OLEH :
MADE SARIWIDIASIH
45 18 033 038
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
i
HALAMAN PENGESAHAN
KOMISI PENGUJI
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
ii
BIODATA DIRI
Profil
Riwayat
Kontak
No telp/Hp : 081356604167
Email : madesariwidiasih@gmail.com
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. atas
Laut Eucheuma Cottonii Menjadi ATC Chips ini dapat diselesaikan secara
penyusunan laporan ini seperti penyusunan kalimat dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat diharapkan agar laporan
yang dibuat kedepannya lebih baik lagi. Akan tetapi penulis juga berharap
makalah ini dapat memberi manfaat untuk kita semua khususnya bagi
pembaca
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
v
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
LAMPIRAN ............................................................................................ 37
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Kegiatan...........................................................11
Tabel 2. Loog Books.................................................................. 12
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pembelian rumput laut..................................................... 22
Gambar 2. Pencucian pertama rumput laut....................................... 23
Gambar 3. Proses pemaskan rumput laut.......................................... 24
Gambar 4. Pencucian kedua rumput laut........................................... 25
Gambar 5. Pemotongan rumput laut.................................................. 26
Gambar 6. Pengeringan atau penjemuran rumput laut...................... 28
Gambar 7. Pemisahan kotoran pada rumput laut.............................. 29
Gambar 8. Penyaringan rumput laut.................................................. 30
Gambar 9. Pengepakan ATC chips.................................................... 31
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
obat-obatan maupun industri-industri lain yang memanfaatkan rumput
laut sebagai salah satu bahan baku (Tilaar, 2008)
Saat ini permintaan pasar akan rumput laut semakin meningkat,
sehingga untuk memenuhi kebutuhan pasar diperlukan kesinambungan
rumput laut hasil budidaya pengembangan usaha budidaya yang
berkelanjutan (Utojo,dkk.,2007)
2
sortir ulang produk kering dari pembudidaya, sehingga sampai saat ini
posisi tawar produk kering rumput laut dari pembudidaya masih belum
mampu bersaing.Fenomena tersebut perlu segera menjadi perhatian
bersama mulai dari pembudidaya maupun pelaku usaha.
3
Salah satunya digunakan sebagai bahan pangan yaitu sargassum
polycystum yang juga mengandung alginant (Rasyid, 2005)
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumput Laut ( eucheuma cottonii )
Rumput laut adalah salah satu jenis alga yang dapat hidup
diperairan laut dan merupakan tanaman tingkat yang tidak memiliki
perbedaan susunan kerangka seperti, akar, batang dan daun.
Rumput laut atau alga juga dikenal dengan nama seawed
merupakan bagian terbesar dari rumput laut yang tergolong dalam
divisi thalopyta. Ada empat kelas yang dikenal dalam divisi
Thallopyta yaitu Cholorophyceae ( alaga hijau ), Phaephyceae
(alaga coklat ), Rhodophyceae ( alag merah ) dan Cyanophyceae (
alga biru hijau ). Alga bir dan alga hijau banyak yang hidup dan
berkembang di air tawar, sedagkan alga merah dan alga coklat
secara eksklusif ditemukan sebagai habitat laut (Ghufran,2010).
Rumput laut jenis eucheuma cottonii merupakan salah satu
rumput laut penghasil keraginan, yang berupa senyawa
polisakarida. Keraginan dalam rumput laut mengandung serat
(Dietary Fiber ) Yang sangat tinggi. Serat yang terdapat pada
keraginan merupakan bagiam dari serat gum yaitu serat yang larut
dalam air. Keraginan dapat terekstrasi dengan air panas yang
mempunyai kemampuan untuk membentuk gel. Sifat pembentukan
gel pada rumput laut ini dibutuhkan untuk menghasilkan pasta yang
baik, karena termasuk kedalam golongan Rhodopyta yang
menghasilkan florin startch ( Anggadiredja, 2011 )
Dalam dunia perdagangan nasional dan internasional,
eucheuma cottonii umumnya lebih dikenal dengan nama Cottonii.
