Anda di halaman 1dari 30

Accelerat ing t he world's research.

REACTION (Research of Applied


Chemistry Competition) Chemistry
Week 8 TRANSESTERIFIKASI
MINYAK BINTARO DENGAN KA...
Maulana M Yusuf

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK JARAK KEPYAR DENGAN REAKSI METANOLISIS MENGG…
Iskandar Zulkarnain

Produsi Biodiesel dari Minyak Jelant ah menggunakan Cangkang Bekicot (Achat ina fulica) sebagai Kat …
Sunardi sunardi

F1C111025 sit edi NUR MALIANA (F1C1 11 025)


Riizky Prat ama
REACTION (Research of Applied Chemistry Competition)
Chemistry Week 8

TRANSESTERIFIKASI MINYAK BINTARO DENGAN


KATALIS KALSIUM OKSIDA DARI CANGKANG TELUR

Disusun oleh :

Maulana M Yusuf (F1C113052)


Priya Tri Nanda (F1C112049)
Sinta Anggraini Siregar (F1C112003)

UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2016

i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul
“Transesterifikasi Minyak Bintaro dengan Katalis Kalsium Oksida dari Cangkang
Telur”.

Penulisan karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu Lomba Karya Tulis
Ilmiah yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Kimia Institut Teknologi
Sepuluh November dalam ajang Research of Applied Chemistry Competition
(REACTION) 2016. Terima kasih kepada panitia yang membimbing penulis
dalam pengerjaan karya tulis ini.

Dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan demi perbaikan dan
penyempurnaan karya tulis ini.

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ..ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL................................................................................................. vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................1


1.1.Latar belakang ...........................................................................................1
1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah............................................................2
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................2
1.4. Manfaat Penelitian .....................................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................4
2.1. Biodiesel. ...................................................................................................4
2.2. Tinjauan Minyak Bintaro...........................................................................4
2.3. Katalis dalam Pembuatan Biodiesel. .........................................................5
2.4. Pemanfaatan Cangkang Telur sebagai Bahan Dasar Katalis CaO.............5
BAB III. METODOLOGI PENULISAN .............................................................7
3.1. Tempat dan Waktu.....................................................................................7
3.2. Prosedur Penelitian. ...................................................................................7
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................9
4.1. Pembuatan dan Karakteristik Katalis CaO dari Cangkang Telur. .............9
4.2. Pembuatan Biodiesel dari Minyak Bintaro. .............................................10
4.3. Konsentrasi katalis CaO Optimum pada pembuatan Biodiesel dari biji
bintaro. ....................................................................................................14
BAB V. PENUTUP ...............................................................................................15
5.1. Kesimpulan. .............................................................................................15
5.2. Saran. .......................................................................................................15

v
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................16
LAMPIRAN ..........................................................................................................18

DAFTAR TABEL

vi
Tabel 1. Rendemen Minyak Biji Bintaro ..........................................................11
Tabel 2. Komposisi kandungan metil ester minyak bintaro ..............................13
Tabel 3. Hasil Rendemen Biodiesel ..................................................................14

ABSTRAK

vii
Kebutuhan bahan bakar minyak bumi di Indonesia dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan, namun tidak diimbangi dengan produksi bahan bakar
minyak. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan ini adalah diversifikasi
energi pengganti minyak bumi. Salah satu kandidat bahan bakar alternatif terbaik
karena bersih dan dapat diproduksi dari bahan baku terbarukan adalah biodiesel.
Salah satu tumbuhan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai biodiesel
adalah bintaro (Cerbera Manghas). Biji bintaro mengandung minyak yang cukup
banyak yakni sekitar 43-64%. Selain itu, bintaro merupakan tanaman non-pangan
sehingga penggunaannya sebagai bahan baku biodiesel tidak akan bersaing
dengan kebutuhan pangan.
Pada penelitian ini, katalis yang digunakan dalam pembuatan biodiesel adalah
katalis heterogen Kalsium Oksida (CaO) yang berasal dari kulit telur. Katalis ini
mempunyai banyak keuntungan dan sifatnya yang ramah lingkungan, yaitu tidak
bersifat korosif, mudah dipisahkan dari produk dengan cara filtrasi, serta dapat
digunakan berulangkali dalam jangka waktu yang lama. Selain itu kemurnian hasil
dapat ditingkatkan, karena reaksi samping dapat dieliminasi. Penggunaan limbah
sebagai bahan baku pembuatan katalis dapat mengurangi biaya produksi biodiesel.
Preparasi Katalis dilakukan melalui proses dekomposisi termal pada suhu 900oC.
Pola difaktrogramnya dari katalis CaO terdapat pada 2 Thetha = 32,16o,
37,25o, 53,54o, 64,16o, dan 67,5o.Konsentrasi Katalis optimum pada proses
transesterifikasi minyak biji bintaro adalah 3% dengan total rendemen yaitu
96,4%. Minyak bintaro yang dihasilkan dari biji bintaro memiliki karakteristik
bilangan asam 0,68 mgKOH/g dan densitas 0,978 g/ml dengan warna kuning
kemerahan serta berbau kelapa, rendemen minyak dari biji bintaro adalah 45%.
Sedangkan karakteristik metil ester minyak biji bintaro memiliki bilangan asam
0,46 dan densitas 0,8602 g/ml sedangkan dari analisa gc-ms diperoleh bahwa
komponen terbanyak dari metil ester yang terbentuk adalah metil oleat dengan
persentase 51,22%.
Kata Kunci: Biodiesel, Minyak Bintaro, Katalis, CaO, Kulit Telur.

