Anda di halaman 1dari 49

PRAKTEK KERJA LAPANG ( PKL)

PADA PT BANTIMURUNG INDAH, DESA ALLEPOLEA, KABUPATEN


MAROS, SULAWESI SELATAN TENTANG PENGOLAHAN RUMPUT
LAUT EUCHEUMA COTTONII MENJADI ATC CHIPS

OLEH :
MADE SARIWIDIASIH

45 18 033 038

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR
2021
HALAMAN JUDUL
PRAKTEK KERJA LAPANG

Judul Praktek Lapang : Praktek Kerja Lapang ( PKL ) Pada PT


Bantimurung Indah Tentang Pengolahan
Rumput Laut Menjadi ATC Chips
Nama : Made Sariwidiasih
Stambuk : 45 18 033 038
Jurusan : Agribisnis
Fakultas : Pertanian

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Dr.Ir. Baharuddin M.Si, Ph.D Dr.Ir.Suryawati Salam M,Si


NIDN.0011065702 NIDN.0914075061

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR
2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Made Sariwidiasih


Stambuk : 45 18 033 038
Judul Praktek Kerja Lapang : Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) pada
PT Bantimurung Indah

Laporan Hasil Kerja Lapang ini, Yang Dilaksanakan mulai dari


Senin,25 Oktober 2021 Sampai Kamis,25 November 2021 pada
PT.Bantimurung Indah dan Sebagai persyaratan untuk menyelesaikan
Praktek Kerja Lapang pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Bosowa Makassar.

KOMISI PENGUJI

Dr. Ir. Faidah Azuz, M.Si


NIDN.0015036501

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Ir. Baharuddin M.Si, Ph.D Dr.Ir. Suryawati Salam,M.Si


NIDN.0917068602 NIDN.0020095804

ii
BIODATA DIRI

Profil

Nama : Made Sariwidiasih


Nim : 4518033038
Nama Panggilan : Sari
Tempat Tanggal Lahir : Angkona,10 Desember 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Suku : Bali
Asal SMA : SMA Negeri 9 Luwu Timur
Nama Orang Tua :
1. Ayah : I Nyoman Sudira
Pekerjaan : Guru
2. Ibu : Made Muriasih
Pekerjaan : URT

Anak ke : Dua ( 2) dari dua bersaudara

Riwayat

SD (2007 – 2012) : SDN 214 Kalaena Kiri Iii


SMP ( 2012 – 2015) : SMPN 2 Angkona
SMA (2015 – 2018) : SMAN 9 Luwu Rimur

Kontak

No telp/Hp : 081356604167
Email : madesariwidiasih@gmail.com

iii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. atas

limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga “ Laporan Praktek Kerja

Lapang (PKL) pada PT Bantimurung Indah Tentang “Pengolahan rumput

Laut Eucheuma Cottonii Menjadi ATC Chips ini dapat diselesaikan secara

lengkap dan tepat pada waktunya.

Ucapan terima kasih diucapkan kepada orang tua yang telah

memberikan doa dan fasilitas sebagai kebutuhan dan juga kepada

pembimbing lapangan serta seluruh pegawai PT.Bantimurung Indah yang

senantiasa membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian

berbagai masalah di lapangan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam

penyusunan laporan ini seperti penyusunan kalimat dan jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat diharapkan agar laporan

yang dibuat kedepannya lebih baik lagi. Akan tetapi penulis juga berharap

makalah ini dapat memberi manfaat untuk kita semua khususnya bagi

pembaca

Makassar, Desember 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN................................................................... ii

BIODATA DIRI ...................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................ iv

DAFTAR ISI .......................................................................................... v

DAFTAR TABEL ................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1


1.2 Tujuan Praktek Lapang ........................................................ 4
1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapang ............................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumput Laut ( eucheuma cottonii)..........................................5


2.2 Alkali Treated Cottonii (ATC) dan Syarat Mutu ATC..............8
2.3 Pemanfaatan ATC......................................................................9

BAB III METODE KERJA OPERASIONAL PKL

3.1 Tempat dan Waktu Praktek Lapang ..................................... 10


3.2 Penentuan Objek dan Subjek Tempat PKL ........................ 10
3.3 Tahap – tahap Kegiatan ....................................................... 10
3.4 Jadwal Kegiatan .................................................................... . 11
3.5 Loog books Kegiatan .......................................................... .12

v
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Usaha ........................................................................... 15

4.1.1 Sejarah PT.Bantimurung Indah .................................... 15


4.1.2 Letak Geografis................................................................... 17
4.1.3 Visi Dan Misi PT. Bantimurung Indah............................... 18
4.1.4 Kondisi saat ini PT.Bantimurung Indah............................ 10
4.1.5 Struktur Organisasi PT. Bantimurung Indah.................... 20
4.2 Tahap – Tahap Kegiatan............................................................ 21
4.3 Lay Out......................................................................................... 32
BAB V REFLEKSI/PEMBELAJARAN PENTING ................................. 33

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 35

LAMPIRAN ............................................................................................ 37

vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Kegiatan...........................................................11
Tabel 2. Loog Books.................................................................. 12

vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pembelian rumput laut..................................................... 22
Gambar 2. Pencucian pertama rumput laut....................................... 23
Gambar 3. Proses pemaskan rumput laut.......................................... 24
Gambar 4. Pencucian kedua rumput laut........................................... 25
Gambar 5. Pemotongan rumput laut.................................................. 26
Gambar 6. Pengeringan atau penjemuran rumput laut...................... 28
Gambar 7. Pemisahan kotoran pada rumput laut.............................. 29
Gambar 8. Penyaringan rumput laut.................................................. 30
Gambar 9. Pengepakan ATC chips.................................................... 31

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki laut yang pantainya kaya akan berbagai
sumber hayati dan lingkunganya potensial. Keadaan tersebut
merupakan alah satu faktor dapat menunjang keberhasilan disektor
perikanan. Dewasa ini usaha-usaha pengolahan sumber daya alam
dalam hal ini rumput laut telah menunjukan kemajuan yang berarti bagi
peningkatan kesejahteraan umat manusia (Aslan, 1998)

PT Bantimurung Indah sebagai salah satu eksportir rumput laut E.


Cottonii sejak tahun 1995 sampai 2004 menguasai pangsa pasar ekspor
rumput laut di Sulawesi Selatan . PT Bantimurung indah berperan besar
dalam pengembangan ekspor rumput laut disulawesi selatan.