Spesies ini menghasilkan karaginan tipe kappa. Oleh karea itu
taksonomi diubah namanya dari Eucheuma Alvarezii menjadi
Eucheuma Cottonii. Eucheuma Cottonii umumnya terdapat di
daerah tertentu dengan persyaratan khusus, kebanyakan tumbuh
didaerah pasang surut atau yang selalu terendam air. Melekat
5
diidaerah substrat di daerah perairan berupa karang batu mati,
karang batu hidup, batu gamping dan cangkang molusca (Doty 1986
diacu dalam Atmadja Et Al. 1986 ).
Menurut Aggadiredja ( 2011 ), Taksonomi dari rumput laut
jenis Eucheuma Cottonii adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Diviso : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieriaceae
Genus : Eucheuma
Spesies : Eucheuma Cottonii ( Kappaphycus alvarezii ).
6
Keraginan merupakan getah rumput laut yang diperoleh dari
hasil ekstraksi rumput laut merah dengan menggunakan air panas (Hot
Water) atau larutan alkali pada temperatur tinggi dan penting untuk
pangan (Glicksman, 1983 dalam samsuri 2006).
7
2.2 Alkali Treated Cottonii (ATC) dan Syarat Mutu ATC
Rumput laut (Algae) selain diolah dalam bentuk kering juga
dapat diolah menjadi bentuk tepung, seperti tepung agar-agar dan
tepung ATC (Alkali Treated Cottonii) yang digunakan sebagai bahan
baku untuk pengolahan karaginan murni. Jenis rumput laut yang
digunakan dalam pembuatan tepung ATC adalah rumput
laut Eucheuma. Beberapa jenis Eucheuma mempunyai peranan
penting sebagai penghasil ekstrak karagenan. Kadar karaginan
dalam setiap Spesies Eucheuma berkisar antara 54% - 73%
tergantung pada jenis dan lokasinya..
Eucheuma spinosum dan Eucheuma cottonii hasil budidaya
di Indonesia, kebanyakan untuk komoditas ekspor. Tepung ATC
(Alkali Treated Cottonii) merupakan hasil produk olahan rumput laut
jenis Eucheuma cottonii yang dapat digunakan sebagai bahan baku
untuk pembuatan karaginan murni. Selain itu tepung ATC juga
diekspor dalam rangka meningkatkan perekonomian Indonesia
karena proses lebih lanjutnya dapat digunakan sebagai bahan
pengikat dan penstabil dalam industri makanan ternak untuk
pasaran Eropa, Amerika, dan Asia Pasifik (Andriani 2006).
Ada tiga tipe dan cara pembuatan ATC, yaitu ATC Low Alkali,
ATC Chips,dan SeaweedFlour atau Semirefin Carrageenan (SRC)
(Noor et al. 1990 diacu dalam Sukri 2006).
8
Perebusan rumput laut dalam larutan alkali dimaksudkan
untuk meningkatkan titik leleh karaginan di atas suhu pemasaknya
sehingga tidak mudah larut menjadi pasta, dan untuk meningkatkan
kekuatan gel dari karaginan tersebut. Selain digunakan sebagai
bahan baku untuk pengolahan karaginan murni, ATC juga diproses
lebih lanjut sebagai bahan pengikat dan penstabil dalam industri
pakan ternak untuk pasar Eropa, Amerika, dan Asia Pasifik (BRKP
2003 diacu dalam Sukri 2006).
2. 3 Pemanfaatan ATC
Salah satu tipe dari ATC, yaitu ATC Chips, biasa digunakan
sebagai bahan dasar dalam pembuatan seaweed flour.
ATC Chips dihancurkan tanpa pemanasan untuk dijadikan tepung.
Tepung yang dihasilkan ini memiliki ukuran 40-60 mesh.
Selanjutnya seaweed flour dapat diolah menjadi karaginan (Noor et
al. 1990 dalam Sukri 2006).
