Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS KOMPOSISI BIODIESEL HASIL GAS CHROMATOGRAPHY-

MASS SPECTOMETER (GC-MS)

Mika Hastumiani
Program Studi Pendidikan Kimia, FSTT, Universitas Pendidikan Mandalika, Jalan
Pemuda No. 59A Mataram, Nusa Tenggara Barat, Indonesia 83125.
Email korespondensi: mikahastumiani068@gmail.com

ABSTRAK: Kebutuhan energi di dunia semakin meningkat, sedangkan cadangan bahan


bakar minyak bumi yang dihasilkan semakin sedikit. Solusi yang ditawarkan yaitu
mencari energi alternatif yang dapat diperbaharui, salah satunya adalah biodiesel.
Biodiesel adalah jenis bahan bakar yang diproduksi dari sumber-sumber alami, seperti
minyak nabati atau lemak hewan. Bahan bakar ini dapat digunakan sebagai pengganti
atau campuran dengan bahan bakar diesel konvensional yang dihasilkan dari minyak
bumi. Ada beberapa batasan atau tantangan yang dihadapi menggunakan biodiesel
sebagai bahan bakar alternatif salah satunya adalah bahan baku. Suatu saat bahan seperti
minyak kelapa sawit ini akan semakin mahal sehingga dilakukan penelitian untuk
mencari bahan baku selain minyak kelapa sawit. Artikel ini bertujuan menganalisis
komposisi biodiesel hasil gas chromatography-mass spectometer (GC-MS). Artikel ini
dibuat berdasarkan telaah pustaka terkait karakter biodiesel yang telah diteliti. Data
(informasi) ditelaah secara deskriptif dan kuantitatif agar pembaca lebih memahami
komposisi biodiesel yang telah diteliti sampai saat ini. Hasil yang didapatkan adalah
biodiesel dengan bahan baku yang berbeda memiliki senyawa penyusun dan komposisi
yang bervariasi.

Kata Kunci: biodiesel, GC-MS, energi alternatif

ABSTRACT: The need for energy in the world is increasing, while the reserves of
petroleum fuel produced are decreasing. The solution offered is to look for renewable
alternative energy, one of which is biodiesel. Biodiesel is a type of fuel that is produced
from natural sources, such as vegetable oil or animal fat. This fuel can be used as a
substitute or mixture with conventional diesel fuel produced from petroleum. There are
several limitations or challenges faced by using biodiesel as an alternative fuel, one of
which is raw material. One day, materials such as palm oil will become more expensive,
so research is being carried out to look for raw materials other than palm oil. This article
aims to analyze the composition of biodiesel produced by gas chromatography-mass
spectometer (GC-MS). This article was made based on a literature review related to the
characteristics of biodiesel that has been studied. Data (information) is analyzed
descriptively and quantitatively so that readers can better understand the composition of
biodiesel that has been studied so far. The results obtained are biodiesel with different
raw materials having various constituent compounds and compositions.