viii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan bahan bakar minyak bumi di Indonesia dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan, namun tidak diimbangi dengan produksi bahan bakar
minyak. Penurunan jumlah cadangan minyak yang disertai dengan pengurangan
produksinya mencapai 10% per tahun. Tidak cukupnya jumlah cadangan minyak
untuk kebutuhan domestik, menyebabkan Indonesia menjadi net importer minyak
sejak tahun 2000 (Hambali dkk, 2006). Salah satu cara untuk mengatasi
permasalahan ini adalah diversifikasi energi pengganti minyak bumi. Salah satu
kandidat bahan bakar alternatif terbaik karena bersih dan dapat diproduksi dari
bahan baku terbarukan adalah biodiesel.
Minyak biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang terbuat dari sumber
daya alam yang dapat diperbarui, meliputi minyak tumbuhan dan hewan, baik di
darat maupun di laut. Biodiesel diproduksi melalui metode transesterifikasi minyak
tumbuhan atau lemak hewan menggunakan metanol atau etanol (Kuncahyo dkk,
2013). Salah satu tumbuhan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai biodiesel
adalah bintaro (Cerbera Manghas).
Menurut Imahara (2006) biji bintaro mengandung minyak yang cukup banyak
yakni sekitar 43-64% dengan komposisi asam lemak mirip dengan minyak nabati
lainnya. Selain itu, bintaro merupakan tanaman non-pangan sehingga
penggunaannya sebagai bahan baku biodiesel tidak akan bersaing dengan kebutuhan
pangan. Menurut Rohimataun dan Suriati (2011) Tanaman bintaro dimanfaatkan
sebagai tanaman penghijauan dan kerajinan bunga kering karena bintaro dikenal
mempunyai racun seluruh bagian tanamannya sehingga tidak banyak dimanfaatkan
masyarakat dan nilai ekonomisnya masih rendah.
Selama proses esterifikasi dan transesterifikasi dalam produksi biodiesel,
penggunaan katalis sangat dibutuhkan. Katalis berfungsi untuk mengurangi tenaga
aktivasi pada suatu reaksi sehingga pada suhu tertentu harga konstanta kecepatan
reaksi semakin besar. Katalis yang umum digunakan dalam pembuatan biodiesel
yakni jenis katalis homogen asam atau basa (Manurung, 2006). Namun, penggunaan
katalis homogen memiliki beberapa kekurangan diantaranya sulit dipisahkan dari
produk, sulit untuk dimodifikasi dan dapat mencemari lingkungan. Pada penelitian
2

ini, katalis yang digunakan dalam pembuatan biodiesel adalah katalis heterogen
Kalsium Oksida (CaO) yang berasal dari kulit telur. Katalis ini mempunyai banyak
keuntungan dan sifatnya yang ramah lingkungan, yaitu tidak bersifat korosif, mudah
dipisahkan dari produk dengan cara filtrasi, serta dapat digunakan berulangkali
dalam jangka waktu yang lama. Selain itu kemurnian hasil dapat ditingkatkan,
karena reaksi samping dapat dieliminasi, penggunaan limbah sebagai bahan baku
pembuatan katalis dapat mengurangi biaya produksi biodiesel.
Katalis CaO dapat dibuat melalui proses kalsinasi sehingga dapat
mendekomposisi mineral kalsit (CaCO 3 ) menjadi CaO dan CO 2. Santoso dkk (2013)
telah berhasil membuat katalis heterogen CaO berbahan dasar cangkang telur
dengan suhu kalsinasi sebesar 1000oC. Sedangkan menurut Wei et al (2009) Untuk
mendapatkan katalis CaO yang baik dari kulit telur, temperatur kalsinasi yang
digunakan harus diatas 800oC karena pada suhu tersebut dapat menghilangkan
kandungan air, senyawa organik, serta karbon dioksida yang terdapat pada kulit
telur.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah yang dapat disusun dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pembuatan dan karakteristik dari katalis CaO yang terbentuk
dari cangkang telur?
2. Berapakah konsentrasi optimum dalam proses transesterifikasi minyak
bintaro?
3. Bagaimanakah karakteristik minyak bintaro dan metilester yang dihasilkan
dari minyak bintaro?

1.3 Tujuan penelitian


Berdasarkan rumusan diatas, Tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mempelajari Pembuatan dan karakteristik dari katalis CaO dari cangkang
telur.
2. Mengetahui konsentrasi optimum yang digunakan dalam proses
transesterifikasi minyak biji bintaro.
3. Mengetahui karakteristik minyak bintaro dan metil ester minyak yang
dihasilkan dari minyak biji bintaro.
3

