Diajukan Oleh :
Nama : Dewa Ayu Sri Pudjiastuti,S.Pd.SD.,M.Pd.
NIP : 19891106 201503 2 006
Instansi : SD Negeri 1 Semarapura Klod
NUPTK : 2943 7676 6830 0012
Kabupaten : Klungkung
Provinsi : Bali
BALI
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Setelah memperhatikan isi dari Laporan ini, maka dengan ini “Wide Games Card, Media
Alternatif Penanaman Nilai Karakter Berbasis Ekstrakurikuler Pramuka” ditetapkan/disahkan
untuk diberlakukan.
Hari : Senin
Tanggal : 8 Juni 2020
Mengesahkan:
Kepala SDN 1 Semarapura Klod
Ni Made Astiti,S.Pd.,M.Ag.
NIP. 19661112 199103 2 008
......eDewa
BIODATA PENDAFTAR
Jenjang
SD/ (*coret yang tidak perlu)
NUPTK : 2943-7676-6830-0012
Kabupaten/Kota : Klungkung
Provinsi : Bali
Judul Naskah : Wide Games Card, Media Alternatif Penanaman Nilai Karakter Berbasis
Ekstrakurikuler Pramuka
:
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Menyatakan bahwa naskah best practice yang disusun seluruhnya asli hasil kerja
sendiri, bukan plagiat, dan belum pernah dinilai dalam lomba sejenis.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, apabila di kemudian hari
terbukti tidak benar, saya bersedia menerima sanksi dari panitia lomba.
iv
KATA PENGANTAR
Dengan menghaturkan pujastuti kepada Ida Sanghyang Widi Wasa /Tuhan
Yang Maha Esa atas asung kerta wara nugrahaNya, penulis telah menyelesaikan
Laporan Best Practice Wide Games Card, Media Alternatif Penanaman Nilai
Karakter Berbasis Ekstrakurikuler Pramuka yang merupakan bagian dari upaya
peningkatan mutu pendidikan yang diarahkan untuk pengembangan potensi
peserta didik sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, seni, serta pergeseran
paradigma pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan peserta didik.
Laporan ini menjelaskan uraian kegiatan yang dilakukan penulis dalam
rangka penanaman karakter yang dijiwai nilai-nilai Pancasila melalui
Ekstrakurikuler Pramuka dengan Metode “Wide Game” pada Siswa SD Negeri 1
Semarapura Klod Tahun Pelajaran 2019/2020. Dalam penyusunan Best Practice
ini, penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Kepala SD Negeri 1 Semarapura Klod yang telah memberi izin, kesempatan
dan kepercayaan kepada penulis untuk mengadakan penelitian ini seluas –
luasnya
2. Semua rekan guru di SD Negeri 1 Semarapura Klod yang telah memberi
bantuan selama proses penelitian sampai dengan terwujud dalam bentuk Best
Practice ini.
3. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dalam menyelesaikan best practice ini.
Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan
karya ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang Widhi Wasa tetap
memberikan petunjuk terhadap upaya yang telah, sedang, dan yang akan kita
lakukan untuk peningkatan mutu pendidikan di SDN 1 Semarapura Klod.
Semarapura, 8 Juni 2020
Penulis
v
WIDE GAMES CARD, MEDIA ALTERNATIF PENANAMAN NILAI
KARAKTER BERBASIS EKSTRAKURIKULER PRAMUKA
Dewa Ayu Sri Pudjiastuti
SD Negeri 1 Semarapura Klod
Email: dewaayusripudjiastuti@gmail.com Hp. 085 953 900 096
Abstrak
Saat ini kita berada pada era disrupsi teknologi atau yang lebih dikenal sebagai era
milenial, yang keseluruhannya serba berbasis digital. Di era ini globalisasi telah
mengubah kehidupan manusia dalam segala aspek, sebagai dampak dari kemajuan
IPTEK. Oleh karena itu, kita dituntut memiliki keterampilan yang diperlukan
untuk menghadapi tantangan pada era ini. Apalagi pada tahun 2045 Indonesia
diperkirakan akan memperoleh bonus demografi, yang apabila tidak dimanfaatkan
dengan baik akan menimbulkan berbagai permasalahan sosial. Dunia pendidikan
memegang peran penting dalam menghadapi tantangan tersebut. Pemerintah telah
melakukan revitalisasi dalam bidang pendidikan dengan memberlakukan
kurikulum 2013 serta mengintegrasikan keterampilan dan pendidikan karakter
dalam proses pelaksanaannya. Di samping itu pemerintah juga telah menetapkan
Pendidikan Kepramukaan sebagai ekstrakurikuler wajib pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah. Hal ini bertujuan untuk menyiapkan siswa yang cerdas dan
berkarakter dengan dijiwai nilai-nilai Pancasila. Metode yang cocok digunakan
dalam pengimplementasian kegiatan ini adalah “Wide Game” Ekstrakurikuler
pramuka dianggap relevan untuk diterapkan, sebab mampu membentuk
kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia melalui penghayatan dan
pengamalan nilai-nilai Pancasila.