Keywords: biodiesel, GC-MS, alternative energy

PENDAHULUAN
Kebutuhan energi di dunia semakin meningkat, sedangkan cadangan bahan
bakar minyak bumi yang dihasilkan semakin sedikit (Ali et al., 2020). Solusi yang
ditawarkan yaitu mencari energi alternatif yang dapat diperbaharui, salah satunya
adalah biodiesel ( Bastos et al., 2020; Ben Hassen Trabelsi et al., 2018). Biodiesel
merupakan pengganti bahan bakar diesel yang paling menjanjikan karena dapat
diproduksi dari minyak nabati, lemak hewani dan juga minyak limbah (Singh et
al, 2019). Ketersediaan bahan baku yang melimpah, sumber energi yang
terbarukan dan kemampuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca menjadikan
biodiesel sebagai pilihan yang menarik sebagai bahan bakar alternatif.
Pemanfaatan limbah organik khusus yang mengandung trigliserida atau lipida
menjadi biodiesel menjadi trending saat ini (Reig et al, 2020).
Biodiesel adalah jenis bahan bakar yang diproduksi dari sumber-sumber
alami, seperti minyak nabati atau lemak hewan. Bahan bakar ini dapat digunakan
sebagai pengganti atau campuran dengan bahan bakar diesel konvensional yang
dihasilkan dari minyak bumi (Besten et al, 2013; Chuah et al, 2017). Proses
produksi biodiesel melibatkan reaksi kimia yang disebut transesterifikasi, di mana
minyak nabati atau lemak hewan diubah menjadi ester metil atau etil yang
kemudian digunakan sebagai bahan bakar. Bahan baku yang umum digunakan
dalam produksi biodiesel adalah minyak kelapa sawit, kedelai, rapeseed (raps),
dan jarak pagar. Namun, sumber lain seperti minyak biji jarak, alga, atau limbah
lemak juga dapat digunakan (Borah et al., 2019; Farabi et al., 2019).
Ketersedian bahan baku di Indonesia begitu melimpah. Indonesia kini
berkembang menjadi Negara penghasil palm coconate oil (POC) terbesar di asia.
Indikatornya adalah tinggi penanam sawit di indonesia. Minyak kelapa sawit
menjadi salah satu bahan baku pengolahan biodiesel (Doyle et al., 2016). Salah
satu olahan minyak sawit adalah minyak goreng. Minyak ini memiliki beragam
kegunaan, termasuk sebagai bahan utama dalam memasak, penggorengan, dan
sebagai bahan baku dalam industri makanan dan kosmetik.
Minyak goreng merupakan kebutuhan primer masyarakat Indonesia, karena
hampir sebagian besar pengolahan makanan menggunakan minyak goreng
(Gargazi et al, 2022; Nasution, 2021). Seringkali ditemukan masyarakat
menggunakan minyak goreng berulang-ulang bahkan ada yang sampai warnanya
menjadi kecoklatan, inilah yang disebut dengan minyak jelantah. Penggunaan
miyak goreng pada suhu tinggi dapat menurunkan kualitas minyak (Husna &
Nurlela, 2020; Rahim & Handayani, 2022). Minyak jelantah berdampak pada
kesehatan tubuh manusia. Penggunaan minyak jelantah berulang-ulang
mengganggu fungsi dan kerusakan pada beberapa organ tubuh (Megawati &
Muhartono, 2019).
Kualitas minyak jelantah harus diperhatikan sebelum digunakan sebagai
bahan baku biodiesel karena minyak jelantah yang tidak baik dapat
mempengaruhi kualitas biodiesel yang dihasilkan (Zhang et al, 2019). Beberapa
parameter yang harus diperhatikan dalam menilai kualitas minyak jelantah yang
akan digunakan sebagai bahan baku biodiesel meliputi asam lemak bebas, nilai
iodin, dan kandungan air (Rachimoellah, 2016). Minyak jelantah yang
