Anda di halaman 1dari 44

1 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemetaan dapat didefinisikan sebagai proses pengukuran,
perhitungan dan penggambaran obyek obyek di permukaan bumi
dengan menggunakan cara dan atau metode tertentu sehingga
didapatkan hasil berupa peta. Pemetaan merupakan suatu kegiatan
mengolah data-data nonspasial atau semi-spasial menjadi sebuah data
keruangan (peta), sehingga penangkapan informasi dari sebuah objek
wilayah dapat lebih mudah dipahami karena sifatnya yang lebih efektif
dan efisien. Pemetaan Sederhana adalah pembuatan peta dengan alat
yang sangat sederhana sekali misalnya dengan rol meter dan prisma
kaca sudut dengan peralatan yang sangat sederhana ini dapat dilakukan
suatu kombinasi pengukuran jaring-jaring sederhana dan pengukuran
offset. Hal ini akan lebih menguntungkan terutama untuk pengukuran
area yang kecil dengan skala besar.
Coban Trisula merupakan sebuah air terjun yang terletak di desa
Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Berada di
wilayah TNBTS (Tamana Nasional Bromo Tengger Semeru). Coban
ini juga masih termasuk kawasan perhutani yang berada di blok kali
lajing, seksi konservasi wilayah III.
1.2. Tujuan dan Manfaat
1.2.1. Tujuan
Penyusunan laporan ini memiliki beberapa tujuan antara lain:
1. Memberikan pemahaman kepada praktikan agar dapat
menggunakan GPS.
2. Menjelaskan tentang pemahaman praktikan agar dapat
mengetahui cara memetakan sederhana suatu wialayah.

2 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

1.2.2. Manfaat
Memberikan pemahaman kepada praktikan agar dapat mengetahui
bentuk struktur suatu wilayah yang dipetakan.


















3 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Manusia memerlukan alat bantu dalam melakukan observasi atau
pengamatan untuk mempelajari berbagai fenomena yang berkaitan
dengan kehidupanya. Fenomena yang sangat kecil dapat diamati secara
baik dengan alat bantu yang berfungsi membesarkan, dalam hal ini
misalnya mikroskop. Keadaan yang sebaliknya adalah fenomena-
fenomena geografikal yang amat luas, sehingga kita perlu mengecilkan
agar dapat kita cakup dalam batas pandangan kita.
Suatu cara yang mencakup kegiatan pada proses mampu
mengecilkan karakteristik keruangan dari muka bumi menjadi suatu
bentuk yang mudah di observasi adalah dengan menggambarkandalam
bentuk peta. Peta adalah gambaran/proyeksi dari sebagian permukaan
bumi pada bidang datar atau kertas dengan skala tertentu (Russell C.
Brinker, 1984).
Dengan kemajuan di bidang informasi dan teknologi elektronika,
sangat mempengaruhi dalam penyajian sumber informasi termasuk
peta. Sehingga definisi peta adalah sarana penyajian informasi spasial
dari unsur-unsur dimuka bumi atau di bawah muka bumi (Jakob Rais,
dan Sukirno, 1999).
Secara umum peta terdiri dari dua jenis jika dipandang dari maksud
dan tujuannya yaitu :
1. Peta Dasar adalah gambaran/proyeksi dari sebagian permukaan
bumi pada bidang datar atau kertas dengan skala tertentuyang
dilengkapi dengan informasi kenampakan alami atau buatan.
Contoh peta dasar seperti : Peta Situasi, Peta Topografi
2. Peta Tematik adalah gambaran dari sebagian permukaan bumi yang
dilengkapi dengan informasi tertentu baik di atas maupun di bawah
permukaan bumi yang mengandung tema tertentu. Contoh peta
tematik seperti: Peta Jenis Tanah, Peta Kesesuaian Lahan.
4 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a


Gambar 1. Prinsip Penggambaran kenampakan permukaan bumi
pada sebuah peta
Prinsip Penggambaran dari sebagian permukaan bumi ditunjukkan pada
Gambar 1 di atas. Penggambaran tersebut menggambarkan unsur-unsur
atau kenampakan abstrak yang dipilih dari sebagian permukaan bumi yang
digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan. Tiga kata
kunci dalam pemetaan yaitu: Dipilih Bidang datar
Diperkecil/diskalakan.
Klasifikasi peta secara umum dibedakan menjadi:
1. Peta Topografi
2. Charts
3. Peta Tematik
Peta topografi adalah peta yang menyajikan kenampakan fisik dan
artifisial (kultural dan hasil budaya manusia) di permukaan bumi. Contoh
peta ini adalah Peta Geografi, Peta Umum, Atlas dll. Charts merupakan
peta-peta untuk kepentingan navigasi seperti peta jalur penerbangan, peta
5 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

