Anda di halaman 1dari 4

KAWASAN EKONOMI KHUSUS

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) atau Special Economic Zone (SEZ) adalah
wilayah geografis yang memiliki peraturan ekonomi khusus yang lebih liberal dari
peraturan ekonomi yang berlaku di suatu negara. Kawasan Ekonomi Khusus itu
sendiri adalah suatu kawasan yang secara geografis dan jurisdiktif merupakan
kawasan perdagangan bebas, termasuk kemudahan dan fasilitas duty free atas
impor barang-barang modal untuk bahan baku komoditas sebagaian ekspor, dan
dibuka seluas-luasnya. KEK memiliki jenis wilayah yang lebih khusus mencakup
Daerah Perdagangan Bebas - Free Trade Zones (FTZ), Daerah Penanganan Ekspor
- Export Processing Zones (EPZ), Daerah Bebas - Free Zones (Fz), Kawasan
Industri - Industrial Estates (IE), Pelabuhan Bebas - Free Ports, dan sebagainya.

Dalam perkembangannya di Indonesia, KEK ini didasari pada perkembangan


kawasan industri yang telah ada di era tahun 1970-an. Banyak negara-
negara berkembang pada era tersebut yang melaksanakan pembentukan kawasan-
kawasan khusus pembangunan ekonomi. Namun secara formal, KEK baru lahir
sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK). Tujuan utama dari pembentukan kawasan khusus ini
adalah pengintergrasian perusahaan-perusahaan yang beroperasi di dalamnya
dengan ekonomi global, dengan cara melindungi mereka terhadap berbagai distorsi
seperti tarif dan birokrasi yang berbeli-belit. Selanjutnya jika melihat ke belakang,
kawasan industri di Indonesia telah ada sejak tahun 1970-an. Hal ini didahului oleh
lahirnya PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung (PT. JIEP) dengan luas kawasan
570 ha di DKI Jakarta pada Tahun 1973, yang merupakan upaya dari pemerintah
untuk mengendalikan pertumbuhan industri yang jumlahnya semakin meningkat
pada saat itu.

Pada umumnya, sasaran penerapan KEK adalah untuk meningkatkan investasi


asing di suatu negara dengan menyediakan berbagai insentif berupa: insentif
perpajakan (PPN, PPnBM, PPh Pasal 22, Tax Holiday), insentif kepabeanan
(pembebasan, pengurangan tarif, atau penyederhanaan prosedur cukai atau bea
masuk), insentif penanaman modal (menyederhanakan syarat dan prosedur), serta
insentif perlindungan lingkungan hidup. Selain Indonesia, telah banyak negara
yang berusaha menarik investor asing dengan menerapkan KEK untuk
menggairahkan perekonomian negara tersebut. Diantara banyaknya KEK, ada yang
berhasil mengalami pertumbuhan dengan pesat dan fantastis seperti Shenzhen di
RRC, dan ada yang gagal total sama sekali seperti di Korea Utara.

Pengambilan keputusan pemerintahan suatu negara dalam menetapkan suatu


wilayah sebagai KEK didasari kepada keunggulan yang dimiliki oleh kawasan
tersebut yang umumnya memiliki:

1. Keunggulan geografis, letak suatu kawasan yang sangat dekat dengan negara
tetangga/perbatasan dan atau jalur perdagangan dunia dengan beragam
kekhususannya (Orientasi Ekspor, Substitusi Impor, dan lain sebagainya.
2. Sumber daya alam, sumber alam tertentu merupakan daya tarik tersendiri
dalam penetapan suatu wilayah menjadi KEK. Dan Indonesia sebagai negara
yang memiliki banyak sumber alam yang kaya perlu membuat cluster KEK
di berbagai daerah sehingga setiap daerah memiliki pusat perekonomian
tersendiri dalam konteks KEK.

Dalam menetapkan suatu wilayah sebagai suatu KEK, terutama BBK, ada baiknya
jika mempertimbangkan hal-hal berikut agar keputusan yang diambil benar-benar,
tepat, efektif dan terhindar dari High Cost Economydan benar-benar mampu
meningkatkan perekonomian masyarakat.

