Anda di halaman 1dari 4

Judul : Optimasi Kinerja Antioksidan campuran Pyrogallol dan tert-butylhidroquinon (TBHQ) dengan

Penambahan Surfaktan dalam Meningkatkan Stabilitas Oksidasi Biodesel Kelapa Sawit.

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Guide line :
Jumlah minyak bumi cari datanya – mulai pake renewable energy – biodiesel , argumen
pendukung biodiesel itu potenisial dari jumlah sama kebijakan pemerintah– permasalahan
biodiesel, oksidasi – solusi dengan penambahan antioksidan – etapi antioksidan itu non polar,
susah di blending sama polar – pake antioksidan biner cari jurnal, tampilin hasil py+tbhq seseuai
skripsi ali – etapi ternyata dispersi masih rendah – cobain tambah surfaktan masukin paper kak
hery pak bahe- nah ide ku kalo biner+ surfaktan gimana?

Narasi :
Bapak tau kan isi pikiran saya tau kan pak saya mau bikin apa nah ya itu pak"

Saat ini konsumsi minyak cenderung meningkat dibarengi dengan merosotnya


produksi minyak itu sendiri, sehingga membuat Indonesia mengalami defisit minyak sejak
2003. Data BP menunjukkan produksi minyak Indonesia pada 2003 sebesar 1,18 juta barel
per hari sementara konsumsi mencapai 1,23 juta barel. Artinya terjadi defisit 54 ribu barel
per hari. Kondisi tersebut semakin diperburuk dengan produksi minyak nasional yang
semakin turun sedangkan konsumsi kian meningkat. Produksi minyak indonesia pada 2017
hanya tinggal 949 ribu barel per hari sementara konsumsi meningkat menjadi 1,65 juta
barel sehingga dibutuhkan 702 barel per hari untuk memenuhi kebutuhan minyak
domestik.
Kondisi defisit minyak bumi ini mendorong untuk mulai beralih menggunakan bahan
bakar nabati. Di Indonesia sendiri salah satu bahan bakar nabati yang sangat potensial untuk
dikembangkan adalah biodiesel yang merupakan alternatif pengganti bahan bakar solar.
Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia
dengan produksi CPO (crude palm oil) setengah dari produksi global (FAOStat 2016).
Dimana pada tahun 2016 sekitar 3,4 juta ton CPO digunakan untuk biodiesel (USDA,2017)
sehingga potensi kelapa sawit sebagai sumber bahan pangan dan bahan baku utama
biodiesel di Indonesia sangat besar (Purwanto 2015, Sembiring 2015, Wright dan
Rahmanullah 2015, Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan 2013,
Sheil dkk 2009). Potensi pengembagan biodiesl di Indonesia kemudian didukung oleh
Pemerintah Indonesia melalui PERMEN ESDM No. 12 tahun 2015 menetapkan
penggunaan campuran 20% biodiesel untuk semua sektor. Penambahan 20% biodiesel
dalam campuran minyak solar dapat mengurangi 6 juta kL suplai minyak solar nasional
(ESDM, 2017).
Biodiesel merupakan salah satu energi alternatif terbarukan yang berasal dari bahan
hayati. Saat ini, biodiesel diaplikasikan untuk keperluan bahan bakar kendaraan. Biodiesel
diketahui dapat digunakan sebagai salah satu sumber energi alternatif terbarukan karena
tidak menghasilkan emisi sulfur yang berlebih, mudah terurai secara biologis, dan memiliki
efisiensi pembakaran yang lebih baik dibandingkan solar (Hambali, 2008).
Pengembangan biodiesel sangat solutif untuk mengatasi masalah di atas, tetapi
biodiesel dari bahan terbarukan masih mudah teroksidasi, menjadi senyawa-senyawa
seperti asam, aldehid, keton, ester, peroksida dan alkohol (Xin et al., 2009). Biodiesel lebih
mudah teroksidadi karena biodiesel dibuat dari proses esterifikasi lemak jenuh dan tidak
jenuh yang bersumber dari tanaman. Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang memiliki
satu ikatan rangkap seperti asam oleat, sedangkan asam linoleat dan asam linolenat adalah
asam lemak tak jenuh, yaitu memiliki lebih dari satu ikatan rangkap. Oksidasi pada
biodiesel meningkat dengan seiring bertambahnya jumlah ikatan rangkap asam lemak tak
jenuh (K. Wadumesthrige, 2009). Perubahan karakteristik biodiesel karena proses oksidasi
antara lain meningkatnya nilai viskositas, bilangan peroksida, angka asam dan menurunkan
periode induksi (Agarwal & Khurana, 2013).
Akibat dari biodiesel yang mengalami oksidasi adalah penurunan efisiensi
pembakaran bahan bakar. Oleh karena itu stabilitas oksidasi pada biodiesel menjadi hal
penting yang diperhatikan untuk biodiesel komersial. Stabilitas biodiesel yang perlu
diperhatikan tidak hanya pada fresh biodiesel namun pada saat penyimpanan dan
penggunaan dalam jangka waktu lama. Guna menjawab permasalahan itu, beberapa
antioksidan seperti propyl gallate (PG), butylated hydroxytoluene (BHT), butylated
hydroxyanisol (BHA), pyrogallol (PY) dan tert butylhydroquinone (TBHQ) digunakan
untuk meningkatkan stabilitas biodiesel. Dari berbagai jenis antioksidan tersebut
Pyrogallol adalah aditif antioksidan yang paling efektif diantara aditif antioksidan lainnya
untuk mencegah oksidasi yang terjadi pada biodiesel (Sulistyo, 2015). Namun penggunaan
aditif antioksidan konvensional ini, bahkan pada konsentrasi yang sangat tinggi, belum
mampu memberikan efek yang signifikan pada stabilitas biodiesel. (Marina Comin, 2017).
Pada penggunaan antioksidan pyrogallol, pyrogalol dan biodiesel memiliki polaritas yang
berbeda sehingga menyebabkan keduanya tidak saling larut dan tidak dapat terdistribusi
dengan baik (Wilson, 1936). Hal ini mengakibatkan penambahan antioksidan pada
biodiesel belum optimal.
Sehingga beberapa penelitian telah dilakukan dengan menggunakan kombinasi biner
dari berbagai antioksidan untuk meningkatkan stabilitas oksidasi biodiesel. Seperti
penelitian yang telah dilakukan oleh Devendra S. Rawat dkk pada tahun 2015, dimana pada
penelitan ini Davendra melakukan pengujian terhadap efektivitas antioksidan tungal dan
biner untuk meningkatkan stabilitas oksidasi jarak pagar dan biodiesel Karanja. kombinasi
antioksidan yang digunakan yaitu Pyrogallol: Propyl gallate (PY: PrG), Pyrogallol: tert-
butyl hydroquinone (PY: TBHQ) dan Pyrogallol: Butylated hydroxyanisole (PY: BHA).
Hasilnya menunjukkan kombinasi antioksidan dengan efek peningkatan stabilitas biodesel
terbaik adal kombinasi antioksidan Pyrogallol: tert-butyl hydroquinone.
Upaya lain guna mengoptimalkan stabilitas biodiesel dengan antioksidan dilakukan
dengan menambahkan surfaktan. Surfaktan merupakan senyawa yang digunakan untuk
meningkatkan kelarutan antara dua senyawa yang tidak saling larut akibat perbedaan
polaritas yang dimiliki masing-masing senyawa. Penambahan surfaktan diharapkan dapat
meningkatkan dispersi antioksidan dalam biodiesel sehingga dapat homogen.
Penelitian serupa telah dilakukan oleh Hery Sutanto dkk pada tahun 2018, yaitu
menambahkan surfaktan jenis Sorbitan Monooleate, Glycerol Monostearate, dan
Polyglyceryl-4-isostearate pada antioksidan tert-butyl hydroquinone(TBHQ) dalam
biodiesel. Hasilnya menunjukkan bahwa penambahan surfaktan mampu meningkatkan
dispersi antioksidan TBHQ pada biodiesel, dimana campuran 100 ppm Polyglyceryl-4-
isostearate dengan 2000 ppm TBHQ memiliki dispersi paling stabil dalam waktu
pengamatan 1 minggu.

Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul ["Indonesia Defisit Minyak Sejak 2003"] ,
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/02/14/indonesia-defisit-minyak-sejak-2003

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masahak yang diajukan dalam penelitian ini antaralain sebagai berikut:
a. Apakah surfaktan dapat meningkatan kinerja Antioksidan campuran Pyrogallol dan tert-
butylhidroquinon?
b. Apakah jenis surfaktan yang paling efektif dalam meningkatkan kinerja Antioksidan
campuran Pyrogallol dan tert-butylhidroquinon?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penilitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui pengaruh surfaktan dalam peningkatan kinerja Antioksidan campuran Pyrogallol
dan tert-butylhidroquinon
b. Mengetahui jenis surfaktan yang paling efektif dalam meningkatkan kinerja Antioksidan
campuran Pyrogallol dan tert-butylhidroquinon
1.4. Batasan Masalah
Batasan masalah yang ditentukan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Jenis biodiesel
b. Jenis surfaktan
c. Jenis antioksidan biner yang dipakai
d. Karakteristik stabilitas oksidasi yang diuji
e. Karakteristik dispersi yang diamati
1.5. Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang dari penelitian yang akan dilakukan, rumuan permasalahan, tujuan
penlitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Berisi pembahasan mengenanai proses pembuatan biodiesel, baku mutu biodiesel di Indonesia,
mekanisme reaksi oksidasi pada biodiesel, zar aditif antioksidan untuk biodiesel, jenis surfaktan
untuk biodiesel, mekanisme kerja dari antioksidan, mekanisme kerja surfaktan dan state of art.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Berisi tentang tahapan-tahapann yang digunakan pada penilitian ini, meliputi diagram alir
prosedur penelitian, proses preparasi alat dan bahan, prosedur penelitian dan variabel
penelitian.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi mengenai hasil penelitian dan penjelasan dari hasil penelitian.
BAB 5 PENUTUP
Berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dulakukan dan saran untuk penelitian lanjutan
dari hasil penelitian ini.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biodiesel
2.2. baku mutu biodiesel di Indonesia
2.3. Mekanisme reaksi oksidasi biodiesel
2.4. Zat Aditif Antioksidan untuk Biodiesel (PY+TBHQ)
2.5. Surfaktan (GMS, PG4Is,SMO)
2.6. Mekanisme kerja anitioksidan
2.7. Mekanisme kerja surfaktan
2.8. Metode uji stabikitas oksidasi biodiesel
2.9. State of art

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. diagram alir penelitian


3.2. preparasi alat dan bahan
3.3. prosedur penelitian
3.4. variable penelitian

Anda mungkin juga menyukai