Kata kunci: Era Disrupsi Teknologi, Metode Wide Games, Pendidikan
Karakter, Ekstrakurikuler Pramuka
vi
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
menghormati figur otoritas (guru), penggunaan bahasa yang kasar,
mementingkan diri sendiri, penggunaan obat-obatan terlarang yang
berimplikasi pada sikap dan prilaku siswa dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara merupakan bukti konkrit lemahnya prilaku moral
siswa (Lickona, 2013:hh 15-25).Karakter tidak terbentuk secara instan,
pancasila dengan kelima simbolnya, harus dijiwai dalam tingkah laku peserta
didik dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik harus dilatih dan dibiasakan
secara berkesinambungan agar mencapai bentuk dan kekuatan yang ideal
sebagaimana tujuan masyarakat, bangsa dan negara. Pembiasaan akan
sangat baik dan berdaya guna bila dilakukan dari lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam proses pendidikan,
pembentukan karakter tidaklah dibebankan hanya pada muatan
pembelajaran saja tapi bisa diimplementasikan dalam kegiatan
ekstrakurikuler salah satunya adalah kegiatan pramuka.
Dalam kurikulum 2013 kemampuan siswa tidak hanya dikembangkan
pada ranah kognitif saja, tetapi juga ranah afektif dan psikomotor.
Keterampilan abad ke-21 diintegrasikan dalam kurikulum 2013, sebagai
antisipasi dalam menghadapi dunia yang semakin kompetitif. Untuk
melahirkan generasi yang berkarakter, pendidikan karakter juga ikut
diintegrasikan dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Ekstrakurikuler Pramuka
adalah ekstra wajib yang diberikan secara implisit oleh guru kelas baik dari
kelas awal sampai kelas tinggi yang diintegrasikan dalam proses
pembelajaran dan pengembangan diri. Terakhir yang tidak kalah penting
Pendidikan Kepramukaan ditetapkan sebagai ekstrakurikuler wajib pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah (Permendikbud Nomor 63 tahun
2014). Gerakan Kepramukaan merupakan salah satu kegiatan yang
dilaksanakan di seluruh dunia karena bersifat universal. Gerakan
kepramukaan merupakan suatu bagian dari organisasi kepanduan dunia
yang anggota-anggotanya dididik menjadi insan yang disiplin, mandiri,
bertanggung jawab, berguna bagi sesama umat manusia, serta dapat
menjalankan Tri Satya dan Dasa Dharma Pramuka. Gerakan Pramuka
2
dalam pelaksanaannya memiliki aturan-aturan yang menjadi landasan
teoretis yang memayungi kiprah jalannya gerakan pramuka, sehingga
diharapkan pelaksanaan kegiatan kepramukaan di Indonesia hendaknya
berdasarkan dengan aturan yang telah ditetapkan dalam Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka sebagai acuan
pelaksanaannya.
