The internship activity has aimed to analyze and identify the problem that
occur in harvesting and post harvesting of Arabica coffee and also to discover the
solution for the problem. In addition, it has aimed for trainer skill training and to
enlarge the deepest insight of Arabica coffee cultivation. The internship activity is
implemented on PT Nusantara Plantation XII, Bondowoso, East Java, in 4 months,
starting from February until June 2018. Harvesting preparation in Kalisat Jampit
Plantation consists of fruit taxation and harvesting tools preparation. Fruit
taxation is three times, by afdeling, plantation, and office directors. The
harvesting tools preparations are consist of field preparation, material and tool
preparations, and labor preparation. The field area of plantation in every
afdeling divides into 12 harvesting blocks. Every harvesting rotation in Kalisat
Jampit Plantation consists of 8-12 day. The spacious of harvesting field is
determined by the harvesting area and plants conditions. Total amount of labor
that is needed in every harvesting activity is calculated according to the quantity
of coffee fruit harvest will be dividing with the average of harvester capabilities
and total amount of harvesting days. Harvesting activities in Kalisat Jampit
Plantation consist of harvesting ripe fruit, yield sorting by harvester, and also
weighing yield. The lost rate of yield occurs caused by the fruits that fall on the
ground reached a percentage of 73%. The observations result on the influence of
the age harvester labor shows the older harvester (41-60) ages achieve a great
harvest achievement rather than the younger harvester (20-40) ages. Meanwhile,
the harvest achievement based on gender shows the women harvester labor is
equal to men harvester. The coffee processing consist of two process, there are
wet process (WP) and dry process (DP).
Keywords: coffee, criteria of harvesting, harvesting, the lost rate of yield, labor of
harvesting
PENGELOLAAN PANEN DAN PASCAPANEN KOPI
ARABIKA (Coffea arabica L.) DI KEBUN KALISAT JAMPIT,
PT PERKEBUNAN NUSANTARA XII, BONDOWOSO,
JAWA TIMUR
ripsi Skripsi
sebagai salah satu syarat
sebagai salah satu syarat untuk untuk memperoleh
memperoleh gelar
gelar
Sarjana Sarjana Pertanian Pertanian
pada pada
Departemen
Departemen Agronomi danAgronomi dan Hortikultura
Hortikultura
Disetujui oleh
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Karya ilmiah ini
berjudul Pengelolaan Panen dan Pascapanen Kopi Arabika (Coffea arabica L.) di
Kebun Kalisat Jampit, PT Perkebunan Nusantara, Bondowoso, Jawa Timur.
Karya ilmiah ini merupakan hasil kegiatan magang yang telah dilaksanakan pada
bulan Februari hingga bulan Juni 2018 di Kebun Kalisat Jampit, PTPN XII,
Bondowoso, Jawa Timur. Karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pertanian di Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terimakasih
kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Ade Wachjar, M.S. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan, saran-saran, arahan dan bimbingan sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan.
2. Ibu Dr. Ir. Ni Made Armini Wiendi, M.S. dan Bapak Dr. Ir. Sugiyanta,
Msi. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan
sehingga skripsi ini selesai.
3. Ibu Dr. Ir. Syarifah Iis Aisyah, M.Sc.Agr. selaku dosen pembimbing
akademik yang telah membimbing penulis selama melaksanakan studi di
Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB.
4. Direksi PT Perkebunan Nusantara XII yang telah memberikan penulis
kesempatan untuk melaksanakan magang di Kebun Kalisat Jampit,
Bondowoso, Jawa Timur.
5. Heri Suciyoko S.P. selaku Manajer Kebun Kalisat Jampit, Bondowoso,
Jawa Timur, beserta staf dan seluruh karyawan yang telah membimbing
dan memberikan fasilitas dalam melakukan magang.
6. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan di Institut Pertanian
Bogor.
7. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan semangat selama
kegiatan magang dan pembuatan skripsi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Magang 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Morfologi Tanaman Kopi 2
Panen Kopi 5
Pascapanen Kopi 6
METODE 9
Tempat dan Waktu Magang 9
Metode Pelaksanaan 9
Pengamatan dan Pengumpulan Data 10
Analisis Data dan Informasi 11
KEADAAN UMUM 12
Letak Geografis Kebun 12
Keadaan Iklim dan Tanah 12
Luas Areal Konsensi dan Tata Guna Lahan 12
Keadaan Tanaman dan Produksi 13
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 13
HASIL DAN PEMBAHASAN 15
Aspek Teknis 15
Pembibitan 15
Aspek Manajerial 48
Pembahasan 49
KESIMPULAN DAN SARAN 51
Kesimpulan 51
Saran 52
DAFTAR PUSTAKA 52
LAMPIRAN 55
DAFTAR TABEL
1. Luas areal, produksi, rendemen, dan produktivitas kopi Arabika di
Kebun Kalisat Jampit 2013-2017 13
2. Jumlah tenaga kerja staf dan non staf di Kebun Kalisat Jampit 15
3. Jumlah bibit di Kebun Kalisat Jampit tahun 2018 16
4. Contoh hasil taksasi produksi di Kebun Kalisat Jampit pada tahun 2018 26
5. Jenis dan kegunaan alat panen di Kebun Kalisat Jampit 27
6. Rotasi petik di Afdeling Kampung Baru tahun 2018 29
7. Kemampuan pemetik melakukan pemetikan selektif buah kopi di
Afdeling Kampung Baru, Kebun Kalisat Jampit 30
8. Check list hasil petik di Blok Menara, Afdeling Sempol tanggal 17 Mei
2018 30
9. Tingkat kehilangan hasil panen kopi di piringan dan di tajuk 31
10. Jumlah buah tertinggal di piringan dibandingkan dengan standar buah
tertinggal di piringan 31
11. Uji petik hasil panen buah kopi di Afdeling Sempol, Kebun Kalisat
Jampit 32
12. Pengaruh usia tenaga pemetik terhadap kualitas hasil dipanen 32
13. Hasil penimbangan buah kopi di Afdeling Kampung Baru bulan Mei
masa I, tahun 2018 33
14. Pengaruh usia tenaga pemetik terhadap prestasi petik 33
15. Analisis mutu petik buah kopi tanggal 22 Mei 2018 35
16. Analisis rambangan, analisis keping biji, dan analisis bubuk buah
tanggal 22 Mei 2018 36
17. Rendemen kopi di masing-masing afdeling Kebun Kalisat Jampit 37
18. Uji petik kivu pump tanggal 22 Mei 2018 40
DAFTAR GAMBAR
1. Tahapan pengolahan kopi secara kering ( dry process) 7
2. Tahapan pengolahan kopi secara basah (wet process) 8
3. Kegiatan di pembibitan kopi: (a) penataan bibit kopi polybag, (b)
penyiangan gulma, (c) pengangkutan bibit siap salur 17
4. Kegiatan penyulaman bibit kopi 17
5. Kegiatan pengendalian gulma: (a) secara kimiawi, (b) secara manual 18
6. Kegiatan pemupukan: (a) pencampuran pupuk, (b) pengeceran pupuk,
(c) penaburan pupuk 20
7. Kegiatan pemangkasan pada tanaman kopi 21
8. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit pada kopi: (a) petik bubuk,
(b) cabang yang terserang Corticium salmonicolor, (c) pengendalian
penyakit karat daun kopi (KDK) 22
9. Kegiatan pembuatan gondang-gandung: (a) pembuatan lubang
gondang-gandung, (b) lubang gondang-gandung yang sudah jadi 23
10. Kegiatan pemeliharaan tanaman sulaman: (a) penyulaman tanaman
pelindung dengan cangkokakan, (b) pemeliharaan tanaman sulaman, (c)
rempes tanaman lamtoro 24
11. Kegiatan taksasi buah kopi: (a) pemasangan ajir tanda, (b) hand counter,
(c) penghitungan jumlah buah 25
12. Kegiatan persiapan sarana panen: (a) pembuatan hamparan plastik atau
alas panen, (b) papan pengumuman panen 27
13. Kegiatan panen 29
14. Kegiatan sortasi dan penimbangan buah kopi 33
15. Pengangkutan hasil panen di Afdeling Sempol, Kebun Kalisat Jampit 34
16. Penerimaan buah kopi dari kebun: (a) mengeluarkan buah kopi dari bak
truk, (b) buah kopi yang ditampung di bak penerimaan 34
17. Kegiatan uji petik 36
18. Penggilingan buah kopi : (a) bak konis, (b) vis pulper tampak dari atas,
(c) vis pulper tampak dari depan 38
19. Bak fermentasi 38
20. Pencucian kopi HS : (a) aqua pulpa, (b) saluran serpentin 39
21. Penuntasan biji kopi: (a) kopi HS basah dipompa menuju bak
penuntasan, (b) kopi HS diratakan dan diberi label 40
22. Pengeringan biji kopi : (a) penjemuran, (b) mekanis (mesin mason) 41
23. Penggerbusan biji kopi : (a) silo, (b) hopper 42
24. Pengayakan biji kopi 42
25. Pengeringan buah kopi : (a) penjemuran buah kopi, (b) buah kopi yang
dijemur, (c) buah kopi yang dikeringkan dengan vis dryer 43
26. Penggerbusan: (a) mesin huller, (b) mesin pengayak (greader) 44
27. Kegiatan sortasi biji biji kopi 45
28. Pengujian mutu (cup test) : (a) mesin penyanggrai (roaster), (b) mesin
penggiling biji kopi, (c) sampel kopi 45
29. Penyimpanan biji kopi 46
30. Pencampuran biji kopi : (a) penimbunan biji kopi hingga cukup satu
kaveling, (b) pencampuran biji kopi 47
31. Biji kopi mutu A/DP-1 dengan berat 60 kg yang telah dikemas 47
DAFTAR LAMPIRAN
1. Jurnal kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas (KHL) di Kebun
Kalisat Jampit, PT Perkebunan Nusantara XII, Bondowoso, JawaTimur 57
2. Jurnal kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun Kalisat
Jampit, PT Perkebunan Nusantara, Bondowoso, Jawa Timur 59
3. Jurnal kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Kebun Kalisat
Jampit, PT Perkebunan Nusantara XII, Bondowoso, Jawa Timur 62
4. Peta Kebun Kalisat Jampit tahun 2018 64
5. Keadaan curah hujan dan hari hujan bulanan di Kebun Kalisat Jampit,
PT Perkebunan Nusantara, Bondowoso, Jawa Timur tahun 2013-2017 65
6. Luas areal konsensi tata guna lahan Kebun Kalisat Jampit, PT
Perkebunan Nusantara, Bondowoso, Jawa Timur 66
7. Bagan struktur organisasi Kebun Kalisat Jampit, PT Perkebunan
Nusantara, Bondowoso, Jawa Timur 67
RIWAYAT HIDUP 69
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sembiring et al. (2015) kualitas kopi ditentukan oleh proses pengolahan kopi.