9
BAB III
METODE OPERASIONAL PRAKTEK KERJA LAPANG
10
3.4 Jadwal Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Oktober November
No Kegiatan/Tahapan
Minggu
III IV I II III
4 Kegiatan PKL
1.pembelian
2.pemasakan
3.pencucian
4. pemotongan
5. penjemuran
6. penyortiran
7. penggilingan
8. pengepakan
9. penyimpanan
5 pelepasan pkl
6 penulisan laporan
11
3.5 Log Book Kegiatan PKL
Melihat Lokasi
1. Penerimaan Dan Perkenalan
Senin, 25 Dan Diri
1 Lanjut
Oktober 2021 Pengenalan Kepada Staf Di
Lokasi PKL Lokasi
PKL
Saya Diarahkan
2. Melihat Untuk
Selasa, 26
2 Kegiatan Memperhatikan Lanjut
Oktober 2021
Pemasakan Proses
Pemasakan
Saya Diarahkan
Kamis, 28 3. Melihat Cara Untuk
3 Lanjut
Oktober 2021 Pencucian Melihat Tata Cara
Pencucian
Saya Diberikan
4. Melakukan Kesempatan
Jumat, 29
4 Kegiatan Untuk Menjemur Lanjut
Oktober 2021
Penjemuran Dan Menghampar
Rumput Laut
Saya Melakukan
Kegiatan
Penyortiran Satu
Yaitu
5. Melakukan Proses
Selasa, O2
5 Kegiatan Pengayakan Dan Lanjut
November2021
Penyortiran 1 Pemisahan
Rumput Laut
Dengan Kotoran
Secara
Manual
Saya Melakukan
Kegiatan
Penyortiran
6. Melakukan Ke-Dua Dengan
Kamis, 04 Kegiatan Membersihkan
6 Lanjut
November2021 Penyortiran Rumput Laut Dari
Ke-Dua Kotoran Seperti
Paku
Dan Logam Yang
Lolos Pada
12
Penyortiran
Pertama Selama
2 Hari
Saya Diarahkan
Selasa, 09 7. Melakukan Untuk Melihat
7 November Kegiatan Proses Lanjut
2021 Penggilingan Penggilingan
Rumput Laut
Saya Diarahkan
Untuk Melakukan
Proses- Proses
Kamis, 11 8. Melakukan Pengepakan
8 November Kegiatan Untuk Lanjut
2021 Pengepakan Mengetahui Cara
-Cara
Pengepakan
Rumput Laut
Saya Diarahkan
Untuk Melakukan
9. Melakukan
Penyimpanan
Jumat, 12 Kegiatan
9 Produk ATC Lanjut
November2021 Penyimpanan
Chips
ATC Chips
Yang Sudah Di
Kemas
Saya Diarahkan
Untuk
Mengumpul
Rumput Laut
Kering Dengan
Selasa, 16 Cara
10. Kegiatan
10 November Meratakan Lanjut
Berulang
2021 Rumput Laut
Diatas Alas
Penjemuran
Dengan
Ketebalan Kurang
Lebih 5 Cm
13
Kamis, 18 Menghampar Dan
11. Kegiatan
11 November Mengumpulkan Lanjut
Berulang
2021 Rumput Laut
Saya Diarahkan
Untuk
Jumat, 19
12. Kegiatan Melihat Proses
12 November Lanjut
Berulang Pemotongan,
2021
Perebusan Dan
Pemasakan.
Melakukan
Penjemurn
Senin, 22
13. Kegiatan Rumput
13 November Lanjut
Berulang Laut Untuk
2021
Mengurangi
Kadar Air
Saya Diberikan
Kesempatan
Selasa, 23 Untuk
14. Kegiatan
14 November Melakukan Lanjut
Berulang
2021 Proses
Penyortiran Ke-
Dua
Pamitan Kepada
Para Staf Dan
15 Kamis, 15. Pamitan Pekerja Di Lanjut
PT.Bantimurung
Indah
14
BAB IV
15
1. Berusaha dalam berbagai industri, termasuk mendirikan
pabrik untuk makanan dan minuman.
2. Berdagang dan menyalurkan barang tersebut dalam
pemasaran
3. Berusaha dalam perdagangan ekspor dan perdagangan
lokal membuat bahan (interlokal dan dari barang tersebut).
4. Berusaha dalam bidang pertanian termasuk perkebunan,
peternakan, perikanan, dan cold storage.
5. Berusaha dalam bidang transportasi umum,
pemborongan, leveransir.
6. Segala sesuatu dalam arti kata yang seluas-luasnya
sepanjang tidak bertentangan dengan hokum yang berlaku
16
Berdasarkan persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman
Modal Republik Indonesia No. 35/II/PMDN/1986 tanggal 13 Juni 1986,
PT. Bantimurung Indah bergerak dalam dua bidang, yaitu industri
krupuk udang dan industri rumput laut. Sejalan dengan itu dilihat dari
prospek pengembangan rumput laut lebih menguntungkan, maka
sejak tahun 1993 sampai sekarang PT. Bantimurung Indah tidak lagi
memproduksi krupuk udang dan lebih menfokuskan kegiatannya
dalam usaha pengelolaan rumput laut Semi Refined Carrageenan.
