Anda di halaman 1dari 30

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PERBANDINGAN KONSENTRASI PUPUK


ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN
KENTANG

OLEH :

Ahmad Shahlin Kurniawan (06)

Ani Kurniawati (09)

Anwar Fuadi (11)

Bintoro Zulfikar Arifat (17)

SMK NEGERI 1 KOTA BLITAR

Jln. Kenari, No. 30, Kel. Plosokerep, Kec. Sananwetan, Kota Blitar, Jawa
Timur, Kode Pos 66134

Website : www.smkn1blitar.sch.id e-mail : info@smkn1blitar.sch.id

Tahun Pelajaran 2021/2022


LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Laporan : Pengaruh Perbandingan Konsentrasi Pupuk


Organik Cair terhadap Pertumbuhan Tanaman
Kentang
2. Nama Siswa : - Ahmad Shahlin Kurniawan (06)
- Ani Kurniawati (09)
- Anwar Fuadi (11)
- Bintoro Zulfikar Arifat (17)
3. Kelas : XI DPIB 1
4. Asal Sekolah : SMK Negeri 1 Kota Blitar
5. Alamat Sekolah : Jl. Kenari No. 30, Kel. Plosokerep, Kec.
Sananwetan, Kota Blitar, Jawa Timur 66134
6. Bidang Keilmuan : Bahasa Indonesia
7. Guru Pembimbing : Aminuddin, S.Pd.

Blitar, 26 Mei 2022

Menyetujui,

Wali Kelas XI DPIB 1 Guru Pembimbing

Tri Suparmi, S.Pd, M.Pd. Aminuddin, S.Pd.


NIP. 19660917 199103 2 011 NIP.19760613 009011 1 009

Mengetahui dan Mengesahkan

Kepala SMK Negeri 1 blitar

Drs. Sugiyadi, M.Pd.


NIP. 19640205 199512 1 002

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
kami sebagai penulis bersyukur telah menyelesaikan karya tulis ilmiah mata
pelajaran Bahasa Indonesia yang disusun dengan sederhana berjudul “Pengaruh
Perbandingan Konsentrasi Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan Tanaman
Kentang”.

Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Aminuddin,


S.Pd., selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang telah membantu penulis
dalam mengerjakan karya tulis ilmiah ini.

Penulis juga berharap semoga karya ilmiah ini mampu memberikan


pengetahuan tentang pola pengembangan sistem pertanian berbasis Organic
Agriculture yang ramah lingkungan dan membangun pola hidup yang sehat terkait
pemililihan makanan alami yang tepat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.

Karya tulis ilmiah ini tidak lain menyajikan hasil pengamatan penyusun
terhadap tanaman kentang, dengan sampel cahaya matahari sebagai variabel bebas
dari pengamatan tersebut. Dalam penelitian ini, harapannnya bisa memberikan
manfaat sekaligus wawasan agrikultur kepada semua pihak, terkhusus bagi
pembaca agar mampu mengambil pokok ilmu dari kegiatan penelitian yang
dilakukan penulis.

Dalam penyelesaian karya tulis ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa


penulis tidak luput dari kesalahan. Begitu pula dalam penyusunan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu,
saran dan kritik senantiasa diharapkan penulis demi perbaikan karya kedepan.

Blitar, 26 Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ........................................................................................................i

Kata Pengantar ..................................................................................................................ii

Daftar Isi ...........................................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan ............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................................................3

1.4 Hipotesis .......................................................................................................................4

1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................................4

Bab II Tinjauan Pustaka ..........................................................................................................5

2.1 Botani Tanaman Kentang .............................................................................................5

2.2 Morfologi Tanaman Kentang ........................................................................................6

2.3 Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tanaman Kentang ...........................................9

2.4 Pupuk Organik Cair.....................................................................................................10

2.5 Kandungan Hara Pupuk Organik Cair .......................................................................11

2.6 Karakteristik Pupuk Organik Cair...............................................................................12

2.7 Pembuatan Pupuk Organik Cair...................................................................................13

2.8 Konsentrasi Pupuk Organik Cair.................................................................................13

Bab III Metodologi Peneletian ......................................................................................15

3.1 Rancangan Penelitian ..................................................................................................15

iii
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................................15

3.3 Perbedaan Perlakuan ...................................................................................................16

3.4 Pemanenan Tanaman Kentang.....................................................................................16

3.5 Analisis Data Penelitian...............................................................................................17

Bab IV Pembahasan........................................................................................................19

4.1 Analisis Bioaktivator Pemupukan Menggunakan Pupuk Organik Cair (Bokasi)


............................................................................................................................................19

4.2 Analisis Hasil Penelitian..............................................................................................20

Bab V Penutup ................................................................................................................23

4.1 Kesimpulan..................................................................................................................23

4.2 Saran............................................................................................................................24

Daftar Pustaka ................................................................................................................25\

iv
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan golongan tanaman


sayuran yang memiliki jangka umur pendek, saat ini kegunaan umbinya semakin
banyak dan mempunyai peran penting bagi perekonomian Indonesia. Kebutuhan
kentang akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang
bertambah, juga akibat perubahan pola konsumsi di beberapa negara berkembang.

Akibat pertambahan jumlah penduduk, maka tingginya kesadaran


masyarakat akan pentingnya gizi semakin berkembang, ditambah makin
meluasnya pendayagunaan produksi kentang untuk berbagai bahan makanan,
baik sebagai bahan sayuran maupun makanan ringan menjadi alasan utama
bahan pokok ini perlu dikaji lebih lanjut, baik dari segi pembudidayaan dan
pengembangan teknologi pemeliharaan tanaman kentang yang eco-friendly bagi
lingkungan.

