XXX, XXX
http://journal.umy.ac.id/index.php/jmpm
INTISARI
Bertambahnya kebutuhan bahan bakar fosil mengakibatkan berkurangnya
cadangan bahan bakar fosil di bumi. Untuk mengurangi permasalahan
pemenuhan kebutuhan bahan bakar, biodiesel dapat menjadi salah satu bahan
bakar alternatif. Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang berasal dari
minyak nabati maupun lemak hewani. Biodiesel dari minyak nabati memiliki
kelebihan yaitu ramah lingkungan, mudah terurai dan mudah diperbaharui.
Namun biodiesel dari minyak nabati memiliki kekurangan yaitu nilai densitas dan
viskositas yang tinggi. Tanaman Jatropha, sawit, dan jagung memiliki jumlah yang
sangat berlimpah di Indonesia dan berpotensi untuk dijadikan biodiesel. Untuk
mendapatkan biodiesel yang optimal maka perlu memperbaiki sifatnya dengan
mencampur ketiga jenis minyak tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
untuk memperoleh pengaruh densitas dan viskositas terhadap karakteristik injeksi
biodiesel campuran pada level B5 – B40.
Pembuatan biodiesel dilakukan dengan membuat variasi campuran
minyak jatropha - sawit dan minyak jatropha - jagung dengan mencampurkan
solar industri pada level B5, B10, B15, B20, B25, B30, B35, dan B40. Proses
pembuatan biodiesel dilakukan dengan tiga metode yaitu degumming, esterifikasi
dan transesterifikasi. Metode degumming menggunakan asam fosfat sebanyak
0,2% dari volume minyak, metode esterifikasi menggunakan (H2SO4 sebanyak
0,5% dari volume minyak dan metanol sebanyak 22,5% dari volume minyak),
tahapan transesterifikasi menggunakan (metanol sebanyak 15% dari volume
minyak dan KOH sebanyak 1% dari volume minyak).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
seiring dengan bertambahnya komposisi campuran biodiesel (B5, B10, B15, B20,
B25, B30, B35, B40) terhadap solar industri maka nilai densitas, viskositas
semakin meningkat. Namun seiring dengan bertambahnya komposisi campuran
biodiesel (B5, B10, B15, B20, B25, B30, B35, B40) mengakibatkan perubahan
pada bentuk penetrasi semprotan karaktersistik injeksi yaitu memiliki bentuk sudut
yang kecil dan memiliki panjang penetrasi yang panjang. Secara garis besar
biodiesel telah memenuhi standar mutu biodiesel yaitu nilai densitas campuran
biodiesel jantropha – sawit dan jatropha – jagung masih berada pada batas
maksimal 815 – 880 kg/m³ dan nilai viskositas 2 – 5 cst, kecuali pada campuran
biodiesel biodiesel komposisi B35 J – S, B40 J – S, B25 J – Jg, B30 J – Jg, B35 J
– Jg, dan B40 J - Jg yaitu diatas 5 (cSt).
Abstract
The increasing demand for fossil fuels has resulted in reduced reserves of
fossil fuels on earth. To reduce the problem of meeting fuel needs, biodiesel can
be an alternative fuel. Biodiesel is an alternative fuel derived from vegetable oils
and animal fats. Biodiesel from vegetable oil has the advantages of being
environmentally friendly, easily biodegradable and easily renewable. However,
biodiesel from vegetable oil has drawbacks, namely high density and viscosity
values. Jatropha, oil palm, and corn plants are very abundant in Indonesia and
have the potential to be used as biodiesel. To get optimal biodiesel, it is necessary
to improve its properties by mixing the three types of oil. This research was
conducted with the aim of obtaining the effect of density and viscosity on the
injection characteristics of mixed biodiesel at levels B5 – B40.
Making biodiesel is done by varying the mixture of jatropha - palm oil and
jatropha - corn oil by mixing industrial diesel at levels B5, B10, B15, B20, B25, B30,
B35, and B40. The process of making biodiesel is carried out by three methods,
namely degumming, esterification and transesterification. The degumming method
uses phosphoric acid as much as 0.2% of the volume of oil, the esterification
method uses (H2SO4 as much as 0.5% of the volume of oil and methanol as much
as 22.5% of the volume of oil), the transesterification stage uses (methanol as
much as 15% of the volume of oil). and KOH as much as 1% of the volume of oil).