Petani umumnya lebih memilih proses pengolahan secara kering dengan biaya
pengolahan yang lebih rendah dibandingkan dengan proses pengolahan secara
basah. Proses pengolahan secara basah menghasilkan kualitas kopi yang lebih
baik dibandingkan hasil produksi dari proses pengolahan kopi secara kering.
Menurut Mayrowani (2013) sebagian besar cara pengolahan kopi secara basah
dilakukan oleh perkebunan besar, sehingga menghasilkan mutu fisik kopi yang
baik, tetapi pada proses fermentasi terdapat risiko kerusakan pada cita rasa. Proses
fermentasi sulit diterapkan oleh petani kopi karena membutuhkan biaya produksi
yang lebih tinggi dan umumnya teknologi pascapanen yang digunakan petani
masih tradisional. Terkait dengan informasi dan permasalahan di atas, maka
tulisan ini difokuskan pada pengelolaan panen dan pascapanen kopi Arabika
dalam meningkatkan jumlah produksi dan mutu kopi.
Tujuan Magang
TINJAUAN PUSTAKA
Akar
Kopi Arabika (Coffea arabica L.) termasuk dalam genus Coffea dengan
famili Rubiaceae. Tanaman kopi Arabika merupakan jenis tanaman dikotil yang
memiliki akar tunggang. Akar tunggang pada tanaman kopi Arabika terdapat
beberapa akar kecil yang tumbuh ke samping (melebar) yang sering disebut akar
lateral, kemudian pada akar lateral terdapat rambut akar dan tudung akar. Rambut
akar berfungsi dalam memperluas bidang penyerapan akar, sehingga lebih banyak
air dan zat-zat makanan yang dapat diserap. Tudung akar berfungsi dalam
melindungi akar ketika rambut akar menyerap unsur hara dari tanah (Panggabean,
2011).
Akar tunggang yang dimiliki oleh tanaman kopi menyebabkan tanaman kopi
tidak mudah rebah. Akar tunggang hanya dimiliki oleh kopi yang berasal dari
bibit semai (perbanyakan generatif) dan bibit sambung/okulasi yang batang
bawahnya berasal dari perbanyakan generatif. Tanaman kopi yang berasal dari
perbanyakan vegetatif (stek) tidak memiliki akar tunggang, sehingga relatif
mudah rebah (Najiyati dan Danarti, 2004).
Sistem perakaran tanaman kopi Arabika dengan kopi Robusta sedikit
berbeda. Tanaman kopi Arabika memiliki akar tunggang pendek (short tap root)
3
(45 cm) dan akar lateral (lateral root) dengan kedalaman 2-3 m dan tumbuh
secara horisontal (melebar) hingga 1-2 m. Perakaran tanaman kopi Robusta lebih
dangkal dengan akar tunggang pendek dan sebagian besar rambut akar tumbuh
dengan kedalaman 6 cm (Waller et al., 2007). Hal tersebut menyebabkan kopi
Arabika lebih tahan dengan lingkungan kering dibandingkan dengan kopi Robusta.
Perakaran tanaman kopi dapat berakar lebih dalam pada tanah normal, tetapi 90%
dari perakaran tanaman kopi terdapat pada lapisan tanah bagian atas dengan
ketebalan 30 cm (Najiyati dan Danarti, 2004).
Menurut Sakiroh et al. (2011) tanaman pelindung menjaga pertumbuhan
akar kopi. Hal tersebut disebabkan oleh pohon pelindung dapat mempengaruhi
iklim mikro pada tanaman kopi dan dapat mengurangi suhu sampai di bawah
kisaran yang optimal. Tanaman kopi tanpa pelindung akan meningkatkan
penyerapan karbohidrat dari daun dan batang untuk mempercepat pembentukan
buah dan bunga, sehingga mengakibatkan akar dan daunnya rusak (meranggas).
Daun
Daun kopi berwarna hijau mengkilap yang tumbuh berpasangan dengan
berlawanan arah. Tanaman kopi memiliki bentuk daun lonjong dengan tulang
daun yang tegas (Rahardjo, 2012). Menurut Panggabean (2011) salah satu cara
untuk membedakan jenis tanaman kopi adalah dengan ciri bentuk dan fisik khusus
daun. Tanaman kopi Arabika memiliki daun yang kecil memanjang dan tebal serta
warna daun yang hijau pekat dan bergaris bergelombang, sedangkan tanaman kopi
Robusta memiliki daun yang lebih besar dibandingkan jenis kopi Arabika dan
memiliki warna daun hijau agak terang.
4
Bunga
Bunga kopi berukuran kecil. Mahkota bunga berwarna putih dan berbau
harum. Kelopak bunga berwarna hijau. Pangkal kelopak bunga menutupi bakal
buah. Benang sari terdiri atas 5-7 tangkai yang berukuran pendek. Ketika bunga
sudah dewasa, kelopak dan mahkotanya akan membuka dan segera terjadi
penyerbukan kemudian akan berkembang menjadi buah. Tanaman kopi Arabika
cenderung berbunga lebih terbatas yang hanya berbunga pada musim hujan
dibandingkan dengan tanaman kopi Robusta yang dapat berbunga pada musim
hujan dan musim kemarau, sedangkan pada tanaman kopi Liberika berbunga pada
interval yang tidak beraturan (Najiyati dan Danarti, 2004 Waller et al., 2007).
Bunga kopi Arabika proses penyerbukannya penyerbukan sendiri (self
pollination), sedangkan kopi Robusta penyerbukannya penyerbukan silang (cross
pollination) (Charrier dan Berthaud, 1985).
Bunga tanaman kopi terbentuk dari mata tunas yang berada di ketiak-ketiak
daun pada cabang plagiotrop atau cabang yang mengarah mendatar. Pembentukan
primordia bunga kopi dipengaruhi oleh lama penyinaran atau disebut periodisitas
cahaya. Lama panjang hari yang kritis kopi Arabika berkisar 13-14 jam. Panjang
penyinaran matahari yang lebih lama untuk batas tersebut akan mengakibatkan
terhambatnya pembentukan bunga dan tanaman hanya tumbuh vegetatif.
Pembentukan primordia bunga kopi Arabika pada panjang hari 8 jam memerlukan
waktu 2.5 bulan, sedangkan pada panjang hari 12 jam memerlukan waktu 3 bulan.
Intensitas cahaya yang rendah (pelindung terlalu rindang) akan menghambat
pembentukan primordia bunga, sebaliknya jika intensitas cahaya terlalu tinggi
(tanpa pelindung), tanaman akan mengalami gejala kelebatan buah (over bearing,
over dacht) yang akan merugikan pertumbuhan tanaman, terutama tanaman kopi
Arabika. Pembentukan primordia bunga dirangsang oleh perbedaan amplitudo
antara temperatur maksimum (siang) dan temperatur minimum (malam) yang
besar. Primordia bunga kopi Arabika umumnya terbentuk setelah perbedaan
temperatur siang dan malam mencapai sekitar 7 oC, yang biasanya pada masa
peralihan antara musim hujan dan musim kemarau (April-Juli) (Rahardjo, 2012).
Buah
Buah kopi (glondong) berwarna hijau ketika muda, kemudian berubah
menjadi hijau tua, lalu kuning, dan berubah menjadi merah atau merah tua ketika
matang. Ukuran panjang buah kopi Arabika berkisar 12-18 mm. Buah kopi terdiri
atas tiga bagian, yaitu eksokarp (lapisan paling luar), mesokarp (lapisan daging
buah), dan endokarp (lapisan kulit tanduk). Daging buah kopi yang sudah matang
akan mengandung lendir dan senyawa gula yang rasanya manis. Kulit tanduk
buah kopi memiliki tekstur agak keras yang membungkus sepasang biji kopi
(Panggabean, 2011).
Buah kopi yang sudah tebentuk akan matang selama 7-12 bulan. Setiap
buah kopi memiliki dua biji kopi, tetapi kadang-kadang hanya mengandung satu
biji atau bahkan tidak berbiji (hampa) karena bakal biji tidak berkembang dengan
sempurna. Biji kopi terdiri atas kulit biji (kulit tanduk) dan lembaga (endosperma).
Lembaga (endosperma) adalah bagian yang dimanfaatkan untuk membuat
minuman kopi (Najiyati dan Danarti, 2004; Rahardjo, 2012).
5
Panen Kopi
Kriteria Panen
Buah kopi Arabika umumnya akan matang setelah 8 bulan dari saat
pembuahan. Buah kopi Arabika yang matang di pohon berwarna merah hingga
merah tua pada kulit buahnya dan tidak matang secara serentak walaupun berada
pada satu dompolan buah atau dari cabang yang sama. Pemetikan buah kopi harus
dilakukan secara manual dan selektif. Kopi yang bermutu baik diperoleh hanya
dari buah yang matang saja (Siswoputranto, 1993). Panen dilakukan ketika buah
kopi sudah berwarna merah hingga merah tua (Panggabean, 2011).
Kemasakan buah kopi dapat dilihat dari kekerasan dan komponen senyawa
gula di dalam daging buah kopi. Buah kopi yang masak mempunyai daging buah
yang lunak dan berlendir. Daging buah tersebut mengandung senyawa gula yang
relatif tinggi sehingga rasanya manis. Buah kopi yang belum masak atau masih
muda akan sedikit keras, tidak berlendir, dan rasanya tidak manis karena senyawa
gula masih belum terbentuk maksimal. Kandungan lendir pada buah yang terlalu
masak akan berkurang karena sebagian senyawa gula dan pektin telah terurai
secara alami akibat proses respirasi (Ditjenbun, 2012).
Waktu Panen
Tanaman kopi mulai menghasilkan (TM) pada umur 3 tahun dengan
berproduksi hingga umur 25 tahun. Jumlah produksi yang dihasilkan per tahun per
hektar relatif bervariasi. Produksi kopi pada tahun pertama rata-rata menghasilkan
600 kg per ha. Jumlah tersebut rata-rata sama hingga tahun ke-7. Produksi
meningkat hingga dua kali lipat pada tahun ke-8 hingga tahun ke-11, yakni
mencapai 1,200-1,300 kg per ha. Produksi kopi mencapai ukuran optimal pada
saat memasuki umur 13-20 tahun, yaitu produksi dengan rata-rata 2,000 kg/ha
(Alam, 2006).
