PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK JARAK KEPYAR DENGAN REAKSI METANOLISIS MENGG…
Iskandar Zulkarnain
Produsi Biodiesel dari Minyak Jelant ah menggunakan Cangkang Bekicot (Achat ina fulica) sebagai Kat …
Sunardi sunardi
Disusun oleh :
UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2016
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul
“Transesterifikasi Minyak Bintaro dengan Katalis Kalsium Oksida dari Cangkang
Telur”.
Penulisan karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu Lomba Karya Tulis
Ilmiah yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Kimia Institut Teknologi
Sepuluh November dalam ajang Research of Applied Chemistry Competition
(REACTION) 2016. Terima kasih kepada panitia yang membimbing penulis
dalam pengerjaan karya tulis ini.
Dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan demi perbaikan dan
penyempurnaan karya tulis ini.
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................16
LAMPIRAN ..........................................................................................................18
DAFTAR TABEL
vi
Tabel 1. Rendemen Minyak Biji Bintaro ..........................................................11
Tabel 2. Komposisi kandungan metil ester minyak bintaro ..............................13
Tabel 3. Hasil Rendemen Biodiesel ..................................................................14
ABSTRAK
vii
Kebutuhan bahan bakar minyak bumi di Indonesia dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan, namun tidak diimbangi dengan produksi bahan bakar
minyak. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan ini adalah diversifikasi
energi pengganti minyak bumi. Salah satu kandidat bahan bakar alternatif terbaik
karena bersih dan dapat diproduksi dari bahan baku terbarukan adalah biodiesel.
Salah satu tumbuhan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai biodiesel
adalah bintaro (Cerbera Manghas). Biji bintaro mengandung minyak yang cukup
banyak yakni sekitar 43-64%. Selain itu, bintaro merupakan tanaman non-pangan
sehingga penggunaannya sebagai bahan baku biodiesel tidak akan bersaing
dengan kebutuhan pangan.
Pada penelitian ini, katalis yang digunakan dalam pembuatan biodiesel adalah
katalis heterogen Kalsium Oksida (CaO) yang berasal dari kulit telur. Katalis ini
mempunyai banyak keuntungan dan sifatnya yang ramah lingkungan, yaitu tidak
bersifat korosif, mudah dipisahkan dari produk dengan cara filtrasi, serta dapat
digunakan berulangkali dalam jangka waktu yang lama. Selain itu kemurnian hasil
dapat ditingkatkan, karena reaksi samping dapat dieliminasi. Penggunaan limbah
sebagai bahan baku pembuatan katalis dapat mengurangi biaya produksi biodiesel.
Preparasi Katalis dilakukan melalui proses dekomposisi termal pada suhu 900oC.
Pola difaktrogramnya dari katalis CaO terdapat pada 2 Thetha = 32,16o,
37,25o, 53,54o, 64,16o, dan 67,5o.Konsentrasi Katalis optimum pada proses
transesterifikasi minyak biji bintaro adalah 3% dengan total rendemen yaitu
96,4%. Minyak bintaro yang dihasilkan dari biji bintaro memiliki karakteristik
bilangan asam 0,68 mgKOH/g dan densitas 0,978 g/ml dengan warna kuning
kemerahan serta berbau kelapa, rendemen minyak dari biji bintaro adalah 45%.
Sedangkan karakteristik metil ester minyak biji bintaro memiliki bilangan asam
0,46 dan densitas 0,8602 g/ml sedangkan dari analisa gc-ms diperoleh bahwa
komponen terbanyak dari metil ester yang terbentuk adalah metil oleat dengan
persentase 51,22%.
Kata Kunci: Biodiesel, Minyak Bintaro, Katalis, CaO, Kulit Telur.
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
ini, katalis yang digunakan dalam pembuatan biodiesel adalah katalis heterogen
Kalsium Oksida (CaO) yang berasal dari kulit telur. Katalis ini mempunyai banyak
keuntungan dan sifatnya yang ramah lingkungan, yaitu tidak bersifat korosif, mudah
dipisahkan dari produk dengan cara filtrasi, serta dapat digunakan berulangkali
dalam jangka waktu yang lama. Selain itu kemurnian hasil dapat ditingkatkan,
karena reaksi samping dapat dieliminasi, penggunaan limbah sebagai bahan baku
pembuatan katalis dapat mengurangi biaya produksi biodiesel.
