Anda di halaman 1dari 11

JMPM: Jurnal Material dan Proses Manufaktur - Vol.XXX, No.

XXX, XXX
http://journal.umy.ac.id/index.php/jmpm

PENGARUH DENSITAS DAN VISKOSITAS TERHADAP


KARAKTERISTIK INJEKSI PADA CAMPURAN BIODIESEL JATROPHA –
SAWIT DAN JATROPHA – JAGUNG PADA LEVEL B5 – B40

Bagas Akbar Kurniawana, Wahyudib, Muhammad Nadjibc


abc
Program Studi Teknik Mesin/Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Jl. Brawijaya, Tamantirto, Yogyakarta, 55183
e-mail: wahyudi_stmt@yahoo.com, nadjibar@yahoo.com,
bagas.akbar.ft17@umy.ac.id

INTISARI
Bertambahnya kebutuhan bahan bakar fosil mengakibatkan berkurangnya
cadangan bahan bakar fosil di bumi. Untuk mengurangi permasalahan
pemenuhan kebutuhan bahan bakar, biodiesel dapat menjadi salah satu bahan
bakar alternatif. Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang berasal dari
minyak nabati maupun lemak hewani. Biodiesel dari minyak nabati memiliki
kelebihan yaitu ramah lingkungan, mudah terurai dan mudah diperbaharui.
Namun biodiesel dari minyak nabati memiliki kekurangan yaitu nilai densitas dan
viskositas yang tinggi. Tanaman Jatropha, sawit, dan jagung memiliki jumlah yang
sangat berlimpah di Indonesia dan berpotensi untuk dijadikan biodiesel. Untuk
mendapatkan biodiesel yang optimal maka perlu memperbaiki sifatnya dengan
mencampur ketiga jenis minyak tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
untuk memperoleh pengaruh densitas dan viskositas terhadap karakteristik injeksi
biodiesel campuran pada level B5 – B40.
Pembuatan biodiesel dilakukan dengan membuat variasi campuran
minyak jatropha - sawit dan minyak jatropha - jagung dengan mencampurkan
solar industri pada level B5, B10, B15, B20, B25, B30, B35, dan B40. Proses
pembuatan biodiesel dilakukan dengan tiga metode yaitu degumming, esterifikasi
dan transesterifikasi. Metode degumming menggunakan asam fosfat sebanyak
0,2% dari volume minyak, metode esterifikasi menggunakan (H2SO4 sebanyak
0,5% dari volume minyak dan metanol sebanyak 22,5% dari volume minyak),
tahapan transesterifikasi menggunakan (metanol sebanyak 15% dari volume
minyak dan KOH sebanyak 1% dari volume minyak).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
seiring dengan bertambahnya komposisi campuran biodiesel (B5, B10, B15, B20,
B25, B30, B35, B40) terhadap solar industri maka nilai densitas, viskositas
semakin meningkat. Namun seiring dengan bertambahnya komposisi campuran
biodiesel (B5, B10, B15, B20, B25, B30, B35, B40) mengakibatkan perubahan
pada bentuk penetrasi semprotan karaktersistik injeksi yaitu memiliki bentuk sudut
yang kecil dan memiliki panjang penetrasi yang panjang. Secara garis besar
biodiesel telah memenuhi standar mutu biodiesel yaitu nilai densitas campuran
biodiesel jantropha – sawit dan jatropha – jagung masih berada pada batas
maksimal 815 – 880 kg/m³ dan nilai viskositas 2 – 5 cst, kecuali pada campuran
biodiesel biodiesel komposisi B35 J – S, B40 J – S, B25 J – Jg, B30 J – Jg, B35 J
– Jg, dan B40 J - Jg yaitu diatas 5 (cSt).

