman dan
teknologi mempengaruhi perkembangan dan penambahan informasi yang cepat.
Bermunculan media–media modern seperti internet, gadget, majalah, koran,
buku, dan lain–lain. Ini tentu saja menyebabkan penyebaran informasi lebih
mudah dan cepat. Perkembangan industri yang cepat yang menyebabkan
pemasaran jajanan modern lebih cepat menyebar dan dijangkau menyebabkan
jajanan tradisional mulai tergeser.
Salah satu cara untuk melestarikan jajanan tradisional ini adalah dengan
best practice ini penyusun mengenalkan dan mengajak pada peserta didik untuk
mencoba membuat aneka olahan jajanan tradisional berbahan dasar singkong.
Singkong terpilih menjadi bahan pokok dalam kegiatan ini karena potensi di
lingungan sekitar sekolah mayoritas adalah ketela dan sangat mudah untuk
didapatkan. Best practice ini sangat penting mengingat dampak terhadap proses
pengelolaan sekolah/pendidikan sangat signifikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan
dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :

2
1. Bagaimana cara mengenalkan jajanan–jajanan tradisional berbahan dasar
singkong kepada anak – anak Sekolah Dasar?
2. Bagaimana cara meningkatkan minat anak terhadap jajanan – jajanan
tradisional berbahan dasar singkong kepada anak–anak Sekolah Dasar?
C. Tujuan Best Practice
Penulis memilih untuk melakukan pendekatan lebih lanjut kepada anak-
anak yang berumur 10-11 tahun. Karena perlu ditanamkan rasa mengetahui dan
melestarikan budaya tradisional Indonesia, yang dapat menumbuhkan rasa cinta
akan Negara kita Indonesia. sehingga jajanan– jajanan Indonesia tidak akan
pernah hilang dan terus berkembang di Indonesia tidak terkalahkan dengan
jajanan–jajanan lain dari luar negeri.
D. Manfaat Best Praktice
Manfaat dari best practice jajanan tradisional ini adalah agar siswa dapat
mengetahui jajanan-jajanan tradisional dan cara pembuatannya serta dapat
menambah minat anak-anak terhadap jajanan tradisional.

3
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Pengertian Singkong
Ketela pohon atau yang biasa dikenal dengan Singkong atau ubi kayu,
merupakan pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga
Euphorbiaceae. Singkong biasanya dijadikan olahan pangan karena
kandungan kerbohidratnya yang tinggi, sedangkan daunnya biasa dijadikan
sayuran. Di Indonesia, singkong merupakan produksi hasil pertanian pangan
ke dua terbesar setelah padi, sehingga singkong mempunyai potensi sebagai
bahan baku yang penting bagi berbagai produk pangan dan industri.
Singkong merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik
ratarata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis
singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-
kuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di
lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru
gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi manusia.
Sianida ini akan menimbulkan rasa pahit pada singkong.
2. Jajanan Tradisional
Menurut Permenkes RI No 942/2003, Yang dimaksud jajanan pasar
atau jajanan tradisional adalah makanan dan minuman yang diolah oleh suatu
pengrajin atau pengolah makanan ditempat penjualan dan atupun yang
disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang
disajikan jasa boga, rumah makan/ restoran, dan hotel. Jajanan pasar
merupakan sebuah makanan yang dapat ditemukan atau bisa dibeli di pasar
tradisional. Jajanan pasar memiliki jenis yang sangat beragam mulai dari rasa
yang beragam seperti manis, gurih, pedas dan juga memiliki bentuk yang
bermacam.