1.4 Manfaat penelitian


Berdasarkan tujuan diatas, maka manfaat yang diharapkan dari penelitian ini
yaitu:
1. Bermanfaat dalam rangka mengembangkan pengetahuan dan pemikiran
khususnya dalam bidang energi serta dapat menaikan nilai tambah bagi buah
bintaro.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa minyak dari biji bintaro
dapat dimanfaatkan sebagai energi terbarukan yaitu biodiesel. Serta, kulit
telur dapat dimanfaatkan sebagai katalis dengan cara merubahnya menjadi
senyawa CaO melalu proses dekomposisi termal.
3. Sebagai referensi atau perbandingan untuk penelitian lebih lanjut.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif untuk mesin diesel yang diproduksi
dengan reaksi esterifikasi dan transesterifikasi minyak tumbuhan atau lemak hewan
alkohol rantai pendek seperti metanol. Reaksinya berlangsung dengan membutuhkan
bantuan katalis seperti basa kuat, sehingga akan memproduksi senyawa kimia baru
yaitu metil ester (Van Gerpen, 2005). Biodiesel merupakan sejenis bahan bakar
diesel yang diproses dari bahan hayati terutama minyak nabati dan lemak hewan dan
secara kimiawi dinyatakan sebagai monoalkil ester dari asam lemak rantai panjang
yang bersumber dari golongan lipida (Tapasvi et al., 2005). Monoalkil ester dapat
berupa metil ester atau etil ester yang merupakan senyawa yang relatif stabil,
berwujud cair pada temperatur ruang (titik leleh antara 4-18oC), titik didih rendah
dan tidak korosif. Metil ester lebih stabil secara pirolitik dalam proses distilasi
fraksional dan lebih ekonomis sehingga lebih disukai daripada etil ester (Sonntag,
1982).
Biodiesel mempunyai rantai karbon antara 12 sampai 20 serta mengandung
oksigen. Adanya oksigen pada biodiesel membedakannya dengan petroleum diesel
(solar) yang komponen utamanya hanya terdiri dari hidrokarbon. Jadi komposisi
biodiesel dan petroleum diesel sangat berbeda. Biodiesel terdiri dari metil ester asam
lemak nabati, sedangkan petroleum diesel adalah hidrokarbon. Namun, biodiesel
mempunyai sifat kimia dan fisika yang serupa dengan petroleum diesel (solar)
sehingga dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan
petroleum diesel.
Keuntungan pemakaian biodiesel dibandingkan dengan petrodiesel (BBM)
diantaranya adalah bahan baku dapat diperbaharui (renewable), cetane number
tinggi, biodegradable, dapat digunakan pada semua mesin tanpa harus modifikasi,
berfungsi sebagai pelumas sekaligus membersihkan injektor, serta dapat mengurangi
emisi karbondioksida, partikulat berbahaya dan sulfur oksida.

2.2 Tinjauan Minyak bintaro


Tanaman bintaro umumnya digunakan sebagai penghias kota dan kerajinan
tangan. buah ini merupakan tumbuhan pantai atau paya berupa pohon dengan
ketinggian mencapai 12 m. Berikut adalah klasifikasi tanaman bintaro:
5

Kerajaan : Plantae
Sub Kerajaan : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae
Genus : Cerbera
Spesies : Cerbera Manghas
Sumber : Zailani 2015
Biji bintaro adalah biji yang berasal dari buah bintaro. Menurut Zailani (2015)
biji bintaro dapat dimanfaatkan sebagai biopestisida selain itu juga dapat diperah
untuk menghasilkan minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel.

2.3 Katalis dalam Pembuatan Biodiesel


Dalam reaksi pembuatan biodiesel diperlukan katalis untuk menurunkan energi
aktivasi sehingga reaksi berlangsung cepat jika dibandingkan tanpa katalis. Katalis
yang digunakan dalam pembuatan biodiesel dapat berupa katalis asam atau katalis
basa. Dengan katalis basa reaksi dapat berlangsung pada suhu kamar sedangkan
dengan katalis asam reaksi berjalan baik pada suhu 100oC. Dan jika tanpa katalis
reaksi dapat berlangsung pada suhu minimal 250oC (Kirk dan Othmer, 1980).

2.4 Pemanfaatan Cangkang Telur sebagai Bahan Dasar Katalis CaO


Katalis basa heterogen CaO dapat dibuat melalui proses kalsinasi CaCO 3 . Salah
satu sumber CaCO 3 yang mudah diperoleh disekitar kita adalah kulit telur. Kulit
telur memiliki kandungan major CaCO 3 (Kalsium Karbonat) sebanyak 94% dan
kandungan lainnya seperti Magnesium karbonat (MgCO 3 ) sebanyak 1% Ca 3 (PO 4 ) 2
sebanyak 1 % dan kandungan bahan organik sebnyak 4%. (Stadelman, 2000)
Katalis CaO terbentuk dari kalsinasi cangkang telur yang bertujuan untuk
menghilangkan kandungan air, senyawa organik serta karbon dioksida. Air dan
senyawa organik dapat hilang dari cangkang telur pada suhu dibawah 600oC
sedangkan karbon dioksida terdekomposisi dari cangkang telur pada suhu sekitar
6

700oC – 800oC. Oleh karena itu untuk mendapatkan katalis CaO yang baik harus
dilakukan kalsinasi terhadap kulit telur pada suhu diatas 800oC (Wei et al., 2009).
7

BAB III
METODOLOGI PENULISAN

3.1 Tempat dan Waktu


Tempat penelitian dilaksakan pada Laboratorium Instrumen dan Tugas Akhir
Fakultas Sains dan Teknologi dan Laboratorium Agro industri dan Tanaman obat
Universitas Jambi. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2016.