Kata kunci: Biodiesel, Densitas, viskositas, Degumming, Esterifikasi,


Transesterifikasi, Injeksi

JMPM | Jurnal Material dan Proses Manufaktur 1


JMPM: Jurnal Material dan Proses Manufaktur - Vol.XXX, No.XXX, XXX
http://journal.umy.ac.id/index.php/jmpm

Abstract

The increasing demand for fossil fuels has resulted in reduced reserves of
fossil fuels on earth. To reduce the problem of meeting fuel needs, biodiesel can
be an alternative fuel. Biodiesel is an alternative fuel derived from vegetable oils
and animal fats. Biodiesel from vegetable oil has the advantages of being
environmentally friendly, easily biodegradable and easily renewable. However,
biodiesel from vegetable oil has drawbacks, namely high density and viscosity
values. Jatropha, oil palm, and corn plants are very abundant in Indonesia and
have the potential to be used as biodiesel. To get optimal biodiesel, it is necessary
to improve its properties by mixing the three types of oil. This research was
conducted with the aim of obtaining the effect of density and viscosity on the
injection characteristics of mixed biodiesel at levels B5 – B40.
Making biodiesel is done by varying the mixture of jatropha - palm oil and
jatropha - corn oil by mixing industrial diesel at levels B5, B10, B15, B20, B25, B30,
B35, and B40. The process of making biodiesel is carried out by three methods,
namely degumming, esterification and transesterification. The degumming method
uses phosphoric acid as much as 0.2% of the volume of oil, the esterification
method uses (H2SO4 as much as 0.5% of the volume of oil and methanol as much
as 22.5% of the volume of oil), the transesterification stage uses (methanol as
much as 15% of the volume of oil). and KOH as much as 1% of the volume of oil).
Based on the research that has been done, it can be concluded that along
with the increase in the composition of the biodiesel mixture (B5, B10, B15, B20,
B25, B30, B35, B40) to industrial diesel, the value of density and viscosity
increases. However, along with the increase in the composition of the biodiesel
mixture (B5, B10, B15, B20, B25, B30, B35, B40) resulted in changes in the shape
of the spray penetration, the characteristics of the injection are having a small angle
shape and a long penetration length. Broadly speaking, biodiesel has met biodiesel
quality standards, namely the density value of the blended jantropha – palm and
jatropha – corn biodiesel is still at the maximum limit of 815 – 880 kg/m³ and the
viscosity value is 2 – 5 cst, except for the biodiesel blend of B35 J – S composition.
, B40 J – S, B25 J – Jg, B30 J – Jg, B35 J – Jg, and B40 J - Jg which are above 5
(cSt).

Keywords: Biodiesel, Density, viscosity, Degumming, Esterification,


Transesterification, Injection

1. PENDAHULUAN
Energi ialah kebutuhan dasar manusia, yang terus bertambah sejalan
dengan tingkat kehidupannya. Bahan bakar minyak (BBM) memegang posisi
yang sangat dominan dalam pemenuhan kebutuhan tenaga nasional.
Menyusutnya pembuatan minyak mentah serta tingginya harga minyak mentah
dunia sangat mempengaruhi terhadap kemampuan anggaran pembangunan.
Selama ini bahan bakar minyak di Indonesia masih disubsidi oleh negara (lewat
APBN), sehingga menjadi beban yang sangat berat untuk pemerintah. Ditengah
krisis energi saat ini mencuat pemikiran untuk penganekaragaman energi
(diversifikasi energi) dengan meningkatkan sumber energi lain dari jenis

JMPM | Jurnal Material dan Proses Manufaktur 2


JMPM: Jurnal Material dan Proses Manufaktur - Vol.XXX, No.XXX, XXX
http://journal.umy.ac.id/index.php/jmpm