17
4.1.3 Visi Dan Misi PT. Bantimurung Indah
Adapun visi dan misi PT. Bantimurung Indah adalah sebagai berikut :
a. Visi Perusahaan
Menjadi pemain utama ekonomi nasional yang didukung oleh
tenaga kerja yang prima, Produk berkualitas, Pelayanan Terbaik
dan sistem yang terintegritas
b. Misi Perusahaan
Memberi berkah bagi masyarakat dengan membangun
kepeloporan ekonomi nasional
18
yang bertugas di tempat penyaringan dan tempat pengipasan
rumput laut dengan mesin
Keadaan PT. Bantimurung Indah dapat dikatakan asri dan
tertata dengan baik, dimana banyak tempat – tempat berteduh dan
beristirahat para pekerja ketika jam istirahat, di halmanya
dilengakapi dengan cukup banyak pepohonan sehingga menambah
keindahanya.
19
4.1.5 Struktur Organisasi PT. Bantimurung Indah
DIRECTOR
MUHAMMAD AKHSAN
PURCHASING nnnn
CASHIER/ACC
Bangkasa mm - Kaswin Kasir
- Hasmawati
PRODUCTION
- Tety Yuningsih
- Junaid
- Hamsah
- Muhtar HR/GA
QA/LAB
- Hi. Rahmatiah WHAREHOUSE
- Indo Upe iSMAIL
- Fahri
LOGISTIK
MAINTENAN Agustan Alide
- Sudirman
- Abd. Majid
20
4.2 Tahap – Tahap Kegiatan
Pembelian
Pencucian 1
Pemasakan
Pencucian 2
Pemotongan
Penjemuran
( pengeringan )
penyortiran
Pengepakan
penggudangan
21
Adapun tahap-tahap kegiatan yang di lakukan selama PKL di PT
Bantimurung Indah adalah sebagai berikut :
a. Pembelian
Bahan baku rumput laut pada pt bantimurung indah akan
didatangkan jika persedian digudang penyimpanan menipis
Pembelian rumput laut pada pt bantimurung indah berasal
darri daerah Jene[Ponto, Bone, Selayar Dan Alor yang telah bekerja
sama dengan perusahaan. Pembelian bahan baku dilakukan dengan
sistem kontrak denga pihak kolektor yang ada di daerah daerah
penghasil rumput laut.
selain dengan sistem ini pembelian bahan baku juga
diterapkan denan cara kerja sama dengaperusahaan penghasil
rumput laut (desa binaan) seperti di Jeneponto yang dipatok dengan
harga Rp 18.000/kg, sedangkan yang dari Alor (NTT) dipatok dengan
harga Rp 22.000/kg. Bahan baku yang masuk kedalam gudang
pengolahan diberi tanda tanggal masuk.
22
b. Pencucian 1
23
c. Pemasakan ( perebusan )
Setelah proses pencucian satu rumput laut dipindahkan ke
tahap pemasakan atau perebusan menggunakan alat pengungkit.
Selanjutnya runput laut direndam dalam larutan alkali panas yaitu
KOH atau NaOH pada temperatus tinggi .
Larutan KoH dan NaOH terlebih dahulu dipanaskan sampai
suhu 70-800 C lalu rumput laut dimasukkan kedalamnya bersama
dengan keranjang besi, perendaman atau pemasakan ini dilakukan
selama 2-3 jam .
apabila rumput laut direbus terlalu lamamaka tekstur rumput
laut terlalu lunak guserta nutrisi yang terkandung pada rumput laut
akan berkurang jumlah air yang dignakan dalam perebusan yaitu 300
Liter dengan larutan KOH sebanyak 60 kg.
Selama proses pemasakan dilakukan pengadukan agar
larutan tercampur merata. Setelah dimasak rumput laut dalam
keranjang besi diangkat keatas dengan menggunkan hoist kemudian
dilakukan penyemprotan atau penyiraman. Rumput laut yang sudah
masak akan menjadi lunak sehingga akan memudahkan proses
selanjutnya.