3.2 Prosedur Penelitian


3.2.1 Preparasi Katalis CaO dari Cangkang Telur
Kulit telur dikumpulkan dari buangan rumah makan dan toko roti. Kulit telur
dicuci sampai bersih kemudian dikeringkan di dalam oven selama 12 jam pada suhu
110oC. Kulit telur kering dihancurkan sampai menjadi tepung. Untuk
menyeragamkan ukuran, diayak menggunakan ayakan 100 mesh. Selanjutnya
tepung kulit telur dikalsinasi pada suhu 900oC selama 2 jam untuk menghasilkan
CaO. Struktur CaO yang dihasilkan dianalisis menggunakan XRD (X-Ray
Diffraction) dan diukur pH dari katalis.
3.2.2 Persiapan biji Bintaro (Cerbera manghas L)
Pengambilan buah Bintaro dilakukan dengan cara mengumpulkan buah yang
sudah jatuh dari pohonya dan mengambil secara langsung dari pohonnya di sekitar
Universitas Jambi. Buah yang diambil yaitu buah yang sudah matang, yang ditandai
dengan buah yang sudah berwarna warna merah dan hitam. Sebelum dilakukan
tahap ekstraksi dilakukan pemisahan antara biji dengan cangkang (tempurung)
dengan cara manual. kemudian dipisahkan bagian kulit dengan bijinya. Setelah itu
biji bintaro dicuci sampai bersih, dipotong-potong kecil dan dilakukan pengeringan
menggunakan oven pada suhu 85oC selama 10 jam. Rendemen biji bintaro yang
diperoleh dihitung dengan rumus sebagai berikut (Handayani Dkk, 2015):
����� ������ ����
�������� ���� = � 100%
����� ������ ���ℎ

3.2.3 Ekstraksi minyak biji bintaro dengan metode Soxhletasi


Biji bintaro yang telah dikeringkan dihaluskan dengan grinder. Kemudian
ditimbang sebanyak 50 gram, dan dimasukkan ke dalam kertas saring dan diikat,
setelah itu dimasukkan ke dalam alat sokhlet. Kemudian ditambahkan pelarut n-
heksana ke dalam labu alas sokhlet sebanyak 200 mL. Setelah itu dipanaskan pada
suhu 65oC sampai pelarut menjadi berwarna bening. Selanjutnya, dipisahkan minyak
8

dari pelarut menggunakan rotary evaporator. Minyak yang diperoleh selanjutnya


dilakukan Proses Degumming menggunakan asam posfat.
Perhitungan untuk kadar perolehan atau rendemen minyak ditulis dengan rumus
(Handayani Dkk., 2015):
(�−�)
�������� ������ = � 100%
����� �����ℎ

Dimana: B= bobot labu dan ekstrak minyak (g)


A= bobot labu kosong (g)
Sebelum dilakukan proses Transesterifikasi minyak yang diperoleh diesterifikasi
terlebih dahulu untuk mengurangi kadar asam lemak bebas dengan menggunakan
katalis H2 SO 4
3.2.4 Transesterifikasi minyak bintaro
Pada tahap pertama minyak yang dihasilkan sebelumnya dipanaskan diatas
penangas air pada suhu 100oC selama 2 jam. Pembuatan biodiesel dilakukan dengan
cara mereaksikan katalis CaO dengan metanol dengan katalis yang digunakan 1%
(b/b) dari minyak. Kemudian ditambahkan minyak nabati pada suhu 65oC.
Perbandingan rasio metanol/minyak adalah 9:1 mgrek. Kemudian direaksikan
selama 2 jam dengan menggunakan magnetit stirer dan reaksi terjadi didalam labu
leher dua. Kemudian dipisahkan menggunakan corong pisah untuk hasil reaksi..
Metil ester berada pada lapisan atas sedangkan gliserol pada lapisan bawah.
Untuk menghitung rendemen biodiesel digunakan Persamaan (Zuhra Dkk.,
2015):
����������
�������� = � 100%
�������

dimana: Wbiodiesel= berat metal ester (biodiesel) hasil pencucian dan pemisahan
Wminyak= berat minyak bintaro yang digunakan dalam reaktor
3.2.5 Penentuan katalis CaO optimum untuk reaksi transesterifikasi
Pada tahapan ini dilakukan pencarian terhadap konsentrasi katalis CaO optimum
yang berperan pada reaksi katalitik pembuatan biodiesel. Pencarian menggunakan
metode RFT (Range Finding Test). Variasi konsentrasi katalis CaO yang digunakan
adalah 1%, 2% dan 3% berat katalis terhadap minyak (b/b).
9

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembuatan dan Karakteristik Katalis CaO dari Cangkang Telur


Pada penelitian ini dilakukan produksi biodiesel dari bintaro menggunakan
katalis padat CaO yang terkandung di dalam kulit telur. Menurut Stadelman (2000)
kandungan CaCO 3 di dalam kulit telur sekitar 94 % berat dan sisanya adalah
magnesium karbonat, kalsium fosfat dan bahan organik. Adapun kulit telur yang
digunakan adalah sebanyak 1 kilogram, setelah dioven berat kulit telur susut
menjadi 648,3 gram.
Cangkang telur yang telah dipreparasi kemudian dikalsinasi pada suhu 9000C
memiliki karakteristik bewarna putih, dengan nilai pH 14. Dilakukan kalsinasi
dengan suhu 900oC hal ini dilakukan untuk mendekomposisi kandungan CO 2 dari
CaCO 3 dengan persamaan reaksi:
CaCO 3 CaO + CO 2
Senyawa mayor penyusun cangkang telur ialah kalsit (CaCO 3 ), sehingga
pemanasan pada suhu tinggi dapat mengubahnya menjadi CaO. Sebagai pembanding
untuk CaO yang terbentuk digunakan data standar CaO dari JCPDS No. 82-1960.
Puncak XRD dari CaO yang terbentuk dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Difraktogram Kalsinasi Cangkang Telur Pada suhu 900oC dan CaO
Standar JCPDS No. 82-1960
10