tumbuhan sebagai energi alternatif untuk penyediaan konsumsi energi


domestik. Tipe tumbuhan yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan dasar
pembuatan biodiesel antara lain minyak biji jarak, minyak sawit, minyak jagung
serta lain sebagainya karena tanaman tersebut merupakan tanaman tropis
yang mudah ditemui di seluruh wilayah Indonesia. Selain mudah didapatkan
minyak biji jarak juga dapat menghasilkan minyak yang tinggi sekitar 40 – 70%
dan minyak kelapa sawit dan jagung merupakan jenis tumbuhan yang memiliki
komponen asam lemak sebesar 3-5% dan trigliserida 94%. Biodisel bersifat
ramah lingkungan sebab menghasilkan emisi gas buang yang jauh lebih baik
dibanding diesel/solar, yakni bebas sulfur, bilangan asap (smoke number)
rendah, serta angka setana (cetane number) bekisar antara 57- 62 sehingga
efisiensi pembakaran lebih baik, dibakar sempurna (clean burning), serta tidak
menciptakan toksin [1]. Berdasarkan beberapa kelebihan minyak nabati
tersebut terdapat beberapa kekurangan yaitu minyak nabati cenderung memiliki
nilai denstas dan viskositas yang tinggi yang akan mempengaruhi kualitas dari
biodiesel. Nilai densitas SNI biodiesel tidak boleh melebihi 0, 867 g/ cm3, serta
viskositas kinematik (pada 40˚C) berkisar antara 2, 3-6, 0 mm2/ s. Nilai densitas
dan viskositas yang sangat besar dapat mengganggu performa mesin terutama
pada pengkabutan injeksi pada injektor mesin diesel (Laila & Oktavia 2017).
Salah satu upaya untuk menurunkan viskositas maka dilakukan uji sifat fisik
dengan menggabungkan jenis minyak tersebut dengan solar industri dengan
persentase biodiesel 5% (B5), 10% (B10), 15% (B15), 20% (B20), 25% (B25),
30% (B30), 35% (B35), dan 40% (B40). Penelitian ini bertujuan mengetahui
pengaruh densitas dan viskositas campuran minyak jatropha– sawit dan minyak
jatropha – jagung pada level B5– B40 terhadap karakteristik injeksi mesin
diesel.

2. METODE
2.1 Proses Pembuatan Biodiesel
Bahan–bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu minyak jatropha,
minyak sawit, minyak jagung, dan solar industri. Komposisi yang digunakan
adalah 50: 50 proses pembuatan biodiesel ketiga bahan tersebut meliputi
degumming, esterifikasi, dan transesterifikasi dan katalis yang digunakan
adalah KOH. Setelah semua proses selesai, biodiesel jatropha – sawit dan
jatropha - jagung dicampur dengan solar industri dengan variasi B5, B10, B15,
B20, B25, B30, B35, dan B40. Sifat fisik dari masing-masing bahan baku dapat
dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Sifat Fisik Bahan Baku


Densitas Viskositas
Bahan Baku
(kg/m3) (cSt)
Solar Industri 827.60 3.0
Jatropha 919,39 163
Sawit 863,03 10
Jagung 869.78 13
Jatropha - Sawit 891.73 46
Jatropha - Jagung 900.44 53

2.2 Langkah Penelitian


2.2.1 Pengujian Karakteristik Injeksi
Pengujian karakteristik injeksi dilakukan pada malam hari. Hal ini
dilakukan agar semprotan bahan bakar oleh nozzle dapat terlihat jelas.
JMPM | Jurnal Material dan Proses Manufaktur 3
JMPM: Jurnal Material dan Proses Manufaktur - Vol.XXX, No.XXX, XXX
http://journal.umy.ac.id/index.php/jmpm

Gambar 2.1 Skema Pengujian Karakteristik Injeksi

Prosedur pengujian dan pengambilan data karakteristik injesi adalah sebagai


berikut:
1. Mempersiapkan alat yang digunakan.
2. Melakukan pengecekan kondisi motor listrik, pompa injektor, selang
bahan bakar, injektor, dan nozzle.
3. Menyiapkan bahan bakar yang digunakan dalam penelitian ini.
4. Menghidupkan pompa injektor.
5. Melakukan pengambilan data berupa dokumentasi foto dan video
menggunakan kamera.
6. Mematikan alat setelah selesai mengambil data.
7. Mengambil data semua variasi bahan bakar dengan cara mengulangi
proses yang diatas.
8. Membersihkan alat dan tempat pengujian setelah selesai
melaksanakan pengujian.

2.3 Metode Pengambilan Data


Bahan bakar yang digunakan dalam pengujian ini adalah campuran
biodiesel jatropha - sawit, jatropha – jagung, dan solar industri dengan berbagai
variasi yaitu B5, B10, B15, B20, B25, B35, dan B40. Pengujian karakteristik
injeksi dilakukan pada putaran stasioner dan tekanan udara normal (1 atm)
kemudian hasil penetrasi semprotan direkam menggunakan kamera DSLR.
Hasil rekaman kemudian dikonversi menjadi foto menggunakan aplikasi Adobe
Premiere dan Snapseed.