24
d. Pencucian 2
Setelah pemasakan selama 2-3 jam dalam larutan KOH
panas, rumput laut diangkat bersama dengan keranjangnya dan
dimasukan kedalam bak pencucian, pencucian dilakukan berulang –
ulang dengan air tawar hingga PH netral ( Ph 7-8), Proses penetralan
ini berlangsung cepat dengan adanya proses pengadukan atau
perputaran air. Pencucian kedua ini bertujuan untuk menghilangkan
sisa sisa KOH dan NaOH pada proses pemasakan dan pembersihan
rmput laut dari kotoran yang masih melekat pada proses pencucian
pertama.
Pencucian dilakukan pada dua Bak yang berlainan yang telah
berisi air bersih dari sumur serapan, pencucian berlangsung kurang
lebih 20 menittiap pencucian dengan menggunakan selang air
dengan menyemprotkan air tersebut agar proses pencucian
berlangsung cepat dan optimal sehingga mengahsilkan rumput laut
sesuai dengan yang diinginkan
25
e. Pemotongan ( Chopper )
26
Motode pengeringan yang digunakan ada tiga yaitu:
- Pengeringan dengan alas lantai semen
Metode pengeringan dilakukan dengan langsung di
atas lantai semen. Aktivitas penjemuran berlangsung
dibawah terik matahari
Kelebihanya:
Dengan metode ini rumput laut akan lebih cepat kering
karena suhu pada lantai penjemuran cukup panas
sehingga dapat mempercepat pengeringan
Kelemahanya :
Rumput laut yang dijemur pada lantai akan lebih
kotor karena kemungkinan tercampur dengan pasir atau
batu kecil.
- Pengeringan dengan para- para jemur atau metode
gantung
Metode penjemuran ini tidak disebar langsung diatas
alas melainkan dengan menggunakan bilahan bambu
yang diberi alas jaring penjemuran. Pada penjemuran
menggunakan bambu atau para – para jamur ini diletakan
dengan menggunakan tiang bambu sehingga tidak
langsug menyentuh permukaan tanah.
kelebihanya dari pengeringan ini yaitu:
1. Tingkat kekeringan yang nerata sesuai dengan
yang diinginkan, hal ini disebabkan karena adanya
sirkulasi udara yang melewati lubang para-para
jemur.
2. Tidak tercampurya rumput laut dengan tanah atau
kotoran lainya.
Kelemahanya :
Para – para jamur atau metode gantung pada
PT.Bantimurung indah masih sedikit.
- Pengeringan dengan jaring plastik
Jaring plastik ini langsung diletakan pada permukaan
rumput ataupun tanah.
Kelemahan metode penjemuran ini yaitu:
27
1. Kemungkinan tercampurnya rumput laut dengan
kotoran
2. Tingkat kekeringan tidak merata, disebabkan
kurangnya sirkulasi udara, biasanya rumput laut
akan berkeringat apabila di sebar diatas alas
plastik,hal ini mengakibatkan pengeringan kurang
efesien.
Kelebihanya yaitu:
Dengan menggunakan jaring/terpal plastik akan
memundahkan ketika mengumpul rumput laut ketika
hujan tiba-tiba turun .
Metode pengeringan yang paling efektif dan
efisien yaitu dengan menggunakan para-para jemur
atau metode gantung karena mempercepat proses
pengeringan dan terhindar dari kotoran.
28
g. Penyortiran
Penyortiran dilakukan dengan memisahkan atau
membersihkan ulangrumput laut dari kotoran – kotoran seperti pasir,
batu- batu kecil, tali pengikat, serta pecahan karang. Penyortiran ini
dilakukan dengan cara manual dengan menempatkan rumput laut
kering diatas alat nampanlalu diayak sehingga kotoran – kotoran
kecil tidak lolos ke tahap penyaringan.
29
Penyaringan rumput laut dilakukan setelah diayak dan
dipisahkan dengan kotoran. Penyaringan ini dilakukan dengan
tujuan menyaring kembali kotoran yang lolos pada tahap sortasi
manual. Rumput laut dimasukan kedalam tempat penyaringan
dengan diayak sedikit demi sedikit lalu rumput laut yang sudah
disaring akan keluar melalui lubang penyaringan yang telah
disalurkan kedalam karung.
h. Pengepakan
Pengepakan rumput laut dilakukan setelah proses
sebelumnya selesai, pengepakan bertujuan untuk mempertahankan
kualitas rumput lautdan memudahkan proses penyimpanan.
