Anda di halaman 1dari 87

PENGELOLAAN PANEN DAN PASCAPANEN KOPI

ARABIKA (Coffea arabica L.) DI KEBUN KALISAT JAMPIT,


PT PERKEBUNAN NUSANTARA XII, BONDOWOSO,
JAWA TIMUR

YUNNA EGA ASH YOKAWATI


A24140168

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Panen


dan Pascapanen Kopi Arabika (Coffea arabica L.) di Kebun Kalisat Jampit, PT
Perkebunan Nusantara XII, Bondowoso, Jawa Timur adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
baik dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2018

Yunna Ega Ash Yokawati


NIM A24140168
ABSTRAK

YUNNA EGA ASH YOKAWATI. Pengelolaan Panen dan Pascapanen Kopi


Arabika (Coffea arabica L.) di Kebun Kalisat Jampit, PT Perkebunan Nusantara,
Bondowoso, Jawa Timur. Dibimbing oleh ADE WACHJAR.

Kegiatan magang yang dilakukan bertujuan menganalisis dan


mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan panen dan
pascapanen kopi Arabika serta mencari solusinya. Selain itu, melatih keterampilan
kerja dan meningkatkan wawasan serta pengetahuan mengenai budidaya kopi
Arabika. Kegiatan panen dilaksanakan di Kebun Kalisat Jampit, PT Perkebunan
Nusantara XII, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur selama 4 bulan mulai
Februari hingga Juni 2018. Persiapan panen di Kebun Kalisat Jampit terdiri atas
kegiatan taksasi buah kopi dan persiapan sarana panen. Kegiatan taksasi buah
kopi dilakukan tiga kali, yaitu oleh afdeling, kebun, dan tim kantor direksi. Sarana
panen terdiri atas persiapan areal panen, persiapan alat dan bahan, dan persiapan
tenaga kerja. Areal kebun di masing-masing afdeling dibagi menjadi 12 blok petik
(panen). Setiap rotasi panen di Kebun Kalisat Jampit selang 8-12 hari. Luas panen
ditentukan oleh kondisi areal panen dan kondisi tanaman. Jumlah tenaga kerja
yang dibutuhkan pada kegiatan pemanenan dihitung berdasarkan jumlah buah
kopi yang akan dipanen dibagi rata-rata kemampuan pemetik memanen dan
jumlah hari panen. Kegiatan pemanenan di Kebun Kalisat Jampit terdiri atas
pemetikan buah kopi matang, sortasi buah, dan penimbangan buah. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa kehilangan hasil panen sebagian besar
disebabkan buah yang jatuh di piringan, jumlahnya mencapai 73% dari jumlah
kehilangan hasil. Prestasi pemetik berdasarkan usia menunjukkan bahwa prestasi
pemetik berusia 41-60 tahun rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan usia 20-
40 tahun. Sementara itu, prestasi tenaga pemetik berdasarkan jenis kelamin
menunjukkan bahwa tenaga pemetik perempuan prestasinya sama dengan tenaga
pemetik laki-laki. Kegiatan pengolahan kopi dibagi menjadi dua cara, pengolahan
kopi secara basah (wet process/WP) dan pengolahan kopi secara kering (dry
process/DP).
Kata Kunci: kehilangan hasil, kriteria petik, kopi, panen, pemetik
ABSTRACT

YUNNA EGA ASH YOKAWATI. Harvest and Post Harvest Management of


Arabica Coffee (Coffea arabica L.) at Kalisat Jampit Plantation, PT Nusantara
Plantation XII, Bondowoso, East Java. Supervised by ADE WACHJAR.

The internship activity has aimed to analyze and identify the problem that
occur in harvesting and post harvesting of Arabica coffee and also to discover the
solution for the problem. In addition, it has aimed for trainer skill training and to
enlarge the deepest insight of Arabica coffee cultivation. The internship activity is
implemented on PT Nusantara Plantation XII, Bondowoso, East Java, in 4 months,
starting from February until June 2018. Harvesting preparation in Kalisat Jampit
Plantation consists of fruit taxation and harvesting tools preparation. Fruit
taxation is three times, by afdeling, plantation, and office directors. The
harvesting tools preparations are consist of field preparation, material and tool
preparations, and labor preparation. The field area of plantation in every
afdeling divides into 12 harvesting blocks. Every harvesting rotation in Kalisat
Jampit Plantation consists of 8-12 day. The spacious of harvesting field is
determined by the harvesting area and plants conditions. Total amount of labor
that is needed in every harvesting activity is calculated according to the quantity
of coffee fruit harvest will be dividing with the average of harvester capabilities
and total amount of harvesting days. Harvesting activities in Kalisat Jampit
Plantation consist of harvesting ripe fruit, yield sorting by harvester, and also
weighing yield. The lost rate of yield occurs caused by the fruits that fall on the
ground reached a percentage of 73%. The observations result on the influence of
the age harvester labor shows the older harvester (41-60) ages achieve a great
harvest achievement rather than the younger harvester (20-40) ages. Meanwhile,
the harvest achievement based on gender shows the women harvester labor is
equal to men harvester. The coffee processing consist of two process, there are
wet process (WP) and dry process (DP).
Keywords: coffee, criteria of harvesting, harvesting, the lost rate of yield, labor of
harvesting
PENGELOLAAN PANEN DAN PASCAPANEN KOPI
ARABIKA (Coffea arabica L.) DI KEBUN KALISAT JAMPIT,
PT PERKEBUNAN NUSANTARA XII, BONDOWOSO,
JAWA TIMUR

YUNNA EGA ASH YOKAWATI


A24140168

ripsi Skripsi
sebagai salah satu syarat
sebagai salah satu syarat untuk untuk memperoleh
memperoleh gelar
gelar
Sarjana Sarjana Pertanian Pertanian
pada pada
Departemen
Departemen Agronomi danAgronomi dan Hortikultura
Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
Judul Skripsi: Pengelolaan Panen dan Pascapanen Kopi Arabika (Coffea arabica
L.) di Kebun Kalisat Jampit, PT Perkebunan Nusantara XII,
Bondowoso, Jawa Timur
Nama : Yunna Ega Ash Yokawati
NIM : A24140168

Disetujui oleh

'fans al Lululil: ry AUG 2018


PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Karya ilmiah ini
berjudul Pengelolaan Panen dan Pascapanen Kopi Arabika (Coffea arabica L.) di
Kebun Kalisat Jampit, PT Perkebunan Nusantara, Bondowoso, Jawa Timur.
Karya ilmiah ini merupakan hasil kegiatan magang yang telah dilaksanakan pada
bulan Februari hingga bulan Juni 2018 di Kebun Kalisat Jampit, PTPN XII,
Bondowoso, Jawa Timur. Karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pertanian di Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terimakasih
kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Ade Wachjar, M.S. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan, saran-saran, arahan dan bimbingan sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan.
2. Ibu Dr. Ir. Ni Made Armini Wiendi, M.S. dan Bapak Dr. Ir. Sugiyanta,
Msi. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan
sehingga skripsi ini selesai.
3. Ibu Dr. Ir. Syarifah Iis Aisyah, M.Sc.Agr. selaku dosen pembimbing
akademik yang telah membimbing penulis selama melaksanakan studi di
Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB.
4. Direksi PT Perkebunan Nusantara XII yang telah memberikan penulis
kesempatan untuk melaksanakan magang di Kebun Kalisat Jampit,
Bondowoso, Jawa Timur.
5. Heri Suciyoko S.P. selaku Manajer Kebun Kalisat Jampit, Bondowoso,
Jawa Timur, beserta staf dan seluruh karyawan yang telah membimbing
dan memberikan fasilitas dalam melakukan magang.
6. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan di Institut Pertanian
Bogor.
7. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan semangat selama
kegiatan magang dan pembuatan skripsi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2018

Yunna Ega Ash Yokawati


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Magang 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Morfologi Tanaman Kopi 2
Panen Kopi 5
Pascapanen Kopi 6
METODE 9
Tempat dan Waktu Magang 9
Metode Pelaksanaan 9
Pengamatan dan Pengumpulan Data 10
Analisis Data dan Informasi 11
KEADAAN UMUM 12
Letak Geografis Kebun 12
Keadaan Iklim dan Tanah 12
Luas Areal Konsensi dan Tata Guna Lahan 12
Keadaan Tanaman dan Produksi 13
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 13
HASIL DAN PEMBAHASAN 15
Aspek Teknis 15
Pembibitan 15
Aspek Manajerial 48
Pembahasan 49
KESIMPULAN DAN SARAN 51
Kesimpulan 51
Saran 52
DAFTAR PUSTAKA 52
LAMPIRAN 55
DAFTAR TABEL
1. Luas areal, produksi, rendemen, dan produktivitas kopi Arabika di
Kebun Kalisat Jampit 2013-2017 13
2. Jumlah tenaga kerja staf dan non staf di Kebun Kalisat Jampit 15
3. Jumlah bibit di Kebun Kalisat Jampit tahun 2018 16
4. Contoh hasil taksasi produksi di Kebun Kalisat Jampit pada tahun 2018 26
5. Jenis dan kegunaan alat panen di Kebun Kalisat Jampit 27
6. Rotasi petik di Afdeling Kampung Baru tahun 2018 29
7. Kemampuan pemetik melakukan pemetikan selektif buah kopi di
Afdeling Kampung Baru, Kebun Kalisat Jampit 30
8. Check list hasil petik di Blok Menara, Afdeling Sempol tanggal 17 Mei
2018 30
9. Tingkat kehilangan hasil panen kopi di piringan dan di tajuk 31
10. Jumlah buah tertinggal di piringan dibandingkan dengan standar buah
tertinggal di piringan 31
11. Uji petik hasil panen buah kopi di Afdeling Sempol, Kebun Kalisat
Jampit 32
12. Pengaruh usia tenaga pemetik terhadap kualitas hasil dipanen 32
13. Hasil penimbangan buah kopi di Afdeling Kampung Baru bulan Mei
masa I, tahun 2018 33
14. Pengaruh usia tenaga pemetik terhadap prestasi petik 33
15. Analisis mutu petik buah kopi tanggal 22 Mei 2018 35
16. Analisis rambangan, analisis keping biji, dan analisis bubuk buah
tanggal 22 Mei 2018 36
17. Rendemen kopi di masing-masing afdeling Kebun Kalisat Jampit 37
18. Uji petik kivu pump tanggal 22 Mei 2018 40

DAFTAR GAMBAR
1. Tahapan pengolahan kopi secara kering ( dry process) 7
2. Tahapan pengolahan kopi secara basah (wet process) 8
3. Kegiatan di pembibitan kopi: (a) penataan bibit kopi polybag, (b)
penyiangan gulma, (c) pengangkutan bibit siap salur 17
4. Kegiatan penyulaman bibit kopi 17
5. Kegiatan pengendalian gulma: (a) secara kimiawi, (b) secara manual 18
6. Kegiatan pemupukan: (a) pencampuran pupuk, (b) pengeceran pupuk,
(c) penaburan pupuk 20
7. Kegiatan pemangkasan pada tanaman kopi 21
8. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit pada kopi: (a) petik bubuk,
(b) cabang yang terserang Corticium salmonicolor, (c) pengendalian
penyakit karat daun kopi (KDK) 22
9. Kegiatan pembuatan gondang-gandung: (a) pembuatan lubang
gondang-gandung, (b) lubang gondang-gandung yang sudah jadi 23
10. Kegiatan pemeliharaan tanaman sulaman: (a) penyulaman tanaman
pelindung dengan cangkokakan, (b) pemeliharaan tanaman sulaman, (c)
rempes tanaman lamtoro 24
11. Kegiatan taksasi buah kopi: (a) pemasangan ajir tanda, (b) hand counter,
(c) penghitungan jumlah buah 25
12. Kegiatan persiapan sarana panen: (a) pembuatan hamparan plastik atau
alas panen, (b) papan pengumuman panen 27
13. Kegiatan panen 29
14. Kegiatan sortasi dan penimbangan buah kopi 33
15. Pengangkutan hasil panen di Afdeling Sempol, Kebun Kalisat Jampit 34
16. Penerimaan buah kopi dari kebun: (a) mengeluarkan buah kopi dari bak
truk, (b) buah kopi yang ditampung di bak penerimaan 34
17. Kegiatan uji petik 36
18. Penggilingan buah kopi : (a) bak konis, (b) vis pulper tampak dari atas,
(c) vis pulper tampak dari depan 38
19. Bak fermentasi 38
20. Pencucian kopi HS : (a) aqua pulpa, (b) saluran serpentin 39
21. Penuntasan biji kopi: (a) kopi HS basah dipompa menuju bak
penuntasan, (b) kopi HS diratakan dan diberi label 40
22. Pengeringan biji kopi : (a) penjemuran, (b) mekanis (mesin mason) 41
23. Penggerbusan biji kopi : (a) silo, (b) hopper 42
24. Pengayakan biji kopi 42
25. Pengeringan buah kopi : (a) penjemuran buah kopi, (b) buah kopi yang
dijemur, (c) buah kopi yang dikeringkan dengan vis dryer 43
26. Penggerbusan: (a) mesin huller, (b) mesin pengayak (greader) 44
27. Kegiatan sortasi biji biji kopi 45
28. Pengujian mutu (cup test) : (a) mesin penyanggrai (roaster), (b) mesin
penggiling biji kopi, (c) sampel kopi 45
29. Penyimpanan biji kopi 46
30. Pencampuran biji kopi : (a) penimbunan biji kopi hingga cukup satu
kaveling, (b) pencampuran biji kopi 47
31. Biji kopi mutu A/DP-1 dengan berat 60 kg yang telah dikemas 47

DAFTAR LAMPIRAN
1. Jurnal kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas (KHL) di Kebun
Kalisat Jampit, PT Perkebunan Nusantara XII, Bondowoso, JawaTimur 57
2. Jurnal kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun Kalisat
Jampit, PT Perkebunan Nusantara, Bondowoso, Jawa Timur 59
3. Jurnal kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Kebun Kalisat
Jampit, PT Perkebunan Nusantara XII, Bondowoso, Jawa Timur 62
4. Peta Kebun Kalisat Jampit tahun 2018 64
5. Keadaan curah hujan dan hari hujan bulanan di Kebun Kalisat Jampit,
PT Perkebunan Nusantara, Bondowoso, Jawa Timur tahun 2013-2017 65
6. Luas areal konsensi tata guna lahan Kebun Kalisat Jampit, PT
Perkebunan Nusantara, Bondowoso, Jawa Timur 66
7. Bagan struktur organisasi Kebun Kalisat Jampit, PT Perkebunan
Nusantara, Bondowoso, Jawa Timur 67
RIWAYAT HIDUP 69
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kopi termasuk komoditas perkebunan yang banyak diperdagangkan di


pasar internasional. Indonesia merupakan negara penghasil kopi terbesar keempat
dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolumbia (Afriliana, 2018). Sasaran ekspor
kopi yang berasal dari Indonesia umumnya ke negara Amerika, Jepang, Belanda,
dan Italia (Panggabean, 2011).
Perkebunan kopi berdasarkan status pengusahaannya terdiri atas 96%
perkebunan rakyat, 2% perkebunan swasta, dan 2% perkebunan negara. Luas areal
kebun kopi di Indonesia pada tahun 2011 adalah 1,233,698 ha dengan produksi
638,646 ton, produktivitas 624.2 kg/ha, nilai ekspor yang dihasilkan
US$ 1,036.671 juta dari volume ekspor 346,493 ton. Luas areal kebun kopi di
Indonesia tahun 2015 adalah 1,230,001 ha dengan produksi 639,421 ton,
produktivitas 920.69 kg/ha, nilai ekspor yang dihasilkan US$ 1,197.735 juta dari
volume ekspor 502,021 ton (Ditjenbun, 2016). Dibandingkan dengan tahun 2011,
pada tahun 2015 terjadi penurunan luas areal, peningkatan produksi, produktivitas,
nilai dan volume ekspor.
Dua jenis kopi yang memiliki nilai ekonomis dan diperdagangkan secara
komersial terdiri atas kopi Arabika dan kopi Robusta. Permintaan kopi Arabika
lebih tinggi dibandingkan dengan kopi Robusta. Bagi penikmat kopi dunia, kopi
Arabika memiliki cita rasa yang unggul. Harga kopi Arabika lebih tinggi
dibandingkan dengan kopi Robusta. Konsumsi kopi dunia mencapai 70% berasal
dari jenis kopi Arabika dan 26% berasal dari kopi Robusta. Indonesia
memproduksi sekitar 27% kopi Arabika dan sisanya merupakan kopi Robusta.
Rendahnya produksi kopi Arabika disebabkan oleh kopi Arabika hanya bisa
tumbuh baik pada dataran tinggi yaitu pada ketinggian ≥ 1,000 m di atas
permukaan laut (dpl), sedangkan kopi Robusta dapat tumbuh ≤ 1,000 m dpl.
Sebagian besar wilayah Indonesia berada di dataran rendah (Rahardjo, 2012;
Ditjenbun, 2016).
Produksi kopi yang baik secara kualitas maupun kuantitas salah satunya
ditentukan oleh kegiatan panen dan pascapanen. Proses pemanenan yang tepat
akan meningkatkan mutu dan jumlah produksi kopi. Kopi yang bermutu tinggi
dipetik setelah matang, yaitu saat kulit buah berwarna merah (Najiyati dan Danarti,
2004). Menurut Manurung et al. (2016) yang mempengaruhi jumlah produksi
kopi Arabika yaitu luas lahan, pemupukan, aplikasi herbisida, dan tenaga kerja.
Menurut Mayrowani (2013) produk hasil perkebunan atau pertanian setelah
dipanen masih melakukan aktivitas metabolisme, sehingga jika tidak ditangani
dengan segera akan mengakibatkan kerusakan secara fisik dan kimia. Sifat mudah
rusak (perishable) dari produk pertanian tersebut mengakibatkan tingginya susut
pascapanen serta terbatasnya masa simpan setelah pemanenan, sehingga serangan
organisme hama dan penyakit akan menurunkan mutu produk.
Permasalahan panen dan pascapanen yang dihadapi petani kopi Arabika
pada umumnya adalah pemetikan buah yang belum matang, fermentasi yang tidak
sempurna dan terlalu lama, penjemuran di atas permukaan tanah, kopi berkulit
tanduk yang cacat, dan tingkat kadar air yang tinggi (Saragih, 2010). Menurut
2

Sembiring et al. (2015) kualitas kopi ditentukan oleh proses pengolahan kopi.
Petani umumnya lebih memilih proses pengolahan secara kering dengan biaya
pengolahan yang lebih rendah dibandingkan dengan proses pengolahan secara
basah. Proses pengolahan secara basah menghasilkan kualitas kopi yang lebih
baik dibandingkan hasil produksi dari proses pengolahan kopi secara kering.
Menurut Mayrowani (2013) sebagian besar cara pengolahan kopi secara basah
dilakukan oleh perkebunan besar, sehingga menghasilkan mutu fisik kopi yang
baik, tetapi pada proses fermentasi terdapat risiko kerusakan pada cita rasa. Proses
fermentasi sulit diterapkan oleh petani kopi karena membutuhkan biaya produksi
yang lebih tinggi dan umumnya teknologi pascapanen yang digunakan petani
masih tradisional. Terkait dengan informasi dan permasalahan di atas, maka
tulisan ini difokuskan pada pengelolaan panen dan pascapanen kopi Arabika
dalam meningkatkan jumlah produksi dan mutu kopi.

Tujuan Magang

Tujuan umum kegiatan magang yang dilakukan adalah meningkatkan


kemampuan kerja secara profesional baik teknis lapangan maupun manajerial.
Selain itu, meningkatkan wawasan dan pengetahuan, serta melatih dalam
bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan lapangan. Tujuan khusus
magang adalah menganalisis dan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi
dalam kegiatan panen dan pascapanen kopi Arabika serta mencari solusinya.

TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi Tanaman Kopi

Akar
Kopi Arabika (Coffea arabica L.) termasuk dalam genus Coffea dengan
famili Rubiaceae. Tanaman kopi Arabika merupakan jenis tanaman dikotil yang
memiliki akar tunggang. Akar tunggang pada tanaman kopi Arabika terdapat
beberapa akar kecil yang tumbuh ke samping (melebar) yang sering disebut akar
lateral, kemudian pada akar lateral terdapat rambut akar dan tudung akar. Rambut
akar berfungsi dalam memperluas bidang penyerapan akar, sehingga lebih banyak
air dan zat-zat makanan yang dapat diserap. Tudung akar berfungsi dalam
melindungi akar ketika rambut akar menyerap unsur hara dari tanah (Panggabean,
2011).
Akar tunggang yang dimiliki oleh tanaman kopi menyebabkan tanaman kopi
tidak mudah rebah. Akar tunggang hanya dimiliki oleh kopi yang berasal dari
bibit semai (perbanyakan generatif) dan bibit sambung/okulasi yang batang
bawahnya berasal dari perbanyakan generatif. Tanaman kopi yang berasal dari
perbanyakan vegetatif (stek) tidak memiliki akar tunggang, sehingga relatif
mudah rebah (Najiyati dan Danarti, 2004).
Sistem perakaran tanaman kopi Arabika dengan kopi Robusta sedikit
berbeda. Tanaman kopi Arabika memiliki akar tunggang pendek (short tap root)
3

(45 cm) dan akar lateral (lateral root) dengan kedalaman 2-3 m dan tumbuh
secara horisontal (melebar) hingga 1-2 m. Perakaran tanaman kopi Robusta lebih
dangkal dengan akar tunggang pendek dan sebagian besar rambut akar tumbuh
dengan kedalaman 6 cm (Waller et al., 2007). Hal tersebut menyebabkan kopi
Arabika lebih tahan dengan lingkungan kering dibandingkan dengan kopi Robusta.
Perakaran tanaman kopi dapat berakar lebih dalam pada tanah normal, tetapi 90%
dari perakaran tanaman kopi terdapat pada lapisan tanah bagian atas dengan
ketebalan 30 cm (Najiyati dan Danarti, 2004).
Menurut Sakiroh et al. (2011) tanaman pelindung menjaga pertumbuhan
akar kopi. Hal tersebut disebabkan oleh pohon pelindung dapat mempengaruhi
iklim mikro pada tanaman kopi dan dapat mengurangi suhu sampai di bawah
kisaran yang optimal. Tanaman kopi tanpa pelindung akan meningkatkan
penyerapan karbohidrat dari daun dan batang untuk mempercepat pembentukan
buah dan bunga, sehingga mengakibatkan akar dan daunnya rusak (meranggas).