Katalis CaO dapat dibuat melalui proses kalsinasi sehingga dapat
mendekomposisi mineral kalsit (CaCO 3 ) menjadi CaO dan CO 2. Santoso dkk (2013)
telah berhasil membuat katalis heterogen CaO berbahan dasar cangkang telur
dengan suhu kalsinasi sebesar 1000oC. Sedangkan menurut Wei et al (2009) Untuk
mendapatkan katalis CaO yang baik dari kulit telur, temperatur kalsinasi yang
digunakan harus diatas 800oC karena pada suhu tersebut dapat menghilangkan
kandungan air, senyawa organik, serta karbon dioksida yang terdapat pada kulit
telur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif untuk mesin diesel yang diproduksi
dengan reaksi esterifikasi dan transesterifikasi minyak tumbuhan atau lemak hewan
alkohol rantai pendek seperti metanol. Reaksinya berlangsung dengan membutuhkan
bantuan katalis seperti basa kuat, sehingga akan memproduksi senyawa kimia baru
yaitu metil ester (Van Gerpen, 2005). Biodiesel merupakan sejenis bahan bakar
diesel yang diproses dari bahan hayati terutama minyak nabati dan lemak hewan dan
secara kimiawi dinyatakan sebagai monoalkil ester dari asam lemak rantai panjang
yang bersumber dari golongan lipida (Tapasvi et al., 2005). Monoalkil ester dapat
berupa metil ester atau etil ester yang merupakan senyawa yang relatif stabil,
berwujud cair pada temperatur ruang (titik leleh antara 4-18oC), titik didih rendah
dan tidak korosif. Metil ester lebih stabil secara pirolitik dalam proses distilasi
fraksional dan lebih ekonomis sehingga lebih disukai daripada etil ester (Sonntag,
1982).
Biodiesel mempunyai rantai karbon antara 12 sampai 20 serta mengandung
oksigen. Adanya oksigen pada biodiesel membedakannya dengan petroleum diesel
(solar) yang komponen utamanya hanya terdiri dari hidrokarbon. Jadi komposisi
biodiesel dan petroleum diesel sangat berbeda. Biodiesel terdiri dari metil ester asam
lemak nabati, sedangkan petroleum diesel adalah hidrokarbon. Namun, biodiesel
mempunyai sifat kimia dan fisika yang serupa dengan petroleum diesel (solar)
sehingga dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan
petroleum diesel.
Keuntungan pemakaian biodiesel dibandingkan dengan petrodiesel (BBM)
diantaranya adalah bahan baku dapat diperbaharui (renewable), cetane number
tinggi, biodegradable, dapat digunakan pada semua mesin tanpa harus modifikasi,
berfungsi sebagai pelumas sekaligus membersihkan injektor, serta dapat mengurangi
emisi karbondioksida, partikulat berbahaya dan sulfur oksida.
Kerajaan : Plantae
Sub Kerajaan : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae
Genus : Cerbera
Spesies : Cerbera Manghas
Sumber : Zailani 2015
Biji bintaro adalah biji yang berasal dari buah bintaro. Menurut Zailani (2015)
biji bintaro dapat dimanfaatkan sebagai biopestisida selain itu juga dapat diperah
untuk menghasilkan minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel.
700oC – 800oC. Oleh karena itu untuk mendapatkan katalis CaO yang baik harus
dilakukan kalsinasi terhadap kulit telur pada suhu diatas 800oC (Wei et al., 2009).
7
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
dimana: Wbiodiesel= berat metal ester (biodiesel) hasil pencucian dan pemisahan
Wminyak= berat minyak bintaro yang digunakan dalam reaktor
3.2.5 Penentuan katalis CaO optimum untuk reaksi transesterifikasi
Pada tahapan ini dilakukan pencarian terhadap konsentrasi katalis CaO optimum
yang berperan pada reaksi katalitik pembuatan biodiesel. Pencarian menggunakan
metode RFT (Range Finding Test). Variasi konsentrasi katalis CaO yang digunakan
adalah 1%, 2% dan 3% berat katalis terhadap minyak (b/b).
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 1. Difraktogram Kalsinasi Cangkang Telur Pada suhu 900oC dan CaO
Standar JCPDS No. 82-1960
10
Sementara itu untuk rendemen minyak nabati bintaro dari biji buah bintaro
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Rendemen Minyak Biji Bintaro
Berat biji yang Jumlah Minyak yang
No Total Rendemen
disoxletasi (gr) dihasilkan (gr)
1 39,3 11,69
2 45,95 23,94 45%
3 35,68 18,59
Rendemen minyak bintaro yang dihasilkan adalah 45% rendemen ini lebih
rendah dari rendemen minyak biji bintaro yang diperoleh oleh Handayani dkk
(2015) yaitu sebesar 51,07%. Menurut Guenther (1990) nilai rendemen ini bervariasi
karena dipengaruhi beberapa faktor seperti tempat tumbuh, varietas, lama
penyulingan dan perlakuan bahan. Menurut Bernasconi et al (1995) dalam ekstraksi
minyak atau lemak, pelarut berperan penting dalam menentukan jumlah minyak atau
lemak yang dihasilkan.