4
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia jajan pasar adalah kudapan,
panganan yang dijual di pasar. Jajan pasar ini dibuat secara manual, yaitu
menggunakan tangan. Jajan pasar ini biasanya tidak tahan lama karena bahan
yang digunakan tidak mengandung bahan pengawet, sehingga aman dan
sehat untuk dikonsumsi. Kuliner Indonesia memiliki makanan yang sangat
bervariasi.
Keanekaragaman tersebut terjadi karena berkaitan dengan adanya
upacara keagamaan dan dan juga ritual budaya yang berhubungan dengan
daur hidup seseorang. Ketika menikah, melahirkan, khitanan atau memasuki
rumah baru, perlambang rasa syukur adalah dengan membuat panganan
tertentu yang disajikan atau dibagikan.
Jajanan tradisional merupakan jenis makanan tradisional yang berupa
makanan ringan berupa penganan. Jenis makanan untuk jajanan ini biasa
dipakai sebagai makanan selingan. Pada umumnya makanan ini sebagai
penambah kebutuhan gizi sehari-hari di samping menu pokok (Fatmalina
Febri, 2006).
Menurut Gardjito Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian UGM
tahun 2016 jajan pasar merupakan jenis kuliner yang produksinya dilakukan
secara turun-temurun oleh masyarakat, dengan cara pengolahan yang
dikuasai masyarakat. Disebut 'Jajanan pasar' karena sering dijual dipasar
tradisional. Dari segi harga jajanan pasar lebih murah dibandingkan dengan
jajanan yang ada di pasar modern. Jajanan pasar sangat beragam seperti :
klepon, onde-onde,dadar gulung, nagasari, kue cucur, cenil, lapis, bikang,
mendut, wajik, kue putu, getuk, dadar gulung, kue mangkok/ roti kukus, kue
lumpur, dan masih banyak lagi.
Menurut Winamo jajan pasar tradisional Indonesia merupakan
komponen penting dalam pusaka kuliner Indonesia. Tidak hanya karena
jajan tersebut enak dan unik warnanya, melainkan juga karena jajan
tradisional sarat dengan unsur simbolisme. Sayangnya, kalau kita pergi ke
pasar tradisional sangat banyak jenis jajan pasar tradisional yang sudah tidak

5
dapat ditemukan lagi. Hal ini didukung oleh generasi muda jaman sekarang
yang kurang mengenal jajan pasar 13 tradisional. Selain itu orang tua tidak
lagi mengenalkan tentang jajan pasar, sehingga dari waktu ke waktu peminat
jajan pasar semakin memudar (Alamsyah, 2006:7).
Menurut Widodo (2013:435), jajan tradisional sudah kalah populer
jika dibandingkan dengan junk food yang ada di setiap pusat perbelanjaan.
Di tengah masyarakat Surabaya yang heterogen, jajan pasar agaknya mulai
tersisih. Masyarakat kota Surabaya sudah jarang yang mau makan jajan
tradisional. Mereka lebih suka menikmati makanan-makanan produk luar
negeri. Dengan banyak munculnya cafe, resto, dan franchise makanan cepat
saji, maka jajanan yang berasal dari luar seperti pastry pun ikut naik pamor
karena jajanan tersebut dianggap lebih bergengsi dibanding jajan tradisional.
Dari pengertian jajanan tradisional di atas, dapat dikatakan bahwa
jajanan tradisional merupakan makanan yang diperoleh secara turun temurun
dan di setiap daerah mempunyai ciri khas yang berbeda-beda. Jajanan
tradisional tergolong jajanan yang menyehatkan karena bebas pengawet dan
dibuat dengan manual.

B. Kajian Pustaka
Penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan perbandingan dan
acuan. Selain itu, untuk menghindari anggapan kesamaan dengan penelitian ini.
Maka dalam kajian pustaka ini peneliti mencantumkan hasil-hasil penelitian
terdahulu sebagai berikut:
1. Hasil Penelitian Yuliati (2011)
Menurut Yuliati (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Konsumen dalam Pembelian Makanan Jajan
Tradisional di Kota Malang (kue tok, lemper, nagasari, apem, onde-onde,
bikang, jenang, martabak, lapis)”. Berdasarkan hasil analisisnya, masyarakat
Kota Malang dalam melakukan keputusan pembelian makanan jajan
tradisional mempertimbangkan berbagai faktor. Adapun faktor yang