Batang dan Cabang


Tanaman kopi merupakan tanaman perdu dengan tinggi 5-10 m yang hidup
baik pada habitat hutan (Waller et al., 2007). Tanaman kopi memiliki sistem
percabangan yang sedikit berbeda dengan tanaman lain. Tanaman tersebut
memiliki beberapa jenis cabang yang sifat dan fungsinya berbeda, yaitu cabang
reproduksi (cabang orthotrop), cabang primer (plagiotrop), cabang sekunder,
cabang kipas, cabang pecut, cabang balik, dan cabang air. Cabang reproduksi
memiliki sifat seperti batang utama, sehingga jika batang utama mati atau tidak
tumbuh sempurna maka fungsinya akan digantikan oleh cabang tersebut. Cabang
primer (cabang plagiotrop) adalah cabang yang tumbuh pada batang utama yang
berfungsi sebagai tempat tumbuh bunga. Cabang sekunder adalah cabang yang
tumbuh pada cabang primer dan berasal dari tunas sekunder. Cabang tersebut
memiliki sifat yang sama dengan cabang primer yang dapat menghasilkan bunga.
Cabang kipas adalah cabang reproduksi yang tumbuh kuat pada cabang primer
karena tanaman kopi sudah tua. Cabang pecut adalah cabang kipas yang tidak
mampu membentuk cabang primer. Cabang balik adalah cabang reproduksi yang
tumbuh pada cabang primer, berkembang tidak normal, serta arah pertmbuhannya
menuju ke dalam mahkota tajuk. Cabang air adalah cabang reproduksi yang
tumbuh cepat serta ruas daun relatif panjang dan lunak karena banyak
mengandung air (Cannel, 1985; Najiyati dan Danarti, 2004).

Daun
Daun kopi berwarna hijau mengkilap yang tumbuh berpasangan dengan
berlawanan arah. Tanaman kopi memiliki bentuk daun lonjong dengan tulang
daun yang tegas (Rahardjo, 2012). Menurut Panggabean (2011) salah satu cara
untuk membedakan jenis tanaman kopi adalah dengan ciri bentuk dan fisik khusus
daun. Tanaman kopi Arabika memiliki daun yang kecil memanjang dan tebal serta
warna daun yang hijau pekat dan bergaris bergelombang, sedangkan tanaman kopi
Robusta memiliki daun yang lebih besar dibandingkan jenis kopi Arabika dan
memiliki warna daun hijau agak terang.
4

Bunga
Bunga kopi berukuran kecil. Mahkota bunga berwarna putih dan berbau
harum. Kelopak bunga berwarna hijau. Pangkal kelopak bunga menutupi bakal
buah. Benang sari terdiri atas 5-7 tangkai yang berukuran pendek. Ketika bunga
sudah dewasa, kelopak dan mahkotanya akan membuka dan segera terjadi
penyerbukan kemudian akan berkembang menjadi buah. Tanaman kopi Arabika
cenderung berbunga lebih terbatas yang hanya berbunga pada musim hujan
dibandingkan dengan tanaman kopi Robusta yang dapat berbunga pada musim
hujan dan musim kemarau, sedangkan pada tanaman kopi Liberika berbunga pada
interval yang tidak beraturan (Najiyati dan Danarti, 2004 Waller et al., 2007).
Bunga kopi Arabika proses penyerbukannya penyerbukan sendiri (self
pollination), sedangkan kopi Robusta penyerbukannya penyerbukan silang (cross
pollination) (Charrier dan Berthaud, 1985).
Bunga tanaman kopi terbentuk dari mata tunas yang berada di ketiak-ketiak
daun pada cabang plagiotrop atau cabang yang mengarah mendatar. Pembentukan
primordia bunga kopi dipengaruhi oleh lama penyinaran atau disebut periodisitas
cahaya. Lama panjang hari yang kritis kopi Arabika berkisar 13-14 jam. Panjang
penyinaran matahari yang lebih lama untuk batas tersebut akan mengakibatkan
terhambatnya pembentukan bunga dan tanaman hanya tumbuh vegetatif.
Pembentukan primordia bunga kopi Arabika pada panjang hari 8 jam memerlukan
waktu 2.5 bulan, sedangkan pada panjang hari 12 jam memerlukan waktu 3 bulan.
Intensitas cahaya yang rendah (pelindung terlalu rindang) akan menghambat
pembentukan primordia bunga, sebaliknya jika intensitas cahaya terlalu tinggi
(tanpa pelindung), tanaman akan mengalami gejala kelebatan buah (over bearing,
over dacht) yang akan merugikan pertumbuhan tanaman, terutama tanaman kopi
Arabika. Pembentukan primordia bunga dirangsang oleh perbedaan amplitudo
antara temperatur maksimum (siang) dan temperatur minimum (malam) yang
besar. Primordia bunga kopi Arabika umumnya terbentuk setelah perbedaan
temperatur siang dan malam mencapai sekitar 7 oC, yang biasanya pada masa
peralihan antara musim hujan dan musim kemarau (April-Juli) (Rahardjo, 2012).

Buah
Buah kopi (glondong) berwarna hijau ketika muda, kemudian berubah
menjadi hijau tua, lalu kuning, dan berubah menjadi merah atau merah tua ketika
matang. Ukuran panjang buah kopi Arabika berkisar 12-18 mm. Buah kopi terdiri
atas tiga bagian, yaitu eksokarp (lapisan paling luar), mesokarp (lapisan daging
buah), dan endokarp (lapisan kulit tanduk). Daging buah kopi yang sudah matang
akan mengandung lendir dan senyawa gula yang rasanya manis. Kulit tanduk
buah kopi memiliki tekstur agak keras yang membungkus sepasang biji kopi
(Panggabean, 2011).
Buah kopi yang sudah tebentuk akan matang selama 7-12 bulan. Setiap
buah kopi memiliki dua biji kopi, tetapi kadang-kadang hanya mengandung satu
biji atau bahkan tidak berbiji (hampa) karena bakal biji tidak berkembang dengan
sempurna. Biji kopi terdiri atas kulit biji (kulit tanduk) dan lembaga (endosperma).
Lembaga (endosperma) adalah bagian yang dimanfaatkan untuk membuat
minuman kopi (Najiyati dan Danarti, 2004; Rahardjo, 2012).
5

Panen Kopi

Kriteria Panen
Buah kopi Arabika umumnya akan matang setelah 8 bulan dari saat
pembuahan. Buah kopi Arabika yang matang di pohon berwarna merah hingga
merah tua pada kulit buahnya dan tidak matang secara serentak walaupun berada
pada satu dompolan buah atau dari cabang yang sama. Pemetikan buah kopi harus
dilakukan secara manual dan selektif. Kopi yang bermutu baik diperoleh hanya
dari buah yang matang saja (Siswoputranto, 1993). Panen dilakukan ketika buah
kopi sudah berwarna merah hingga merah tua (Panggabean, 2011).
Kemasakan buah kopi dapat dilihat dari kekerasan dan komponen senyawa
gula di dalam daging buah kopi. Buah kopi yang masak mempunyai daging buah
yang lunak dan berlendir. Daging buah tersebut mengandung senyawa gula yang
relatif tinggi sehingga rasanya manis. Buah kopi yang belum masak atau masih
muda akan sedikit keras, tidak berlendir, dan rasanya tidak manis karena senyawa
gula masih belum terbentuk maksimal. Kandungan lendir pada buah yang terlalu
masak akan berkurang karena sebagian senyawa gula dan pektin telah terurai
secara alami akibat proses respirasi (Ditjenbun, 2012).

Waktu Panen
Tanaman kopi mulai menghasilkan (TM) pada umur 3 tahun dengan
berproduksi hingga umur 25 tahun. Jumlah produksi yang dihasilkan per tahun per
hektar relatif bervariasi. Produksi kopi pada tahun pertama rata-rata menghasilkan
600 kg per ha. Jumlah tersebut rata-rata sama hingga tahun ke-7. Produksi
meningkat hingga dua kali lipat pada tahun ke-8 hingga tahun ke-11, yakni
mencapai 1,200-1,300 kg per ha. Produksi kopi mencapai ukuran optimal pada
saat memasuki umur 13-20 tahun, yaitu produksi dengan rata-rata 2,000 kg/ha
(Alam, 2006).
Musim panen kopi di Indonesia tidak serentak, panen biasanya dimulai dari
Indonesia bagian barat kemudian disusul panen di Indonesia bagian timur. Musim
panen dimulai dari kebun-kebun kopi Aceh, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah,
bersamaan Jawa Timur dan Sulawesi dan terus ke daerah timur, berlangsung
mulai bulan April sampai Oktober setiap tahun. Musim panen kopi biasanya
terjadi pada Maret hingga September pada wilayah Indonesia (Siswoputranto,
1993; Panggabean, 2011). Panen di pulau Jawa antara bulan Mei dan Desember,
dengan puncaknya pada bulan Juli/Agustus (Krug dan Poerck, 1968).

Cara Panen
Panen dilakukan setiap dua minggu. Cara pemanenan dilakukan dengan cara
memetik buah yang telah matang penuh satu-persatu menggunakan tangan, lalu
dimasukkan ke dalam keranjang panen. Terdapat tiga pola panen berdasarkan
kematangan buah kopi yaitu petik merah, petik hijau, dan petik sembarang. Petik
merah hanya dilakukan untuk memetik buah yang matang penuh (berwarna
merah). Petik hijau untuk memetik buah berwarna hijau, biasanya petik hijau
disebabkan oleh beberapa faktor yang tidak menguntungkan, seperti faktor
keamanan, faktor ekonomi, iklim, dan kebiasaan. Petik sembarang dilakukan
dengan cara memetik sembarang di dalam satu ranting yang sama tanpa
6

memperhatikan kematangan buah. Petik merah sangat dianjurkan karena dapat


menjaga mutu dan kualitas kopi. Petik hijau dan petik sembarang dapat
menurunkan mutu kopi yang akan mempengaruhi cita rasa kopi yang dihasilkan
(Panggabean, 2011).

Alat Panen
Cara panen yang digunakan untuk memperoleh kopi yang berumutu tinggi
dilakukan secara manual dan selektif. Hal tersebut agar diperoleh hasil pemetikan
buah yang matang saja untuk menghasilkan kopi yang bermutu tinggi. Pemetikan
buah di beberapa negara seperti Brazil dan Hawai dilakukan dengan mesin
(mechanical harvester). Mesin mechanical harvester bekerja berdasarkan
perontokan buah-buah matang melalui getaran-getaran pada pohon maupun
cabang-cabang tanaman kopi. Alat panen lainnya yang cukup penting adalah
tampi yang berfungsi untuk menampi hasil petikan buah kopi supaya terpisah
dengan berbagai kotoran sebelum biji kopi diangkut dari kebun (Siswoputranto,
1993).

Tenaga Panen
Tenaga pemanen dibutuhkan saat kegiatan pemanenan buah kopi. Jumlah
tenaga pemanen yang dibutuhkan dalam satu hektar hingga tahun ke-17 adalah
sebanyak 8 HOK (Panggabean, 2011). Mayoritas tenaga pemanen kopi adalah
wanita. Rata-rata prestasi petik tenaga pemetik perempuan pada awal panen 31.2
kg/hari dengan rata-rata jam kerja 3.6 jam/hari, sedangkan pada puncak panen
59.2 kg/hari dengan rata-rata jam kerja 5.1 jam/hari (Astuti et al., 2015).

Pascapanen Kopi

Sortasi Buah Kopi


Sortasi buah kopi adalah kegiatan memisahkan buah yang masak, bernas,
seragam (superior) dari buah cacat, hitam, pecah, belubang, dan terserang
hama/penyakit (inferior). Sortasi buah kopi dapat menggunakan air untuk
memisahkan buah yang terserang hama. Kotoran yang terbawa buah kopi seperti
daun, ranting, tanah dan kerikil harus dibuang karena dapat merusak mesin
pengupas buah kopi. Buah merah diolah dengan cara proses basah atau semi-
basah agar diperoleh biji kopi HS (hard skin) kering dengan tampilan yang baik,
sedangkan buah campuran hijau, kuning, dan merah diolah dengan cara proses
kering (Arnawa et al., 2010; Ditjenbun, 2012). Buah kopi yang disimpan di dalam
karung plastik atau sak selama lebih 12 jam akan menurunkan kualitas kopi. Hal
tersebut disebabkan oleh buah kopi mengalami fermentasi sehingga aroma dan
cita rasa biji kopi menjadi kurang baik dan berbau busuk (fermented) (Mayrowani,
2013).

Pengolahan Kopi
Pengolahan kopi dibagi menjadi dua proses, yaitu pengolahan kopi secara
kering (dry process) dan pengolahan kopi secara basah (wet process). Proses
pengolahan kopi secara kering tahap pengupasan daging buah (pulping), kulit
7

tanduk, dan kulit ari dilakukan setelah buah kopi kering. Proses pengolahan kopi
secara basah pengupasan daging buah dilakukan saat buah kopi masih basah.
Pengolahan kopi secara kering (dry process). Pengolahan kopi secara
kering banyak dilakukan oleh petani perkebunan kopi rakyat. Hal tersebut karena
prosesnya tidak memerlukan alat dan fasilitas mahal dan cara pengerjaannya yang
sederhana. Pengolahan kopi secara kering sangat sesuai untuk lahan yang tidak
terlalu luas karena alatnya yang sederhana dan biaya investasi yang rendah.
Pengolahan kopi secara kering utamanya dilakukan pada kopi Robusta karena
tanpa fermentasi sudah diperoleh mutu yang cukup baik, sedangkan pada kopi
Arabika sebaiknya dilakukan pengolahan secara basah karena diperlukan
fermentasi untuk mendapatkan mutu kopi yang baik (Siswoputranto, 1993;
Najiyati dan Danarti, 2004). Tahapan pengolahan kopi secara kering tercantum
pada Gambar 1 (Ditjenbun, 2012).

Gambar 1. Tahapan pengolahan kopi secara kering ( dry process)


Sortasi buah kopi sudah mulai dilakukan sejak pemetikan, tetapi harus
dilakukan kembali pada waktu pengolahan. Sortasi pada awal pengolahan
dilakukan setelah kopi datang dari kebun. Buah kopi yang berwarna hijau, hampa,
dan terserang bubuk disatukan, sedangkan buah kopi yang berwarna merah
dipisahkan karena akan menghasilkan kopi yang bermutu baik dengan pengolahan
kopi secara basah. Buah kopi yang sudah disortasi kemudian harus segera
dijemur/dikeringkan. Proses pengeringan dapat dilakukan secara manual dan
mekanis. Pengeringan secara manual dilakukan dengan cara menjemur buah kopi
di bawah sinar matahari selama 2-3 minggu. Proses pengeringan secara mekanis
menggunakan alat pengering dapat dengan alat pengering tipe stasioner dan tipe
mobil. Alat pengering tipe stasioner berkapasitas 250-350 kg per siklus,
sedangkan alat pengering tipe mobil berkapasitas 25-30 kg per siklus.
Pengeringan dilakukan sampai kadar air mencapai maksimal 12.5%. Setelah
dikeringkan, buah kopi dimasukkan ke mesin pengupas (huller) untuk
memisahkan biji-biji kopi dari kulit buah, kulit tanduk, dan kulit ari. Kebiasaan
petani mengupas kulit dengan cara menumbuk harus dihilangkan karena akan
mengakibatkan banyak biji kopi yang pecah. Ada tipe huller, yaitu huller dengan
penggerak motor, huller putar tangan (manual), dan hummermill (mesin giling
palu/mesin pengolah kopi mini). Kapasitas huller berkisar 60-120 kg per siklus,
sedangkan hummermill kapasitasnya sekitar 60 kg per siklus. Biji yang sudah
8

dikupas dilakukan sortasi untuk membersihkan kopi beras dari kotoran sehingga
memenuhi syarat mutu. Tahap yang terahir adalah pengemasan dan penyimpanan.
Mutu kopi yang telah diklasifikasikan (sortasi) dan dicampur rata disimpan di
dalam karung bersih dan kering (Siswoputranto, 1993; Najiyati dan Danarti, 2004;
Ditjenbun, 2012).
Pengolahan kopi secara basah (wet process). Pengolahan kopi secara
basah hanya digunakan untuk mengolah biji kopi yang sehat dan berwarna merah,
sedangkan kopi berwarna hijau dan terserang bubuk diolah secara kering. Biji-biji
kopi Arabika dan Robusta dapat diolah secara basah untuk mendapatkan rasa kopi
khas dengan rasa yang sedikit masam. Rasa kopi ini lebih lezat dan warna
minumannya lebih menarik. Biji yang sudah disangrai tampak lebih menarik
dengan warna agak putih pada alur di tengah keping bijinya (Siswoputranto, 1993;
Najiyati dan Danarti, 2004).
Pengolahan kopi secara basah terdapat proses fermentasi yang bertujuan
untuk membentuk unsur-unsur cita rasa khas kopi. Selama proses fermentasi
lapisan lendir dihilangkan karena dapat menjadi tempat berkembangnya jasad-
jasad renik yang dapat merusak cita rasa kopi. Proses pengolahan kopi secara
basah untuk mendapatkan cita rasa yang tinggi diperlukan biji-biji kopi dari buah
yang dipetik matang (Siswoputranto, 1993). Tahapan proses pengolahan kopi
secara basah kopi tercantum pada Gambar 2 (Ditjenbun, 2012).

Gambar 2.Tahapan pengolahan kopi secara basah (wet process)


Tahapan proses pengolahan kopi secara basah hampir sama dengan
pengolahan kopi secara kering, yang membedakan adalah terdapat proses
fermentasi pada proses pengolahan kopi secara basah. Fermentasi dilakukan
selama 12-36 jam. Proses fermentasi pada umumnya sulit diterapkan karena
insentif harga tidak ada. Petani kopi masih banyak yang menjual kopinya dalam
bentuk buah kopi basah dan umumnya petani kopi mengolah kopi secara kering
serta menggunakan teknologi pascapanen yang masih sangat tradisional
(Mayrowani, 2013).
9

Penyimpanan dan Transpotasi


Biji kopi dijual dan dikemas dengan karung atau tas (biasanya karung rami)
dan umumnya dengan berat bersih 60 kg, selain itu perlu disimpan baik di gudang
negara produsen atau di tempat tujuan luar negeri. Selama pengiriman kopi ke luar
negeri menggunakan kapal, penyimpanan dalam kapal transit sangat penting. Biji
kopi dapat disimpan di dalam silo untuk jangka pendek di negara penghasil dan
tempat pengolahan kopi di negara konsumen. Biji kopi rentan terhadap perubahan
yang mempengaruhi penampilan dan rasa, terutama pada pengaruh suhu tinggi (di
atas 25 oC) dan dalam kondisi kelembaban relatif tinggi ketika kadar air dapat
meningkat di atas 12-13%. Kondisi kelembaban tinggi dapat menyebabkan jamur
tumbuh pada biji yang berdampak buruk pada cacat pada biji. Kerusakan serangga
dapat mengakibatkan lubang pada biji dari proses penyimpanan yang tidak sehat
(Clarke, 1985).
Penyimpanan biji kopi sebaiknya disimpan dalam bentuk buah kopi
(glondong), kopi gabah, atau kopi beras yang sudah dalam kondisi kering. Buah
kopi disimpan dengan kadar air kurang dari 13%, sedangkan kopi gabah atau kopi
beras disimpan dengan kadar air kurang dari 12%. Penyimpanan biji kopi harus
dikemas dengan bahan kemas. Lingkungan yang baik pada biji kopi meliputi
ruangan yang tidak lembab, beraerasi baik, bersih, dan bebas dari bahan yang
berbau asing serta organisme hama gudang. Penyimpanan biji kopi dapat
dilakukan secara curah atau bentuk karung. Karung yang berisikan biji kopi
disusun menggunakan pallet (landasan kayu) dengan jarak dari lantai 10 cm, 60
cm dari dinding, dan 60 cm antar tumpukan. Penyusunan karung dengan sistem
kunci lima dengan tinggi tumpukan kurang dari 20 karung. Pengawasan mutu biji
kopi dilakukan secara periodik (setiap bulan). Biji kopi sebaiknya tidak disimpan
lebih dari tiga bulan (Rahardjo, 2012).

METODE

Tempat dan Waktu Magang

Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Kalisat Jampit PT Perkebunan


Nusantara XII, Kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur
dengan ketinggian 1,100-1,550 m di atas permukaan laut (dpl). Magang
berlangsung selama 4 bulan, mulai bulan Februari sampai Juni 2018.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang yang dilakukan meliputi kegiatan teknis di lapangan dan


kegiatan manajerial baik di lapangan maupun di kantor. Praktik kerja langsung di
lapangan dilakukan dengan turut aktif dalam pelaksanaan kegiatan kebun,
wawancara, dan diskusi baik dengan mandor maupun dengan para staf. Kegiatan
yang dilakukan adalah sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan,
pembantu mandor atau mandor besar selama satu bulan, dan pembantu asisten
atau kepala afdeling selama dua bulan.
10

Kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas (KHL) dilakukan semua


kegiatan kebun yang sedang berlangsung di lapangan, mulai dari pembukaan dan
persiapan lahan, persiapan bahan tanam, persiapan tanam dan penanaman,
pemeliharaan tanaman (penyulaman, pemupukan, pemangkasan, pengendalian
gulma, hama dan penyakit), pemanenan hingga pengolahan hasil. Selama kegiatan
sebagai karyawan harian lepas (KHL) dilakukan pencatatan kegiatan tersebut pada
jurnal harian yang diketahui pembimbing lapangan dan mencatat presetasi kerja
yang diperoleh penulis dan karyawan setiap kali mengikuti kegiatan, kemudian
dibandingkan dengan norma kerja yang berlaku di perusahaan tempat magang.
Jurnal kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas (KHL) disajikan pada
Lampiran 1.
Kegiatan magang sebagai pembantu mandor/mandor besar yang dilakukan
adalah membantu membuat perencanaan kebutuhan fisik dan biaya operasional,
membantu menentukan jumlah karyawan yang diperlukan, melakukan apel (pagi
dan sore) serta melakukan checkroll, dan membantu mengawasi karyawan harian
pada setiap kegiatan budidaya tanaman di lapangan. Selama kegiatan sebagai
mandor dilakukan diskusi, baik dengan mandor, asisten/kepala afdeling, kepala
tanaman, maupun pimpinan perusahaan (manajer). Seluruh kegiatan tersebut
ditulis dalam jurnal kegiatan harian yang berisikan waktu kegiatan, jenis
pekerjaan, jumlah karyawan yang diawasi, dan penulisan draft laporan. Jurnal
kegiatan magang sebagai pembantu mandor/mandor disajikan pada Lampiran 2.
Kegiatan magang yang dilakukan sebagai asisten/kepala afdeling adalah
mempelajari kegiatan manajerial di tingkat afdeling/bagian kebun, membantu
penyusunan rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP), membantu
pembuatan laporan asisten/kepala afdeling, membantu pengelolaan dan
pengawasan tenaga kerja. Selama kegiatan tersebut dilakukan analisis terhadap
setiap kegiatan di tingkat afdeling dan membuat jurnal kegiatan harian tingkat
afdeling. Jurnal kegiatan magang sebagai asisten/kepala afdeling disajikan pada
Lampiran 3.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dan informasi dilakukan saat pelaksanaan magang.


Pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan informasi yang diperoleh dengan cara pengamatan langsung di
lapangan, baik pada kegiatan pemeliharaan maupun panen dan pascapanen, serta
melalui diskusi dengan karyawan harian lepas (KHL), mandor, dan asisten kebun.
Pengamatan difokuskan pada kegiatan panen dan pascapanen kopi Arabika
dengan peubah yang mempengaruhi produktivitas biji kopi, kualitas/mutu panen
dan pasca panen, komposisi buah selama panen hingga pascapanen, dan
kebutuhan tenaga kerja. Peubah yang diamati terdiri atas:
1. Luas areal panen.
Luas areal panen yang diamati adalah pembagian luas panen. Pengamatan
merupakan pengambilan data pembagian rotasi panen dari perusahaan.
2. Tenaga pemanen.
Tenaga pemanen yang diamati terdiri atas tenaga pemanen berdasarkan
usia dan gender terhadap prestasi panen. Pengamatan pengaruh usia
11

terhadap prestasi panen dilakukan dengan cara menggolongkan pemetik


pada usia muda (20-40 tahun) dengan pemetik usia tua (41-60 tahun). Data
prestasi para pemetik baik berdasarkan usia maupun gender diambil dari
pengamatan penulis di lapangan dengan ulangan 3 kali pada hari panen
yang berbeda, dan masing-masing ulangan terdiri atas 10 sampel.
3. Alat panen yang digunakan.
Pengamatan dilakukan dengan pencatatan jenis alat panen yang digunakan
dalam proses pemanenan kopi di kebun. Hasilnya dibandingkan dengan
standar kebun dan studi pustaka.
4. Kriteria buah kopi yang dapat dipanen.
Pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan pada hari panen yang
berbeda, setiap ulangan terdiri atas 5 sampel tenaga pemetik usia muda
(20-40 tahun) dengan 5 sampel tenaga pemetik usia tua (41-60 tahun).
Setiap sampel tenaga pemetik usia muda dan usia tua diambil sebanyak 1
kg buah kopi hasil petik, kemudian buah merah, buah hijau, dan buah
kuning (bancuk) dipisahkan lalu dihitung persentase beratnya.
5. Faktor-faktor kehilangan hasil dan tingkat kehilangan hasil (losses) buah
pada saat pemanenan.
Pengamatan faktor-faktor kehilangan hasil merupakan pengamatan penulis
selama kegiatan panen di lapangan. Pengamatan tingkat kehilangan hasil
dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 10 tanaman per blok.
Setiap sampel tanaman dihitung jumlah buah kopi yang jatuh pada
gawangan tanaman.
6. Rendemen kopi yang diperoleh.
Pengamatan diperoleh dengan menghitung rendemen kopi yang dihasilkan,
kemudian dibandingkan dengan standar perusahaan dan studi pustaka.
Data sekunder diperoleh dari data kebun yang bersumber dari laporan
manajemen (laporan bulanan, semester, tahunan) dan studi pustaka. Data sekunder
yang dikumpulkan meliputi letak geografis dan letak wilayah administratif,
keadaan iklim dan tanah, luas areal HGU (Hak Guna Usaha) dan tataguna tanah,
keadaan tanaman dan produksi, serta stuktur organisasi dan ketenagakerjaan. Data
sekunder yang dikumpulkan meliputi rencana (target) dengan realisasi. Data yang
diperoleh kemudian dianalisis dengan metode deskriptif dan kualitatif.

Analisis Data dan Informasi

Data dan informasi yang diperoleh selama magang dianalisis, baik analisis
deskriptif maupun analisis kuantitatif dengan menggunakan ukuran distribusi
(frekuensi atau persen), ukuran pemusatan (rata-rata), atau hubungan input-out
put (uji t-student). Hasil tersebut disajikan dalam bentuk tabel/grafik, kemudian
diuraikan secara deskriptif dengan membandingkan proses panen dan pascapanen
pada perusahaan perkebunan kopi yang kemudian dilakukan juga studi pustaka
sebagai pembanding.
12

KEADAAN UMUM

Letak Geografis Kebun

Lokasi Kebun Kalisat Jampit berada di Desa Kalisat, Kecamatan Ijen,


Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur dengan letak geografis 96.80 o LS dan 06.60o
BT. Kebun Kalisat Jampit merupakan salah satu kebun milik PT Perkebunan
Nusantara XII (PTPN XII) yang bergerak dibidang usaha agro bisnis dan agro
industri. Kebun Kalisat Jampit, PTPN XII menerapkan prinsip-prinsip Perseroan
Terbatas. Titik tertinggi kebun adalah 1,550 m dpl dan terendah 1,100 m dpl.
Jarak dari Surabaya menuju Kebun Kalisat Jampit sekitar 275 km. Kebun Kalisat
Jampit bagian timur berbatasan dengan Kebun Blawan, sedangkan bagian utara,
selatan dan barat berbatasan langsung dengan areal Perhutani. Peta kebun Kalisat
Jampit dapat dilihat pada Lampiran 4.

Keadaan Iklim dan Tanah

Kebun Kalisat Jampit memiliki tipe iklim C-D (menurut Schmidt dan
Ferguson). Curah hujan rata-rata selama lima tahun terakhir 1,667 mm/tahun
dengan hari hujan 134 hari serta bulan basah 7 bulan dan bulan kering 5 bulan
(Lampiran 5). Kelembaban udara rata-rata 82% dengan kelembaban tertinggi
95.70% dan terendah 57.40%. Rata-rata suhu Kebun Kalisat Jampit 18 oC dengan
suhu terendah 5 oC dan suhu tertinggi 40 oC.
Kebun Kalisat Jampit terletak pada dataran tinggi Pegunungan Ijen, tanah
yang dipengaruhi letupan Gunung Merapi, sehingga warna tanah berwarna kelabu
kelam oleh kadar humus arang (koolhumus) dan unsur-unsur hara yang tinggi,
kecuali Mg yang rendah sampai sedang. Batuan Pegunungan Ijen terdiri atas
batuan pyroxeen andesit, bazalt dan sedikit horblende. Bazalt mempunyai kadar
asam kersik yang cukup tinggi. Tanah di Kebun Kalisat Jampit memiliki
kemiringan 30-40% dan sebagian dengan kemiringan 70-80% dengan lembah
yang curam dan terjal.

Luas Areal Konsensi dan Tata Guna Lahan

Kebun Kalisat Jampit memiliki luas areal Hak Guna Usaha (HGU)
3,105.41 ha. Kebun Kalisat Jampit terdiri atas enam afdeling yaitu lima afdeling
kebun dan satu Afdeling Pabrik (6.00 ha). Lima afdeling kebun terdiri atas
Afdeling Kampung Baru (402.22 ha), Afdeling Kampung Malang (491.41 ha),
Afdeling Sempol (387.94 ha), Afdeling Krepekan (386.68 ha), dan Afdeling
Jampit (1,431.16 ha). Jenis tanaman yang dibudidayakan adalah Kopi Arabika.
Luas areal konsensi dan tata guna lahan Kebun Kalisat Jampit dapat dilihat pada
Lampiran 6.
13

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kopi Arabika yang terdapat di kebun Kalisat Jampit terdiri atas
beberapa varietas, yaitu Typika, Kate, dan United States Department of
Agriculture (USDA), dan Hybrido de Timor (HDT). Jarak tanam yang digunakan
1.75 m x 1.75 m, 1.25 m x 2.50 m, dan 2.50 m x 2.50 m. Luas areal tanaman
menghasilkan (TM) adalah 1,373.15 ha dengan jumlah tanaman produktif
2,731,064 pohon. Rata-rata populasi tanaman sekitar 2,000 tanaman/ha.
Tanaman pelindung di Kebun Kalisat Jampit terdiri atas tanaman
pelindung tetap dan tanaman pelindung sementara. Tanaman pelindung sementara
yang digunakan terdiri atas Mogania (Moghania macrophylla) dan teprosia
(Tephrosia sp.). Tanaman pelindung tetap yang digunakan terdiri atas jenis
lamtoro (Leucaena glauca Benth) L2 dan lamtoro PG 79. Jarak tanam pelindung
tetap yang digunakan adalah 5 m x 4 m. Tanaman pemecah angin yang digunakan
adalah sengon (Albizia falcataria).
Hasil panen dari masing-masing afdeling dikirim ke pabrik pengolahan
Kebun Kalisat Jampit untuk diolah menjadi kopi biji kopi kering (green bean).
Produksi tanaman kopi di Kebun Kalisat Jampit mengalami fluktuasi dari tahun
ke tahun. Hal tersebut disebabkan oleh tanaman kopi memiliki sifat biennial
bearing. Rata-rata produksi buah kopi selama lima tahun terakhir (2013-2017)
sebesar 3,875,972 kg yang menghasilkan 637,480 kg biji kering dengan rendemen
16.39% dan produktivitas 488 kg/ha (Tabel 1).

Tabel 1. Luas areal, produksi, rendemen, dan produktivitas kopi Arabika di


Kebun Kalisat Jampit 2013-2017
Produksi Produktivitas
Produksi
Luas areal biji kopi Rendemen biji kopi
Tahun buah kopi
(ha) kering (%) kering
(kg)
(kg) (kg/ha)
2013 1,149.56 2,071,540 334,329 16.14 291
2014 1,280.15 6,874,120 1,144,561 16.65 894
2015 1,344.79 4,184,891 673,939 16.08 500
2016 1,373.79 1,968,569 324,247 16.45 236
2017 1,373.79 4,280,741 711,323 16.62 518
Rata-rata 1,304.42 3,875,972 637,480 16.39 488
Sumber: Kantor Induk Kebun Kalisat Jampit 2018 b

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Struktur Organisasi
Kebun Kalisat Jampit PT Perkebunan Nusantara dipimpin oleh seorang
manajer. Manajer menjadi atasan yang memiliki wewenang terhadap wakil
manajer, asisten administrasi, keuangan dan umum, asisten tanaman serta asisten
teknik dan pengolahan (Lampiran 7). Manajer dibantu oleh wakil manajer dalam
14

melaksanakan tugasnya, sedangkan asisten dibantu oleh mantri (mandor besar).


Tugas masing-masing karyawan dijelaskan sebagai berikut:
a) Manajer bertugas menyusun rencana kerja triwulan (Permintaan
Pelaksanaan Anggaran Perusahaaan atau PPAP), tahunan (Rencana
Anggaran Perusahaan atau RKAP) dan jangka panjang (RJP); mengontrol
dan melaporkan capaian produksi, mutu, rendemen; menyusun rencana
kerja bulanan Unit Usaha Strategi (UUS); mengajukan permintaan modal
kerja; melaporkan kegiatan UUS yang telah dilakukan; merencanakan dan
melaksanakan kegiatan community development (CD) di wilayah kerjanya.
b) Wakil manajer bertugas membantu manajer dalam melakukan pengawasan
operasional terhadap asisten tanaman, asisten teknik dan pengolahan,
dalam pencapaian produksi, mutu dan rendemen; menghimpun dan
mengevaluasi perkembangan pelaksanaan investasi tanaman dan non
tanaman; wakil manajer bersama manajer menyusun rencana kerja
triwulan (PPAP), rencana kerja tahunan (RKAP), dan rencana kerja jangka
panjang (RJP); menghimpun dan mengevaluasi pelaksanaan pemupukan;
wakil manajer bersama manajer melaksanakan kegiatan CD di wilayah
kerjanya.
c) Asisten administrasi keuangan dan umum (Asaku) bertugas menghimpun
RKAP dari masing-masing bagian; melaksanakan pengawasan bidang
keuangan dan umum dengan mengontrol laporan harian; membuat laporan
harian; menyusun buku kas; mengirim laporan harian produksi ke unit
bersama strategi (UBS); melakukan validasi keabsahan permintaan bahan
dan barang dari masing-masing bagian; melakukan cek stok opname kas,
persediaan bahan dan hasil; mengkompilasi kebutuhan dan membuat
permintaan modal sepuluh harian; menyusun laporan manajemen (LM);
mengambil modal kerja ke bank; memeriksa dan mengeluarkan upah
karyawan setiap pertengahan dan akhir bulan; membayar pajak dan iuran
jamsostek; menghimpun dan membuat PPAP triwulan dan RKAP tahunan;
membuat neraca raba rugi triwulan dan tahunan.
d) Asisten tanaman bertugas memimpin, mengelola, mengawasi dan
memeriksa pelaksanaan di kebun serta bertanggungjawab terhadap
produksi yang terdapat di afdeling yang dipimpinnya; memberikan tugas
kerja harian kepada mantri (mandor); menghimpun laporan hasil kerja;
memeriksa dan menandatangani laporan harian pekerjaan; membuat
rencana kerja bulanan (kebutuhan alat dan tenaga kerja); mengevaluasi
hasil kerja bulanan dibandingkan dengan anggaran; menyusun,
mengajukan, permintaan, dan melaksanakan pembayaran upah karyawan;
menyusun dan melaporkan percapaian produksi harian, bulanan, dan
tahunan; menyusun RKAP bagian tahunan, Rencana kerja OHK (RKO)
bagian bulanan dan PPAP bagian triwulan.
e) Asisten teknologi dan pengolahan (astekpol) bertugas memimpin dan
mengelola bagian teknik, pengelolaan, mesin, dan listrik; bertanggung
jawab terhadap kelancaran kegiatan pengolaha kopi; memberikan tugas
kerja harian kepada mantri (mandor); menghimpun laporan hasil kerja;
memeriksa dan menandatangani laporan harian pekerjaan; mengevaluasi
hasil kerja hari ini dan menyusun rencana kerja untuk hari esok; membuat
rencana kerja bulanan (kebutuhan alat dan tenaga kerja); mengevaluasi
15

hasil kerja bulanan dibandingkan dengan anggaran; menyusun,


mengajukan permintaan, dan melaksanakan pembayaran upah karyawan;
melaporkan rendemen dan mutu kopi; menyusun RKAP bagian tahunan,
Rencana kerja OHK (RKO) bagian bulanan dan PPAP bagian triwulan.

Ketenagakerjaan
Tenaga kerja di Kebun Kalisat Jampit, berdasarkan sistem kerjanya
digolongkan menjadi karyawan staf (IIIA-IVD) dan non staf (IA-IID). Tenaga staf
di Kebun Kalisat Jampit terdiri atas manajer, wakil manajer, asisten tanaman,
asisten teknik dan pengolahan, dan asisten administrasi keuangan dan umum.
Tenaga kerja non staf di Kebun kalisat Jampit terdiri atas karyawan bulanan tetap
(KBT), karyawan harian tetap (KHT), dan karyawan harian lepas (KHL).
Jumlah tenaga kerja di Kebun Kalisat Jampit pada bulan Februari 2018
berjumlah 1,719 orang. Rasio pekerja per ha di Kebun Kalisat Jampit adalah 0.55
orang/ha. Nilai rasio tersebut dapat dikatakan kurang efektif karena indeks tenaga
kerja (ITK) untuk perkebunan kopi adalah 1.38 orang/ha (Ditjenbun, 2013).
Jumlah tenaga kerja Kebun Kalisat Jampit disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah tenaga kerja staf dan non staf di Kebun Kalisat Jampit
Status karyawan Jumlah (orang)
Staf
a. Manajer 1
b. Wakil Manajer 1
c. Asisten Tanaman 4
d. Asisten Tenik dan Pengolahan 1
e. Asisten Administrasi Keuangan dan Umum 1
Non staf
a. Karyawan tetap (KHT/KBT) 80
b. Karyawan harian lepas (KHL) 1,631
Total tenaga kerja 1,719
Sumber: Kantor Induk Kebun Kalisat Jampit 2018 j

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aspek Teknis

Pembibitan
Pembibitan adalah tempat penanaman dan pemeliharaan bibit tanaman, baik
secara vegetatif (stek/sambung stek) maupun generatif (benih). Pembibitan
bertujuan untuk mempersiapkan bibit hingga siap ditanam di lapangan untuk
menjadi tanaman dewasa, dapat berbuah, dan berproduksi tinggi. Kegiatan
16

pembibitan di Kebun Kalisat Jampit ditujukan untuk penyulaman dan peremajaan.


Syarat tanaman kopi Arabika yang dapat diambil benihnya adalah tanaman yang
telah masuk tanaman menghasilkan (TM) yang berumur 3-20 tahun dan kondisi
tanaman sehat. Jarak tanam kebun benih pada pertumbuhan katai adalah 1.5 m x
2.0 m dan pertumbuhan jagur adalah 2.5 m x 2.5 m, serta diusahakan ditanam
pada areal yang datar. Syarat lokasi pembibitan yaitu dekat dengan sumber air,
bebas hama dan penyakit, serta terdapat pelindung. Pelindung yang digunakan di
pembibitan adalah tanaman lamtoro.
Pembibitan di Kebun Kalisat Jampit menggunakan polybag hitam berukuran
22 cm x 35 cm dengan tebal 0.1 mm. Bedengan dibuat dengan lebar 120 cm dan
panjangnya ± 25 m. Jarak antara bedengan 50 cm. Jarak polybag 20 cm x 25 cm,
sehingga dalam satu bedengan terdapat 5-6 baris bibit kopi polybag. Satu
bedengan terdapat ± 600 bibit kopi polybag. Jumlah bibit yang terdapat di
pembibitan Kebun Kalisat Jampit tahun 2018 adalah 52,000 bibit kopi Arabika,
semuanya berasal dari perbanyakan generatif (Tabel 3).

Tabel 3. Jumlah bibit di Kebun Kalisat Jampit tahun 2018


Varietas Jumlah bibit
Andungsari 40,000
HDT 12,000
Jumlah 52,000
Sumber: Kantor Induk Kalisat Jampit

Kegiatan di pembibitan terdiri atas pemeliharaan bibit kopi polybag dan


pengangkutan bibit kopi siap tanam. Penyulaman bibit kopi polybag
menggunakan kecambah kopi (kepelan). Pemeliharaan bibit kopi polybag yang
dilakukan yaitu penyiangan gulma yang tumbuh di dalam media polybag,
penyiraman, pemupukan, penyulaman, pengisian kembali media tanah dalam
polybag, penataan bibit, dan seleksi bibit. Pengangkutan bibit kopi siap tanam
merupakan kegiatan memindahkan/mengirim bibit kopi yang siap tanam dari
pembibitan ke lapangan (tempat penanaman).
Penyiangan gulma di pembibitan dilakukan secara manual yaitu dengan
mencabut gulma yang tumbuh dalam polybag dan bedengan. Penyiangan
dilakukan secara rutin, sekali dalam sehari hingga umur bibit 9-10 bulan setelah
tanam (BST). Penyiraman dilakukan 2 kali sehari atau bergantung kondisi
lapangan. Penyulaman bibit kopi di polybag dilakukan pada polybag yang
bibitnya mati atau pertumbuhannya tidak baik. Penyulaman menggunakan bibit
kopi kepelan (kecambah kopi).
Pemupukan bibit kopi polybag menggunakan geer. Geer merupakan
campuran dari kotoran sapi segar 20 kg, Urea 1 kg, dan air 100 l. Dosis pemberian
geer per polybag adalah 200 ml/bibit. Semua campuran dimasukkan ke dalam
drum dan diaduk hingga merata, kemudian didiamkan selama 10-14 hari. Alat
yang dibutuhkan saat mengaplikasikan geer adalah tangki penampung geer,
pengaduk (kayu panjang), ember, dan gayung (wadah yang dipasang kayu
panjang). Geer yang sudah siap diaplikasikan dipindahkan pada ember masing-
masing pekerja. Masing-masing pekerja membawa ember yang berisikan geer
17

yang kemudian disiramkan ke media bibit kopi menggunakan gayung yang sudah
ditakar sebanyak ± 200 ml/bibit. Kegiatan pembibitan disajikan pada Gambar 3.

(a) (b) (c)

Gambar 3. Kegiatan di pembibitan kopi: (a) penataan bibit kopi


polybag, (b) penyiangan gulma, (c) pengangkutan bibit
siap salur

Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman kopi yang dilaksanakan di Kebun Kalisat Jampit
terdiri atas penyulaman tanaman kopi, pengendalian gulma, pemupukan,
pemangkan, pemangkasan tanaman kopi, pengendalian hama dan penyakit,
pembuatan gondang-gandung, dan pemeliharaan tanaman pelindung.
Penyulaman tanaman kopi. Penyulaman tanaman kopi dilaksanakan
pada tanaman kopi yang mati dan terserang hama penyakit. Peralatan tanam yang
dibutuhkan adalah cangkul, keranjang, arit, dan asahan. Lubang tanam dibuat
berdasarkan standar operasional prosedur (SOP) yaitu dengan ukuran 60 cm x 60
cm x 60 cm, tetapi di lapangan lubang tanam yang dibuat kurang dari ukuran SOP
dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm, karena mengejar prestasi kerja. Prestasi
kerja KHL untuk penanaman sebesar 45 tanaman/6 jam, standar kerja perusahaan
adalah 45 tanaman/6 jam, sedangkan prestasi penulis adalah 15 tanaman/6 jam.
Kegiatan penyulaman tanaman kopi disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Kegiatan penyulaman bibit kopi

Penanaman dilaksanakan dengan cara memadatkan media tanah pada bibit


kopi polybag agar media tanah tidak pecah ketika dilepaskan dari polybag.
Polybag kemudian disayat dari atas ke bawah. Bagian bawah polybag dipotong ±
3 cm, berfungsi agar menghindari adanya akar tunggang yang bengkok. Bibit
diletakkan dalam lubang tanam, lalu sebagian lubang tanam diisi dengan tanah,
18

polybag ditarik ke atas dan dilepaskan dari bibit. Lubang tanam ditutup hingga
penuh sambil dipadatkan dan dibuat petak. Setelah selesai penanaman, bibit kopi
diberi pupuk Urea sebanyak 10 g/pohon. Pupuk ditaburkan pada alur yang
mengelilingi tanaman dengan jarak ± 30 cm dari batang, kemudian ditutup tanah.
Pengendalian gulma. Pengendalian gulma yang dilakukan di Kebun
Kalisat Jampit terdiri atas dua cara, yaitu pengendalian secara kimia (chemical
weeding/CW) dan pengendalian secara manual. Pengendalian secara manual
merupakan pengendalian gulma yang dilakukan dengan tenaga manusia,
sedangkan pengendalian secara kimia merupakan pengendalian gulma dengan
menggunakan zat kimia (herbisida) yang dapat mengendalikan populasi
pertumbuhan gulma. Alat yang digunakan pada pengendalian gulma secara
manual terdiri atas parang panjang, sabit, dan cangkul. Alat yang digunakan pada
pengendalian gulma secara kimia adalah alat seprot punggung (knapsack sprayer)
dan alat pelindung diri (APD).
Jenis gulma yang dominan di lahan kebun adalah Cyperus kyllingia,
Cyperus rotundus, Mikania sp., Ageratum conizoydes, dan Setaria plicata.
Pengendalian gulma secara manual dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan
pengendalian secara kimia. Pengendalian secara manual akan memudahkan
kegiatan pengendalian secara kimia dan lebih efisien. Kegiatan pengendalian
gulma disajikan pada Gambar 5.