Minyak bintaro yang diperoleh dari proses soxletasi kemudian diteruskan
keproses deguming, deguming dilakukan menggunakan asam posfat dengan
konsentrasi 30% selama 1 jam. Deguming dilakukan berguna untuk menghilangkan
komponen pengotor yang terdapat dalam biji yang juga terbawa oleh minyak.
Pengotor tersebut adalah getah atau gum dan juga lendir yang kaya akan karbohidrat
protein dan juga fosfatida. Menurut Handayani dkk (2015) selain dapat
menghilangkan gum dan lendir deguming juga dapat menurunkan nilai densitas
minyak nabati yang dihasilkan.
Setelah dilakukan tahap deguming selanjutnya dilakukan pula tahapan acid pre-
treatment. Proses ini berfungsi untuk menurunkan kadar FFA dari minyak nabati. .
Hal ini dikarenakan kandungan FFA dari suatu minyak nabati sangat mempengaruhi
biodiesel yang akan terbentuk. Jika kadar FFA tinggi maka minyak akan bereaksi
dengan katalis basa membentuk sabun. Pada tahapan ini penggunaan katalis H2 SO 4
dikarenakan berdasarkan Setyawardhani dkk (2010) penggunaan katalis asam sulfat
sangat baik dalam tahapan pembuatan biodiesel dengan metode acid pre-treatment.
Setyawardhani dkk (2010) telah mencoba 3 jenis katalis asam yang digunakan pada
tahapan esterifikasi. Asam sulfat menunjukan hasil biodiesel yang sangat baik
dibandingkan katalis asam fosfat, dan asam klorida dengan rendemen biodiesel yang
12
dengan penataan ulang molekul perantara untuk membentuk metil ester trigliserida,
seperti pada persamaan (4)
(4)
Langkah 4 : Anion metoksida menyerang atom karbon karbonil lain dalam gliserida
dan membentuk satu mol metil ester dan mono gliserida. Langkah ini berlanjut terus
hingga total tiga mol metil ester dan satu mol gliserol terbentuk selama reaksi.
Kemudian metil ester yang berada pada lapisan atas diambil dan dianalisa
bilangan asamnya serta densitasnya. bilangan asam pada metil ester yang terbentuk
memiliki kisaran 0,46 mgKOH/g. Nilai ini masuk kedalam persyaratan biodiesel
menurut Tyson (2003) yang menyatakan bahwa nilai bilangan asam yang baik untuk
biodiesel adalah dibawah 0,8 mgKOH/g. Menurut Utami (2011) nilai bilangan asam
bervariasi dikarenakan pengaruh konsentrasi katalis, rasio molar metanol/minyak,
serta kadar air didalam reaktan sebelum dilakukannya reaksi.
Selanjutnya, nilai densitas metil ester dari biji bintaro adalah sebesar 0,8602
g/ml nilai ini mendekati nilai densitas yang diperoleh oleh Utami (2011) yaitu
sebesar 0,86 g/ml. Nilai ini sesuai dengan biodiesel menurut Syah (2006) yaitu nilai
densitas biodiesel seharusnya berkisar antara 0,85 – 0,90 g/ml.
Komposisi penyusun metil ester dari biji minyak bintaro dianalisis menggunakan
GC-MS. Dari hasil analisa GC-MS digunakan waktu retensi standar asam lemak
sebagai pembanding. Hasil analisa GC-MS dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Komposisi kandungan metil ester minyak bintaro (Utami, 2011)
Asam Lemak Hasil Analisis %
Metil Palmitat 23,31
Metil Oleat 51,15
Metil Stearat 9,43
Metil Arachate 2,31
Metil Palmitoleat 0,97
Metil Lignocerat 4,49
Metil Miristat 0,07
14
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa kandungan metil ester dari minyak bintaro
didominasi oleh metil oleat.