Pendidikan Kepramukaan dianggap relevan untuk membentengi
generasi muda di era milenial sebab mampu membentuk kepribadian,
kecakapan hidup, dan akhlak mulia melalui penghayatan dan pengamalan
nilai-nilai kepramukaan. Berkaitan dengan hatersebut, ada beberapa hal
yang peneliti temukan berdasarkan fakta empiris di tempat peneliti bertugas,
ada siswa yang ditemukan membawa rokok saat disidak, membawa
handpone berisikan adegan yang tidak pantas ditonton anak usia sekolah,
merusak barang pribadi milik guru, tidak menunjukkan kesantunan saat
berkomunikasi dengan guru. Ini merupakan kenyataan yang sangat miris
terjadi sehingga membuat peneliti tertarik untuk melakukan beberapa
treatment guna menyikapi berbagai hal tersebut. Senada dengan itu, hal ini
diperkuat berdasarkan kajian yang dilakukan oleh (Megawangi, 2007)
menemukan terjadinya degradasi moral dikalangan siswa disebabkan karena
kurangnya contoh dan tauladan dari figur publik, pengaruh pemberitaan
media massa yang negatif, pergeseran nilai-nilai dikalangan remaja,
pergeseran nilai-nilai di masyarakat, kurangnya contoh, pelatihan,
pembiasaan dan pembudayaan perilaku moral di sekolah. Dipertegas lagi,
oleh Theodore Roosevelt (dalam Ratna Megawangi 2007:2) bahwa mendidik
seseorang hanya dalam aspek kecerdasan otak tetapi pada aspek moral dan
karakter yang akan digunakan untuk mencegah adalah ancaman
marabahaya bagi masyarakat.
Untuk meminimalkan permasalahan-permasalahan tersebut, tentunya
sangat diperlukan suatu cara untuk memerangi hal diatas, salah satunya
adalah dengan penanaman karakter dengan penerapan nilai-nilai Pancasila
yang menjadi dasar falsafah hidup bangsa Indonesia dengan kegiatan aktif,
3
kreatif, menyenangkan dan bermakna yang dikemas dalam ekstrakurikuler
pramuka. Wide Game adalah permainan besar di luar ruangan dengan
wilayah yang relative luas yang diikuti beberapa regu tim dengan cara-cara
sportif obyektif dan menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan (Ensiklopedi
Pramuka, hlm 23-25). Jika metode “Wide Game” ini dilakukan sesuai
protokol keamanan bagi siswa maka akan mematahkan kontradiksi
pemberitaan “Tragedi Susur Sungai SMPN 1 Turi” yang telah lalu, bahwa
kegiatan yang di “back up “oleh ekstra pramuka seperti itu diasumsikan
membahayakan. Beranjak dari permasalahan di atas mengkaji urgenitas
yang ada peneliti tertarik mengangkat kajian ini menjadi laporan Best
Practice dengan judul” Wide Games Card, Media Alternatif Penanaman Nilai
Karakter Berbasis Ekstrakurikuler Pramuka guna mewujudkan siswa yang
cerdas dan berkarakter pada abad ke-21.
4
implementasi Metode “Wide Game” dalam Ekstrakurikuler Pramuka untuk
menanamkan nilai-nilai pancasila. Secara renik tujuan laporan best practice
ini dapat diuraikan sebagai berkikut:
1. Untuk memformulasi langkah-langkah Metode “Wide Game” dalam
ekstrakurikuler Pramuka untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila;
2. Untuk mendeskripsikan sarana prasarana yang dibutuhkan untuk
menerapkan menerapkan Metode “Wide Game” dalam ekstrakurikuler
Pramuka untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila;
3. Untuk menganalisis pengaruh implementasi Metode “Wide Game”
dalam ekstrakurikuler Pramuka untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila
5
melakukan penelitian, sehingga dapat melengkapi kebutuhan data yang
sesuai dengan penelitiannya.
6
BAB II
METODE PEMECAHAN MASALAH
7
berinteraksi, berkomunikasi, dan hidup bersama dengan orang lain. Di dalam
pergaulannya anak belajar melalui interaksi dan komunikasi dalam
lingkungannya anak menerima nilai-nilai dari lingkungannya baik itu nilai
yang positif maupun nilai negatif , keduanya bagai sisi dua mata uang yang
tidak dapat dipisahkan. Pengaruh yang didapat seseorang dari lingkungan
masyarakatnya begitu besar sehingga ada yang berpendapat bahwa
lingkungan sosial itu menentukan kepribadian anak. Dalam pandangan ini
kepribadian anak seolah-olah hasil “celupan” dari lingkungan sosial,
sehingga pribadinya akan lebur ke dalam lingkungan sosial itu. (Dantes,
2014:14) Apabila seorang anak mulai bergaul dengan kawan-kawan
sebayanya, ia tidak hanya menerima kontak sosial itu, tetapi juga
memberikan respon terhadap kontak sosial tersebut. Ia mulai mengerti
bahwa di dalam kelompok sebayanya terdapat peraturan-peraturan tertentu
dan norma-norma sosial yang harus dipatuhi untuk dapat berinteraksi dalam
kelompok sepermainannya. Di dalam pergaulan ini anak-anak akan
menemukan berbagai perbedaan antara teman yang satu dengan teman
yang lainnya. Perbedaan itu bisa terkait suku, agama, budaya, ras, maupun
adat istiadat. Dalam konteks inilah nilai-nilai karakter Pancasila menjadi
fondasi yang sangat kuat dalam pembentukan karakter peserta didik.