terkontaminasi bahan kimia atau logam juga harus dihindari karena dapat
berdampak buruk pada kualitas biodiesel dan mesin yang digunakan (Marouf et
al, 2019).
Adsorben yang biasa digunakan untuk pemurnian minyak jelantah adalah
padatan berpori seperti zeloit, silika gel, karbon aktif (Abubakar et al, 2018) dan
serbuk bahan alam yang mengandung selulosa (Waluyo et al, 2020). Bahan alam
seperti arang aktif, zeloit, dan tanah liat dapat digunakan sebagai adsorben dalam
pemurnian minyak jelantah (Indrawati, 2018; Kusuma, 2019). Arang aktif terbuat
dari bahan alam seperti kayu, kulit kacang-kacangan, atau serabut kelapa (Waluyo
et al, 2020). Zeloit adalah mineral alam yang memiliki struktur pori-pori yang
berpori (Muttaqii, dkk, 2019), sedangkan tanah liat adalah mineral alam yang
terdiri dari partikel-partikel halus yang mudah terurai (Amanda dkk, 2022). Proses
adsorpsi dilakukan dengan menempatkan adsorben di dalam kolom atau wadah
dan mengalirkan minyak jelantah melaluinya. Adsorben akan menyerap kotoran,
bau dan warna dari minyak (Alamsyah, 2017).
Penggunaan biodiesel dari minyak jelantah memiliki berbagai manfaat yang
positif. Pertama, biodiesel membantu mengurangi ketergantungan kita pada bahan
bakar fosil yang semakin langka dan mahal ( Kolakoti, 2021; Sani et al, 2017;
Fathoni, 2016). Selain itu, penggunaan biodiesel dapat membantu mengurangi
emisi gas kaca rumah dan polusi udara karena biodiesel memiliki tingkat emisi
yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan bakar diesel konvensional
(Suwanmanee et al, 2020; Tibesigwa et al, 2023). Selain manfaat lingkungan,
penggunaan biodiesel juga dapat membantu meningkatkan ekonomi lokal dengan
menciptakan lapangan kerja baru di sektor pengolahan minyak jelantah (Filho et
al, 2018).
Ada beberapa batasan atau tantangan yang dihadapi menggunakan biodiesel
sebagai bahan bakar alternatif. Pertama; dari sisi ketersediaan bahan baku,
biodiesel diproduksi dari minyak nabati atau lemak hewani. Oleh karena itu
ketersediaan bahan baku menjadi kunci dalam pembuatan biodiesel. Jika pabrik
biodiesel tidak dapat memperoleh bahan baku yang cukup, maka produksi
biodiesel akan terhambat. Sehingga biodiesel sampai saat ini terus dikembangkan.
Kedua; dari biaya produksi, produksi biodiesel dapat memerlukan biaya yang
lebih tinggi dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Harga bahan baku dan proses
produksi yang lebih rumit dapat menjadi faktor utama dalam hal ini (Arsyad,
2023). Ketiga; dari segi kualitasnya, biodiesel tidak selalu memiliki kualitas yang
sama dengan bahan bakar fosil. Hasil akhirnya bisa saja berbeda dalam hal
kepadatan, viskositas, dan titik nyala. Oleh karena itu, kendaraan yang
menggunakan biodiesel perlu disesuaikan agar dapat berjalan dengan baik
(Permana, 2020).
Gas Chromatography-Mass Spectometer (GC-MS) merupakan gabungan
dari dua instrumen kimia yaitu Gas Chromatography (GC) dan Mass
Spectometer (MS) yang bertujuan untuk menganalisis berbagai senyawa dalam
suatu sampel (Novilda dkk, 2022). Gas Chromatography (GC) yaitu instrumen
kimia untuk memisahkan dan menganalisis senyawa multi komponen seperti
senyawa volatil, hidrokarbon dan pelarut (Fauzi et al, 2017). Artikel ini
bertujuan menganalisis komposisi biodiesel hasil gas chromatography-mass
spectometer (GC-MS).