Sejalan dengan kebutuhan kentang yang semakin meningkat, berbagai


kalangan terutama peneliti dan akademisi mulai meneliti tentang upaya
peningkatan produksi agar diperoleh produksi kentang yang optimal. Tujuan
utama kegiatan tersebut diharapkan mampu memberikan bukti nyata dari hasil
penelitian yang dilakukan, kemudian dikembangkan dan dikaji lebih lanjut guna
mendapatkan kesimpulan akhir dari kegiatan riset yang sudah dilakukan.

Unsur hara merupakan salah satu faktor penting yang menunjang


pertumbuhan dan perkembangan tanaman kentang diluar faktor pendukung lain
yang memengaruhi tahap pertumbuhan kentang. Penggunaan pupuk sebagai
salah satu usaha untuk meningkatkan produksi tanaman kentang sudah sangat
banyak digunakan oleh pembudidaya dan petani di ruang lingkup pertanian.
Mereka menganggap bahwa pupuk dan cara pemupukan sebagai suatu hal yang
tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan usaha taninya.

1
Dampak positif dari penggunaan pupuk anorganik menghasilkan
peningkatan produktivitas tanaman yang cukup tinggi, namun penggunaan pupuk
anorganik dalam jangka yang relatif lama pada umumnya juga menimbulkan
dampak negatif dan berakibat buruk terhadap kondisi tanah. Tanah menjadi cepat
mengeras dan mudah menjadi asam, dampak dari kejadian tersebut membuat
tanah kurang mampu menyimpan air, sehingga pada akhirnya akan menurunkan
produktivitas tanaman.
Pupuk organik umumnya merupakan pupuk lengkap karena mengandung
unsur makro dan mikro, meskipun dalam jumlah sedikit dalam memenuhi
kebutuhan tanaman. Unsur-unsur tersebut terakumulasikan sebagai bagian unsur
hara yang baik untuk segala tanaman. Penggunaan pupuk kandang atau kompos
selama ini diyakini dapat mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh pupuk
anorganik.
Pupuk kandang atau kompos disamping mempunyai kelebihan juga masih
banyak kekurangannya. Kegunaan yang tidak diatur sesuai takaran yang tepat
dapat menimbulkan limbah yang dapat mengganggu ekosistem sekitar.
Penggunaan pupuk organik alam yang dapat digunakan sebagai solusi untuk
membantu mengatasi kendala produksi pertanian yaitu Pupuk Organik Cair.
Pupuk organik ini diolah dari bahan baku berupa kotoran ternak, kompos,
limbah alam, hormon tumbuhan, dan bahan-bahan alami lainnya yang diproses
secara alamiah selama 4 bulan. Pupuk organik cair memiliki sifat fisik cair,
kimia, dan biologi tanah yang bagus untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
Sifat pupuk tersebut memiliki manfaat untuk membantu menunjang produksi
tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk
anorganik, dan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang/kompos.
Dalam penelitian ini, pupuk organik yang digunakan memiliki perbedaan
konsentrasi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kentang, sehingga
diharapkan dari instrumen pendukung yang ada dapat memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman kentang.
Analisis observatif yang dilakukan memiliki tujuan untuk memperoleh
data tentang pertumbuhan tanaman kentang terhadap instrumen sampel yang

2
diberikan untuk mendukung percobaan penelitian. Dengan perlakuan tersebut,
diharapkan percobaan yang dilakukan bisa memberikan gambaran mengenai
produktivitas tanaman kentang kedepan.
Pembanding data dari penggunaan pupuk cair dengan pupuk
kandang/kompos bisa dijadikan konklusi akhir dari penelitian ini. Kemudian,
aplikasi nyata dari penggunaan hasil penelitian dan percobaan mampu diterapkan
dalam dunia agrikultur. Produktivitas tanaman kentang yang bermutu dapat
berkembang pesat, serta tujuan eco agriculture friendly dapat dicapai.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan tersebut, penulis
merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ilmiah ini
sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh perbandingan konsentrasi pupuk organik cair
terhadap pertumbuhan tanaman kentang?
2. Bagaimana proses pertumbuhan tanaman kentang dengan perlakuan
yang berbeda terhadap konsentrasi pupuk cair yang diberikan?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian dalam penulisan karya tulis ilmiah ini sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh perbandingan konsentrasi pupuk organik
cair terhadap pertumbuhan tanaman kentang.
2. Pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap pertumbuhan tanaman
kentang yang memiliki kandungan konsentrasi pupuk cair yang
berbeda.
3. Hasil penelitian dikaji untuk membandingkan percobaan yang
dilakukan dengan sampel objek lain diluar percobaan, seperti
keefektifan pupuk organik cair dengan pupuk anorganik, perbandingan
dengan pupuk kandang/kompos, serta dampak emisi yang dihasilkan
terhadap lingkungan.

3
1.4 Hipotesis
Sebelum melakukan percobaan, penulis telah memiliki beberapa
data awal dari kegiatan riset yang sudah dilakukan. Data tersebut
digunakan sebagai bahan rujukan untuk membuat kerangka hipotesis yang
sifatnya masih sementara. Hipotesis ini dirancang untuk membuat
pradugaan awal dengan landasan teori untuk mengetahui kebenarannya
dari hasil penelitian yang dilakukan.
Adapun uraian hipotesis dari kegiatan penelitian tentang tanaman
kentang sebagai berikut:
1. Pupuk organik cair yang diaplikasikan ke tanaman kentang dengan
konsentrasi yang berbeda memiliki pengaruh terhadap
pertumbuhan dan produktivitas tanaman kentang.
2. Pupuk organik cair yang diterapkan ke tanaman kentang dengan
konsentrasi 10% paling efektif dalam meningkatkan pertumbuhan
dan produkivitas tanaman kentang.