Rumput laut (sea weed) menempati posisi penting dalam produksi


perikanan indonesia, khususnya usaha perikanan non ikan. Rumput laut
merupakan salah satu komoditas unggulan dalam sektor perikanan
karena permintaan yang terus meningat baik untuk kebutuhan dalam
negeri maupun untuk ekspor (Kordi, 2010).
Rumput laut merupakan salah satu komoditi unggulan dalam
perdagangan dunia dan indonesia merupakan salah satu negara yang
menjadi penyuplai bahan baku rumput laut bagi negara-negara yang
membutuhkan. Permintaan pasar rumput laut baik dalam maupun luar
negeri juga sangat besar, bahkan untuk tingkat konsumsi (pasar) taraf
lokal pun para pembudidaya masih kesulitan untuk mencukupinya,
belum lagi ditambah permintaan luar negeri yang kian hari semakin
meningkat bahkan bisa dikatakan tidak terbatas (Suparman, 2013)
Rumput laut memiliki nilai ekonomis yang penting karena
penggunaanya yang sangat luas dalam industri kosmetik, makanan,

1
obat-obatan maupun industri-industri lain yang memanfaatkan rumput
laut sebagai salah satu bahan baku (Tilaar, 2008)
Saat ini permintaan pasar akan rumput laut semakin meningkat,
sehingga untuk memenuhi kebutuhan pasar diperlukan kesinambungan
rumput laut hasil budidaya pengembangan usaha budidaya yang
berkelanjutan (Utojo,dkk.,2007)

Di pasar internasional yang berasal dari indonesia masih dihargai


rendah, hal tersebut disebabkan karena mutunya rendah yaitu kadar air
dan kotoran (Pasir, Garam, dan campuran jenis dari rumput laut lain).
Selain itu produktivitas rendeman dan olahan masih rendah dan
kekuatan gel karaginan yang dihasilkan masih belum memenuhi standar
mutu. Disamping masalah mutu rendah dan persaingan dengannegara
pengekspor lain juga adanya monopoli perdagangan dunia untuk
komoditas ini sehingga menyebabkan harga rumput laut sering tidak
menentu yang berakibat merugikan petani. (Aslan, 1998).
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) terus berkomitmen
untuk menggenjot produksi rumput laut. Pasalnya komoditas rumput laut
punya kontribusi nilai ekonomi tinggi baik untuk pertumbuhan ekonomi
domestik maupun untuk komoditas ekspor. Ditambah lagi, Indonesia
merupakan produsen rumput laut terbesar kedua setelah Tiongkok,
dengan volume ekspor tahun 2020 sebesar 195.574 ton dengan nilai
mencapai USD279,58 juta.

Peningkatan produksi rumput laut Indonesia saat ini pada


kenyataannya belum diimbangi dengan peningkatan kualitas hasil
produksi, dimana hasil produksi kering yang berasal daripembudidaya
belum sepenuhnya memenuhi standar kualitas yang diinginkan oleh
industri pengolah. Ironisnya yang terjadi pihak Industri pengolah
seringkali mengeluarkan biaya produksitambahan untuk melakukan

2
sortir ulang produk kering dari pembudidaya, sehingga sampai saat ini
posisi tawar produk kering rumput laut dari pembudidaya masih belum
mampu bersaing.Fenomena tersebut perlu segera menjadi perhatian
bersama mulai dari pembudidaya maupun pelaku usaha.

Salah satu langkah yang perlu segera dilakukan adalah


memberikan pengetahuan dan membangun kesadaran tentang
pentingnya pengelolaan pasca panen rumput laut dalam
rangkamenjamin mutu produk rumput laut yang pada akhirnya akan
mendorong keberlanjutan Industri pengolah sudah barang tentu akan
menjamin keberlangsungan kegiatan usaha budidayamasyarakat
pembudidaya rumput laut.

Berbagai peluang yang ada pada hasil kelautan rumput laut


mampu diciptakan sebagai produk unggulan ekspor dunia. Namun
tingginya peluang rumput laut sepenuhnya diimbanngi dengan usaha
yang mampu memanfaatkan sumber daya rumput laut yang mampu
memberikan nilai ekonomi yang maksimal bagi semua stakeholder yang
terlibat baik secara llangsung maupun tidak langsung dalam industri
budidaya rumput laut.

Pengembangan rumput laut mempunyai dua sasaran yaitu


meningkatkan cadangan devisa negara dan meningkatkan pendapatan
petani rumput laut. Dalam dunia usaha harga merupakan hal yang
penting bagi penjual dan pembeli. Permintaan rumput laut di indonesia
sangat tinggi didominasi oleh jenis rumput laut E. Cottonii yang
merupakan bahan baku untuk membuat keraginan yang banyak
digunakan oleh produk pangan, obat – obatan dan industri lainya.

Rumput laut sebagi bahan pangan sudah lama ddiketahui dan


dimanfaatkan untuk sayur, lalapan, acar, kue, puding, dan manisan.

3
Salah satunya digunakan sebagai bahan pangan yaitu sargassum
polycystum yang juga mengandung alginant (Rasyid, 2005)

Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rumput laut


adalah adanya persaingan dalam memperoleh unsur hara adanya hewa
pemangsa yang meamakan thallus-thallus rumput laut, terdapat hewan
– hewan yang menempel (Syahlun dkk.,2007)

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapang


Adapun tujuan dilakukanya praktek kerja lapang yaitu:
Untuk Mengetahui Dan Melihat Proses Pengolahan Rumput Laut
Eucheuma Cottonii Menjadi ATC Chips

1.3 manfaat praktek kerja lapang


1. Mendapatkan Informasi Yang Baru Akan Pengolahan Rumput Laut
Alkali Treated Cottonii (ATC) Chips
2. Dapat mengetahui teknologi yang digunakan dalam pemasakan dan
penggilingan rumput laut

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumput Laut ( eucheuma cottonii )
Rumput laut adalah salah satu jenis alga yang dapat hidup
diperairan laut dan merupakan tanaman tingkat yang tidak memiliki
perbedaan susunan kerangka seperti, akar, batang dan daun.
Rumput laut atau alga juga dikenal dengan nama seawed
merupakan bagian terbesar dari rumput laut yang tergolong dalam
divisi thalopyta. Ada empat kelas yang dikenal dalam divisi
Thallopyta yaitu Cholorophyceae ( alaga hijau ), Phaephyceae
(alaga coklat ), Rhodophyceae ( alag merah ) dan Cyanophyceae (
alga biru hijau ). Alga bir dan alga hijau banyak yang hidup dan
berkembang di air tawar, sedagkan alga merah dan alga coklat
secara eksklusif ditemukan sebagai habitat laut (Ghufran,2010).
Rumput laut jenis eucheuma cottonii merupakan salah satu
rumput laut penghasil keraginan, yang berupa senyawa
polisakarida. Keraginan dalam rumput laut mengandung serat
(Dietary Fiber ) Yang sangat tinggi. Serat yang terdapat pada
keraginan merupakan bagiam dari serat gum yaitu serat yang larut
dalam air. Keraginan dapat terekstrasi dengan air panas yang
mempunyai kemampuan untuk membentuk gel. Sifat pembentukan
gel pada rumput laut ini dibutuhkan untuk menghasilkan pasta yang
baik, karena termasuk kedalam golongan Rhodopyta yang
menghasilkan florin startch ( Anggadiredja, 2011 )
Dalam dunia perdagangan nasional dan internasional,
eucheuma cottonii umumnya lebih dikenal dengan nama Cottonii.
Spesies ini menghasilkan karaginan tipe kappa. Oleh karea itu
taksonomi diubah namanya dari Eucheuma Alvarezii menjadi
Eucheuma Cottonii. Eucheuma Cottonii umumnya terdapat di
daerah tertentu dengan persyaratan khusus, kebanyakan tumbuh
didaerah pasang surut atau yang selalu terendam air. Melekat

5
diidaerah substrat di daerah perairan berupa karang batu mati,
karang batu hidup, batu gamping dan cangkang molusca (Doty 1986
diacu dalam Atmadja Et Al. 1986 ).
Menurut Aggadiredja ( 2011 ), Taksonomi dari rumput laut
jenis Eucheuma Cottonii adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Diviso : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieriaceae
Genus : Eucheuma
Spesies : Eucheuma Cottonii ( Kappaphycus alvarezii ).