6
dipertimbangkan meliputi kepribadian, harga, promosi, budaya, pengetahuan,
lokasi atau tempat, pengalaman, dan gaya hidup. Kecenderungan masyarakat
Kota Malang dalam melakukan konsumsi makanan jajan tradisional tidak
terlalu mempertimbangkan pendapatan dengan alasan keyakinan diri, budaya
Jawa dan nilai-nilai kesederhanaan. Faktor kepribadian merupakan faktor
utama yang sangat dipertimbangkan dalam keputusan pembelian makanan
jajan tradisional di Kota Malang. Hasil tersebut dibuktikan dari nilai
eigenvalue sebesar 9,527 yang merupakan nilai paling besar diantara faktor
yang lain.
2. Hasil Penelitian Kurniawati (2015)
Menurut Kurniawati (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Proses
Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen “Shasa Egg Roll Ubi Ungu”
Desa Bedukan, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul yang dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis data deskriptif dan analisis skor untuk
mengetahui tingkat proses keputusan pembelian didapatkan hasil yaitu tahap
proses pengambilan keputusan pembelian adalah pencarian informasi,
mengenali kebutuhan dan perilaku pasca pembelian. Responden mencari
informasi tentang produk lebih dominan melalui teman karena lebih intensif
saat bertemu dan dapat berbagi informasi secara nyata. Sebagian besar alasan
responden membeli produk berdasarkan keunikan bahan baku yang digunakan
yaitu ubi ungu. Setelah memutuskan untuk membeli produk responden
dominan ingin membeli kembali produk tersebut dilain waktu karena
merupakan makanan sehat yang menggunakan bahan baku ubi ungu dengan
rasa enak dan terjangkau. Tingkat proses keputusan pembelian konsumen
dalam pencarian informasi dikatakan tinggi karena merupakan kegiatan positif
yang dilakukan oleh konsumen sebelum memutuskan membeli produk.
Pencarian informasi memberikan pengaruh yang tinggi terhadap keputusan
pembelian produk. Mengenali kebutuhan merupakan kegiatan untuk
mengetahui alasan konsumen membeli produk. Tingkat mengenali kebutuhan
konsumen adalah sedang karena sebagian besar konsumen memperhatikan

7
atribut produk sebelum membeli. Perilaku pasca pembelian merupakan
kegiatan setelah membeli produk. Tingkat keputusan pasca pembelian adalah
sedang karena sebagian besar konsumen berkeinginan untuk membeli produk
dilain waktu.
Sedangkan untuk penelitian yang sekarang dilakukan oleh peneliti,
seperti di bawah ini:
Penelitian Tim P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) SDN 2
Selur (2022), berjudul “SiNgra (singkong Ngrayun) Jajanan Tradisional
Sehat Anak Sekolah”. Penelitian ini bertujuan untuk melestarikan dan
meningkatkan konsumsi anak terhadap jajanan-jajanan tradisional khususnya
jajanan yang berbahan dsar singkong dibandingkan dengan jajanan modern.
Selain menyehatkan, jajanan tradisional ini dapat juga meningkatkan rasa
cinta tanah air siswa dengan mengonsumsi produk lokal.
Penelitian dilakukan dengan metode pemecahan masalah dengan
langkah-langkah yang sesuai dengan kegiatan P5 (Proyek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila). Langkah-langkah tersebut meliputi pengenalan,
kontekstualisasi, aksi dan terakhir refleksi akhir. Hasil akhir diharapkan
konsumsi siswa terhadap jajanan tradisional meningkat.