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbedaan
perbandingan konsentrasi pupuk organik cair terhadap pertumbuhan tanaman
kentang. Setiap siklus pertumbuhan yang diobservasi memiliki manfaat untuk
mengetahui laju reaksi pupuk organik cair terhadap produktivitas tanaman
kentang yang dihasilkan dari kegiatan penelitian tersebut.
Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan bisa dijadikan bahan rujukan
untuk mengetahui cara memilih produk pupuk yang tepat dalam mengolah
pertanian. Tentunya hal tersebut bisa memberikan manfaat bagi petani dalam
menentukan ketepatan takaran ketika melaksanakan kegiatan pemupukan.
Manfaat lain yang bisa dirasakan apabila penelitian dikembangkan lebih
lanjut adalah produk pertanian berbasis organik bisa mendukung usaha tani tanpa
memerlukan usaha lebih untuk membuatnya. Kepraktisan yang didapatkan bisa
membantu meningkatkan produktivitas pertanian yang optimal. Sehingga
peminimalisiran emisi yang dihasilkan terhadap lingkungan bisa dicapai.

4
BAB II
Tinjauan Pustaka

2.1 Botani Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)


Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman terna
menahun yang menghasilkan umbi batang yang terbentuk di bawah tanah dan
dapat dimakan. Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu
anggota keluarga Solanaceae. Tanaman ini lebih menyukai kultur tanah yang
sedikit asam, berdrainase baik, dan kecenderungan hidup di lahan yang subur.
Tanaman kentang menghasilkan bunga merah, putih, merah muda, dan ungu atau
biru pada akhir musim tanamnya (3-4 bulan setelah tanam).
Tinggi tanaman dapat mencapai 20 inci (50 cm). Kentang memiliki
jaringan akar yang relatif pendek dengan sebagian besar akarnya berada di tanah
setinggi 60 cm. Setiap tanaman kentang yang sehat dapat menghasilkan 3 hingga
25 kentang. Bertentangan dengan kepercayaan umum, tanaman kentang tidak
membutuhkan lebah atau penyerbuk lainnya untuk menghasilkan umbi kentang.
Namun, tanaman ini masih membutuhkan penyerbuk sehingga bunga dapat
menghasilkan “biji sejati”.
Setelah berbunga, tanaman kentang menghasilkan buah hijau kecil yang
mengandung biji sejati. Menanam kentang dari biji sejati masih memungkinkan,
tetapi menghasilkan kentang yang berbeda dengan karakteristik yang ada,
memerlukan seleksi yang tepat saat memeilih bibit. Keseragaman kentang
merupakan salah satu prioritas utama petani kentang. Hal tersebutlah yang melatar
belakangi mengapa kebanyakan dari mereka lebih suka menanam bibit kentang
yang menghasilkan turunan dari varietas induk.
Bibit kentang sebenarnya adalah kentang biasa seperti yang kita makan.
Umbi tersebut dipilih karena memiliki sifat yang diinginkan. Tanaman kentang
juga diperiksa terhadap berbagai penyakit. Seperti yang terjadi dengan tomat,
paprika, dan tanaman lainnya, tanaman kentang merupakan jenis tanaman
menahun asli. Namun, kita membudidayakan kentang sebagai tanaman musiman

5
karena panen kentang membutuhkan penggalian, pencabutan, dan memerlukan
penghancuran tanaman.

Berikut adalah Klasifikasi Tanaman Kentang

Kingdom = Plantae
Divisio = Spermatophyta
Subdivisio = Angiospermae
Clasis = Dicotyledonae
Ordo = Tubiflorae
Familia = Solanaceae
Genus = Solanum
Spesies = Solanum tuberosum Linn

2.2 Morfologi Tanaman Kentang


2.2.1 Daun

Tanaman kentang umumnya berdaun rimbun. Helaian daun berbentuk


poling atau bulat lonjong dengan ujung meruncing. Memiliki anak daun primer
dan sekunder, tersusun dalam tangkai daun secara berhadap-hadapan (daun
mejemuk) yang menyirip ganjil. Warna daun hijau keputih–putihan. Posisi
tangkai utama terhadap batang tanaman membentuk sudut kurang dari 45 derajat
atau lebih besar 45 derajat. Pada dasar tangkai daun terdapat tunas ketiak yang
dapat berkembang menjadi cabang sekunder (Rukmana, 1997).
Daun berkerut–kerut dan permukaan bagian bawah daun berbulu. Daun
tanaman berfungsi sebagai tempat proses asimilasi untuk pembentukan

6
karbohidrat, lemak, protein dan vitamin yang digunakan untuk pertumbuhan
vegetatif, respirasi dan persediaan tanaman.

2.2.2 Batang

Batang tanaman berbentuk segi empat atau segi lima, tergantung pada
varietasnya. Batang tanaman berbuku–buku, berongga, dan tidak berkayu, namun
agak keras bila dipijat. Diameter batang kecil dengan tinggi dapat mencapai 50–
120 cm dan tumbuh secara menjalar.
Warna batang hijau kemerah–merahan atau hijau keungu–kunguan
(Rukmana, 1997). Batang tanaman berfungsi sebagai jalan zat– zat hara dari tanah
ke daun dan untuk menyalurkan hasil fotosintesis dari daun ke bagian tanaman
yang lain.
2.2.3 Akar

Tanaman kentang memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar


tunggang dapat menembus tanah sampai kedalaman 45 cm, sedangkan akar
serabut umumnya tumbuh menyebar (menjalar) ke samping dan menembus tanah
dangkal. Akar tanaman berwarna keputih–putihan dan halus berukuran sangat
kecil.

7
Diantara akar–akar tersebut ada yang akan berubah bentuk dan fungsinya
menjadi umbi (stolon) yang selanjutnya akan menjadi umbi kentang. Akar
tanaman berfungsi menyerap zat–zat yang diperlukan tanaman dan berfungsi juga
untuk memperkokoh berdirinya tanaman (Samadi, 1997).