arah angin peta jalan darat dll. Peta Tematik yaitu peta yang mencerminkan
hal-hal khusus
Pada peta dasar, kita harus mampu mentransfer bentuk muka bumi
yang berdimensi tiga ke dalam kertas yang berdimensi dua tetapi tetap
mempunyai makna tiga dimensi. Caranya adalah dengan bantuan proyeksi
orthogonal dan dilengkapi dengan garis kontur.
Cara lain adalah dengan bantuan komputer yang telah dikembangkan
dalam sistem informasi geografis yaitu Model Medan Digital (DTM) atau
yang disajikan dengan tiga bentuk yaitu 1) Grid/lattice, 2) TIN (triangular
Irregular Network) dan 3) Kontur. Grid/lattice mengunakan sebuah bidang
segitiga, segiempat, bujursangkar atau bentuk siku yang teratur grid.
Perbedaan resolusi grid dapat digunakan untuk menunjukkan koordinat
ketinggian Z. TIN menggunakan rangkaian segitiga yang tidak tumpang
tindih dihitung dari titik ruang tak beraturan dengan koordinat x,y,dan nilai
Z yang menyajikan data ketinggian. Kontur dibuat dari digitasi garis kontur
yang disimpan dalam format Digitas Lines Graph (DGL) membuat
pasangan-pasangan koordinat x,y sepanjang tiap garis kontur yang
menunjukkan ketinggian tertentu.
Peta yang pada dasarnya mencerminkan hubungan keruangan dari
fenomena geografikal juga berfungsi sebagai media komunikasi antar
pembuat peta dan pengguna peta. Agar dapat dibaca oleh orang lain maka
penyajian peta perlu dilengkapi informasi-informasi lain yang sudah
dijadikan stadart untuk unsur-unsur peta.
Unsur-unsur peta terdiri dari :
1. Judul Peta
Memuat informasi maksud dan tujuan serta lokasi
2. Skala Peta
Merupakan angka perbandingan antara jarak pada peta dengan
jarak sesungguhnya yang disajikan dengan angka atau garis.
3. Penunjuk/Pedoman arah
6 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

Pedoman arah biasanya digunakan arah utara. Arah utara dapat
berupa arah utara magnetis (kompas) maupun arah utara
astronomis (utara poros bumi). Perbedaan utara magnetis dengan
astronomis : deklinasi.
4. Legenda
Menerangkan simbol-simbol yang ada di dalam peta baik
kenampakan alami atau buatan. Simbol-simbol disajikan sebagai
bentuk/gambar, warna dll.
5. Keterangan
Keterangan memuat instansi pembuat peta, tanggal pembuatan dan
keterangan tambahan lalinnya.
Jenis-jenis Peta:
Menurut jenisnya peta dapat dibedakan menjadi :
Peta planimetrik; menyajikan gambar seperti sungai dan tipe
habitat tetapi tidak memperlihatkan relief areal.
Peta Topografi; menyajikan dataran dan bentuk lahan dalam
bentuk yang terukur. Peta ini yang paling umum digunakan dalam
survey lapangan.
Photomap; reproduksi dari foto udara atau foto mosaic. Biasanya
digunakan untuk melihat suatu areal terbatas secara detail.
Foto Satelit; Menyajikan areal yang sangat luas untuk evaluasi
sumberdaya secara regional. Peta ini berguna untuk meng-evaluasi
tipe-tipe habitat, pola penggunaan lahan, monitoring gangguan
terhadap habitat.
Menurut skalanya, peta dapat dibedakan menjadi :
Peta skala sangat besar (>1:10.000)
Peta skala besar (1:10.000 - < 1:100.000)
Peta skala sedang (1:100.000 - < 1:1.000.000)
Peta skala kecil (1 : 1.000.000)
Menurut isinya, peta dapat dapat dibedakan menjadi:
7 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

Peta hidrografi: memuat informasi tentang kedalaman dan
keadaan dasar laut serta informasi lainnya yang diperlukan untuk
navigasi pelayaran.
Peta geologi: memuat informasi tentang keadaan geologis suatu
daerah, bahanbahan pembentuk tanah dll. Peta geologi umumnya
juga menyajikan unsur peta topografi.
Peta kadaster: memuat informasi tentang kepemilikan tanah
beserta batasbatasnya, dll.
Peta irigasi: memuat informasi tentang jaringan irigasi pada suatu
wilayah.
Peta jalan: memuat informasi tentang jaringan jalan pada suatu
wilayah.
Peta Kota: memuat informasi tentang jaringan transportasi,
drainase, sarana kota dll-nya.
Peta Relief: memuat informasi tentang bentuk permukaan tanah
dan kondisinya.
Peta Teknis: memuat informasi umum tentang keadaan permukaan
bumi yang mencakup kawasan tidak luas. Peta ini dibuat untuk
pekerjaan perencanaan teknis skala 1: 10 000 atau lebih besar.
Peta Topografi: memuat informasi umum tentang keadaan
permukaan bumi beserta informasi ketinggiannya menggunakan
garis kontur. Peta topografi juga disebut sebagai peta dasar.
Peta Geografi: memuat informasi tentang ikhtisar peta, dibuat
berwarna dengan skala lebih kecil dari 1: 100 000.
Peta berdasarkan penurunan dan penggunaan, terdiri dari:
Peta dasar, digunakan untuk membuat peta turunan dan
perencanaan umum maupun pengembangan suatu wilayah. Peta
dasar umumnya menggunakan peta topografi.
Peta tematik, dibuat atau diturunkan berdasarkan peta dasar dan
memuat tematema tertentu, seperti peta tata batas, peta
perkembangan penunjukan kawasan hutan, peta illegal logging,
peta kebakaran hutan, peta perambahan, peta tempat kejadian, peta
sebaran satwa dan lain-lain.

