Anda di halaman 1dari 52

ANALISIS KOMPARATIF USAHA MIKRO KECIL MENENGAH

PENGOLAHAN SALAK WEDI DI DESA WEDI KECAMATAN KAPAS


KABUPATEN BOJONEGORO

PROPOSAL

Diajukan untuk Penelitian guna Menyusun Skripsi

Diajukan Oleh:
LUKMAN
NPM : 17024010020

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWATIMUR
SURABAYA
2021
ANALISIS KOMPARATIF USAHA MIKRO KECIL MENENGAH
PENGOLAHAN SALAK WEDI DI DESA WEDI KECAMATAN KAPAS
KABUPATEN BOJONEGORO

Diajukan Oleh :

LUKMAN
NPM : 17024010020

Telah disetujui oleh :

Pembimbing Pendamping Pembimbing Utama

Ir. Eko Priyanto, MP. Dr. Ir. NuriahYuliati, MP.


NIP. 19580311 1985 03 1001 NIP. 19620712 199103 2001
Mengetahui,
Koordinator
Program Studi Agribisnis

Ir. Sri Widayanti. MP


NIP. 19620106 199003 2001

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat penulis panjatkan pada kehadirat Allah SWT

yang telah memberi rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan proposal skripsi ini dengan judul “Analisis Komparatif

UMKM yang Berhasil dan Tidak Berhasil Ditinjau Dari Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Pada UMKM Pengolahan Salak Wedi di

Desa Wedi”. Proposal skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

menempuh ujian Sarjana Agribisnis Progam Sudi Agribisnis di Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam penyusunan proposal skripsi ini, penulis menyadari bahwa proposal

skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan dikarenakan

oleh segala keterbatasan dan kemempuan yang penulis miliki. Namun penulis

berusaha untuk mempersembahkan proposal skripsi ini sebaik-baiknya agar

dapat memiliki manfaat bagi banyak pihak. Oleh karena itu, penulis akan

menerima segala kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan,

dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil, sehingga

proposal skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini dengan

ketulusan hati yang paling dalam, penulis mengucapkan terima kasih yang begitu

besar kepada :

1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis

2. Orang tua tercinta yang selalu memberikan do’a, semangat serta kasih

sayang yang tiada hentinya agar penulis dapat menyelesaikan proposal

skripsi ini

ii
3. Ibu Dr. Ir. Nuriah Yuliati, MP. selaku dosen pembimbing utama yang telah

memberikan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberikan petunjuk,

pengetahuan, bimbingan dan pengarahan selama penyusunan skripsi

4. Bapak Ir. Eko Priyanto, MP. selaku dosen pembimbing pendamping yang

telah memberikan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberikan petunjuk,

pengetahuan, bimbingan dan pengarahan selama penyusunan skripsi

Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih yang

tidak terhingga pada semua pihak yang terlibat, dengan harapan semoga

penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bojonegoro, Februari 2021

Penulis,

LUKMAN

iii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................v
I. PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................6
1.4 Manfaat......................................................................................................6
II. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................7
2.1 Penelitian Terdahulu................................................................................7
2.2 Pengertian Komparasi...........................................................................12
2.3 Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)...............................................12
2.3.1 Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)...........................12
2.3.2 Kriteria Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)..................................15
2.3.3 Karakteristik Usaha Mikro......................................................................16
2.3.4 Kekuatan dan Kelemahan UMKM........................................................17
2.4 Salak........................................................................................................19
2.5 Usaha Pengolahan salak.......................................................................21
2.6 Keberhasilan Usaha...............................................................................23
2.7 Kerangka Pemikiran Penelitian.............................................................25
III. METODE PENELITIAN.........................................................................................29
3.1 Lokasi dan Objek Penelitian..................................................................29
3.2 Teknik Penentuan Sampel....................................................................29
3.3 Teknik Pengumpulan Data....................................................................30
3.4 Definisi dan Pengukuran Variabel........................................................31
3.5 Analisis Data...........................................................................................33

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

v
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris, hal ini didukung dengan

kondisi wilayah Indonesia yang memiliki hamparan tanah yang luas dan juga

iklim Indonesia yang beriklim tropis sehingga sinar matahari dapat terjadi

sepanjang tahun. Sehingga tidak mengherankan apabila Indonesia memiliki

keragaman hayati yang dapat menghasilkan komoditas unggulan yang melimpah

dan berkualitas yang tidak dimiliki oleh negara lainnya.

Kabupaten Bojonegoro memiliki beberapa komoditas potensial yang akan

dikembangkan menjadi komoditas unggulan. Komoditas potensial dapat diukur

dengan berbagai aspek yaitu luasnya areal pertanian, banyaknya petani yang

membudidayakan, pangsa pasar, keuntungan, nilai ekonomi serta sebaran

wilayah yang memproduksi dan juga kesesuaian ekologi (Napitupulu. 2004).

Komoditas unggulan menjadi komoditas yang di prioritaskan untuk di produksi di

suatu wilayah dengan harapan menjadi komoditas yang memiliki unggulan di

bandingkan dengan wilayah lainnya. Salah satu komoditas unggulan Kabupaten

Bojonegoro adalah buah salak. Komoditas salak merupakan salah satu jenis

komoditas unggulan buah tropis asli Indonesia yang produksi tersebar di

beberapa daerah di Indonesia. jenis salak beraneka ragam dan rasanya juga

berbeda beda serta nama buah salak tersebut biasanya diambil dari dimana

buah salak tersebut tumbuh (Anarsis. 2005).

Desa Wedi merupakan salah satu desa di Bojonegoro yang menjadi sentra

produksi salak. Salak yang di produksi di Desa Wedi ini memiliki nama salak

wedi. Dinamakan salak wedi karena salak ini tumbuh dan dihasilkan di Desa

Wedi Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro. Salak wedi merupakan salah

satu salak lokal yang sangat di gemari oleh masyarakat Bojonegoro. Salak wedi

1
2

memiliki beberapa varietas ada yang rasanya manis, sepet, dan asam. Salak

wedi yang mempunyai rasa manis masih bisa bertahan dan mampu bersaing

dengan buah-buah luar Bojonegoro terutama dengan buah salak pondoh.

Namun salak wedi yang mempunyai rasa asam dan kecut tidak mampu bersaing

dan jika dijual harganya sangat rendah. Oleh karena itu perlu dilakukan

pengolahan buah salak wedi yang memiliki kualitas rendah melalui UMKM untuk

meningkatkan nilai tambah dan memeberikan nilai jual dari buah salak wedi

tersebut. Olahan buah salak antara lain kurma salak, madu mongso salak,

manisan salak, kopi biji salak, teh kulit salak, molen salak, sirup salak, dan lain-

lain. Olahan buah salak wedi awalnya belum di ketahui oleh masyarakat luas

sehingga penjualannya masih sedikit. Sejak adanya festival buah salak wedi

yang pertama kali pada tahun 2017 mulailah produk olahan salak wedi dikenal

oleh masyarakat dan permintaan olahan buah salak wedi meningkat bahkan

masyarakat luar Bojonegoro juga membeli produk olahan salak wedi.

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang ada di Bojonegoro

mayoritas memproduksi makanan dan kerajinan tangan. Berada di Kecamatan

Kapas, Desa Wedi menjadi salah satu desa yang memproduksi olahan salak

menjadi berbagai macam olahan. Pada pengamatan awal menurut salah satu

perangkat Desa Wedi sekaligus pelopor pengolahan salak wedi mengatakan

bahwa masyarakat Desa Wedi mengandalkan penghasilan tambahan dari buah

salak. Olahan buah salak wedi sangat dicintai karena ternyata mampu membantu

perekonomian masyarakat sekitar. Pada awalnya dalam kurun waktu sekitar 6

tahun kebelakang, Desa Wedi merupakan desa yang memiliki banyak

pemroduksi olahan salak wedi yaitu terdapat sebanyak 21 UMKM pengolahan

salak wedi. Keuntungan yang cukup menjanjikan serta banyaknya ibu ibu yang

menganggur membuat usaha pengolahan salak wedi cukup diminati sabagai

pekerjaan.
3

UMKM merupakan usaha yang dijalankan oleh perorangan atau badan usaha

untuk memanfaatkan peluang ekonomi kreatif dengan tujuan untuk memperoleh

dan meningkatkan pendapatan. UMKM memiliki peran penting antara lain

mensejahterakan masyarakat, membuka lapangan pekerjaan, wahana

pemerataan ekonomi masyarakat agar tidak terjadi kesenjangan antara

desa/wilayah satu dengan yang lainnya, pasar input dan output produk-produk

UMKM, penghasil devisa, dan peningkatan pendapatan nasional (Renstra

Kemenkop RI. 2012).

Kebijakan pembangunan UMKM diharapkan mampu menyelesaikan masalah

dalam banyak hal dan juga mampu untuk memberikan kontribusi positif yang

signifikan ke berbagai sektor, antara lain membuka lapangan pekerjaan sehingga

dapat menekan pengangguran, menekan tingkat kemiskinan, meratakan proses

pembangunan antar daerah perkotaan dan pedesaan, serta masalah urbanisasi

dengan efek negatifnya. Maka dari itu di Indonesia kebijakan pembangunan

UMKM sering dianggap secara tidak langsung sebagai kebijakan peciptaan

lapangan pekerjaan, kebijakan anti kemiskinan, atau kebijakan restribusi

pendapatan (Tambunan. 2002).