1. Lokalitas. Keunggulan suatu wilayah baik keunggulan komparatif maupun


kompetitif ditimbang dari potensi alam dan potensi geografisnya merupakan
nilai tambah yang sulit diimbangi oleh daerah lain maupun negara lain.
Potensi alam misalnya, ada baiknya jika daerah yang memiliki Sumber Daya
Alam (SDA) tertentu memiliki KEK sesuai dengan SDA maupun kondisi
yang dimiliki, sehingga daya saing wilayah tersebut sangat sulit untuk
disetarakan dengan wilayah lain di bidang SDA yang sama. Dan kegiatan
yang dikembangkan dalam wilayah itu mencakup industri hulu hingga hilir
yang terpadu (integrated). Untuk KEK BBK, yang wilayahnya berbasis
maritim,industri yang paling strategis tentunya adalah industri yang sesuai
dengan kemaritiman; industri perkapalan, perikanan dan sumber-sumber
kelautan lainnva.
2. Ekonomi Lintas Batas. Suatu kawasan yang berada dalam wilayah hukum
Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berbatasan langsung dengan
wilayah perairan laut dan atau darat, dengan wilayah negara lain atau
perairan internasional.
3. Pelabuhan Bebas. Pelabuhan adalah gerbang perekonomian suatu wilayah
atau negara dimana terdapat arus barang dan orang yang melakukan aktifltas
ekonomi. Kelancaran arus barang dan orang tergantung kepada regulasi dan
prosedur serta fasilitas yang disediakan di dalam kawasan pelabuhan
tersebut. Aktifitas pelabuhan bisa dijadikan indikasi tentang kondisi
perekonomian suatu wilayah. Penetapan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK),
selalu dikaitkan dengan pemberian status pada pelabuhan tertentu yang
bertujuan untuk mendukung KEK tersebut dengan menentukan suatu
pelabuhan menjadi Pelabuhan Bebas. Tanpa diikutsertakannya penetapan
status pelabuhan di dalam KEK akan menghambat aktifitas yang dinamis di
dalam kawasan.
4. Peranan Kamar Dagang dan Industri dalam KEK. Dalam pengembangan
suatu kawasan, pemerintah tidak akan terlepas dari peranan Kadin dan
Asosiasi di bawahnya sebagai mitra pemerintah dalam pengembangan
ekonomi seperti yang diamanatkan oleh UU No. l Tahun 1987 tentang
Kamar Dagang dan Industri dan Keppres No. 16 Tahun 2006 tentang
Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Kadin. Kolaborasi antara pemerintah dan Kadin memiliki peranan yang
sangat penting dan strategis dalam penerapan kebijakan ekonomi, agar tidak
timbul tumpang tindihnya kebijakan, dan atau tidak efektifnya kebijakan
yang diambil. Sebagai pelaku ekonomi, Kadin lebih memahami kondisi
lapangan, mengerti apa kebutuhan yang diperlukan dalam menjalankan
usaha yang tidak semata-mata mengedepankan keuntungan finansial tetapi
juga aspek sosial lainnya

Dengan tumbuh dan berkembangnya suatu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di


suatu daerah akan selalu diikuti oleh pertumbuhan perekonomian di daerah
sekitarnya, dan sektor perekonomian lainnya akan ikut bergerak dan bergairah.
Harus diakui bahwa ada potential lost dari ditetapkannya KEK di suatu wilayah,
berupa hilangnya penerimaan pajak baik Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak
Penjualan Barang Mewah (PPnBM), Bea Masuk (BM) atas barang konsumsi dan
barang mewah. Namun demikian, potensi perolehan (potential gain) dari
ditetapkannya KEK pada satu wilayah yaitu:. peningkatan pendapatan masyarakat,
peningkatan Pajak (terutama PPh, Pajak Langsung, Pajak tak Langsung),
peningkatan lapangan kerja.

Setiap adanya penetapan suatu kebijakan, permasalahan baru pasti muncul sebagai
konsekuensi logis dari kebijakan tersebut. Ada potensi kerusakan alam, eksploitasi
sumber daya, monopoli investor asing serta tergilasnya Usaha Kecil Menengah
(UKM) warga, juga potensi kerugian akibat bencana.
Tentunya kebijakan yang diambil selalu mempertimbangkan berbagai aspek yang
diakibatkan oleh kebijakan itu. Namun yang terpenting, perlu adanya kebijakan
tertentu untuk meredusir berbagai akibat yang muncul sehingga tercipta
keseimbangan dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. Corporate Social
Responsiblty (CSR) adalah solusi yang patut diterapkan dalam setiap kebijakan
yang diambil sehubungan dengan KEK. Tanggung jawab sosial merupakan bagian
dari setiap aktifitas untuk menjaga keseimbangan dalam berusaha. Setidaknya ada
tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan KEK yaitu:

1. Konservasi Alam. Perusahaan yang melakukan aktifitas, terutama industri


yang secara langsung mengeksploitasi alam dan atau memiliki potensi
menimbulkan perubahan alam disekitar kegiatannya, dituntut untuk
menyisihkan sebagian keuntungan usahanya sebagai tanggung jawab sosial
kepada masyarakat yang terkena dampak dari kegiatan usahanya.
2. Program Kemitraan. Perusahaan yang beraktifitas di KEK diharapkan
memiliki program kemitraan dengan Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam
kerangka pengayoman, pembinaan, dan bantuan manajemen maupun
permodalan. Diharapkan dengan menjalankan program ini, akan tumbuh
usaha-usaha baru yang semakin menyemarakkan perekonomian
yang nantinya bermuara pada kesejahteraan masyarakat kecil.
3. Bantuan Bencana Alam. Sebagai makhluk sosial, kita dituntut untuk
memiliki kepedulian terhadap segala kesusahan orang lain yang diakibatkan
oleh kondisi alam sebagai wujud tanggung jawab sosial.

Anda mungkin juga menyukai