Menurut Budimansyah, (2010) manusia yang memiliki nilai-nilai Pancasila
merupakan manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha
Esa, mampu bergaul dengan sesama manusia, lingkungan yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan yang berdasarkan
pada norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
Berdasarkan pemikiran tersbut, maka dalam pendidikan karakter di sekolah,
semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-
komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran
dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata
pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan
ekstrakurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos
kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. Jadi bertalian dengan hal
8
diatas, dapat disimpulkan bahwa karakter yang dijiwai nilai-nilai Pancasila,
selain diintegrasikan dalam kegiatan pembelajaran juga dikuatkan dala
kegiatan ekstrakurikuler, salah satu contohnya Pramuka sebagai
ekstrakurikuler wajib yang diikuti oleh siswa kelas 1 s/d kelas 6 pada jenjang
Sekolah Dasar
9
diselenggarakan dalam kegiatan yang menarik, menyenangkan, sehat,
terarah, teratur, dan praktis (Tim Esensi, 2012).
Dalam perjalanannya Gerakan Pramuka sempat mengalami pasang
surut. Terutama ketika memasuki era milenial, Gerakan Pramuka seolah
“tertidur”. Para pelajar, pemuda, dan mahasiswa mulai meninggalkan
kegiatan Kepramukaan. Mereka terlalu sibuk dengan gadget atau
smartphone dalam berselancar di dunia maya. Aktivitas fisik yang dominan
dalam kegiatan kepramukaan, seolah tidak menarik lagi bagi sebagian besar
generasi muda.
Melihat fenomena tersebut, pemerintah sebagai pemegang kebijakan
tidak tinggal diam. Akhirnya melalui Permendikbud Nomor 63 tahun 2014
Pendidikan Kepramukaan ditetapkan sebagai ekstrakurikuler wajib pada
pendidikan dasar dan menengah. Pendidikan Kepramukaan dianggap
penting untuk diwajibkan bukan tanpa alasan. Berdasarkan Konfrensi
Kepanduan Sedunia yang diselenggarakan pada tahun 1924 di Kopenhagen,
Denmark, Kepramukaan mempunyai tiga sifat khas, yaitu (a) nasional, yang
berarti suatu organisasi yang menyelenggarakan kepanduan di suatu negara
harus menyesuaikan kepanduan tersebut dengan keadaan, kebutuhan, dan
kepentingan masyarakat, dan negaranya sendiri; (b) internasional, yang
berarti organisasi kepanduan di negara mana pun di dunia ini harus
membina dan mengembangkan rasa persaudaraan dan persahabatan antar
sesama Pandu dan sesama manusia, tanpa membedakan
kepercayaan/agama, golongan, tingkat, suku, dan bangsa; (c) universal,
yang berarti kepanduan dapat digunakan dimana pun untuk mendidik anak-
anak dari bangsa apa pun, yang dalam pelaksanaan kepanduan selalu
menggunakan Prinsip Dasar dan Metode Kepanduan. Kepramukaan itu
sendiri memiliki beberapa fungsi, diantaranya:
a. Kegiatan menarik bagi anak atau pemuda
Kegiatan Kepramukaan harus menyenangkan dan mendidik. Oleh
karena itu, setiap kegiatan dalam Kepramukaan harus mempunya
tujuan dan aturan, bukan semata untuk hiburan. Sehingga setelah
10
kegiatan yang dimaksud berakhir, ada pelajaran yang dapat dipetik
oleh anggota Pramuka.
b. Pengabdian bagi orang dewasa
Bagi orang dewasa, Kepramukaan bukan lagi permainan tetapi telah
menjadi tugas yang memerlukan keikhlasan, kerelaan, dan
pengabdian. Orang dewasa memiliki kewajiban untuk secara sukarela
membaktikan dirinya demi menyukseskan tercapainya tujuan
organisasi.
c. Alat (means) bagi masyarakat dan organisasi
Kepramukaan merupakan alat bagi masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan setempat, juga alat bagi organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi.