Menurut Subkhan (2020) selaku kepala dusun II Desa Wedi mengatakan

munculnya UMKM pengolahan salak wedi berawal dari ketertarikan salah satu

warga Desa Wedi dengan kemampuan yang didapatkan melalui internet untuk

memanfaatkan buah salak wedi yang memiliki kualitas rendah menjadi berbagai

olahan sebagai sumber pendapatan yang menjanjikan. Dirasa cukup mudah dan

menjanjikan dalam usaha pengolahan salak wedi membuat salah satu warga

yang memiliki kemampuan pengolahan salak wedi memberikan sosialisasi dan

pelatihan terhadap masyarakat Desa Wedi lainnya. Sejak saat itu satu persatu

warga Desa Wedi tertarik untuk usaha mengolah salak wedi dan terus bertambah

dan mencapai puncaknya pada tahun 2018. Saat pemerintah melakukan


4

pelatihan dan sosialisasi serta bantuan mengenai bagi warga Desa Wedi yang

berminat untuk usaha pengolahan salak wedi. Akhirnya banyak warga Desa

Wedi yang sadar berwirausaha dan hal ini berpengaruh pada jumlah

pengangguran yang menurun.

Sayangnya, peran UMKM pengolahan salak wedi dalam mengurangi tingkat

pengangguran di Indonesia tidak berlangsung lama di Desa Wedi. Seiring

bertambahnya tahun, satu persatu UMKM pengolahan salak wedi mulai

meninggalkan produksi. Sebagian dari UMKM pengolahan salak wedi

memutuskan untuk berganti pekerjaan, bahkan memutuskan untuk kembali

menganggur. Hingga pada tahun 2020 hanya tersisa 5 UMKM pengolahan salak

wedi yang masih berproduksi dan berhasil. sedangkan terdapat sebanyak 16

UMKM pengolahan salak yang gagal atau tidak melakukan produksi (Subkhan.

2020).

Keberhasilan dan kegagalan usaha tentunya terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhinya. Dalam hal ini keberhasilan dan kegagalan UMKM

pengolahan salak wedi juga di pengaruhi oleh beberapa faktor. Pengetahuan

faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha dinilai cukup penting demi

keberlanjutan dan keberhasilan usaha agar dapat berkontribusi bagi negara

(Islam et al. 2011). Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang analisis komparatif UMKM pengolahan salak wedi yang

berhasil dan tidak berhasil ditinjau dari faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan usaha.

1.2 Rumusan Masalah

UMKM adalah usaha produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh

perorangan atau kelompok atau badan usaha disemua sektor ekonomi. UMKM

memiliki peran penting antara lain mensejahterakan masyarakat, membuka

lapangan kerja, wahana pemerataan ekonomi masyarakat agar tidak terjadi


5

kesenjangan antara desa/wilayah satu dengan yang lainnya, pasar input dan

output produk-produk UMKM, penghasil devisa, dan peningkatan pendapatan

nasional (Renstra Kemenkop RI. 2012).

UMKM pengolahan salak wedi mencul berawal dari salah satu warga Desa

Wedi yang memiliki inisiatif memanfaatkan buah salak wedi yang memiliki

kualitas rendah dengan pengetahuan pengolahan di dapat melalui internet.

Dirasa cukup mudah dan menjanjikan dalam usaha pengolahan salak wedi,

salah satu warga yang memiliki pengetahuan pengolahan salak wedi

memberikan sosialisasi dan pelatihan kepada warga Desa Wedi lainnya. Sejak

saat itu banyak warga Desa Wedi yang berminat untuk usaha pengolahan salak

wedi dan pada puncaknya pada tahun 2018 terdapat sebanyak 21 UMKM

pengolahan salak wedi.

Seiring bertambahnya tahun, satu persatu UMKM pengolahan salak wedi

mulai meninggalkan produksi. Sebagian dari UMKM pengolahan salak wedi

memutuskan untuk berganti pekerjaan, bahkan memutuskan untuk kembali

menganggur. Hingga pada tahun 2020 hanya tersisa 5 UMKM pengolahan salak

wedi yang masih berproduksi dan berhasil. sedangkan terdapat sebanyak 16

UMKM pengolahan salak yang gagal atau tidak melakukan produksi. Tentunya

terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi berhasil dan tidak

berhasilnya UMKM pengolahan salak wedi. Namun saat ini belum ada pedoman

yang pasti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi berhasil dan tidak

berhasilnya UMKM pengolahan salak wedi ditinjau dari faktor-faktor

keberhasilan usaha menurut storey (1994). Berdasarkan uraian diatas, maka

permasalahan yang dikaji dalam penelitian diatas adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana komparasi karakteristik Usaha Mikro Kecil Menengah pengolahan

salak wedi yang berhasil dan tidak berhasil ?


6

2. Bagaimana komparasi karakteristik pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah

pengolahan salak wedi yang berhasil dan tidak berhasil ?

3. Bagaimana komparasi faktor kontekstual pada Usaha Mikro Kecil Menengah

pengolahan salak wedi yang berhasil dan tidak berhasil ?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui komparasi karakteristik Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah pengolahan salak wedi yang berhasil dan tidak berhasil

2. Untuk mengetahui komparasi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

pengolahan salak wedi yang berhasil dan tidak berhasil

3. Untuk mengetahui komparasi faktor kontekstual pada Usaha Mikro Kecil

Menengah pengolahan salak wedi yang berhasil dan tidak berhasil

1.4 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada pihak

yang berkepentingan yaitu :

1. Bagi Penulis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi kepada

pihak selanjutnya sebagai bahan rujukan dalam penelitian yang berkaitan

dengan komparasi faktor-faktor yang mempengaruhi berhasil dan tidak

berhasilnya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pengolahan salak wedi

2. Bagi UMKM, hasil yang didapatkan selama pelaksanaan penelitian dapat

menjadi bahan masukan bagi pihak UMKM untuk mengoptimalkan

keberlangsungan UMKM dimasa yang akan datang khususnya dalam

keberhasilan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pengolahan salak wedi

3. Bagi Perguruan Tinggi, sebagai tambahan referensi yang dapat dijadikan

perbendaharaan ilmu dan pengetahuan terutama tulisan mahasiswa yang


7

dapat direkomendasikan di perguruan tinggi dan dapat dijadikan sebagai

acuan untuk penulisan karya sejenis.


II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu

1. Kadek Agus Suarmawan (2015) dalam jurnalnya yang berjudul “Analisis

Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Mikro dan Kecil (Studi Pada

Kerajinan Ingka Di Desa Bulian, Kecamatan Kubutambahan)”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam faktor yang mempengaruhi

keberhasilan usaha yakni, komitmen sebesar 73,522%, pengalaman

sebesar 14,998%, keuangan sebesar 7,857%, lokasi usaha sebesar 2,336%,

motivasi sebesar 0,909%, dan kemampuan usaha sebesar 0,376%.

Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Kadek Agus Suarmawan yaitu sama sama meneliti faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan Usaha Mikro dan Kecil (UKM). Namun terdapat

perbedaan yaitu pada penelitian ini juga meneliti faktor-faktor yang

mempengaruhi tidak berhasilnya UMKM. Dan keistimewaan dalam penelitian

ini yaitu mengkomparasikan faktor yang mempengaruhi berhasil dan tidak

berhasilnya UMKM pengolahan salak wedi.

2. Lies Indriyatni (2013) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul “Analisis

Faktor Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keberhasilan Usaha Mikro

danKecil (Studi pada Usaha Kecil di Semarang Barat)”. Hasil penelitiannya

adalah dana kerja, keterampilan, dan lokasi usaha berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pencapaian usaha mikro dan kecil untuk mendapat

keuntungan. Diantara ketiga faktor tersebut, lokasi usaha merupakan faktor

yang paling berpengaruh dengan koefisien 0,24.

Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lies

Indriyatni yaitu sama sama meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan UMKM. Namun terdapat perbedaan yaitu pada penelitian ini

7
8

juga meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi tidak berhasilnya UMKM. Dan

keistimewaan dalam penelitian ini yaitu mengkomparasikan faktor yang

mempengaruhi berhasil dan tidak berhasilnya UMKM pengolahan salak wedi.

3. Bella Nandita, dkk (2018) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul Faktor-

Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Usaha UMKM Pengolahan Buah

dan Pengolahan Susu. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis

deskriptif dan regresi linear berganda. Regresi linear berganda digunakan

untuk menganalisis faktor-faktor yang signifikan memengaruhi keberhasilan

usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pelaku usaha,

karakteristik usaha, kebijakan pemerintah dan pemasaran kewirausahaan

secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

keberhasilan usaha. Secara parsial kebijakan pemerintah dan pemasaran

kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan

usaha.

Persamaan penelitian ini dengan penelitianyang dilakukan oleh Bella Nandita

dkk adalah sama sama meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan usaha. Namun terdapat perbedaan yaitu pada penelitian ini juga

meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi tidak berhasilnya UMKM. Dan

keistimewaan dalam penelitian ini yaitu mengkomparasikan faktor yang

mempengaruhi berhasil dan tidak berhasilnya UMKM pengolahan salak wedi.