Based on the research that has been done, it can be concluded that along
with the increase in the composition of the biodiesel mixture (B5, B10, B15, B20,
B25, B30, B35, B40) to industrial diesel, the value of density and viscosity
increases. However, along with the increase in the composition of the biodiesel
mixture (B5, B10, B15, B20, B25, B30, B35, B40) resulted in changes in the shape
of the spray penetration, the characteristics of the injection are having a small angle
shape and a long penetration length. Broadly speaking, biodiesel has met biodiesel
quality standards, namely the density value of the blended jantropha – palm and
jatropha – corn biodiesel is still at the maximum limit of 815 – 880 kg/m³ and the
viscosity value is 2 – 5 cst, except for the biodiesel blend of B35 J – S composition.
, B40 J – S, B25 J – Jg, B30 J – Jg, B35 J – Jg, and B40 J - Jg which are above 5
(cSt).
1. PENDAHULUAN
Energi ialah kebutuhan dasar manusia, yang terus bertambah sejalan
dengan tingkat kehidupannya. Bahan bakar minyak (BBM) memegang posisi
yang sangat dominan dalam pemenuhan kebutuhan tenaga nasional.
Menyusutnya pembuatan minyak mentah serta tingginya harga minyak mentah
dunia sangat mempengaruhi terhadap kemampuan anggaran pembangunan.
Selama ini bahan bakar minyak di Indonesia masih disubsidi oleh negara (lewat
APBN), sehingga menjadi beban yang sangat berat untuk pemerintah. Ditengah
krisis energi saat ini mencuat pemikiran untuk penganekaragaman energi
(diversifikasi energi) dengan meningkatkan sumber energi lain dari jenis
2. METODE
2.1 Proses Pembuatan Biodiesel
Bahan–bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu minyak jatropha,
minyak sawit, minyak jagung, dan solar industri. Komposisi yang digunakan
adalah 50: 50 proses pembuatan biodiesel ketiga bahan tersebut meliputi
degumming, esterifikasi, dan transesterifikasi dan katalis yang digunakan
adalah KOH. Setelah semua proses selesai, biodiesel jatropha – sawit dan
jatropha - jagung dicampur dengan solar industri dengan variasi B5, B10, B15,
B20, B25, B30, B35, dan B40. Sifat fisik dari masing-masing bahan baku dapat
dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 3.1 Sifat Fisik Bahan Bakar Campuran Jatropha – Sawit dengan
Solar Industri
Densitas Viskositas
Nama Sampel
(kg/m3) (cSt)
Solar Industri 827.60 3.00
B5 J - S 818.51 2.40
B10 J - S 822.17 3.00
B15 J - S 827.15 3.80
B20 J - S 833.35 4.00
B25 J - S 834.31 4.80
B30 J - S 841.30 5.00
B35 J - S 843.74 5.20
B40 J - S 845.43 6.20
Densitas Viskositas
Nama Sampel
(kg/m3) (cSt)
Solar Industri 827.60 3.00
B5 J - Jg 823.29 3.20
B10 J - Jg 828.22 3.40
B15 J - Jg 829.29 4.10
B20 J - Jg 836.75 4.20
B25 J - Jg 838.36 5.10
B30 J - Jg 843.49 5.10
B35 J - Jg 846.00 5.50
B40 J - Jg 852.00 7.00
Dari tabel 3.1 terlihat bahwa biodiesel yang telah dicampur dengan solar
industri memiliki nilai sifat fisik yang hampir menyerupai sifat fisik solar industri
dapat dilihat juga bahwa setiap campuran minyak dengan variasi B5 – B40
masing - masing memiliki nilai densitas yang berbeda – beda. Nilai densitas
yang memiliki penambahan solar industri lebih banyak mengakibatkan
menurunnya nilai densitas. Sedangkan semakin banyak komposisi biodiesel
didalam variasi campuran menyebabkan naiknya densitas dari campuran
biodiesel tersebut. Hal ini selaras dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
(Maksom dkk., 2020) karena biodiesel memiliki densitas yang tinggi
dibandingkan solar, komposisi biodiesel akan mempengaruhi densitas
campuran. Begitu juga dengan Tabel 3.2 viskositas kinematik yang tertinggi
diperoleh dari biodiesel campuran minyak jatropha – sawit dan minyak jatropha
– jagung dengan variasi komposisi masing - masing B40. Pada penelitian ini
JMPM | Jurnal Material dan Proses Manufaktur 5
JMPM: Jurnal Material dan Proses Manufaktur - Vol.XXX, No.XXX, XXX
http://journal.umy.ac.id/index.php/jmpm
viskositas kinematik yang tidak memenuhi standar SNI yaitu pada biodiesel
komposisi B35 J – S, B40 J – S, B25 J – Jg, B30 J – Jg, B35 J – Jg, dan B40 J
- Jg yaitu diatas 5 (cSt). Variasi komposisi campuran minyak yang memenuhi
standar SNI yaitu pada komposisi B5 J – S, B10 J – S, B20 J – S, B25 J – S,
B30 J – S, B5 J – Jg, B10 J – Jg, B15 J – Jg, B20 J – Jg. Salah satu faktor yang
mempengaruhi nilai viskositas erat kaitannya dengan nilai densitas, semakin
besar nilai densitas maka semakin besar pula nilai viskositas kinematiknya.