Disamping itu Kepramukaan juga memiliki tujuan mulia, yaitu (a)
mendidik anggotanya menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak
luhur serta tinggi mental, budi pekerti, dan kuat keyakinan beragamanya;
(b) mendidik anggotanya menjadi manusia yang tinggi kecerdasan dan
keterampilannya; (c) mendidik manusia yang kuat dan sehat fisiknya; (d)
mendidik anggotanya menjadi warga negara Indonesia yang berjiwa
Pancasila, setia dan patuh kepada NKRI (Tim Esensi, 2012). Dalam
Kepramukaan para Pramuka dilatihkan berbagai macam kecakapan,
diantaranya:
a. Baris-berbaris,
Baris-berbaris merupakan salah satu latihan dalam Kepramukaan
yang berguna untuk membentuk keteraturan dalam suatu kegiatan,
misalnya upacara.
b. Penggunaan kompas
Kompas adalah alat navigasi untuk menentukan arah berupa panah
penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya dengan
medan magnet bumi secara akurat. Alat ini akan sangat berguna
ketika Pramuka berkegiatan di alam bebas.
11
c. Tali-temali
Dalam kegiatan tali-temali anggota Pramuka dilatihkan berbagai
macam simpul dan ikatan dengan menggunakan tali. Setiap simpul
dan ikatan mempunyai keguanaan yang berbeda-beda. Keterampilan
tali-temali sangat berguna bagi anggota Pramuka karena sering
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
d. Membuat peta panorama
Peta panorama digunakan oleh anggota Pramuka untuk
memvisualisasikan keadaan suatu daerah secara “kasar”. Hal ini
berguna ketika Pramuka berkegiatan di alam bebas.
e. Sandi-sandi
Sandi adalah salah satu media pembelajaran yang baik bagi
Pramuka sebab dapat melatih ketelitian, daya ingat, kecerdasan, dan
konsentrasi.
f. Morse
Kode morse merupakan salah satu kecakapan dalam Kepramukaan
yang disampaikan dengan menggunakan senter atau peluit. Kode
morse biasanya digunakan untuk mengirim pesan singkat dalam
keadaan tertentu.
g. Semaphore
Semaphore adalah suatu cara untuk mengirim atau menerima berita
dengan menggunakan bendera, dayung, batang, tangan kosong, atau
dengan sarung tangan.
(Tim Esensi, 2012)
12
Pramuka Penegak berusia 16-20 tahun, dan Pramuka Pendega berusia 21-
25 tahun.
Masing-masing golongan Pramuka memiliki Syarat Kecakapan Umum
(SKU) tersendiri. SKU ini dapat dijadikan acuan dalam melatihkan
keterampilan apa yang harus dimiliki oleh anggota Pramuka. Secara umum
SKU Pramuka mengimplementasikan nilai-nilai yang mengacu pada kode
kehormatan dalam Gerakan Pramuka, yaitu Tri Satya dan Dasa Dharma. Tri
Satya mengandung enam butir kewajiban terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, sesama, masyarakat, serta
Dasa Dharma. Adapun Dasa Dharma mengandung sepuluh butir ketentuan
moral (Kahono, 2010).
Berdasarkan kajian di atas terlihat jelas bahwa Pendidikan Kepramukan
melatihkan berbagai macam kecakapan dan keterampilan yang ternyata
sangat relevan untuk menghadapi tantangan abad ke-21. Bahkan Pendidikan
Kepramukaan memiliki nilai lebih melalui penanaman nilai-nilai Pancasila
yang sesuai dengan karakter bangsa. Hal ini menyiratkan bahwa, Gerakan
Pramuka sangat sesuai untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang
sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila.
13
pendidikan kepramukaan wide game hendaknya disusun agardengan
mempertimbangkan aspek-aspek sbb :
1. Memiliki tema atau alur cerita sehingga mampu memotiviasi para
peserta untuk menyelesaikan permainan dengan penuh semangat.
2. Menjadi kegiatan yang menyenangkan, penuh tantangan dan mampu
mengembangkan kerjasama tim/regu.