Beberapa jenis eucheuma cottonii mempunyai peranan penting


dalam perdagangan internasional sebagai penghasil ekstrak keraginan
. kadar keraginan dalam setiap spesies berkisar antara 54- 74%
tergantung pada jenis dan lokasi tempat tumbuhnya (Atmadja
dkk.,1999)

Menurut anggadiredja.,dkk (2006) dan Poncomulio.,dkk (2006)


ada dua cara panen yang dilakukan petani yaitu cara petik (Prunning)
dan mengangkat seluruh rumpun tanaman (full harvest). Cara petik
yang dilakukan dengan memisahkan setiap cabang dari tanaman
induknya. Tanaman induk digunakan kembali untuk penanaman
berikutnya.

Budidaya rumput laut tidak memerlukan pupuk atau pestisida


seperti halnya pada tanaman padi,jagung dan atau tanaman
lainya.keunggulan lain budidaya rumput laut adalah dapat ditanam
sepanjang tahun dengan masa panen antara 1,5 sampai 2 bulan
setelah penanaman( Anggadiredja dkk., 2006; Indriani dan Suminarsih,
2005).

6
Keraginan merupakan getah rumput laut yang diperoleh dari
hasil ekstraksi rumput laut merah dengan menggunakan air panas (Hot
Water) atau larutan alkali pada temperatur tinggi dan penting untuk
pangan (Glicksman, 1983 dalam samsuri 2006).

Eucheuma Cottonii sebagai penghasil keraginan mempunyai


kandungan serat yang tinggi. Kadar serat makanan dari rumput laut
Cottonii mencapai 67,5% yang terdiri dari 39,47% serat makanan yang
tak larut air dan 26,03% serat makanan yang larut sehingga keraginan
berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan makanan yang menyehatkan
. hal ini didasarkan pada banyak penelitian bahwa makanan berserat
tinggi mampu menururunkan kolestrol darah dan gula darah (Kasim,
2004)

Ciri – ciri Eucheuma Cottonii yaitu thallus Silinder, permukaan


licin, cartilegeneus ( menyerupai tulang rawan/muda), serta berwarna
hijau terang, hijau olive dan coklat kemerahan. Percabangan thalus
berujung runcing atau tumpul ditumbuhi nodulus ( tonjolan – tonjolan)
dan duri lunak/tumpul untuk untuk melindungi gametangia.
Percabangan bersifat dichotomus (percabangan dua- dua) atau
trichotomus ( sistem percabangan tiga – tiga).

Habitat rumput laut Eucheuma Cottonii membutuhkan sinar


matahari untuk fotosintesis. Oleh karena itu, rumput laut ini hanya
mungkin hidup pada fotik, yaitu kedalaman sejauh sinar matahari
mampu mencapainya ( Anggadiredja dkk., 2008)

7
2.2 Alkali Treated Cottonii (ATC) dan Syarat Mutu ATC
Rumput laut (Algae) selain diolah dalam bentuk kering juga
dapat diolah menjadi bentuk tepung, seperti tepung agar-agar dan
tepung ATC (Alkali Treated Cottonii) yang digunakan sebagai bahan
baku untuk pengolahan karaginan murni. Jenis rumput laut yang
digunakan dalam pembuatan tepung ATC adalah rumput
laut Eucheuma. Beberapa jenis Eucheuma mempunyai peranan
penting sebagai penghasil ekstrak karagenan. Kadar karaginan
dalam setiap Spesies Eucheuma berkisar antara 54% - 73%
tergantung pada jenis dan lokasinya..
Eucheuma spinosum dan Eucheuma cottonii hasil budidaya
di Indonesia, kebanyakan untuk komoditas ekspor. Tepung ATC
(Alkali Treated Cottonii) merupakan hasil produk olahan rumput laut
jenis Eucheuma cottonii yang dapat digunakan sebagai bahan baku
untuk pembuatan karaginan murni. Selain itu tepung ATC juga
diekspor dalam rangka meningkatkan perekonomian Indonesia
karena proses lebih lanjutnya dapat digunakan sebagai bahan
pengikat dan penstabil dalam industri makanan ternak untuk
pasaran Eropa, Amerika, dan Asia Pasifik (Andriani 2006).

Ada tiga tipe dan cara pembuatan ATC, yaitu ATC Low Alkali,
ATC Chips,dan SeaweedFlour atau Semirefin Carrageenan (SRC)
(Noor et al. 1990 diacu dalam Sukri 2006).

Proses pengolahan rumput laut menjadi ATC pada prinsipnya


sangat sederhana, yaitu dengan merebusnya dalam larutan KOH
pada suhu 80C selama 2-3 jam. Rumput laut kemudian dinetralkan
kembali dengan pencucian berulang-ulang, setelah itu dipotong-
potong dan dikeringkan sehingga diperoleh ATC yang
berbentuk chips.

8
Perebusan rumput laut dalam larutan alkali dimaksudkan
untuk meningkatkan titik leleh karaginan di atas suhu pemasaknya
sehingga tidak mudah larut menjadi pasta, dan untuk meningkatkan
kekuatan gel dari karaginan tersebut. Selain digunakan sebagai
bahan baku untuk pengolahan karaginan murni, ATC juga diproses
lebih lanjut sebagai bahan pengikat dan penstabil dalam industri
pakan ternak untuk pasar Eropa, Amerika, dan Asia Pasifik (BRKP
2003 diacu dalam Sukri 2006).

2. 3 Pemanfaatan ATC

Tepung ATC (Alkali Treated Cottonii) dapat digunakan


sebagai bahan baku untuk pengolahan karaginan murni yang
berasal dari jenis rumput laut Eucheuma cottonii.

Rumputlaut jenis Eucheuma mengandung carrageenan yang


sangat berperan dalam industri makanan dan obat-obatan, yaitu
sebagai stabilisator, bahan pengental dan pengemulsi. Selain itu,
tepung ATC juga diekspor dalam rangka meningkatkan
perekonomian Indonesia karena proses lebih lanjutnya dapat
digunakan sebagai bahan pengikat dan penstabil dalam industri
makanan ternak untuk pasaran Eropa, Amerika, dan Asia Pasifik
(Andriani 2006).