2.4 Metode Perhitungan Data


2.4.1 Perhitungan Sudut dan Panjang Injeksi Bakar
Panjang semprotan dan sudut penyebaran bahan bakar di dapat melalui
dokumentasi foto dan video saat melakukan pengujian karakteristik injeksi.
Gambar yang di dapat kemudian di edit untuk memperjelas objek dan diberi
ukuran di aplikasi Autodesk Inventor Pro.

JMPM | Jurnal Material dan Proses Manufaktur 4


JMPM: Jurnal Material dan Proses Manufaktur - Vol.XXX, No.XXX, XXX
http://journal.umy.ac.id/index.php/jmpm

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Sifat Fisik Bahan Bakar
Spesifikasi biodoesel/biosolar untuk viskositas antara 2 - 5 cSt, untuk
densitas antara 815-880 kg/m3. Sifat fisik bahan bakar campuran biodiesel
jatropha – solar, jatropha - jagung dengan solar industri dengan variasi B5, B10,
B15, B20, B25, B30, B35, dan B40 dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2.

Tabel 3.1 Sifat Fisik Bahan Bakar Campuran Jatropha – Sawit dengan
Solar Industri

Densitas Viskositas
Nama Sampel
(kg/m3) (cSt)
Solar Industri 827.60 3.00
B5 J - S 818.51 2.40
B10 J - S 822.17 3.00
B15 J - S 827.15 3.80
B20 J - S 833.35 4.00
B25 J - S 834.31 4.80
B30 J - S 841.30 5.00
B35 J - S 843.74 5.20
B40 J - S 845.43 6.20

Tabel 3.2 Sifat Fisik Bahan Bakar Campuran Jatropha – Jagung


dengan Solar Industri

Densitas Viskositas
Nama Sampel
(kg/m3) (cSt)
Solar Industri 827.60 3.00
B5 J - Jg 823.29 3.20
B10 J - Jg 828.22 3.40
B15 J - Jg 829.29 4.10
B20 J - Jg 836.75 4.20
B25 J - Jg 838.36 5.10
B30 J - Jg 843.49 5.10
B35 J - Jg 846.00 5.50
B40 J - Jg 852.00 7.00

Dari tabel 3.1 terlihat bahwa biodiesel yang telah dicampur dengan solar
industri memiliki nilai sifat fisik yang hampir menyerupai sifat fisik solar industri
dapat dilihat juga bahwa setiap campuran minyak dengan variasi B5 – B40
masing - masing memiliki nilai densitas yang berbeda – beda. Nilai densitas
yang memiliki penambahan solar industri lebih banyak mengakibatkan
menurunnya nilai densitas. Sedangkan semakin banyak komposisi biodiesel
didalam variasi campuran menyebabkan naiknya densitas dari campuran
biodiesel tersebut. Hal ini selaras dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
(Maksom dkk., 2020) karena biodiesel memiliki densitas yang tinggi
dibandingkan solar, komposisi biodiesel akan mempengaruhi densitas
campuran. Begitu juga dengan Tabel 3.2 viskositas kinematik yang tertinggi
diperoleh dari biodiesel campuran minyak jatropha – sawit dan minyak jatropha
– jagung dengan variasi komposisi masing - masing B40. Pada penelitian ini
JMPM | Jurnal Material dan Proses Manufaktur 5
JMPM: Jurnal Material dan Proses Manufaktur - Vol.XXX, No.XXX, XXX
http://journal.umy.ac.id/index.php/jmpm

viskositas kinematik yang tidak memenuhi standar SNI yaitu pada biodiesel
komposisi B35 J – S, B40 J – S, B25 J – Jg, B30 J – Jg, B35 J – Jg, dan B40 J
- Jg yaitu diatas 5 (cSt). Variasi komposisi campuran minyak yang memenuhi
standar SNI yaitu pada komposisi B5 J – S, B10 J – S, B20 J – S, B25 J – S,
B30 J – S, B5 J – Jg, B10 J – Jg, B15 J – Jg, B20 J – Jg. Salah satu faktor yang
mempengaruhi nilai viskositas erat kaitannya dengan nilai densitas, semakin
besar nilai densitas maka semakin besar pula nilai viskositas kinematiknya.