3. Meningkatkan ketrampilan menyusun perencanaan, strategi
berkompetisi dan implementasi perencanaan untuk memenangkan
pertandingan
4. Meningkatkan daya tahan fisik, kreativitas, akal budi dan kemampuan
berinisiatif
Pada dasarnya tidak ada aturan baku untuk menyusun sebuah alur
dan aturan main wide games. Sebagai media pendidikan wide game sangat
fleksibel bisa digunakan dengan mengusun tema sejarah, lingkungan,
kebudayaan, kemasyarakatan, pengenalan wilayah, ilmu pengatuhan dan
teknologi dan berbagai tema lainnya.Wide game dapat dikemas untuk
mencapai target tertentu yang harus dicapai oleh para peserta. Target-
target tersebut misalnya :
1. Untuk mencapai tempat tertentu sebagai puncak permainan
2. Untuk mencapai beberapa tempat tertentu (pos - pos) sesuai rute
yang ditetapkan
3. Untuk mendapatkan atau mengumpulkan objek tertentuselama
pertandingan
4. Untuk melindungi objek atau properti tertentu sesuai denga tema dan
skenario yang ditetapkan
5. Untuk mmenyelesaikan tugas-tugas tertentu bisa ditiap pos, bisa
selama permainan atau bisa sepanjang perjalanan
6. Untuk mendapatkan informasi tertentu sesuai dengan rute dan tema
yang ditetapkan
14
7. Untuk bersaing dengan mencegah tim lawan dapat mencapai target
yang ditetapkan
8. Untuk mencapai tujuan atau tantangan-tantangan yang diberikan.
Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam metode “Wide Game” adalah
keselamatan tim itu sendiri. Keselamatan tim harus diutamakan dalam Wide
Game, jangan hanya mengejar tingkat kesulitan yang tinggi namun
keselamatan diabaikan. Karena keselamatan peserta didik jauh lebih utama
dibandingkan hal lainnya.
15
sekitar, sebagai wujud rasa syukur terhadap ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
disana guru memberikan 1 kartu kendali “wide card” yang berisikan sandi
untuk mencari beberapa tanaman obat dan mendeskripsikan kegunaannya,
yang nantinya akan diberikan tanda tangan sebagai tanda telah
menyelesaikan tugas, sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, diimplisitkan
dalam pos I, kartu kendali ‘wide card’ di Pos I berisikan petunjuk tentang
materi Pertolongan Pertama pada Kecelakaan atau dikenal dengan istilah P3K
diantaranya, diberikan kasus kemudian diberikan undian, peserta didik
mengambil nomor undian untuk masing-masing kelompok, undian tersebut
terdiri dari : pembuatan tandu, perawatan luka, cara memberikan perban
pada orang yang patah tulang atau gegar otak, dilanjutkan kegiatan di pos 2
sila ketiga Persatuan Indonesia, dikemas dalam bentuk games yang
memerlukan kerjasama team, kekompakkan, kecepatan, kecekatanan dalam
menyelesaikan tugas. Adapun games yang perlu diselesaikan di pos ini
diantaranya, diberikan jargon diantaranya air beracun, jaring laba-laba, lari
tongkat, dan bola kepiting. Adapun sila keempat, Permusyawaratan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan,
diimplementasikan dalam kegiatan menyelesaikan puzzle Garuda Pancasila,
serta menyusun bunyi sila Pancasila yang telah dipisahkan secara acak
menjadi susunan yang padu, kemudian ditempel di masing masing papan
kerja team. Sila kelima yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia,
kegiatan ini dalam pos terakhir dikemas dalam bentuk kasus pemecahan
masalah, inilah terakhir pengumpulan kartu kendali dibagikan , pada masing-
masing kartu terdapat kasus yang harus dipecahkan secara bersama oleh
masing-masing team. Setelah team menyelesaikan tugas di seluruh pos yang
dibuktikan dengan kartu kendali yang telah mendapat tanda tangan di masing-
masing pos oleh masing- masing pembina, Itu berarti tugas yang dilakukan
telah selesai . Kemudian dilakukan penskoran terkait rubrik yang telah disusun
diantaranya kecepatan, kecermatan, disiplin dan kerjasama yang baik dari
masing -masing team . Kemudian team terbaik diberikan reward agar