Pengepakan rumput laut atc chips dilakukan dengan
memasukan semua jenis rumput laut jenis cotonii yang berasal dari
30
daerah bone, takalar, jeneponto dan alor ke dalam mesin blender
untuk dicampur, selanjutnya akan di kemas kedalam karung putih
polos, dalam satu karung dimasukan rumput laut sebanyak 25 kg,
selanjutnya yaitu proses penjahitan karung menggunakan alat jahit
karung.Kemasan tersebut dilengkapi dengan label, tipe produk,
berat bersih, dan nomor kode.
i. penggudangan
31
4.3Lay – out
Lampiran 3
A. Pos satpam K. Ruang penyortiran
B. Tempat Penjemuuran L. Mushallah
C. Gedung dan Dapur M. Kantor
D. Lantai tempat pembuangan air N. Ruang Blower
E. Ruang pemasakan O. Ruang Administrasi
F. Ruang Olehraga
G. Tempat TRuk dan bengkel
H. Ruang Penggilingan
I. Ruang penyimpanan Powder
J. Ruang ACM
32
BAB V
REFLEKSI
33
kesempatan untuk melanjutkan penelitian penulis berharap bisa melihat
dan mempraktekkan proses pembelian rumput laut dari petani rumput laut.
34
DAFTAR PUSTAKA
Ghufran M, Kordi K,2010. Budi Daya biota akuatik untuk pangan, kosmetik,
dan obat – obatan, Lily Publisher, Yogyakarta
Atmaja, W. S. Kadi, A., Sulistijo, dan Satari, R., 1996, Pengenalan Jenis-
Jenis Rumput Laut Indonesia, Puslitbang Oseonologi LIPI, Jakarta
35
Kordi, K.M.G.H., 2010. A to Z Budidaya Biota Akuatik Untuk Pangan,
Kosmetik, Obat – Obatan. Lily Publisher. Yogyakarta
36
LAMPIRAN
1. Loog kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Oktober November
2. No Kegiatan/Tahapan
Minggu
III IV I II III
4 Kegiatan PKL
1.pembelian
2.pemasakan
3.pencucian
4. pemotongan
5. penjemuran
6. penyortiran
7. penggilingan
8. pengepakan
9. penyimpanan
5 pelepasan pkl
6 penulisan laporan
37
3. Log – Book kegiatan
38
saya diarahkan untuk
melakukan
melakukan
Jumat, 12 kegiatan
9 penyimpanan Produk Lanjut
November2021 penyimpanan
ATC Chips
ATC Chips
yang sudah di kemas
saya diarahkan untuk
mengumpul
rumput laut kering
dengan cara
Selasa, 16 Kegiata
10 meratakan rumput Lanjut
November 2021 berulang
Laut diatas alas
penjemuran dengan
ketebalan kurang lebih
5 cm
menghampar dan
kamis, 18 kegiatan
11 mengumpulkan Lanjut
november 2021 berulang
rumput laut
saya diarahkan untuk
melihat proses
Jumat, 19 Kegiatan
12 pemotongan, Lanjut
November 2021 berulang
perebusan dan
pemasakan.
melakukan penjemurn
Senin, 22 kegiatan rumput
13 Lanjut
November 2021 berulang laut untuk mengurangi
kadar air
saya diberikan
Selasa, 23 kegiatan kesempatan untuk
14 Lanjut
November 2021 berulang melakukan proses
penyortiran ke-dua
Pamitan kepada para
staf dan
15 Kamis, Pamitan Lanjut
pekerja di
PT.Bantimurung Indah
Lampiran 2
39
4. Lay–Out
Lampiran 3
A. Pos satpam K. Ruang penyortiran
B. Tempat Penjemuuran L. Mushallah
C. Gedung dan Dapur M. Kantor
D. Lantai tempat pembuangan air N. Ruang Blower
E. Ruang pemasakan O. Ruang Administrasi
F. Ruang Olahraga
G. Tempat Truk dan bengkel
H. Ruang Penggilingan
I. Ruang penyimpanan Powder
J. Ruang ACM
40