Salah satu tipe dari ATC, yaitu ATC Chips, biasa digunakan
sebagai bahan dasar dalam pembuatan seaweed flour.
ATC Chips dihancurkan tanpa pemanasan untuk dijadikan tepung.
Tepung yang dihasilkan ini memiliki ukuran 40-60 mesh.
Selanjutnya seaweed flour dapat diolah menjadi karaginan (Noor et
al. 1990 dalam Sukri 2006).

9
BAB III
METODE OPERASIONAL PRAKTEK KERJA LAPANG

3.1 Tempat dan Waktu


Kegiatan Praktek Kerja Lapang dilakukan di PT. Bantimurung
Indah, Desa Alloepolea, Kec. Lau,kabupaten Maros yang dilakukan
pada Oktober - November 2021.
3.2 Penentuan Subjek dan Objek Praktek Kerja Lapang
Objek dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah pengolahan
rumput laut menjadi ATC chips. Sedangkan Subjek dalam Praktek
Kerja Lapang ini adalah PT. Bantimurung indah.
3.3 Tahap – Tahap Kegiatan
Hal-hal yang di lakukan dari awal persiapan Praktek Kerja
Lapang sampai akhir kegiatan Praktek Kerja Lapangyaitu :
Awal persiapan Praktek Kerja Lapang:
1. Konsultasi Judul dan Lokasi Praktek Kerja Lapang
2. Pembuatan Surat Pengantar Praktek Kerja Lapang
3. Pengenalan Lokasi Praktek Kerja Lapang Oleh Bapak Amir
Nasir, S.T ( Pembimbing lapangan )
Adapun tahap-tahap yang di lakukan selama Praktek Kerja
Lapang (PKL) di lanjutkan dengan tahap-tahap kegiatan yang
dilakukan di lapangan antara lain:
1. Melakukan proses Pembelian
2. Melakukan proses pemasakam
3. Melakukan Pembilasan
4. Melakukan proses penjemuran
5. Melakukan proses penyortiran
6. Melakukan proses pengepakan

10
3.4 Jadwal Kegiatan

Waktu Pelaksanaan

Oktober November
No Kegiatan/Tahapan
Minggu

III IV I II III

1 Konsultasi Judul dan lokasi PKL 

2 Pembuatan surat pengantar PKL 


Penerimaan dan pengenalan Lokasi

3 PKL

4 Kegiatan PKL

1.pembelian 

2.pemasakan   

3.pencucian   

4. pemotongan   

5. penjemuran   

6. penyortiran   

7. penggilingan   

8. pengepakan   

9. penyimpanan   

5 pelepasan pkl

6 penulisan laporan

7 Asistensi dan konsul laporan

11
3.5 Log Book Kegiatan PKL

Melihat Lokasi
1. Penerimaan Dan Perkenalan
Senin, 25 Dan Diri
1 Lanjut
Oktober 2021 Pengenalan Kepada Staf Di
Lokasi PKL Lokasi
PKL
Saya Diarahkan
2. Melihat Untuk
Selasa, 26
2 Kegiatan Memperhatikan Lanjut
Oktober 2021
Pemasakan Proses
Pemasakan
Saya Diarahkan
Kamis, 28 3. Melihat Cara Untuk
3 Lanjut
Oktober 2021 Pencucian Melihat Tata Cara
Pencucian
Saya Diberikan
4. Melakukan Kesempatan
Jumat, 29
4 Kegiatan Untuk Menjemur Lanjut
Oktober 2021
Penjemuran Dan Menghampar
Rumput Laut
Saya Melakukan
Kegiatan
Penyortiran Satu
Yaitu
5. Melakukan Proses
Selasa, O2
5 Kegiatan Pengayakan Dan Lanjut
November2021
Penyortiran 1 Pemisahan
Rumput Laut
Dengan Kotoran
Secara
Manual
Saya Melakukan
Kegiatan
Penyortiran
6. Melakukan Ke-Dua Dengan
Kamis, 04 Kegiatan Membersihkan
6 Lanjut
November2021 Penyortiran Rumput Laut Dari
Ke-Dua Kotoran Seperti
Paku
Dan Logam Yang
Lolos Pada

12
Penyortiran
Pertama Selama
2 Hari

Saya Diarahkan
Selasa, 09 7. Melakukan Untuk Melihat
7 November Kegiatan Proses Lanjut
2021 Penggilingan Penggilingan
Rumput Laut
Saya Diarahkan
Untuk Melakukan
Proses- Proses
Kamis, 11 8. Melakukan Pengepakan
8 November Kegiatan Untuk Lanjut
2021 Pengepakan Mengetahui Cara
-Cara
Pengepakan
Rumput Laut
Saya Diarahkan
Untuk Melakukan
9. Melakukan
Penyimpanan
Jumat, 12 Kegiatan
9 Produk ATC Lanjut
November2021 Penyimpanan
Chips
ATC Chips
Yang Sudah Di
Kemas
Saya Diarahkan
Untuk
Mengumpul
Rumput Laut
Kering Dengan
Selasa, 16 Cara
10. Kegiatan
10 November Meratakan Lanjut
Berulang
2021 Rumput Laut
Diatas Alas
Penjemuran
Dengan
Ketebalan Kurang
Lebih 5 Cm

13
Kamis, 18 Menghampar Dan
11. Kegiatan
11 November Mengumpulkan Lanjut
Berulang
2021 Rumput Laut
Saya Diarahkan
Untuk
Jumat, 19
12. Kegiatan Melihat Proses
12 November Lanjut
Berulang Pemotongan,
2021
Perebusan Dan
Pemasakan.
Melakukan
Penjemurn
Senin, 22
13. Kegiatan Rumput
13 November Lanjut
Berulang Laut Untuk
2021
Mengurangi
Kadar Air
Saya Diberikan
Kesempatan
Selasa, 23 Untuk
14. Kegiatan
14 November Melakukan Lanjut
Berulang
2021 Proses
Penyortiran Ke-
Dua
Pamitan Kepada
Para Staf Dan
15 Kamis, 15. Pamitan Pekerja Di Lanjut
PT.Bantimurung
Indah