nantinya bisa menjadi teladan bagi team lainnya. Karakter yang dijiwai nilai-
16
nilai Pancasila ini mulai membudaya, dari siswa yang awalnya hanya bermain
gadget, memiliki dorongan untuk berbuat nakal, bullyng, pasif. Menjadi lebih
aktif, sebab dari “wide game” mereka lebih mengenal alam, mau merawat
tanaman di sekolah, antusiasme untuk membuat sesuatu,ada kemauan
berlatih teknik anyaman tali, untuk persiapan P3K sekaligus dimanfaatkan
untuk ruang UKS, saat jam pengembangan diri ataupun jam istirahat, peserta
didik secara berkelompok berkolaborasi, berkreasi, sangat antusias
mempelajari hal-hal baru. Nah dari sinilah di sekolah kami mulai tumbuh
berbagai karakter yang baik seperti kerja sama, tenggang rasa. Bahkan dari
kegiatan ekstra pramuka yang semakin aktif muncullah “Pocil akronim dari
polisi Kecil. Jadi melalui ekstrakurikuler Pramuka dapat meningkatkan
karakter yang dijiwai Pancasila. Sasaran pelaksanaan Best Practice ini adalah
siswa kelas IV, dan V semester 1 di SD Negeri 1 Semarapura Klod sebanyak
106 orang siswa . Adapun alat/instrument yang disiapkan adalah sebagai
untuk mendukung kegiatan ini dengan produk “Wide Card” sebagai kartu
kendali adalah sebagai berikut :
1. Spidol
2. Puzle Garuda Pancasila
3. Kotak P3K
4. Tali temali
5. Peluit
6. Sandi
7. Alat tulis
8. Tanda jejak
17
bagan /alur “Wide Games Card, sebagai produk best practice yang saya
paparkan :
Alur/Tahapan Wide
Games
4.
Ttd.
………………
Gambar. Wide Card
18
BAB III
HASIL KEGIATAN
3.1 Hasil
Hasil kegiatan dalam Laporan Best Practice ini diuraikan sebagai berikut:
1. Penguaan karakter yang dilakukan dengan menerapkan nilai-nilai
Pancasila menggunakan metode “Wide Game” dengan kartu kendali
Wide Card” sebagai kartu kendali berlangsung aktif. Siswa menjadi
lebih aktif melakukan kegiatan yang positif, utamanya
yangberhubungan dengan aktivitas fisik atau psikomotorik, termasuk
berkolaborasi, bekerjasama dengan temannya, dan belajar menerima
pendapat orang lain. Aktifitas kegiatan yang dirancang disesuaikan
dengan keselamatan sebagai hal yang utama, serta megharuskan siswa
aktif bekerjasama dalam mengatasi dinamika kelompok.
2. Kegiatan ekstrakurikuler pramuka yang dilakukan dengan menerapkan
penguatan karakter yang dijiwai nilai-nilai Pancasila dengan metode
Wide Game dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
melakukan transfer knowledge. Mengingat dengan belajar berdiskusi
dalam memecahkan masalah dalam dinamika kelompok dan masing-
masing siswa bertanggung jawab dengan desk job nya masing-masing,
siswa menjadi lebih memahami konsep Pancasila, namun tidak hanya
itu kegiatan yang konkret seperti akan menjadikan lebih bermakna
Meaningfull Learning). Pemahaman ini diasumsikan menjadi dasar
siswa dalam mempelajari materi PPKn terkait Pancasila khususnya di
kelas tinggi.
3. Penerapan metode “Wide Game” ini juga mengubah paradigma berpikir
orang tua yang semula was-was untuk mengijinkan anaknya dalam
mengikuti kegiatan pramuka. Karena dengan didukung kesiapsiagaan
seluruh guru dan Pembina pramuka di sekolah dengan kepala sekolah
sebagai penanggung jawab, dengan SOP (Standar Operasional
19
Prosedural) yang sesuai berdasarkan protap, dan petunjuk teknis dan
pelaksanaan Sebelum kegiatan Wide Game ini, penulis melaksanakan
kegiatan hanya di hari Sabtu itupun tidak maksimal sepenuhnya.
Meskipun terkadang kegiatan yang dilakukan hanya sebatas pelaksanaan
berdasarkan surat tugas saja, tetap saja penulis lakukan. Padahal ini
membuat siswa menjadi malas dan tidak tertarik mengikuti
ekstrakurikuler pramuka. Dengan menerapkan metode Wide Game,
siswa tidak hanya mendapat kebermaanfaatan di teori saja,, tetapi juga
diberi kesempatan terbuka untuk mencari materi kepramukaan dari
sumber lain seperti Internet untuk menyelesaikan kasus dalam dinamika
kelompok.