4. Fitria Lestari (2013) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh jiwa

kewirausahaan dan kreativitas terhadap keberhasilan usaha pada sentra

industri Rajutan Binong Jati Bandung”. Hasil penelitiannya adalah terdapat

pengaruh yang signifikan antara jiwa kewirausahaan dan kreativitas terhadap

keberhasilan usaha pada sentra industri Rajutan Binong Jati Bandung.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitria Lestari

terletak pada topik penelitian yaitu sama sama meneliti tentang faktor yang
9

mempengaruhi keberhasilan usaha. Namun terdapat perbedaan yaitu pada

penelitian ini juga meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi tidak berhasilnya

UMKM. Dan keistimewaan dalam penelitian ini yaitu mengkomparasikan

faktor yang mempengaruhi berhasil dan tidak berhasilnya UMKM pengolahan

salak wedi.

5. Indarti N dan Marja L (2004) dengan judul penelitiannya yang berjudul

Factors Affecting Business Success among SMEs : empirical evidences from

Indonesia. Hasil penelitiannya dapat disimpulkan yaitu bahwa pemasaran,

teknologi, dan akses modal mempengaruhi keberhasilan usaha secara

signifikan positif, sedangkan legalitas berpengaruh negatif terhadap

keberhasilan usaha. Berdasarkan hasil penelitiannya terdapat saran bahwa

untuk menjadi UMKM yang berhasil, pelaku usaha harus lebih

memperhatikan perbaikan strategi pemasaran, teknologi yang lebih maju,

dan mendapatkan modal.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Indarti N dan

Marja L terletak pada topik penelitian yaitu sama sama meneliti faktor-faktor

yang mempengaruhi keberhasilan usaha. Namun terdapat perbedaan yaitu

pada penelitian ini juga meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi tidak

berhasilnya UMKM. Dan keistimewaan dalam penelitian ini yaitu

mengkomparasikan faktor yang mempengaruhi berhasil dan tidak berhasilnya

UMKM pengolahan salak wedi.

6. Ganyaupfu (2013) dengan judul penelitiannya yang berjudul Entrepreneur

and firm characteristics affecting success of small and medium enterprises

(SMEs) in Gauteng Province. Hasil penelitiannya yaitu kemampuan

manajerial, kualifikasi pendidikan, pengalaman kerja, lokasi, ukuran usaha,

dan lama usaha secara statistik memiliki efek positif yang signifikan terhadap
10

keberhasilan terhadap usaha kecil dan menengah di wilayah penelitian.

Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi multivariate.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Ganyaupfu

terletak pada topik penelitian yaitu sama sama meneliti faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan usaha. Namun terdapat perbedaan yaitu pada

penelitian ini juga meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi tidak berhasilnya

UMKM. Dan keistimewaan dalam penelitian ini yaitu mengkomparasikan

faktor yang mempengaruhi berhasil dan tidak berhasilnya UMKM pengolahan

salak wedi.

7. Islam et al (2010) dengan judul penelitian yang berjudul Factors Affecting

Business Success of Small & Medium Enterprises (SMEs) in Thailand. Hasil

penelitian ini menemukan bahwa karakteristik UMKM, pelanggan dan pasar,

cara menjalankan usaha, sumber dan keuangan, dan lingkungan eksternal

berpengaruh signifikan positif terhadap keberhasilan usaha UMKM di

Thailand.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Islam et al

(2010) terletak pada topik penelitian secara keseluruhan yaitu sama sama

meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha.

Namun terdapat perbedaan yaitu pada penelitian ini juga meneliti faktor-

faktor yang mempengaruhi tidak berhasilnya UMKM. Dan keistimewaan

dalam penelitian ini yaitu mengkomparasikan faktor yang mempengaruhi

berhasil dan tidak berhasilnya UMKM pengolahan salak wedi.

9. Lia Arliani, dkk (2019) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul Pengaruh

Perilaku Pelaku Usaha dan Modal Usaha Terhadap Keberhasilan UMKM Di

Desa Tukad Sumaga Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng. Hasil

penelitiannya adalah hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh

perilaku pelaku usaha terhadap keberhasilan usaha yang ditunjukkan dengan


11

nilai probabilitas uji t yang lebih kecil dari α = 0,05, ada pengaruh modal

usaha terhadap keberhasilan usaha yang ditunjukkan dengan nilai

probabilitas uji t 0,000 yang lebih kecil dari α = 0,05, dan ada pengaruh

perilaku pelaku usaha dan modal usaha terhadap keberhasilan usaha yang

ditunjukkan dengan nilai probabilitas uji F 0,000 yang lebih kecil dari α = 0,05.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Lia Arliani

terletak pada topik penelitian yaitu sama sama meneliti faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan usaha. Namun terdapat perbedaan yaitu pada

penelitian ini juga meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi tidak berhasilnya

UMKM. Dan keistimewaan dalam penelitian ini yaitu mengkomparasikan

faktor yang mempengaruhi berhasil dan tidak berhasilnya UMKM pengolahan

salak wedi.

10. Muhammad Yusri Ali dan Dr. David Sukardi Kodrat, M.M,CPM (Asia) (2017)

dalam jurnal penelitiannya yang berjudul faktor-faktor penyebab kegagalan

bisnis pada perusahaan mitra jaya abadi. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan uji validitas dan reliabilitas,

hasil penelitian menunjukkan faktor penyebab kegagalan bisnis pada

perusahaan Mitra Jaya Abadi adalah strategi dan faktor komunikasi dalam

perusahaan.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad

Yusri Ali dan Dr. David Sukardi Kodrat, M.M,CPM (Asia) yaitu sama-sama

ingin mengathui faktor kegagalan usaha. Namun Namun terdapat perbedaan

yaitu pada penelitian ini juga meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi

berhasilnya UMKM. Dan keistimewaan dalam penelitian ini yaitu

mengkomparasikan faktor yang mempengaruhi berhasil dan tidak berhasilnya

UMKM pengolahan salak wedi.


12

2.2 Pengertian Komparasi

Komparasi adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban

secara mendasar tentang sebab akibat, yang kemudian dilakukan analisis

dengan uji perbandingan. Komparasi juga merupakan salah satu metode

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan variabel

antara suatu kelompok dengan kelompok lainnya (Nazir. 2005).

Komparasi merupakan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mngetahui

dan/atau menguji perbedaan dua kelompok atau lebih. Penelitian komparasi juga

merupakan penelitian yang dilakukan untuk membandingkan suatu variabel

(objek penelitian), antara subjek yang berbeda atau waktu yang berbeda dan

menemukan hubungan sebab akibatnya (Daniel. 2002).

2.3 Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

2.3.1 Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

Di Indonesia, definisi UMKM diatur dalam Undang-Undang Republik

Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM. Pasal 1 dari UU terebut,

dinyatakan bahwa Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kriteria usaha mikro

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tersebut. Usaha kecil adalah usaha

ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan

atau badan usaha yang buka merupakan anak perusahan atau bukan anak

cabang yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak

langsung, dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha

kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tersebut.

Sedangkan usaha mikro adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung, dari usaha
13

mikro, usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha mikro

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tersebut. Di dalam Undang-

Undang tersebut, kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan UMKM seperti

yang tercantum dalam Pasal 6 adalah nilai kekayaan bersih atau nilai aset tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau hasil penjualan tahunan.

Dengan kriteria sebagai berikut :

1. Usaha mikro adalah unit usaha yang memiliki aset paling banyak Rp50 juta

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dengan hasil penjualan

tahunan paling besar Rp300 juta.

2. Usaha kecil dengan nilai aset lebih dari Rp50 juta sampai dengan paling

banyak Rp500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300 juta hingga maksimum

Rp2.500.000.

3. Usaha menengah adalah perusahaan dengan nilai kekayaan bersih lebih dari

Rp500 juta hingga paling banyak Rp100 milyar hasil penjualan tahunan di

atas Rp.2,5 milyar sampai paling tinggi Rp50 milyar.

Selain menggunakan nilai moneter sebagai kriteria, sejumlah lembaga

pemerintahan seperti Departemen Perindustrian dan Badan Pusat Statistik

(BPS), selama ini juga menggunakan jumlah pekerja sebagai ukuran untuk

membedakan skala usaha antara usaha mikro,usaha kecil, usaha menengah dan

usaha besar. Misalnya menurut Badan Puat Statistik (BPS), usaha mikro adalah

unit usaha dengan jumlah pekerja tetap hingga 4 orang, usaha kecil antara 5

sampai 19 pekerja, dan usaha menengah dari 20 sampai dengan 99 orang.

Perusahaan-perusahaan dengan jumlah pekerja di atas 99 orang masuk dalam

kategori usaha besar.

Usaha mikro kecil dan menengah merupakan pemain utama dalam kegiatan

ekonomi di Indonesia. Masa depan pembangunan terletak pada kemampuan


14

usaha mikro kecil dan menengah untuk berkembang mandiri. Kontribusi usaha

mikro kecil dan menengah pada GDP di Indonesia tahun 1999 sekitar 60%,

dengan rincian 42% merupakan kontribusi usaha kecil dan mikro, serta 18%

merupakan usaha menengah.

Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sangat penting

dan strategis dalam mengantisipasi perekonomian kedepan terutama dalam

memperkuat struktur perekonomian nasional. Adanya krisis perekonomian

nasional seperti sekarang ini sangat mempengaruhi stabilitas nasional, ekonomi

dan politik yang imbasnya berdampak pada kegiatan-kegiatan usaha besar yang

semakin terpuruk, sementara UMKM serta koperasi relatif masih dapat

mempertahankan kegiatan usahanya.

Secara umum, tujuan atau sasaran yang ingin dicapai adalah terwujudnya

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang tangguh dan mandiri yang

memiliki daya saing tinggi dan berperan utama dalam produksi dan distribusi

kebutuhan pokok, bahan baku, serta dalam permodalan untuk menghadapi

persaingan bebas.