Dari pola difraktogram diatas dapat mengindikasikan bahwa CaO yang


terbentuk hasil kalsinasi Cangkang Telur merupakan CaO murni dikarenakan
CaCO 3 yang terdapat pada Cangkang Telur sudah terdekomposisi seluruhnya dan
membentuk CaO. Dari pola difaktrogram diperoleh bahwa puncak karakteristik CaO
mulai muncul pada 2 Thetha = 32,16o, 37,25o, 53,54o, 64,16o, dan 67,5o yang
dikonfirmasi sesuai standar CaO (JCPDS No. 82-1960).
Menurut (Boro dkk, 2011) Kisaran suhu diatas 700oC diperlukan untuk
mengubah CaCO 3 menjadi CaO, seperti halnya yang terbentuk dari difaktrogram
pada gambar 1. Selain itu, Menurut (Zuhra dkk, 2015) kalsinasi pada suhu 900oC
selama 4 jam dapat mengkonversi semua partikel CaCO 3 menjadi CaO. Selain
dilakukannya analisis XRD dilakukan juga perhitungan nilai pH terhadap katalis
yang terbentuk, diperoleh pH dari katalis CaO adalah 14 yang mengindikasikan
bahwa padatan CaO yang terbentuk merupakan padatan bersifat super basa. Berat
cangkang telur sebelum kalsinasi adalah 144,95 g dan setelah kalsinasi adalah
119,85 g total nilai berat susut dari cangkang telur yang digunakan ialah 25,1 gram
perubahan berat sampel dikarenakan dekomposisi senyawa CO 2 dari sampel dan
hilangnya molekul air dan senyawa organik lainnya pada sampel.

4.2 Pembuatan Biodiesel dari Minyak Bintaro


4.2.1 Penyiapan minyak nabati biji bintaro
Pada proses pembuatan Biodiesel dilakukan terlebih dahulu proses ekstraksi
minyak bintaro dari biji buah bintaro. Buah bintaro diambil disekitaran daerah
kampus Universitas Jambi yang tidak termanfaatkan. Pemilihan buah yang
digunakan adalah buah yang sudah matang bewarna merah dan hitam. Ekstraksi
minyak dari biji bintaro kering menggunakan metode soxletasi dengan
memanfaakan pelarut n-heksana. Penggunaan pelarut n-heksana dikarenakan pelarut
n-heksana merupakan pelarut lipida bersifat mudah menguap, stabil, dan non polar.
Dari hasil penelitian sementara diperoleh bahwa bintaro memiliki rendemen biji
sebesar 8,71%. Rata-rata rendemen biji bintaro sangat kecil hal ini dikarenakan buah
bintaro memiliki daging buah yang besar dan ukuran biji yang kecil. Towaha (2011)
menyebutkan bahwa buah bintaro terdiri atas 8% biji dan 92% daging buah. Bijinya
sendiri terbagi dalam cangkang 14% dan daging biji 86%. Sehingga jumlah daging
biji hanya 0,069% dari keseluruhan buah bintaro.
11

Sementara itu untuk rendemen minyak nabati bintaro dari biji buah bintaro
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Rendemen Minyak Biji Bintaro
Berat biji yang Jumlah Minyak yang
No Total Rendemen
disoxletasi (gr) dihasilkan (gr)
1 39,3 11,69
2 45,95 23,94 45%
3 35,68 18,59

Rendemen minyak bintaro yang dihasilkan adalah 45% rendemen ini lebih
rendah dari rendemen minyak biji bintaro yang diperoleh oleh Handayani dkk
(2015) yaitu sebesar 51,07%. Menurut Guenther (1990) nilai rendemen ini bervariasi
karena dipengaruhi beberapa faktor seperti tempat tumbuh, varietas, lama
penyulingan dan perlakuan bahan. Menurut Bernasconi et al (1995) dalam ekstraksi
minyak atau lemak, pelarut berperan penting dalam menentukan jumlah minyak atau
lemak yang dihasilkan.
Minyak bintaro yang diperoleh dari proses soxletasi kemudian diteruskan
keproses deguming, deguming dilakukan menggunakan asam posfat dengan
konsentrasi 30% selama 1 jam. Deguming dilakukan berguna untuk menghilangkan
komponen pengotor yang terdapat dalam biji yang juga terbawa oleh minyak.
Pengotor tersebut adalah getah atau gum dan juga lendir yang kaya akan karbohidrat
protein dan juga fosfatida. Menurut Handayani dkk (2015) selain dapat
menghilangkan gum dan lendir deguming juga dapat menurunkan nilai densitas
minyak nabati yang dihasilkan.
Setelah dilakukan tahap deguming selanjutnya dilakukan pula tahapan acid pre-
treatment. Proses ini berfungsi untuk menurunkan kadar FFA dari minyak nabati. .
Hal ini dikarenakan kandungan FFA dari suatu minyak nabati sangat mempengaruhi
biodiesel yang akan terbentuk. Jika kadar FFA tinggi maka minyak akan bereaksi
dengan katalis basa membentuk sabun. Pada tahapan ini penggunaan katalis H2 SO 4
dikarenakan berdasarkan Setyawardhani dkk (2010) penggunaan katalis asam sulfat
sangat baik dalam tahapan pembuatan biodiesel dengan metode acid pre-treatment.
Setyawardhani dkk (2010) telah mencoba 3 jenis katalis asam yang digunakan pada
tahapan esterifikasi. Asam sulfat menunjukan hasil biodiesel yang sangat baik
dibandingkan katalis asam fosfat, dan asam klorida dengan rendemen biodiesel yang
12

dihasilkan adalah 77,6% sedangkan tanpa perlakuan acid pre-treatment biodiesel


yang dihasilkan hanya sebesar 25% terhadap biji karet.
Kemudian dilakukan karakteristik terhadap Minyak bintaro yang dihasilkan,
Minyak berwarna kuning sedikit kemerahaan serta berbau seperti minyak kelapa.
Karakteristik lainnya adalah nilai bilangan asam dan densitas minyak yang
dihasilkan. Bilangan asam minyak nabati dari biji bintaro adalah sebesar 0,68 (mg
KOH/g). Nilai bilangan asam ini memenuhi syarat dengan standar SNI dan Amerika
yaitu 0,8 mg KOH/g sampel. Sedangkan densitas minyak adalah 0,9078 g/ml nilai
ini tidak beda jauh dari penelitian yang dilakukan Handayani (2015) yang
menyatakan bahwa nilai densitas minyak bintaro adalah 0,9084 g/ml.
4.2.2 Transesterifikasi minyak bintaro
Transesterifikasi minyak nabati bintaro menggunakan katalis CaO. Sebelum
penentuan konsentrasi katalis optimum dilakukan uji pendahuluan terlebih dahulu
dalam produksi biodiesel menggunakan katalis CaO. Dalam proses produksi
Biodiesel hasil samping reaksi metanol dan minyak nabati adalah suatu gliserol.
Karakteristik gliserol yang dihasilkan dari reaksi transester ini bewarna lebih hitam
kepekatan dari metil ester. Oleh karena itu apabila reaksi sudah berlangsung dan
setelah dipisahkan terdapat gliserol, hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa metil
ester telah terbentuk. Dalam proses transesterifikasi ini dilakukan terlebih dahulu
pemanasan minyak pada suhu 100oC selama 2 jam. Hal ini bertujuan untuk
menghilangkan kadar air didalam minyak. Karena kadar air yang terkandung
didalam minyak dapat menyebabkan hambatan pada saat proses esterifikasi
berlangsung. Sebab adanya kandungan air yang tinggi akan mengakibatkan
meningkatnya kandungan asam lemak bebas. Mekanisme Reaksi transesterifikasi
minyak nabati dengan metanol pada CaO untuk produksi biodiesel didemonstrasikan
pada persamaan (1-4) (Kawashima et al., 2008)
Langkah 1 : Disosiasi CaO dan Metanol saat aktivasi katalis (Persamaan (1) dan (2).
CaO  Ca2+ + O2- (1)
O2- + CH3 OH  OH- + CH3 O- (2)
Langkah 2 : Metanol dan ion hidroksida bereaksi membentuk metoksida anion
seperti pada persamaan (3)
OH- + CH3 OH  H2 O + CH3 O (3)
Langkah 3 : Karbonil karbon trigliserida diserang oleh anion metoksida yang
terbentuk dalam reaksi 2, menghasilkan senyawa antara tetrahedral. Tahap ini diikuti
13

dengan penataan ulang molekul perantara untuk membentuk metil ester trigliserida,
seperti pada persamaan (4)

(4)
Langkah 4 : Anion metoksida menyerang atom karbon karbonil lain dalam gliserida
dan membentuk satu mol metil ester dan mono gliserida. Langkah ini berlanjut terus
hingga total tiga mol metil ester dan satu mol gliserol terbentuk selama reaksi.
Kemudian metil ester yang berada pada lapisan atas diambil dan dianalisa
bilangan asamnya serta densitasnya. bilangan asam pada metil ester yang terbentuk
memiliki kisaran 0,46 mgKOH/g. Nilai ini masuk kedalam persyaratan biodiesel
menurut Tyson (2003) yang menyatakan bahwa nilai bilangan asam yang baik untuk
biodiesel adalah dibawah 0,8 mgKOH/g. Menurut Utami (2011) nilai bilangan asam
bervariasi dikarenakan pengaruh konsentrasi katalis, rasio molar metanol/minyak,
serta kadar air didalam reaktan sebelum dilakukannya reaksi.
Selanjutnya, nilai densitas metil ester dari biji bintaro adalah sebesar 0,8602
g/ml nilai ini mendekati nilai densitas yang diperoleh oleh Utami (2011) yaitu
sebesar 0,86 g/ml. Nilai ini sesuai dengan biodiesel menurut Syah (2006) yaitu nilai
densitas biodiesel seharusnya berkisar antara 0,85 – 0,90 g/ml.
Komposisi penyusun metil ester dari biji minyak bintaro dianalisis menggunakan
GC-MS. Dari hasil analisa GC-MS digunakan waktu retensi standar asam lemak
sebagai pembanding. Hasil analisa GC-MS dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Komposisi kandungan metil ester minyak bintaro (Utami, 2011)
Asam Lemak Hasil Analisis %
Metil Palmitat 23,31
Metil Oleat 51,15
Metil Stearat 9,43
Metil Arachate 2,31
Metil Palmitoleat 0,97
Metil Lignocerat 4,49
Metil Miristat 0,07
14

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa kandungan metil ester dari minyak bintaro
didominasi oleh metil oleat.