3.2 Hasil Pengujian Karakteristik Injeksi Bahan Bakar


Hasil Pengujian Injeksi Bahan Bakar Pengujian injeksi bahan bakar
bertujuan untuk mengetahui panjang semprotan dan besar sudut penyebaran.
Alat uji yang digunakan berupa injektor mesin diesel yang bertugas
mengkabutkan bahan bakar dan mengeluarkannya melalui lubang nosel. Sifat
fisik bahan bakar yang mempengaruhi bentuk semprotan adalah densitas dan
viskositas. Sifat fisik densitas berpengaruh pada panjang semprotan dimana
semakin besar densitas suatu bahan bakar maka semakin panjang semprotan
yang dihasilkan. Sifat fisik viskositas berpengaruh pada sudut penyebaran
dimana semakin besar viskositas suatu bahan bakar maka semakin kecil sudut
semprotan yang dihasilkan. Bahan bakar yang digunakan dalam pengujian ini
adalah bahan bakar campuran B5, B10, B15, B20, B25, B30, B35, dan B40 dan
Solar Industri. Hasil pengujian berupa video diolah menggunakan aplikasi
Adobe Premiere Pro untuk menghasilkan sebuah foto. Foto yang di dapat
kemudian diedit menggunakan aplikasi Snapseed untuk memperjelas objek
sehingga mempermudah pengukuran panjang dan sudut semprotan di aplikasi
Autodesk Inventor Pro. Hasil pengolahan data injeksi bahan bakar dapat dilihat
pada Tabel 3.2, Tabel 3.3, dan Gambar 3.1, Gambar 3.2.

Tabel 3.2 Hasil Pengujian Injeksi Bahan Bakar Jatropha - Sawit


Nama Pada (t) waktu Panjang semprotan Sudut semprotan
Sampel (detik) penetrasi (mm) penetrasi (˚)
J - S B5 58.55 29.37
J - S B10 62.30 23.44
J - S B15 58.67 20.68
J - S B20 63.49 18.70
1.09
J - S B25 67.62 16.07
J - S B30 70.67 14.40
J - S B35 77.90 11.61
J - S B40 86.07 9.050

JMPM | Jurnal Material dan Proses Manufaktur 6


JMPM: Jurnal Material dan Proses Manufaktur - Vol.XXX, No.XXX, XXX
http://journal.umy.ac.id/index.php/jmpm

Tabel 3.3 Hasil Pengujian Injeksi Bahan Bakar Jatropha - Jagung


Nama Pada (t) waktu Panjang semprotan Sudut semprotan
Sampel (detik) penetrasi (mm) penetrasi (˚)
J - Jg B5 70.55 28.01
J - Jg B10 74.98 23.68
J - Jg B15 80.48 17.78
J - Jg B20 82.19 15.78
1.09
J - Jg B25 86.71 11.03
J - Jg B30 90.10 10.21
J - Jg B35 96.46 9.22
J - Jg B40 105.30 8.90

B5 J – S B10 J – S B15 J – S B20 J – S B25 J - S

B30 J – S B35 J – S B40 J - S

Gambar 3.1 Hasil Pengujian Injeksi Bahan Bakar Jatropha – Sawit

JMPM | Jurnal Material dan Proses Manufaktur 7


JMPM: Jurnal Material dan Proses Manufaktur - Vol.XXX, No.XXX, XXX
http://journal.umy.ac.id/index.php/jmpm

B5 J – Jg B10 J – Jg B15 J – Jg B20 J – Jg B25 J – Jg

B30 J – Jg B35 J – Jg B40 J – Jg

Gambar 3.2 Hasil Pengujian Injeksi Bahan Bakar Jatropha - Jagung

Dilihat dari Tabel 3.2 dan Tabel 3.3 dapat diketahui bahwa semprotan dari lubang
nosel semakin panjang dan sudut penyebaran semakin kecil disetiap bahan bakar
campuran seiring bertambahnya persentase biodieselnya. B40 memiliki
semprotan yang paling panjang dan B5 memiliki semprotan yang paling pendek.
Sudut penyebaran yang paling besar terletak pada B5 dan yang paling kecil
terletak pada B40. Kedua hal ini membuktikan kebenaran bahwa panjang
semprotan dan sudut penyebaran dipengaruhi oleh sifat fisik densitas dan
viskositas. Semakin besar massa dan kekentalan bahan bakar menjadikannya
sulit untuk dikabutkan sempurna sehingga menghasilkan semprotan yang masih
berbentuk butiran kasar. Hal ini berakibat pada lubang nosel karena dapat
menghambat aliran bahan bakar, bahkan bisa menyebabkan kebuntuan. Berikut
perbandingan Panjang penetrasi semprotan dan lebar sudut penetrasi semprotan
biodiesel campuran jatropha – sawit dan jatropha – jagung dapat di lihat pada
Gambar 3.3 dan Gambar 3.4.

JMPM | Jurnal Material dan Proses Manufaktur 8


JMPM: Jurnal Material dan Proses Manufaktur - Vol.XXX, No.XXX, XXX
http://journal.umy.ac.id/index.php/jmpm

120
110
100
90
Panjang (mm)
80
70
60
50
40
30
20
10
0
B5 B10 B15 B20 B25 B30 B35 B40
Variasi Sampel

Jatropha - Sawit Panjang semprotan penetrasi


Jatropha - Jagung Panjang semprotan penetrasi

Gambar 3.3 Perbandingan Panjang Penetrasi Semprotan Biodiesel Campuran


Jatropha – Sawit dan Jatropha – Jagung

35

30

25
Besar Sudut (◦)

20

15

10

0
B5 B10 B15 B20 B25 B30 B35 B40

Variasi Sampel

Jatropha - Sawit Sudut semprotan penetrasi


Jatropha - Jagung Sudut semprotan penetrasi
Linear (Jatropha - Sawit Sudut semprotan penetrasi)

Gambar 3.4 Perbandingan Besar Sudut Penetrasi Semprotan Biodiesel Campuran


Jatropha – Sawit dan Jatropha - Jagung

Pada Gambar 3.3 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan krakteristik


panjang semprotan penetrasi antara campuran biodiesel jatropha – sawit dengan
jatropha – jagung, diketahui bahwa campuran biodiesel jatropha – jagung memiliki
Panjang semprotan yang lebih besar dibandingkan dengan campuran biodiesel
jatropha – sawit hal ini dikarenakan nilai viskositas biodiesel campuran jatropha –

JMPM | Jurnal Material dan Proses Manufaktur 9


JMPM: Jurnal Material dan Proses Manufaktur - Vol.XXX, No.XXX, XXX
http://journal.umy.ac.id/index.php/jmpm