2.2.4 Bunga

Bunga kentang berkelamin dua (hermap hroditus) yang tersusun dalam


rangkaian bunga atau karangan bunga yang tumbuh pada ujung batang dengan
tiap karangan bunga memiliki 7–15 kuntum bunga. Warna bunga bervariasi:
putih, merah, dan biru. Struktur bunga terdiri dari daun kelopak (calyx), daun
mahkota (corolla), benang sari (stamen) yang masing–masing berjumlah 5 buah,
serta warna putih 1 buah.
Bunga bersifat protogami, yakni putik lebih cepat masak daripada tepung
sari. Sistem penyerbukannya dapat menyerbuk sendiri ataupun silang (Rukmana,
1997). Bunga kentang yang telah mengalami penyerbukan akan menghasilkan
buah dan biji–bijian (Samadi, 1997).
Buah kentang berbentuk bulat, bergaris tengah kurang lebih 2,5cm,
berwarna hijau tua sampai keungu–unguan dan tiap buah berisi 500 bakal biji.
Bakal biji yang dapat menjadi biji hanya berkisar 10 butir sampai dengan 300
butir. Biji kentang berukuran kecil, bergaris tengah kurang lebih 0,5 mm,
berwarna krem, dan memiliki masa istirahat (dormansi) sekitar 6 bulan.

8
2.2.5 Umbi

Umbi terbentuk dari cabang samping diantara akar–akar. Proses


pembentukan umbi ditandai dengan terhentinya pertumbuhan memanjang dari
rhizome atau stolon yang diikuti pembesaran sehingga rhizome membengkak.
Umbi berfungsi menyimpan bahan makanan seperti karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral, dan air (Samadi, 1997).
Selain mengandung zat gizi, umbi kentang mengandung zat solanin yang
beracun dan berbahaya bagi yang memakannya. Racun solanin akan berkurang
atau hilang apabila umbi telah tua sehingga aman untuk dimakan. Tetapi racun
solanin tidak dapat hilang apabila umbi tersebut keluar dari tanah dan terkena
sinar matahari. Umbi kentang yang masih mengandung racun solanin berwarna
hijau walaupun telah tua.

2.3 Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tanaman Kentang


Penelitian mendapatkan konsentrasi dan jumlah aplikasi optimum zat
pengatur tumbuh (ZPT) mepiquat klorida untuk memaksimalkan pertumbuhan
dan hasil umbi kentang kultivar Granola yang ditanam di dataran medium Blitar,
Jawa Timur. Rancangan acak kelompok dengan tiga pengulangan telah
diaplikasikan.

Pemberian mepiquat klorida terdiri atas empat taraf konsentrasi, yaitu


4,6,8,9 ml/l diaplikasikan satu kali pada umur 42 hari setelah tanam dan yang
diaplikasikan dua kali masing-masing setengah konsentrasi pada umur 35 dan 42
hari setelah tanam bibit umbi kentang dan kontrol, sehingga jumlah perlakuan ada
sembilan.

9
Hasil penelitian mengungkapkan tidak terjadi gejala fitotoksisitas
klorosis, dan gejala abnormal lainnya pada tanaman kentang kultivar Granola
yang disemprot laturan meiquat klorida tersebut, mepiquat klorida konsentrasi 4
sampai 16 m/l yang diberikan satu atau dua kali mereduksi luas daun 17% sampai
37%, meningkatkan bobot umbi segar total sebesar 14% sampai 25%.

Hasil bobot umbi tertinggi diperoleh dari pemberian mepiquat klorida


konsentrasi 6 ml/l satu kali aplikasi pada 42 hst. Penerapan teknologi yang
dihasilkan dapat menguntungkan melalui peingkatan hasil umbi kentang kultivar
Granola.

2.4 Pupuk Organik Cair


2.4.1 Pengertian Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair adalah larutan dari pembusukan bahan-bahan
organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang
kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur.
Bahan baku pupuk organik cair yang sangat bagus yaitu bahan
organik basah atau bahan organik yang mempunyai kandungan air tinggi
seperti sisa-sisa buah-buahan dan sisa sayur-sayuran. Klasifikasi pupuk
organik cair menurut Hadisuwito (2007) yaitu:
1. Pupuk cair limbah organik.
2. Pupuk kandang cair.
3. Pupuk cair limbah manusia

2.4.2 Standar Mutu Pupuk Organik Cair Tabel 1 Persyaratan


Minimal Pupuk Cair Organik

10
Sumber: Permentan No. 70/Permentan/SR.140/10/2011

2.5 Kandungan Hara Pupuk Organik Cair


Peran bahan kimia organik adalah membantu menyediakan beberapa unsur
hara yang diperlukan tanah dan tanaman (Lingga, 2007). Adapun beberapa
unsur kimia tersebut sebagai berikut :
2.5.1 Nitrogen

11
Unsur nitrogen (N) berguna bagi pertumbuhan pucuk daun dan
bagian vegetatif lainnya. Pemberian pupuk nitrogen akan mendorong
daun menjadi cepat besar dan berwarna hijau.
2.5.2 Fosfor
Kandungan fosfor (P) pada tanaman membantu dalam
pertumbuhan bunga, buah, biji, serta pematangan buah.
2.5.3 Kalium
Kalium (K) berfungsi dalam pembentukan protein dan karbohidrat
juga berperan dalam pembentukan antibodi tanaman untuk melawan
penyakit. Memperkuat tanaman sehingga tidak mudah rebah,
membuat buah , daun, dan bunga tidak mudah rontok dari tangkainya.
2.5.4 Kalsium
Kalsium (Ca) membantu dalam proses penyerapan air,
mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan
batang.
2.5.5 Magnesium
Magnesium (Mg) berfungsi membantu proses pembentukan
klorofil atau hijau daun.
2.5.6 Belerang
Belerang (S) berfungsi untuk membentuk bintil akar, pertumbuhan
tunas, pembentukan klorofil, sintesis protein, serta bagian dari asam
amino, sistein, koenzim A, dan vitamin B1.