8
BAB III
METODE PEMECAHAN MASALAH

A. Metode Pemecahan Masalah


Sebelum dilaksanakan kegiatan jajanan tradisional banyak siswa yang lebih
senang mengonsumsi jajanan modern daripada jajanan tradisional. Jika dilihat
dari bahan pembuatannya jajanan tradisional lebih sehat dibandingkan jajanan
modern karena dibuat dengan bahan-bahan yang alami dan tanpa pengawet.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut disusunlah langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Tahap Pengenalan
Pengenalan dilakukan oleh fasilitator kepada siswa kelas IV dengan
materi jenis jajanan tradisional dan modern serta pentingnya memilih
jajanan yang sehat dan higienis.
2. Tahap Kontekstualisasi
Setelah kegiatan pengenalan dilaksanakan maka selanjutnya
fasilitator melaksanakan kegiatan ceramah dan diskusi bersama siswa
tentang jenis-jenis jajanan tradisional yang berbahan dasar singkong dari
daerah asal sekolah yaitu di Ngrayun. Kegiatan lain dalam tahapan ini
adalah siswa memilih secara acak jajanan yang akan mereka buat bersama
dengan kelompoknya, berdiskusi alat dan bahan yang akan digunakan dan
terakhir mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
3. Tahap Aksi
Kegiatan pertama pada tahap ini adalah siswa bersama dengan
kelompoknya membuat jajanan tradisional berbahan dasar singkong yang
sebelumnya sudah mereka rencanakan pada tahap kontekstualisasi.
Kegiatan ini dilaksanakan siswa di rumah dengan di dampingi oleh orang
tua siswa.

9
Kegiatan kedua adalah pertemuan mencoba rasa. Siswa membawa
jajanan yang telah mereka buat sebelumnya untuk dipresentasikan di depan
kelas. Fasilitator berperan sebagai moderator yang mengatur
keberlangsungan acara. Para undangan mencoba terlebih dahulu makanan
yang dihidangkan setiap kelompok dan memberikan masukan dan apresiasi
pada setiap kelompok. Dan terakhir setiap kelompok mencoba makanan
yang telah dibawa oleh kelompok lain.
4. Refleksi Akhir
Fasilitator menampilkan video projek dari awal sampai akhir
kegiatan dan berdiskusi dengan siswa tentang pengalaman dalam
mengerjakan projek dan memikirkan tindak lanjut yang bisa dilakukan
agar jajanan tradisional tetap diminati oleh semua orang terutama siswa
sekolah.

B. Hasil dan Pembahasan


Jajanan pasar adalah makanan tradisional Indonesia yang diperjual
belikan di pasar, khususnya di pasar-pasar tradisional. Sampai saat ini jajanan
pasar masih diminati oleh masyarakat karena jajanan pasar bukan cuma harganya
yang terjangkau saja tapi rasanya juga enak dan jenisnya yang beragam serta
sehat untuk dikonsumsi. Pembuatan jajanan ini rata-rata juga memakai bahan-
bahan dan cara yang tradisional. Bahan baku utama seperti singkong, tepung
beras, ketan, ubi, pisang dan kelapa adalah bahan yang sering digunakan untuk
membuat jajanan tradisional.
Pada dasarnya anak-anak sangat menyukai berbagai jenis jajanan
tradisional apalagi dengan tampilan yang unik dan menarik. Pembuatan jajanan
tradisional ini meski sederhana tapi membawa dampak besar terhadap siswa
dalam memilih jajanan yang mereka konsumsi. Karena dengan mengetahui
proses pembuatnya siswa akan semakin tahu bagaimana jajanan dapat

10
diproduksi, menyukai jajanan tradisional yang lebih sehat dan semakin
menghargai jajanan tradisional beserta cara melestarikannya.
Kegiatan ini sudah sangat jarang dilaksanakan di sekolah-sekolah tingkat
Sekolah Dasar dikarenakan kegiatan ini membutuhkan waktu yang cukup lama
dan kurang praktis. Dan setelah kegiatan ini dilaksanakan hasilnya sangat efektif
untuk meningkatkan minat siswa terhadap jajanan tradisional.
Hasil dari kegiatan singra (Singkong Ngrayun) jajanan tradisional selama
satu semester ini menunjukkan bahwa kegiatan ini inovatif dan minat siswa
terhadap jajanan tradisional meningkat, artinya siswa setelah bel istirahat lebih
banyak mengonsumsi jajanan tradisional dibanding jajanan modern.