Musim panen kopi di Indonesia tidak serentak, panen biasanya dimulai dari
Indonesia bagian barat kemudian disusul panen di Indonesia bagian timur. Musim
panen dimulai dari kebun-kebun kopi Aceh, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah,
bersamaan Jawa Timur dan Sulawesi dan terus ke daerah timur, berlangsung
mulai bulan April sampai Oktober setiap tahun. Musim panen kopi biasanya
terjadi pada Maret hingga September pada wilayah Indonesia (Siswoputranto,
1993; Panggabean, 2011). Panen di pulau Jawa antara bulan Mei dan Desember,
dengan puncaknya pada bulan Juli/Agustus (Krug dan Poerck, 1968).
Cara Panen
Panen dilakukan setiap dua minggu. Cara pemanenan dilakukan dengan cara
memetik buah yang telah matang penuh satu-persatu menggunakan tangan, lalu
dimasukkan ke dalam keranjang panen. Terdapat tiga pola panen berdasarkan
kematangan buah kopi yaitu petik merah, petik hijau, dan petik sembarang. Petik
merah hanya dilakukan untuk memetik buah yang matang penuh (berwarna
merah). Petik hijau untuk memetik buah berwarna hijau, biasanya petik hijau
disebabkan oleh beberapa faktor yang tidak menguntungkan, seperti faktor
keamanan, faktor ekonomi, iklim, dan kebiasaan. Petik sembarang dilakukan
dengan cara memetik sembarang di dalam satu ranting yang sama tanpa
6
Alat Panen
Cara panen yang digunakan untuk memperoleh kopi yang berumutu tinggi
dilakukan secara manual dan selektif. Hal tersebut agar diperoleh hasil pemetikan
buah yang matang saja untuk menghasilkan kopi yang bermutu tinggi. Pemetikan
buah di beberapa negara seperti Brazil dan Hawai dilakukan dengan mesin
(mechanical harvester). Mesin mechanical harvester bekerja berdasarkan
perontokan buah-buah matang melalui getaran-getaran pada pohon maupun
cabang-cabang tanaman kopi. Alat panen lainnya yang cukup penting adalah
tampi yang berfungsi untuk menampi hasil petikan buah kopi supaya terpisah
dengan berbagai kotoran sebelum biji kopi diangkut dari kebun (Siswoputranto,
1993).
Tenaga Panen
Tenaga pemanen dibutuhkan saat kegiatan pemanenan buah kopi. Jumlah
tenaga pemanen yang dibutuhkan dalam satu hektar hingga tahun ke-17 adalah
sebanyak 8 HOK (Panggabean, 2011). Mayoritas tenaga pemanen kopi adalah
wanita. Rata-rata prestasi petik tenaga pemetik perempuan pada awal panen 31.2
kg/hari dengan rata-rata jam kerja 3.6 jam/hari, sedangkan pada puncak panen
59.2 kg/hari dengan rata-rata jam kerja 5.1 jam/hari (Astuti et al., 2015).
Pascapanen Kopi
Pengolahan Kopi
Pengolahan kopi dibagi menjadi dua proses, yaitu pengolahan kopi secara
kering (dry process) dan pengolahan kopi secara basah (wet process). Proses
pengolahan kopi secara kering tahap pengupasan daging buah (pulping), kulit
7
tanduk, dan kulit ari dilakukan setelah buah kopi kering. Proses pengolahan kopi
secara basah pengupasan daging buah dilakukan saat buah kopi masih basah.
Pengolahan kopi secara kering (dry process). Pengolahan kopi secara
kering banyak dilakukan oleh petani perkebunan kopi rakyat. Hal tersebut karena
prosesnya tidak memerlukan alat dan fasilitas mahal dan cara pengerjaannya yang
sederhana. Pengolahan kopi secara kering sangat sesuai untuk lahan yang tidak
terlalu luas karena alatnya yang sederhana dan biaya investasi yang rendah.
Pengolahan kopi secara kering utamanya dilakukan pada kopi Robusta karena
tanpa fermentasi sudah diperoleh mutu yang cukup baik, sedangkan pada kopi
Arabika sebaiknya dilakukan pengolahan secara basah karena diperlukan
fermentasi untuk mendapatkan mutu kopi yang baik (Siswoputranto, 1993;
Najiyati dan Danarti, 2004). Tahapan pengolahan kopi secara kering tercantum
pada Gambar 1 (Ditjenbun, 2012).
dikupas dilakukan sortasi untuk membersihkan kopi beras dari kotoran sehingga
memenuhi syarat mutu. Tahap yang terahir adalah pengemasan dan penyimpanan.
Mutu kopi yang telah diklasifikasikan (sortasi) dan dicampur rata disimpan di
dalam karung bersih dan kering (Siswoputranto, 1993; Najiyati dan Danarti, 2004;
Ditjenbun, 2012).
Pengolahan kopi secara basah (wet process). Pengolahan kopi secara
basah hanya digunakan untuk mengolah biji kopi yang sehat dan berwarna merah,
sedangkan kopi berwarna hijau dan terserang bubuk diolah secara kering. Biji-biji
kopi Arabika dan Robusta dapat diolah secara basah untuk mendapatkan rasa kopi
khas dengan rasa yang sedikit masam. Rasa kopi ini lebih lezat dan warna
minumannya lebih menarik. Biji yang sudah disangrai tampak lebih menarik
dengan warna agak putih pada alur di tengah keping bijinya (Siswoputranto, 1993;
Najiyati dan Danarti, 2004).
Pengolahan kopi secara basah terdapat proses fermentasi yang bertujuan
untuk membentuk unsur-unsur cita rasa khas kopi. Selama proses fermentasi
lapisan lendir dihilangkan karena dapat menjadi tempat berkembangnya jasad-
jasad renik yang dapat merusak cita rasa kopi. Proses pengolahan kopi secara
basah untuk mendapatkan cita rasa yang tinggi diperlukan biji-biji kopi dari buah
yang dipetik matang (Siswoputranto, 1993). Tahapan proses pengolahan kopi
secara basah kopi tercantum pada Gambar 2 (Ditjenbun, 2012).
METODE
Metode Pelaksanaan
Data dan informasi yang diperoleh selama magang dianalisis, baik analisis
deskriptif maupun analisis kuantitatif dengan menggunakan ukuran distribusi
(frekuensi atau persen), ukuran pemusatan (rata-rata), atau hubungan input-out
put (uji t-student). Hasil tersebut disajikan dalam bentuk tabel/grafik, kemudian
diuraikan secara deskriptif dengan membandingkan proses panen dan pascapanen
pada perusahaan perkebunan kopi yang kemudian dilakukan juga studi pustaka
sebagai pembanding.
12
KEADAAN UMUM
Kebun Kalisat Jampit memiliki tipe iklim C-D (menurut Schmidt dan
Ferguson). Curah hujan rata-rata selama lima tahun terakhir 1,667 mm/tahun
dengan hari hujan 134 hari serta bulan basah 7 bulan dan bulan kering 5 bulan
(Lampiran 5). Kelembaban udara rata-rata 82% dengan kelembaban tertinggi
95.70% dan terendah 57.40%. Rata-rata suhu Kebun Kalisat Jampit 18 oC dengan
suhu terendah 5 oC dan suhu tertinggi 40 oC.
Kebun Kalisat Jampit terletak pada dataran tinggi Pegunungan Ijen, tanah
yang dipengaruhi letupan Gunung Merapi, sehingga warna tanah berwarna kelabu
kelam oleh kadar humus arang (koolhumus) dan unsur-unsur hara yang tinggi,
kecuali Mg yang rendah sampai sedang. Batuan Pegunungan Ijen terdiri atas
batuan pyroxeen andesit, bazalt dan sedikit horblende. Bazalt mempunyai kadar
asam kersik yang cukup tinggi. Tanah di Kebun Kalisat Jampit memiliki
kemiringan 30-40% dan sebagian dengan kemiringan 70-80% dengan lembah
yang curam dan terjal.
Kebun Kalisat Jampit memiliki luas areal Hak Guna Usaha (HGU)
3,105.41 ha. Kebun Kalisat Jampit terdiri atas enam afdeling yaitu lima afdeling
kebun dan satu Afdeling Pabrik (6.00 ha). Lima afdeling kebun terdiri atas
Afdeling Kampung Baru (402.22 ha), Afdeling Kampung Malang (491.41 ha),
Afdeling Sempol (387.94 ha), Afdeling Krepekan (386.68 ha), dan Afdeling
Jampit (1,431.16 ha). Jenis tanaman yang dibudidayakan adalah Kopi Arabika.
Luas areal konsensi dan tata guna lahan Kebun Kalisat Jampit dapat dilihat pada
Lampiran 6.
13
Tanaman kopi Arabika yang terdapat di kebun Kalisat Jampit terdiri atas
beberapa varietas, yaitu Typika, Kate, dan United States Department of
Agriculture (USDA), dan Hybrido de Timor (HDT). Jarak tanam yang digunakan
1.75 m x 1.75 m, 1.25 m x 2.50 m, dan 2.50 m x 2.50 m. Luas areal tanaman
menghasilkan (TM) adalah 1,373.15 ha dengan jumlah tanaman produktif
2,731,064 pohon. Rata-rata populasi tanaman sekitar 2,000 tanaman/ha.
Tanaman pelindung di Kebun Kalisat Jampit terdiri atas tanaman
pelindung tetap dan tanaman pelindung sementara. Tanaman pelindung sementara
yang digunakan terdiri atas Mogania (Moghania macrophylla) dan teprosia
(Tephrosia sp.). Tanaman pelindung tetap yang digunakan terdiri atas jenis
lamtoro (Leucaena glauca Benth) L2 dan lamtoro PG 79. Jarak tanam pelindung
tetap yang digunakan adalah 5 m x 4 m. Tanaman pemecah angin yang digunakan
adalah sengon (Albizia falcataria).
Hasil panen dari masing-masing afdeling dikirim ke pabrik pengolahan
Kebun Kalisat Jampit untuk diolah menjadi kopi biji kopi kering (green bean).
Produksi tanaman kopi di Kebun Kalisat Jampit mengalami fluktuasi dari tahun
ke tahun. Hal tersebut disebabkan oleh tanaman kopi memiliki sifat biennial
bearing. Rata-rata produksi buah kopi selama lima tahun terakhir (2013-2017)
sebesar 3,875,972 kg yang menghasilkan 637,480 kg biji kering dengan rendemen
16.39% dan produktivitas 488 kg/ha (Tabel 1).
Struktur Organisasi
Kebun Kalisat Jampit PT Perkebunan Nusantara dipimpin oleh seorang
manajer. Manajer menjadi atasan yang memiliki wewenang terhadap wakil
manajer, asisten administrasi, keuangan dan umum, asisten tanaman serta asisten
teknik dan pengolahan (Lampiran 7). Manajer dibantu oleh wakil manajer dalam
14
Ketenagakerjaan
Tenaga kerja di Kebun Kalisat Jampit, berdasarkan sistem kerjanya
digolongkan menjadi karyawan staf (IIIA-IVD) dan non staf (IA-IID). Tenaga staf
di Kebun Kalisat Jampit terdiri atas manajer, wakil manajer, asisten tanaman,
asisten teknik dan pengolahan, dan asisten administrasi keuangan dan umum.
Tenaga kerja non staf di Kebun kalisat Jampit terdiri atas karyawan bulanan tetap
(KBT), karyawan harian tetap (KHT), dan karyawan harian lepas (KHL).
Jumlah tenaga kerja di Kebun Kalisat Jampit pada bulan Februari 2018
berjumlah 1,719 orang. Rasio pekerja per ha di Kebun Kalisat Jampit adalah 0.55
orang/ha. Nilai rasio tersebut dapat dikatakan kurang efektif karena indeks tenaga
kerja (ITK) untuk perkebunan kopi adalah 1.38 orang/ha (Ditjenbun, 2013).
Jumlah tenaga kerja Kebun Kalisat Jampit disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah tenaga kerja staf dan non staf di Kebun Kalisat Jampit
Status karyawan Jumlah (orang)
Staf
a. Manajer 1
b. Wakil Manajer 1
c. Asisten Tanaman 4
d. Asisten Tenik dan Pengolahan 1
e. Asisten Administrasi Keuangan dan Umum 1
Non staf
a. Karyawan tetap (KHT/KBT) 80
b. Karyawan harian lepas (KHL) 1,631
Total tenaga kerja 1,719
Sumber: Kantor Induk Kebun Kalisat Jampit 2018 j
Aspek Teknis
Pembibitan
Pembibitan adalah tempat penanaman dan pemeliharaan bibit tanaman, baik
secara vegetatif (stek/sambung stek) maupun generatif (benih). Pembibitan
bertujuan untuk mempersiapkan bibit hingga siap ditanam di lapangan untuk
menjadi tanaman dewasa, dapat berbuah, dan berproduksi tinggi. Kegiatan
16
yang kemudian disiramkan ke media bibit kopi menggunakan gayung yang sudah
ditakar sebanyak ± 200 ml/bibit. Kegiatan pembibitan disajikan pada Gambar 3.
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman kopi yang dilaksanakan di Kebun Kalisat Jampit
terdiri atas penyulaman tanaman kopi, pengendalian gulma, pemupukan,
pemangkan, pemangkasan tanaman kopi, pengendalian hama dan penyakit,
pembuatan gondang-gandung, dan pemeliharaan tanaman pelindung.
Penyulaman tanaman kopi. Penyulaman tanaman kopi dilaksanakan
pada tanaman kopi yang mati dan terserang hama penyakit. Peralatan tanam yang
dibutuhkan adalah cangkul, keranjang, arit, dan asahan. Lubang tanam dibuat
berdasarkan standar operasional prosedur (SOP) yaitu dengan ukuran 60 cm x 60
cm x 60 cm, tetapi di lapangan lubang tanam yang dibuat kurang dari ukuran SOP
dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm, karena mengejar prestasi kerja. Prestasi
kerja KHL untuk penanaman sebesar 45 tanaman/6 jam, standar kerja perusahaan
adalah 45 tanaman/6 jam, sedangkan prestasi penulis adalah 15 tanaman/6 jam.
Kegiatan penyulaman tanaman kopi disajikan pada Gambar 4.
polybag ditarik ke atas dan dilepaskan dari bibit. Lubang tanam ditutup hingga
penuh sambil dipadatkan dan dibuat petak. Setelah selesai penanaman, bibit kopi
diberi pupuk Urea sebanyak 10 g/pohon. Pupuk ditaburkan pada alur yang
mengelilingi tanaman dengan jarak ± 30 cm dari batang, kemudian ditutup tanah.
Pengendalian gulma. Pengendalian gulma yang dilakukan di Kebun
Kalisat Jampit terdiri atas dua cara, yaitu pengendalian secara kimia (chemical
weeding/CW) dan pengendalian secara manual. Pengendalian secara manual
merupakan pengendalian gulma yang dilakukan dengan tenaga manusia,
sedangkan pengendalian secara kimia merupakan pengendalian gulma dengan
menggunakan zat kimia (herbisida) yang dapat mengendalikan populasi
pertumbuhan gulma. Alat yang digunakan pada pengendalian gulma secara
manual terdiri atas parang panjang, sabit, dan cangkul. Alat yang digunakan pada
pengendalian gulma secara kimia adalah alat seprot punggung (knapsack sprayer)
dan alat pelindung diri (APD).
Jenis gulma yang dominan di lahan kebun adalah Cyperus kyllingia,
Cyperus rotundus, Mikania sp., Ageratum conizoydes, dan Setaria plicata.
Pengendalian gulma secara manual dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan
pengendalian secara kimia. Pengendalian secara manual akan memudahkan
kegiatan pengendalian secara kimia dan lebih efisien. Kegiatan pengendalian
gulma disajikan pada Gambar 5.
(a) (b)
jam, prestasi mahasiswa adalah 0.05 ha/6 jam, sedangkan standar kerja
perusahaan adalah 0.2 ha/6 jam.
Pengendalian gulma secara kimia menggunakan jenis herbisida sistemik.
Herbisida yang digunakan adalah Dry Up dengan bahan aktif Isopropil Amina
Glifosat 480 g/l (setara dengan Glifosat 356 g/l). Volume Dry Up 75 ml dilarutkan
ke dalam 15 l air dengan konsentrasi 0.5%. Sasaran selektif gulma berdaun lebar
(Euphorbia hirta, Ageratum conyzoides, Borreria alata, Cleome asvera,
Chromolaena odorata, Calopogonium mucunoides, Limnocharis flava,
Monochoria vaginalis) dan gulma berdaun sempit (Axonopus compressus,
Ottochloa nodosa, Paspalum conjugatum, Digitaria sp., Digitaria ciliaris,
Imperata cylindrica, Cyperus difformis, Scirpus juncoides).
Pemupukan. Pemupukan merupakan pemberian dan penambahan unsur
hara ke dalam tanah untuk menjaga dan memperbaiki kesuburan tanah. Tujuan
pemupukan adalah menjaga dan mengoptimalkan produksi tanaman kopi.
Persiapan pemupukan (persipuk) terdiri atas kegiatan membuat alur pupuk. Alur
pupuk dibuat di bawah tajuk kopi dengan jarak 1 m dan panjang alur pupuk
adalah 1 m. Bentuk alur pupuk dibuat dengan bentuk “I”. Karyawan sering kali
membuat alur pupuk dengan jarak kurang dari 1 m dan panjang alur pupuk kurang
dari 1 m ketika tidak diawasi mandor. Alur pupuk biasanya dibuat satu hari
sebelum dilaksanakan kegiatan pemupukan. Prestasi karyawan dalam kegiatan
persiapan pemupukan adalah 0.3 ha/6 jam, standar kerja perusahaan 0.3 ha/6 jam
atau sekitar 667 alur pupuk/6 jam (asumsi jarak tanam kopi 2 m x 2.5 m),
sedangkan prestasi penulis adalah 0.04 ha/6 jam.
Pemupukan di Kebun Kalisat Jampit menerapkan 6T, yaitu tepat jenis,
tepat dosis, tepat waktu, tepat tempat, tepat cara aplikasi, dan tepat pengawasan.
Pemupukan di Kebun Kalisat Jampit dilaksanakan dua kali dalam setahun yaitu
pada bulan Maret-April dan Oktober-November.
Jenis pupuk anorganik yang digunakan terdiri atas Urea, TSP, KCl, dan
Kieserit. Dosis pupuk yang diberikan pada tanaman kopi dibedakan berdasarkan
klasifikasi kebun. Kelas kebun terdiri atas klasifikasi baik (A) dengan nilai ≥ 90,
klasifikasi sedang (B) dengan nilai 80-89, klasifikasi kurang (C) dengan nilai 70-
79, dan sangat kurang (D) dengan nilai 60-69. Kondisi kebun di Kalisat Jampit
yang dipupuk pada semester 1 tahun 2018 terdiri atas klasifikasi A dan B.
Pelaksanaan pemupukan di Afdeling Kampung Baru di blok klasifikasi A dengan
dosis pemupukan Urea 215 g/pohon, TSP 100 g/pohon, dan KCl 150 g/pohon,
sedangkan di blok klasifikasi B dengan dosis pemupukan Urea 161 g/pohon, TSP
75 g/pohon, dan KCl 113 g/pohon.
Kebun Kalisat Jampit menggunakan pupuk organik yang berasal dari
kompos kulit buah kopi. Limbah kulit kopi diletakkan di lorong tanaman kopi.
Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah pengangkutan ketika akan
diaplikasikan. Limbah kulit kopi diberi EM4 untuk mempercepat proses
fermentasi menjadi pupuk kompos. Pupuk organik diberikan di rorak dengan cara
disebar merata di lubang tersebut.
Kegiatan pemupukan dilakukan 6 jam per hari dari pukul 06.00-12.00
WIB. Tenaga kerja pemupukan dibagi menjadi beberapa tugas, terdiri atas
pengangkutan, pengeceran, penaburan, dan penutup alur pupuk. Alat-alat yang
digunakan pada kegiatan pemupukan terdiri atas cangkul untuk mencampur pupuk
20
dan menutup alur pupuk, ember untuk tempat pupuk, dan mangkok untuk
menakar pupuk.