4.3 Konsentrasi katalis CaO Optimum pada Pembuatan Biodiesel dari Biji
Bintaro
Setelah dialkukannya uji pendahuluan dan hasil dari uji tersebut ialah suatu
metil ester, maka dilakukan pencarian terhadap konsentrasi katalis yang optimum
pada proses konversi metil ester. Pengkondisian waktu dan suhu reaksi pada suhu
65oC dan selama 1 jam dikarenakan mengikuti kondisi optimum produksi biodiesel
yang dilakukan Utami (2011) pada penelitiannya. Konsentrasi katalis CaO
Optimum yang digunakan pada reaksi transesterifikasi dari variasi 1%, 2% dan 3%
(b/b) dari minyak dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil Rendemen Biodiesel
Konsentrasi Katalis %(b/b) Rendemen Biodiesel
1% 90,34
2% 92,41
3% 96,4

Dari tabel diatas menunjukan bahwa dari variasi konsentrasi katalis CaO kondisi
optimum dalam pembuatan Biodiesel biji bintaro adalah 96,4%. Nilai rendemen ini
merupakan nilai tertinggi dari kosentrasi katalis 1% dan 2%. Nilai konsentrasi
Optimum ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Utami
(2011) pada proses konversi metil ester minyak biji bintaro yang menggunakan
NaOH nilai konsentrasi optimum ini lebih besar dari nilai konsentrasi optimum
NaOH yang diperolehnya yaitu sebesar 0,5% dengan rendemen 96,22%. Sehingga
dapat dikatakan bahwa pada penggunaanya katalis CaO memang dibutuhkan sedikit
lebih banyak jika dibandingkan dengan katalis NaOH pada proses reaksi
transesterifikasi minyak biji bintaro. Namun nilai rendemennya lebih tinggi 0,18%
dari nilai rendemen menggunakan katalis NaOH.
15

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Katalis CaO dapat dibuat menggunakan cangkang telur dengan cara kalsinasi
pada suhu 900oC selama 2 jam. Dengan karakteristik pola difaktrogramnya
muncul pada 2 Thetha = 32,16o, 37,25o, 53,54o, 64,16o, dan 67,5o .
2. Konsentrasi Katalis optimum pada proses transesterifikasi minyak biji bintaro
adalah 3% dengan total rendemen yaitu 96,4%
3. Minyak bintaro yang dihasilkan dari biji bintaro memiliki karakteristik bilangan
asam 0,68 mgKOH/g dan densitas 0,978 g/ml dengan warna kuning kemerahan
serta berbau kelapa, rendemen minyak dari biji bintaro adalah 45%. Sedangkan
karakteristik metil ester minyak biji bintaro memiliki bilangan asam 0,46 dan
densitas 0,8602 g/ml sedangkan dari analisa gc-ms diperoleh bahwa komponen
terbanyak dari metil ester yang terbentuk adalah metil oleat dengan persentase
51,22%
5.2 Saran
Adapun saran dari penulis adalah:
1. Perlu dilakukan pembuatan Biodiesel dengan menggunakan bahan baku yang
lain.
2. Perlu dikaji penggunaan katalis lainnya dalam pembuatan biodiesel.
3. Perlu dikembangkan pembuatan biodiesel dalam skala industri.
16

DAFTAR PUSTAKA

Bernasconi G, Gerster H, Hauser H, Staubel H, Schneiter E. 1995. Teknologi Kimia.


Jakarta: Pranya Paramita.
Boro J, Thakur AJ, Deka D. 2011. Solid Oxide derived from waste shells of
Turbonilla striatula as a renewable catalyst for biodiesel production. Fuel
Processing Technology 92: 2061-2067.
Guenther E. 1990. Minyak Atsiri. Jakarta: Universitas Indonesia.
Hambali E, Mujdalipah S, Tambunan AH. 2006. Jarak Pagar Tanaman Penghasil
Biodiesel. Jakarta: Penebar Swadaya.
Handayani R, Santi RA, Gumilar I. 2015. Karakteristik Fisiko-Kimia Minyak Biji
Bintaro (Cerbera Manghas L) dan potensinya sebagai Bahan Baku
Pembuatan Biodiesel. Jurnal Akuatika 6: 177-186.
Imahara. 2006. Current Situation and Properties of Oil/Fat Resources For Biodiesel
Production. The 2nd Join International Conference on “Sustainable Energy
and Environment.
Kawashima A, Matsubara K, Honda K. 2008. Deveploment of Heterogeneous Base
Cataslyst for Biodiesel Production. Bioresource Technology 99: 3439-3443.
Kirk, R.E. and Othmer, D. F., 1980, Encyclopedia of Chemical Technology, 3rd ed.,
vol. 9, New York: John Wiley and Sons.
Kuncahyo P, Zuhdi A, Semin. 2013. Analisa Prediksi Potensi Bahan Baku Biodiesel
sebagai Suplemen Bahan Bakar Motor Diesel di Indonesia. Jurnal Teknik
POMITS. 2: 62.
Manurung R. 2006. Transesterifikasi Minyak Nabati. Jurnal Teknologi Proses. 5(1):
48-49.
Rohimataun dan Suriati S. 2011. Bintaro (Cerbera Manghas) Sebagai Pestisida
Nabati. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri Vol. 17 No
1.
Santoso H, Ivan K, Aris S. 2013. Pembuatan Biodiesel Menggunakan Katalis Basa
Heterogen Berbahan Dasar Kulit Telur. Lembaga Pengabdian Masyarakat.
Universitas Katolik Prahayangan: Prahayangan.
Setyawardhani, Dwi A., Distantina S., Dewi N. Dan Utami Dwi M. 2010.
Pembuatan Biodiesel Berkualitas Baik Dengan Acid Pre – Treatment.
Ekuilibrium 9: 11 – 15.
Sonntag NOV. 1982. Fat Splitting, Esterification and Interesterification. Di dalam.
Bailey’s Industrial Oil and Fat Product. New York: John Willey and Sons.
Stadelman WJ. 2000. Eggs and egg products. In: Francis, F.J. (Ed.), Encyclopedia
of Food Science and Technology. New York: John Willey.
Syah ANA. 2006. Biodiesel Jarak Pagar: Bahan Bakar Alternatif yang Ramah
Lingkungan. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
17

Tapasvi D, Wiesenborn D, Gustafson C. 2005. Process Model for Biodiesel


Production from Various Eedstocks. Transaction of the ASAE 48 (6): 2215-
2221.
Towaha. 2011. Potensi Tanaman Bintaro (Cerbera manghas) Sebagai Alternatif
Sumber Bahan Bakar Nabati. Warta Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Industri. Volume 17 Nomor 1.
Tyson K.S. 2004. Energy Efficiency and Renewable energy. U.S. Department of
Energy.
Utami AR. 2011. Kajian Proses Produksi Biodiesel dari Minyak Biji Bintaro
(Cerbera Odollam Gaertn) dengan Metode Transesterifikasi. Skripsi.
Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Van Gerpen J. 2005. Biodiesel Processing and Production. Fuel Processing
Technology 86(10): 1097-1107.
Wei Z, Xu C, Li B. 2009. Application of Waste Eggshell as Low-Cost Solid Catalyst
for Biodiesel Production. Bioresource Technology. 100(11): 2883-2885.
Zailani HF. 2015. Uji Efektivitas Rodentisida Nabati Ekstrak Buah Bintaro (Cerbera
Manghas Boiteau, Piere L.) Terhadap Hama Tikus. Skripsi. Fakultas
Pertanian. Universitas Jember.
Zuhra, Husin H, Hasfita F, Rinaldi W. 2015. Preparasi Katalis Abu Kulit Kerang
Untuk Transesterifikasi Minyak Nyamplung Menjadi Biodiesel. Agritech,
Vol. 35, No. 1.
18

LAMPIRAN
Biodata Peserta dan Dosen Pembimbing

BIODATA KETUA KELOMPOK


Nama Lengkap : Maulana M Yusuf
NIM : F1C113052
Program Studi/Jurusan : Kimia/MIPA
Fakultas : Sains dan Teknologi
Tempat dan Tanggal Lahir : Jambi, 06 Januari 1995
Alamat : Jln. Kapten Patimura no 66. Kecamatan Kotabaru
Kota Jambi
E-mail : Maulanam.yusuf111@gmail.com
No.Telp/Hp : 082373053348
Karya Tulis Ilmiah :-
Penghargaan di Bidang Ilmiah: -
19

BIODATA ANGGOTA 1
Nama Lengkap : Priya Tri Nanda
NIM : F1C112049
Program Studi/Jurusan : Kimia/MIPA
Fakultas : Sains dan Teknologi
Tempat dan Tanggal Lahir : Sungai Penuh, 22 Maret 1995
Alamat : Puri Masurai 2 Blok D No 3 Kabupaten Muaro Jambi
E-mail : priyatrinanda30@gmail.com
No.Telp/Hp : 082307002263
Karya Tulis Ilmiah : Pemanfaatan Limbah Sampah Organik dan Tulang
Ayam sebagai Bahan Dasar Pembuatan Semen
Ramah Lingkungan
Penghargaan di Bidang Ilmiah: -
20

BIODATA ANGGOTA 2
Nama Lengkap : Sinta Anggraini Siregar
NIM : F1C112003
Program Studi/Jurusan : Kimia/ MIPA
Fakultas : Sains dan Teknologi
Tempat dan Tanggal Lahir : Jambi, 9 Mei 1995
Alamat : Kota Jambi
E-mail : SintaAnggraini43@yahoo.com
No.Telp/Hp : 085769180446
Karya Tulis Ilmiah : Pemanfaatan Limbah Sampah Organik dan Tulang
Ayam sebagai Bahan Dasar Pembuatan Semen
Ramah Lingkungan
Penghargaan di Bidang Ilmiah: -
21

BIODATA DOSEN PEMBIMBING


Nama Lengkap dan Gelar : Diah Mastutik, S.Pd., M.Si
NIDN : 0028018108
Tempat dan Tanggal Lahir : Kediri, 28 Januari 1981
Alamat : Jln. Abdul Chatab lorg. Ayah Kel. Pasir Putih Kec.
Jambi Selatan Kota Jambi
E-mail : diah.mastutik@gmail.com
No.Telp/Hp : 085247266667
Penghargaan yang pernah diterima: -

Anda mungkin juga menyukai