8 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

Pemetaan dapat didefinisikan sebagai proses pengukuran,
perhitungan dan penggambaran obyek obyek di permukaan bumi
dengan menggunakan cara dan atau metode tertentu sehingga
didapatkan hasil berupa peta.
Pemetaan Sederhana adalah pembuatan peta dengan alat yang
sangat sederhana sekali misalnya dengan rol meter dan prisma kaca
sudut,dengan peralatan yang sangat sederhana ini dapat dilakukan suatu
kombinasi pengukuran jaring-jaring sederhana dan pengukuran
offset.Hal ini akan lebih menguntungkan terutama untuk pengukuran
area yang kecil dengan skala besar.
Membuat peta dengan cara sederhana harus didahului dengan
pengukuran jarak dan arah.
1. Pengukuran Jarak
Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan meteran,
tongkat, kayu, dan alat lain yang bisa memenuhi kebutuhan
pengukuran jarak sebagai titik tolak pengukuran. Data tersebut
kemudian digambarkan dalam peta dengan menggunakan skala.
2. Pengukuran Arah
Pengukuran arah dilakukan dengan menggunakan kompas.
Pengukuran arah dengan kompas dimulai dari utara kompas
sebagai 0 dan dihitung searah jarum jam sampai 360. Besarnya
arah dari 0 ini disebut azimuth atau magnetik azimuth.
Adapun tahapan-tahapan pembuatan peta secara sederhana adalah:
a. Mempersiapkan alat pengukur jarak yang terdiri atas
meteran, kayu, tongkat, dan pengukur jarak yang lain.
b. Mempersiapkan pengukur arah yang berupa kompas.
c. Mempersiapkan kertas gambar dan alat-alat tulis.
d. Menentukan titik awal pembuatan peta di permukaan bumi.
e. Dari titik awal tersebut tentukan kearah mana kalian akan
menuju. Jangan lupa di catat dengan jelas.
f. Setiap tempat yang mengalami perubahan arah harus
dicatat dengan lengakap jarak dan arah perubahannya.
Pengukuran jarak dan arah pada akhirnya harus bertemu
9 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

atau kembali ke titik awal sehingga menghasilkan garis
yang berhubungan.
GPS adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi
menggunakan satelit yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat.
Sistem ini dapat digunakan oleh banyak orang sekaligus dalam segala
cuaca, serta didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi
yang teliti dan juga informasi mengenai waktu secara kontinyu di seluruh
dunia.
Perangkat GPS ada bermacam-macam dan umumnya tergantung
dari tujuan dan aktivitas yang akan dilakukan. GPS untuk udara
(aviation GPS) akan berbeda arsitekturnya dengan yang akan digunakan
untuk navigasi di darat/mobil. Secara umum perangkat GPS dibagi menjadi
beberapa fungsi yaitu navigasi udara (aviation), laut (marine), darat (land),
tracking dan Survey Equipment Supplies.
GPS memiliki dua tingkat ketelitian, yaitu:
1. Sistem posisi standar / SPS (Standard Positioning System). SPS
merupakan yang disediakan untuk umum (general). Tingkat akurasi
yang dihasilkan oleh SPS ini adalah 100 m untuk posisi horisontal dan
untuk posisi vertical mencapai 150 meter.
2. Sistem Posisi Presisi / PPS (Precision Positioning System )
PPS hanya digunakan oleh Departemen Pertahanan AS dan tidak
disediakan untuk umum.
Setiap satelit mentransmisikan dua sinyal yaitu L1 (1575.42 MHz)
dan L2 (1227.60 MHz). Sinyal L1 dimodulasikan dengan dua sinyal
pseudo-random yaitu kode P (Protected) dan kode C/A (coarse/aquisition).
Sinyal L2 hanya membawa kode P. Setiap satelit mentransmisikan kode
yang unik sehingga penerima (perangkat GPS) dapat mengidentifikasi
sinyal dari setiap satelit. Pada saat fitur Anti-Spoofingdiaktifkan, maka kode
P akan dienkripsi dan selanjutnya dikenal sebagai kode P(Y) atau kode Y.
Perangkat GPS yang dikhususkan buat sipil hanya menerima kode C/A
pada sinyal L1 (meskipun pada perangkat GPS yang canggih dapat
memanfaatkan sinyal L2 untuk memperoleh pengukuran yang lebih
teliti. Perangkat GPSmenerima sinyal yang ditransmisikan oleh satelit GPS.
10 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

Dalam menentukan posisi, kita membutuhkan paling sedikit 3 satelit untuk
penentuan posisi 2 dimensi (lintang dan bujur) dan 4 satelit untuk
penentuan posisi 3 dimensi (lintang, bujur, dan ketinggian). Semakin
banyak satelit yang diperoleh maka akurasi posisi kita akan semakin tinggi.
Untuk mendapatkan sinyal tersebut, perangkat GPS harus berada di ruang
terbuka. Apabila perangkat GPS kita berada dalam ruangan atau kanopi
yang lebat dan daerah kita dikelilingi oleh gedung tinggi maka sinyal yang
diperoleh akan semakin berkurang sehingga akan sukar untuk menentukan
posisi dengan tepat atau bahkan tidak dapat menentukan posisi. Perangkat
GPS menerima sinyal dari satelit dan kemudian melakukan perhitungan
sehingga pada tampilan umumnya kita dapat mengetahui posisi (dalam
lintang dan bujur), kecepatan, dan waktu. Disamping itu juga informasi
tambahan seperti jarak, dan waktu tempuh. Posisi yang ditampilkan
merupakan sistem referensi geodetik WGS-84 dan waktu merupakan
referensi USNO (U.S. Naval Observatory Time).
Dalam interpretasi geologi dari peta topografi, maka penggunaan
skala yang digunakan akan sangat membantu. Di Indonesia, peta topografi
yang tersedia umumnya mempunyai skala 1:25.000 atau 1: 50.000 (atau
lebih kecil). Acapkali skala yang lebih besar, seperti skala 1: 25.000 atau
1:12.500 umumnya merupakan pembesaran dari skala 1: 50.000. Dengan
demikian, relief bumi yang seharusnya muncul pada skala 1: 25.000 atau
lebih besar, akan tidak muncul, dan sama saja dengan peta skala 1: 50.000.
Dengan demikian, sasaran / objek interpretasi akan berlainan dari setiap
skala peta yang digunakan. Perhatikan Tabel 5-3 dibawah. Walaupun
demikian, interpretasi pada peta topografi tetap ditujukan untuk
menginterpretasikan batuan, struktur dan proses yang mungkin terjadi pada
daerah di peta tersebut, baik analisa secara kualitatif, maupun secara
kuantitatif. Dalam interpretasi peta topografi, prosedur umum yang biasa
dilakukan dan cukup efektif adalah: 1). Menarik semua kontur yang
menunjukkan adanya lineament /kelurusan; 2). Mempertegas (biasanya
dengan cara mewarnai) sungai-sungai yang mengalir pada peta, 3).
Mengelompokan pola kerapatan kontur yang sejenis.
11 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

Gambar 2. Contoh skala peta dan satuan geomorfologi
Gambar 3. Hubungan antara skala peta dan pengenalan
terhadap objek geomorfologi.
Dalam interpretasi batuan dari peta topografi, hal terpenting yang
perlu diamati adalah pola kontur dan aliran sungai.
a. Pola kontur rapat menunjukan batuan keras, dan pola kontur jarang
menunjukan batuan lunak atau lepas.
b. Pola kontur yang menutup (melingkar) diantara pola kontur lainnya,
menunjukan lebih keras dari batuan sekitarnya.
c. Aliran sungai yang membelok tiba-tiba dapat diakibatkan oleh adanya
batuan keras.
12 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

d. Kerapatan sungai yang besar, menunjukan bahwa sungai-sungai itu
berada pada batuan yang lebih mudah tererosi (lunak). (kerapatan sungai
adalah perbandingan antara total panjang sungai-sungai yang berada pada
cekungan pengaliran terhadap luas cekungan pengaliran sungai-sungai itu
sendiri) (Noor, Djauhari, 2008).


















13 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a


BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum pemetaan ini dilakukan pada tanggal 1 Mei 2014,
berangkat pukul 06.45 WIB. Dari kampus Universitas Brawijaya menuju
desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Malang, Jawa Timur. Lebih
tepatnya di Coban Trisula. Mulai praktikum pukul 08.16 sampai 09.14
WIB.
3.2 Peralatan
Dalam praktikum ini digunakan beberapa alat, antara lain:
GPS

14 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a


Roll Meter
Clip Board

Kamera




15 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a


3.3 Metode Pemetaan
Dalam praktikum pemetaan ini ada beberapa metode, antara lain:
Metode orientasi lapangan (Field orientation method)
Cara yang dilakukan ialah memplotting stasiun pengamatan
berdasarkan orientasi terhadap sungai, gunung, bukit dan lain-lain,
sebagai patokan yang mudah dikenal dilapangan dan
mengandalkan peta topografi dan titik patokan yang mudah
dikenal.
Kelebihan dari metode ini ialah Lintasan bebas, Cepat, Baik pada
lahan berbukit-bukit dan jarang tanaman, Sebagai peta tinjau untuk
pemeriksaan lapangan.
Kekurangan dari metode ini adalah Ketelitian kurang, Hasil
plotting sulit dicek kembali, Peta topografi biasanya terbitan lama,
sedang di lapangan banyak nama tempat baru atau kondisi sudah
berubah, Tidak terencana secara matang.
Metode Lintasan Kompas (Compass traverse method)
Cara yang dilakukan ialah Lintasan direncanakan terlebih dahulu,
Dikontrol oleh kompas dan peta rencana lintasan, memplotting dan
pengamatan sesuai lintasan.
Metode lintasan pita-ukur dan kompas (Tape & Compass traverse
method) LATIHAN "MEASURED SECTIONS" di lapangan.
Cara yang dilakukan adalah Rencanakan lintasan sebelum ke
lapangan, Pilih lintasan sebaiknya tegak lurus strike, Tiap stasiun
bersinambungan, Data dicatat pada formulir khusus, Yang diukur:
Strike/dip lapisan batuan, azimut, slope, jarak antar stasiun
pengamatan singkapan.

3.4 Langkah-langkah Pemetaan
3.4.1 Langkah-langkah Manual
Dalam praktikum pemetaan ini langkah awal yang
dilakukan dalam praktikum pemetaan yaitu alatalat yang akan
digunakan didalam praktikum pemetaan disiapkan dan diperiksa
16 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

kondisinya. Dalam praktikum pemetaan ini alat yang digunakan
terbatas maka dilakukan satuan panjang yang tidak layak dan tidak
baku , yaitu satuan langkah kaki. Dengan demikian perlu dilakukan
kalibrasi alat. Awalnya, rollmeter ditarik hingga menunjukkan
skala pembacaan 8 meter. Selanjutnya, seseorang melangkah
sepanjang 8 meter dan dihitung jumlah langkah yang diperlukan
dalam menempuh jarak 8 meter. Setelah itu dilakukan perhitungan
didapatkan suatu kesepakatan bersama bahwa 30 langkah kaki
setara dengan 20 meter. Setelah itu melakukan kalibarasi pada
GPS. Selanjutnya ialah menentukan titik awal. Pada titik awal
dilakukan marking dengan menggunakan GPS sehingga diperoleh
data koordinat pada titik yang dilakukan pengukuran. Selanjutnya,
ialah mencatat koordinat yang didapatkan setelah melakukan
marking pada GPS. Koordinat yang diperoleh antara lain lintang,
bujur, dan elevasi atau ketinggian. Berikutnya pengukuran
dilanjutkan dengan jalan kaki menempuh lintasan yang telah
ditentukan menuju coban trisula. Setiap jarak 20 meter dilakukan
marking dan dicatat datanya ataupun datanya difoto dari GPS.
Melakukan marking ini dilakukan di sepanjang lintasan sampai
bertemu dengan coban trisula.
3.4.2 Langkah-langkah software
Data awal dari hasil praktikum lapangan di coban trisula




17 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

Buka mapsource kemudian open



18 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

Masukkan data dari yang didapat dari praktikum selanjutnya di open








19 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

Maka akan muncul waypoints diamana dalam praktikum pemetaan di
coban trisula didapatkan 32 waypoint. Klik waypoint maka akan nampak
gambar titik-titik di sebelah gambar. Selanjutnya ialah di blok semua data
waypoint kemudian di copy untuk dipindahkan dalam Ms. Excel.







20 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

Selanjutnya bisa dilakukan track pada antar titik yang didapat dalam
praktikum dengan menggunakan mapsource maka kita dapat membuat
track-track antar titik.






21 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

Selanjutnya dari mapsource data waypoints dapat dipindah di Ms. Excel,
dari Ms. Excel didapatkan data itu dipecah dari pengcopian dari Map
Source Data koordinat yang diperoleh meliputi lintang (Y), bujur (X), dan
elevasi (Z). Lintang dan bujur yang diperoleh menggunakan satuan UTM
(Universal Transverse Mercartor) dan elevasi yang diperoleh dalam satuan
meter (m). Data yang digunakan dalam dalam pembuatan peta topografi
adalah data X, Y, dan Z untuk masing masing waypoint. Untuk
memisahkan data yang tergabung agar terpisah maka pilih menu Data
kemudian pilih Text to colums. Maka data tersebut terpisah seperti gambar
yang ada.



22 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

Setelah didapatkan data maka dapat di masukkan dalam surfer, dimana
dapat memilih New Worksheet. pada kolom A, B, dan C dicopykan data
koordinat dari Microsoft Excel yang telah diolah sebelumnya. Secara
berurutan, kolom A diisikan dengan data bujur (X), kolom B dengan data
lintang (Y), dan kolom C dengan data elevasi (Z)

23 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

Pada Tampilan ini pilih Grid terus pilih data

Selanjutnya, ialah akan muncul gridding report setelah melakukan grid
pada data yang diperoleh


24 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

Selanjutnya dilakukan dari pengolahan grid processing kemudian pilih
Map, selanjutnya pilih Contur map. Kemudian pada data save dari grid tadi
kemudian dipilih yang .grd untuk dipilih. Pada data itu, di plot sehingga
muncul gambar sedemikian rupa. Dari gambar ini bisa dirubah warna
dengan memilih menu general selanjutnya ialah pilih fill contours.

25 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

Kemudian didapat penampang demikian, bisa diganti ganti warna sesuai
dengan apa yang kita inginkan. Penambahan skala seperti pada gambar
dapat dialkukan dengan memilih Contour Sccale. Maka akan terlihat skala
dalam kontur tersebut.
26 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

Dari data ini dapat dilakukan dengan melihat penampandengan 3 dimensi
(3D). Dengan memilih menu Map selanjutnya ialah 3D surface maka akan
muncul gambar sedemikian rupa.

27 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

Dari data ini dapat kita lihat juga didalam google earth dari data yang ada
di mapsource pilih menu view in google earth,

Bentuk lain dari google earth terdapat track:
28 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a



BAB IV
PEMBAHASAN
Gambar 4. Penampang kontur dari surfer
Dari penampang peta kontur topografi ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa garis kontur yang rapat dari koordinatnya yang menunjukkan bahwa
daerah itu daerah yang curam/terjal. Dapat diindikasikan adanya patahan.
Penampang peta kontur topografi dapat dilihat sedemikian rupa dimana
dilakukan processing dari data yang didapat pada waktu praktikum dengan
menggunakan software surfer sehingga didapatkan penampang topografi
ini. Selain gambar waypoit dari Mapsource serta gambar kontur dari surfer
juga didapatkan hasil koordinat UTM hasil konversi dari koordinat lintang
29 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

selatan dan bujur timur. Dari data yang dihasilkan dari mapsource
kemudian diproses di surfer maka nampak menghasilkan peta kontur 2
dimensi dan permodelan 3 dimensi dari area Coban Trisula dimana
dilakukan tracking. Dari peta kontur 2 dimensi dengan menggunakan data
elevasi dari GPS didapatkan bahwa daerah tertinggi di di antara daerah
yang ditracking adalah berada pada ketinggian 1472 m di atas permukaan
laut, sedangkan daerah terendahnya berada pada ketinggian 1412 di atas
permukaan laut. Pada kontur 2D pada surfer menjelaskan pada garis kontur
yang renggang, hal demikian ini menunjukan kondisi permukaan yang
landai. Garis kontur pada peta ini cukup rapat namun merata. Sehingga
lokasi Coban Trisula dapat disimpulkan bahwa merupakan daerah yang
miring seperti berada di lereng gunung.
Coban Trisula dilihat dari bentuk kondisi permukaannya membentuk
suatu bukit yang memiliki tanjakan dan turunan yang berada pada suatu
lereng. Hal ini sinkron dengan hasil pengolahan data melalui Surfer yang
memperlihatkan bentuk kondisi permukaan yang memiliki tanjakan dan
tururan serta bidang yang landai. Hal sedemikian rupa juga nampak dimana
coban trisula sendiri terletak di TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru) yang mana wilayah disekitarnya berbentuk lereng.
Dalam interpretasi batuan dari peta topografi, hal terpenting yang
perlu diamati adalah pola kontur dan aliran sungai (Noor, D, 2009).
a. Pola kontur rapat menunjukan batuan keras, dan pola kontur jarang
menunjukan batuan lunak atau lepas.
b. Pola kontur yang menutup (melingkar) diantara pola kontur
lainnya, menunjukan lebih keras dari batuan sekitarnya.
c. Aliran sungai yang membelok tiba-tiba dapat diakibatkan oleh
adanya batuan keras.
d. Kerapatan sungai yang besar, menunjukan bahwa sungai-sungai itu
berada pada batuan yang lebih mudah tererosi (lunak). (kerapatan
sungai adalah perbandingan antara total panjang sungai-sungai
yang berada pada cekungan pengaliran terhadap luas cekungan
pengaliran sungai-sungai itu sendiri).
30 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

Dalam interpretasi struktur geologi dari peta topografi, hal terpenting
adalah pengamatan terhadap pola kontur yang menunjukkan adanya
kelurusan atau pembelokan secara tiba-tiba, baik pada pola bukit maupun
arah aliran sungai, bentuk-bentuk topografi yang khas, serta pola aliran
sungai. Beberapa contoh kenampakan Geologi yang dapat diidentikasi dan
dikenal pada peta topografi:
a. Sesar, umumnya ditunjukan oleh adanya pola kontur rapat yang
menerus lurus, kelurusan sungai dan perbukitan, ataupun
pergeseran, dan pembelokan perbukitan atau, sungai, dan pola
aliran sungai parallel dan rectangular.
b. Perlipatan, umumnya ditunjukan oleh pola aliran sungai trellis
atau parallel, dan adanya bentuk-bentuk dip-slope yaitu suatu
kontur yang rapat dibagian depan yang merenggang makin kearah
belakang. Jika setiap bentuk dip-slope ini diinterpretasikan untuk
seluruh peta, muka sumbu-sumbu lipatan akan dapat
diinterpretasikan kemudian. Pola dip-slope seperti ini mempunyai
beberapa istilah yang mengacu pada kemiringan perlapisannya.
c. Kekar, umumnya dicirikan oleh pola aliran sungai rektangular, dan
kelurusan-kelurusan sungai dan bukit.
d. Intrusi, umumnya dicirikan oleh pola kontur yang melingkar dan
rapat, sungai-sungai mengalir dari arah puncak dalam pola radial
atau anular.
e. Lapisan mendatar, dicirikan oleh adanya areal dengan pola kontur
yang jarang dan dibatasi oleh pola kontur yang rapat.
f. Ketidakselarasan bersudut, dicirikan oleh pola kontur rapat dan
mempunyai kelurusan-kelurusan seperti pada pola perlipatan yang
dibatasi secara tiba-tiba oleh pola kontur jarang yang mempunyai
elevasi sama atau lebih tinggi.
g. Daerah mlange, umumnya dicirikan oleh pola-pola kontur
melingkar berupa bukit-bukit dalam penyebaran yang relative luas,
terdapat beberapa pergeseran bentuk-bentuk topografi,
kemungkinan juga terdapat beberapa kelurusan, dengan pola aliran
sungai rektangular atau contorted.
31 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

h. Daerah Slump, umumnya dicirikan oleh banyaknya pola dip-slope
dengan penyebarannya yang tidak menunjukan pola pelurusan,
tetapi lebih berkesan acak-acakan. Pola kontur rapat juga tidak
menunjukan kelurusan yang menerus, tetapi berkesan terpatah-
patah.
i. Gunung api, dicirikan umumnya oleh bentuk kerucut dan pola
aliran radial, serta kawah pada puncaknya untuk gunung api muda,
sementara untuk gunung api tua dan sudah tidak aktif, dicirikan
oleh pola aliran anular serta pola kontur melingkar rapat atau
memanjang yang menunjukan adanya jenjang volkanik atau korok-
korok.
j. Karst, dicirikan oleh pola kontur melingkar yang khas dalam
penyebaran yang luas, beberapa aliran sungai seakan-akan terputus,
terdapat pola-pola kontur yang menyerupai bintang segi banyak,
serta pola aliran sungai multibasinal.
k. Pola karst ini agak mirip dengan pola perbukitan seribu yang
biasanya terjadi pada kaki gunung api. Walaupun dengan pola
kontur yang melingkar dengan penyebaran cukup luas, tetapi
umumnya letaknya berjauhan antara satu pola melingkar dengan
lainnya, dan tidak didapat pola kontur seperti bintang segi banyak.
Gambar 5. Google earth titik-titik praktikum
32 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a


Dari titik awal sampai akhir yaitu pada titik 575 sampai 605 terlihat bahwa
kondisi dilapangan sesuai dengan peta topografi yang dibuat bahwa
menunjukkan pada daerah itu memang dianggap curam. Karena titik titik
pengukuran terletak pada lintasan yang relatif linier maka peta yang
dihasilkan berupa peta yang cenderung memanjang dengan arah Utara
Selatan. Dari peta tersebut dapat disimpulkan bahwa daerah yang dipetakan
cenderung menurun elevasinya apabila berjalan dari arah Selatan ke Utara.
Sementara itu daerah di sebelah Timur merupakan suatu lereng yang curam
dan terjal. Hal ini dapat dilihat pada garis kontur pada peta topografi yang
relatif rapat.
Dengan perbandingan gambar dari Google Earth dan peta topografi
dua dimensi yang dihasilkan dari software Surfer dapat ditunjukkan bahwa
peta topografi yang telah dibuat dari hasil pemetaan sesuai dengan kondisi
lapangan, yaitu lintasan memiliki orientasi arah UtaraSelatan dengan
kondisi yang cenderung menurun di lintasan sebelah Utara.
Dari peta topografi dari suatu daerah maka dapat dilakukan interpretasi
geologi daerah tersebut. Ada dua cara dasar untuk belajar mengenal dan
mengidentifikasi kenampakankenampakan geologi pada peta topografi.
Cara pertama adalah dengan mengamati dengan teliti dan detail terhadap
bentukbentuk dari struktur geologi yang digambarkan dalam bentuk-
bentuk kontur pada peta topografi. Cara kedua adalah melalui metode
praktik dan pelatihan sehingga memiliki kemampuan melakukan deduksi
dalam mengidentifikasi dan memaknakan kenampakankenampakan
geologi melalui kajian dengan berbagai kriteria
Dari hasil pemetaan yang dilakukan di Coban Trisula di bagian
Utara dan Timur Laut lintasan dijumpai adanya garisgaris kontur yang
rapat. Garisgaris kontur rapat ini tepat berada di sekitar akhir titik
pengukuran, yaitu dekat Coban Trisula. Kontur yang rapat ini menunjukkan
fisiografi yang curam dan merupakan gawir. Gawir ini merupakan salah
satu petunjuk fisiografi kehadiran patahan, selain scarplets (piedmont
scarp), triangular facet, maupun terpotongnya bagian depan rangkaian
pegunungan struktural.
33 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

Dalam praktikum ini tidak dilakukan pemetaan geologi hanya
melakukan tracking dari titik awal sampai ditempat akhir yang bertemu
coban trisulanya, tetapi dari data pengukuran gps dapat dilihat kondisi
geologi daerah itu melalui peta geologi.


34 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

Gambar 6. Peta geologi Turen
35 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a



Dari peta geologi lembar Turen didapatkan formasi bahwa litologi daerah
di sekitar Coban Trisula secara litologi didominasi oleh dua macam
formasi, yaitu formasi berupa endapan Gunung Api Tengger (Qvt) dan
endapan Gunung Api Jembangan (Qvj). Pada endapan Gunung Api
Tengger batuan yang dijumpai adalah lava andesit dengan mineral piroksen
dan basalt dengan kandungan mineral olivin. Selain itu juga dijumpai
adanya endapan hasil piroklastik jatuhan (pyroclastic fall). Sementara itu
endapan Gunung Api Jembangan tersusun dari batuan lava basalt dengan
kandungan mineral olivin dan piroksen, tuff, tuff pasiran, dan pasir. Hal ini
sesuai dengan kondisi di lapangan, yaitu ditemukannya singkapan batuan
beku berupa andesit di beberapa titik di sepanjang lintasan yang dilalui.
Jadi dapat disimpulkan bahwa litologi di Coban Trisula didominasi oleh
batuan beku maupun batuan piroklastik. Hal ini menunjukkan bahwa
aktivitas vulkanik telah mengontrol kondisi daerah ini.



Gambar 7. Singkapan Batuan andesit pada track menuju coban trisula



36 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

Stratigrafi penyusunnya terdiri dari batuan beku dari aktivitas
vulkanik yaitu terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras,
dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai
batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan
ekstrusif (vulkanik). Terlihat pada gambar bahwa jalan menuju coban
trisula terdapat singkapan-singkapan batuan.
Gunung api tengger penyusun batuan yang ada ialah lava andesit piroksen
dan basalt olivin dan piroklastik jatuhan. Serta pada gunung api jembangan
penyusun batuannya ialah lava basalat olivin piroksen, tuff, tuff pasiran,
dan pasir.

Gambar 8 adalah suatu peta kontur hipotetis yang merefleksikan wilayah
yang tersusun dari batuan sedimen terlipat dan tersesarkan. Berdasarkan
peta tersebut dapat dianalisa dan ditafsirkan sebagai berikut:
Perlipatan batuan dicerminkan oleh pola kontur yang
memperlihatkan pola simetri sedangkan kemiringan lapisan batuan
dicerminkan oleh kerapatan kontur / spasi kontur. Untuk jurus
perlapisan batuan tercermin dari pola garis kontur yang memanjang
dari arah baratdaya -timurlaut, pola garis kontur yang demikian
dapat ditafsirkan sebagai arah jurus perlapisan batuan. Untuk arah
kemiringan lapisan dapat ditafsirkan melalui pola spasi kontur dari
rapat ke renggang, hal ini mencerminkan bentuk relief yang landai
dan bentuk lereng yang demikian biasanya mewakili bidang
kemiringan lapisan. Berdasarkan kriteria tersebut, maka dapat
ditafsirkan jurus perlapisan batuan berarah baratdaya, timurlaut
dengan arah kemiringan lapisan ke arah tenggara dan baratlaut.
membentuk lipatan antiklin.
Patahan / sesar dicerminkan oleh pola aliran sungai dan arah sungai
yang membelok secara tiba tiba serta adanya pergeseran pola
kontur. Berdasarkan adanya offset sungai dan pergeseran pola
kontur dapat ditafsirkan pada jalur sungai tersebut dilalui oleh sesar
mendatar dengan pergerakan relatifnya mengarah kekanan
(dexstral fault).
37 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

Jenis litologi dapat ditafsirkan melalui kerapatan kontur. Untuk
kontur rapat mencerminkan batuan yang keras (resisten) sedangkan
kontur yang renggang mencerminkan batuan yang lunak (kurang
resisten).

Gambar 8. Peta topografi hipotetik yang mencerminkan suatu daerah
yang terlipat dan tersesarkan
Gambar 9 adalah peta topografi hipotetis yang merefleksikan suatu wilayah
yang tersusun dari perselingan batuan yang resisten (batupasir,
konglomerat, atau breksi) dan non-resisten terhadap erosi (lempung, serpih,
atau napal).
Berdasarkan peta tersebut dapat dianalisa dan ditafsirkan sebagai berikut:
Pada peta, batuan resisten ditafsirkan dari kenampakan pola kontur
yang rapat, sedangkan batuan non-resisten diwakili oleh pola
kontur yang renggang.
Pola kontur yang berada dibagian atas peta memperlihatkan kontur
yang rapat dengan pola kontur tidak teratur. Pola kontur yang
demikian umumnya mewakili batuan yang homogen. Berdasarkan
38 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

data geologi diketahui bahwa topografi tersebut tersusun dari
batuan metamorf.
Kedudukan jurus dan kemiringan lapisan batuan (strike/dip) dapat
ditafsirkan melalui pola dan kerapatan konturnya. Untuk jurus
perlapisan batuan tercermin dari pola garis kontur yang memanjang
dari kiri ke kanan (barat, timur), pola garis kontur yang demikian
dapat ditafsirkan sebagai arah jurus perlapisan batuan. Untuk arah
kemiringan lapisan dapat ditafsirkan melalui pola spasi kontur dari
rapat ke renggang, hal ini mencerminkan bentuk relief yang landai
dan bentuk lereng yang demikian biasanya mewakili bidang
kemiringan lapisan. Berdasarkan kriteria-kriteria diatas, maka
dapat ditafsirkan jurus perlapisannya berarah (barat, timur) dengan
arah kemiringan lapisannya ke arah atas (utara).
Jenis litologi (jenis batuan) dapat ditafsirkan melalui kerapatan
garis kontur, kontur rapat mewakili batuan yang resisten,
sedangkan kontur yang renggang mewakili batuan yang kurang
resisten. Berdasarkan sebaran pola kontur dan kerapatan garis
konturnya dapat ditafsirkan minimal terdapat 7 jenis batuan.

39 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

Gambar 9. Peta topografi hipotetis yang mencerminkan suatu areal
yang terdiri dari perselingan batuan yang resisten dan batuan non-
reisiten.

Coban trisula merupakan sebuah air terjun yang terletak di desa
Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Berada di wilayah
TNBTS (Tamana Nasional Bromo Tengger Semeru). Coban ini juga masih
termasuk kawasan perhutani yang berada di blok kali lajing, seksi
konservasi wilayah III. Letak Coban Trisula berdasarkan koordinat yang
ditampilkan oleh GPS adalah S: 08
o
00 03,00 dan E: 112
o
52 15,00,.














40 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a




BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada kesimpulan pada praktikum pemetaan ini ialah untuk
mengetahui bentuk permukaan suatu daerah dapat dilakukan GPS, dimana
dengan mengumpulkan setiap data koordinat dan elevasi dalam setiap titik
pada suatu lintasan tertentu. Juga untuk mengetahui cara memetakan
sederhana suatu daerah, dimana pada praktikum ini ialah coban trisula. Dari
data yang didapatkan dapat diolah dengan menggunakan software
Mapsource, Surfer, Google Earth. Dari data yang didapatkan maka dari
surfer dapat diketahui bentuk peta konturnya secara 2D maupun 3D.
Dengan google earth dapat diketahui letak posisi track yang sudah
dilakukan dalam praktikum. Dari data hasil procesing software dapat
diketahui bahwa Coban Trisula struktur permukaannya berbentuk bukit
yang memiliki turunan dan tanjakan serta terdapat permukaan yang landai
dan juga terdapat jalanan yang cukup curam ataupun terjal. Dari peta
geologi lembar Turen dapat dilihat bahwa batuan vulkanik dan piroklastik
mendominasi litologi dari Coban Trisula.
5.2 Saran
Dilakukan pengecekan alat sebelum praktikum, agar tidak terjadi
kesalahan dalam pengukuran jarak. Agar tidak menggunakan alat yang
tidak baku dengan menggunakan langkah kaki. Kalibrasi GPS agar tidak
terjadi kesalahan.

41 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a



LAMPIRAN

Gambar Awal Pengukuran jaraknya

42 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

Gambar Track Awal




43 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a

Jalan Menuju Coban Trisula

Kelompok 1 di Coban Trisula Bawah

44 | T u g a s P e m e t a a n N i r w a n s y a h E k a B i m a t a r a



Kelompok 1 berada Di Coban Trisula Atas

Anda mungkin juga menyukai