2.6 Karakteristik Pupuk Organik Cair


Cairan pupuk organik berwarna coklat agak kekuningan. Oleh sebab
dibuat dari bahan sampah, bau khas pupuk ini cukup menyengat tetapi bau
tersebut dapat dikurangi, bahkan dihilangkan dengan cara memberikan pewangi.
Produk yang dihasilkan merupakan produk organik, bahan pewangi nya pun harus
bahan alami. Bahan pewangi alami yang dapat digunakan yaitu sereh wangi, jeruk
citrun, atau pandan (Purwendro, 2008).

12
2.7 Pembuatan Pupuk Organik Cair

Pembuatan pupuk organik cair terdapat 2 cara yaitu :


Bahan organik dimasukkan ke dalam karung beras dan tekan sampai padat,
ikat karung beras dengan tali raffia, buat larutan media yang berasal dari cairan
molase (gula yang dilarutkan dalam air), air cucian beras, air kelapa, dan air
bersih. Kemudian masukkan karung beras tadi ke dalam media sampai terendam
seluruhnya.
Tutup ember dengan rapat supaya udara tidak masuk ke dalam ember.
Simpan ember di tempat yang teduh dan terhindar dari sinar matahari langsung.
Simpan selama 7 hari sampai 10 hari, proses fermentasi selesai dan buka tutup
ember. Setelah itu, angkat karung dan volume bahan akan menyusut dari volume
awal. Air rendaman ini yang digunakan sebagai pupuk organik cair (Purwendro,
2007).
Bahan untuk membuat : limbah organik, cairan molase, air bekas cucian
beras, air kelapa yang sudah tua, air bersih yang dimasukkan dalam tangki, diaduk
sampai merata. Simpan 7-10 hari di tempat yang teduh dan terhindar dari sinar
matahari langsung (Alex, 2011).

Cara lain pupuk organik yang dibuat adalah pupuk organik yang
menggunakan limbah organik dan kotoran ternak serta mikroba dekomposer yang
tersedia di pasaran lokal. Pembuatan pupuk bokasi dilakukan dengan mengambil
kotoran sapi atau kambing kemudian dicampur dengan limbah organik,
selanjutnya disiram dengan air yang telah ditambahkan gula pasir dan mikroba
dekomposer sesuai takaran. Campuran selanjutnya diaduk hingga merata dan
ditumpuk dengan tinggi tidak lebih dari 30 cm dan dibiarkan selama 7 hari. Pada
hari ketiga dan seterusnya, tumpukan dibalik sampai proses pengomposan sudah
berhasil (sulaeman, 2016)

2.8 Konsentrasi Pupuk Organik Cair


Penelitian berhasil mendapatkan dosis pupuk organik cair dan tehnik
penanaman yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi
kentang.Perlakuan penelitian dilakukan dengan rancangan acak. Perlakuan terdiri

13
atas dua factor. Faktor I ialah dosis pupuk organik cair (C0 = tanpa pupuk organik
cair, C1 = pupuk organik cair 3 ml/l air, C2 = pupuk organik cair 6 ml/l air, dan
C3 = pupuk organik cair 9 ml/l air) dan faktor 2 ialah teknik penanaman (T1 =
tanpa mulsa, T2 = memakai mulsa).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk organik cair dengan dosis 6


ml/l air dan teknik penanaman dengan mulsa dapat meningkatkan pertumbuhan
vegetatif tanaman kentang sebesar 84,48 dan 98,68% pada umur 1 bulan setelah
tanam dan 2 bulan setelah tanam. Teknik penanaman kentang menggunakan
mulsa dapat menekan serangan penyakit Phytophthora infestans sebesar 32,25%
dibandingkan penanaman tanpa mulsa. Pemberian pupuk organik cair dengan
dosis 6 ml/l air dan penanaman menggunakan mulsa dapat meningkatkan produksi
per plot (95,27%) dan persentase kelas umbi besar (44,27 – 128,77%), serta
mengurangi kelas umbi kecil (60,93 – 119,04%).

Artinya pengaruh dosis pupuk organik cair yang diaplikasikan ke tanaman


kentang memiliki proses yang berkesinambungan terhadap perlakuan saat
melakukan teknik penanaman kentang. Prosentase yang dihasilkan apabila teknik
penanaman (T1 dan T2), serta faktor dosis yang diberikan menunjukan rentang
perkembangan yang sangat besar terhadap pertumbuhan tanaman kentang
(analisis dekat dengan 100% perkiraan hasil).

Semakin tinggi dosis konsentrasi larutan (C3, 9 ml/1 air) diimbangi teknik
penanaman yang tepat (T2=memakai mulsa) menunjukkan hasil produksi tanaman
kentang yang optimal. Dengan ini mengindikasikan bahwa konsentrasi larutan
pupuk cair/1 air berpengaruh sebesar 2,5% setiap plot hasil dari tanam yang sudah
dilakukan. Kemudian, hasil akhir bisa dijadikan pembanding untuk dianalisis
lebih lanjut guna mempertahankan ketepatan takaran pemupukan.

14
Bab III
Metodologi Penelitian

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan tanaman kentang
di dataran medium dan menentukan perbandingan konsentrasi pupuk organik
yang terbaik untuk tanaman kentang.
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang
tanaman kentang. Pertama kita menanam tanaman kentang di tanah dataran
medium dan memupupuknya dengan dosis yang sudah di tentukan hingga
tanaman kentang itu tumbuh dan siap di panen.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Cangkul
2. Sekop
3. Sarung tangan
4. Takaran pupuk
3.2.2 Bahan
1. Benih/bibit tanaman kentang
2. Pupuk organik cair
3. Media tanam
3.2.3 Cara Kerja
3.2.3.1 Persiapan lahan dan Penanaman
Pengolahan lahan yang akan ditanami kentang dicangkul
sedalam 20-40 cm, kemudian dibiarkan selama 10 hari. Lahan
yang digunakan seluas 10m x 15m = 150m 2, dibuat bedangan
dan selokan untuk irigasi.
Bedengan berupa blok-blok bujur sangkar 40 cm x 40 cm,
tinggi 30 cm dan jarak antar blok 20 cm. Setelah pembuatan

15
blok selesai, tanah di kapur dengan dolomite sebanyak 1,2 g
tanaman.