UMKM adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh

orang perorangan atau badan usaha di semua sektor ekonomi. Pada prinsipnya,

pembedaan antara Usaha Mikro (UMI), Usaha Kecil (UK), Usaha Menengah

(UM), dan Usaha Besar (UB) umumnya didasarkan pada nilai aset awal (tidak

termasuk tanah dan bangunan), omset rata-rata per tahun, atau jumlah pekerja

tetap. Namun definisi UMKM berdasarkan tiga alat ukur ini berbeda menurut

negara. Karena itu, memang sulit membandingkan pentingnya atau peran UMKM

antar negara.
15

2.3.2 Kriteria Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 UMKM memiliki kriteria

sebagai berikut:

1. Usaha Mikro, yaitu usaha produktif milik`orang perorangan atau badan usaha

milik perorangan yang memenuhi kriteria yakni:

1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000 (lima puluh juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000 (tiga ratus

juta rupiah)

2. Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah

atau usaha besar yang memenuhi kriteria yakni:

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah).

3. Usaha Menengah, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil

atau usaha besar yang memenuhi kriteria:


16

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus

juta`rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh

milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UMKM

berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan usaha yang memiliki

jumlah tenaga kerja 5 orang samapai dengan 19 orang, sedangkan usaha

menengah merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 20 orang sampai

dengan 99 orang. Menurut Kementrian Keuangan, berdasarkan Keputusan

Menteri Keuangan Nomor 316/KMK 016/1994 tanggal 27 Juni 1994 bahwa

Usaha Kecil sebagai perorangan/badan usaha yang telah melakukan kegiatan

/usaha yang mempunyai penjualan/omset per tahun setinggi-tingginya

Rp.600.000.000 atau asset (aktiva) setinggi-tingginya Rp600.000.000 (diluar

tanah dan bangunan yang ditempati). Contohnya Firma, CV, PT, dan Koperasi

yakni dalam bentuk badan usaha. Sedangkan contoh dalam bentuk perorangan

antara lain pengrajin industri rumah tangga, peternak, nelayan, pedagang barang

dan jasa dan yang lainnya.

2.3.3 Karakteristik Usaha Mikro

Usaha kecil di Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk

dikembangkan karena pasar yang luas, bahan baku yang mudah didapat serta

sumber daya manusia yang besar merupakan variabel pendukung

perkembangan dari usaha kecil tersebut akan tetapi perlu dicermati beberapa hal

seiring perkembangan usaha kecil rumahan seperti: perkembangan usaha harus

diikuti dengan pengelolaan manajemen yang baik, perencanaan yang baik akan

meminimalkan kegagalan, penguasaan ilmu pengetahuaan akan menunjang


17

keberlanjutan usaha tersebut, mengelola sistem produksi yang efisien dan efektif,

serta melakukan terobosan dan inovasi yang menjadikan pembeda dari pesaing

merupakan langkah menuju keberhasilan dalam mengelola usaha tersebut.

Dalam buku Pandji Anoraga diterangkan bahwa secara umum, sektor

usaha memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Sistem pembukuan yang relatif administrasi pembukuan sederhana dan

cenderung tidak mengikuti kaidah admistrasi pembukuan standar.

Kadangkala pembukuan tidak di up to date sehingga sulit untuk menilai kerja

usahanya.

2. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi.

3. Modal terbatas

4. Pengalaman menejerial dalam mengelola perusahaan masih sangat terbatas.

5. Skala ekonomi yang terlalu kecil sehingga sulit mengharapkan untuk mampu

menekan biaya mencapai titik efisieni jangka panjang.

6. Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta diversifikasi pasar sangat

terbatas.

7. Kemampuan untuk sumber dana dari pasar modal terendah, mengingat

keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk mendapatkan dana

dipasar modal, sebuah perusahaan harus mengikuti sistem administrasi

standar dan harus transparan.

Karakteristik yang dimiliki oleh usaha mikro menyiratkan adanya kelemahan

kelemahan yang sifatnya potensial terhadap timbulnya masalah. Hal ini

menyebabkan berbagai masalah internal terutama yang berkaitan dengan

pendanaan yang tampaknya sulit untuk mendapatkan solusi yang jelas.

2.3.4 Kekuatan dan Kelemahan UMKM

UMKM memiliki beberapa kekuatan potensial yang merupakan andalan

yang menjadi basis pengembangan pada masa yang akan datang adalah:
18

1. Penyediaan lapangan kerja peran industri kecil dalam penyerapan tenaga

kerja patut diperhitungkan, diperkirakan maupun menyerap sampai dengan

50% tenaga kerja yang tersedia.

2. Sumber wirausaha baru keberadaan usaha kecil dan menengah selama ini

terbukti dapat mendukung tumbuh kembangnya wirausaha baru

3. Memiliki segmen usaha pasar yang unik, melaksanakan manajemen

sederhana dan fleksibel terhadap perubahan pasar

4. Memanfaatkan sumber daya alam sekitar, industri kecil sebagian besar

memanfaatkan limbah atau hasil sampai dari industri besar atau industri yang

lainnya

5. Memiliki potensi untuk berkembang. Berbagai upaya pembinaan yang

dilaksanakan menunjukkan hasil yang menggambarkan bahwa industri kecil

mampu untuk dikembangkan lebih lanjut dan mampu untuk mengembangkan

sektor lain yang terkait.

Kelemahan, yang sering juga menjadi faktor penghambat dan permasalahan dari

Usaha Mikro terdiri dari 2 faktor:

1. Faktor Internal

Faktor internal, merupakan masalah klasik dari UMKM yaitu diantaranya:

1) Masih terbatasnya kemampuan sumber daya manusia.

2) Kendala pemasaran produk sebagian besar pengusaha Industri Kecil

lebih memperioritaskan pada aspek produksi sedangkan fungsi-fungsi

pemasaran kurang mampu dalam mengakseskannya, khususnya dalam

informasi pasar dan jaringan pasar, sehingga sebagian besar hanya

berfungsi sebagai tukang saja.

3) Kecenderungan konsumen yang belum mempercayai mutu produk

Industri Kecil.
19

4) Kendala permodalan usaha sebagian besar Industri Kecil memanfaatkan

modal sendiri dalam jumlah yang relatif kecil.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan masalah yang muncul dari pihak pengembang

dan pembina UMKM. Misalnya solusi yang diberikan tidak tepat sasaran tidak

adanya monitoring dan program yang tumpang tindih.

Dari kedua faktor terebut munculah kesenjangan diantara faktor internal dan

eksternal, yaitu disisi perbankan, BUMN dan lembaga pendamping lainnya sudah

siap dengan pemberian kredit, tapi UMKM mana yang diberi, karena berbagai

ketentuan yang harus dipenuhi oleh UMKM. Disisi lain UMKM juga mengalami

kesulitan mencari dan menentukan lembaga mana yang dapat membantu

dengan keterbatasan yang mereka miliki dan kondisi ini ternyata masih

berlangsung meskipun berbagai usaha telah diupayakan untuk memudahkan

bagi para pelaku UMKM memperoleh kredit, dan ini telah berlangsung 20 tahun.

Pola yang ada sekarang adalah masing-masing lembaga/institusi yag memiliki

fungsi yang sama tidak berkoordinasi tapi berjalan sendiri-sendiri, apakah itu

perbankan, BUMN, departemen, LSM, perusahaan swasta. Disisi lain dengan

keterbatasannya UMKM menjadi penopang perekonomian menjadi roda

perekonomian menjadi kenyataan.

2.4 Salak

Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis. Salak merupakan

tanaman asli Indonesia. Oleh karena itu, bila kita bertanam salak berarti kita

melestarikan dan meningkatkan produksi negeri sendiri. Tanaman salak

termasuk golongan tanaman berumah dua (dioecus), artinya jenis tanaman yang

membentuk bunga jantan pada tanaman terpisah dari bunga betinanya. Dengan

kata lain, setiap tanaman memiliki satu jenis bunga atau disebut tanaman

berkelamin satu (unisexualis) (Soetomo, 2001).


20

Nama dagang Internasional untuk buah asli Indonesia ini tergolong unik,

snake fruit. Julukan ini diberikan pada buah salak mungkin karena kulit buahnya

yang tersusun seperti ular (Redaksi Agromedia, 2007). Tanaman salak dapat

ditanam di daerah dataran rendah mulai dari tanah ngarai, daerah pesisir dan

tepi pantai sampai ke dataran tinggi di lereng-lereng bukit atau pegunungan

sampai pada ketinggian 750 meter di atas permukaan laut. Salak akan tumbuh

dengan baik di daerah dengan curah hujan rata-rata per tahun 200-400

mm/bulan. Curah hujan rata-rata bulanan lebih dari 100 mm sudah tergolong

dalam bulan basah. Berarti salak membutuhkan tingkat kebasahan atau

kelembaban yang tinggi. Tanaman salak tidak tahan terhadap sinar matahari

penuh (100%), tetapi cukup 50-70%, karena itu diperlukan adanya tanaman

peneduh. Suhu yang paling baik antara 20-30°C. Salak membutuhkan

kelembaban tinggi, tetapi tidak tahan genangan air.

Tanaman salak menyukai tanah yang subur, gembur dan lembab. Derajat

keasaman tanah (pH) yang cocok untuk budidaya salak adalah 4,5 - 7,5. Kebun

salak tidak tahan dengan genangan air. Untuk pertumbuhannya membutuhkan

kelembaban tinggi. Jenis salak bermacam-macam. Umumnya orang menyebut

jenis salak dengan mengambil nama daerah asal salak salak atau nama tempat

di mana salak itu tumbuh. Misalnya Salak Condet, Salak Madura, Salak Bali,

Salak Pondoh, Salak Manonjaya, Salak Ambarawa, Salak Padangsidempuan,

Salak Merak, Salak Bango, Salak hutan. Namun ada juga yang menyebutkan

jenis salak berdasarkan rasanya seperrti Salak gula Pasir, Salak Nangka, Salak

Nenas, Salak Madu dan ada juga orang yang memberikan nama kepada salak ini

berdasarkan nama orang yang mengenalkan atau mempopulerkannya seperti

Salak Doli, salak Damang, dan Salak sari.

Secara umum di Indonesia ada tiga jenis salak yang termasuk dalam

kelompok Salacca edulis. Pembagiannya didasarkan pada bentuk tanaman,


21

bentuk buah dan rasanya. Ketiga jenis salak ini adalah jenis salak

Padangsidimpuan, Salak Bali, dan salak Madura. Sedangkan untuk jenis-jenis

lain yang diemukakan belakangan ini sebagai salak unggul adalah hasil

persilangan dari ketiga jenis salak tersebut.

Menurut Prihatman (2000), buah salak memiliki kandungan gizi yang cukup

tinggi, diantaranya karbohindrat, protein, kalsium, fosfor dan zat besi. Sedangkan

menurut Widuri (2013) buah salak merupakan sumber mineral yaitu terdiri dari

kalsium 28 mg, fosfor 18 mg, dan zat besi 4,2 mg dari 100 g bagian yang daoat

dimakan.

Buah salak mempunyai banyak vitamin yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.

Manfaat buah salak antara lain untuk kesehatan mata. Kandungan betakaroten

yang cukup tinggi dalam buah salak dapat menjaga kesehatan mata.Selain itu,

salak bisa juga digunakan untuk mencegah penyakit diare (Ong dan Law, 2009).

Banyak orang menggunakan salak untuk mengobati diare. Kandungan gizi

dalam sebuah salak antara lain adalah protein, karbohidrat, kalsium, zat besi,

fosfor dan kalsium. Sedangkan untuk vitaminnya, buah salak mengandung

banyak sekali vitamin C yang dibutuhkan oleh tubuh (Ong dan Law, 2009). Buah

salak juga dikenal dapat menjaga kesehatan otak.Kandungan potassium dalam

buah salak sangat dibutuhkan oleh sistim saraf untuk meningkatkan kinerja otak.

Apabila otak dapat bekerja dengan baik, maka organorgan tubuh lainnya juga

akan berfungsi dengan baik tanpa masalah. Pada buah salak terdapat kulit ari

yang sangat tipis yang berkhasiat untuk memperlancar Buang Air Besar (BAB).

2.5 Usaha Pengolahan salak

Untuk menghasilkan penghasilan yang lebih baik dari sebuah aktivitas

pertanian, perlu adanya modifikasi dari setiap komoditas yang dihasilkan. Bentuk

modifikasi tersebut bisa berupa pengolahan komoditas pertanian menjadi


22

barang/sesuatu yang memiliki nilai lebih. Salah satu aktifitas tersebut adalah

dengan melakukan agroindustri.

Komponen pengolahan hasil pertanian menjadi penting karena

pertimbangan sebagai berikut :

1. Meningkatkan Nilai Tambah

Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengolahan yang baik oleh

produsen dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian yang

diproses. Kegiatan petani hanya dilakukan oleh petani yang mempunyai

fasilitas pengolahan (pengupasan, pengirisan, tempat penyimpanan,

keterampilan mengolah hasil, mesin pengolah, dan lain-lain). Sedangkan bagi

pengusaha ini menjadikan kegiatan utama, karena dengan pengolahan yang

baik maka nilai tambah barang pertanian meningkat sehingga mampu

menerobos pasar, baik pasar domestik maupun pasar luar negeri.

2. Kualitas Hasil

Salah satu tujuan dari hasil pertanian adalah meningkatkan kualitas. Dengan

kualitas hasil yang lebih baik, maka nilai barang menjadi lebih tinggi dan

keinginan konsumen menjadi terpenuhi. Perbedaan kualitas bukan saja

menyebabkan adanya perbedaan segmentasi pasar tetapi juga

mempengaruhi harga barang itu sendiri.

3. Penyerapan Tenaga Kerja

Bila pengolahan hasil dilakukan, maka banyak tenaga kerja yang diserap.

Komoditas pertanian tertentu kadang-kadang justru menuntut jumlah tenaga

kerja yang relatif besar pada kegiatan pengolahan

4. Meningkatkan Keterampilan

Dengan keterampilan mengolah hasil, maka akan terjadi peningkatan

keterampilan secara kumulatif sehingga pada akhirnya juga akan

memperoleh hasil penerimaan usahatani yang lebih besar.


23

5. Peningkatan Pendapatan

Konsekuensi logis dari pengolahan yang lebih baik akan menyebabkan total

penerimaan yang lebih tinggi. Bila keadaan memungkinkan, maka sebaiknya

petani mengolah sendiri hasil pertaniannya ini untuk mendapatkan kualitas

hasil penerimaan atau total keuntungan yang lebih besar (Soekartawi, 1991).

2.6 Keberhasilan Usaha

Menurut Suyatno (2010) keberhasilan usaha industri kecil dipengaruhi oleh

berbagai faktor. Kinerja usaha perusahaan merupakan salah satu tujuan dari

setiap pengusaha. Kinerja usaha industri kecil dapat diartikan sebagai tingkat

keberhasilan dalam pencapaian maksud atau tujuan yang diharapkan. Sebagai

ukuran keberhasilan usaha suatu perusahaan dapat dilihat dari berbagai aspek,

seperti :kinerja keuangan dan image perusahaan.

Erliah (2007) mengatakan bahwa “suatu usaha dikatakan berhasil di dalam

usahanya apabila setelah jangka waktu tertentu usaha tersebut mengalami

peningkatan baik dalam permodalan, skala usaha, hasil atau laba, jenis usaha

atau pengelolaan”. Menurut Sony Heru Priyanto (2009) sesorang yang memiliki

kewirausahaan tinggi dan digabung dengan kemampuan manajerial yang

memadai akan menyebabkan dia sukses dalam usahanya.

Menurut Ina Primiana (2009) mengemukakan bahwa “Keberhasilan usaha

adalah permodalan sudah terpenuhi, penyaluran yang produktif dan tercapainya

tujuan organisasi”. Algifari (2003) mengatakan bahwa “Keberhasilan usaha dapat

dilihat dari efisiensi proses produksi yang dikelompokkan berdasarkan efisiensi

secara teknis dan efisiensi secara ekonomis”. Henry Faizal Noor (2007)

mengemukakan bahwa “Keberhasilan usaha pada hakikatnya adalah

keberhasilan dari bisnis mencapai tujuannya, suatu bisnis dikatakan berhasil bila

mendapat laba, karena laba adalah tujuan dari seseorang melakukan bisnis”.

Sehingga, dapat diketahui bahwa definisi keberhasilan usaha adalah


24

keberhasilan dari binis mencapai tujuannya, dimana keberhasilan tersebut

didapatkan dari wirausaha yang memiliki otak yang cerdas, yaitu kreatif,

mengikuti perkembangan teknologi dan dapat menerapkan secara proaktif dan

hal tersebut terlihat dari usaha wirausaha dimana suatu keadaan usahanya yang

lebih baik dari periode produksi yang dikelompokkan berdasarkan efisiensi

secara teknis dan efisiensi secara ekonomis, target perusahaan yang ditentukan

oleh manajer-pemilik usaha, permodalan, skala usaha, hasil atau laba, jenis

usaha atau pengolahan, kinerja keuangan, serta image perusahaan.

Menurut Suryana (2008) Keberhasilan atau kegagalan wirausaha dipengaruhi

oleh sifat dan kepribadiannya. Ciri kewirausahaan dalam hal ini yaitu, memiliki

keinginan yang kuat untuk berdiri sendiri, memiliki kemauan untuk mengambil

risiko, memiliki kemampuan untuk belajar dari pengalaman, mampu memotivasi

terhadap diri sendiri, memiliki semangat untuk bersaing, memiliki orientasi untuk

kerja keras, memiliki kepercayaan diri yang besar, memiliki dorongan untuk

berprestasi , tingkat energi yang tinggi, tegas, yakin terhadap kemampuan diri

yang besar merupakan salah satu ukuran untuk memperoleh hasil. Ukuran

lainnya, ialah mempunyai dorongan (motivasi) yang kuat untuk terus berjuang

mencari peluang hingga memperoleh hasil.

Keberhasilan usaha dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor ini

jika tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan usaha mengalami kegagalan

atau ketidak berhasilan. Terdapat beberapa ahli yang menyebutkan faktor-faktor

yang mempengaruhi keberhasilan usaha.