14
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Usaha


4.1.1Sejarah PT. Bantimurung Indah
PT. Bantimurung Indah terletak di Desa Allepolea, Kecamatan
Maros Baru, Kabupaten Maros yang jaraknya 31 Km dari ibukota
Propinsi Sulawesi Selatan. Perusahaan ini merupakan salah satu
anak perusahaan dari PT. Bosowa Group yang berstatus sebagai
Perseroan Terbatas (PT) dalam bentuk perusahaan Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) yang bergerak dalam bidang
pengelolaan rumput laut.
Perusahaan ini didirikan secara resmi pada tanggal 20 Agustus
1976 di Kabupaten Maros oleh H. Muaidi. Pendirian perusahaan ini
didasarkan dengan akte notaris No. 40 Tahun 1976 oleh Prof. Teng
Tjin Lein, SH dan telah terdaftar pada Kantor Badan Koordinasi
Penanaman Modal Republik Indonesia (BKPRI).
PT. Bantimurung Indah didirikan dengan modal perseroan
sebesar 250 juta rupiah dan didirikan untuk 75 Tahun. Modal
perseroan di atas terdiri dari 1000 lembar saham dimana tiap saham
bernilai Rp. 250.000,
Perusahaan ini semulai bernama PT. Bantimurung, akan tetapi
pada tanggal 19 Desember 1976 atas kehendak pemegang saham H.
Muaidi selaku Direktur Utama dan Andrew Purwanto selaku Komisaris
Utama maka perusahaan tersebut berubah nama menjadi PT.
Bantimurung Indah yang disahkan dengan Akte Notaris Prof. Teng
Tjin Lein, SH No. 17 Tahun 1976 dan disaksikan oleh Engelhart Wiliar
sebagai Notaris.
PT. Bantimurung Indah dalam pendiriannya memiliki maksud
dan tujuan sebagai yang tercatat pada akte pendirian pasal 2, yaitu :

15
1. Berusaha dalam berbagai industri, termasuk mendirikan
pabrik untuk makanan dan minuman.
2. Berdagang dan menyalurkan barang tersebut dalam
pemasaran
3. Berusaha dalam perdagangan ekspor dan perdagangan
lokal membuat bahan (interlokal dan dari barang tersebut).
4. Berusaha dalam bidang pertanian termasuk perkebunan,
peternakan, perikanan, dan cold storage.
5. Berusaha dalam bidang transportasi umum,
pemborongan, leveransir.
6. Segala sesuatu dalam arti kata yang seluas-luasnya
sepanjang tidak bertentangan dengan hokum yang berlaku

Pendirian perusahaan ini telah mendapat persetujuan dan


pengesahan dari departemen ke hakiman RI No.Y.A.5/582/12 tanggal
28 November 1976, di mana kegitan usahanya adalah industry
pembuat krupuk udang, petis udang, dan paste udang.

Melalui surat persetujuan kedua adanya koordinasi penanaman


modal dala negeri No.83/A/SP. 01/BKPM/VIII/77 Tertanggal 23
Agustus 1977 akhirnya PT. Bantimurung Indah menjadi PMDN yang
akan melaksanakaan rencana komersil pada bulan maret 1878.

Sepuluh tahun kemudian berdasarkan akte notares Abdullah


Ashar, SH No.75 tahun 1986 tepatnya pada tanggal 28 Februari 1986
PT. Bantimurung Indah Mengalami Pengalihan Saham dari H. Muaidi
kepada H.M. Aksa Mahmud sebagai direktur utama dan Ny. Hj.
Ramlah Aksa Sebagai komisaris utama dari PT. Bosowa Group.
Menanaman Modal Awal senilai Rp. 100.000.000,-.

16
Berdasarkan persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman
Modal Republik Indonesia No. 35/II/PMDN/1986 tanggal 13 Juni 1986,
PT. Bantimurung Indah bergerak dalam dua bidang, yaitu industri
krupuk udang dan industri rumput laut. Sejalan dengan itu dilihat dari
prospek pengembangan rumput laut lebih menguntungkan, maka
sejak tahun 1993 sampai sekarang PT. Bantimurung Indah tidak lagi
memproduksi krupuk udang dan lebih menfokuskan kegiatannya
dalam usaha pengelolaan rumput laut Semi Refined Carrageenan.

Adapun hasil olahan yang sering diproduksi dalam bentuk ATC


(Alkali Treated Cottonii) chip, ATS (Alkali Treated Spinosum), CMPC
(Course Mesh Powder Cottonii), CMPS (Course Mesh Powder
Spinosum), SRC (Semi Refine Cottonii), dan SRS (Semi Refine
Spinosum) serta bergabung dengan Asosiasi Rumput Laut Indonesia
(ARLI) atau ISA (Indonesian Seaweed Assiciation)..

4.1.2 Letak Geografis

Letak Geografis PT. Bantimurung Indah

17
4.1.3 Visi Dan Misi PT. Bantimurung Indah
Adapun visi dan misi PT. Bantimurung Indah adalah sebagai berikut :
a. Visi Perusahaan
Menjadi pemain utama ekonomi nasional yang didukung oleh
tenaga kerja yang prima, Produk berkualitas, Pelayanan Terbaik
dan sistem yang terintegritas
b. Misi Perusahaan
Memberi berkah bagi masyarakat dengan membangun
kepeloporan ekonomi nasional

4.1.4 Kondisi saat ini PT.Bantimurung Indah


PT. Bantimurung indah sebagai salah satu perusahaan
swasta nasional yang bergerak di bidang pengolahan rumput laut
yang berada di Sulawesi Selatan lebih tepatnya Di Desa Allopolea
Kabupaten Maros yang dalam beberapa periode sejak didirikanya
berhasil mengembangakan industri rumput laut didaerah maros.
Kondisi Saat ini PT. Bantimurung Indah cukup mengalami
perkembangan dimana ditandai dengan bertambahya Luas
Lapangan untuk penjemuran atau pengeringan rumput laut sehingga
proses pengeringan rumput laut lebih efektif.
Jumlah pekerja pada PT. Bantimurung Indah cukup banyak
yaitu kurang lebih 40 0rang yang terdiri dari laki – laki dan
perempuan, dimana pekerja laki – laki memiliki tugas dan tempat
kerjanya masing- masing, ada yang bertugas di Tempat pemasakan
dan ada juga yang bertugas mengendalikan mesin pada
pemasakan, sebagian laki – laki juga bertugas untuk mengaduk atau
membolak- balikan rumput laut yang sedang dijemur guna untuk
mempercepat pengeringan, dan selebihnya bertugas pada gudang
pengepakan atau pengemasan, Sedangkan pekerja wanita lebih
banyak bertugas dalam proses penyortiran rumput laut, dimana ada

18
yang bertugas di tempat penyaringan dan tempat pengipasan
rumput laut dengan mesin
Keadaan PT. Bantimurung Indah dapat dikatakan asri dan
tertata dengan baik, dimana banyak tempat – tempat berteduh dan
beristirahat para pekerja ketika jam istirahat, di halmanya
dilengakapi dengan cukup banyak pepohonan sehingga menambah
keindahanya.