11
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Jajanan pasar adalah makanan tradisional Indonesia yang diperjual
belikan di pasar, khususnya di pasar-pasar tradisional. Sampai saat ini jajanan
tradisional kurang diminati oleh anak-anak sekolah. Jajanan tradisional dinilai
kurang menarik dibandingkan jajanan modern.
Pada dasarnya anak-anak sangat menyukai berbagai jenis jajanan
tradisional apalagi dengan tampilan yang unik dan menarik. Pembuatan jajanan
tradisional ini meski sederhana tapi membawa dampak besar terhadap siswa
dalam memilih jajanan yang mereka konsumsi. Karena dengan mengetahui
proses pembuatnya siswa akan semakin tahu bagaimana jajanan dapat
diproduksi, menyukai jajanan tradisional yang lebih sehat dan semakin
menghargai jajanan tradisional beserta cara melestarikannya.
Berdasarkan hal tersebut, tim P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila) memilih judul “siNgra (Singkong Ngrayun) jajanan tradisional Sehat
Anak Sekolah”. Pemilihan judul ini dirasa sangat sesuai dengan kondisi sekitar
sekolah yang memiliki pekarangan dengan jenis tanaman singkong. Hasil dari
kegiatan selama satu semester ini menunjukkan bahwa minat siswa terhadap
jajanan tradisional meningkat, artinya siswa lebih banyak dan lebih senang
mengonsumsi jajanan tradisional dibanding jajanan modern.

B. Saran
Berdasarkan hasil kegiatan P5, terdapat sedikit permasalahan yaitu
minimnya pengetahuan siswa tentang cara pengolahan singkong menjadi olahan
jajanan tradisional dan kurangnya kesadaran siswa akan pelestarian jajanan
tradisional. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti akan menyampaikan

12
beberapa saran. Pertama, bagi fasilitator dapat mengajak siswa untuk
melaksanakan kegiatan praktik mengolah jajanan tradisional di sekolah.
Kedua, fasilitator diharapkan dapat mengajak dan menyakinkan
siswa bahwa jajanan tradisional merupakan jajanan yang menyehatkan dan
siswa sebagai pelajar Pancasila harus melestarikan jajanan tradisional dan
mencintai produk lokal berupa jajanan tradisional.
Ketiga, bagi peneliti lain diharapkan dapat mengembangkan lebih lanjut
melalui penelitian dengan fokus penelitian, informan, teknik penelitian yang
berbeda serta ruang lingkup yang lebih luas sehingga dapat berdampak lebih baik
bagi peningkatan kompetensi siswa khususnya dan pendidikan umumnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Muhandri T, Hasanah U, Amanah A.2020. Perilaku Konsumen Terhadap Jajanan


Tradisional di Kabupaten Pekalongan. Jurnal Mutu Pangan Vol. 8(1): 10-16.
DOI: 10.29244/jmpi.2021.8.1.10

Yulianti U. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian


makanan jajan tradisional di Kota Malang. J Manajemen Bisnis 1(1): 7-20.
DOI: 10.22219/jmb.v1i1.1318.

Ayodya, 2010. Kue dan Jajanan Tradisional : Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Lily, 2004. Kue-kue tradisional Indonesia : Surabaya : Liberty

Gardjito, M. (2017). Kuliner Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Winarno, F. G. (1992). Kimia Pangan dan Gizi.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka


Utama.

http://eprints.undip.ac.id/58441/6/BAB_II_TINJAUAN_PUSTAKA.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai