Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN


Pasti kalian pernah mendengar istilah hujan buatan bukan ? istilah hujan
buatan memang tidak asing di telinga kita. Sebenarnya istilah hujan buatan bukan
berarti pekerjaan membuat atau menciptakan hujan. Namun , hujan buatan
merupakan sebuah teknologi yang bertujuan untuk meningkatkan dan
mempercepat jatuhnya hujan. Agar bisa terbentuk hujan buatan maka diperlukan
ketersediaan awan yang mempunyai kandungan air yang cukup, memiliki
kecepatan angin yang rendah. Tujuan umum diciptakan hujan buatan sendiri
adalah untuk membantu daerah yang sangat kering akibat sudah lama tidak turun
hujan sehingga dapat mengganggu kehidupan di darat mulai dari sawah kering,
gagal panen, sumur kering, sungai / danau kering, tanah retak-retak, kesulitan
air bersih, hewan dan tumbuhan pada mati dan lain sebagainya. Dengan adanya
hujan buatan diharapkan mampu menyuplai kebutuhan air makhluk hidup di
bawahnya dan membuat masyarakat hidup bahagia dan sejahtera.
Hujan buatan terjadi karena pemikiran jika kekeringan sedang melanda
suatu Negara di belahan bumi manapun maka suatu upaya harus dilakukan untuk
menyelamatkan Negara tersebut dari kekeringan. Dan juga pembuatan hujan
buatan digunakan untuk menanggulangi kebakaran hutan yang sudah tidak dapat
lagi dipadamkan dengan cara yang manual. Untuk itu hujan buatan merupakan
cara alternatif dari masalah-masalah tersebut.
Walaupun tingkat keberhasilan hujan buatan tidak lah mencapai angka
100% , Namun, cara ini masih banyak yang menggunakannya. Hujan buatan
dinilai simple (walaupun pembutannya tidak lah mudah), simple disini maksudnya
adalah cara ini dinilai sebagai cara yang efisien untuk mengatasi masalah-masalah
yang berhubungan dengan hujan buatan. Keberhasilan pembuatan hujan tersebut
mengapa tidak mencapai 100% karena dalam pebuatan hujan buatan ada saja
faktor yang membuat hujan buatan tidak muncul juga atau bahasa lainnya adalah
gagal. Faktor tersebut biasanya dikarenakan awan Cumulus yang digunakan
dalam pembuatan hujan ini terlihat hanya sedikit, awan Cumulus terjadi karena
proses konveksi. Awan Cumulus merupakan komponen atau bahan utam dalam
pembuatan hujan buatan. Jika tidak ada awan Cumulus hujan buatan pun tidak
akan terjadi. Bentuk dari awan Cumulus ini seperti bunga kol. Faktor lainnya yang
membuat gagalnya suatu hujan buatan adalah arah angin, kelembaban dan tekanan
udara. Mengapa arah angin, kelembaban dan tekanan udara menjadi faktor
gagalnya suatu hujan butan ? itu karena jika kita tidak memperhatikan arah angin,
kelembaban dan tekanan udara maka bisa saja hujan buatan tersebut tidak jatuh
pada titik sasaran kita membuat hujan buatan. Karena bahan yang sudah disebar di
awan Cumulus tiba-tiba menghilang begitu saja karena angin membawa awan
tersebut sehingga hujan buatan tersebut malah akan turun ditempat yang bukan
sasaran kita. Sehingga biaya yang sudah di keluarkan akan terbuang sia-sia. Biaya
pembuatan hujan buatan tidaklah sedikit.
Setiap pembuatan hujan buatan biaya yang dikeluarkan oleh kedua badan
pemerintahan yang khusus untuk menangani hujan buatan (BNPB dan BPPT)
tidaklah sedikit, karena untuk membuat hujan buatan dibutuhkan bahan yang
banyak. Bahan yang digunakan terdiri dari garam dapur yang sudah dialuskan
yang ukurannya kurang dari satu micron. Dan biasanya membutuhkan 1 ton dan
diangkut dengan pesawat Cassa yang biasanya bisa menghasilkan 4 sampai 5
awan. Untuk bisa membentuk hujan deras, biasanya dibutuhkan bubuk khusus
sebanyak 3 ton yang disemai ke awan Cumulus selama 30 hari. Lama bukan ? ya
itulah hujan buatan, hujan yang dibuat oleh manusia jadi hujanbuatan itu tidak
akan turun setelah kita menyemai bahan yang dibutuhkan kea wan Cumulus
namun membutuhkan beberapa hari untuk membuat hujan buatan itu muncul.
Proses pembuatan hujan buatan sendiri terdapat dua bahan yang biasanya
digunakan, yaitu higroskopis dan glasiogenik. Bahan glasiogenik menggunakan
perak iodida (AgI) untuk membentuk awan es.Higroskopis menggabungkan butir-
butir air di awan untuk membentuk awan hujan, dengan menggunakan garam
dapur (NaCl) dan urea. Setelah lokasi dari awan Cumulus ditemukan diketahui,
pesawat terbang yang membawa bubuk khusus untuk menurunkan hujan
diterbangkan menuju awan. Bukan hanya pesawat terbang saja yang dapat
digunakan untuk menyemai awan tetapi roket juga bisa digunakan namun yang
biasa digunakan adalah pesawat. Setelah bahan semai glasiogenik (bubuk khusus)
ditebarkan di atmosfer pada ketinggian di atas freezing level, dimana lapisan ini
mengandung banyak uap air lewat dingin (super cooled moisture). Uap air ini
dapat membeku secara alami. Penambahan bahan glasiogenik akan mempercepat
pembekuan uap air. Es yang turun ke lapisan lebih rendah perlahan-lahan mencair
dan menambah jumlah air hujan yang turun ke permukaan bumi. Itulah
penjelasan mengenai hujan buatan dan proses pembuatan hujan buatan.
Setelah mengetahui penjelasan tad i, kita telah mengetahui sedikit banyak
mengenai hujan buatan. Namun, apakah kita sudah mengetahui bahan yang
digunakan dalam pembuatan hujan buatan ? dari penjelasan diatas memang telah
dibahas sedikit mengenai bahan yang digunakan dalam hujan buatan, dari
penjelasan diatas terdapat kata Bubuk Khusus , bubuk khusus inilah istilah dari
bahan yang digunakan dalam pembuatan hujan buatan. Bubuk khusus ini biasanya
berisi bahan pembuatan hujan buatan, yaitu higroskopis dan glasiogenik. Berikut
adalah penjelasan mengenai glasiogenik dan higroskopis.
Bahan glasiogenik ini berupa perak iodida (AgI), dry ice (CO2 padat),
larutan CO2, dan cairan propane. Perak iodida (AgI) Sebuah bubuk kuning pucat,
tidak larut dalam air, larut dalam kalium iodida-natrium klorida dan solusi
amonium hidroksida; meleleh pada 556C; digunakan dalam pengobatan, fotografi
rainmaking, dan hujan buatan. Glasiogenik adalah bahan yang dapat
menghasilkan es. Bahan ini diterbarkan di atmosfer pada ketinggian di atas
freezing level. Pada lapisan ini banyak terdapat uap air lewat dingin (super cooled
moisture) yang dapat membeku secara alami karena lingkungan yang amat bersih.
Dengan penambahan bahan glasiogenik uap air ini membeku dengan cepat. Es
yang turun ke lapisan lebih rendah perlahan-lahan mencair dan menambah jumlah
air hujan yang turun kepermukaan bumi. Penelitian yang dilakukan di Amerika
Serikat menunjukkan bahwa konsentrasi perak iodida (AgI) dalam air hujan atau
salju adalah sangat kecil, yaitu kurang dari 0.1 mikrogram per liter.
Glasiogenik ini digunakan untuk proses hujan pada lingkungan atmosfer
dengan suhu di bawah level beku atau disebut "awan dingin". Glasiogenik ini
dinilai aman digunakan dalam hujan buatan karena menurut penelitian yang telah
dilakukan tidak ada pengaruh nyata dampak buruknya atas lingkungan, dan juga
pengaruh tambahan hujan yang turun atas iklim atau cuaca pada daerah lain di
sekitarnya. Maka dari itu dalam proses pembuatan hujan buatan digunakan
Bubuk Khusus (dalam hal ini glasiogenik) karena dinilai aman dan tidak
mempunyai dampak buruk untuk lingkungan disekitarnya dan tidak ada pengaruh
tambahan hujan yang turun atas iklim atau cuacanya.
Penjelasan diatas merupakan penjelasan mengenai apa itu glasiogenik ?
dan mengapa menggunakan glasiogenik ? pengaplikasian glasiogenik dalam hujan
buatan; Jutaan partikel bahan glasiogenik yang diinjeksikan ke dalam awan pada
area yang tepat, yaitu area yang memiliki air lewat-jenuh (supercooled water)
dengan konsentrasi yang besar menyebabkan air lewat-jenuh membeku pada
bahan glasiogenik ini. Jadi bahan glasiogenik berfungsi sebagai inti es yang
membantu mempercepat pembekuan air lewat-jenuh sehingga membentuk sangat
banyak embrio es (static seeding). Melalui mekanisme sublimasi, embrio es
membesar dan dilanjutkan dengan proses penggabungan (coalescence) sehingga
butir es turun sebagai presipitasi berbentuk keping salju atau batu es. Bila
presipitasi melewati level beku, maka bentuk presipitasi dapat berubah dari es
menjadi air. Proses perubahan fase dari uap air menjadi embrio es dibarengi
dengan pelepasan panas laten (latent heat of fusion) di dalam awan, dan hal ini
menyebabkan awan yang disemai berkembang makin besar dan memiliki waktu
hidup yang lebih lama dibandingkan dengan awan yang tidak disemai.
Bahan kedua yang termasuk dalam Bubuk Khusus adalah higoskopis.
Higroskopis dalam arti sempit merupakan mudah menghisap atau menyerap uap
air. Namun, secara luas higroskopis adalah bahan untuk menggabungkan butir-
butir air di awan, berupa garam dapur atau Natrium Chlorida (NaCl), atau CaCl2
dan Urea. Bahan higroskopis akan membentuk tetes-tetes air yang berperan dalam
prosespembentukan butir-butir hujan di dalam awan. Awan semakin cepat
matang, volumenya akan menjadi lebih besar, dan hujan yang dihasilkan akan
semakin banyak. Untuk proses hujan yang terjadi pada sistem awan yang berada
pada lingkungan atmosfer dengan suhu di atas level beku atau disebut "awan
hangat". Pada lingkungan yang hangat ini diperlukan bahan yang bersifat
higroskopis (mengikat air). Tidak semua awan dapat dikenai perlakuan dengan
bahan semai ini. Hanya awan cumulus dengan kriteria-kriteria tertentu yang dapat
disemai. Bahan semai higroskopis sangat membantu memperbesar ukuran butir
awan akibat sifatnya sehingga dapat meningkatkan efisiensi tumbukan yang
tentunya juga meningkatkan efisiensi penggabungan. Akibat proses tersebut maka
bahan semai higroskopis dapat meningkatkan dinamika awan yang pada akhirnya
meningkatkan curah hujan. Itulah mengapa bahan higroskopik digunakan dalam
proses pembuatan hujan buatan.
Kemudian, untuk aplikasi bahan higroskopis dalam hujan buatan
dijelaskan seperti berikut : Partikel bahan semai higroskopis yang berukuran besar
(ultra giant nuclei) yang dimasukkan ke dalam awan menyerap tetes awan dan
uap air (cloud droplet), sehingga menjadi tetes-tetes air yang lebih besar di dalam
awan (water droplet). Tetes-tetes besar ini memiliki kecepatan jatuh yang lebih
besar dibandingkan tetes awan lainnya, dengan kata lain turun lebih cepat. Karena
ukurannya yang lebih besar, maka dalam lintasannya ke bawah, tetes-tetes besar
ini bertumbukan dengan tetes air lainnya yang lebih kecil, bergabung dan menjadi
jauh lebih besar. Jadi pembesaran tetes terjadi karena tetes awan besar yang
berasal dari bahan semai tadi menyapu dan mengumpulkan jutaan tetes awan
lainnya.Proses hujan pada awan hangat dimulai ketika ke dalam awan ini
ditambahkan UGN (ultra giant nuclei) yang bersifat higroskopis. UGN menyerap
tetes air dan uap air menjadi cair dan bertindak sebagai kolektor melalui proses
tumbukan dan penggabungan. Pembesaran ini ada batasnya, jika
perkembangannya melampaui ukuran kritis, maka gaya aerodinamis akan
membelah tetes ini menjadi beberapa bagian yang lebih kecil, dan setiap bagian
mengulangi proses pengumpulan melalui siklus tumbukan-penggabungan-pecah
dan seterusnya yang terjadi jutaan kali atau disebut dengan istilah Langmuir chain
reaction, sehingga tetes memiliki besar yang cukup untuk keluar melewati dasar
awan.
Bahan semai higroskopis dengan ukuran yang bervariasi (5 400 mikron)
bergerak naik dari dasar awan dengan kecepatan yang hamper sama dengan
updraft, segera jatuh ke dasar lagi ketika mencapai ukuran yang lebih besar.
Bahan semai terkecil (mula-mula 5 mikron) mencapai titik tertinggi dan berada
paling lama dalam awan, jika dibandingkan dengan bahan semai yang lebih besar.
Dalam pembahasan diatas terdapat kata Bubuk Khusus dalam
pembuatan hujan buatan. Bubuk Khusus ini adalah glasiogenik dan
higroskopik. Perbandingan antara glasiogenik dan higroskopis ; perbandingannya
adalah kalau glasiogenik menurut beberapa sumber yang telah ada bahan ini
merupakan bahan yang sering digunakan dalam pembuatan hujan buatan karena
fungsinya untuk membentuk es, hujan yang dihasilkan bahan glasiogenik tidak
terlalu lebat. Kemudian, untuk higroskopis ; bahan ini jarang digunakan mungkin
karena bahan higroskopis ini memerlukan awan Cumulus dengan kriteria khusus
yang dapat disemai dengan bahan higroskopis ini. Dan juga karena bahan
higroskopis ini awan akan cepat matang, dan volumenya akan bertambah banyak
sehingga hujan yang akan dihasilkan akan semakin lebat. Hujan buatan dengan
intensitas yang lebat ini biasanya digunakan di daerah yang sedang mengalami
kekeringan yang sangat parah, sehingga membutuhkan air yang lebih banyak.
Air dari hujan buatan yang pertama kali turun di daerah kawasan industri
dilarang di konsumsi. Karena Air hujan buatan yang turun di wilayah
perindustrian tempat beroperasinya sejumlah pabrik tidak sehat untuk dikonsumsi,
karena menggandung asam yang dapat merusak organ tubuh seperti gigi. Kadar
keasaman air hujan ini tinggi dan dapat merusak organ tubuh seperti gigi yang
cepat keropos. Kandungan asam pada hujan buatan yang turun pertama kali
berasal dari asap produksi yang dikeluarkan pabrik. Rasa air hujan tidak seperti air
pada umumnya, air cenderung terasa asam dan tidak layak konsumsi. Setelah
hujan pertama turun, air hujan buatan berikutnya sudah aman dikonsumsi. Hal ini
karena kandungan asam dari asap pabrik telah habis pada hujan yang dihasilkan
pertama kali.

MAKALAH HUJAN BUATAN
BUBUK KHUSUS PEMBUAT
HUJAN BUATAN


DISUSUN OLEH :
SEPTIWIANDARI (125090707111007)
FISIKA KELAS D

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
JURUSAN FISIKA

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul BUBUK
KHUS PEMBUAT HUJAN BUATAN . penulisan makalah adalah salah satu
dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas B.Indonesia. Dalam penulisan
makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis maupun
materi, mengingat akan kemampuan penulis yang masih terbatas. Untuk itu kritik
dan saran sangat diharapkan dari semua pihak yang membaca makalah ini demi
prnyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang
setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan dan dapat menjadikan
semua bantuan ini sebagai ibadah. Amiin Yaa Robbal Alamiin.

















BAB I
PENDAHULUAN

2.1 LATAR BELAKANG
Kekeringan sedang terjadi dimana-mana akibat dari itu semua lahan
pertanian jadi kering dan petani tidak dapat menanam padi untuk kita makan
nantinya. Kemarau panjang yang sering terjadi mengakibatkan banyaknya
kebakaran hutan yang melanda daerah Kalimantan dan sekitarnya.
Untuk itu sebuah solusi untuk mengatasi masalah kekeringan dan
kebakaran hutan ini harus dicari. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah
dengan membuat hujan buatan. Hujan buatan adalah sebuah teknologi yang
bertujuan untuk meningkatkan dan mempercepat jatuhnya hujan. Dalam
pembuatan hujan buatan dibutuhkan bahan-bahan agar dapat terjadi hujan buatan
bahan-bahan tersebut dapat disebut Bubuk Khusus. Bubuk khusus ini terdapat
dua macam, yaitu : glasiogenik dan higroskopis.
Bahan inilah yang nantinya akan menghasilkan tetes-tetes hujan yang
dapat dapat mengatasi masalah kekeringa dan kebakaran hutan yang sedang
terjadi ini.


2.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu glasiogenik dan higroskopis ?
2. Mengapa menggunakan glasiogenik dan higroskopis ?
3. Perbandingan antara glasiogenik dan higroskopis ?

2.3 TUJUAN
Tujuan dibuatnya makalah ini untuk memberikan informasi mengenai
hujan buatan dan juga bahan-bahan apa yang digunakan dalam pembuatan hujan
buatan.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Hujan buatan merupakan sebuah teknologi yang bertujuan untuk
meningkatkan dan mempercepat jatuhnya hujan. Bahan-bahan dalam pembuatan
hujan buatan disebut juga Bubuk Khusus. Bubuk khusus terdapat dua bahan
yaitu glasiogenik dan higroskopis. Glasiogenik adalah bahan yang dapat
menghasilkan es. Glasiogenik terdiri dari perak iodida (AgI). Higroskopis adalah
bahan untuk menggabungkan butir-butir air di awan, berupa garam dapur atau
Natrium Chlorida (NaCl), atau CaCl2 dan Urea. Bahan glasiogenik lebih banyak
digunakan dalam pembuatan hujan buatan daripada higroskopis. Air dari hujan
buatan yang pertama kali turun di daerah kawasan industri dilarang di konsumsi.
Karena Air hujan buatan yang turun di wilayah perindustrian tempat beroperasi-
nya sejumlah pabrik tidak sehat untuk dikonsumsi, karena mengandung asam
yang dapat merusak organ tubuh seperti gigi.














DAFTAR PUSTAKA

Dika . 2010. Bagaimana Cara Membuat Hujan Buatan.
http://www.engineeringtown.com/kids/index.php/kamu-harus-tahu/236-
bagaimana-cara-membuat-hujan-buatan.html/. Diakses 25 November
2012. Jam 02.00
Harsanti,Dini . 2008. Teknologi Modifikasi Cuaca Melalui Penyemai
Awan. http://diniharsanti.blogspot.com/2008/12/teknologi-modifikasi-
cuaca-melalui.html. Diakses 25 november 2012. Jam 02.00
Lidia. 2010. Proses Pembuatan Hujan Buatan .
http://unyilidia.tumblr.com/. Diakses 25 November 2012. Jam 02.00 .
Mustafa. 2011. Bagaimana Membuat Hujan Buatan .
http://www.greenradio.fm/technology/science/6719-bagimana-membuat-
hujan-buatan-/. Diakses 25 november 2012. Jam 02.00.
Saliem, ahmad. 2011. Proses Pembuatan Hujan Buatan
.http://blog.ub.ac.id/ahmadsaliem/2011/12/26/proses-pembuatan-hujan-
buatan/. Diakses 25 november 2012. Jam 02.00.
Anton. 2012. Terbang Sebulan Semai Hujan Buatan .
http://sumsel.tribunnews.com/2012/10/05/terbang-sebulan-semai-hujan-
buatan. Diakses 25 november 2012 . Jam 02.00.
Wiki. 2008. Bahan Semai . http://id.wikipedia.org/wiki/Bahan_semai .
Diakses 25 november 2012. Jam 02.00.
Klazura G.E. and Todd C.J. 1978. A Model of Hygroscopic seeding in
Cumulus Clouds, Journal of Applied Meteorology, Vol.17 No.12 . New
York. Mc Graw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai