Anda di halaman 1dari 8

PEMANFAATAN KULIT TELUR SEBAGAI KATALIS BIODIESEL DARI CAMPURAN

MINYAK JELANTAH
DAN MINYAK KELAPA SAWIT

Siti Miskah*,Andika Anugrah, Gunadi


*)
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Jl. Raya Palembang-Prabumulih Km. 32InderalayaOganIlir (OI) 30662
Email: siti_miskah@yahoo.com

Abstrak
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif pengganti minyak bumi yang semakin menipis
ketersediannya. Saat ini perkembangan produksi biodiesel difokuskan pada harga produksi yang minimal
dan mengurangi dampak lingkungan namun menghasilkan biodiesel dengan kualitas yang maksimal.
Penelitian ini telah dilakukan produksi biodiesel dari campuran minyak jelantah dan minyak kelapa sawit
menggunakan katalis padat yang dibuat dari cangkang telur. Tujuan penelitian ini pengaruh kandungan
bahan baku yang memiliki variabel perbandingan volume campuran tertentu minyak jelantah dan minyak
kelapa sawit terhadap densitas, viskositas, cetane number, dan flash point biodiesel. Penelitian dilakukan
dengan tahap kalsinasi cangkang telur. Tahap selanjutnya reaksi campuran minyak jelantah dan minyak
kelapa sawit menggunakan katalis yang telah dikalsinasi pada temperatur 650C selama 2 jam. Dari
penelitian dapat disimpulkan bahwa asam lemak bebas yang ada pada bahan baku sebanding dengan nilai
densitas dan viskositas kinematika biodiesel. Sedangkan untuk bilangan setane dan flash point
dipengaruhi oleh jenis asam lemak yang ada pada bahan baku serta kemurnian produk.

Kata kunci: Biodiesel, cangkang telur, minyak jelantah, minyak kelapa sawit, transesterifikasi.

Abstract
Biodiesel is an alternative fuel instead of petroleum dwindling availability. Currently the development of
biodiesel production is focused on the price of minimal production and reduce environmental impact but
produce biodiesel with maximum quality. This research has been carried out the production of biodiesel
from waste cooking oil and a mixture of palm oil using a solid catalyst made of eggshell. The purpose of
this study the effect of the content of the raw material which has a variable volume ratio of a particular
mixture of used cooking oil and palm oil on the density, viscosity, cetane number, and a flash point of
biodiesel. The study was conducted with calcination step eggshell. The next stage of the reaction mixture
of used cooking oil and palm oil using a catalyst that has been calcined at a temperature of 650C for 2
hours. From the study it can be concluded that the free fatty acids contained in the raw material is
proportional to the density and kinematic viscosity of biodiesel. As for the number setane and the flash
point is influenced by the type of fatty acids contained in the raw material and product purity.

Keywords : Biodiesel, egg shells, palm oil, transesterification, used cooking oil

1.PENDAHULUAN mengembangkan sumber energi alternatif


Bertambahnya jumlah penduduk Indonesia sebagai pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM)
telah meningkatkan kebutuhan sarana seperti bahan bakar nabati (biofuel). Hal ini
transportasi dan aktifitas industri. Hal itu dapat tercantum dalam Intruksi Presiden Nomor satu
mengakibatkan pada peningkatan kebutuhan Tahun 2006 tertanggal 25 Januari 2006 tentang
dan konsumsi bahan bakar fosil. Dari data Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar
statistik migas Kementrian ESDM, penggunaan Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar lain.
bahan bakar fosil (solar) pada tahun Salah satu bahan bakar nabati yang dapat
2006,2007,2012 berturut turut adalah dikembangkan adalah biodiesel.
25.203.923 KL, 25.472.781 KL, 34.209.757. Biodisel merupakan bahan bakar
Data ini membuktikan bahwa konsumsi bahan terbarukan pengganti solar yang pada saat ini
bakar fosil khususnya solar meningkat dari banyak mendapat perhatian karena pemanfaatan
tahun ketahunnya. biodiesel tidak harus membangun infrastruktur
Pada tahun 2006, pemerintah telah baru dan harga biodiesel hampir sama dengan
mengeluarkan Peraturan Presiden Republik bahan bakar solar. Saat ini, penelitian mengenai
Indonesia Nomor lima tentang Kebijakan biodiesel difokuskan kepada usaha untuk
Energi Nasional. Kebijakan tersebut untuk

Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016 Page 60


mengurangi dampak lingkungan dan efesiensi acids, esterified, serta glycerol yang masih
produksi (Mahreni, 2011). banyak lemaknya. Didalam keduanya tinggi
Pemanfaatan limbah untuk produksi sertapenuh akan fatty acids, antara 50% dan
biodiesel dapat mengurangi dampak lingkungan 80% dari masing‐masingnya. Minyak
dan menurunkan biaya produksi. Minyak kelapasawit mempunyai 16 nama carbon yang
jelantah dan cangkang telur merupakan limbah penuh asam lemak palmitic acid
yang dapat digunakan untuk produksi biodiesel. berdasarkandalam minyak kelapa minyak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelapa sawit sebagian besar berisikan lauric
pengaruh kandungan bahan baku yang memiliki acid. (Dep. Perindustrian, 2007)
variabel perbandingan volume campuran Minyak goreng sering kali dipakai untuk
tertentu minyak jelantah dan minyak kelapa menggoreng secara berulang-ulang, bahkan
sawit terhadap densitas, viskositas, cetane sampai warnanya coklat tua atau hitam dan
number, dan flash point biodiesel. kemudian dibuang. Dalam penggunaannya,
minyak goreng mengalami perubahan kimia
2. TINJAUAN PUSTAKA akibat oksidasi dan hidrolisis, sehingga dapat
Biodiesel adalah bahan bakar alternatif menyebabkan kerusakan pada minyak goreng
mesin diesel yang dihasilkan dari reaksi kimia tersebut.Melalui proses-proses tersebut
antara minyak nabati atau lemak hewan dengan beberapa trigliserida akan terurai menjadi
alcohol dan menghasilkan senyawa baru yaitu senyawa-senyawa lain, salah satunya free fatty
metil ester. (Alik Khandita, 2012) acid (FFA) atau asam lemak bebas. Kandungan
Biodiesel memilikibeberapakeunggulan, asam lemak bebas inilah yang kemudian akan
yaitudiproduksidaribahanpertanian, diesterifikasi dengan metanol menghasilkan
sehinggadapatdiperbaharui, biodiesel biodiesel. Sedangkan kandungan trigliseridanya
memilikiangkasetana yang tinggi dibanding ditransesterifikasi dengan metanol, yang juga
solar, volatilitas rendah dan bebas sulfur, menghasilkan biodiesel dan gliserol. Dengan
ramahlingkungankarenatidakadaemisiSOx, kedua proses tersebut maka minyak jelantah
menurunkankeausanruangpistonkarenasifatpelu dapat bernilai tinggi. (Suirta, 2007)
msanbahanbakar yang bagus Katalis yang digunakan pada reaksi
(kemampuanuntukmelumasimesin dan transesterifikasi dari biodiesel ini adalah katalis
systembahanbakar), aman dalampenyimpanan padat CaO yang terkandung di dalam kulit telur
dan transportasikarenatidakmengandungracun, ayam. Kandungan CaCO3 di dalam kulit telur
meningkatkan nilai produk pertanian Indonesia, sekitar 94 % berat, dan sisanya adalah
memungkinkan diproduksi dalam skala kecil magnesium karbonat, kalsium fosfat dan bahan
menengah, menurunkan ketergantungan suplai organik. Oleh karena itu dapat diharapkan
minyak dari negara asing dan fluktuasi harga, bahwa kulit telur dapat digunakan sebagai
biodegradable atau jauh lebih mudah terurai sumber CaO yang mempunyai kemurnian tinggi
oleh mikroorganisme dibandingkan minyak sehingga mampu berperan sebagai katalis dalam
mineral. reaksi transesterifikasi minyak dan metanol
Beberapa parameter spesifikasibiodiesel menjadi biodiesel. Sumber bahan baku (kulit
antara lain : telur) tersedia cukup banyak dan pada saat ini
Tabel1.Spesifikasi Biodiesel sesuai SNI 7182- hanya dibuang (belum dimanfaatkan), oleh
2012 karena itu memanfaatkan kulit telur sebagai
No Parameter Satuan Nilai katalis merupakan usaha yang cukup relevan
untuk mengurangi dampak lingkungan dan
1. Massa jenis gr/cm3 0,85-0,89 menurunkan biaya produksi biodiesel. Kalsinasi
kulit telur dengan tujuan merubah kalsium
Viskositas
karbonat CaCO3 menjadi kalsium oksida (CaO)
2. kinematik cSt 2,3-6,0
dengan cara kalsinasi pada suhu 900oC. Proses
pada 40 ºC
kalsinasi merubah kalsium karbonat menjadi
2. Angka cetan Min 51 kalsium oksida sesuai dengan persamaan reaksi:
3. Flash Point ˚C Min 100 CaCO3 CaO + CO2
Kalor (T=900oC)
Sumber: BSN.go.id, 2016
Untuk membuat biodiesel, ester dalam
Minyak kelapa sawit dan inti minyak minyak nabati perlu dipisahkan dengan gliserol.
kelapa sawit merupakan susunan dari fatty

Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016 Page 61


Ester tersebut merupakan bahan bakar penyusun cukupbanyakuntukmemisahkankatalisdariprodu
biodiesel. Selama proses transesterifikasi, k. Olehkarenaitu,
komponen gliserol dari minyak nabati biayapemisahankatalisdariprodukakanlebihmah
digantikan oleh metanol. Untuk membuat al.
biodiesel, ester dalam minyak nabati perlu Transesterifikasi merupakan suatu proses
dipisahkan dengan gliserol. Ester tersebut penggantian alkohol dari suatu gugus ester
merupakan bahan bakar penyusun biodiesel. (trigliserida) dengan ester lain atau mengubah
Selama proses transesterifikasi, komponen asam–asam lemak ke dalam bentuk ester
gliserol dari minyak nabati digantikan oleh sehingga menghasilkan alkil ester. Proses
metanol. Metanol adalah alkohol yang dapat tersebut dikenal sebagai proses alkoholisis.
dibuat dari batubara, gas alam, atau kayu. (Said, Proses alkoholisis ini merupakan reaksi
2009). biasanya berjalan lambat namun dapat
Metanol memiliki berat molekul 32,042 dipercepat dengan bantuan suatu katalis.(Yuli,
gr/mol , titik leleh -98oC dan titik didih 64oC. 2006).Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi
Alkohol yang paling umum digunakan untuk utama dalam pembuatan biodiesel. Pada reaksi
transesterifikasi adalah metanol, karena ini, trigliserida (minyak) bereaksi dengan
harganya lebih murah dan daya reaksinya lebih metanol dalam katalis basa untuk menghasilkan
tinggi dibandingkan dengan alkohol rantai biodiesel dan gliserol.
panjang, sehingga methanol ini mampu Pada solar atau bahan bakar untuk mesin
memproduksi biodiesel yang lebih stabil. diesel dikenal nilai setane/cetane number. Nilai
Berbeda dengan etanol, metanol tersedia dalam cetane adalah kemampuan suatu bahan bakar
bentuk absolut yang mudah diperoleh sehingga untuk mempersingkat delay ignition (penundaan
hidrolisa dan pembentukkan sabun akibat air pembakaran). Delay ignition adalah jarak waktu
yang terdapat dalam alkohol dapat antara pemasukan/injeksi bahan bakar oleh
diminimalkan. Biaya untuk memproduksi etanol injektor dengan dimulainya bahan bakar
absolut cukup tinggi. Akibatnya, bahan bakar tersebut terbakar.
biodiesel berbasis etanol tidak berdaya saing Cara pengukuran angka cetane yang
secara ekonomis dengan metil ester asam lemak, umum digunakan, seperti standard dari ASTM
sehingga membiarkan bahan bakar diesel fosil D613 atau ISO 5165, adalah menggunakan
bertahan sendiri. Disamping itu, harga etanol hexadecane (C16H34, yang memiliki nama lain
juga tinggi sehingga menghambat cetane) sebagai patokan tertinggi (angka cetane,
penggunaanya dalam produksi dalam skala CN=100), dan 2,2,4,4,6,8,8 heptamethylnonane
industri. (Said, 2009). (HMN yang juga memiliki komposisi C16H34)
O sebagai patokan terendah (CN=15) (Knothe,
O 2005). Dari standard tersebut bisa dillihat
H2C OCR H2C O H CH3O CR bahwa hidrokarbon dengan rantai lurus (straight
O O chain) lebih mudah terbakar dibandingkan
dengan hidrokarbon yang memiliki banyak
HC O C R' + 3 CH3OH kalor HC O H + CH3O C R' cabang (branch). Angka cetane berkorelasi
O katalis O dengan tingkat kemudahan penyalaan pada
H2C O C R'' H2C O H CH3O temperatur rendah (cold start) dan rendahnya
C R'' kebisingan pada kondisi idle (Environment
Trigliserida metanol gliserol Canada, 2006). Angka cetane yang tinggi juga
metil ester diketahui berhubungan dengan rendahnya
Gambar 1. ReaksiTransesterifikasi polutan NOx (Knothe, 2005).
Secara umum, biodiesel memiliki angka
Transesterifikasiminyakmenjadi biodiesel cetane yang lebih tinggi dibandingkan dengan
(asamlemakmetilester, FAME) solar. Biodiesel pada memiliki angka cetane
dapatdigunakankatalis basa, asam, danenzim. minimal 51, sedangkan bahan bakar diesel no. 2
Dalamkatalis basa meliputikatalis basa memiliki angka cetane 47 – 55 (Bozbas, 2005).
homogen dan katalis basa heterogen. Yang Panjangnya rantai hidrokarbon yang terdapat
umumdigunakansebagaikatalishomogenadalahN pada ester (fatty acid alkyl ester, misalnya)
aOH dan KOH. Transesterifikasidengankatalis menyebabkan tingginya angka cetane biodiesel
basa lebihcepatdari pada dibandingkan dengan solar (Knothe, 2005).
transesterifikasimenggunakankatalisasam.
Namun, dibutuhkanair yang

Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016 Page 62


Titik nyala adalah suhu dimana uap yang 5. Termometer
ada di atas minyak dapat menyala sementara 6. Ember
atau akan meledek seketika kalau ada api. 2.2. Prosedur Proses Pembuatan Biodiesel
Analisa titik nyala digunakan untuk 1. Persiapan bahan baku
menunjukkan indikasi jarak didih, dimana a. Minyak Jelantah
dibawah suhu tersebut minyak akan aman tanpa Minyak jelantah disaring untuk
adanya bahaya api. Alat yang digunakan untuk memisahkan kotoran padat.
analisa titik nyala diantaranya open b. Katalis Cangkang Telur
cup&phensky Marten. Minyak dipanaskan Kulit telur dicuci sampai bersih
dengan kecepatan 2-100F per menit. Setiap kemudian oven selama 24 jam pada
pemeriksaan, nyala api diberikan ke uap minyak suhu 1100C. Kulit telur kering
selama interval waktu 30 detik kemudian dihancurkan sampai ukuran 80
suhunya dicatat. (Ali Fasya, 1998) mesh.Selanjutnya tepung kulit telur
Viskositasmerupakan ukuran ketahanan dikalsinasi di dalam furnace dengan
terhadap aliran. Tujuan analisa viskoitas adalah suhu 9000C selama 5 jam untuk
mengetahui kekentalan minyak pada suhu menghasilkan CaO.
tertentu sehingga minyak dapat dialirkan pada
2. Uji FFA
suhu tersebut. Peralatan yang digunakan untuk
a. Dipanaskan campuran minyak hingga
pengukuran viskositas diantarnya saybold
homogen pada 40-500C
universal viscosity dan saybold furol viscosity.
b. Timbangminyaksebanyak 5
Analisa viskositas dilakukan dengan mencatat
grkedalamerlenmeyer 150ml
lama waktu pengaliran sebuah minyak dalam
c. Tambahkan 50 ml isopropilalkoholdan
sebuah wadah pada volume tertentu melalui
2 tetesindikator PP, panaskan di hot
lubang (office) tertentu dan pada suhu tertentu.
plate sampaiminyaklarut.
Angka viskositas digunakan untuk menentukan
d. TitrasidenganNaOH 0.1 N
nilai index viskositas. Angka index viskositas
hinggaterbentukwarnamerahmuda.
menunjukkan perubahan nilai viskositas akibat
e. CatatpemakaianNaOH 0.1 N.
perubahan suhu. Jika angka index viskositas
tinggi maka viskositasnya relative tidak berubah 3. ReaksiTransesterifikasi
terhadap perubahan suhu. Jika angka index Reaksi transesterifikasi berlangsung
viskositas rendah maka viskositasnya sangat selama 2 jam, dengan temperatur dijaga
dipengaruhi oleh perubahan suhu. (Ali Fasya, konstan antara 600C-650C menggunakan
1998) katalis 2% dari massa minyak.
a. Siapkan metanol, 40 % dari massa
2. Metode Penelitian minyak.
Penelitian ini dilaksanakan mulai b. Katalis CaO dengan jumlah 2% dari
tanggal 26 Januari 2016 sampai dengan Maret massa minyak, dimasukkan ke dalam
2016 di Laboratorium Kimia Organik dan Graha metanol, dicampur rata.
Pertamina Universitas Sriwijaya. c. Minyak sebanyak 200 gr dipanaskan
sampai 48-540C.
d. Campur minyak dengan metanol dan
CaO dan dimasukkan ke dalam labu
leher tiga yang telah dilengkapi dengan
termometer, pemanas, pengaduk, dan
kondensor. Dipanaskanselama 2 jam.
e. Setelahdipanaskan,
didiamkansampelselama 12 jam
padacorongpemisah.
f. Proses
transesterifikasiakanmenghasilkanmetil
Gambar 2. Rangkaian Alat
esterdanhasilsampinggliserol.
Keterangan:
g. Pisahkan lapisan gliserol dengan
1. Kondensor
lapisan metil ester.
2. Pompa
h. Cuci metil ester menggunakan aquades
3. Magnetic Stirrer
yang dipanaskan hingga suhu 500C.
4. Hot Plate

Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016 Page 63


i. Lakukan pencucian hingga air cucian CaO sehingga warna abu kehitaman berubah
menjadi bening. menjadi putih.
j. Oven metil ester yang telah dicuci Pengaruh variabel volume campuran
selama 2 jam. minyak jelantah dan minyak kelapa sawit
terhadap densitas biodiesel
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2. Hasil uji nilai asam lemak bebas bahan 0.888
0.9
baku campuran minyak jelantah dan minyak 0.876 0.879

Densitas (gr/cm3)
kelapa sawit 0.88 0.868
0.86 0.849
Nilai Asam Lemak
No Bahan Baku
Bebas 0.84
1 100% MJ, 0 % MS 1,7 0.82
2 75% MJ, 25 % MS 1,4 100 75;25 50;50 25;75 100
3 50% MJ, 50 % MS 1,2
4 25% MJ, 75 % MS 1,5 Variabel volume campuran…
5 0% MJ, 100 % MS 1,4
Ket : MJ = Minyakjelantah
MS = MinyakKelapaSawit Gambar 3. Nilai densitas biodiesel bahan baku
campuran minyak jelantah dan
Bahan baku dari campuran minyak minyak kelapa sawit.
jelantah dan minyak kelapa sawit yang akan
digunakan untuk pembuatan biodiesel harus Pada gambar 4.1. menunjukkan bahwa
dilakukan uji asam lemak bebas. Hal ini nilai densitas untuk minyak jelantah 100%
dikarenakan jika nilai asam lemak bebas adalah 0,868 gr/cm3. Nilai ini tidak jauh berbeda
melebihi 5% maka harus dilakukan proses untuk bahan baku minyak kelapa sawit 100%
esterifikasi terlebih dahulu sedangkan jika nilai yaitu 0,879 gr/cm3. Untuk campuran minyak
asam lemak bebas kurang dari 5% maka dapat jelantah dan minyak kelapa sawit mempunyai
langsung melalui proses transesterifikasi. Nilai nilai densitas sebesar 0,876 gr/cm3 dan 0,888
asam lemak bebas yang tinggi dapat menganggu gr/cm3 pada perbandingan 75% minyak jelantah
jalannya proses transesterifikasi dimana asam dan 25% minyak kelapa sawit serta
lemak bebas akan bereaksi dengan katalis yang perbandingan 25% minyak jelantah dan 75%
akan membentuk sabun. minyak kelapa sawit. Jika dilihat pada gambar,
terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada
Hasil Kalsinasi Cangkang Telur sampel campuran 50% minyak jelantah dan
Pembentukan CaO dari kalsinasi cangkang 50% minyak kelapa sawit terhadap sampel yang
telur dapat dilihat dari perubahan berat sampel lainnya.
sebelum dan sesudah kalsinasi. Dapat
Nilai densitas untuk sampel campuran
diasumsikan perubahan berat sampel terjadi
50% minyak jelantah dan 50% minyak kelapa
karena pelepasan CO2 dari molekul CaCO3.
sawit ini adalah 0,849 gr/cm3. Menurut
Mula-mula sampel cangkang telur memiliki
penelitian Zuhelmi (2013), perbedaan densitas
massa 90 gram. Setelah dilakukan kalsinasi
dapat dipengaruhi oleh komposisi asam lemak
pada suhu 9000C selama 5 jam, massa sampel
bebas dari bahan baku. Nilai asam lemak bebas
menjadi 50,57 gram. Dari hasil pengamatan
untuk campuran 50% minyak jelantah dan 50%
langsung, serbuk hasil kalsinasi yang diperoleh
minyak kelapa sawit mempunyai nilai yang
pada suhu 9000C selama 5 jam memiliki warna
paling rendah dibandingkan dengan sampel
putih merata (gambar pada lampiran).
lainnya yaitu 1,2%. Nilai asam lemak bebas
Sedangkan pada percobaan sebelumnya,
yang rendah akan meminimalisir reaksi
kalsinasi yang dilakukan pada kondisi suhu
penyabunan. Reaksi penyabunan membentuk
9000C selama 2 jam memiliki warna sebagian
gliserol yang akan meningkatkan nilai densitas
putih dan abu kehitaman. (gambar pada
dari bahan bakar biodiesel.(Diah, 2013).
lampiran). Berdasarkan penelitian Mahreni,dkk
(2011), warna kehitaman disebabkan oleh abu
organik yang terkandung pada cangkang telur.
Pada kalsinasi selama 5 jam, abu organik telah
terdekomposisi dan terlepas dari permukaan

Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016 Page 64


Pengaruh variabel volume campuran Pengaruh variabel volume campuran
minyak jelantah dan minyak kelapa sawit minyak jelantah dan minyak kelapa sawit
terhadap viskositas biodiesel terhadap cetane number biodiesel.

Gambar 5. Nilai cetane number biodiesel bahan


Gambar 4. Nilai viskositas kinematika baku campuran minyak jelantah dan
biodieselbahan baku campuran minyak kelapa sawit.
minyak jelantah dan minyak kelapa Berdasarkan hasil analisa bilangan setana
sawit. biodiesel pada gambar 4.3 terlihat bahwa tidak
Viskositas kinematika yang ditunjukkan ada perbedaan yang terlalu mencolok antara
dari gambar 4.2 memperlihatkan adanya masing-masing sampel bahan baku. Bilangan
perbedaan yang cukup signifikan antara nilai setana paling tinggi terdapat pada sampel 100%
viskositas kinematika bahan baku campuran minyak kelapa sawit yaitu 108,5 dan biodiesel
75% minyak jelantah dan 25% minyak kelapa dari campuran 50% minyak jelantah dan 50%
sawit, campuran 50% minyak jelantah dan 50% minyak kelapa sawit memiliki bilangan setana
minyak kelapa sawit serta 25% minyak jelantah terendah yaitu 80,5.
dan 75% minyak kelapa sawit dengan nilai Untuk sampel 100% minyak jelantah
masing masing 11,6116 cSt, 4,346342 cSt, menunjukkan bilangan setana 105,6. Menurut
10,2102 cSt. Namun, untuk nilai viskositas (Zuhelmi,2013) nilai setana dipengaruhi oleh
kinematika 100% minyak jelantah tidak jauh komposisi asam lemak yang terkandung di
berbeda dengan viskositas kinematika 100% dalam minyak. Semakin tidak jenuh minyak
minyak kelapa sawit yaitu masing-masing maka semakin rendah bilangan setana. Minyak
5,659654 cSt dan 5,462457 cSt. Pada penelitian kelapa sawit memiliki asam lemak jenuh
(Mahreni, 2011), viskositas kinematika sebanyak 51% berupa asam palmiat dan asam
biodiesel dari minyak kelapa sawit dengan lemak tidak jenuh sebanyak 49% berupa asam
menggunakan katalis dari cangkang telur adalah oleat.
4,68 cSt. Nilai ini tidak jauh berbeda dengan Sedangkan untuk minyak jelantah, karena
hasil viskositas kinematika biodiesel dari 100% telah dilakukan pemanasan bebrapa kali, asam
minyak kelapa sawit pada penelitian ini. lemak tidak jenuh pada minyak berubah
Penelitian lain (Aldes,dkk,2013) juga menjadi asam lemak jenuh disebabkan karena
menunjukkan nilai viskositas kinematika yang terjadinya oksidasi antara oksigen dengan ikatan
tidak jauh berbeda dengan viskositas kinematika rangkapnya sehingga ikatan rangkapnya
biodiesel dari 100% minyak jelantah yaitu 5,81 menjadi hilang (Islami, 2014). Teori ini
cSt. dibuktikan oleh perbandingan sampel 100%
Viskositas kinematika dapat dipengaruhi minyak jelantah yang memiliki bilangan setana
oleh komposisi asam lemak bebas bahan baku. yang lebih tinggi dibandingkan sampel
Hal ini terbukti dari sampel campuran 50% campuran 50% minyak jelantah dan 50%
minyak jelantah dan 50% minyak kelapa sawit minyak kelapa sawit.
yang menunjukkan nilai asam lemak bebas
paling rendah dibanding sampel yang lainnya.
Selain itu faktor oksidasi juga meningkatkan
nilai viskositas kinematika biodiesel (Zuhelmi,
2013).Minyak jelantah teroksidasi lebih banyak
karena telah dipakai berulang-ulang sehingga
menaikkan nilai viskositas kinematikanya jika
dibandingkan dengan minyak kelapa sawit.

Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016 Page 65


Pengaruh variabel volume campuran DAFTAR PUSTAKA
minyak jelantah dan minyak kelapa sawit
terhadap cetane numberdanflash point
Anh N. Phan, dkk. 2008. Biodiesel production
biodiesel
from waste cooking oils. Jurnal Elsevier
Departemen Perindustrian. 2007. Gambaaran
Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit.
Sekretariat Jendral: Jakarta
Fasya, Ali Ismail. 1998. Teknologi Minyak dan
Gas Bumi. Universitas Sriwijaya:
Palembang
Gunawan,dkk. 2014. Karakteristik Biodiesel
dari CPO (Crude Palm Oil)
BerbasisGelombangMikro. Politeknik
Negeri Pontianak: Pontianak
Hamid, Tilani. 2002. Preparasi Karakteristik
Biodiesel Dari Minyak Kelapa Sawit.
Gambar 6. Hubungancetane number dan flash Jurnal Jurusan Teknik Gas dan Petrokimia
point biodiesel bahan baku Universitas Indonesia: Depok
campuran minyak jelantah dan
minyak kelapa sawit. Hariska, A.,dkk. 2012. PengaruhMetanol Dan
Hubunganantaracetane numberdanflash KatalisPadaPembuatan Biodiesel Dari
pointdapatdilihatpadagrafik, MinyakJelantahSecaraEsterifikasiDengan
semakintingginilaicetane numbermakamaka MenggunakanKatalis K2CO3.
nilai flash point juga semakin tinggi. Hal ini JurnalTeknik Kimia UniversitasSriwijaya:
menunjukkan kualitas biodiesel yang bagus Palembang
yakni pada sampel 100% minyak jelantah dan Khandita, Alik F, danArie, N, D.
sampel 100% minyak kelapa sawit yang 2012.Pembuatan Biodiesel
mempunyai nilai cetane number 105,6 dan daribermacamminyakgorengbekasdengan
108,5 serta flash point 246,60C dan 221,40C. proses transesterifikasi. JurnalTeknologi
Semakin besar flash point maka kualitas Kimia danIndustri Vol. 1.
biodiesel yang dihasilkan semakin bagus karena UniversitaasDiponegoro: Semarang
flash point yang tinggi akan memudahkan
penanganan bahan bakar, karena bahan bakar Lesbani,dkk. 2013. Produksi Biodiesel Melalui
tidak perlu disimpan pada suhu rendah. Flash Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah
point dapat dipengaruhi oleh jumlah alkohol dengan Katalis Cangkang Kerang Darah
sisa dan juga pelarut lain yang memiliki nilai (Anandara granosa) Hasil Dekomposisi.
titik didih yang rendah pada biodiesel. Semakin Jurnal Kimia FMIPA Universitas
banyak jumlah alkohol dan pelarut, maka nilai Sriwijaya: Palembang
flash point akan turun (Zuhelmi, 2013). Mahreni. 2011. Pemanfaatan Kulit Telur
Sebagai Katalis Biodiesel dari Minyak
5. KESIMPULAN Sawit dan Metanol. Jurnal Teknik Kimia
Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan Universitas Pembangunan Nasional
bahwa asam lemak bebas yang ada pada bahan Veteran Yogyakarta: Yogyakarta
baku sebanding dengan nilai densitas dan
viskositas kinematika biodiesel. Sedangkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5
untuk bilangan setane dan flash point Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi
dipengaruhi oleh jenis asam lemak yang ada Nasional
pada bahan baku serta kemurnian produk. Satriadi, Hantoro,dkk. 2014. Peningkatan
Kualitas Dan Proses Pembuatan Biodiesel
Dari Blending Minyak Kelapa Sawit
(Palm Oil) Dan Minyak Kelapa (Coconut
Oil) Dengan Bantuan Gelombang

Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016 Page 66


Ultrasonik. Jurnal Teknik Kimia
Universitas Diponegoro: Semarang
Setiowati, Rini,dkk. 2014. Produksi Biodisel
Dari Minyak Goreng Bekas Menggunakan
Katalis Cao Cangkang Kerang Darah
Kalsinasi 900 °C. Jurnal Mahasiswa
Jurusan Kimia Kampus Bina Widya
Pekanbaru: Pekanbaru
Suirta.2009. Preparasi Biodiesel dari Minyak
Jelantah Kelapa Sawit. Jurnal Kimia
FMIPA Universitas Udayana: Bali
Sunu,dkk. 2013. Pembuatan Biodiesel Dari
Minyak Kelapa Sawit Dengan
Menggunakan Katalis Berpromotor
Ganda Berpenyangga γ-Alumina
(CaO/KI/γ-Al 2 O 3 ) Dalam Reaktor
Fluidized Bed. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember: Surabaya
Tazora, H.,dkk. Peningkatan Mutu Biodiesel
dari Minyak Biji Karet melalui
Pencampuran dengan Biodiesel dari
Minyak Jarak Pagar. Jurnal Teknologi
Industri Pertanian IPB
Wendi,dkk. 2015. Pengaruh Suhu Reaksi Dan
Jumlah Katalis Pada Pembuatan
Biodiesel Dari Limbah Lemak Sapi
Dengan Menggunakan Katalis Heterogen
Cao Dari Kulit Telur Ayam. Jurnal Teknik
Kimia Universitas Sumatera Utara: Medan
Zuhra,dkk. 2015. Preparasi Katalis Abu Kulit
Kerang Untuk Transesterifikasi Minyak
Nyamplung Menjadi Biodiesel. Jurnal
Teknik Kimia Universitas Malikussaleh:
Aceh

Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016 Page 67

Anda mungkin juga menyukai