jagung lebih besar dari pada biodiesel campuran jatropha – sawit dapat dilihat
pada tabel 4.6. Semakin panjang atau pendeknya semprotan penetrasi dari
masing-masing bahan bakar dipengaruhi oleh nilai viskositas dan densitas pada
masing-masing bahan bakar tersebut. Apabila nilai viskositas dan densitas dari
bahan bakar tersebut tinggi akan menyebabkan bahan bakar memiliki semprotan
penetrasi yang lebih panjang, sedangkan pada Gambar 3.4 dapat dilihat bahwa
perbedaan karakteristik bentuk sudut antara biodiesel campuran jatropha – sawit
dengan jatropha – jagung, diketahui bahwa biodiesel campuran jatropha – sawit
memiliki bentuk sudut cenderung lebih besar dibandingkan dengan bentuk sudut
dari biodiesel campuran jatropha – jagung. Hal ini disebabkan karena biodiesel
campuran jatropha – sawit memiliki nilai viskositas cenderung lebih rendah
daripada biodiesel campuran jatropha – jagung secara keseluruhan hasil dari uji
injeksi bahan bakar mengalami penyusutan besar sudut berturut – turut pada
variasi campuran B5 sampai dengan B40 masing – masing biodiesel campuran.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bahan bakar yang memiliki nilai viskositas
yang paling tinggi akan memiliki sudut semprotan yang paling kecil dan bahan
bakar dengan nilai viskositas yang rendah akan memiliki sudut semprotan yang
lebih lebar.
Semakin tinggi nilai viskositas pada bahan bakar maka bahan bakar
tersebut akan semakin sulit untuk dikabutkan karena pada saat bahan bakar mulai
disemprotkan atau pada saat proses penginjeksian bahan bakar tidak membentuk
kabutan tetapi bahan bakar tersebut akan berbentuk tetesan sehingga
mengakibatkan sudut penyemprotan akan semakin kecil.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian, pembahasan, dan analisa data yang
mengacu pada rumusan masalah dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengaruh variasi komposisi B5 – B40 biodiesel campuran minyak jatropha
– sawit dan minyak jatropha – jagung terhadap solar industri dengan
seiring bertambahnya presentase campuran biodiesel, secara garis besar
nilai densitas, dan viskositas yang dihasilkan akan semakin meningkat. Hal
ini disebabkan karena campuran biodiesel memiliki densitas, viskositas
yang tinggi pula dibandingkan dengan nilai viskositas dan densitas solar
industri.
2. Biodiesel campuran jatropha – sawit dan jatropha jagung dengan variasi
B5 – B40 memiliki karakteristik sifat fisik yang mendekati dengan
karakteristik sifat fisik solar industri yaitu meliputi nilai densitas dan
viskositas yang masih berada dibawah batas maksimal standar mutu
biodiesel. viskositas kinematik yang tidak memenuhi standar SNI yaitu
pada biodiesel komposisi B35 J – S, B40 J – S, B25 J – Jg, B30 J – Jg,
B35 J – Jg, dan B40 J - Jg yaitu diatas 5 (cSt).
3. Pengaruh nilai densitas dan viskositas mempengaruhi karakteristik bentuk
semprotan penetrasi injeksi, semakin besar nilai densitas dan viskositas
campuran biodiesel miyak jatropha – sawit dan jatropha – jagung variasi
B5 – B40 maka karakteristik bentuk semprotan penetrasi cenderung
memiliki sudut yang kecil. Pada campuran biodiesel minyak jatropha –
jagung variasi B5 – B40 memiliki besar sudut semprot penetrasi yang lebih
kecil dan memiliki panjang semprot penetrasi yang lebih panjang
dibandingkan dengan campuran biodiesel minyak jatropha – sawit, hal ini
disebabkan pada campuran biodiesel minyak jatropha – jagung memiliki
nilai densitas dan viskositas lebih besar dari pada campuran biodiesel
minyak jatropha – sawit dengan masing – masing variasi B5 – 40.
JMPM | Jurnal Material dan Proses Manufaktur 10
JMPM: Jurnal Material dan Proses Manufaktur - Vol.XXX, No.XXX, XXX
http://journal.umy.ac.id/index.php/jmpm

REFERENSI
[1] M. I. Anshary, “Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit dengan
Katalis Padat Berpromotor Ganda Dalam Reaktor,” vol. 1, no. 1, pp. 1–4,
2012.
[2] L. Laila, Lia & Oktavia, “Kaji Eksperimen Angka Asam dan Viskositas
Biodiesel Berbahan Baku Minyak Kelapa Sawit dari,” vol. 2, no. 1, pp. 3–6,
2017.
[3] S. Maksom, N. F. Nasir, N. Asmuin, A. Rahman, and R. Khairulfuaad,
“Pengaruh Komposisi iodiesel terhadap Densitas dan Viskositas
Campuran iesel-Biodiesel : Studi CFD inspeksi visual , sebelum dapat
diterapkan pada mesin CI . Namun , ada kekurangan proses pencampuran
. Oleh karena itu , proyek ini mempelajari pengaruh rasi,” vol. 4, pp. 100–
109, 2020.
[1] M. I. Anshary, “Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit dengan
Katalis Padat Berpromotor Ganda Dalam Reaktor,” vol. 1, no. 1, pp. 1–4,
2012.
[2] L. Laila, Lia & Oktavia, “Kaji Eksperimen Angka Asam dan Viskositas
Biodiesel Berbahan Baku Minyak Kelapa Sawit dari,” vol. 2, no. 1, pp. 3–6,
2017.
[3] S. Maksom, N. F. Nasir, N. Asmuin, A. Rahman, and R. Khairulfuaad,
“Pengaruh Komposisi iodiesel terhadap Densitas dan Viskositas
Campuran iesel-Biodiesel : Studi CFD inspeksi visual , sebelum dapat
diterapkan pada mesin CI . Namun , ada kekurangan proses pencampuran
. Oleh karena itu , proyek ini mempelajari pengaruh rasi,” vol. 4, pp. 100–
109, 2020.

JMPM | Jurnal Material dan Proses Manufaktur 11

Anda mungkin juga menyukai