3.3 Perbedaan Perlakuan


Pemberian pupuk organik cair dilakukan sebanyak 4 kali yaitu 1 kali
penyiraman ke tanah yang dilakukan satu hari sebelum tanam dan 3 kali
penyemprotan ke daun yang dilakukan pada waktu tanaman kentang berumur 2, 4,
dan 6 minggu setelah tanam.

Jumlah pemberian pupuk organik cair untuk satu kali perlakuan sebanyak
200ml setiap tanaman. Penanaman dilakukan dengan cara meletakkan umbi bibit
kentang kedalam lubang dengan kedalaman 10 cm dengan posisi tunas umbi bibit
kentang menghadap ke atas dan lubang ditutup kembali dengan tanah.

Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiangan, pembumbunan,


pengendalian hama dan penyakit, pemasangan ajir/penopang tanaman dan
pemangkasan batang. Pengairan dilakukan tergantung cuaca dan keadaan tanah.
Penyiangan dilakukan pada waktu kentang berumur 1 bulan bersamaan dengan
kegiatan pembumbunan.

Pemasangan ajir dilakukan tiga minggu setelah tanam, pemangkasan


batang dilakukan 10 hari sebelum panen. Pengendalian hama dan penyakit mulai
dilakukan bila telah terdapat tanda-tanda serangan hama dan gejala penyakit.
Interval penyemprotan disesuaikan dengan kondisi tanaman yaitu antara 2 hari
sampai 7 hari sekali.

3.4 Pemanenan Tanaman Kentang


Pemanenan kentang dilakukan pada waktu tanaman berumur 100 hari
setelah tanam. Pemanenan dilakukan dengan cara membongkar gulu dengan
cangkul kemudian umbi dikumpulkan dan dipisahkan dari umbi-umbi yang
busuk. Umbi dibiarkan beberapa saat agar terkena sinar matahari, baru umbi
dimasukkan kedalam wadah penampung yaitu karung.

16
Pada waktu pemanenan dilakukan pengamatan terhadap parameter
pertumbuhan yang meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan
kering tanaman kentang, serta parameter produk yang meliputi jumlah
diameter umbi serta berat basah dan berat kering umbi, serta parameter
lingkungan atau pendukung yang berupa suhu dan kelembaban yang diukur
setiap 3 hari sekali, serta pH tanah yang diukur pada awal dan akhir penelitian.

Parameter PO P1 P2 P3 P4
Rerata
tinggi 41,36 45,86 46,78 46,36 47,18
tanaman
(cm)
Rerata
jumlah daun 196,00 204,80 227,20 289,60 344,00
(helai)
Rerata berat
basah 382,96 459,62 530,94 608,42 650,88
tanaman
kentang (g)
Rerata berat
kering 64,94 65,38 65,48 72,58 77,90
tanaman
kentang (g)

Keterangan: Angka-angka pada baris yang sama dan diikuti oleh huruf kecil yang sama
Menunjukkan nilai yang berbeda tidak nyata dalam uji Duncan 5 %.

3.5 Analisis Data Penelitian


Penggunaan pupuk organik cair dengan berbagai konsentrasi perlakuan
yaitu 0 ml/l, 1 ml/l, 2 ml/l. 3 ml/l dan 4 ml/l yang diaplikasikan terhadap
tanaman kentang memberikan hasil yang berbeda tidak nyata terhadap

17
parameter tinggi tanaman, berat kering tanaman, jumlah umbi dan berat kering
umbi kentang tetapi pada konsentrasi 4 ml/l memberikan hasil yang
signifikan terhadap jumlah daun, diameter umbi, berat basah tanaman dan
berat basah umbi kentang.
Hasil dari perlakuan tersebut kemudian diolah untuk mendapatkan
kesimpulan akhir dari pecobaan yang dilakukan guna menjawab hipotesis
awal yang dirancang sebelumnya. Setiap parameter yang disajikan
mengindikasikan bahwa peningkatan konsentrasi yang diberikan setiap ml/1
air menunjukkan produktivitas tanaman kentang yang optimal.
Analisis penelitian dapat dilakukan sesui data yang dikumpulkan
(kuantitatif) yang terangkum dalam tabel diatas. Angka-angka yang
ditunjukkan memuat nilai perlakuan yang didata setiap kurun waktu
pengamatan yakni 3 hari sekali.
Pengaplikasiaan penggunaan pupuk organik cair dengan berbagai
konsentrasi perlakuan yaitu 0 ml/l, 1 ml/l, 2 ml/l. 3 ml/l dan 4 ml/l terhadap
tanaman kentang menunjukkan perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap
pertumbuhan tanaman kentang. Melalui parameter uji coba, kita bisa melihat
perbedaan mendasar pertumbuhan tanaman kentang.
Tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan kering tanaman kentang,
serta parameter produk yang meliputi jumlah diameter umbi dan berat basah
maupun berat kering umbi kentang, ditambah parameter lingkungan atau
pendukung yang berupa suhu dan kelembaban. Sampel tersebut dijadikan
variabel uji coba untuk dijadikan landasan dalam menyimpulkan hasil
penelitian.
Berdasarkan tabel uji coba tersebut, angka perlakuan terbaca terus
meningkat sejalan dengan peningkatan konsentrasi pupuk organik cair ml/1
yang diaplikasikan ke tanaman kentang. Melalui parameter dan variabel lain
yang mendukung pengamatan, menunjukkan hasil analisis yang
mengindikasikan bahwa parameter uji coba sesui dengan hipotesis awal,
bahwa semakin tinggi konsentrasi pupuk cair yang diberikan maka
produktivitas tanaman kentang semakin meningkat.

18
Bab IV
Pembahasan

4.1 Analisis Bioaktivator Pemupukan Menggunakan Pupuk Organik


Cair (Bokasi)
Kegiatan pemupukan tanaman kentang merupakan bagian proses analisis
terhadap parameter yang disediakan guna menemukaan hasil studi observatif
terhadap kerangka hasil penelitian yang ditemukan. Melalui proses pembuatan
sampai pengamatan, data-data yang dikumpulkan diolah dan dijadikan bahan
pertimbangan sekaligus pembanding dari hipotesis penulis sebelumnya.
Sasaran penelitian ini bertujuan menemukan hasil observasi dari parameter
percobaan (kentang), dengan perlakuan yang berbeda bersama variabel bebas lain
yang saling memengaruhi. Sampel percobaan digunakan untuk mengetahui
perbandingan konsentrasi pupuk organik cair ml/1 air yang diaplikasikan ke
tanaman. Rujukan akhir diharapkan mampu menemukan akurasi data yang
menyatakan bahwa hipotesis awal tentang peningkatan konsentrasi pupuk organik
cair memiliki pengaruh penuh terhadap pertumbuhan tanaman kentang.
Semakin tinggi konsentrasi larutan pupuk organik cair tehadap ml/1 liter
air, maka hasil parameter rerata sampel meningkat sejalan dosis takaran yang
diberikan. Oleh karena itu, sebagai pembanding perlakuan sekaligus observasi
yang dilakukan, terlihat bahwa perbandingan konsentrasi pupuk cair organik
sangat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman kentang. Semakin tinggi
takaran yang diaplikasikan, bisa dipastikan angka parameter juga meningkat
(kualifikasi 25% perlakuan), serta produktivitas tanaman kentang lebih optimal.
Lalu bagaimana penelitian ini bisa dijadikan pembanding terhadap objek
penelitian lain yang sudah disebutkan? Apakah pupuk organik cair lebih efektif
dan ramah lingkungan dibandingkan dengan pupuk kandang/kompos? Apakah
kebenaran hipotesis yang dinyatakan sesuai dengan hasil penelitian? Analisis
tujuan dan hasil hipotesis tersebut dapat dipaparkan lebih lanjut.

19
4.2 Analisis Hasil Penelitian
Melalui kegiatan observasi, pengumpulan data, hingga akurasi akhir dari
hasil penelitian yang dilakukan. Kita bisa menguraikan hasil penelitian sesuai
dengan rumusan masalah dan hipotesis yang disebutkan.
Bagaimana penelitian ini bisa dijadikan pembanding terhadap objek
penelitian lain yang sudah disebutkan? Berikut uraian mengenai hasil
penelitian yang dijadikan rujukan pembanding terhadap sampel objek
penelitian lain.
1. Perbandingan objek penelitian mengenai konsentrasi larutan pupuk
cair organik dengan sampel uji coba lain bisa ditelaah sesuai dengan
rumusan akhir hasil penelitian yang telah dilaksanakan.
2. Kemudian, hasil penelitian bisa dijadikan rujukan pembanding, guna
menjawab rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya. Bisa berupa
konklusi atas kedua pilihan mengenai efektifitas kedua objek/hal lain
yang dirumuskan sebelumnya.
3. Dalam hal ini, perbandingan objek penelitian disandingkan dengan
sampel lain sejenis guna mengetahui perbandingan keduanya.
4. Pupuk organik cair dijadikan pembanding terhadap pupuk
kandang/kompos, guna mengetahui keekonomisan, keefektifan,
maupun faktor tujuan lain yang ingin diketahui.
5. Pupuk organik cair lebih ramah lingkungan dan ekonomis daripada
pupuk kandang/kompos dengan rentang emisi hingga 0%
Apakah pupuk organik cair lebih efektif dan ramah lingkungan
dibandingkan dengan pupuk kandang/kompos? Pupuk organik cair dinilai
lebih ekonomis dan tidak susah ketika kita mau membuat maupun
mengaplikasikannya ke lahan pertanian. Para petani yang bergerak di bidang
agrikultur bisa beralih ke metode ini, mengingat emisi yang ditimbulkan ke
lingkungan berbassis eco friendly dengan akurasi hasil mencapai 0%.
Apakah kebenaran hipotesis yang dinyatakan sesuai dengan hasil
penelitian? Melalui uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, berikut

20
beberapa pembahasan mengenai hasil penelitian dan kesimpulan hipotesis
mengenai kebenaran pernyataan yang disajikan.
1. Takaran setiap konsentrasi larutan yang diberikan ke parameter
percobaan, menunjukkan hasil perbandingan yang signifikan terhadap
produktivitas tanaman kentang.
2. Semakin tinggi konsentrasi pupuk organik cair yang diaplikasikan ke
tanaman, bisa dipastikan rerata sampel percobaan mengindikasikan
bahwa tanaman kentang berkembang secara optimal.
3. Setiap perlakuan yang berbeda menunjukkan bahwa terdapat angka
percobaan yang berbeda. Sampel tinggi tanaman, jumlah helai daun,
rerata berat basah dan kering tanaman, dijadikan landasan observasi
parameter yang disajikan. Variabel bebas seperti matahari dan faktor
pendukung lain menjadi bagain pendukung dari eksternal.
4. Apabila dijadikan objek pembanding, pupuk organik cair lebih ramah
lingkungan daripada pupuk anorganik, pupuk organik cair dinilai juga
lebih praktis dan ekonmis daripada pupuk kandang/kompos, serta
pupuk organik cair juga dinilai sangat fleksibel apabila diterapkan
dalam dunia pertanian, sifatnya yang eco friendly juga emisi 0% yang
dihasilkan, mengindikasikan pupuk organik cair menjadi solusi
organic agriculture kedepan.
5. Perkembangan pertanian yang semakin maju, perlu diimbangi dengan
sifat selektif dalam memilah suatu hasil pertanian. Pupuk organik cair
bisa dijadikan solusi untuk mendukung perkembangan teknologi
agrikultur berbasis organik, guna mendukung Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat (GERMAS) dan kesetaraan pangan (Petani Sejahtera,
Negara Kaya), inovasi perlu ditingkatkan lebih lanjut kedepannya,
terkhusus di bidang pertanian.