4.3 Konsentrasi katalis CaO Optimum pada Pembuatan Biodiesel dari Biji
Bintaro
Setelah dialkukannya uji pendahuluan dan hasil dari uji tersebut ialah suatu
metil ester, maka dilakukan pencarian terhadap konsentrasi katalis yang optimum
pada proses konversi metil ester. Pengkondisian waktu dan suhu reaksi pada suhu
65oC dan selama 1 jam dikarenakan mengikuti kondisi optimum produksi biodiesel
yang dilakukan Utami (2011) pada penelitiannya. Konsentrasi katalis CaO
Optimum yang digunakan pada reaksi transesterifikasi dari variasi 1%, 2% dan 3%
(b/b) dari minyak dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil Rendemen Biodiesel
Konsentrasi Katalis %(b/b) Rendemen Biodiesel
1% 90,34
2% 92,41
3% 96,4
Dari tabel diatas menunjukan bahwa dari variasi konsentrasi katalis CaO kondisi
optimum dalam pembuatan Biodiesel biji bintaro adalah 96,4%. Nilai rendemen ini
merupakan nilai tertinggi dari kosentrasi katalis 1% dan 2%. Nilai konsentrasi
Optimum ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Utami
(2011) pada proses konversi metil ester minyak biji bintaro yang menggunakan
NaOH nilai konsentrasi optimum ini lebih besar dari nilai konsentrasi optimum
NaOH yang diperolehnya yaitu sebesar 0,5% dengan rendemen 96,22%. Sehingga
dapat dikatakan bahwa pada penggunaanya katalis CaO memang dibutuhkan sedikit
lebih banyak jika dibandingkan dengan katalis NaOH pada proses reaksi
transesterifikasi minyak biji bintaro. Namun nilai rendemennya lebih tinggi 0,18%
dari nilai rendemen menggunakan katalis NaOH.
15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Katalis CaO dapat dibuat menggunakan cangkang telur dengan cara kalsinasi
pada suhu 900oC selama 2 jam. Dengan karakteristik pola difaktrogramnya
muncul pada 2 Thetha = 32,16o, 37,25o, 53,54o, 64,16o, dan 67,5o .
2. Konsentrasi Katalis optimum pada proses transesterifikasi minyak biji bintaro
adalah 3% dengan total rendemen yaitu 96,4%
3. Minyak bintaro yang dihasilkan dari biji bintaro memiliki karakteristik bilangan
asam 0,68 mgKOH/g dan densitas 0,978 g/ml dengan warna kuning kemerahan
serta berbau kelapa, rendemen minyak dari biji bintaro adalah 45%. Sedangkan
karakteristik metil ester minyak biji bintaro memiliki bilangan asam 0,46 dan
densitas 0,8602 g/ml sedangkan dari analisa gc-ms diperoleh bahwa komponen
terbanyak dari metil ester yang terbentuk adalah metil oleat dengan persentase
51,22%
5.2 Saran
Adapun saran dari penulis adalah:
1. Perlu dilakukan pembuatan Biodiesel dengan menggunakan bahan baku yang
lain.
2. Perlu dikaji penggunaan katalis lainnya dalam pembuatan biodiesel.
3. Perlu dikembangkan pembuatan biodiesel dalam skala industri.
16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Biodata Peserta dan Dosen Pembimbing
BIODATA ANGGOTA 1
Nama Lengkap : Priya Tri Nanda
NIM : F1C112049
Program Studi/Jurusan : Kimia/MIPA
Fakultas : Sains dan Teknologi
Tempat dan Tanggal Lahir : Sungai Penuh, 22 Maret 1995
Alamat : Puri Masurai 2 Blok D No 3 Kabupaten Muaro Jambi
E-mail : priyatrinanda30@gmail.com
No.Telp/Hp : 082307002263
Karya Tulis Ilmiah : Pemanfaatan Limbah Sampah Organik dan Tulang
Ayam sebagai Bahan Dasar Pembuatan Semen
Ramah Lingkungan
Penghargaan di Bidang Ilmiah: -
20
BIODATA ANGGOTA 2
Nama Lengkap : Sinta Anggraini Siregar
NIM : F1C112003
Program Studi/Jurusan : Kimia/ MIPA
Fakultas : Sains dan Teknologi
Tempat dan Tanggal Lahir : Jambi, 9 Mei 1995
Alamat : Kota Jambi
E-mail : SintaAnggraini43@yahoo.com
No.Telp/Hp : 085769180446
Karya Tulis Ilmiah : Pemanfaatan Limbah Sampah Organik dan Tulang
Ayam sebagai Bahan Dasar Pembuatan Semen
Ramah Lingkungan
Penghargaan di Bidang Ilmiah: -
21