Menurut Suyatno (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha

yaitu :

1. Motivasi Usaha

2. Jiwa Kewirausahaan

3. Inovasi
25

4. Promosi

Sedangkan menurut Imron (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan

usaha adalah :

1. Modal

2. Jumlah tenaga kerja

3. Tingkat pendidikan

4. Pengalaman

5. Lama jam kerja

Basrowi (2011) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan

usaha adalah sebagai berikut :

1. Motivasi

2. Usia

3. Pengalaman

4. Pendidikan

Menurut Storey (1994) faktor yang mempengaruhi berhasil dan tidak berhasil

usaha adalah sebagai berikut :

1. Karakteristik Usaha

2. Karakteristik pelaku usaha

3. Variabel kontekstual

Berdasarkan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha

menurut ahli diatas, dalam penelitian ini menggunakan faktor-faktor keberhasilan

usaha menurut teori Storey (1994) yaitu karakteristik usaha, karakteristik pelaku

usaha, dan variabel kontekstual.

2.7 Kerangka Pemikiran Penelitian

Usaha Mikro Kecil Menengah pengolahan salak wedi merupakan UMKM

yang mengolah salak wedi yang mempunyai rasa asam dan kecut menjadi

berbagai macam olahan seperti dodol salak, kurma salak, manisan salak, dan
26

lain-lain sehingga dapat memberikan nilai tambah. Munculnya UMKM

pengolahan salak wedi berawal dari ketertarikan salah satu warga Desa Wedi

untuk memanfaatkan buah salak wedi yang memiliki kualitas rendah menjadi

berbagai olahan sebagai sumber pendapatan yang menjanjikan. Dirasa cukup

mudah dan menjanjikan dalam usaha pengolahan salak wedi membuat salah

satu warga yang memiliki kemampuan pengolahan salak wedi memberikan

sosialisasi dan pelatihan terhadap masyarakat Desa Wedi lainnya. Sejak saat itu

satu persatu warga Desa Wedi tertarik untuk usaha mengolah salak wedi dan

terus bertambah dan mencapai puncaknya pada tahun 2018 yaitu sebanyak 21

UMKM pengolahan salak wedi. Hal ini berpengaruh terhadap jumlah

pengangguran yang menurun.

Sayangnya, peran UMKM pengolahan salak wedi dalam mengurangi tingkat

pengangguran di Indonesia tidak berlangsung lama di Desa Wedi. Seiring

bertambahnya tahun, satu persatu UMKM pengolahan salak wedi mulai

meninggalkan produksi. Hingga pada tahun 2020 hanya tersisa 5 UMKM

pengolahan salak wedi yang masih berproduksi dan berhasil. sedangkan

terdapat sebanyak 16 UMKM pengolahan salak yang gagal atau tidak melakukan

produksi.

Keberhasilan dan kegagalan usaha dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Tentunya terdapat perbedaan antara faktor yang mempengaruhi berhasil dan

tidaknya UMKM pengolahan salak wedi yang ditinjau dari faktor-faktor

keberhasilan usaha menurut Storey (1994) yaitu karakteristik usaha, karakteristik

pelaku usaha, dan variabel kontekstual. Karakteristik usaha dapat dilihat dari

UMKM dapat dilihat dari beberapa hal yaitu asal perusahaan, lama waktu

beroperasi, ukuran usaha, sumber modal, dan lokasi. Karakteristik pelaku usaha

dapat dilihat dari umur, jenis kelamin, pengalaman kerja, pendidikan, sikap, dan

mental pengusaha. Sedangkan variabel kontekstual dapat dilihat dari


27

pemasaran, teknologi, akses informasi, legalitas, akses modal, dukungan

pemerintah, rencana bisnis, tim manajemen, persaingan dan inovasi. Dengan

menggunakan alat analisis deskriptif komparatif melalui pendekatan kualitatif

dengan hasilnya yaitu mengetahui perbedaan atau komparasi antara faktor yang

mempengaruhi berhasilnya UMKM pengolahan salak wedi dan faktor yang

mempengaruhi tidak berhasilnya UMKM pengolahan salak wedi yang ditinjau dari

karakteristik UMKM, karakteristik pelaku UMKM, dan variabel kontekstual. Hasil

dari penelitian ini adalah berupa informasi bagi UMKM pengolahan salak wedi

yang tidak berhasil mengenai faktor keberhasilan usaha dari UMKM yang

berhasil. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada gambar berikut :


28

UMKM Pengolahan
salak wedi

Fenomena :

Berhasil dan tidak berhasil UMKM


Pengolahan salak wedi

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berhasil dan


tidak berhasilnya UMKM Pengolahan salak wedi

(Storey. 1994)

Karakteristik Karakteristik Faktor


usaha pelaku usaha kontekstual

Analisis deskriptif komparatif


Pendekatan Kualitatif

Mengetahui komparasi faktor-faktor yang


mempengaruhi berhasil dan tidak berhasil
UMKM pengolahan salak wedi

Informasi bagi UMKM pengolahan salak wedi


yang tidak berhasil mengenai faktor
keberhasilan usaha dari UMKM yang berhasil

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian


III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di UMKM pengolahan salak wedi yaitu suatu

agroindustri yang mengolah salak wedi yang berkualitas rendah, yang memiliki

rasa asam dan sepet menjadi berbagai macam olahan dengan tujuan

meningkatkan nilai tambah dan mendapatkan keuntungan dari buah salak wedi

yang memiliki kualitas rendah yang terletak di Desa Wedi Kecamatan Kapas

Kabupaten Bojonegoro. Berhasil dan tidak berhasilnya UMKM pengolahan salak

wedi di pengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Apabila UMKM pengolahan salak

wedi mampu mencapai keberhasilannya maka dapat meningkat kesejahteraan

ekonomi bagi pelaku usaha dan masyarakat Desa Wedi pada umumnya.

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Menurut Sugiyono (2018) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya.

Populasi dalam penelitian ini adalah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

pengolahan salak wedi di Desa Wedi Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro.

Jumlah populasi UMKM pengolahan salak wedi di Desa Wedi sebanyak 21

UMKM terdiri dari 16 UMKM yang tidak berhasil dan 5 UMKM yang berhasil.

Sampel adalah bagian dari populasi yang terdiri atas sejumlah anggota yang

dipilih dari populasi. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

jenis Non Probability Sampling. Menurut Sugiyono (2017) Non Probability

Sampling adalah teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama

bagi unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Teknik Non Probability Sampling yaitu dengan dengan Sampling Jenuh

(sensus). Sugiyono (2017) mengemukakan bahwa sampling jenuh adalah teknik

29
30

penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Istilah lain dari sampel jenuh adalah sensus. Hal ini sering dilakukan apabila

populasi kecil, kurang dari 30 orang (Supriyanto dan Machfudz. 2010).

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah seluruh pelaku usaha

pengolahan salak wedi yang berhasil dan tidak berhasil yang terdiri dari 21

orang. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode sampel jenuh.

Metode sampel jenuh adalah teknik pengambilan sampel bila semua anggota

populasi dijadikan sampel.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Macam data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder :

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di

lapangan seperti data hasil wawancara dalam memperoleh hasil identifikasi

UMKM, Pelaku usaha, dan juga faktor kontekstual dari UMKM pengolahan salak

wedi menjadi berbagai macam produk olahan. Teknik pengumpulan data primer

ini meliputi :

1. Wawancara semi terstuktur yang merupakan teknik pengumpulan data yang

digunakan untuk lebih mendalami informan secara spesifik yang dapat

dilakukan dengan tatap muka maupun komunikasi menggunakan alat bantu

komunikasi (Sugiyono. 2013). Wawancara ini dilakukan kepada pelaku

UMKM pengolahan salak wedi di Desa Wedi yang mengetahui kondisi

internal UMKM

2. Observasi yaitu data yang diperoleh dengan mengamati keadaan lapangan

dari sumber informasi UMKM pengolahan salak wedi di Desa Wedi

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang

melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan. 2002).

Sedangkan data sekunder diperoleh dari teori menurut ahli, penelitian terdahulu

dan referensi yang berkaitan dengan topik penelitian.


31

3.4 Definisi dan Pengukuran Variabel

Definisi Operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu

variabel dengan cara memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk

mengukur suatu variabel tersebut. Maka untuk mempermudah pencarian data

dilapangan serta pengukuran analisis data, masing - masing variabel dituangkan

dalam definisi operasional berikut ini :

1. Keberhasilan Usaha

Keberhasilan usaha adalah kemampuan UMKM pengolahan salak wedi untuk

mencapai tujuan UMKM dan juga meningkatkan nilai jangka panjang UMKM

dengan mengintegrasikan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

2. Karakteristik Usaha

Karakteristik Usaha merupakan hal-hal yang ada didalam usaha yang

berkaitan dengan jati diri atau profil usaha pengolahan salak wedi yang

berhasil dan tidak berhasil. Menurut Storey (1994) karakteristik usaha dapat

dinilai dari :

1) Lama Beroperasi

2) Ukuran Usaha

3) Sumber Modal

4) Lokasi

5) Asal Perusahaan

3. Karakteristik Pelaku Usaha

Merupakan hal-hal yang ada didalam pelaku usaha yang berkaitan dengan

jati diri atau profil pelaku usaha pengolahan salak wedi yang berhasil dan

tidak berhasil.

Menurut Storey (1994) karakteristik pelaku usaha dapat dinilai dari :

1) Umur

2) Jenis Kelamin
32

3) Pengalaman Kerja

4) Pendidikan

5) Sikap

6) Mental

4. Faktor Kontekstual

Faktor konteksual adalah hal-hal yang berada disekitar usaha dimana dapat

mempengaruhi usaha pengolahan salak wedi dan juga hal-hal atau aktivitas

yang terkait dengan usaha pengolahan salak wedi. Menurut Storey (1994)

faktor konseptual dapat dinilai dari :

1) Pemasaran

2) Teknologi

3) Akses Informasi

4) Legalitas

5) Akses modal

6) Dukungan pemerintah

7) Rencana bisnis

8) Tim manajemen

9) Persaingan dan

10) Inovasi

5. Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk mengolah data yang

diperoleh dengan cara menguraikan dalam bentuk kalimat.

6. Analisis komparatif adalah analisis yang membandingkan keadaan UMKM

pengolahan salak wedi yang berhasil dan tidak berhasil.

.
33

7. Analisis kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan

perilaku yang diamati.

3.5 Analisis Data

Data yang diperoleh dari responden melalui wawancara dan observasi

lapang kemudian disusun secara sistematis dengan cara mengorganisasikan

data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,

menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,

dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami diri sendiri maupun orang

lain. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-komparatif dengan

pendekatan kualitatif yang dibantu model analisis Miles and Huberman. Dalam

metode deskriptif peneliti dapat membandingkan fenomena-fenomena tertentu

sehingga merupakan studi komparatif. Penelitian komparatif adalah penelitian

yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih

sampel yang berbeda (Sugiyono. 2012). Dalam metode komparatif peneliti

berusaha untuk mencari dan menentukan penyebab atau alasan yang

menyebabkan munculnya perbedaan yang terdapat pada tingkah laku individu

atau organisasi (Darmadi. 2013).

Penggunaan analisis deskiptif komparatif dalam penelitian ini adalah dengan

membandingkan faktor-faktor yang mempengaruhi berhasil dan tidak berhasilnya

UMKM Pengolahan salak wedi ditinjau dari faktor keberhasilan usaha yaitu

karakteristik usaha, karakteristik pelaku usaha, dan faktor konseptual.. Faktor-

faktor tersebut akan dianalisis berdasarkan hasil wawancara yang didapat dari

informan, apabila indikator-indikator lebih dominan kearah positif maka faktor

tersebut menyebabkan berhasilnya UMKM pengolahan salak wedi. Sedangkan

apabila faktor tersebut lebih dominan kearah negatif maka faktor tersebut

menyebabkan tidak berhasilnya UMKM pengolahan salak wedi.


34

Disamping pemakaian metode komparatif sebagai metode utama, maka

penelitian ini juga disajikan dalam metode kualitatif yang memberikan ruang

gerak bagi peneliti untuk menganalisa serta observasi data dengan cara non-

statistik. Data-data yang diperoleh dengan metode kualitatif diharapkan dapat

memberikan pemahaman lebih mendalam bagi peneliti terkait fokus

permasalahan yang diteliti.

Dalam rangka mempermudah dalam memahami data yang diperoleh dan

agar data terstruktur secara baik, rapi dan sistematis, maka analisis data

dilakukan dengan beberapa tahapan yang menjadi sangat urgen dan signifikan.

Analisis data menggunakan model Miles dan Huberman.

Gambar 3.1 Komponen Analisis Data Model Miles dan Huberman

Pengumpulan Data
Data Collection
Penyajian Data

(Data Display)

Reduksi Data

(Data Reduction)
Kesimpulan

(Conclusion
Drawing/Verification)

Adapun teknik-teknik analisis data model Miles dan Huberman adalah :

1. Pengumpulan data (data collection)

Kegiatan utama pada setiap penelitian adalah mengumpulkan data. Dalam

penelitian kualitatif pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Pengumpulan data tersebut dapat dilakukan


35

dengan berhari-hari, bahkan juga berbulan bulan sehingga peneliti akan

memperoleh data yang sangat banyak dan bervariasi.

2. Klasifikasi (Reduksi data (data reduction)

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstraksian, dan tranformasi kata kasar yang muncul

dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data merupakan proses

berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan,keluasan dan kedalaman

wawasan yang tinggi.

3. Penyajian data (data display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data.

Dalam penelitian kualitatif penyajian data merupakan sekumpulan informasi

tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif dapat dirancang dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan

sejenisnya. Dalam penelitian kualitatif yang paling sering digunakan untuk

menyajikan data yakni dengan menggunakan teks yang bersifat naratif.

Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan peneliti untuk memahami

apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang

telah difahami.

4. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing/ verification)

Penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan tahap akhir dari analisis

penelitian. Merupakan hasil dari pengumpulan data, proses reduksi data dan

penyajian dalam bentuk konten analisis dengan penjelasan-penjelasan.

Menurut Miles dan Huberman penarikan kesimpulan awal yang dikemukakan

masih bersifat sementara, dan akan berubaha jika tidak ditemukan bukti-bukti

yang kuat dan mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi

apabila sebaliknya dimana kesimpulan tahap awal didukung oleh bukti-bukti


36

yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan

data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang

kredibel.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Siwi, Tri. (2013). Perilaku Inovatif dan Keberhasilan Usaha Wanita
Pedagang Etnis Jawa di Surabaya.Jurnal. Universitas Airlangga

Algifari, 2003. Ekonomi Mikro Teori dan Kasus, Edisi ke-1, cetakan pertama,
Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta.

Anarsis, Widji. 2005. Agribisnis Komoditas Salak. Bumi Aksara, Jakarta

Anoraga, Pandji. (2007). Pengantar Bisnis Jakarta: PT Rineka Cipta.

Apriliani, M. F. 2018. Pengaruh Karakteristik Wirausaha, Modal Usaha dan


Tenaga Kerja Terhadap Keberhasilan UMKM Batik. Economic Education
Analysis Journal, 7(2), 761– 776.

Ashari, S. 2004. Biologi reproduksi tanaman buah-buahan komersial. Penerbit


Bayumedia, Jawa Timur.. 201 pp.

Ataly. M. N. 2013. The Relationship Between Innovation And Firm Performance:


An Empirical Evidence From Turkish Automotive Supplier Industry.
Procedia-Social and Behavioral Sciences 75, pp:226-235

Basrowi, 2011. Kewirausahaan untuk Perguruan Tinggi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Bella Nandita, Ma’mun Sarma, dan Mukhammad Najib. 2018. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Keberhasilan Usaha UMKM Pengolahan Buah dan
Pengolahan Susu. Bogor. Jurnal Manajemen dan Organisasi.

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: ANDI

Daulay, Rina W. dan Frida Ramadini. 2013. Efikasi Diri dan Motivasi terhadap
Keberhasilan Usaha pada Usaha Fotocopy dan Alat Tulis Kantor di
Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal.

Dinas Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Mikro Kabupaten Bojonegoro. 2021.


Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Bojonegoro 2018-
2020. Bojonegoro

Dinas Pertanian. 2021. Perkembangan Produksi Hortikultura di Kabupaten


Bojonegoro. Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro

Dinas Pertanian. 2021. Perkembangan Tingkat Produktivitas Lahan Pertanian


Tanaman Hortikultura di Kabupaten Bojonegoro. Dinas Pertanian
Kabupaten Bojonegoro

Dwi Riyanti. 2003. Kewirausahaan Dari Sudut Pandang. Psikologi Kepribadian.


Grasindo. Jakarta

Erliah. 2007. Pengaruh Persaingan, Promosi, Dan Keunikan Produk Terhadap


Keberhasilan Usaha Para Pengrajin Batik Desa Trusmi Kulon
Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon. Bandung :Skripsi Universitas
Pendidikan Indonesia.

Fahmi, Irham. 2014. Analisa Kinerja Keuangan. Bandung. Alfabeta


Ganyaupfu. 2013. Entrepreneur and firm characteristics affecting success of
small and medium enterprises (SMEs) in Gauteng Province.
International journal of Innovative Research in Management.

Gaspersz, Vincent. 2010. Total Quality Management (TQM). Jakarta: PT.


Gramedia Pustaka Utama.

Hartanti. 2008. “Manajemen pengembangan kewirausahaan (entrepreneurship)


siswa SMK 4 Yogyakara.” Universitas Negeri Yogyakarta.

Hidayati, E. P. 2016. Pengaruh Modal Kerja dan Strategi Pemasaran Terhadap


Keberhasilan Usaha Kerajinan ManikManik Kaca Desa Plumbon
Gambang Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang. Jurnal Pendidikan
Ekonomi (JUPE), 4(3), 1–7.

Henry Faizal, Noor. 2007. Ekonomi manajerial. Jakarta:PT Raja Grafindo


Persada

Ina Primiana. 2009. Menggerakkansektorriil UKM &industri.Bandung :Alfabeta.

Indarti N, Marja L. 2004. Factors Affecting Business Success among SMEs :


empirical evidences from Indonesia. Journal of Asia Entrepreneurship
and Sustainability.

Indriyatni, Lies. 2013. Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap


keberhasilan usaha mikro dan kecil. Jurnal STIE Semarang, Vol. 5, No.
1, pp. 54-70

Islam MA, Thiyada K, Dayang H, Muhamad Y. 2011. Factors Affecting Business


Success of Small & Medium Enterprises (SMEs) in Thailand. Asian
Social Science. 7(5):180-190.

Kadek Agus Suarmawan. 2015. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi


Keberhasilan Usaha Mikro dan Kecil (Studi Kasus Pada Usaha
Kerajinan Ingka Di Desa Bulian, Kec. Kubutambahan). Universitas
Pendidikan Ganesha

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 1998 tentang


Bidang/Jenis Usaha yang Dicadangkan Untuk Usaha Kecil dan
Bidang/Jenis Usaha yang Terbuka untuk Usaha Menengah atau Usaha
Besar dengan Syarat Kemitraan

Kementrian Keuangan. 1994. Menteri Keuangan Nomor 316/KMK 016/1994


tanggal 27 Juni 1994

Lestari, Fitria 2013. Pengaruh jiwa kewirausahaan dan kreativitas terhadap


keberhasilan usaha pada Sentra Industri Rajutan Binong Jati
Bandung. Diploma thesis. Universitas Komputer Indonesia

Lia Arliani, Luh Indrayani, dan Lulup Endah T. 2019. Pengaruh Perilaku Pelaku
Usaha dan Modal Usaha Terhadap Keberhasilan UMKM Di Desa Tukad
Sumaga Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng. Singaraja. Jurnal
Pendidikan Ekonomi.
Lukas, Bryan A dan O.C Ferrell, 2000, "The Effect of Market Orientation om
Product Innovation" Journal of The Academy of Marketing Science, vol
28, 239-247.

Marschner H. 1986. Mineral nutrition in higher plants. London : Academic Press


Inc. Ltd. 674 pp.

Napitupulu, E. 2004. Pemantapan Manajemen Pengembangan Agribisnis


Hortikultura. Dalam Pertemuan Sinkronisasi Pelaksanaan
Pengembangan Agribisnis Hortikultura. Dirjen Bina Produksi
Hortikultura. Jakarta.

Noe, Raymond A dkk. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Mencapai


Keunggulan Bersaing. Jakarta: Selemba Empat

Nugroho. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS.
Penerbit Andi. Yogyakarta

Ong dan Law. 2009. Kandungan Salak dan Teknik Persemaian benih Salak.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan
Tanaman Hutan. Purwobinangun. Yogyakarta.

Prihatman, K. 2000. Salak (salacca edulis). Jakarta : Deputi Menegristek Bidang


Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Purwanti, Endang. 2012. Pengaruh Karakteristik Wirausaha, Modal Usaha,


Strategi Pemasaran Terhadap Perkembangan UMKM di Desa Dayaan
dan Kalilondo Salatiga Vol. 5 No. 9, Juli 2012. STIE AMA Salatiga.

Redaksi Agromedia. 2007. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Budi Daya


Salak, Jakarta: Agromedia Pustaka.

Rencana Strategis Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah


Repubilk IndonesiaTahun 2012-2014

Schaltegger, S. dan Burritt, R. 2018. Business Cases and Corporate


Engagement with Sustainability: Differentiating Ethical Motivations.
Journal of Business Ethics. Vol. 147, No. 2, hal. 241–259

Soekartawi. 1991. Manajemen Hasil-Hasil Pertanian. Teori dan Aplikasinya.


Rajawali Press. Jakarta.

Soetomo. 2001. Kandungan Buah Salak Untuk Kebutuhan Gizi . Sinar Baru
Algesindo. Bandung

Sofyandi, H., Garniwa, I. 2007, Perilaku Organisasi, Perebit Graha Ilmu


Yogyakarta.

Soleh, M. Suhardjo, A.Suryadi. 1995. Pengaruh pemberian air dan masukan hara
makro dan mikro terhadap produksi Salak.Laporan Hasil Penelitian. Sub
Balihorti, Malang. p. 43 – 52.

Sony Heru, Priyanto. 2009. Mengembangkan Pendidikan Kewirausahaan di


Masyarakat. Andragogia- Jurnal PNFI, 1(1), pp. 57-82.
Suryana. 2008. Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju
Sukses, Edisi Ketiga, Penerbit Salemba, Jakarta.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung :


Alfabeta

Sujianto. 2009. Aplikasi Statistika denga Sss 16. Jakarta:Prestasi Pustakaraya

Sunyoto Danang. 2012. Teori, Kuesioner, dan Analisis data Sumber Daya
Manusia (Praktik Penelitian). Yogyakarta : CAPS.

Supriyanto, Achmad S. dan Machfudz, Mashuri. 2010. Metodologi Riset


Manajemen Sumber Daya Manusia. Malang : UIN Maliki Press

Suyatno Purnama, Chamdan. 2010. Motivasi dan Kemampuan Usaha Dalam


meningkatkan Keberhasilan Usaha Industri Kecil (Studi Pada Industri
Kecil Sepatu di JawaTimur). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, pp.
177-184.

Tambunan. (2002). Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia: Beberapa Isu


Penting. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha, Mikro, Kecil, Menengah


(UMKM )

Visantia Ie, Mei, Eni, 2013. Pengaruh Efikasi Diri dan Motivasi Terhadap
Keberhasilan Usaha pada Pemilik Toko Pakaian di Pusat Grosir Metro
Tanah Abang, Jakarta. Jurnal Manajemen, Vol.13, No.1, November
2013

Wirasasmita, Yuyun. 1994. Kewirausahaan : Buku Pegangan Jatinagor: UPT-


Penerbitan IKOPIN

Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi.


DAFTAR WAWANCARA

Pertanyaan mengenai karakteristik Usaha

1. Berapa lama usaha anda beroperasi ?

a. ¿ 5 tahun

b. 5 – 10 tahun

c. ¿ 10 tahun

2. Berapa besar jumlah karyawan yang bapak/ibu miliki dalam usaha ini ?

a. ¿ 5 tahun

b. 5 – 10 tahun

c. ¿ 10 tahun

3. Dari mana sumber modal yang bapak/ibu miliki dalam menjalankan usaha

ini ?

a. Modal sendiri

b. Modal dari luar,

4. Bagaimana status lokasi yang bapak/ibu gunakan dalam usaha ini ?

a. Milik sendiri

b. Bukan milik sendiri (Kontrak atau sewa)

5. Dari mana asal usaha yang bapak/ibu jalankan ini ?

a. Warisan

b. Usaha sendiri

6. Berapa besar omzet yang bapak/ibu dapatkan dalam usaha ini dalam satu

bulan ?

a. ¿ 5juta

b. 5 – 10 juta

c. ¿ 10 juta
Pertanyaan mengenai karakteristik pelaku usaha

1. Jenis kelamin ?

a. Laki-Laki

b. Perempuan

2. Berapa usia bapak/ibuk ?

a. ¿ 30 tahun

b. 30 – 50 tahun

c. ¿ 50 tahun

3. Apa pendidikan terakhir bapak/ibu ?

a. SD

b. SLTP

c. SLTA

d. Sarjana

e. Pasca Sarjana

4. Apakah bapak/ibu memiliki pengalaman usaha ?

a. Ada

b. Tidak ada

5. Apakah bapak/ibu selalu ulet dan gigih dalam menjalankan usaha meskipun

usaha anda sering mendapatkan masalah?

a. Iya

b. Tidak

6. Apakah bapak/ibu berani menerima kritik saran yang bermanfaat demi usaha

ini ?

a. Iya

b. Tidak
7. Apakah bapak/ibu memiliki inisiatif ke depan untuk melakukan hal terbaik

agar usaha ini lebih berkembang ?

a. Iya

b. Tidak

8. Apakah bapak/ibu selalu optimis dan memiliki komitmen dalam menjalankan

usaha ?

a. Iya

b. Tidak

9. Apakah bapak/ibu berani mengambil resiko dan menghadapi resiko apapun

namun realistis untuk mencapai tujuan ?

a. Ya

b. Tidak

Pertanyaan mengenai faktor kontekstual

1. Kemana saja bapak/ibu memasarkan produk yang bapak/ibu usahakan ?

a. Bojonegoro

b. Luar Bojonegoro

2. Bagaimana cara bapak/ibu memasarkan produk yang bapak /ibu usahakan ?

a. Online

b. Tatap muka

3. Apakah terdapat masalah dalam melakukan pemasaran ? jika ada apa saja

masalah tersebut ?

4. Apakah bapak/ibu menggunakan strategi pemasaran seperti promosi dalam

usaha pemasaran produk ?

a. Ya

b. Tidak

5. Apakah bapak/ibu kesulitan didalam mengakses infromasi ?


a. Mudah

b. Sulit

6. Bagaimana cara bapak/ibu mengakses informasi ?

7. Apakah usaha yang bapak/ibu jalankan memiliki legalitas ?

a. Ada ijin usaha

b. Tidak Ada

8. Menurut bapak/ibu seberapa penting legalitas usaha bagi usaha yang

bapak/ibu jalankan ?

9. Apakah bapak/ibu menggunakan teknologi dalam proses produksi?

a. Menggunakan mesin

b. Cara manual

10. Bagaimana sikap bapak/ibu menyikapi persaingan usaha ?

a. Siap menghadapi persaingan

b. Tidak siap menghadapi persaingan

11. Apakah di dalam usaha yang bapak/ibu jalankan terdapat tim manajemen ?

a. Ada tim manajemen

b. Tidak ada tim manajemen

12. Adakah dukungan pemerintah yang menguntungkan dalam operasional

usaha yang bapak/ibu jalankan ?

a. Ada dukungan

b. Tidak ada dukungan

13. Apakah bapak/ibu kesulitan dalam mengakses modal dari lembaga keuangan

atau lembaga lainnya ?

a. Iya

b. Tidak

14. Apakah bapak/ibu menyusun dan mempunyai rencana usaha ?

a. Mempunyai
b. Tidak mempunyai

15. Apakah usaha yang bapak/ibu jalankan terdapat inovasi produk ?

a. Ada inovasi

b. Tidak ada inovasi

Anda mungkin juga menyukai