19
4.1.5 Struktur Organisasi PT. Bantimurung Indah

DIRECTOR
MUHAMMAD AKHSAN

PLANT MARKETING BIS & DEV FINANCE


Amir Nasir. ST Dhana Ramadhan Sahlan Subari Miftah Fadlilah

PURCHASING nnnn
CASHIER/ACC
Bangkasa mm - Kaswin Kasir
- Hasmawati
PRODUCTION
- Tety Yuningsih
- Junaid
- Hamsah
- Muhtar HR/GA

- Anwar B - Agustan Alide


- Rusdy - Syamsuddin
- Nurlina

QA/LAB
- Hi. Rahmatiah WHAREHOUSE
- Indo Upe iSMAIL
- Fahri

LOGISTIK
MAINTENAN Agustan Alide
- Sudirman

- Abd. Majid

20
4.2 Tahap – Tahap Kegiatan

Pembelian

Pencucian 1

Pemasakan

Pencucian 2

Pemotongan

Penjemuran
( pengeringan )

penyortiran

Pengepakan

penggudangan

Bagan 1. Tahap – Tahap Kegiatan

21
Adapun tahap-tahap kegiatan yang di lakukan selama PKL di PT
Bantimurung Indah adalah sebagai berikut :

a. Pembelian
Bahan baku rumput laut pada pt bantimurung indah akan
didatangkan jika persedian digudang penyimpanan menipis
Pembelian rumput laut pada pt bantimurung indah berasal
darri daerah Jene[Ponto, Bone, Selayar Dan Alor yang telah bekerja
sama dengan perusahaan. Pembelian bahan baku dilakukan dengan
sistem kontrak denga pihak kolektor yang ada di daerah daerah
penghasil rumput laut.
selain dengan sistem ini pembelian bahan baku juga
diterapkan denan cara kerja sama dengaperusahaan penghasil
rumput laut (desa binaan) seperti di Jeneponto yang dipatok dengan
harga Rp 18.000/kg, sedangkan yang dari Alor (NTT) dipatok dengan
harga Rp 22.000/kg. Bahan baku yang masuk kedalam gudang
pengolahan diberi tanda tanggal masuk.

Gambar 1. Pembelian rumput laut

22
b. Pencucian 1

Proses perendaman sekaligus pencucian pertama dilakukan


seelama kurang lebih 20 menit . apabila perendaman dilakukan
terlalu lama maka kualitas rumput laut akan menyerap banyak air,
dan didalam ruangan yang biasadimana bahan baku dikeluarkan
dari karung dan dimasukan kedalam keranjang yang berkapasitas
600 kg.

Rumput laut yang sudah berada didalam keranjang


dimasukkan kedalam bak pencucian yang berisi air dari sumur
serapan yang dialirkan melalui pipa ke bak pencucuian, kemudian
keranjang tersebut digoyang- goyangkan agar kotoran – kotoran
yang melekat pada rumput dapat diminimalkan sehingga sesuai
dengan standar yang diinginkan industri.

Gambar 2. Pencucian pertama rumput laut

23
c. Pemasakan ( perebusan )
Setelah proses pencucian satu rumput laut dipindahkan ke
tahap pemasakan atau perebusan menggunakan alat pengungkit.
Selanjutnya runput laut direndam dalam larutan alkali panas yaitu
KOH atau NaOH pada temperatus tinggi .
Larutan KoH dan NaOH terlebih dahulu dipanaskan sampai
suhu 70-800 C lalu rumput laut dimasukkan kedalamnya bersama
dengan keranjang besi, perendaman atau pemasakan ini dilakukan
selama 2-3 jam .
apabila rumput laut direbus terlalu lamamaka tekstur rumput
laut terlalu lunak guserta nutrisi yang terkandung pada rumput laut
akan berkurang jumlah air yang dignakan dalam perebusan yaitu 300
Liter dengan larutan KOH sebanyak 60 kg.
Selama proses pemasakan dilakukan pengadukan agar
larutan tercampur merata. Setelah dimasak rumput laut dalam
keranjang besi diangkat keatas dengan menggunkan hoist kemudian
dilakukan penyemprotan atau penyiraman. Rumput laut yang sudah
masak akan menjadi lunak sehingga akan memudahkan proses
selanjutnya.

Gambar 3. Proses pemaskan rumput laut

24
d. Pencucian 2
Setelah pemasakan selama 2-3 jam dalam larutan KOH
panas, rumput laut diangkat bersama dengan keranjangnya dan
dimasukan kedalam bak pencucian, pencucian dilakukan berulang –
ulang dengan air tawar hingga PH netral ( Ph 7-8), Proses penetralan
ini berlangsung cepat dengan adanya proses pengadukan atau
perputaran air. Pencucian kedua ini bertujuan untuk menghilangkan
sisa sisa KOH dan NaOH pada proses pemasakan dan pembersihan
rmput laut dari kotoran yang masih melekat pada proses pencucian
pertama.
Pencucian dilakukan pada dua Bak yang berlainan yang telah
berisi air bersih dari sumur serapan, pencucian berlangsung kurang
lebih 20 menittiap pencucian dengan menggunakan selang air
dengan menyemprotkan air tersebut agar proses pencucian
berlangsung cepat dan optimal sehingga mengahsilkan rumput laut
sesuai dengan yang diinginkan

Gambar 4. Pencucian kedua rumput laut

25
e. Pemotongan ( Chopper )

Selanjutnya, proses pemotongan rumput laut yang sudah


dicuci diangkat dan ditiriskan lalu dipindahkan ke bak mesin
pemotongaan .
Pemotongan rumput laut dilakukan dengan tujuan untuk
mengecilkan ukuran rumput laut dan untuk memudahkan dalam
proses penjemuran, penyortiran, dan penggilingan. Proses
pemotongan ini menggunakan mesin pemotong( Chopper Machine),
rumput laut dipotong sampai pada ukuran 2 – 4 cm

Gambar 5. Pemotongan rumput laut

f. Pengeringan atau penjemuran

Proses pengeringan atau penjemuran dilakukan dibawah terik


matahari,selama proses penjemuran rumput laut dibalik agar
pengeringan cepat dan merata, sekaligus merontokkan sisa- sisa
kotoran yang menempel. Jika matahari cukup bagus maka rumput
aut sudah cukup kering setelah dijemur selama 2 -3 hari. Adapun ciri
ciri rumput laut yang sudah kering yaitu apabila digenggamatau
diremas rumput laut agak kaku,tidak patah dan sedikit elastis.
Pengeringan ini bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan
kadar air pada rumput laut.

26
Motode pengeringan yang digunakan ada tiga yaitu:
- Pengeringan dengan alas lantai semen
Metode pengeringan dilakukan dengan langsung di
atas lantai semen. Aktivitas penjemuran berlangsung
dibawah terik matahari

Kelebihanya:
Dengan metode ini rumput laut akan lebih cepat kering
karena suhu pada lantai penjemuran cukup panas
sehingga dapat mempercepat pengeringan

Kelemahanya :
Rumput laut yang dijemur pada lantai akan lebih
kotor karena kemungkinan tercampur dengan pasir atau
batu kecil.
- Pengeringan dengan para- para jemur atau metode
gantung
Metode penjemuran ini tidak disebar langsung diatas
alas melainkan dengan menggunakan bilahan bambu
yang diberi alas jaring penjemuran. Pada penjemuran
menggunakan bambu atau para – para jamur ini diletakan
dengan menggunakan tiang bambu sehingga tidak
langsug menyentuh permukaan tanah.
kelebihanya dari pengeringan ini yaitu:
1. Tingkat kekeringan yang nerata sesuai dengan
yang diinginkan, hal ini disebabkan karena adanya
sirkulasi udara yang melewati lubang para-para
jemur.
2. Tidak tercampurya rumput laut dengan tanah atau
kotoran lainya.