Setiap riset yang dilakukan, diharapkan mampu menyokong kemajuan


baru terhadap inovasi yang dilakukan. Rujukan akhir diharapkan mampu
meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh sebab itu, penelitian

21
yang dilakukan bisa dikembangkan lebih lanjut guna memberikan pembaruan
ilmu dan perkembangan inovasi kedepannya.

Gambar2. Pertumbuhan tinggi tanaman kentang pada umur 58


hari setelah tanam (hst).

22
Bab V
Penutup

5.1 Kesimpulan
1. Pemberian pupuk organik cair dengan konsentrasi yang berbeda melalui
parameter yang disajikan, menunjukkan pengaruh yang signifikan
terhadap pertumbuhan tanaman kentang dalam kurun waktu pengamatan.
Setiap pengaplikasian 1ml/1 l air larutan dapat dilihat bahwa dosis
pemupukan memiliki pengaruh penuh terhadap perkembangan tanaman
kentang, semakin tinggi konsentrasi yang diberikan, maka produktivitas
tanaman kentang semakin meningkat. Selain itu, perbandingan setiap
perlakuan menunjukkan peningkatan laju dosis reaksi yang meningkat.
Indikasi yang dihasilkan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
kentang yang lebih optimal.
2. Pemberian perlakuan yang berbeda terhadap parameter yang disajikan
memiliki pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman kentang.
Melalui analisis sampel percobaan tinggi tanaman, jumlah helai daun,
rerata berat basah tanaman kentang, serta rerata berat kering tanaman
kentang. Melihat grafik peningkatan hasil percobaan yang dilakukan,
menunjukkan parameter yang diobservasi memiliki pengaruh berbeda
sesuai dengan tingkat konsentrasi pupuk organik cair yang diberikan.
Semakin tinggi dosis yang diaplikasikan, bisa dilihat pertumbuhan
tanaman semakin optimal. Hal ini mengindikasikan bahwa perbedaan
perlakuan dan reaksi konsentrasi memiliki pengaruh kuat terhadap
produktivitas tanaman kentang.
3. Sebagai pembanding, pupuk organik cair dinilai lebih ramah lingkungan
daripada pupuk anorganik. Selain itu, apabila dilihat dari keefektifan,
keekonomisan, dan kepraktisannya, pupuk organik cair dinilai lebih
unggul daripada pupuk kompos/kandang. Hal ini bisa dijadikan rujukan
solusi baru di ruang lingkup pertanian. Sifatnya yang ramah lingkungan/

23
eco friendly dapat meminimalisir pencemaran dengan emisi total yang
dihasilkan bisa mencapai 0%

5.2 Saran
Disarankan untuk pengembangan penanaman kentang di dataran medium
dalam beberapa taraf elevasi dengan penggunaan pupuk organik cair yang berbeda
konsentrasinya perlu ada kombinasi perlakuan optimum, kemudian untuk memacu
suhu ideal penggunaan bahan organik sebagai mulsa mampu menghasilkan
pertumbuhan dan produksi kentang yang maksimum.
Bobot akhir dari konsentrasi 10ml/1 l air menunjukkan pengaruh kuat
terhadap peningkatkan produktivitas tanaman kentang. Setiap pemeliharaan,
ketepatan perlakuan, juga sasaran takaran yang sesuai menunjukkan hasil
pertanian yang optimal dan cocok untuk dikembangkan.

24
Daftar Pustaka

Adrianie, T. 2006. Pertumbuhan dan Pembetukan Umbi Mikro Kentang pada


Beberapa Taraf Coumarine dan Dua Suhu Inkubasi (18 dan 250 C).
Skripsi S-1 Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian UNIB (tidak
dipublikasikan)
Baharuddin, 2008. Optimalisasi Sistem Produksi Benih Kentang Berbasis
Bioteknologi Ramah lingkungan. Seminar Pekan Kentang Nasional dan
Tanaman Sayuran. Tanggal 20 – 21 Agustus 2008. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hortikultura Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang.
BPS. 2012. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kentang,
http://www.bps.go.id. Diakses tanggal 24—05—2022.
Https://wikifarmer.com/id/cara-menanam-kentang/. Cara menanam kentang.
Diakses tanggal 25—05—2022.
Rosanna. 2014. Efektivitas zat pengatur tumbuh dan pupuk organik dalam
mendukung teknologi budidaya kentang (Solanum tuberosum L.) di
dataran medium. Makassar. Skripsi S-2 Jurusan Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin (tidak dipublikasikan).
Sulaeman, dkk.. 2016. Abdi Tani PKM Kelompok Tani Sayuran dalam
Penggunaan Teknologi Pengelolaan Hama dan Penyakit Ramah
Lingkungan dan Teknologi Pemupukan Organik Untuk Meningkatkan
Produktivitas dan Pendapatan Petani di Desa Karawana Kecamatan Dolo
Kabupaten Sigi. Jurnal Masyarakat Abditani Program Studi Agribisnis,
Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako; Program Studi
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, No. ISSN :
2622-4682. Jurnal.
Syarif, Z.. 2004. Karakteristika Pertumbuhan Tanaman Kentang Yang Ditopang
Dengan Turus Dalam Sistem Tumpangsari Kentang/Jagung Dengan
Berbagai Waktu Tanam Jagung Di Dataran Medium. Stigma12 (4): 431-
436.

25

Anda mungkin juga menyukai