Dilihat dari Tabel 3.2 dan Tabel 3.3 dapat diketahui bahwa semprotan dari lubang
nosel semakin panjang dan sudut penyebaran semakin kecil disetiap bahan bakar
campuran seiring bertambahnya persentase biodieselnya. B40 memiliki
semprotan yang paling panjang dan B5 memiliki semprotan yang paling pendek.
Sudut penyebaran yang paling besar terletak pada B5 dan yang paling kecil
terletak pada B40. Kedua hal ini membuktikan kebenaran bahwa panjang
semprotan dan sudut penyebaran dipengaruhi oleh sifat fisik densitas dan
viskositas. Semakin besar massa dan kekentalan bahan bakar menjadikannya
sulit untuk dikabutkan sempurna sehingga menghasilkan semprotan yang masih
berbentuk butiran kasar. Hal ini berakibat pada lubang nosel karena dapat
menghambat aliran bahan bakar, bahkan bisa menyebabkan kebuntuan. Berikut
perbandingan Panjang penetrasi semprotan dan lebar sudut penetrasi semprotan
biodiesel campuran jatropha – sawit dan jatropha – jagung dapat di lihat pada
Gambar 3.3 dan Gambar 3.4.
120
110
100
90
Panjang (mm)
80
70
60
50
40
30
20
10
0
B5 B10 B15 B20 B25 B30 B35 B40
Variasi Sampel
35
30
25
Besar Sudut (◦)
20
15
10
0
B5 B10 B15 B20 B25 B30 B35 B40
Variasi Sampel
jagung lebih besar dari pada biodiesel campuran jatropha – sawit dapat dilihat
pada tabel 4.6. Semakin panjang atau pendeknya semprotan penetrasi dari
masing-masing bahan bakar dipengaruhi oleh nilai viskositas dan densitas pada
masing-masing bahan bakar tersebut. Apabila nilai viskositas dan densitas dari
bahan bakar tersebut tinggi akan menyebabkan bahan bakar memiliki semprotan
penetrasi yang lebih panjang, sedangkan pada Gambar 3.4 dapat dilihat bahwa
perbedaan karakteristik bentuk sudut antara biodiesel campuran jatropha – sawit
dengan jatropha – jagung, diketahui bahwa biodiesel campuran jatropha – sawit
memiliki bentuk sudut cenderung lebih besar dibandingkan dengan bentuk sudut
dari biodiesel campuran jatropha – jagung. Hal ini disebabkan karena biodiesel
campuran jatropha – sawit memiliki nilai viskositas cenderung lebih rendah
daripada biodiesel campuran jatropha – jagung secara keseluruhan hasil dari uji
injeksi bahan bakar mengalami penyusutan besar sudut berturut – turut pada
variasi campuran B5 sampai dengan B40 masing – masing biodiesel campuran.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bahan bakar yang memiliki nilai viskositas
yang paling tinggi akan memiliki sudut semprotan yang paling kecil dan bahan
bakar dengan nilai viskositas yang rendah akan memiliki sudut semprotan yang
lebih lebar.