Kelemahanya :
Para – para jamur atau metode gantung pada
PT.Bantimurung indah masih sedikit.
- Pengeringan dengan jaring plastik
Jaring plastik ini langsung diletakan pada permukaan
rumput ataupun tanah.
Kelemahan metode penjemuran ini yaitu:

27
1. Kemungkinan tercampurnya rumput laut dengan
kotoran
2. Tingkat kekeringan tidak merata, disebabkan
kurangnya sirkulasi udara, biasanya rumput laut
akan berkeringat apabila di sebar diatas alas
plastik,hal ini mengakibatkan pengeringan kurang
efesien.

Kelebihanya yaitu:
Dengan menggunakan jaring/terpal plastik akan
memundahkan ketika mengumpul rumput laut ketika
hujan tiba-tiba turun .
Metode pengeringan yang paling efektif dan
efisien yaitu dengan menggunakan para-para jemur
atau metode gantung karena mempercepat proses
pengeringan dan terhindar dari kotoran.

Gambar 6. Pengeringan atau penjemuran rumput laut

28
g. Penyortiran
Penyortiran dilakukan dengan memisahkan atau
membersihkan ulangrumput laut dari kotoran – kotoran seperti pasir,
batu- batu kecil, tali pengikat, serta pecahan karang. Penyortiran ini
dilakukan dengan cara manual dengan menempatkan rumput laut
kering diatas alat nampanlalu diayak sehingga kotoran – kotoran
kecil tidak lolos ke tahap penyaringan.

Rumput laut dikatakan berkualitas baik apabila total garam


dan kotoran yang melekat tidak lebih dari 3-5% sesuai dengan
permintaan industri. Butiran garam yang masih melekat pada rumput
laut akan terjatuh ketika diaduk dan diayak. Apabila masih banyak
butiran garam melekat maka butiran garam tersebut akan kembali
menghisap uap airdiudara sehingga rumput laut akan kembali
lembab dan akan menurunkan kualitas rumput laut itu sendiri.
Sortasi atau peryortiran dapat dilakukan 1,5 ton sampai
dengan 2 ton perhari.

Gambar 7. Pemisahan kotoran pada rumput laut

29
Penyaringan rumput laut dilakukan setelah diayak dan
dipisahkan dengan kotoran. Penyaringan ini dilakukan dengan
tujuan menyaring kembali kotoran yang lolos pada tahap sortasi
manual. Rumput laut dimasukan kedalam tempat penyaringan
dengan diayak sedikit demi sedikit lalu rumput laut yang sudah
disaring akan keluar melalui lubang penyaringan yang telah
disalurkan kedalam karung.

Gambar 8. Penyaringan rumput laut

h. Pengepakan
Pengepakan rumput laut dilakukan setelah proses
sebelumnya selesai, pengepakan bertujuan untuk mempertahankan
kualitas rumput lautdan memudahkan proses penyimpanan.
Pengepakan rumput laut atc chips dilakukan dengan
memasukan semua jenis rumput laut jenis cotonii yang berasal dari

30
daerah bone, takalar, jeneponto dan alor ke dalam mesin blender
untuk dicampur, selanjutnya akan di kemas kedalam karung putih
polos, dalam satu karung dimasukan rumput laut sebanyak 25 kg,
selanjutnya yaitu proses penjahitan karung menggunakan alat jahit
karung.Kemasan tersebut dilengkapi dengan label, tipe produk,
berat bersih, dan nomor kode.

Gambar 9. Pengepakan ATC chips

i. penggudangan

Rumput laut yang sudah dikemas terlebih dahulu disimpan


didalam gudang untuk menunggu pengangkutan. Produk akan
disimpan selama kurang lebih 3 minggu. Produk ang sudah dikemas
selanjutnya disusun rapi dengan alas bantalan kayu dibawahnya
guna menghindari kontak langsung dengan lantai, tujuanya yaitu
agar produ tidak lembab
Selama proses penggudangan produk dilakukan
pengontrolan sesering mungkin untuk menjaga kualitas produk agar
tidak terkena air

31
4.3Lay – out

Lampiran 3
A. Pos satpam K. Ruang penyortiran
B. Tempat Penjemuuran L. Mushallah
C. Gedung dan Dapur M. Kantor
D. Lantai tempat pembuangan air N. Ruang Blower
E. Ruang pemasakan O. Ruang Administrasi
F. Ruang Olehraga
G. Tempat TRuk dan bengkel
H. Ruang Penggilingan
I. Ruang penyimpanan Powder
J. Ruang ACM

32
BAB V
REFLEKSI

Pada kegiatan praktek kerja lapanginisaya memilih tempat disalah


satu perusahan yang berada di kabupaten maros, sulawesi selatan
tepatnya di PT. Bantimurung Indahyang berjudul Pengolahan rumput laut
Eucheuma Cottonii menjadi ATC ( alkalitreated cotonii ) Chips sangat
penting dengan adanya proses pembelian, pencucian, pemasakan (
perebusan), pengeringan/penjemuran, penyortiran, dan proses
pengepakan. Seperti di Pt. Bantimurung Indah, penulis mendapat banyak
pengalaman dan masukan yang tidak dapat penulis temui di tempat lain.
Penulis diberi kesempatan untuk turun langsung ke lapangan ke tahap
penjemuran, penyortiran dan pengepakan dibutuhkan kesabaran, keuletan
dan keiklahasan kerja agar hasil kerja memuaskan.Selain itu penulis
mendapat pengalaman di dunia kerja dimana nantinya menjadi bekal bagi
penulis untuk terjun kedunia kerja

Dalam waktu cukup lama yaitu satu bulan penulis memanfaatkan


waktu tersebut untuk lebih mengenal aktivitas apa saja yang ada di PT.
Bantimurung Indah kabupaten maros, di mana pada tahap pembelian saya
sedikit tidak memahami proses pembelianya karena saya tidak dapat
melihat langsung, penulis hanya mendapat informasi dari salah satu
karyawan PT. Bantimurung Indah. Selain pembelian penulis juga dapat
melihat proses perebusan, dan penulis juga turun langsung pada proses
penjemuran atau pengeringan serta pada tahap penyortiran penulis dapat
bekerja dengan baik dan telitiuntuk menyortir rumput laut yang sudah
kering, pada tahap selanjutnya yaitu pengepakan dilakukan penimbangan
rumput laut dan siap untuk di kemas menggunakan karung putih polos.
Menurut penulis pengolahan rumput laut menjadi ATC ( Alkali Treated
Cotonni ) Chips sudah berjalan sangat baik dan berjalan sesuai prosedu –
prosedur yang sudah ditetapkan. Penulis berharap jika msih diberi

33
kesempatan untuk melanjutkan penelitian penulis berharap bisa melihat
dan mempraktekkan proses pembelian rumput laut dari petani rumput laut.

34
DAFTAR PUSTAKA

Ghufran M, Kordi K,2010. Budi Daya biota akuatik untuk pangan, kosmetik,
dan obat – obatan, Lily Publisher, Yogyakarta

Anggadiredja, JT. 2011. Laporan Forum Rumput Laut. Pusat Riset


Pengolahan Produk Dan Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan.
Jakarta

Andriani D. 2006. Pengolahan rumput laut (Eucheuma cottonii) menjadi


tepung ATC (Alkali Treated Cottonii) dengan jenis dan
konsentrasi larutan alkali yang berbeda [skripsi]. Makassar
: Fakultas Pertanian dan Kehutanan, Universitas Hasanudddin

Anggadiredja JT, Zatnika A, Purwoto H, Istiani S. 2006. Rumput laut


pembudidayaan, pengolahan dan pemasaran komoditas perikanan
potensial. Jakarta : penebar swadaya

Atmaja, W. S. Kadi, A., Sulistijo, dan Satari, R., 1996, Pengenalan Jenis-
Jenis Rumput Laut Indonesia, Puslitbang Oseonologi LIPI, Jakarta

Febrina H. 2008. Kappa karaginan semimurni Kappaphycus


alvarezii sebagai cryoprotectant pada surimi ikan nila
(Oreochromis niloticus) [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

Sukri N. 2006. Karakteristik Alkali Treated Cottonii (ATC) dan karaginan


dari rumput laut Eucheuma cottonii pada umur panen yang
berbeda [skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.

Poncomulyo, T, Maryani, H. & Kristiani, L. 2006. Budidaya dan Pengolahan


Rumput Laut.Jakarta: Agromedia Pustaka.

Aslan, L. 1998. Budidaya Rumput Laut. Jogjakarta: Kanisius

Indriani, H dan E. Sumiasrsi, 1997. Budidaya Pengelolaan dan Pemasaran


Rumput Laut. Jakarta: Penebar Swadaya

35
Kordi, K.M.G.H., 2010. A to Z Budidaya Biota Akuatik Untuk Pangan,
Kosmetik, Obat – Obatan. Lily Publisher. Yogyakarta

Rasyid. A.J. 2005. Studi Kondisi Fisika Oseanografi Untuk Kesesuaian


Budidaya Rumput Laut Di Perairan Pantai Sinjai Timur .

36
LAMPIRAN
1. Loog kegiatan

Waktu Pelaksanaan

Oktober November
2. No Kegiatan/Tahapan
Minggu

III IV I II III

1 Konsultasi Judul dan lokasi PKL 

2 Pembuatan surat pengantar PKL 


Penerimaan dan pengenalan Lokasi

3 PKL

4 Kegiatan PKL

1.pembelian 

2.pemasakan   

3.pencucian   

4. pemotongan   

5. penjemuran   

6. penyortiran   

7. penggilingan   

8. pengepakan   

9. penyimpanan   

5 pelepasan pkl

6 penulisan laporan

7 Asistensi dan konsul laporan


Lampiran 1

37
3. Log – Book kegiatan

Penerimaan Melihat Lokasi


Senin, 25 Dan Dan Perkenalan Diri
1 Lanjut
Oktober 2021 Pengenalan Kepada Staf Di Lokasi
Lokasi PKL PKL
Melihat Saya diarahkan Untuk
Selasa, 26
2 Kegiatan memperhatikan proses Lanjut
Oktober 2021
Pemasakan pemasakan
Saya diarahkan untuk
Kamis, 28 Melihat Cara
3 melihat tata cara Lanjut
Oktober 2021 Pencucian
pencucian
Saya diberikan
Melakukan kesempatan
Jumat, 29
4 Kegiatan untuk menjemur dan Lanjut
Oktober 2021
Penjemuran menghampar
rumput laut
saya melakukan
kegiatan
penyortiran satu yaitu
Melakukan
Selasa, O2 proses pengayakan
5 Kegiatan Lanjut
November2021 dan pemisahan
penyortiran 1
rumput laut dengan
kotoran secara
manual
Saya melakukan
kegiatan penyortiran
ke-dua dengan
Melakukan membersihkan
Kamis, 04 kegiatan rumput laut dari
6 Lanjut
November2021 penyortiran kotoran seperti paku
ke-dua dan logam yang lolos
pada
penyortiran pertama
selama 2 hari
Saya diarahkan untuk
Melakukan
Selasa, 09 melihat
7 Kegiatan Lanjut
November 2021 proses penggilingan
penggilingan
Rumput laut
saya diarahkan untuk
melakukan
melakukan proses- proses
Kamis, 11
8 kegiatan pengepakan untuk Lanjut
November 2021
pengepakan mengetahui cara -cara
pengepakan rumput
laut

38
saya diarahkan untuk
melakukan
melakukan
Jumat, 12 kegiatan
9 penyimpanan Produk Lanjut
November2021 penyimpanan
ATC Chips
ATC Chips
yang sudah di kemas
saya diarahkan untuk
mengumpul
rumput laut kering
dengan cara
Selasa, 16 Kegiata
10 meratakan rumput Lanjut
November 2021 berulang
Laut diatas alas
penjemuran dengan
ketebalan kurang lebih
5 cm
menghampar dan
kamis, 18 kegiatan
11 mengumpulkan Lanjut
november 2021 berulang
rumput laut
saya diarahkan untuk
melihat proses
Jumat, 19 Kegiatan
12 pemotongan, Lanjut
November 2021 berulang
perebusan dan
pemasakan.
melakukan penjemurn
Senin, 22 kegiatan rumput
13 Lanjut
November 2021 berulang laut untuk mengurangi
kadar air
saya diberikan
Selasa, 23 kegiatan kesempatan untuk
14 Lanjut
November 2021 berulang melakukan proses
penyortiran ke-dua
Pamitan kepada para
staf dan
15 Kamis, Pamitan Lanjut
pekerja di
PT.Bantimurung Indah

Lampiran 2

39
4. Lay–Out

Lampiran 3
A. Pos satpam K. Ruang penyortiran
B. Tempat Penjemuuran L. Mushallah
C. Gedung dan Dapur M. Kantor
D. Lantai tempat pembuangan air N. Ruang Blower
E. Ruang pemasakan O. Ruang Administrasi
F. Ruang Olahraga
G. Tempat Truk dan bengkel
H. Ruang Penggilingan
I. Ruang penyimpanan Powder
J. Ruang ACM

40

Anda mungkin juga menyukai