(a) (b)

Gambar 5. Kegiatan pengendalian gulma: (a) secara kimiawi, (b) secara


manual
Pengendalian gulma dilakukan sebelum kegiatan pemupukan, sebelum
panen, dan jika populasi gulma telah meningkat serta mengganggu tanaman kopi
dan kegiatan pemeliharaan tanaman kopi. Pengendalian gulma sebelum
pemupukan bertujuan untuk mengoptimalkan penyerapan pupuk oleh tanaman
kopi dengan meminimalkan persaingan penyerapan hara antara tanaman kopi
dengan gulma. Pengendalian gulma dalam mempersiapkan kegiatan panen
bertujuan untuk memudahkan pemanen melaksanakan pemanenan kopi dan
mengurangi jumlah kehilangan buah yang jatuh.
Pengendalian gulma secara manual terdiri atas jombret dan rabet. Jombret
adalah kegiatan memotong gulma yang tumbuh di permukaan tanah. Rabet adalah
kegiatan memberantas gulma yang tumbuh merambat ke tajuk tanaman kopi.
Gulma yang tumbuh merambat pada tanaman kopi adalah Mikania micrantha,
sehingga rabet sering disebut berantas mikania. Kegiatan rabet/berantas mikania
biasanya digabung dengan kegiatan wiwil kasar. Prestasi pekerja adalah 0.2 ha/6
19

jam, prestasi mahasiswa adalah 0.05 ha/6 jam, sedangkan standar kerja
perusahaan adalah 0.2 ha/6 jam.
Pengendalian gulma secara kimia menggunakan jenis herbisida sistemik.
Herbisida yang digunakan adalah Dry Up dengan bahan aktif Isopropil Amina
Glifosat 480 g/l (setara dengan Glifosat 356 g/l). Volume Dry Up 75 ml dilarutkan
ke dalam 15 l air dengan konsentrasi 0.5%. Sasaran selektif gulma berdaun lebar
(Euphorbia hirta, Ageratum conyzoides, Borreria alata, Cleome asvera,
Chromolaena odorata, Calopogonium mucunoides, Limnocharis flava,
Monochoria vaginalis) dan gulma berdaun sempit (Axonopus compressus,
Ottochloa nodosa, Paspalum conjugatum, Digitaria sp., Digitaria ciliaris,
Imperata cylindrica, Cyperus difformis, Scirpus juncoides).
Pemupukan. Pemupukan merupakan pemberian dan penambahan unsur
hara ke dalam tanah untuk menjaga dan memperbaiki kesuburan tanah. Tujuan
pemupukan adalah menjaga dan mengoptimalkan produksi tanaman kopi.
Persiapan pemupukan (persipuk) terdiri atas kegiatan membuat alur pupuk. Alur
pupuk dibuat di bawah tajuk kopi dengan jarak 1 m dan panjang alur pupuk
adalah 1 m. Bentuk alur pupuk dibuat dengan bentuk “I”. Karyawan sering kali
membuat alur pupuk dengan jarak kurang dari 1 m dan panjang alur pupuk kurang
dari 1 m ketika tidak diawasi mandor. Alur pupuk biasanya dibuat satu hari
sebelum dilaksanakan kegiatan pemupukan. Prestasi karyawan dalam kegiatan
persiapan pemupukan adalah 0.3 ha/6 jam, standar kerja perusahaan 0.3 ha/6 jam
atau sekitar 667 alur pupuk/6 jam (asumsi jarak tanam kopi 2 m x 2.5 m),
sedangkan prestasi penulis adalah 0.04 ha/6 jam.
Pemupukan di Kebun Kalisat Jampit menerapkan 6T, yaitu tepat jenis,
tepat dosis, tepat waktu, tepat tempat, tepat cara aplikasi, dan tepat pengawasan.
Pemupukan di Kebun Kalisat Jampit dilaksanakan dua kali dalam setahun yaitu
pada bulan Maret-April dan Oktober-November.
Jenis pupuk anorganik yang digunakan terdiri atas Urea, TSP, KCl, dan
Kieserit. Dosis pupuk yang diberikan pada tanaman kopi dibedakan berdasarkan
klasifikasi kebun. Kelas kebun terdiri atas klasifikasi baik (A) dengan nilai ≥ 90,
klasifikasi sedang (B) dengan nilai 80-89, klasifikasi kurang (C) dengan nilai 70-
79, dan sangat kurang (D) dengan nilai 60-69. Kondisi kebun di Kalisat Jampit
yang dipupuk pada semester 1 tahun 2018 terdiri atas klasifikasi A dan B.
Pelaksanaan pemupukan di Afdeling Kampung Baru di blok klasifikasi A dengan
dosis pemupukan Urea 215 g/pohon, TSP 100 g/pohon, dan KCl 150 g/pohon,
sedangkan di blok klasifikasi B dengan dosis pemupukan Urea 161 g/pohon, TSP
75 g/pohon, dan KCl 113 g/pohon.
Kebun Kalisat Jampit menggunakan pupuk organik yang berasal dari
kompos kulit buah kopi. Limbah kulit kopi diletakkan di lorong tanaman kopi.
Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah pengangkutan ketika akan
diaplikasikan. Limbah kulit kopi diberi EM4 untuk mempercepat proses
fermentasi menjadi pupuk kompos. Pupuk organik diberikan di rorak dengan cara
disebar merata di lubang tersebut.
Kegiatan pemupukan dilakukan 6 jam per hari dari pukul 06.00-12.00
WIB. Tenaga kerja pemupukan dibagi menjadi beberapa tugas, terdiri atas
pengangkutan, pengeceran, penaburan, dan penutup alur pupuk. Alat-alat yang
digunakan pada kegiatan pemupukan terdiri atas cangkul untuk mencampur pupuk
20

dan menutup alur pupuk, ember untuk tempat pupuk, dan mangkok untuk
menakar pupuk.
Pupuk diangkut dari gudang menggunakan truk menuju blok kebun kopi
yang akan dipupuk. Pupuk yang tiba di kebun dicampur hingga rata antara jenis
pupuk dan sesuai dengan anjuran dosis. Pupuk yang sudah tercampur rata
dimasukkan ke dalam karung dengan berat ±15 kg/karung. Karung yang berisi
pupuk diangkut oleh pekerja ke dalam kebun untuk diecer ke masing-masing
tenaga pemupuk. Pekerja penabur pupuk menggendong ember yang berisi pupuk
dengan mangkok yang sudah dikalibrasi dosisnya per tanaman. Alur pupuk
ditutup dengan tanah bekas galian oleh pekerja bagian penutup alur pupuk dengan
menggunakan cangkul.
Penulis bekerja melakukan pemupukan selama 3 hari dengan waktu 6 jam
per hari dan rata-rata prestasi kerja penulis 0.1 ha/6 jam, prestasi karyawan 0.2
ha/6 jam dan standar kebun 0.2 ha/6 jam. Kegiatan pemupukan disajikan pada
Gambar 6.

(a) (b) (c)

Gambar 6. Kegiatan pemupukan: (a) pencampuran pupuk, (b)


pengeceran pupuk, (c) penaburan pupuk

Pemangkasan tanaman kopi. Pemangkasan adalah pemotongan bagian-


bagian cabang tanaman yang tidak dikehendaki pertumbuhannya. Tujuan
pemangkasan yaitu mempertahankan ketinggian tanaman untuk memudahkan
perawatan/pemeliharaan dan panen, mendapatkan cabang-cabang baru yang
produktif, membuat cahaya masuk pada tajuk tanaman, dan menjaga aerasi tajuk.
Pemangkasan akan merangsang pembentukan primordial bunga, mempermudah
pemeliharaan dan pengendalian hama penyakit, serta memperoleh bentuk tanaman
yang ideal.
Sistem pemangkasan tanaman kopi di Kebun Kalisat Jampit terdiri atas dua
sistem pangkasan, yaitu pangkasan batang tunggal (single stem) dan pangkasan
batang ganda (multiple stem). Pangkasan batang tunggal terdiri atas pangkas
bentuk, pangkas pemeliharaan, dan pangkas peremajaan. Pangkasan batang ganda
dilaksanakan mengikuti Pangkas Sistem Ijen (PSI).
Pangkas bentuk biasanya dilakukan pada tanaman belum menghasikan
(TBM), contoh kegiatan kliping. Kliping adalah pembuangan pucuk-pucuk pada
cabang kopi dengan tujuan untuk menumbuhkan cabang produktif dan
memaksimalkan pertumbuhan akar.
Pangkas pemeliharaan biasanya dilakukan pada tanaman menghasilkan
(TM). Pangkas pemeliharaan terdiri atas pangkas lepas panen (PLP), wiwil halus,
21

dan wiwil kasar. Pangkas lepas panen (PLP) dilaksanakan pada saat setelah
selesai panen dengan tujuan untuk menjaga jumlah cabang yang produktif.
Cabang yang dipangkas adalah cabang yang tidak produktif yaitu cabang B3
(cabang yang telah berbuah 3 kali), cabang ke atas, cabang cacing, cabang sakit,
cabang kering, cabang rusak, dan cabang laki. Wiwil halus dilaksanakan sekitar
tiga bulan setelah pangkasan lepas panen (PLP) dan biasanya dilakukan kembali
setelah dua bulan kemudian. Cabang yang dipangkas adalah cabang cabang ke
atas, cabang cacing, cabang sakit, cabang kering, cabang rusak, dan cabang laki.
Wiwil kasar merupakan kegiatan pemangkasan trubusan (cabang air) yang tidak
dipelihara. Cabang air dipangkas hingga pangkalnya agar tidak tumbuh kembali.
Prestasi karyawan pada kegiatan wiwil kasar adalah 0.2 ha/6 jam, prestasi penulis
adalah 0.12 ha/6 jam, sedangkan standar kerja perusahaan adalah 0.2 ha/6 jam.
Pangkas peremajaan (rejuvinasi) merupakan pemangkasan pada tanaman
dengan tajuk rusak dan produktivitas rendah, tetapi memiliki perakaran kokoh.
Kegiatan pada pangkas peremajaan adalah mengatur tajuk yang tumbuh dengan
tinggi maksimal tanaman setinggi 160 cm, pengolahan tanah untuk peremajaan
akar, pemenggalan pelindung setinggi 3 m, perbaikan teras dan pemupukan N, P,
dan K, serta kegiatan penyulaman tanaman pokok dan pelindung di areal hiaten.
Kegiatan pemangkasan disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Kegiatan pemangkasan pada tanaman kopi

Pengendalian hama dan penyakit. Hama dan penyakit yang dominan


terdapat di Kebun Kalisat Jampit adalah bubuk buah kopi (Hypotenemus hampei).
Gejala serangan bubuk buah kopi adalah terdapat bekas gerekan pada pangkal
bawah buah kopi atau di sekitar buah kopi. Buah yang terserang kemudian
berubah menjadi kuning kemerahan dan gugur. Serangan bubuk buah kopi
menyebabkan biji kopi cacat berlubang-lubang, bermutu rendah, dan penurunan
produksi buah. Hama bubuk buah kopi biasanya menyerang pada daerah yang
lembab. Cara pengendalian hama tersebut adalah dengan melakukan petik bubuk.
Petik bubuk adalah pemetikan buah kopi yang dilakukan saat tanaman kopi mulai
berbuah merah, tetapi masih sedikit jumlahnya, biasanya dilakukan saat satu bulan
sebelum panen.
Corticium salmonicolor adalah penyakit yang menyerang batang kopi.
Gejala yang ditimbulkan yaitu cabang yang diserang berwarna hitam, buah yang
tumbuh di cabang tersebut berubah warna menjadi hitam, dan cabang dan buah
yang terserang tersebut menjadi kering dan mati. Penyakit Corticium
salmonicolor menyerang tanaman kopi pada kelembaban yang tinggi.
Pengendalian yang dilakukan adalah dengan cara memotong cabang yang
22

terserang. Cabang yang sakit/terserang dipotong hingga pada bagian yang sehat.
Cabang yang dipotong harus dibakar agar penyakit tidak menular pada tanaman
lain.
Karat daun (Hemileia vastatrix) adalah cendawan yang menyerang daun
kopi. Gejala yang ditimbulkannya adalah terlihat bercak-bercak kuning pada
bagian bawah daun, bercak kuning tersebut mengering menjadi coklat, kemudian
daun gugur sebelum pada waktunya, dan tanaman kopi yang teserang dapat mati.
Penyakit karat daun menyerang tanaman kopi pada kelembaban yang tinggi.
Pengendalian yang dilakukan adalah dengan campuran fungisida Beyleton 50 ml
dan Gandasil D 24 gram yang dilarutkan pada 12 l air. Campuran tersebut
kemudian disemprotkan pada tanaman yang sakit menggunakan motor sprayer.
Kegiatan pengendalian karat daun pada Kebun Kalisat Jampit dilakukan oleh satu
tenaga kerja KHL dan satu mandor. Prestasi pekerja adalah 0.5 ha/6 jam dan
standar perusahaan adalah 0.5 ha/6 jam. Prestasi mahasiswa adalah 0.2 ha/6 jam.
Kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman kopi dapat dilihat pada
Gambar 8.

(a) (b) (c)

Gambar 8. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit pada kopi:


(a) petik bubuk, (b) cabang yang terserang Corticium
salmonicolor, (c) pengendalian penyakit karat daun
kopi (KDK)

Pembuatan gondang-gandung. Gondang-gandung adalah lubang tempat


meletakkan bahan-bahan organik atau biomassa. Bahan organik dan biomassa
berfungsi untuk memperbaiki kesuburan tanah, pertumbuhan tanaman, dan
menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman, memperbaiki kondisi fisik tanah,
mempermudah penetrasi air, penyerapan air, perkembangan akar, meningkatkan
ketahanan terhadap erosi dan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, serta
menyediakan sumber karbon dan energi untuk mikroorganisme tanah.
Pembuatan gondang-gandung merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan
tanaman menghasilkan. Gondang-gandung pada tanah yang datar berukuran 100
cm x 40 cm x 40 cm dengan zig-zag, sedangkan pada tanah yang miring
berukuran 60 cm x 40 cm x 40 cm dengan memotong atau sejajar dengan terasan.
Gondang-gandung dibuat berjarak 40-100 cm sesuai dengan jarak terluar tajuk.
Pembuatan gondang-gandung dilakukan di antara tanaman kopi. Alat yang
digunakan adalah cangkul. Gondang-gandung diisi dengan bahan organik seperti
kompos limbah kulit kopi. Jumlah kompos yang dimasukkan ke dalam gondang-
23

gandung kurang lebih 20 kg/tanaman. Kegiatan pembuatan gondang-gandung


disajikan pada Gambar 9.

(a) (b)

Gambar 9. Kegiatan pembuatan gondang-gandung: (a) pembuatan


lubang gondang-gandung, (b) lubang gondang-gandung
yang sudah jadi

Pemeliharaan tanaman pelindung. Tanaman pelindung pada tanaman


kopi dikelompokkan menjadi tanaman pelindung sementara dan tanaman
pelindung tetap. Tanaman pelindung sementara yang digunakan terdiri atas
Tephrosia sp. dan Mogania (Moghania macrophylla). Tanaman pelindung
sementara digunakan untuk menaungi tanaman kopi belum menghasilkan (TBM),
kemudian saat tanaman kopi memasuki fase tanaman menghasilkan, tanaman
pelindung sementara dibongkar. Tanaman pelindung tetap yang digunakan terdiri
atas tanaman lamtoro klon L2 (Leucaena glauca Benth) dan lamtoro PG 79. Jarak
tanam tanaman pelindung tetap adalah 5 m x 4 m dengan populasi 500 pohon,
sedangkan jarak tanam tanaman pelindung sementara adalah 4 m pada areal datar
ditanam dalam barisan utara-selatan dan pada areal berbukit ditanam memotong
kerucut/ pada bokongan teras.
Penanaman tanaman pelindung sementara di Kebun Kalisat Jampit
menggunakan benih, sedangkan pada tanaman pelindung tetap menggunakan bibit
hasil cangkokan. Kegiatan pencangkokan tanaman pelindung tetap dilakukan pada
awal musim hujan. Hal tersebut untuk mempermudah perawatan cangkokan,
sehingga tidak perlu melakukan penyiraman secara rutin dan saat cangkokan
sudah berumur 2-3 bulan siap tanam dapat dipindahkan ke lapangan/kebun pada
saat masih cukup air. Syarat cabang tanaman lamtoro yang dapat dicangkok yaitu
memiliki fungsi pelindung yang baik, tumbuh vertikal, tidak terlalu muda dan
tidak terlalu tua, diameter 4-5 cm. Tanaman lamtoro klon L2 (Leucaena glauca
Benth) memiliki sifat pelindung yang unggul dan baik dibandingkan dengan
tanaman lamtoro lainnya.
Bahan yang dibutuhkan saat pencangkokan terdiri atas media tanah,
plastik tembus cahaya (plastik bening) dengan ukuran panjang 30-35 cm dan lebar
25-30 cm, dan tali rafia untuk mengikat cangkokan. Alat yang dibutuhkan terdiri
atas gunting pangkas untuk mengurangi cabang lateral pada batang cangkokan,
pisau okulasi untuk mengupas kambium batang, dan gergaji pangkas untuk
memotong hasil cangkokan ketika sudah 2-3 bulan. Cara pencangkokan tanaman
lamtoro adalah mengupas kambium sepanjang 5–10 cm, plastik yang sudah
disiapkan diikat melingkar 2 cm di bawah batas keratan menghadap ke atas, tanah
24

dimasukkan ke dalam plastik dan dipadatkan hingga volumenya tidak menyusut


dan kemudian plastik bagian atas diikat erat-erat.
Cangkokan lamtoro ketika sudah berumur 2–3 bulan dapat dipotong dan
dipindahkan ke lahan yang akan ditanami tanaman pelindung. Kriteria cangkokan
yang sudah siap dipotong dan dipindah ke lapangan adalah memiliki akar
cangkokan yang sudah cukup banyak dan daun lamtoro pada batang cangkokan
terlihat menguning dan menggugurkan daunnya, serta muncul tunas baru pada
batang cangkokan. Cangkokan dipotong 2–3 cm di bawah ikatan cangkokan.
Panjang cangkokan yang ditanam 1.5–2 m. Lubang tanam untuk tanaman
cangkokan adalah 40-50 cm. Tanah pada tanaman cangkokan yang sudah ditanam
dipadatkan dan dibumbun hingga tanaman benar-benar kuat dan tidak goyang
batangnya ketika dipegang.
Pemeliharaan tanaman pelindung terdiri atas tokokan, rempesan, dan
sulaman. Tokokan adalah kegiatan memenggal batang tanaman pelindung tetap
dengan tinggi tokokan 1–2 m di atas tajuk tanaman kopi dan dilaksanakan pada
awal musim hujan. Kegiatan tokokan pelindung disisakan ± 50% dari populasi
dan untuk keperluan bahan L2 cangkokan disisakan 3–4 tunas. Rempesan
dilaksanakan dua kali dalam satu tahun. Kegiatan rempesan adalah memotong
cabang-cabang di atas tanah sampai setinggi ± 1.5 m di atas tajuk kopi, serta
pemotongan batang yang dirempes harus rapat dari batang dan tidak boleh ada
sisa trubusan/cabang yang dirempes. Sulaman adalah kegiatan menanam kembali
pelindung yang belum lengkap atau mati untuk mempertahankan standar populasi.
Kegiatan pemeliharaan tanaman pelindung disajikan pada Gambar 10.

(a) (b) (c)

Gambar 10. Kegiatan pemeliharaan tanaman sulaman: (a)


penyulaman tanaman pelindung dengan cangkokakan,
(b) pemeliharaan tanaman sulaman, (c) rempes tanaman
lamtoro

Pemanenan Buah Kopi


Taksasi buah kopi. Taksasi buah kopi merupakan kegiatan menghitung
jumlah buah tanaman kopi per tanaman sampel. Hand counter adalah alat untuk
menghitung buah kopi. Taksasi dilakukan pada setiap 1 ha tanaman dengan 6
sampel tanaman. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampel diambil dari
kelipatan 15-20 tanaman. Jika sampel tanaman tepat di tanaman yang
25

mati/sulaman, sampel digeser ke tanaman samping yang mewakili tanaman di


sekitarnya. Syarat tanaman yang menjadi sampel yaitu sampel tanaman mewakili
keadaan tanaman di sekitarnya, sampel tanaman bukan merupakan tanaman
pinggir, dan jumlah buah pada sampel tanaman sama dengan atau lebih dari 300
buah. Setiap sampel tanaman dihitung jumlah buahnya, kecuali buah kecil di
tengah dompolan, buah kering, kuning dan merah. Sampel yang telah dihitung,
kemudian diberi tanda ajir dengan bendera yang diikat di atasnya dan setiap
sampel tanaman diberi label dengan data tahun tanam, blok, nomor urut contoh,
dan jumlah perhitungan buah. Persentase pohon berbuah dihitung dari penentuan
sampel 1 ha tiap blok yang dapat mewakili. Rumus persentase pohon berbuah :

%PB = PB/POP X 100%


Keterangan :
PB = Jumlah pohon berbuah (minimal 300 buah/pohon) dalam 1 ha
POP = Jumlah pohon total dalam 1 ha

Kegiatan taksasi buah kopi dilakukan tiga kali, taksasi buah kopi pertama
dilakukan oleh afdeling, taksasi kedua dilakukan oleh kebun, dan taksasi buah
kopi ketiga dilakukan oleh kantor direksi. Taksasi buah kopi pertama merupakan
perhitungan sampel yang dilakukan oleh afdeling seperti kegiatan taksasi buah
kopi yang telah dijelaskan di atas. Taksasi buah kopi oleh afdeling dilakukan
tenaga kerja harian lepas kebun (KHL) dengan jumlah sampel 2% dari jumlah
tanaman produktif. Taksasi buah kopi yang kedua diadakan oleh kebun dengan
dilakukan oleh karyawan harian tetap (KHT), karyawan bulanan tetap (KBT), dan
para staf kebun dengan jumlah sampel 10% dari sampel kebun. Taksasi buah kopi
ketiga dilakukan oleh staf kantor direksi dengan jumlah sampel 10% dari sampel
kebun. Contoh perhitungan taksasi yang dilakukan oleh Afdeling Kampung Baru
disajikan pada Tabel 4. Kegiatan taksasi buah kopi disajikan pada Gambar 11.

(a) (b) (c)

Gambar 11. Kegiatan taksasi buah kopi: (a) pemasangan ajir tanda, (b)
hand counter, (c) penghitungan jumlah buah

Kegiatan taksasi buah kopi kopi di Afdeling Kampung Baru dilakukan 6


jam dalam sehari. Prestasi karyawan harian lepas (KHL) adalah 4 ha yang
dikerjakan oleh 2 orang tenaga kerja, jadi setiap orang menghitung 12 tanaman
kopi dalam sehari. Prestasi kerja mahasiswa sama dengan prestasi KHL. Prestasi
KHL disesuaikan dengan kondisi kebun, jika kondisi kebun dengan medan yang
baik maka prestasi KHL dapat ditingkatkan.
26

Tabel 4. Contoh hasil taksasi produksi di Kebun Kalisat Jampit pada tahun
2018
Afdeling : Kampung Baru
Blok : Bawang
Tahun Tanam : 1985
Luas : 22.79
Varietas : USDA
Jarak tanam : 1.25 m x 1.3 m x 3 m
No Uraian Satuan Jumlah
1 Luas ha 23
2 Jumlah pohon produktif berbuah pohon 44,510
3 Jumlah pohon sampling pohon 136
4 Jumlah buah kopi buah 172,290
5 Rata-rata buah kopi per pohon buah 1,267
6 Jumlah buah kopi buah 56,394,170
7 Jumlah buah berbiji tunggal (14.77%) biji 8,329,419
8 Jumlah buah berbiji hampa sebelah (6.69%) biji 3,772,770
9 Jumlah buah berbiji hampa (0.79%) biji 445,514
10 Jumlah buah berbiji ganda (77.75%) biji 87,692,934
11 Jumlah biji keseluruhan biji 100,240,637
Pengolahan kopi secara basah/WP sebanyak
12 kg 13,807
95% biji (1kg= 6,897 biji)
Pengolahan kopi secara kering/DP sebanyak
13 kg 551
5% biji (1kg=9,094 biji)
14 Jumlah taksasi kg 14,358
15 Rata-rata per ha kg 630
Sumber: Kantor Afdeling Kampung Baru

Persiapan sarana panen. Kegiatan persiapan sarana panen terdiri atas


kegiatan persiapan lapangan, persiapan alat dan bahan, dan persiapan tenaga kerja.
Kegiatan persiapan lapangan sebelum panen terdiri atas pemeliharaan jalan-jalan
kontrol, timbangan, dan tempat-tempat pemungutan hasil (TPH). Pemeliharaan
jalan-jalan kontrol terdiri atas meratakan tanah jalanan, mencabut gulma atau
tanaman yang tumbuh di jalan, dan membuat alur air agar jalan tidak tergenang.
Timbangan dibuat di dekat tempat pemungutan hasil (TPH). Satu TPH terdapat
enam timbangan. Masing-masing timbangan diletakkan secara berlawanan arah
agar mempermudahkan pembagian penimbangan. Tempat pemungutan hasil
masing-masing blok diperbaiki bagian-bagian yang rusak.
Alat panen yang dipersiapkan karyawan terdiri atas kocok, tas/tekote,
tangga, sapu lidi, garuk, dan sabit (Tabel 5). Persiapan menjelang panen yang
dipersiapkan kebun/afdeling yaitu hamparan/alas, karung goni, timbangan yang
sudah ditera, bendera (bendera mandor, bendera takeran/TPH, bendera lokasi
petik, bendera sortasi), kentongan, buku administrasi panen kebun dan afdeling,
serta papan pengumuman.
27

Tabel 5. Jenis dan kegunaan alat panen di Kebun Kalisat Jampit


Sampel Jenis Kondisi
Kegunaan Alat
Pemetik Alat alat
1 Kocok Wadah untuk meletakkan buah kopi merah yang baik
dipetik
2 Sabit Alat untuk membersihkan gulma yang mengganggu baik
kegiatan pemanenan
3 Tekote Tas/kantong untuk meletakkan buah kopi baik
hitam/kering
4 Sapu Membersihkan bekas tempat yang digunakan pada baik
lidi kegiatan sortasi dari kotoran-kotoran sisa panen
5 Garuk Alat untuk menjangkau cabang yang terdapat buah baik
kopi masak yang sulit dijangkau/tinggi
6 Tangga Alat yang digunakan pemetik untuk memetik buah baik
kopi pada pohon kopi yang tinggi

Hamparan/alas plastik merupakan terpal berwarna biru dan diberi garis


dengan cat putih. Lebar hamparan plastik ± 2 m yang diberi garis dengan jarak
130 cm, kemudian diberi angka dari 1 hingga 30. Garis pada angka 15 dipotong
agar hamparan plastik 1-15 dan 16-30 diletakkan sejajar dan mandor menjadi
mudah mengawasi kegiatan sortasi di kebun. Garis pada angka 30 dipotong
kemudian terpal diberi garis dan nomor seperti sebelumnya. Kegiatan persiapan
sarana panen disajikan pada Gambar 12.

(a) (b)

Gambar 12. Kegiatan persiapan sarana panen: (a) pembuatan


hamparan plastik atau alas panen, (b) papan
pengumuman panen

Karung plastik yang disiapkan berfungsi untuk wadah hasil petik buah kopi
pada saat panen. Karung plastik berukuran 74 cm x 110 cm yang dapat
menampung 50 kg buah kopi. Masing-masing karung plastik diberi nama afdeling.
Contoh untuk Afdeling Kampung Baru ditulis “KB” pada karung goni tersebut.
Bendera yang disiapkan terdiri atas bendera mandor, bendera TPH, bedera
lokasi petik, dan bendera sortasi. Ukuran bendera mandor dibuat dengan ukuran
40 cm x 30 cm dengan tanda berbeda, bendera takeran/TPH dibuat dengan ukuran
60 cm x 90 cm berwarna kuning, bendera lokasi petik dibuat dengan ukuran 60
28

cm x 90 cm berwarna merah, dan bendera sortasi dibuat sama dengan bendera


mandor.
Papan pengumuman berisi data jumlah tenaga, lokasi petik, luas areal,
rencana prestasi, dan harga petik. Papan pengumuman digunakan pada saat
pemanenan yang berfungsi sebagai informasi dari kegiatan pemanenan.
Persiapan tenaga petik adalah inventarisasi tenaga kerja yang ada, baik yang
di dalam maupun di sekitar kebun. Kebutuhan tenaga kerja diperhitungkan
berdasarkan kebutuhan tenaga sewaktu panen raya. Kekurangan tenaga kerja
dapat diatasi dengan memperpanjang jam kerja tenaga pemetik, melakukan petik
dihari libur, dan menambah tenaga kerja dari tempat lain. Jumlah tenaga kerja
pemetik dapat ditentukan dengan cara menghitung:

( )

Panen raya di Afdeling Kampung Baru pada bulan Juli. Rencana jumlah
buah yang dipanen pada panen raya 300,000 kg buah kopi dengan rata-rata
kemampuan pemetik panen 40 kg/hari dan jumlah hari kerja 26 hari akan
membutuhkan tenaga pemetik 288 orang/hari. Rata-rata hasil buah kopi yang di
panen pada panen puncak adalah 11,538 kg/hari (Tabel 6).

Tabel 6. Rencana panen kopi dan kebutuhan tenaga kerja pemetik tahun
2018 di Afdeling Kampung Baru
Jumlah Rata-rata Total Jumlah Kebutuhan Rata-rata
buah kemampuan tenaga/ hari tenaga hasil
Bulan
kopi pemetik bulan kerja pemetik panen
(kg) (kg/hari) (orang) (hari) (orang/hari) (kg/hari)
April 10,000 10 1,000 13 77 769
Mei 70,000 20 3,500 24 146 2,917
Juni 200,000 30 6,667 23 290 8,696
Juli 300,000 40 7,500 26 288 11,538
Agustus 200,000 30 6,667 24 278 8,333
September 60,000 15 4,000 24 167 2,500
Rata-rata 140,000 24 4,889 22 208 5,792
Sumber: Kantor Afdeling Kampung Baru, Kebun Kalisat Jampit

Panen kopi. Panen kopi di Kebun Kalisat Jampit dilaksanakan pada bulan
April hingga Oktober. Pemetikan buah kopi dilakukan oleh tenaga kerja borongan
ketika rata-rata prestasi tenaga pemetik minimal 20 kg/tenaga kerja atau jumlah
panen yang didapatkan jika dikalikan dengan harga petik buah kopi/kg melebihi
dari upah harian. Panen raya yaitu puncak panen ketika buah kopi sebagian besar
berwarna merah, biasanya bulan Juli. Tenaga petik borongan didatangkan dari
luar kebun untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja pemanen. Areal panen dibagi
menjadi 12 blok panen dalam satu rotasi/putaran panen (Tabel 7).
29

Tabel 7. Rotasi petik di Afdeling Kampung Baru tahun 2018


Blok petik Kebun Luas (ha)
I Sabrang & Panas 27.48
II Kina 26.50
III Selok & Kina 27.06
IV Pinang dan Mangga I 17.50
V Mangga II & D 17.67
VI B, Kates, dan Manting 20.13
VII Manting dan Bawang 18.98
VIII Bawang 16.79
IX Karet dan Sumber Nyonya 17.29
X Kendeng 24.00
XI J 16.64
XII H dan Timur II 17.00
Jumlah 247.04
Sumber: Kantor Afdeling Kampung Baru

Pemetikan hanya dilakukan pada buah yang telah masak, apabila terdapat
buah kopi yang berwarna hitam (kismis) juga harus dipetik dan dipisahkan
wadahnya. Pemetikan buah kopi pada dompolan harus dilakukan satu persatu agar
buah kopi yang masih hijau tidak ikut terpetik.
Lelesan dan petik racutan merupakan kegiatan pemanenan ketika akhir
musim panen pada bulan Oktober. Lelesan adalah pemetikan pada sisa buah kopi
hijau yang masih terdapat pada pohon yang bertujuan untuk mencegah dan
menghilangkan sumber infeksi bubuk buah. Petik racutan adalah kegiatan
memetik seluruh dompolah buah merah, buah kuning, buah hijau, dan buah hitam
yang terdapat di pohon. Prestasi tenaga pemetik pada awal panen dalam satu hari
rata-rata dapat mencapai 30 kg/7 jam kerja dan prestasi tenaga pemetik pada
panen raya dapat mencapai 50 kg/7 jam kerja. Prestasi standar kebun sebesar 50
kg/7 jam kerja. Setiap menjelang panen, kebun merencanakan jumlah panen
harian dari setiap afdeling untuk menentukan kebutuhan tenaga pemetik. Hal
tersebut bertujuan agar tidak kekurangan atau kelebihan kapasitas sarana panen.
Kegiatan pemanenan didahulukan pada blok-blok yang mayoritas buah kopi sudah
merah, sedangkan pada saat panen raya diutamakan pada blok-blok rawan
pencurian dan tingkat kerontokan buah yang tinggi. Kegiatan panen disajikan
pada Gambar 13.

Gambar 13. Kegiatan panen


30

Hasil pengamatan (Tabel 8) menunjukkan bahwa kemampuan 10 sampel


tenaga pemetik dalam satu hari kerja dengan waktu 7 jam, menghasilkan rata-rata
30 kg/hari. Rata-rata jumlah tanaman yang dipetik sebanyak 94 tanaman/hari.
Kemampuan pemetik sudah sesuai dengan standar kebun pada saat panen awal.

Tabel 8. Kemampuan pemetik melakukan pemetikan selektif buah kopi di


Afdeling Kampung Baru, Kebun Kalisat Jampit
Tenaga pemetik Jumlah tanaman yang Waktu kerja Kemampuan pemetik
sampel dipanen (pohon) (jam/hari) (kg buah/hari)
1 85 7 21
2 100 7 27
3 104 7 32
4 86 7 32
5 95 7 26
6 84 7 26
7 96 7 42
8 95 7 28
9 100 7 36
10 97 7 25
Rata-rata 94 7 30

Check list hasil petik. Check list adalah menghitung buah kopi yang
tertinggal di piringan dan di tajuk saat areal panen telah selesai dipetik. Check list
bertujuan untuk mengawasi dan mengevaluasi hasil kerja tenaga pemetik dari
setiap mandor. Standar mutu petik pada kegiatan check list dinyatakan baik jika
jumlah buah yang tertinggal di piringan dan di tajuk bersih. Mutu petik
dinyatakan sedang jika buah yang tertinggal di piringan atau di tajuk berjumlah 1-
5 buah. Mutu petik dinyatakan kurang jika buah yang tertinggal di piringan dan di
tajuk berjumlah > 5 buah. Rata-rata buah tertinggal di Blok Menara, Afdeling
Sempol tanggal 17 Mei 2018 (Tabel 9) menunjukkan bahwa buah tertinggal di
piringan 24 buah dan buah tertinggal di tajuk 9 buah, sehingga mutu petik
dinyatakan kurang. Buah yang tertinggal di piringan sebagian besar adalah buah
hijau dengan rata-rata 11 buah.

Tabel 9. Check list hasil petik di Blok Menara, Afdeling Sempol tanggal 17
Mei 2018
Sampel Buah tertinggal di piringan (buah) Buah tertinggal
pohon Hijau Kuning Merah Jumlah di tajuk (buah)
1 10 17 14 41 14
2 2 2 2 6 3
3 2 3 2 7 9
4 27 7 8 42 25
5 10 7 24 41 11
6 1 1 3 5 1
7 7 3 1 11 4
8 35 10 9 54 5
9 9 3 14 26 11
10 4 2 3 9 5
Rata-rata 11 6 8 24 9
31

Hasil analisis uji t-student pada Tabel 10 menunjukkan bahwa rata-rata


kehilangan hasil panen di piringan lebih tinggi daripada di tajuk pada selang
kepercayaan 5% dengan nilai p-value 0.033. Rata-rata kehilangan hasil di piringan
24 buah dengan standar deviasi 18.8 buah dan rata-rata kehilangan di tajuk 9 buah
dengan standar deviasi 7.04 buah.

Tabel 10. Tingkat kehilangan hasil panen kopi di piringan dan di tajuk
Kehilangan Buah Rata-rata (buah) Standar deviasi P-value
Di piringan 24.2 18.80
0.033
Di tajuk 8.8 7.04

Pengamatan tingkat kehilangan buah di bawah tajuk dilakukan dengan 3


kali ulangan (Tabel 11). Setiap ulangan dilakukan di blok yang berbeda. Setiap
ulangan diambil 10 sampel pohon secara acak. Pengamatan dilakukan dengan cara
menghitung jumlah buah di piringan pada sampel tanaman yang sudah dipanen.
Data hasil perhitungan buah yang tertinggal di piringan kemudian dibandingkan
dengan standar perusahaan menggunakan uji t-student pada taraf 5%. Berdasarkan
pengamatan di Blok Menara dan Blok Nangka, jumlah kehilangan buah tertinggal
di bawah berbeda nyata dengan standar perusahaan, sedangkan di Blok KAG
tidak berbeda nyata dengan standar perusahaan. Rata-rata buah tertinggal yang
tinggi di Blok Menara dan Blok Nangka disebabkan oleh kondisi areal panen yang
lebih berlereng dan kondisi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan di Blok KAG.

Tabel 11. Jumlah buah tertinggal di piringan dibandingkan dengan


standar buah tertinggal di piringan
Standar buah Rata-rata buah
Jumlah tanaman yang
Blok tertinggal di tertinggal di piringan
diamati (pohon)
piringan (buah) (buah)
Menara 10 5 27*
Nangka 10 5 24*
KAG 10 5 7tn
Keterangan: * = berbeda nyata pada taraf 5%, tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Sortasi hasil panen dan penimbangan. Sortasi hasil panen dilakukan


setelah kegiatan pemetikan kopi telah selesai. Kegiatan sortasi dilakukan di atas
hamparan plastik yang telah diberi garis batas putih dengan jarak 1 m per tenaga
pemetik. Sortasi merupakan kegiatan memisahkan buah merah, buah kuning, buah
hijau, dan buah hitam. Kegiatan sortasi akan membagi kopi menjadi jenis kopi
superior dan kopi inferior. Kopi superior terdiri atas kopi yang telah memenuhi
kriteria panen, yaitu merah dan masak sempurna, sedangkan kopi inferior terdiri
atas kopi kuning, kopi hijau, dan kopi kismis. Buah kopi yang sudah disortasi
kemudian diuji petik saat di kebun. Uji petik hasil panen buah kopi di kebun
bertujuan untuk mengetahui persentase buah kopi yang terserang bubuk buah,
buah kopi yang hampa, buah kopi yang tunggal, dan buah kopi yang berbiji ganda.
Sampel buah kopi diambil secara acak sebanyak 1 kg. Persentase dihitung
berdasarkan jumlah buah yang diidentifikasi terhadap jumlah keseluruhan buah
dalam 1 kg buah kopi. Uji petik hasil panen buah kopi disajikan pada Tabel 12.
32

Tabel 12. Uji petik hasil panen buah kopi di Afdeling Sempol, Kebun
Kalisat Jampit
Uji petik di kebun (1 kg buah kopi)
Bubuk Hampa Tunggal Biji ganda Jumlah
Tanggal buah
buah % Buah % Buah % Buah % kopi
(buah)
16/05/2018 4 0.55 3 0.41 16 2.20 703 96.84 726
17/05/2018 6 0.88 1 0.15 12 1.76 661 97.21 680
18/05/2018 3 0.44 0 0 18 2.67 651 96.89 672
19/05/2018 2 0.29 0 0 14 2.03 672 97.68 688
20/05/2018 1 0.14 0 0 17 2.42 684 97.44 702
Rata-rata 3 0.46 1 0.11 15 2.22 674 97.21 693
Sumber: Kantor Afdeling Sempol

Pengamatan pengaruh usia pemetik terhadap kriteria petik buah kopi


dilakukan dengan cara menggolongkan usia pemetik 20-40 tahun dan usia
pemetik 41-60 tahun. Pengamatan dilakukan dengan 3 kali ulangan dengan dua
sampel. Setiap sampel terdiri atas 5 contoh. Setiap contoh diambil 1 kg buah kopi
hasil panen pemetik, kemudian dihitung persentase buah merah, buah kuning, dan
buah hijau. Berdasarkan hasil pengamatan, kualitas panen pemetik berusia 20-40
tahun tidak berbeda nyata dengan pemetik berusia 41-60 tahun pada selang
kepercayaan 5% (Tabel 13).

Tabel 13. Pengaruh usia tenaga pemetik terhadap kualitas hasil dipanen

Kriteria Pemetik usia 20-40 tahun Pemetik usia 41-60 tahun


P value
petik % buah Standar deviasi % buah Standar deviasi
Merah 66 15.70 67 17.90 0.870tn
Kuning 32 15.40 31 8.07 0.926tn
Hijau 2 1.19 2 1.18 0.447tn
Keterangan: tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Kegiatan penimbangan dilakukan setelah kegiatan sortasi panen.


Penimbangan merupakan kegiatan mengukur hasil panen yang telah dilakukan
oleh pemetik. Alat yang digunakan adalah timbangan gantung. Alat telah di
kalibrasi agar hasil timbangan akurat. Urutan penimbangan dilakukan secara urut
dan bergantian berdasarkan nomor pemetik. Hasil penimbangan kopi superior dan
inferior masing-masing pemetik dicatat oleh setiap mandor untuk direkap oleh
juru tulis kantor afdeling (Tabel 14). Buah kopi yang telah ditimbang dimasukkan
ke dalam karung pengangkutan. Karung pengangkutan dibedakan menjadi karung
untuk buah merah, buah kuning, dan buah hijau dan hitam. Kegiatan sortasi dan
penimbangan di kebun disajikan pada Gambar 14.
33

Tabel 14. Hasil penimbangan buah kopi di Afdeling Kampung Baru bulan
Mei masa I, tahun 2018
Hasil penimbangan buah kopi (kg)
Jumlah buah
Tanggal Superior Inferior
dipanen (kg)
Merah Hijau Hitam
16/05/2018 372 0 46 418
17/05/2018 548 0 40 588
18/05/2018 1,047 0 70 1,117
19/05/2018 979 0 52 1,031
20/05/2018 1,650 0 453 2,103
21/05/2018 1,875 30 870 2,775
22/05/2018 1,645 30 845 2,520
23/05/2018 4,118 47 799 4,964
24/05/2018 2,963 25 485 3,473
25/05/2018 5,095 38 245 5,378
26/05/2018 6,136 50 281 6,467
27/05/2018 7,693 130 1,220 9,043
Jumlah 34,121 350 5,406 39,877
Sumber: Kantor Afdeling Kampung Baru

Gambar 14. Kegiatan sortasi dan penimbangan buah kopi

Pengamatan pada pengaruh usia pemetik terhadap prestasi petik dalam


satu hari dilakukan dengan mencatat hasil panen pemetik pada 3 kali ulangan.
Setiap ulangan diambil dari hari panen yang berbeda. Berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan bahwa prestasi pemetik berusia 20-40 tahun berbeda nyata
dengan pemetik berusia 41-60 tahun pada selang kepercayaan 5% dengan nilai p-
value 0.042 (Tabel 15).

Tabel 15. Pengaruh usia tenaga pemetik terhadap prestasi petik


Rata-rata prestasi
Usia Pemetik Standar deviasi P-value
petik buah (kg)
20-40 24.8 6.45
0.042
41-60 28.3 6.44
34

Transportasi hasil panen. Hasil panen yang telah disortasi dan ditimbang
dimasukkan ke dalam karung angkut yang dibedakan menjadi karung buah merah,
buah kuning (bancuk), serta buah hijau dan hitam. Setiap karung diberi nama blok
sesuai blok panen. Masing-masing karung diangkut menggunakan truk menuju
pabrik. Kapasitas setiap truk adalah 7 ton. Buah kopi harus segera dikirim ke
pabrik untuk sesegera mungkin diolah di pabrik. Kegiatan transportasi hasil
disajikan pada Gambar 15.

Gambar 15. Pengangkutan hasil panen di Afdeling Sempol, Kebun


Kalisat Jampit

Pengolahan Hasil Panen


Penerimaan buah kopi dari kebun. Hasil panen buah kopi yang
diangkut menggunakan truk dari masing-masing afdeling yang tiba di pabrik
selanjutnya ditimbang menggunakan jembatan timbang. Data hasil penimbangan
dicatat oleh petugas penimbangan, terdiri atas berat, nama afdeling, varietas, dan
waktu penerimaan. Buah kopi yang telah ditimbang di jembatan timbang
kemudian ditampung sementara di bak penampungan. Benda-benda asing yang
terikut buah kopi pada bak penampungan diambil agar tidak menghambat
kelancaran proses penggilingan kopi. Kegiatan penerimaan buah kopi di bak
penerimaan disajikan pada Gambar 16.

(a) (b)

Gambar 16. Penerimaan buah kopi dari kebun: (a) mengeluarkan


buah kopi dari bak truk, (b) buah kopi yang
ditampung di bak penerimaan

Uji petik buah kopi. Uji petik merupakan analisis mutu buah kopi dari
hasil panen setiap afdeling oleh bagian manajemen mutu (quality control) di
35

pabrik. Uji petik buah kopi meliputi analisis mutu petik, analisis rambangan,
analisis keping biji, dan analisis bubuk buah. Analisis mutu petik terdiri atas buah
merah, buah kuning, buah hijau, dan buah hitam/kering (Tabel 16). Analisis
rambangan terdiri atas buah kopi tenggelam dan rambangan. Analisis keping biji
terdiri atas biji ganda (normal), biji tunggal (rond boon), biji hampa (voos boon),
dan biji hampa sebelah. Analisis bubuk buah terdiri atas persentase serangan
bubuk (Tabel 17).
Jumlah sampel buah kopi yang akan diuji petik adalah 1 kg setiap afdeling.
Uji petik pertama adalah analisis mutu petik, sampel buah kopi dipisahkan
menjadi buah merah, buah kuning, buah hijau, dan buah hitam. Uji petik kedua
adalah analisis rambangan, sampel buah kopi dimasukkan ke dalam ember berisi
air, kemudian dipisahkan buah kopi rambangan dengan buah kopi tenggelam. Uji
petik ketiga adalah analisis keping biji, sampel buah kopi yang mengapung
(rambangan) kemudian dianalisis jumlah biji dalam buah dengan menekan buah,
buah digolongkan menjadi biji ganda (normal), biji tunggal, biji hampa, dan biji
hampa sebelah. Uji petik keempat adalah analisis bubuk buah, buah kopi yang
terserang bubuk buah akan berlubang. Masing-masing uji petik dilakukan
perhitungan terhadap jumlah buah yang telah digolongkan, kemudian buah
ditimbang dan dihitung presentase bobotnya terhadap bobot keseluruhan. Standar
mutu yang diterapkan pada pengolahan kopi di Kebun Kalisat Jampit adalah
bahan baku buah kopi dari afdeling harus memenuhi standar yaitu superior/buah
merah memiliki persentase 95% (merah normal 93%, kuning 5%, lewat masak,
hijau, dan hitam terikut 2%) dan inferior (hitam dan hijau) 5%.

Tabel 16. Analisis mutu petik buah kopi tanggal 22 Mei 2018
Merah Kuning Hijau Kismis Kering Bobot
buah
Afdeling
buah % % % % % merah
(%)
Kampung
691 603 87 62 9 0 0 0 0 26 4 90.6
Baru

Sempol 636 574 90 51 8 0 0 4 1 7 1 90.4

Kampung
720 665 92 27 4 0 0 4 1 24 3 94.4
Malang

Krepekan 675 636 94 35 5 0 0 2 0 2 0 93.8

Jampit 691 610 88 55 8 0 0 7 1 18 3 89.9

Rata-rata 682 617 91 46 7 0 0 3 1 15 2 91.8

Keterangan: = jumlah buah kopi (buah), % = persentase jumlah buah yang digolongkan
terhadap jumlah buah dalam 1 kg
Sumber: Kantor Afdeling Pabrik
36

Tabel 17. Analisis rambangan, analisis keping biji, dan analisis bubuk
buah tanggal 22 Mei 2018
Biji Bubuk Biji
Rambangan HS
Afdeling hampa Buah tunggal
buah
% % % % %
Kampung
691 207 30 177 26 30 4 16 2 121 18
Baru

Sempol 636 87 14 72 11 15 2 13 2 72 11

Kampung
720 76 11 68 9 8 1 7 1 63 9
Malang

Krepekan 675 40 6 32 5 8 1 8 1 56 8

Jampit 691 92 13 68 10 24 3 11 2 83 12

Rata-rata 682 100 15 83 12 17 3 11 2 79 12

Keterangan: = jumlah buah kopi (buah), % = persentase jumlah buah yang digolongkan
terhadap jumlah buah dalam 1 kg
Sumber: Kator Afdeling Pabrik

Hasil uji petik digunakan untuk bahan evaluasi dan data pengolahan
produk yang diolah setiap hari. Uji petik dilakukan agar kualitas petik setiap
afdeling baik dan sebagai penentu kegiatan sortasi di kebun sudah benar atau tidak.
Jika diketahui bahwa buah kopi yang dikirim ke pabrik kotor (persentase kopi
hijau tinggi, banyak ranting dan daun yang terikut), asisten tanaman akan
diberitahu oleh pabrik untuk memperbaiki kegiatan sortasi di kebun. Kegiatan uji
petik disajikan pada Gambar 17.

Gambar 17. Kegiatan uji petik

Uji rendemen. Rendemen adalah persentase biji kopi (green bean) terhadap
buah kopi. Uji petik rendemen yang dilakukan di pabrik pengolahan kopi Arabika
di Kebun Kalisat Jampit berpedoman pada SE Direksi No 23/SE/098/2002 tanggal
6 April 2002. Rendemen kopi pada awal panen dan akhir panen lebih rendah
daripada masa pertengahan panen kopi/panen raya. Rendemen akhir panen lebih
besar dibandingkan dengan rendemen awal panen. Menurut SOP perusahaan,
rendemen kopi pada berkisar 15-17%. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
37

rendemen kopi adalah varietas kopi, jenis klon kopi, umur pohon kopi, dan bahan
baku pengolahan. Hasil perhitungan rendemen kopi pada masing-masing afdeling
disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18. Rendemen kopi di masing-masing afdeling Kebun Kalisat Jampit


Jumlah
Jumlah HS normal Jumlah
HS Rambangan
buah (gram) biji KA R
Afdeling pulper (gram)
kopi kopi (%) (%)
(gram) HS HS HS HS
(gram) (gram)
cuci kering cuci kering
KB 2,000 940 660 252 45 17 269 10.5 13.5
SP 2,000 1,120 410 153 90 30 260 10.5 13.0
KM 2,000 980 670 278 130 26 276 10.5 13.8
KP 2,000 990 720 285 50 5 290 10.5 14.0
JP 2,000 990 750 274 50 6 280 10.5 14.0
Rata-rata 2,000 1,004 642 248.4 73 16.8 275 10.5 13.7
Keterangan: KB = Kampung Baru, SP = Sempol, KM = Kampung Malang, KP = Krepekan, JP =
Jampit, KA = kadar air, R = rendemen

Pengolahan kopi Arabika. Pengolahan kopi Arabika dibedakan menjadi


dua macam proses, yaitu proses pengolahan kopi secara basah (wet process/WP)
dan proses pengolahan kopi secara kering (dry process/DP). Kopi superior diolah
dengan proses pengolahan kopi secara basah, sedangkan kopi inferior diolah
dengan proses pengolahan kopi secara kering. Proses pengolahan kopi secara
basah merupakan pengolahan kopi melalui tahap penggilingan, fermentasi,
pencucian, dan penuntasan sebelum dilakukan pengeringan, sedangkan proses
pengolahan kopi secara kering merupakan pengolahan tanpa tahapan tersebut.

(1) Pengolahan kopi secara basah (wet process/WP)


Proses pengolahan kopi secara basah dilakukan pada buah kopi superior
(buah merah dan buah kuning). Proses pengolahan kopi secara basah akan
menghasilkan mutu dan cita rasa kopi yang lebih unggul dibandingkan dengan
proses pengolahan kopi secara kering. Tahap-tahap proses pengolahan kopi secara
basah terdiri atas penggilingan, fermentasi, pencucian, penuntasan, pengeringan,
penggerbusan, dan pengayakan biji kopi.

(a) Penggilingan buah kopi (pulping)


Hasil panen kopi harus segera digiling pada hari itu juga. Buah kopi dari
bak penerimaan dialirkan ke dalam bak konis (conish tank) yang telah berisi air.
Bak konis berfungsi untuk memisahkan kopi yang baik, kopi rambangan, dan
benda asing (pasir, batu). Buah kopi superior akan mengalir ke mesin akan
dipompa melalui saluran (sipon) menuju mesin vis pulper. Kopi rambangan yang
berisi bubuk buah, biji berisi satu keping dan kosong dipisahkan menuju mesin
anglia pulpa . Pasir dan benda asing yang terikut yang masa jenisnya lebih lebih
besar dari masa jenis kopi akan mengendap di dasar bak konis. Setiap hari
kotoran/benda asing pada bak konis harus dibersihkan. Hasil penggilingan buah
kopi dialirkan ke bak fermentasi.
38

Alat penggiling buah kopi terdiri atas mesin vis pulper dan anglia pulpa.
Buah kopi superior akan digiling menggunakan mesin vis pulper. Kapasitas mesin
vis pulper 3 ton/unit/jam buah kopi basah dengan jumlah 3 unit. Buah kopi
inferior akan digiling menggunakan mesin anglia pulpa. Kapasitas mesin anglia
pulpa 2 ton/unit/jam buah basah dengan jumlah 1 unit. Prinsip kerja alat vis
pulper adalah memisahkan bagian eksokarp dan mesokarp buah. Bagian eksokarp
dan mesokarp (kulit buah) akan masuk ke dalam saluran pembuangan, sedangkan
biji kopi akan dikeluarkan mesin dan ditampung di bak fermentasi. Penggilingan
biji kopi disajikan pada Gambar 18.

(a) (b) (c)

Gambar 18. Penggilingan buah kopi : (a) bak konis, (b) vis pulper
tampak dari atas, (c) vis pulper tampak dari depan
(b) Fermentasi
Kopi HS berlendir dialirkan dari mesin vis pulper dan anglia pulpa
menuju bak fermentasi (Gambar 19). Kopi HS yang ditampung di bak fermentasi
diratakan menggunakan kayu pengaduk (sorkot). Air yang mengalir ke bak
fermentasi akan dibuang melalui saluran pembuangan air di bagian bawah. Lama
proses fermentasi adalah 36 jam. Proses fermentasi bertujuan untuk meningkatkan
cita rasa kopi Arabika yang diolah, menguraikan lapisan lendir, pembentukan
calon warna, dan aroma pada biji kopi. Lama fermentasi 36 jam yang dilakukan di
pabrik pengolahan disebabkan oleh cita rasa yang paling baik pada lama proses
fermentasi tersebut. Suhu pada proses fermentasi berkisar 18 oC hingga 23 oC.
Selama proses fermentasi dilakukan pemantauan suhu dengan thermometer stick.

Gambar 19. Bak fermentasi

Terdapat empat bak fermentasi untuk fermentasi kopi superior, sedangkan


dua bak untuk fermentasi kopi inferior. Terdapat angka pada masing-masing bak
fermentasi. Bak fermentasi nomor 1–4 merupakan bak fermentasi kopi superior,
39

sedangkan bak fermentasi nomor 5 dan 6 merupakan bak fermentasi kopi inferior.
Kopi yang diolah secara bersamaan dalam satu hari ditampung pada angka yang
genap atau ganjil untuk mempermudah pengolahan. Jika hari itu seluruh biji kopi
ditampung pada bak fermentasi berangka ganjil maka keesokan hari seluruh biji
kopi ditampung pada angka genap. Hal tersebut agar mempermudah pekerja
dalam mengetahui waktu selesai fermentasi, karena terdapat pertukaran sift pada
para karyawan.

(c) Pencucian biji kopi


Kopi HS yang selesai melalui tahap fermentasi kemudian dialiri air bersih
dan diaduk agar mudah mengalir ke mesin cuci. Alat yang digunakan dalam tahap
pencucian kopi adalah aqua pulpa. Kopi HS dialirkan keluar dari bak fermentasi
melalui saluran lubang di bawahnya menuju mesin aqua pulpa. Cara kerja mesin
aqua pulpa yaitu berputar pada sumbu horizontal dan mengaduk kopi dengan air.
HS kopi kopi superior akan tenggelam dan dialirkan menuju saluran serpentin,
sedangkan kopi HS dan kulit kopi yang terikut akan mengapung dan dialirkan
menuju saluran serpentin yang berbeda. Kapasitas aqua pulpa adalah 3
ton/unit/jam. Kopi HS yang keluar dari aqua pulpa akan ditampung dalam saluran
serpentin untuk dipisahkan kembali dengan kulit dan biji rambangan yang masih
terikut. Kopi HS rambangan akan mengalir terlebih dahulu, kemudian kopi HS
yang tenggelam (superior) akan mengalir setelah kopi HS benar-benar bersih.
Proses pencucian kopi HS disajikan pada Gambar 20.

(a) (b)

Gambar 20. Pencucian kopi HS : (a) aqua pulpa, (b) saluran serpentin

(d) Penutasan biji kopi


Setiap kopi yang sudah melalui proses pencucian kemudian dialirkan pada
tempat penuntasan. Tempat penuntasan kopi merupakan lantai yang terbuat dari
plat baja yang berlubang sehingga air langsung terbuang ke saluran air di bawah
lantai. Kapasitas lantai penuntasan adalah 291.6 ton HS kopi/hari. Tempat
penuntasan pada pabrik pengolahan berjumlah 5 yang tersebar pada lantai jemur
yang luas.
Kopi HS dipompa menuju tempat penuntasan terdekat dengan lantai jemur
yang akan digunakan. Lama penuntasa kopi ± 2 jam. Kopi HS yang telah
ditutaskan kemudian ditakar dan diangkut menggunakan kereta dorong
berkapasitas 100 kg HS menuju lantai jemur. Kopi HS dihampar di lantai jemur
dengan ketebalan 10 cm. Kopi HS basah ditimbang per blek ± 14 kg sebagai dasar
40

perhitungan awal. Tujuan penuntasan adalah mengurangi kadar air pada kopi HS
basah, sehingga proses pengeringan pada lantai jemur dapat berlangsung secara
cepat. Proses penuntasan kopi disajikan pada Gambar 21.

(a) (b)

Gambar 21. Penuntasan biji kopi: (a) kopi HS basah dipompa


menuju bak penuntasan, (b) kopi HS diratakan dan
diberi label

Uji petik kivu pump dilakukan pada saat HS cuci sudah selesai dikirim ke
bak penuntasan. Uji petik kivu pump bertujuan untuk mengetahui persentase buah
kopi, lecet, pecah, dan kulit kopi yang terbawa. Sampel diambil sebanyak 300
gram HS cuci secara acak kemudian dipisahkan antara HS normal, buah kopi,
lecet, biji pecah, dan kulit kopi yang terbawa. Standar operasional prosedur (SOP)
mengijinkan persentase HS yang terbawa minimal 90%, Buah kopi maksimal 1%,
lecet maksimal 4%, biji pecah maksimal 4%, dan kulit yang terbawa maksimal
1%. Hasil uji petik kivu pump pada tanggal 22 Mei 2018 menunjukkan bahwa
proses pencucian dan pemompaan biji menuju bak penuntasan telah sesuai dengan
SOP (Tabel 19).

Tabel 19. Uji petik kivu pump tanggal 22 Mei 2018


HS
Buah Lecet Pecah Kulit
Uji Petik normal
kopi (%) (%) (%) (%)
(%)
Lantai penuntasan 1 93.4 1.3 3 2 0.3

(e) Pengeringan biji kopi


Pengeringan kopi HS basah menjadi kopi HS kering dilakukan dengan dua
cara, yaitu pengeringan secara manual dan pengeringan secara mekanik.
Pengeringan secara manual dengan penjemuran (sun drying). Pengeringan
mekanik dengan mason untuk kopi HS superior ½ kering dan vis dryer untuk kopi
inferior. Cara pengeringan yang utama dilakukan di pabrik pengolahan kopi
Kalisat Jampit adalah pengeringan dengan penjemuran. Hal tersebut untuk
menjaga cita rasa kopi Arabika yang dihasilkan. Pengeringan mekanik dilakukan
apabila lantai jemur telah dimanfaatkan secara maksimal.
Tahap pengeringan kopi secara manual terdiri atas kopi HS basah yang
telah dituntaskan di lantai penuntasan kemudian dibawa ke lantai jemur dengan
41

kereta dorong. Berat awal kopi HS basah ketika baru dijemur di lantai penjemuran
adalah ± 14 kg per blek (kadar air ± 50%). Pengeringan kopi HS ½ kering dapat
dikombinasikan dengan pengeringan mekanik (mason) saat beratnya ± 9 kg per
blek (kadar air ± 30%). Ketebalan kopi HS basah di lantai jemur berkisar 7-10 cm.
Hal tersebut dilakukan untuk menjaga mutu dan cita rasa kopi. Penjemuran kopi
dimulai jam 07.00 sampai jam kerja tenaga kerja bagian penjemuran selesai. Kopi
HS ditutup menggunakan terpal plastik ketika tenaga kerja bagian penjemuran
pulang. Kopi HS yang beratnya telah mencapai ± 9 kg per blek dikumpulkan dan
ditimbang untuk diangkut ke pengering mekanis.
Kopi HS superior ½ kering dikeringkan ulang dengan menggunakan
mason. Mesin mason pada pabrik pengolahan kopi Arabika di Kebun Kalisat
Jampit berjumlah 4 unit dengan kapasitas 5.5 ton/unit. Kopi HS superior ½ kering
(kadar air ± 30%) dikeringkan di mason pada suhu 60 oC hingga kering. Lama
pengeringan hingga kadar air berkisar 10.5% - 11% sekitar 20-24 jam.
Kopi HS kering (kadar air berkisar 10.5% - 11%) kemudian dikumpulkan
dan dikering anginkan selama ± 1 jam dan dilanjutkan dengan pengarungan
menggunakan karung HC green bekas atau karung plastik dengan berat kopi HS
kering 50 kg/karung. Karung yang sudah terisi kopi HS kering kemudian diikat
dan diangkut ke gudang penyimpanan kopi HS kering untuk tempering selama 24
jam. Hal tersebut bertujuan agar kopi HS kering tidak mudah pecah saat tahap
penggerbusan. Proses pengeringan disajikan pada Gambar 22.

(a) (b)

Gambar 22. Pengeringan biji kopi : (a) penjemuran, (b) mekanis


(mesin mason)

(f) Penggerbusan biji kopi


Tahap penggerbusan berfungsi untuk memisahkan kulit tanduk HS dari
biji kopi. Penggerbusan dilakukan dengan mesin penggerbus (huller). HS kopi
superior digerbus di ruang silo. Penggerbusan dilakukan dengan mesin
penggerbus (huller). Penggerbusan dilakukan ± 7 hari sebelum dimulai sortasi, hal
tersebut agar kadar air pada biji kopi tetap memenuhi syarat maksimum 12%
untuk (pengolahan kopi secara basah/WP) dan 13% (pengolahan kopi secara
kering/DP). Kadar air kopi HS kering yang meningkat melebihi syarat akibar dari
penyimpanan yang terlalu lama dapat dilakukan pengeringan ulang hingga kadar
air berkisar 10.5% - 11%. Cara kerja huller yaitu gesekan dan tekanan antara
stator dan rotor membuat kopi HS yang masuk akan terpisah dari kulit tanduk dan
kulit ari. Kapasitas huller adalah 1 ton biji kopi/jam.
42

HS kopi superior kering sebelum digerbus disimpan di silo. Kapasitas silo


38 ton/unit dengan terdapat 4 unit. HS kopi yang akan digerbus diangkut menuju
hopper dengan kapasitas 9 ton, kemudian digerbus menggunakan huller dengan
kapasitas 0.3 ton/jam/unit. HS kopi yang telah digerbus kemudian dilakukan
pengayakan. Proses penggerbusan kopi disajikan pada Gambar 23.

(a) (b)

Gambar 23. Penggerbusan biji kopi : (a) silo, (b) hopper

(g) Pengayakan biji kopi


Pengayakan biji kopi bertujuan untuk memisahkan biji kopi yang telah
digerbus berdasarkan ukuran masing-masing. Pengayakan biji kopi dilakukan
dengan mesin greader. Ayakan pada mesin greader terdiri atas 4 tingkatan ayakan.
Ukuran biji kopi yang dipisahkan pada ayakan pertama > 6.5 mm (X), ayakan
kedua 6-6.5 mm (M), ayakan ketiga 5-6 mm (S), dan ayakan keempat < 5 mm
(SS), biasanya biji kopi pecah dan menir. Proses pengayakan biji kopi disajikan
pada Gambar 24.

Gambar 24. Pengayakan biji kopi

(2) Pengolahan kopi secara kering (dry process)


Buah kopi inferior diolah secara kering. Proses pengolahan secara kering
terdiri atas pengeringan buah kopi dan penggerbusan. Proses pengolahan kopi
secara kering lebih singkat dibandingkan dengan proses pengolahan kopi secara
basah. Proses pengeringan kopi secara kering tanpa melalui tahap penggilingan
(pulping), fermentasi, pencucian, dan penuntasan. Mutu kopi yang diolah secara
kering lebih rendah dibandingkan dengan kopi yang diolah secara basah.
43

(a) Pengeringan buah kopi


Tahap pengeringan kopi pada proses pengolahan kopi secara kering terdiri
atas pengeringan kopi secara manual dan pengeringan kopi secara mekanis.
Pengeringan kopi secara manual dilakukan dengan penjemuran. Buah kopi
dijemur di lantai penjemuran. Buah kopi ½ kering yang telah dijemur kemudian
dikeringkan ulang secara mekanis. Pengeringan mekanis kopi inferior dilakukan
di vis dryer.
Buah kopi inferior yang telah dikeringkan di lantai jemur dikirim ke vis
dryer menggunakan kereta dorong. Buah kopi dihampar dilantai penggorengan vis
dryer sampai rata dengan ketebalan ± 10 cm. Api disiapkan menjelang kopi
selesai dinaikkan. Suhu vis dryer dijaga antara 40 cC sampai 45 oC. Suhu udara
pada vis dryer dan berat kopi HS per blek diamati setiap jam oleh mandor yang
bertugas. Kopi HS dibalik setiap jam Berat kopi HS pada saat baru masuk vis
dryer adalah ± 9 kg/blek (kadar air ± 30%), kemudian pengeringan telah selesai
saat kopi HS beratnya telah mencapai ± 7.6 kg/blek (kadar air berkisar 10.5% -
11%). Lama pengeringan di vis dryer sekitar ± 40 jam.
Buah kopi inferior yang telah memiliki kadar air berkisar 10.5% - 11%
dimasukkan ke dalam karung dan diikat/dijahit, kemudian diangkut ke gudang
penyimpanan. Kopi inferior tersebut disimpan dalam bentuk buah kopi kering.
Penyimpanan dilakukan hingga terdapat permintaan/pemesanan. Proses
pengeringan buah kopi superior disajikan pada Gambar 25.

(a) (b) (c)

Gambar 25. Pengeringan buah kopi : (a) penjemuran buah kopi,


(b) buah kopi yang dijemur, (c) buah kopi yang
dikeringkan dengan vis dryer

(b) Penggerbusan
Penggerbusan buah kopi kering dilakukan dengan huller. Penggerbusan
kopi superior dilakukan di ruang silo, sendangkan penggerbusan kopi inferior
dilakukan pada ruang huller. Jumlah mesin huller untuk kopi inferior sebanyak 2
unit dengan kapasitas huller 0.3 ton/jam biji kopi. Proses penggerbusan buah kopi
inferior kering disajikan pada Gambar 26.
44

(a) (b)

Gambar 26. Penggerbusan: (a) mesin huller, (b) mesin pengayak


(greader)

Penyiapan Hasil Biji Kopi untuk Dipasarkan


Buah kopi yang telah diolah, kemudian melalui proses penyiapan hasil jadi
kopi. Proses penyiapan hasil jadi kopi siap pasar terdiri atas sortasi biji kopi, uji
mutu (cup test), pengemasan (packaging), penyimpanan dan pengiriman kopi.
Tujuan penyiapan hasil kopi jadi yaitu mempersiapkan kopi berdasarkan
klasifikasi mutu untuk siap dipasarkan.
Sortasi biji kopi. Biji kopi yang telah selesai diayak pada greader
kemudian dikirim ke ruang sortasi. Proses sortasi merupakan kegiatan
memisahkan biji kopi yang cacat berdasarkan standard mutu yang berpedoman
pada SNI-01-2907-1999. Proses sortasi selain bertujuan untuk memasukan kopi
pada masing-masing mutu, juga berfungsi mengeluarkan kotoran yang terikut,
seperti sekam, kulit buah kopi, dan benda-benda asing lainnya. Sortasi dilakukan
secara manual. Penimbangan dilakukan saat sebelum proses sortasi. Penimbangan
disaksikan oleh penyortir. Berat biji kopi 60 kg setiap karung. Pelaksanaan sortasi
dilakukan dengan sistem kelompok dengan meja sortasi. Setiap kelompok terdiri
atas empat orang. Tiga orang secara berurutan bertugas memisahkan biji cacat dan
benda-benda asing, kemudian satu orang (orang ke empat) bertugas sebagai
pengontor ulang.
Jenis mutu pada pabrik pengolahan kebun Kalisat Jampit dikelompokkan
menurut jenis kopi, menurut cara pengolahan, dan menurut nilai cacat. Jenis mutu
menurut jenis kopi digolongkan menjadi kopi Robusta dan kopi Arabika. Jenis
mutu menurut cara pengolahan digolongkan menjadi pengolahan kopi secara
basah (WP) dan pengolahan kopi secara kering (DP). Jenis mutu menurut nilai
cacat digolongkan menjadi mutu 1, mutu 2, dan mutu lokal. Mutu 1 terdiri atas
biji normal yang tercampur biji cacat dengan nilai cacat maksimum 11. Mutu
lokal terdiri atas mutu lokal khusus (lokal K), mutu lokal biasa (lokal B), dan
mutu lokal pecah (lokal PE). Mutu lokal K terdiri atas campuran antara biji
bertutul-tutul berat, biji keriput, biji coklat, biji muda, dan biji berlubang. Mutu
lokal B terdiri atas biji hitam pecah, biji hitam sebagian, dan biji hitam. Mutu
lokal PE terdiri atas biji yang pecah akibat penggilingan/penggerbusan. Kopi jenis
pea berry dipisahkan untuk dipasarkan tersendiri.
Hasil sortasi yang telah selesai, diperiksa oleh mandor, kemudian
dimasukkan kembali ke dalam karung. Satu mandor sortasi mengawasi ± 20 orang
tenaga sortasi. Hasil sortasi kopi dari masing-masing mutu yang telah sesuai
45

dengan syarat mutu ditimbang oleh petugas penimbang, sedangkan hasil sortasi
yang belum sesuai dengan syarat mutu dipilih ulang. Jumlah hasil penimbangan
harus sama dengan berat penimbangan semula (60 kg). Hasil penimbangan dicatat
pada buku penerimaan sortasi per mutu. Kopi yang telah melalui tahapan tersebut
kemudian disimpan dalam gudang penimbun biji kopi. Proses kegiatan sortasi biji
kopi disajikan pada Gambar 27.

Gambar 27. Kegiatan sortasi biji biji kopi

Uji mutu (cup test). Uji mutu (cup test) merupakan kegiatan pengujian
mutu kopi berdasarkan cita rasa. Pengujian mutu terdiri atas tiga parameter, yaitu
nilai cacat (maksimal skor 11), kadar air (maksimal 12% untuk WP dan 13%
untuk DP), dan scoring test. Nilai cacat maksimal merupakan pengujian mutu
secara fisik di tahap sortasi. Pengukuran kadar air kopi menggunakan alat
moisture tester. Cup test dilakukan sebelum kopi dikirim ke gudang induk di
Surabaya. Cup test dilakukan di laboratorim pengujian. Cup test menggunakan
model pengujian organoleptik untuk kopi. Penilaian cup test terdiri atas aroma
kopi, flavor, after taste, SDB kopi yang masing-masing diberi skor/ penilaian
dengan angka berkisar 1–10. Kopi yang diuji mutu cup test merupakan kopi
bermutu A/WP/1. Kopi specialty harus memiliki jumlah skor/penilaian minimal
80, jika kurang dari itu maka bukan merupakan kopi specialty. Sampel kopi yang
akan diuji mutu diberi keterangan jenis varietas, metode pengolahan (WP, DP,
dan pengolahan luwak), dan metode pengeringan (full sun drying atau kombinasi).
Kegiatan cup test disajikan pada Gambar 28.

(a) (b) (c)

Gambar 28. Pengujian mutu (cup test) : (a) mesin penyanggrai (roaster),
(b) mesin penggiling biji kopi, (c) sampel kopi
46

Kegiatan cup test diawali dengan mengambil 100 g pada satu karung yang
diambil secara acak mewakili 50 karung di gudang penyimpanan. Sampel diberi
label nomor sampel karung yang diuji. Sampel kopi selanjutnya di sanggrai
dengan mesin penyanggrai (roaster) sampai biji kopi berwarna coklat tua
(medium roast). Biji kopi yang telah di sanggrai (roasted beans) diambil sebanyak
16 gram pada masing-masing sampel, kemudian dihaluskan menjadi bubuk kopi
menggunakan penggilingan kopi. Masing-masing sampel bubuk kopi dimasukkan
ke dalam mangkok (volume mangkok 150 ml) kemudian diseduh dengan air
mendidih dan tunggu selama 5 menit. Kopi selanjutnya diaduk dan buih yang
terdapat permukaan harus dibuang dengan menggunakan sendok. Tahap
selanjutnya adalah melakukan cup test dengan cara mengambil satu sendok kopi
yang diseduh kemudian disedot dengan cepat agar menyebar ke seluruh sisi lidah
lalu dikeluarkan kembali atau dibuang ke tempat khusus yang terbuat dari bahan
seng.
Penyimpanan biji kopi. Penyimpanan biji kopi dilakukan jika biji kopi
belum dikirim. Peyimpanan dilakukan di atas landasan papan kayu kering dengan
tebal ± 5 cm, jarak dengan lantai ± 15 cm, dan diletakkan 50 cm dari tembok.
Tumpukan biji kopi ditutup dengan terpal agar kadar air biji kopi tidak meningkat.
Biji kopi yang disimpan agak lama perlu dilakukan pembalikan posisi/letaknya,
yaitu tumpukan dibawah diletakkan di atas dan sebaliknya setiap satu bulan sekali.
Penyimpanan biji kopi disajikan pada Gambar 29.

Gambar 29. Penyimpanan biji kopi

Pencampuran biji kopi. Pencampuran dilakukan sebelum pengemasan.


Pencampuran dilakukan secara manual pada antara kopi mutu sejenis agar
menjadi homogen, diulang hingga 3 kali. Pencampuran dilakukan jika masing-
masing mutu dalam penimbunan telah cukup satu kaveling. Pencampuran
dilakukan di atas terpal plastik tebal atau lantai permanen. Hasil pencampuran
kemudian diambil sampel yang mewakili seluruh kopi di kaveling. Sampel diukur
kadar airnya dengan menggunakan moisture tester. Hasil penilaian mutu
kemudian ditulis dalam Laporan Pengujian Mutu (LPM) dan dilaporkan ke kantor
direksi. Kopi yang telah selesai dicampur kemudian dikemas. Proses kegiatan
mencampur biji disajikan pada Gambar 30.
47

(a) (b)

Gambar 30. Pencampuran biji kopi : (a) penimbunan biji kopi


hingga cukup satu kaveling, (b) pencampuran biji
kopi

Pengemasan (packaging). Pengemasan bertujuan untuk menjaga mutu


fisik kopi, cita rasa, menghindari kontaminasi serangga dan jamur perusak biji
kopi, menghindari kontaminasi bau, mempermudah penanganan dalam
pengangkutan dan pengiriman kopi. Kopi mutu ekspor dikemas menggunakan
karung baru HC/BT Green berukuran 72 cm x 90 cm yang bersih, kering, dan
tidak berbau asing. Kopi mutu lokal dikemas menggunakan karung plastik baru
berukuran 74 cm x 110 cm. Karung yang akan digunakan dibalik agar jahitan
samping berada di bagian dalam. Kopi dikemas dengan berat 60 kg/ karung,
sedangkan berat per kaveling 3 ton. Karung yang telah terisi kopi (60 kg) ditutup
dengan cara dijahit kemudian disegel dan diberi tanda kode kebun. Pengemasan
biji kopi disajikan pada Gambar 31.

Gambar 31. Biji kopi mutu A/DP-1 dengan berat 60 kg yang telah
dikemas

Pengiriman biji kopi. Pengiriman biji kopi menggunakan kendaraan truk.


Bak truk harus bersih dari bau asing, benda-benda asing, dan kontaminan lainnya.
Karung yang telah disusun di dalam bak truk, kemudian kawat harmonika yang
dihampar di atas terpal. Pemberian kawat bertujuan untuk menjaga keamanan atau
mencegah pencurian selama perjalanan pengiriman kopi. Kawat harmonika
tersebut pada ujung-ujungnya ditali dengan sling baja dan digembok.
48

Aspek Manajerial

Tenaga kerja di Kebun Kalisat Jampit terdiri atas tenaga kerja staf dan non
staf. Tenaga staf terdiri atas manajer, wakil manajer (wamen), asisten administrasi
dan keuangan (asaku), asisten teknik dan pengolahan (astekpol), dan asisten
tanaman (astan). Karyawan non staf terdiri atas karyawan harian tetap (KHT),
karyawan bulanan tetap (KBT) terdiri atas mandor yang memiliki golongan, dan
karyawan harian lepas (KHL) terdiri atas mandor non golongan, karyawan lepas,
operator, dan supir. Kegiatan manajerial yang dilakukan penulis di Kebun Kalisat
Jampit meliputi pendamping mandor, pendamping mandor besar, dan pendamping
asisten tanaman.

Pendamping Mandor
Mandor bertugas melaporkan jumlah KHL dan jenis pekerjaan yang
dipimpinnya kepada mandor besar dan juru tulis, setiap hari mandor
melaksanakan absensi pada KHL, mandor menerima pengarahan dari mandor
besar dan asisten tanaman tentang lokasi dan jenis kegiatan yang akan
dilaksanakan esok hari, dan memberikan pengarahan serta motivasi pada KHL.
Pada saat menjadi pendamping mandor, penulis berperan sebagai mandor
pemangkasan pemeliharaan, mandor pengendalian gulma secara manual, mandor
peyulaman tanaman pelindung, mandor pemeliharaan tanaman pelindung, mandor
pemeliharaan tanaman jabon, mandor pengendalian penyakit karat daun kopi
(KDK), mandor pengendalian penyakit Corticium salmonicolor, mandor
pembibitan, dan mandor pengendalian gulma secara kimia.

Pendamping Mandor Besar


Setiap afdeling memiliki satu mandor besar. Mandor besar berfungsi
dalam membantu tugas asisten tanaman. Mandor besar mengumpulkan hasil dan
mengevaluasi hasil pekerjaan yang sudah dilaksanakan pada hari tersebut. Saat
menjadi pendamping mandor besar pada saat apel pagi penulis melakukan
pencatatan jumlah tenaga kerja pada masing-masing mandor, penulis bertugas
membantu asisten tanaman dalam mengawasi dan memberi pengarahan pada
pelaksanaan pekerjaan kepada mandor. Selama menjadi mandor besar penulis
mengunjungi setiap post pekerjaan di kebun.

Pendamping Asisten Tanaman


Asisten tanaman bertugas dalam mengkoordinasi, mengawasi, dan
mengevaluasi semua jenis pekerjaan yang akan dikerjakan di kebun, memimpin
apel, memberikan pengarahan, menjelaskan rencana kerja harian, membuat
rencana kerja harian, memberikan motivasi kepada para karyawan, melaksanakan
dan mengawasi pembayaran gaji setiap bulannya. Selama menjadi pendamping
asisten tanaman, penulis membantu mengawasi kinerja mandor besar dan mandor,
dan membantu administrasi.
49

Pembahasan

Luas Areal Panen


Luas panen ditentukan oleh kondisi areal panen dan kondisi tanaman.
Kondisi areal panen mempengaruhi pembagian luas panen, di lahan datar
pemanenan lebih mudah dan dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat
dibandingkan dengan lahan berlereng. Kegiatan pemanenan di daerah berlereng
membutuhkan waktu yang lebih lama karena kondisi lahan yang sulit dilalui oleh
pemetik sehingga pemetik lebih berhati-hati agar tidak jatuh. Kondisi tanaman
yang mempengaruhi pembagian luas panen yaitu kerapatan buah yang masak
(merah), tinggi tanaman, dan kerapatan tanaman yang berbuah/produktif.
Kerapatan buah masak yang tinggi pada setiap pohon di areal panen akan
menyebabkan waktu pemanenan lebih lama dibandingkan dengan kerapatan buah
masak yang masih sedikit. Pemanenan di blok dengan kerapatan buah masaknya
yang rendah, luas panennya akan lebih besar dibandingkan dengan blok yang
kerapatan buah masaknya tinggi. Tanaman yang tinggi mempersulit tenaga
pemanen melakukan pemanenan, pemetik menggunakan tangga untuk memetik
buah pada pohon yang tinggi. Waktu yang dibutuhkan untuk pemanenan di blok
dengan kondisi tanaman yang tinggi akan lebih lama dibandingkan dengan blok
dengan kondisi tanaman yang rendah. Pemanenan di blok dengan jumlah pohon
produktif yang lebih banyak akan membutuhkan waktu pemanenan menjadi lebih
lama dibandingkan dengan blok yang jumlah pohon tidak produktifnya lebih
banyak. Pemanenan di blok dengan kondisi lahan berlereng, kerapatan buah yang
masak, kondisi pohon yang terlalu tinggi, dan jumlah pohon produktif yang tinggi
akan memiliki luas panen yang lebih sedikit.
Pembagian luas panen yang dilakukan di Kebun Kalisat Jampit
berdasarkan luas dari afdeling dibagi dengan jumlah hari panen dalam satu rotasi
(putaran). Jumlah hari pada satu rotasi 8-12 hari, karena maksimal 12 hari,
sehingga luas afdeling kebun dibagi menjadi 12 blok panen. Contoh pada
Afdeling Kampung Baru, luas afdeling 402.22 ha dengan jumlah putaran panen 12,
sehingga luas panen rata-rata adalah 34 ha/hari, kemudian disesuaikan dengan
keadaan tanaman dan keadaan areal kebun. Sebagai contoh adanya perbedaan luas
panen pada rotasi-1 (Blok Sabrang dan Panas) dengan rotasi ke-11 (Blok J)
disebabkan oleh kondisi areal di Blok Sabrang dan Panas yang datar dan mudah
dilalui dibandingkan dengan kondisi Blok J yang sebagian besar berlereng (Tabel
7).

Tenaga Pemetik
Hasilt-student menunjukkan bahwa prestasi tenaga kerja pemetik berumur
41-60 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan tenaga kerja pemetik berumur 20-
40 tahun. Tenaga kerja pemetik berumur 41-60 tahun memetik buah rata-rata
lebih tinggi, yaitu 28.30 kg dibandingkan dengan tenaga kerja pemetik berumur
20-40 tahun yang memetik buah rata-rata 24.80 kg (Tabel 15). Menurut
Herminingsih dan Hani (2008) pengaruh umur terhadap prestasi petik tidak
berkorelasi nyata dengan produktivitas kerja, tetapi berkorelasi nyata dengan
pengalaman pemetik. Semakin lama pengalaman pemetik, maka prestasi petik
akan semakin tinggi. Hal tersebut disebabkan semakin lama memiliki pengalaman
50

kerja, maka semakin tinggi keterampilan dan prestasi petiknya. Menurut Astuti et
al. (2015) tenaga kerja yang memiliki waktu kerja yang sudah lama sebagai
pemetik akan memiliki pengalaman yang tinggi sehingga berpengaruh positif
terhadap hasil yang diperoleh.

Alat Panen
Alat panen yang digunakan di Kebun Kalisat Jampit pada saat pemanenan
terdiri atas kocok, sabit, tekote, sapu lidi, garuk, dan tangga (Tabel 5). Kocok
merupakan keranjang yang terbuat dari bambu. Sabit merupakan celurit yang
bentuknya melengkung setengah lingkaran. Tekote merupakan tas yang terbuat
dari karung plastik. Garuk merupakakan tongkat pengait yang terbuat dari kayu.
Menurut Suwarto et al. (2014) alat yang dibutuhkan dalam pemanenan buah kopi
yaitu keranjang bambu atau tas dari daun pandan untuk wadah kopi yang dipetik,
karung goni untuk menampung hasil petikan, serta tangga untuk menjangkau
tanaman kopi yang tinggi.

Kriteria Buah Kopi yang Dipanen


Kriteria buah kopi yang dapat dipanen adalah buah berwarna merah
(masak penuh), sesuai dengan SOP perusahaan. Buah berwarna kuning (bancuk)
dan hijau tidak termasuk kriteria panen, sehingga buah tersebut belum dapat
dipanen. Penentuan kriteria buah dapat dipanen bertujuan menjaga kualitas buah
yang dipetik yang akan menjadi bahan baku di pabrik pengolahan kopi Arabika di
Kebun Kalisat Jampit. Cita rasa kopi yang tinggi diperoleh dari buah kopi yang
masak penuh. Menurut Prastowo et al. (2010) hasil biji kopi yang bermutu tinggi
diperoleh dari pemetikan buah kopi masak penuh yang ditandai dengan warna
kulit buah yang merah merata.
Hasil t-student menunjukkan usia pemetik tidak berbeda nyata terhadap
kualitas buah yang dipetik. Tenaga pemetik usia 20-40 tahun tidak berbeda nyata
dengan pemetik berumur 41-60 tahun berdasarkan persentase buah merah, buah
kuning, dan buah hijau yang dipetik, dengan nilai p-value masing-masing secara
berurutan sebesar 0.870, 0.926, dan 0.447 (Tabel 13).

Tingkat Kehilangan (losses) saat Pemanenan


Tingkat kehilangan hasil (losses) pada saat pemanenan mempengaruhi
produksi kopi. Hal tersebut akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Hasil t-
student menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kehilangan hasil panen di piringan
(buah yang jatuh) sebesar 24 buah dengan standar deviasi 18.80, sedangkan rata-
rata tingkat kehilangan hasil buah di tajuk (tidak terpetik) sebesar 9 buah dengan
standar deviasi 7.04. Hasil t hitung menunjukkan tingkat kehilangan hasil panen
di piringan berbeda nyata dengan tingkat kehilangan hasil panen di tajuk. Tingkat
kehilangan buah kopi di piringan lebih besar dibandingkan dengan tingkat
kehilangan buah kopi di tajuk (Tabel 10).
Jumlah kehilangan buah yang tertinggal di piringan maksimal yang
diizinkan perusahaan berdasarkan standar operasional prosedur (SOP) sebesar 5
buah. Pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan di blok yang berbeda. Hasil
uji-t student rata-rata tingkat kehilangan buah di Blok Menara dan Blok Nangka
berbeda nyata terhadap SOP petik perusahaan dengan rata-rata buah yang
51

tertinggal di piringan pada masing-masing ulangan adalah 27 dan 24 buah.


Sebagian besar buah yang tertinggal adalah buah hijau. Kehilangan buah di
piringan disebabkan oleh gesekan tangga pemetik dengan cabang pohon kopi
yang mengakibatkan kerontokan buah kopi, sehingga jatuh dan tertinggal di
piringan. Blok Menara dan Blok Nangka merupakan rotasi petik dengan keadaan
pohon kopi yang tinggi, berbuah lebat, dan berlereng sehingga kerontokan buah
pada saat pemetikan tinggi. Kondisi kebun yang kurang baik/banyak tumbuh
gulma menyebabkan pemetik enggan memungut buah yang terjatuh. Kebersihan
kebun perlu diperbaiki agar tingkat kehilangan buah dapat dikurangi. Rata-rata
tingkat kehilangan buah di Blok KAG tidak berbeda nyata dengan SOP petik
perusahaan dengan rata-rata buah yang tertinggal di piringan sebanyak 7 buah.
Hal tersebut dapat disebabkan oleh pohon kopi yang tidak tinggi sehingga tidak
adanya gesekan antara tangga pemetik dengan pohon kopi. Kondisi areal panen di
Blok KAG yang lebih datar dibandingkan dengan di Blok Menara dan Blok
Nangka menyebabkan pemetik lebih mudah dalam memungut buah yang terjatuh
(Tabel 11).

Jumlah Rendemen yang Diperoleh


Hasil pengamatan rendemen kopi menujukkan rendemen rata-rata di 5
afdeling adalah 13.7%. Nilai rendemen yang rendah disebabkan oleh panen awal.
Pada panen awal buah kopi yang dihasilkan tidak sebaik pada panen raya,
sehingga rendemen yang dihasilkan pada panen awal lebih rendah. Rendemen
tertinggi terdapat di Afdeling Jampit dan Afdeling Krepekan dengan rendemen
14%, sedangkan rendemen terendah di Afdeling Sempol dengan rendemen 13%
(Tabel 18). Afdeling Jampit dan Afdeling Krepekan memiliki ketinggian tempat
yang lebih tinggi. Menurut SOP perusahaan, rendemen biji kopi berkisar 15-17%.
Rendemen kopi yang rendah pada pengamatan dapat disebabkan oleh tingginya
serangan hama bubuk buah terhadap biji kopi, sehingga menurunkan rendemen
kopi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kegiatan pemanenan di Kebun Kalisat Jampit, PT Perkebunan Nusantara


XII, Bondowoso, Jawa Timur telah dikelola dengan baik, meskipun masih ada
beberapa hal yang perlu diperbaiki, yaitu kurangnya pengawasan pada tenaga
pemanen yang menyebabkan tingkat kehilangan hasil pada saat pemetikan dan
tingginya persentase buah kuning dan hijau yang terpetik. Buah yang jatuh di
piringan sangat tinggi melebihi SOP perusahaan. Buah kuning dan hijau yang
terpetik sangat tinggi sehingga menurunkan kualitas bahan baku pengolahan di
pabrik. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kehilangan hasil panen di
piringan lebih tinggi dibandingkan di tajuk. Prestasi pemetik usia 41-60 tahun
lebih baik dibandingkan pemetik usia 41-60 tahun. Pemetik dengan usia 41-60
tahun memiliki rata-rata prestasi yang lebih tinggi dibanding dengan pemetik usia
20-40 tahun.
52

Saran

Sistem perencanaan pemanenan dan pascapanen perlu diperbaiki sehingga


kegiatan pemanenan dan pascapanen dapat dilakukan secara maksimal. Perlu
pengawasan yang lebih intensif terhadap kegiatan pemanenan, sehingga tingkat
kehilangan hasil panen buah dapat dikurangi. Tingkat kehilangan hasil panen pada
proses pemetikan perlu ditekan agar tidak tinggi. Penggunaan karung alas di
gawangan tanaman kopi saat pemetikan dianjurkan agar buah yang jatuh mudah
dipungut.

DAFTAR PUSTAKA

Afriliana, A. 2018. Teknologi Pengolahan Kopi Terkini. CV Budi Utama,


Yogyakarta, ID.
Alam, S. 2006. Kelayakan pengembangan kopi sebagai komoditas unggulan di
Provinsi Sulawesi Selatan. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,
Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin Makassar. Makassar.
Arnawa, I.K., G.A.G. Ni , E. Martiningsih, I.M. Budiasa, I.G. Sukarna. 2010.
Peningkatan kualitas dan kuantitas kopi Arabika Kintamani dalam upaya
meningkatkan komoditas ekspor sektor perkebunan. Majalah Aplikasi
Ipteks Ngayah 1(1):63-70.
Astuti, W., A. Lubis, Aprollita. 2015. Motivasi dan produktivitas kerja wanita
pemetik buah kopi di Desa Serdang Jaya Kecamatan Betara Kabupaten
Tanjung Jabung Barat. Sosio Ekonomika Bisnis 18(1):99-110.
Cannel, M.G.R. 1985. Physiology Of The Coffee Crop. In Clifford, M.N., K.C.
Willson (Eds). Coffee: Botany, Biochemistry and Production of Beans and
Beverage. The AVI Publishing Company, INC, Connecticut, USA.
Charrier, A., J. Berthaud. 1985. Botanical Classification Of Coffee. In Clifford,
M.N., K.C. Willson (Eds). Coffee: Botany, Biochemistry and Production
of Beans and Beverage. The AVI Publishing Company, INC, Connecticut,
USA.
Clarke, R.J. 1985. Green Coffee Processing. In Clifford, M.N., K.C. Willson
(Eds). Coffee: Botany, Biochemistry and Production of Beans and
Beverage. The AVI Publishing Company, INC, Connecticut, USA.
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2012. Pedoman Teknis Penanganan
Pascapanen Kopi. http://ditjenbun.pertanian.go.id/ [14 Oktober 2017].
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Pedoman Pelaksanaan
Pengelolaan Data Komoditas Perkebunan (PDKP) Edisi Kedua.
http//:ditjenbun.pertanian.go.id/ [ 10 Juli 2018].
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Statistik Perkebunan
Indonesia 2014-2016: Kopi. http://ditjenbun.pertanian.go.id/ [1 Desember
2017].
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2016. Statistik Perkebunan Indonesia
2015-2017: Kopi. http://ditjenbun.pertanian.go.id/ [14 Oktober 2017].
53

Hermaningsih, H. dan E.S. Hani. 2008. Faktor-faktor yang berkorelasi terhadap


produktivitas kerja pemetik kopi di PDP Kabupaten Jember. J-SEP 2(2):
40-46.
Krug, C.A., R.A.D. Poerck. 1968. World Coffee Survey. FAO, Italy, IT.
Manurung, P., M. Ginting, L. Fauzia. 2016. Strategi peningkatan produksi kopi
Arabika (Coffea arabica) (studi kasus: Desa Lumban Silintong,
Kecamatan Pagaran, Kabupaten Tapanuli Utara). Jurnal on Social
Economic of Agriculture and Agribusiness 5(1): 1-13.
Mayrowani, H. 2013. Kebijakan penyediaan teknologi pascapanen kopi dan
masalah pengembangannya. Forum Penelitian Agro Ekonomi 31(1):31-49.
Najiyati, S., Danarti. 2004. Kopi: Budi Daya & Penanganan Pascapanen. Penebar
Swadaya, Jakarta, ID.
Panggabean, E. 2011. Buku Pintar Kopi. Agromedia Pustaka, Jakarta, ID.
Prastowo, B., E. Karmawati, Rubijo, Siswanto, C. Indrawanto, S.J. Munarso. 2010.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor, ID.
Rahardjo, P. 2012. Kopi: Panduan Budi Daya dan Pengolahan Kopi Arabika dan
Robusta. Penebar Swadaya, Jakarta, ID.
Rahardjo, P. 2013. Buku Pintar Kopi. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sakiroh, L. Sobari, M. Herman. 2011. Pertumbuhan, produksi, dan cita rasa kopi
pada berbagai tanaman penaung. Balai Penelitian Tanaman Industri
Penyegar. http://www.academia.edu/ [14 Oktober 2017].
Saragih, J.R. 2010. Kinerja produksi kopi Arabika dan prakiraan sumbangannya
dalam pendapatan wilayah Kabupaten Simalungun. Visi 18(1):98-112.
Sembiring, N.B., I.K. Satriawan, I.A.M. Tuningrat. 2015. Nilai tambah proses
pengolahan kopi Arabika secara basah (west indischee bereding) dan
kering (ost indischee bereding) di Kecamatan Kintamani, Bangli. Jurnal
Rekayasa dan Manajemen Agroindustri 3(1):61-72.
Siswoputranto, P.S. 1993. Kopi Internasional dan Indonesia. Kanisius,
Yogyakarta, ID.
Spillane, J.J. 1990. Komoditi Kopi: Peranannya dalam Perekonomian Indonesia.
Kanisius, Yogyakarta, ID.
Suwarto, Y., Octavianty, S. Haermawati. 2014. Top 15 Tanaman Perkebunan.
Penebar Swadaya, Jakarta, ID.
Waller, J.M., M. Bigger, R.J. Hillocks. 2007. Coffee Pest, Diseases & Their
Management. CAB International, Norfolk, UK.
54
55

LAMPIRAN
56
57

Lampiran 1. Jurnal kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas (KHL) di


Kebun Kalisat Jampit, PT Perkebunan Nusantara XII, Bondowoso,
JawaTimur

Uraian Prestasi kerja (satuan/HK)


Tanggal Lokasi
kegiatan Penulis Karyawan Standar
05/02/2018 Bertemu - - - Kantor Induk
dengan Kebun
manajer dan Kalisat
wakil manajer Jampit
06/02/2018 Taksasi buah - - - Blok
kopi Bawang,
Afdeling KB
07/02/2018 Taksasi buah - - - Blok
kopi Bawang,
Afdeling KB
08/02/2018 Penjarangan 642 tan 1,000 tan 1,000 Afdeling KB
pada tan
pembibitan
kopi
09/02/2018 Orientasi di - - - Afdeling
pabrik Pabrik
pengolahan
10/02/2018 Bertemu - - - Afdeling
dengan Pabrik
astekpol
12/02/2018 Pemupukan 0.01 ha 0.2 ha 0.2 ha Blok Menara,
Afdeling
Sempol
13/02/2018 Taksasi buah - - - Blok H,
kopi Afdeling KB
14/02/2018 Penanaman 15 tan 45 tan 45 tan Blok Sumber
tanaman Tempur,
sulaman Afdeling KB
15/02/2018 Praktek - - - Blok H,
pangkas Afdeling KB
setelah panen
(PLP)
17/02/2018 Wiwil kasar 0.05 ha 0.2 ha 0.2 ha Blok H,
dan Afdeling KB
rabet/berantas
mikania
18/02/2018 Persiapan 0.04 ha 0.3 ha 0.3 ha Blok Karet,
pemupukan Afdeling KB
(persipuk)
58

Lampiran 1. (Lanjutan)
Prestasi kerja (satuan/HK)
Tanggal Uraian kegiatan Lokasi
Penulis Karyawan Standar
19/02/2018 Pemupukan 0.01 ha 0.2 ha 0.2 ha Blok H dan
Blok J,
Afdeling KB
20/02/2018 Pemupukan 0.05 ha 0.2 ha 0.2 ha Blok Karet
dan Blok KD,
Afdeling KB
23/02/2018 Penanaman 16 tan 45 tan 45 tan Blok
tanaman sulaman Sabrang,
Afdeling KB
24/02/2018 Wiwil kasar 0.12 ha 0.2 ha 0.2 ha Blok
(WK) Bawang,
Afdeling KB
26/02/2018 Wiwil kasar 0.12 ha 0.2 ha 0.2 ha Blok
(WK) Bawang,
Afdeling KB
27/02/2018 Pemotongan 25 btg 50 btg 50 btg Blok Karet,
cangkok lamtoro Afdeling KB
28/02/2018 Pemotongan 25 btg 50 btg 50 btg Blok Karet,
cangkok lamtoro Afdeling KB
01/03/2018 Penanaman 12 cgk 35 cgk 35 cgk Blok Sumber
cangkok lamtoro Tempur,
Afdeling KB

Keterangan: tan = tanaman, btg = batang, cgk =cangkok, KB = Kampung Baru


59

Lampiran 2. Jurnal kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun


Kalisat Jampit, PT Perkebunan Nusantara, Bondowoso, Jawa Timur
Prestasi kerja penulis
Jumlah Luas
Tanggal Uraian Kegiatan KHL areal Lama Lokasi
yang yang kegiatan
diawasi diawasi (jam)
(orang) (ha)
05/03/2018 Taksasi produksi - - 6 Blok D,
Afdeling KM
06/03/2018 Wiwil halus 10 1 6 Blok
Manting,
Afdeling KB
07/03/2018 Wiwil kasar 4 1 6 Blok
Manting,
Afdelig KB
08/03/2018 Rabet 7 1 6 Blok
Bawang,
Afdeling KB
10/03/2018 Pemeliharaan 11 2 6 Blok
jabon Bawang,
Afdeling KB
12/03/2018 Berantas - - 6 Blok Sumber
cendawan Tempur,
Afdeling KB
13/03/2018 Pembibitan 5 1 6 Blok
Pembibitan,
Afdeling KB
15/03/2018 Pembibitan 8 1 6 Blok
Pembibitan,
Afdeling KB
19/03/2018 Pemberantantasan 14 18 6 Blok
gulma secara Bawang,
kimia (chemical Afdeling KB
weeding/CW)
20/03/2018 Pengendalian 1 0.5 6 Blok
penyakit karat Mangga,
daun (KDK) Afdeling KB
21/03/2018 pengendalian 3 5 6 Blok Sumber
penyakit Tempur,
Corticium Afdeling KB
salmonicolor
22/03/2018 Penanaman 2 1 6 Blok C,
pelindung tetap Afdeling KB
60

Lampiran 2. (Lanjutan)
Prestasi kerja penulis
Jumlah Luas
Tanggal Uraian Kegiatan KHL areal Lama Lokasi
yang yang kegiatan
diawasi diawasi (jam)
(orang) (ha)
23/03/2018 Statistik - 3 6 Blok C,
populasi Afdeling KB
tanaman kopi
24/03/2018 Statistik - 4 6 Blok C,
populasi Afdeling KB
tanaman kopi
26/03/2018 Pemeliharaan 14 3 6 Blok Karet,
tanaman kopi Afdeling KB
sulaman
27/03/2018 Menyiang 11 6 6 Blok Pinang,
pinggiran Blok Mangga,
kebun, dan Blok
Pengendalian Manting,
KDK, wiwil Afdeling KB
Kasar, dan
berantas
mikania
28/03/2018 Wiwil kasar dan 14 2 6 Blok Kendeng,
berantas Afdeling KB
mikania
29/03/2018 Pemeliharaan 3 0.5 6 Blok C,
Tanaman Afdeling KB
pelindung tetap
Pemeliharaan 13 1 6 Blok C,
sulam kopi, Afdeling KB
pembuatan
gondang-
gandung, pupuk,
petik kopi, dan
jombret
CW (chemical 15 8.5 6 Blok Sabrang,
weeding) Afdeling KB
61

Lampiran 2. (Lanjutan)
Prestasi kerja penulis
Jumlah Luas
Tanggal Uraian Kegiatan KHL areal Lama Lokasi
yang yang kegiatan
diawasi diawasi (jam)
(orang) (ha)
31/03/2018 Jombret dan - 8 6 Blok C dan
pengendalian Blok Selok,
gulma CW Afdeling
Kampung Baru
02/04/2018 Pengendalian 6 2 6 Blok Selok,
bubuk buah Afdeling KB
kopi
03/04/2018 Pengendalian 10 3 6 Blok Selok,
bubuk buah Afdeling KB
kopi
04/04/2018 Supervisi - - 6 Afdeling KB

05/04/2018 Praktik - - 6 Blok


sambung stek Pembibitan,
Afdeling KB

Keterangan: KM = Kampung Malang, KB = Kampung Baru


62

Lampiran 3. Jurnal kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Kebun


Kalisat Jampit, PT Perkebunan Nusantara XII, Bondowoso, Jawa
Timur
Prestasi kerja penulis
Jumlah Luas
mandor areal Lama
Tanggal Uraian kegiatan
yang yang kegiatan Lokasi
diawasi diawasi (jam)
(orang) (ha)
06/04/2018 Praktik - - 6 Blok
sambung stek Pembibitan,
Afdeling
KB
07/04/2018 Pengamatan - - 6 Kebun
masing-masing koleksi ,
varietas Afdeling
tanaman kopi KB
Arabika
09/04/2018 Administrasi - - 6 Kantor
kantor Afdeling Afdeling
KB KB
10/04/2018 Membuat - - 6 Kantor
hamparan Afdeling
plastik KB
11/04/2018 Administrasi - - 6 Kantor
kantor Afdeling Afdeling
KB KB
12/04/2018 Administrasi - - 6 Kantor
kantor Afdeling Afdeling
KB KB
13/04/2018 Izin menjenguk - - - -
nenek sakit
16/04/2018 Mengerjakan - - 6 Kantor
laporan buku Afdeling
program kerja KB
harian lepas
17/04/2018 Kebun 1 - 6 Afdeling
stawberry, KB
Pembibitan 1 - 6
18/04/2018 Administrasi - - 6 Kantor
kantor induk Induk
Kebun Kalisat Kebun
Jampit Kalisat
Jampit
19/04/2018 Orientasi - - 7 Afdeling
kegiatan di Pabrik
Afdeling Pabrik
63

Lampiran 3. (Lanjutan)
Prestasi Kerja Penulis
Jumlah Luas
Uraian mandor areal Lama
Tanggal
kegiatan yang yang kegiatan Lokasi
diawasi diawasi (jam)
(orang) (ha)
21/05/2018 Panen kopi 6 22.17 6 Blok
Mangga dan
Blok Pinang,
Afdeling
Kampung
Baru
22/05/2018 Pencucian 3 - 7 Afdeling
dan Pabrik
penjemuran
kopi
23/05/2018 Pencucian 3 - 7 Afdeling
dan Pabrik
penjemuran
kopi
24/05/2018 Pencucian 3 - 7 Afdeling
dan Pabrik
penjemuran
kopi
25/05/2018 Pengamatan - - 4 Afdeling
rendemen Pabrik
buah kopi
26/05/2018 Persentasi - - 2,5 Afdeling
hasil magang Pabrik
28/05/2018 Administrasi - - 6 Kantor
kantor Afdeling KB
Afdeling KB
30/05/2018 Penjemuran 3 - 6 Afdeling
kopi Pabrik
31/05/2018 Penggerbusan 1 - 3 Afdeling
kopi Pabrik
02/06/2018 Panen kopi 5 7 6 Afdeling
Pabrik
04/06/2018 Pamit pulang - - - -
Keterangan: KB = Kampung Baru
64

Lampiran 4. Peta Kebun Kalisat Jampit tahun 2018


65

Lampiran 5. Keadaan curah hujan dan hari hujan bulanan di Kebun Kalisat
Jampit, PT Perkebunan Nusantara, Bondowoso, Jawa Timur tahun
2013-2017
2013 2014 2015 2016 2017 Rata-rata
Bulan H
CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH
H
Januari 27 433 19 238 21 273 19 219 27 266 23 286
Februari 20 325 14 200 19 268 25 391 16 197 19 276
Maret 18 360 17 167 15 213 23 206 13 181 17 225
April 13 141 11 180 14 196 15 58 10 162 13 147
Mei 10 172 2 9 4 75 12 95 15 102 9 91
Juni 10 54 2 10 2 17 10 104 6 100 6 57
Juli 8 91 4 42 0 44 19 219 3 5 7 80
Agustus 0 0 0 0 0 0 1 24 0 0 0 5
September 0 0 0 0 0 0 9 69 2 5 2 15
Oktober 2 12 0 0 0 0 14 145 7 43 5 40
Nopember 14 157 12 131 3 37 14 154 25 421 14 180
Desember 20 351 25 273 14 174 20 236 23 291 20 265
Jumlah 142 2,096 106 1,249 92 1,297 181 1,920 147 1,773 134 1,667
BB 8 6 5 10 8 7
BK 4 6 7 2 4 5
Sumber: Kantor Induk Kalisat Jampit

Keterangan: CH = Curah Hujan (mm)


HH = Hari Hujan (mm)
BB = Bulan Basah (CH > 100 mm)
BK = Bulan Kering (CH < 60 mm)
Tipe Iklim D dengan nilai Q = 71,43% (Schmidth-Ferguson)

Rata-rata BK = 7
Rata-rata BB = 5
66

Lampiran 6. Luas areal konsensi tata guna lahan Kebun Kalisat Jampit, PT
Perkebunan Nusantara, Bondowoso, Jawa Timur
Uraian Luas (ha)
Areal yang diusahakan
A. Areal Tanaman Kopi
1. Tanaman Menghasilkan
Tahun tanam 1968 9.81
1973 24.07
1979 10.25
1980 8.88
1981 39.79
1982 54.83
1983 35.62
1985 304.36
1986 319.07
1988 45.00
1989 24.13
1990 42.94
1991 60.37
1992 11.22
1993 28.64
1997 7.50
1998 76.00
2000 5.00
2001 9.67
2007 60.00
2010 108.00
2011 64.00
2012 24.00
Sub Total 1,373.15
2. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 43.16
Sub Total 1,416.31
B. Areal Tanaman Lain
1. Tanaman Kayu (Sengon, Jabon, 319.04
2. Buah-buahan (Alpukat, Stroberi) 3.50
3. Makadamia 7.00
4. Sayur 1.50
C. Persemaian 6.50
D. Areal Lain-lain
1. Tanah Tandus 1,193.04
2. Emplassement dan Lapangan Olahraga 31.34
3. Jalan/Curah/Sungai/Kuburan 103.25
4. Hutan Lindung 23.93
Sub Total 1,689.1
Total Areal Kebun 3,105.41
Sumber: Kebun Kalisat Jampit tahun 2018
Lampiran 7. Bagan struktur organisasi Kebun Kalisat Jampit, PT Perkebunan Nusantara, Bondowoso, Jawa Timur
67
Lampiran 8. Tahapan proses pengolahan kopi
Sumber: Kantor Afdeling Pabrik Kebun Kalisat Jampit
68
69

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur pada tanggal 9 Mei


1996. Penulis adalah anak dari pasangan Bapak Wahyono dan Ibu Gumiasih, serta
merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Penulis memulai pendidikan pada tahun 2001 di TK Raudatul Athfal.
Tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan di SD Negeri Sarimulya II dan lulus
pada tahun 2009. Tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri
Satu Kotabaru dan lulus pada tahun 2011. Tahun 2011 penulis melanjutkan
pendidikan di SMA Negeri 1 Cikampek dan lulus pada tahun 2014. Tahun 2014
penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi negeri Institut Pertanian
Bogor melalui jalur SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri)
pada bidang studi Agronomi dan Hortikultura.
Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis aktif pada beberapa organisasi
dan kepanitiaan. Organisasi yang diikuti terdiri atas Koperasi Mahasiswa
(KOPMA) tahun 2014-2015 sebagai anggota aktif, Organisasi Mahasiswa Daerah
Karawang (OMDA Karawang) tahun 2015-2016 sebagai Bendahara, Club
AgroJurnalist Himagron tahun 2016-2017 sebagai staf divisi reporter, dan Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM Faperta) tahun 2016-2017 sebagai
staf divisi Bina Desa. Kepanitiaan yang pernah penulis ikuti adalah Canvasing
Karawang tahun 2014 sebagai anggota divisi konsumsi, Agrosportment tahun
2015 sebagai anggota divisi Konsumsi, Yout Camp of Agriculture tahun 2016
sebagai anggota divisi logistik, Rangkaian Acara Pembinaan Himagron tahun
2016 sebagai bendahara 1, Seri-A 2017 sebagai ketua divisi Dana Usaha, dan Hari
Tani tahun 2017 sebagai ketua divisi konsumsi. Kagiatan non akademik lainnya
yang diikuti penulis adalah Badminton AGH 51 untuk Agrosportment tahun 2015
dan 2016, Badminton AGH untuk Seri-A tahun 2015 dan 2016, Badminton
Faperta untuk OMI tahun 2015 dan 2016.
Kegiatan magang yang diikuti penulis terdiri atas magang di Balai
Penelitian Tanaman Industri di Sukabumi, Jawa Barat tahun 2016, Puslitbangtan
di Bogor, Jawa Barat tahun 2017, dan Kebun Kalisat Jampit, PTPN XII di
Bondowoso, Jawa Timur tahun 2018.

Anda mungkin juga menyukai