20
3.3 Cara Mengatasi Masalah
Beranjak dari berbagai permasalahan yang dihadapi di atas, agar
siswa dapat merasakan pengalaman belajar yang bermakna dari kegiatan
ekstrakurikuler yang diikuti, serta membiasakannya memiliki nilai-nilai
karakter yang dijiwai semangat Pancasila maka esensi “Wide Games Card,
sebagai media alternatif penanaman nilai nasionalisme berbasis
ekstrakurikuler pramuka sangat penting untuk dilakukan, Beberapa solusi
terkait permasalahan yang ada terkait kajian empirik di lapangan, saya atasi
sebagai berikut :a). Membuat form surat pernyataan orang tua yang
ditandatangani oleh orang tua sebagai ijin siswa untuk mengikuti kegiatan, b).
Menyusun SOP pelaksanaan kegiatan , mengecek keamanan pos-pos yang
akan dilalui siswa untuk menjaga keselamatan dan mencegah kemungkinan
yang terjadi, mengecek ketersediaan sarana dan prasana yang mendukung, c)
Dengan berkoordinasi dengan kepala sekolah sebagai penanggung jawab,
mengajak seluruh rekan guru baik yang telah memiliki sertifikat Pembina
maupun belum untuk ikut berkontribusi dalam kegiatan “Wide Game ini,
sesuai desk job masing-masing ( ada yang bertugas di pos, ada pula yang
mengikuti saat anak-anak melakukan tracking atau perjalanan menjelajah
alam, d). Menanamkan nilai dasar utamanya kemandirian dan kerjasama saat
siswa memecahkan masalah dalam dinamika kelompok karena ini juga akan
merangsang keterampilan berpikir kritis
21
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1 Simpulan
Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
4.1.1 Kegiatan ekstrakurikuler pramuka dengan menggunakan metode
Wide Game, sebagai alternative penanaman nilai karakter yang
dijiwai Pancasila cocok untuk dijadikan Best Practice.
Penerapannya dapat melibatkan seluruh siswa dalam kegiatan
aktif, kreatif dan menyenangkan dan siswa juga dilatih untuk
berkerja sama, berfikir kreatif dalam memecahkan masalah,
berpikir kritis, dan mengkomunikasikan sesuatu.
4.1.2 Melalui SOP, petunjuk teknis dan pelaksanaan yang telah
disusun, metode Wide Card yang dilaksanakan dalam kegiatan
pramuka, tidak hanya berorientasi pada kegiatan yang positif saja,
tetapi juga mengintegrasikan kecakapan abad 21 yang berupa
literasi dan PPK.
4.2 Rekomendasi
Berdasarkan hasil praktik yang dilakukan melalui penerapan metode
Wide Game, berikut disampaikan rekomendasi yang relevan.
4.2.1 Guru seharusnya mengembangkan kegiatan di luar pembelajaran
seperti ekstrakurikuler yang bermakna bagi kehidupan peserta
didik.
4.2.2 Siswa hendaknya dilatih untuk dapat menguasai kecakapan abad
21 dan kemampuan berpikir tingkat tinggi, kerjasama teamwork,
dan kemampuan berkolaborasi. Penguasaan dalam diri siswa
tidak hanya terbatas pada hafalan teori dan pemerolehan
pengetahuan hasil dari penyampaian materi yang diberikan guru.
Pembiasaan siswa tersebut akan membantu siswa menguasai
22
materi secara lebih mendalam sehingga pengetahuan yang
diperoleh melekat dan menyatu pada diri siswa baik dalam
spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilannya.
4.2.3 Sekolah hendaknya menyediakan sarana prasarana yang memadai
dan merekomendasikan guru lain ikut melaksanakan kegiatan -
kegiatan yang bermakna agar kualitas pendidikan dapat tercapai.
23
DAFTAR PUSTAKA
Kahono. 2010. Pembina Pramuka: Memimpin dengan Hati. Salatiga: PT. Puri
Pustaka.
24
LAMPIRAN
25
Foto-Foto kegiatan
26
Kegiatan Penanaman kembali sebagai bagian “Wide Game”
27
Kegiatan Wide Games didampingi guru
28
29