Pupuk diangkut dari gudang menggunakan truk menuju blok kebun kopi
yang akan dipupuk. Pupuk yang tiba di kebun dicampur hingga rata antara jenis
pupuk dan sesuai dengan anjuran dosis. Pupuk yang sudah tercampur rata
dimasukkan ke dalam karung dengan berat ±15 kg/karung. Karung yang berisi
pupuk diangkut oleh pekerja ke dalam kebun untuk diecer ke masing-masing
tenaga pemupuk. Pekerja penabur pupuk menggendong ember yang berisi pupuk
dengan mangkok yang sudah dikalibrasi dosisnya per tanaman. Alur pupuk
ditutup dengan tanah bekas galian oleh pekerja bagian penutup alur pupuk dengan
menggunakan cangkul.
Penulis bekerja melakukan pemupukan selama 3 hari dengan waktu 6 jam
per hari dan rata-rata prestasi kerja penulis 0.1 ha/6 jam, prestasi karyawan 0.2
ha/6 jam dan standar kebun 0.2 ha/6 jam. Kegiatan pemupukan disajikan pada
Gambar 6.
dan wiwil kasar. Pangkas lepas panen (PLP) dilaksanakan pada saat setelah
selesai panen dengan tujuan untuk menjaga jumlah cabang yang produktif.
Cabang yang dipangkas adalah cabang yang tidak produktif yaitu cabang B3
(cabang yang telah berbuah 3 kali), cabang ke atas, cabang cacing, cabang sakit,
cabang kering, cabang rusak, dan cabang laki. Wiwil halus dilaksanakan sekitar
tiga bulan setelah pangkasan lepas panen (PLP) dan biasanya dilakukan kembali
setelah dua bulan kemudian. Cabang yang dipangkas adalah cabang cabang ke
atas, cabang cacing, cabang sakit, cabang kering, cabang rusak, dan cabang laki.
Wiwil kasar merupakan kegiatan pemangkasan trubusan (cabang air) yang tidak
dipelihara. Cabang air dipangkas hingga pangkalnya agar tidak tumbuh kembali.
Prestasi karyawan pada kegiatan wiwil kasar adalah 0.2 ha/6 jam, prestasi penulis
adalah 0.12 ha/6 jam, sedangkan standar kerja perusahaan adalah 0.2 ha/6 jam.
Pangkas peremajaan (rejuvinasi) merupakan pemangkasan pada tanaman
dengan tajuk rusak dan produktivitas rendah, tetapi memiliki perakaran kokoh.
Kegiatan pada pangkas peremajaan adalah mengatur tajuk yang tumbuh dengan
tinggi maksimal tanaman setinggi 160 cm, pengolahan tanah untuk peremajaan
akar, pemenggalan pelindung setinggi 3 m, perbaikan teras dan pemupukan N, P,
dan K, serta kegiatan penyulaman tanaman pokok dan pelindung di areal hiaten.
Kegiatan pemangkasan disajikan pada Gambar 7.
terserang. Cabang yang sakit/terserang dipotong hingga pada bagian yang sehat.
Cabang yang dipotong harus dibakar agar penyakit tidak menular pada tanaman
lain.
Karat daun (Hemileia vastatrix) adalah cendawan yang menyerang daun
kopi. Gejala yang ditimbulkannya adalah terlihat bercak-bercak kuning pada
bagian bawah daun, bercak kuning tersebut mengering menjadi coklat, kemudian
daun gugur sebelum pada waktunya, dan tanaman kopi yang teserang dapat mati.
Penyakit karat daun menyerang tanaman kopi pada kelembaban yang tinggi.
Pengendalian yang dilakukan adalah dengan campuran fungisida Beyleton 50 ml
dan Gandasil D 24 gram yang dilarutkan pada 12 l air. Campuran tersebut
kemudian disemprotkan pada tanaman yang sakit menggunakan motor sprayer.
Kegiatan pengendalian karat daun pada Kebun Kalisat Jampit dilakukan oleh satu
tenaga kerja KHL dan satu mandor. Prestasi pekerja adalah 0.5 ha/6 jam dan
standar perusahaan adalah 0.5 ha/6 jam. Prestasi mahasiswa adalah 0.2 ha/6 jam.
Kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman kopi dapat dilihat pada
Gambar 8.
(a) (b)
Kegiatan taksasi buah kopi dilakukan tiga kali, taksasi buah kopi pertama
dilakukan oleh afdeling, taksasi kedua dilakukan oleh kebun, dan taksasi buah
kopi ketiga dilakukan oleh kantor direksi. Taksasi buah kopi pertama merupakan
perhitungan sampel yang dilakukan oleh afdeling seperti kegiatan taksasi buah
kopi yang telah dijelaskan di atas. Taksasi buah kopi oleh afdeling dilakukan
tenaga kerja harian lepas kebun (KHL) dengan jumlah sampel 2% dari jumlah
tanaman produktif. Taksasi buah kopi yang kedua diadakan oleh kebun dengan
dilakukan oleh karyawan harian tetap (KHT), karyawan bulanan tetap (KBT), dan
para staf kebun dengan jumlah sampel 10% dari sampel kebun. Taksasi buah kopi
ketiga dilakukan oleh staf kantor direksi dengan jumlah sampel 10% dari sampel
kebun. Contoh perhitungan taksasi yang dilakukan oleh Afdeling Kampung Baru
disajikan pada Tabel 4. Kegiatan taksasi buah kopi disajikan pada Gambar 11.
Gambar 11. Kegiatan taksasi buah kopi: (a) pemasangan ajir tanda, (b)
hand counter, (c) penghitungan jumlah buah
Tabel 4. Contoh hasil taksasi produksi di Kebun Kalisat Jampit pada tahun
2018
Afdeling : Kampung Baru
Blok : Bawang
Tahun Tanam : 1985
Luas : 22.79
Varietas : USDA
Jarak tanam : 1.25 m x 1.3 m x 3 m
No Uraian Satuan Jumlah
1 Luas ha 23
2 Jumlah pohon produktif berbuah pohon 44,510
3 Jumlah pohon sampling pohon 136
4 Jumlah buah kopi buah 172,290
5 Rata-rata buah kopi per pohon buah 1,267
6 Jumlah buah kopi buah 56,394,170
7 Jumlah buah berbiji tunggal (14.77%) biji 8,329,419
8 Jumlah buah berbiji hampa sebelah (6.69%) biji 3,772,770
9 Jumlah buah berbiji hampa (0.79%) biji 445,514
10 Jumlah buah berbiji ganda (77.75%) biji 87,692,934
11 Jumlah biji keseluruhan biji 100,240,637
Pengolahan kopi secara basah/WP sebanyak
12 kg 13,807
95% biji (1kg= 6,897 biji)
Pengolahan kopi secara kering/DP sebanyak
13 kg 551
5% biji (1kg=9,094 biji)
14 Jumlah taksasi kg 14,358
15 Rata-rata per ha kg 630
Sumber: Kantor Afdeling Kampung Baru
(a) (b)
Karung plastik yang disiapkan berfungsi untuk wadah hasil petik buah kopi
pada saat panen. Karung plastik berukuran 74 cm x 110 cm yang dapat
menampung 50 kg buah kopi. Masing-masing karung plastik diberi nama afdeling.
Contoh untuk Afdeling Kampung Baru ditulis “KB” pada karung goni tersebut.
Bendera yang disiapkan terdiri atas bendera mandor, bendera TPH, bedera
lokasi petik, dan bendera sortasi. Ukuran bendera mandor dibuat dengan ukuran
40 cm x 30 cm dengan tanda berbeda, bendera takeran/TPH dibuat dengan ukuran
60 cm x 90 cm berwarna kuning, bendera lokasi petik dibuat dengan ukuran 60
28
( )
Panen raya di Afdeling Kampung Baru pada bulan Juli. Rencana jumlah
buah yang dipanen pada panen raya 300,000 kg buah kopi dengan rata-rata
kemampuan pemetik panen 40 kg/hari dan jumlah hari kerja 26 hari akan
membutuhkan tenaga pemetik 288 orang/hari. Rata-rata hasil buah kopi yang di
panen pada panen puncak adalah 11,538 kg/hari (Tabel 6).
Tabel 6. Rencana panen kopi dan kebutuhan tenaga kerja pemetik tahun
2018 di Afdeling Kampung Baru
Jumlah Rata-rata Total Jumlah Kebutuhan Rata-rata
buah kemampuan tenaga/ hari tenaga hasil
Bulan
kopi pemetik bulan kerja pemetik panen
(kg) (kg/hari) (orang) (hari) (orang/hari) (kg/hari)
April 10,000 10 1,000 13 77 769
Mei 70,000 20 3,500 24 146 2,917
Juni 200,000 30 6,667 23 290 8,696
Juli 300,000 40 7,500 26 288 11,538
Agustus 200,000 30 6,667 24 278 8,333
September 60,000 15 4,000 24 167 2,500
Rata-rata 140,000 24 4,889 22 208 5,792
Sumber: Kantor Afdeling Kampung Baru, Kebun Kalisat Jampit
Panen kopi. Panen kopi di Kebun Kalisat Jampit dilaksanakan pada bulan
April hingga Oktober. Pemetikan buah kopi dilakukan oleh tenaga kerja borongan
ketika rata-rata prestasi tenaga pemetik minimal 20 kg/tenaga kerja atau jumlah
panen yang didapatkan jika dikalikan dengan harga petik buah kopi/kg melebihi
dari upah harian. Panen raya yaitu puncak panen ketika buah kopi sebagian besar
berwarna merah, biasanya bulan Juli. Tenaga petik borongan didatangkan dari
luar kebun untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja pemanen. Areal panen dibagi
menjadi 12 blok panen dalam satu rotasi/putaran panen (Tabel 7).
29
Pemetikan hanya dilakukan pada buah yang telah masak, apabila terdapat
buah kopi yang berwarna hitam (kismis) juga harus dipetik dan dipisahkan
wadahnya. Pemetikan buah kopi pada dompolan harus dilakukan satu persatu agar
buah kopi yang masih hijau tidak ikut terpetik.
Lelesan dan petik racutan merupakan kegiatan pemanenan ketika akhir
musim panen pada bulan Oktober. Lelesan adalah pemetikan pada sisa buah kopi
hijau yang masih terdapat pada pohon yang bertujuan untuk mencegah dan
menghilangkan sumber infeksi bubuk buah. Petik racutan adalah kegiatan
memetik seluruh dompolah buah merah, buah kuning, buah hijau, dan buah hitam
yang terdapat di pohon. Prestasi tenaga pemetik pada awal panen dalam satu hari
rata-rata dapat mencapai 30 kg/7 jam kerja dan prestasi tenaga pemetik pada
panen raya dapat mencapai 50 kg/7 jam kerja. Prestasi standar kebun sebesar 50
kg/7 jam kerja. Setiap menjelang panen, kebun merencanakan jumlah panen
harian dari setiap afdeling untuk menentukan kebutuhan tenaga pemetik. Hal
tersebut bertujuan agar tidak kekurangan atau kelebihan kapasitas sarana panen.
Kegiatan pemanenan didahulukan pada blok-blok yang mayoritas buah kopi sudah
merah, sedangkan pada saat panen raya diutamakan pada blok-blok rawan
pencurian dan tingkat kerontokan buah yang tinggi. Kegiatan panen disajikan
pada Gambar 13.
Check list hasil petik. Check list adalah menghitung buah kopi yang
tertinggal di piringan dan di tajuk saat areal panen telah selesai dipetik. Check list
bertujuan untuk mengawasi dan mengevaluasi hasil kerja tenaga pemetik dari
setiap mandor. Standar mutu petik pada kegiatan check list dinyatakan baik jika
jumlah buah yang tertinggal di piringan dan di tajuk bersih. Mutu petik
dinyatakan sedang jika buah yang tertinggal di piringan atau di tajuk berjumlah 1-
5 buah. Mutu petik dinyatakan kurang jika buah yang tertinggal di piringan dan di
tajuk berjumlah > 5 buah. Rata-rata buah tertinggal di Blok Menara, Afdeling
Sempol tanggal 17 Mei 2018 (Tabel 9) menunjukkan bahwa buah tertinggal di
piringan 24 buah dan buah tertinggal di tajuk 9 buah, sehingga mutu petik
dinyatakan kurang. Buah yang tertinggal di piringan sebagian besar adalah buah
hijau dengan rata-rata 11 buah.
Tabel 9. Check list hasil petik di Blok Menara, Afdeling Sempol tanggal 17
Mei 2018
Sampel Buah tertinggal di piringan (buah) Buah tertinggal
pohon Hijau Kuning Merah Jumlah di tajuk (buah)
1 10 17 14 41 14
2 2 2 2 6 3
3 2 3 2 7 9
4 27 7 8 42 25
5 10 7 24 41 11
6 1 1 3 5 1
7 7 3 1 11 4
8 35 10 9 54 5
9 9 3 14 26 11
10 4 2 3 9 5
Rata-rata 11 6 8 24 9
31
Tabel 10. Tingkat kehilangan hasil panen kopi di piringan dan di tajuk
Kehilangan Buah Rata-rata (buah) Standar deviasi P-value
Di piringan 24.2 18.80
0.033
Di tajuk 8.8 7.04
Tabel 12. Uji petik hasil panen buah kopi di Afdeling Sempol, Kebun
Kalisat Jampit
Uji petik di kebun (1 kg buah kopi)
Bubuk Hampa Tunggal Biji ganda Jumlah
Tanggal buah
buah % Buah % Buah % Buah % kopi
(buah)
16/05/2018 4 0.55 3 0.41 16 2.20 703 96.84 726
17/05/2018 6 0.88 1 0.15 12 1.76 661 97.21 680
18/05/2018 3 0.44 0 0 18 2.67 651 96.89 672
19/05/2018 2 0.29 0 0 14 2.03 672 97.68 688
20/05/2018 1 0.14 0 0 17 2.42 684 97.44 702
Rata-rata 3 0.46 1 0.11 15 2.22 674 97.21 693
Sumber: Kantor Afdeling Sempol
Tabel 13. Pengaruh usia tenaga pemetik terhadap kualitas hasil dipanen
Tabel 14. Hasil penimbangan buah kopi di Afdeling Kampung Baru bulan
Mei masa I, tahun 2018
Hasil penimbangan buah kopi (kg)
Jumlah buah
Tanggal Superior Inferior
dipanen (kg)
Merah Hijau Hitam
16/05/2018 372 0 46 418
17/05/2018 548 0 40 588
18/05/2018 1,047 0 70 1,117
19/05/2018 979 0 52 1,031
20/05/2018 1,650 0 453 2,103
21/05/2018 1,875 30 870 2,775
22/05/2018 1,645 30 845 2,520
23/05/2018 4,118 47 799 4,964
24/05/2018 2,963 25 485 3,473
25/05/2018 5,095 38 245 5,378
26/05/2018 6,136 50 281 6,467
27/05/2018 7,693 130 1,220 9,043
Jumlah 34,121 350 5,406 39,877
Sumber: Kantor Afdeling Kampung Baru
Transportasi hasil panen. Hasil panen yang telah disortasi dan ditimbang
dimasukkan ke dalam karung angkut yang dibedakan menjadi karung buah merah,
buah kuning (bancuk), serta buah hijau dan hitam. Setiap karung diberi nama blok
sesuai blok panen. Masing-masing karung diangkut menggunakan truk menuju
pabrik. Kapasitas setiap truk adalah 7 ton. Buah kopi harus segera dikirim ke
pabrik untuk sesegera mungkin diolah di pabrik. Kegiatan transportasi hasil
disajikan pada Gambar 15.
(a) (b)
Uji petik buah kopi. Uji petik merupakan analisis mutu buah kopi dari
hasil panen setiap afdeling oleh bagian manajemen mutu (quality control) di
35
pabrik. Uji petik buah kopi meliputi analisis mutu petik, analisis rambangan,
analisis keping biji, dan analisis bubuk buah. Analisis mutu petik terdiri atas buah
merah, buah kuning, buah hijau, dan buah hitam/kering (Tabel 16). Analisis
rambangan terdiri atas buah kopi tenggelam dan rambangan. Analisis keping biji
terdiri atas biji ganda (normal), biji tunggal (rond boon), biji hampa (voos boon),
dan biji hampa sebelah. Analisis bubuk buah terdiri atas persentase serangan
bubuk (Tabel 17).
Jumlah sampel buah kopi yang akan diuji petik adalah 1 kg setiap afdeling.
Uji petik pertama adalah analisis mutu petik, sampel buah kopi dipisahkan
menjadi buah merah, buah kuning, buah hijau, dan buah hitam. Uji petik kedua
adalah analisis rambangan, sampel buah kopi dimasukkan ke dalam ember berisi
air, kemudian dipisahkan buah kopi rambangan dengan buah kopi tenggelam. Uji
petik ketiga adalah analisis keping biji, sampel buah kopi yang mengapung
(rambangan) kemudian dianalisis jumlah biji dalam buah dengan menekan buah,
buah digolongkan menjadi biji ganda (normal), biji tunggal, biji hampa, dan biji
hampa sebelah. Uji petik keempat adalah analisis bubuk buah, buah kopi yang
terserang bubuk buah akan berlubang. Masing-masing uji petik dilakukan
perhitungan terhadap jumlah buah yang telah digolongkan, kemudian buah
ditimbang dan dihitung presentase bobotnya terhadap bobot keseluruhan. Standar
mutu yang diterapkan pada pengolahan kopi di Kebun Kalisat Jampit adalah
bahan baku buah kopi dari afdeling harus memenuhi standar yaitu superior/buah
merah memiliki persentase 95% (merah normal 93%, kuning 5%, lewat masak,
hijau, dan hitam terikut 2%) dan inferior (hitam dan hijau) 5%.
Tabel 16. Analisis mutu petik buah kopi tanggal 22 Mei 2018
Merah Kuning Hijau Kismis Kering Bobot
buah
Afdeling
buah % % % % % merah
(%)
Kampung
691 603 87 62 9 0 0 0 0 26 4 90.6
Baru
Kampung
720 665 92 27 4 0 0 4 1 24 3 94.4
Malang
Keterangan: = jumlah buah kopi (buah), % = persentase jumlah buah yang digolongkan
terhadap jumlah buah dalam 1 kg
Sumber: Kantor Afdeling Pabrik
36
Tabel 17. Analisis rambangan, analisis keping biji, dan analisis bubuk
buah tanggal 22 Mei 2018
Biji Bubuk Biji
Rambangan HS
Afdeling hampa Buah tunggal
buah
% % % % %
Kampung
691 207 30 177 26 30 4 16 2 121 18
Baru
Sempol 636 87 14 72 11 15 2 13 2 72 11
Kampung
720 76 11 68 9 8 1 7 1 63 9
Malang
Krepekan 675 40 6 32 5 8 1 8 1 56 8
Jampit 691 92 13 68 10 24 3 11 2 83 12
Keterangan: = jumlah buah kopi (buah), % = persentase jumlah buah yang digolongkan
terhadap jumlah buah dalam 1 kg
Sumber: Kator Afdeling Pabrik
Hasil uji petik digunakan untuk bahan evaluasi dan data pengolahan
produk yang diolah setiap hari. Uji petik dilakukan agar kualitas petik setiap
afdeling baik dan sebagai penentu kegiatan sortasi di kebun sudah benar atau tidak.
Jika diketahui bahwa buah kopi yang dikirim ke pabrik kotor (persentase kopi
hijau tinggi, banyak ranting dan daun yang terikut), asisten tanaman akan
diberitahu oleh pabrik untuk memperbaiki kegiatan sortasi di kebun. Kegiatan uji
petik disajikan pada Gambar 17.
Uji rendemen. Rendemen adalah persentase biji kopi (green bean) terhadap
buah kopi. Uji petik rendemen yang dilakukan di pabrik pengolahan kopi Arabika
di Kebun Kalisat Jampit berpedoman pada SE Direksi No 23/SE/098/2002 tanggal
6 April 2002. Rendemen kopi pada awal panen dan akhir panen lebih rendah
daripada masa pertengahan panen kopi/panen raya. Rendemen akhir panen lebih
besar dibandingkan dengan rendemen awal panen. Menurut SOP perusahaan,
rendemen kopi pada berkisar 15-17%. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
37
rendemen kopi adalah varietas kopi, jenis klon kopi, umur pohon kopi, dan bahan
baku pengolahan. Hasil perhitungan rendemen kopi pada masing-masing afdeling
disajikan pada Tabel 18.
Alat penggiling buah kopi terdiri atas mesin vis pulper dan anglia pulpa.
Buah kopi superior akan digiling menggunakan mesin vis pulper. Kapasitas mesin
vis pulper 3 ton/unit/jam buah kopi basah dengan jumlah 3 unit. Buah kopi
inferior akan digiling menggunakan mesin anglia pulpa. Kapasitas mesin anglia
pulpa 2 ton/unit/jam buah basah dengan jumlah 1 unit. Prinsip kerja alat vis
pulper adalah memisahkan bagian eksokarp dan mesokarp buah. Bagian eksokarp
dan mesokarp (kulit buah) akan masuk ke dalam saluran pembuangan, sedangkan
biji kopi akan dikeluarkan mesin dan ditampung di bak fermentasi. Penggilingan
biji kopi disajikan pada Gambar 18.
Gambar 18. Penggilingan buah kopi : (a) bak konis, (b) vis pulper
tampak dari atas, (c) vis pulper tampak dari depan
(b) Fermentasi
Kopi HS berlendir dialirkan dari mesin vis pulper dan anglia pulpa
menuju bak fermentasi (Gambar 19). Kopi HS yang ditampung di bak fermentasi
diratakan menggunakan kayu pengaduk (sorkot). Air yang mengalir ke bak
fermentasi akan dibuang melalui saluran pembuangan air di bagian bawah. Lama
proses fermentasi adalah 36 jam. Proses fermentasi bertujuan untuk meningkatkan
cita rasa kopi Arabika yang diolah, menguraikan lapisan lendir, pembentukan
calon warna, dan aroma pada biji kopi. Lama fermentasi 36 jam yang dilakukan di
pabrik pengolahan disebabkan oleh cita rasa yang paling baik pada lama proses
fermentasi tersebut. Suhu pada proses fermentasi berkisar 18 oC hingga 23 oC.
Selama proses fermentasi dilakukan pemantauan suhu dengan thermometer stick.
sedangkan bak fermentasi nomor 5 dan 6 merupakan bak fermentasi kopi inferior.
Kopi yang diolah secara bersamaan dalam satu hari ditampung pada angka yang
genap atau ganjil untuk mempermudah pengolahan. Jika hari itu seluruh biji kopi
ditampung pada bak fermentasi berangka ganjil maka keesokan hari seluruh biji
kopi ditampung pada angka genap. Hal tersebut agar mempermudah pekerja
dalam mengetahui waktu selesai fermentasi, karena terdapat pertukaran sift pada
para karyawan.
(a) (b)
Gambar 20. Pencucian kopi HS : (a) aqua pulpa, (b) saluran serpentin
perhitungan awal. Tujuan penuntasan adalah mengurangi kadar air pada kopi HS
basah, sehingga proses pengeringan pada lantai jemur dapat berlangsung secara
cepat. Proses penuntasan kopi disajikan pada Gambar 21.
(a) (b)
Uji petik kivu pump dilakukan pada saat HS cuci sudah selesai dikirim ke
bak penuntasan. Uji petik kivu pump bertujuan untuk mengetahui persentase buah
kopi, lecet, pecah, dan kulit kopi yang terbawa. Sampel diambil sebanyak 300
gram HS cuci secara acak kemudian dipisahkan antara HS normal, buah kopi,
lecet, biji pecah, dan kulit kopi yang terbawa. Standar operasional prosedur (SOP)
mengijinkan persentase HS yang terbawa minimal 90%, Buah kopi maksimal 1%,
lecet maksimal 4%, biji pecah maksimal 4%, dan kulit yang terbawa maksimal
1%. Hasil uji petik kivu pump pada tanggal 22 Mei 2018 menunjukkan bahwa
proses pencucian dan pemompaan biji menuju bak penuntasan telah sesuai dengan
SOP (Tabel 19).
kereta dorong. Berat awal kopi HS basah ketika baru dijemur di lantai penjemuran
adalah ± 14 kg per blek (kadar air ± 50%). Pengeringan kopi HS ½ kering dapat
dikombinasikan dengan pengeringan mekanik (mason) saat beratnya ± 9 kg per
blek (kadar air ± 30%). Ketebalan kopi HS basah di lantai jemur berkisar 7-10 cm.
Hal tersebut dilakukan untuk menjaga mutu dan cita rasa kopi. Penjemuran kopi
dimulai jam 07.00 sampai jam kerja tenaga kerja bagian penjemuran selesai. Kopi
HS ditutup menggunakan terpal plastik ketika tenaga kerja bagian penjemuran
pulang. Kopi HS yang beratnya telah mencapai ± 9 kg per blek dikumpulkan dan
ditimbang untuk diangkut ke pengering mekanis.
Kopi HS superior ½ kering dikeringkan ulang dengan menggunakan
mason. Mesin mason pada pabrik pengolahan kopi Arabika di Kebun Kalisat
Jampit berjumlah 4 unit dengan kapasitas 5.5 ton/unit. Kopi HS superior ½ kering
(kadar air ± 30%) dikeringkan di mason pada suhu 60 oC hingga kering. Lama
pengeringan hingga kadar air berkisar 10.5% - 11% sekitar 20-24 jam.
Kopi HS kering (kadar air berkisar 10.5% - 11%) kemudian dikumpulkan
dan dikering anginkan selama ± 1 jam dan dilanjutkan dengan pengarungan
menggunakan karung HC green bekas atau karung plastik dengan berat kopi HS
kering 50 kg/karung. Karung yang sudah terisi kopi HS kering kemudian diikat
dan diangkut ke gudang penyimpanan kopi HS kering untuk tempering selama 24
jam. Hal tersebut bertujuan agar kopi HS kering tidak mudah pecah saat tahap
penggerbusan. Proses pengeringan disajikan pada Gambar 22.
(a) (b)
(a) (b)
(b) Penggerbusan
Penggerbusan buah kopi kering dilakukan dengan huller. Penggerbusan
kopi superior dilakukan di ruang silo, sendangkan penggerbusan kopi inferior
dilakukan pada ruang huller. Jumlah mesin huller untuk kopi inferior sebanyak 2
unit dengan kapasitas huller 0.3 ton/jam biji kopi. Proses penggerbusan buah kopi
inferior kering disajikan pada Gambar 26.
44
(a) (b)
dengan syarat mutu ditimbang oleh petugas penimbang, sedangkan hasil sortasi
yang belum sesuai dengan syarat mutu dipilih ulang. Jumlah hasil penimbangan
harus sama dengan berat penimbangan semula (60 kg). Hasil penimbangan dicatat
pada buku penerimaan sortasi per mutu. Kopi yang telah melalui tahapan tersebut
kemudian disimpan dalam gudang penimbun biji kopi. Proses kegiatan sortasi biji
kopi disajikan pada Gambar 27.
Uji mutu (cup test). Uji mutu (cup test) merupakan kegiatan pengujian
mutu kopi berdasarkan cita rasa. Pengujian mutu terdiri atas tiga parameter, yaitu
nilai cacat (maksimal skor 11), kadar air (maksimal 12% untuk WP dan 13%
untuk DP), dan scoring test. Nilai cacat maksimal merupakan pengujian mutu
secara fisik di tahap sortasi. Pengukuran kadar air kopi menggunakan alat
moisture tester. Cup test dilakukan sebelum kopi dikirim ke gudang induk di
Surabaya. Cup test dilakukan di laboratorim pengujian. Cup test menggunakan
model pengujian organoleptik untuk kopi. Penilaian cup test terdiri atas aroma
kopi, flavor, after taste, SDB kopi yang masing-masing diberi skor/ penilaian
dengan angka berkisar 1–10. Kopi yang diuji mutu cup test merupakan kopi
bermutu A/WP/1. Kopi specialty harus memiliki jumlah skor/penilaian minimal
80, jika kurang dari itu maka bukan merupakan kopi specialty. Sampel kopi yang
akan diuji mutu diberi keterangan jenis varietas, metode pengolahan (WP, DP,
dan pengolahan luwak), dan metode pengeringan (full sun drying atau kombinasi).
Kegiatan cup test disajikan pada Gambar 28.
Gambar 28. Pengujian mutu (cup test) : (a) mesin penyanggrai (roaster),
(b) mesin penggiling biji kopi, (c) sampel kopi
46
Kegiatan cup test diawali dengan mengambil 100 g pada satu karung yang
diambil secara acak mewakili 50 karung di gudang penyimpanan. Sampel diberi
label nomor sampel karung yang diuji. Sampel kopi selanjutnya di sanggrai
dengan mesin penyanggrai (roaster) sampai biji kopi berwarna coklat tua
(medium roast). Biji kopi yang telah di sanggrai (roasted beans) diambil sebanyak
16 gram pada masing-masing sampel, kemudian dihaluskan menjadi bubuk kopi
menggunakan penggilingan kopi. Masing-masing sampel bubuk kopi dimasukkan
ke dalam mangkok (volume mangkok 150 ml) kemudian diseduh dengan air
mendidih dan tunggu selama 5 menit. Kopi selanjutnya diaduk dan buih yang
terdapat permukaan harus dibuang dengan menggunakan sendok. Tahap
selanjutnya adalah melakukan cup test dengan cara mengambil satu sendok kopi
yang diseduh kemudian disedot dengan cepat agar menyebar ke seluruh sisi lidah
lalu dikeluarkan kembali atau dibuang ke tempat khusus yang terbuat dari bahan
seng.
Penyimpanan biji kopi. Penyimpanan biji kopi dilakukan jika biji kopi
belum dikirim. Peyimpanan dilakukan di atas landasan papan kayu kering dengan
tebal ± 5 cm, jarak dengan lantai ± 15 cm, dan diletakkan 50 cm dari tembok.
Tumpukan biji kopi ditutup dengan terpal agar kadar air biji kopi tidak meningkat.
Biji kopi yang disimpan agak lama perlu dilakukan pembalikan posisi/letaknya,
yaitu tumpukan dibawah diletakkan di atas dan sebaliknya setiap satu bulan sekali.
Penyimpanan biji kopi disajikan pada Gambar 29.
(a) (b)
Gambar 31. Biji kopi mutu A/DP-1 dengan berat 60 kg yang telah
dikemas
Aspek Manajerial
Tenaga kerja di Kebun Kalisat Jampit terdiri atas tenaga kerja staf dan non
staf. Tenaga staf terdiri atas manajer, wakil manajer (wamen), asisten administrasi
dan keuangan (asaku), asisten teknik dan pengolahan (astekpol), dan asisten
tanaman (astan). Karyawan non staf terdiri atas karyawan harian tetap (KHT),
karyawan bulanan tetap (KBT) terdiri atas mandor yang memiliki golongan, dan
karyawan harian lepas (KHL) terdiri atas mandor non golongan, karyawan lepas,
operator, dan supir. Kegiatan manajerial yang dilakukan penulis di Kebun Kalisat
Jampit meliputi pendamping mandor, pendamping mandor besar, dan pendamping
asisten tanaman.
Pendamping Mandor
Mandor bertugas melaporkan jumlah KHL dan jenis pekerjaan yang
dipimpinnya kepada mandor besar dan juru tulis, setiap hari mandor
melaksanakan absensi pada KHL, mandor menerima pengarahan dari mandor
besar dan asisten tanaman tentang lokasi dan jenis kegiatan yang akan
dilaksanakan esok hari, dan memberikan pengarahan serta motivasi pada KHL.
Pada saat menjadi pendamping mandor, penulis berperan sebagai mandor
pemangkasan pemeliharaan, mandor pengendalian gulma secara manual, mandor
peyulaman tanaman pelindung, mandor pemeliharaan tanaman pelindung, mandor
pemeliharaan tanaman jabon, mandor pengendalian penyakit karat daun kopi
(KDK), mandor pengendalian penyakit Corticium salmonicolor, mandor
pembibitan, dan mandor pengendalian gulma secara kimia.
Pembahasan
Tenaga Pemetik
Hasilt-student menunjukkan bahwa prestasi tenaga kerja pemetik berumur
41-60 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan tenaga kerja pemetik berumur 20-
40 tahun. Tenaga kerja pemetik berumur 41-60 tahun memetik buah rata-rata
lebih tinggi, yaitu 28.30 kg dibandingkan dengan tenaga kerja pemetik berumur
20-40 tahun yang memetik buah rata-rata 24.80 kg (Tabel 15). Menurut
Herminingsih dan Hani (2008) pengaruh umur terhadap prestasi petik tidak
berkorelasi nyata dengan produktivitas kerja, tetapi berkorelasi nyata dengan
pengalaman pemetik. Semakin lama pengalaman pemetik, maka prestasi petik
akan semakin tinggi. Hal tersebut disebabkan semakin lama memiliki pengalaman
50
kerja, maka semakin tinggi keterampilan dan prestasi petiknya. Menurut Astuti et
al. (2015) tenaga kerja yang memiliki waktu kerja yang sudah lama sebagai
pemetik akan memiliki pengalaman yang tinggi sehingga berpengaruh positif
terhadap hasil yang diperoleh.
Alat Panen
Alat panen yang digunakan di Kebun Kalisat Jampit pada saat pemanenan
terdiri atas kocok, sabit, tekote, sapu lidi, garuk, dan tangga (Tabel 5). Kocok
merupakan keranjang yang terbuat dari bambu. Sabit merupakan celurit yang
bentuknya melengkung setengah lingkaran. Tekote merupakan tas yang terbuat
dari karung plastik. Garuk merupakakan tongkat pengait yang terbuat dari kayu.
Menurut Suwarto et al. (2014) alat yang dibutuhkan dalam pemanenan buah kopi
yaitu keranjang bambu atau tas dari daun pandan untuk wadah kopi yang dipetik,
karung goni untuk menampung hasil petikan, serta tangga untuk menjangkau
tanaman kopi yang tinggi.
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
56
57
Lampiran 1. (Lanjutan)
Prestasi kerja (satuan/HK)
Tanggal Uraian kegiatan Lokasi
Penulis Karyawan Standar
19/02/2018 Pemupukan 0.01 ha 0.2 ha 0.2 ha Blok H dan
Blok J,
Afdeling KB
20/02/2018 Pemupukan 0.05 ha 0.2 ha 0.2 ha Blok Karet
dan Blok KD,
Afdeling KB
23/02/2018 Penanaman 16 tan 45 tan 45 tan Blok
tanaman sulaman Sabrang,
Afdeling KB
24/02/2018 Wiwil kasar 0.12 ha 0.2 ha 0.2 ha Blok
(WK) Bawang,
Afdeling KB
26/02/2018 Wiwil kasar 0.12 ha 0.2 ha 0.2 ha Blok
(WK) Bawang,
Afdeling KB
27/02/2018 Pemotongan 25 btg 50 btg 50 btg Blok Karet,
cangkok lamtoro Afdeling KB
28/02/2018 Pemotongan 25 btg 50 btg 50 btg Blok Karet,
cangkok lamtoro Afdeling KB
01/03/2018 Penanaman 12 cgk 35 cgk 35 cgk Blok Sumber
cangkok lamtoro Tempur,
Afdeling KB
Lampiran 2. (Lanjutan)
Prestasi kerja penulis
Jumlah Luas
Tanggal Uraian Kegiatan KHL areal Lama Lokasi
yang yang kegiatan
diawasi diawasi (jam)
(orang) (ha)
23/03/2018 Statistik - 3 6 Blok C,
populasi Afdeling KB
tanaman kopi
24/03/2018 Statistik - 4 6 Blok C,
populasi Afdeling KB
tanaman kopi
26/03/2018 Pemeliharaan 14 3 6 Blok Karet,
tanaman kopi Afdeling KB
sulaman
27/03/2018 Menyiang 11 6 6 Blok Pinang,
pinggiran Blok Mangga,
kebun, dan Blok
Pengendalian Manting,
KDK, wiwil Afdeling KB
Kasar, dan
berantas
mikania
28/03/2018 Wiwil kasar dan 14 2 6 Blok Kendeng,
berantas Afdeling KB
mikania
29/03/2018 Pemeliharaan 3 0.5 6 Blok C,
Tanaman Afdeling KB
pelindung tetap
Pemeliharaan 13 1 6 Blok C,
sulam kopi, Afdeling KB
pembuatan
gondang-
gandung, pupuk,
petik kopi, dan
jombret
CW (chemical 15 8.5 6 Blok Sabrang,
weeding) Afdeling KB
61
Lampiran 2. (Lanjutan)
Prestasi kerja penulis
Jumlah Luas
Tanggal Uraian Kegiatan KHL areal Lama Lokasi
yang yang kegiatan
diawasi diawasi (jam)
(orang) (ha)
31/03/2018 Jombret dan - 8 6 Blok C dan
pengendalian Blok Selok,
gulma CW Afdeling
Kampung Baru
02/04/2018 Pengendalian 6 2 6 Blok Selok,
bubuk buah Afdeling KB
kopi
03/04/2018 Pengendalian 10 3 6 Blok Selok,
bubuk buah Afdeling KB
kopi
04/04/2018 Supervisi - - 6 Afdeling KB
Lampiran 3. (Lanjutan)
Prestasi Kerja Penulis
Jumlah Luas
Uraian mandor areal Lama
Tanggal
kegiatan yang yang kegiatan Lokasi
diawasi diawasi (jam)
(orang) (ha)
21/05/2018 Panen kopi 6 22.17 6 Blok
Mangga dan
Blok Pinang,
Afdeling
Kampung
Baru
22/05/2018 Pencucian 3 - 7 Afdeling
dan Pabrik
penjemuran
kopi
23/05/2018 Pencucian 3 - 7 Afdeling
dan Pabrik
penjemuran
kopi
24/05/2018 Pencucian 3 - 7 Afdeling
dan Pabrik
penjemuran
kopi
25/05/2018 Pengamatan - - 4 Afdeling
rendemen Pabrik
buah kopi
26/05/2018 Persentasi - - 2,5 Afdeling
hasil magang Pabrik
28/05/2018 Administrasi - - 6 Kantor
kantor Afdeling KB
Afdeling KB
30/05/2018 Penjemuran 3 - 6 Afdeling
kopi Pabrik
31/05/2018 Penggerbusan 1 - 3 Afdeling
kopi Pabrik
02/06/2018 Panen kopi 5 7 6 Afdeling
Pabrik
04/06/2018 Pamit pulang - - - -
Keterangan: KB = Kampung Baru
64
Lampiran 5. Keadaan curah hujan dan hari hujan bulanan di Kebun Kalisat
Jampit, PT Perkebunan Nusantara, Bondowoso, Jawa Timur tahun
2013-2017
2013 2014 2015 2016 2017 Rata-rata
Bulan H
CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH
H
Januari 27 433 19 238 21 273 19 219 27 266 23 286
Februari 20 325 14 200 19 268 25 391 16 197 19 276
Maret 18 360 17 167 15 213 23 206 13 181 17 225
April 13 141 11 180 14 196 15 58 10 162 13 147
Mei 10 172 2 9 4 75 12 95 15 102 9 91
Juni 10 54 2 10 2 17 10 104 6 100 6 57
Juli 8 91 4 42 0 44 19 219 3 5 7 80
Agustus 0 0 0 0 0 0 1 24 0 0 0 5
September 0 0 0 0 0 0 9 69 2 5 2 15
Oktober 2 12 0 0 0 0 14 145 7 43 5 40
Nopember 14 157 12 131 3 37 14 154 25 421 14 180
Desember 20 351 25 273 14 174 20 236 23 291 20 265
Jumlah 142 2,096 106 1,249 92 1,297 181 1,920 147 1,773 134 1,667
BB 8 6 5 10 8 7
BK 4 6 7 2 4 5
Sumber: Kantor Induk Kalisat Jampit
Rata-rata BK = 7
Rata-rata BB = 5
66
Lampiran 6. Luas areal konsensi tata guna lahan Kebun Kalisat Jampit, PT
Perkebunan Nusantara, Bondowoso, Jawa Timur
Uraian Luas (ha)
Areal yang diusahakan
A. Areal Tanaman Kopi
1. Tanaman Menghasilkan
Tahun tanam 1968 9.81
1973 24.07
1979 10.25
1980 8.88
1981 39.79
1982 54.83
1983 35.62
1985 304.36
1986 319.07
1988 45.00
1989 24.13
1990 42.94
1991 60.37
1992 11.22
1993 28.64
1997 7.50
1998 76.00
2000 5.00
2001 9.67
2007 60.00
2010 108.00
2011 64.00
2012 24.00
Sub Total 1,373.15
2. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 43.16
Sub Total 1,416.31
B. Areal Tanaman Lain
1. Tanaman Kayu (Sengon, Jabon, 319.04
2. Buah-buahan (Alpukat, Stroberi) 3.50
3. Makadamia 7.00
4. Sayur 1.50
C. Persemaian 6.50
D. Areal Lain-lain
1. Tanah Tandus 1,193.04
2. Emplassement dan Lapangan Olahraga 31.34
3. Jalan/Curah/Sungai/Kuburan 103.25
4. Hutan Lindung 23.93
Sub Total 1,689.1
Total Areal Kebun 3,105.41
Sumber: Kebun Kalisat Jampit tahun 2018
Lampiran 7. Bagan struktur organisasi Kebun Kalisat Jampit, PT Perkebunan Nusantara, Bondowoso, Jawa Timur
67
Lampiran 8. Tahapan proses pengolahan kopi
Sumber: Kantor Afdeling Pabrik Kebun Kalisat Jampit
68
69
RIWAYAT HIDUP