Semakin tinggi nilai viskositas pada bahan bakar maka bahan bakar
tersebut akan semakin sulit untuk dikabutkan karena pada saat bahan bakar mulai
disemprotkan atau pada saat proses penginjeksian bahan bakar tidak membentuk
kabutan tetapi bahan bakar tersebut akan berbentuk tetesan sehingga
mengakibatkan sudut penyemprotan akan semakin kecil.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian, pembahasan, dan analisa data yang
mengacu pada rumusan masalah dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengaruh variasi komposisi B5 – B40 biodiesel campuran minyak jatropha
– sawit dan minyak jatropha – jagung terhadap solar industri dengan
seiring bertambahnya presentase campuran biodiesel, secara garis besar
nilai densitas, dan viskositas yang dihasilkan akan semakin meningkat. Hal
ini disebabkan karena campuran biodiesel memiliki densitas, viskositas
yang tinggi pula dibandingkan dengan nilai viskositas dan densitas solar
industri.
2. Biodiesel campuran jatropha – sawit dan jatropha jagung dengan variasi
B5 – B40 memiliki karakteristik sifat fisik yang mendekati dengan
karakteristik sifat fisik solar industri yaitu meliputi nilai densitas dan
viskositas yang masih berada dibawah batas maksimal standar mutu
biodiesel. viskositas kinematik yang tidak memenuhi standar SNI yaitu
pada biodiesel komposisi B35 J – S, B40 J – S, B25 J – Jg, B30 J – Jg,
B35 J – Jg, dan B40 J - Jg yaitu diatas 5 (cSt).
3. Pengaruh nilai densitas dan viskositas mempengaruhi karakteristik bentuk
semprotan penetrasi injeksi, semakin besar nilai densitas dan viskositas
campuran biodiesel miyak jatropha – sawit dan jatropha – jagung variasi
B5 – B40 maka karakteristik bentuk semprotan penetrasi cenderung
memiliki sudut yang kecil. Pada campuran biodiesel minyak jatropha –
jagung variasi B5 – B40 memiliki besar sudut semprot penetrasi yang lebih
kecil dan memiliki panjang semprot penetrasi yang lebih panjang
dibandingkan dengan campuran biodiesel minyak jatropha – sawit, hal ini
disebabkan pada campuran biodiesel minyak jatropha – jagung memiliki
nilai densitas dan viskositas lebih besar dari pada campuran biodiesel
minyak jatropha – sawit dengan masing – masing variasi B5 – 40.
JMPM | Jurnal Material dan Proses Manufaktur 10
JMPM: Jurnal Material dan Proses Manufaktur - Vol.XXX, No.XXX, XXX
http://journal.umy.ac.id/index.php/jmpm
REFERENSI
[1] M. I. Anshary, “Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit dengan
Katalis Padat Berpromotor Ganda Dalam Reaktor,” vol. 1, no. 1, pp. 1–4,
2012.
[2] L. Laila, Lia & Oktavia, “Kaji Eksperimen Angka Asam dan Viskositas
Biodiesel Berbahan Baku Minyak Kelapa Sawit dari,” vol. 2, no. 1, pp. 3–6,
2017.
[3] S. Maksom, N. F. Nasir, N. Asmuin, A. Rahman, and R. Khairulfuaad,
“Pengaruh Komposisi iodiesel terhadap Densitas dan Viskositas
Campuran iesel-Biodiesel : Studi CFD inspeksi visual , sebelum dapat
diterapkan pada mesin CI . Namun , ada kekurangan proses pencampuran
. Oleh karena itu , proyek ini mempelajari pengaruh rasi,” vol. 4, pp. 100–
109, 2020.
[1] M. I. Anshary, “Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit dengan
Katalis Padat Berpromotor Ganda Dalam Reaktor,” vol. 1, no. 1, pp. 1–4,
2012.
[2] L. Laila, Lia & Oktavia, “Kaji Eksperimen Angka Asam dan Viskositas
Biodiesel Berbahan Baku Minyak Kelapa Sawit dari,” vol. 2, no. 1, pp. 3–6,
2017.
[3] S. Maksom, N. F. Nasir, N. Asmuin, A. Rahman, and R. Khairulfuaad,
“Pengaruh Komposisi iodiesel terhadap Densitas dan Viskositas
Campuran iesel-Biodiesel : Studi CFD inspeksi visual , sebelum dapat
diterapkan pada mesin CI . Namun , ada kekurangan proses pencampuran
. Oleh karena itu , proyek ini mempelajari pengaruh rasi,” vol. 4, pp. 100–
109, 2020.