METODE
Artikel ini dibuat berdasarkan telaah pustaka terkait karakter biodiesel yang
telah diteliti. Studi ini memanfaatkan sumber-sumber primer, sekunder dan tersier
yang bisa diperoleh dari perpustakaan baik perpustakaan konvensional, online
maupun link pengindeks terbitan terpercaya. Data (informasi) ditelaah secara
deskriptif dan kuantitatif agar pembaca lebih memahami komposisi biodiesel yang
telah diteliti sampai saat ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang diproduksi dari bahan-
bahan organik yang terbarukan, seperti minyak nabati atau lemak hewani. Minyak
nabati seperti minyak kelapa sawit, kedelai, biji jarak, rapeseed, atau minyak biji
rami sering digunakan sebagai bahan dasar biodiesel. Minyak nabati ini
mengandung trigliserida yang dapat diubah menjadi biodiesel melalui proses
esterifikasi atau transesterifikasi yang terkatalis asam atau basa dalam fase
homogen atau heterogen (Chuah et al, 2017; Sarno and Iuliano, 2019). (Ardiyanti,
et al., 2020; Bojovic, et al, 2020) menyatakan lemak hewani, seperti lemak babi
atau lemak sapi, juga dapat digunakan sebagai sumber bahan baku untuk
biodiesel. Lemak hewani ini memiliki kandungan trigliserida yang mirip dengan
minyak nabati dan dapat diolah menjadi biodiesel.
Komposisi Biodiesel Minyak Kelapa Sawit
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Sudaryono (2010) proses
mengkonversi limbah cair pabrik minyak kelapa sawit menjadi metil ester
menggunakan metode transesterifikasi. Penurunan asam lemak pada limbah cair
pabrik minyak kelapa sawit ini menggunakan zeloit sebagai adsorben. Sedangkan
proses transesterifikasi menggunakan NaOH sebagai katalisnya. Sehingga
didapatkan metil ester yang kemudian di analisis menggunakan GC-MS untuk
mengetahui komposisi penyusun biodiesel. Hasil analisisi GC-MS dapat dilihat
pada tabel 1.
Tabel 1 Komposisi penyusun metil ester hasil konversi oil loses PMKS
berdasarkan analisis GC-MS (Sudaryono, 2010).
No. Retention Time Komponen Penyusun Rumus Molekul Komposisi (%)
Puncak
2 17000 Metil Miristat C15H30O2 2,62
3, 4 19583, 19675 Metil Palmitat C17H34O2 38,86
5, 6 20258, 20883 Asam Palmitat C19H36O2 3,98
7, 8 21558, 21942 Metil Oleat C19H38O2 48,61
9 22458 Komponen lain - -
Total 94,07%
Berdasarkan hasil analisis GC-MS di atas komponen metil ester hasil
konversi oil losses limbah cair PMKS tersusun oleh sembilan senyawa dengan
asam palmitat sebesar 38,86% dan asam oleat sebesar 48,61% (Sudaryono, 2010).
Penelitian yang telah dilakukan olek Maulida et al (2017) biodiesel yang
dihasilkan dari limbah cair industri pengolahan minyak sawit mentah
menggunakan proses transesterifikasi dengan CaO sebagai katalisnya.
Menghasilkan metil ester yang terdiri dari 13 senyawa penyusunnya dengan
komposisi yang bervariasi. Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa komponen utama
penyusun biodiesel ini yaitu metil 9-oktadekanoat dengan komposisi 19,98%,
metil heksadekanoat dengan komposisi 12,87%, metil 8,11-octadecadienoate
dengan komposisi 10,22% dan metil oktadekanoat dengan komposisi 5,71%
(Maulidiyah et al, 2017).
Tabel 2 Komposisi penyusun metil eter dari minyak kelapa sawit hasil analisis
GC-MS (Maulidiyah et al, 2017).
Retention Time Komponen Penyusun Rumus Komposisi (%)
Molekul
19,24 Methyl hexadecanoate C17H34O2 12,87
20,07; 24,82 Hexadecanoate acid C16H32O2 3,23
21,37 Methyl 8,11-octadecadienoate C19H34O2 10,22
21,42 Methyl 9-oktadecenoate C19H36O2 19,98
21,63 Methyl octadecanoate C19H38O2 5,71
21,68 9,12-octadecadienoate acid C18H32O2 0,50
21,73; 26,20 9-octadecenoate acid C18H34O2 3,38
24,24 Cyclohexane C6H12 1,32
24,30 Propanenitrile C3H5N 4,33
24,35 3-buthyl phenol C10H14O 6,39
24,38 Phenol C6H6O 0,948
Total 68,878 %
Komposisi Biodiesel Minyak Jelantah
Penelitian Adhani et al (2016) memanfaatkan zeloit sebagai adsorben untuk
menurunkan asam lemak minyak jelantah dan pada proses transesterifikasi
menggunakan KOH sebagai katalis. Hasil yang didapatkan berdasarkan analisisi
GC-MS dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3 Komposisi senyawa metil ester minyak jelantah
No. Retention Time Komponen Penyusun Komposisi (%)
Puncak
1 12,582 Metil dodekanoat 0,19
2 15,864 Metil tetradekanoat 1,36
3 18,527 Metil 9-heksadekanoat 0,96
4 18,841 Metil heksadekanoat 20,79
5 20,241 14-metil heksadekanoat 0,11
6 21,116 Metil 9,12-oktadekanoat 18,87
7 21.214 Metil 9-oktadekanoat 49,45
8 21,579 Metil oktadekanoat 7,68
9 23,758 Metil11-eikosenoat 0,19
10 24,095 Metil eikosenoat 0,41
Total 100.01%
Berdasarkan data yang diperoleh dapat dikatakan bahwa senyawa metil ester
utama yang terkandung dalam biodiesel adalah metil 9-oktadekanoat dengan
komposisi 49,45%, metil heksadekanoat dengan komposisi 20,79%, dan metil
9,12-oktadekanoat dengan komposisi 18,87% (Adhani et al, 2016).
Ahmad et al (2016) telah melakukan penelitian tentang pengolahan minyak
jelantah menjadi biodiesel melalui proses transesterifikasi dengan memanfaatkan
NaOH sebagai katalisnya. Minyak jelantah yang digunakan merupaka minyak
pabrik dan minyak kampung, dimana minyak pabrik ini berbahan baku dari
minyak kelapa sawit sedangkan minyak kampung dari buah kelapa yang sudah
tua. Hasil analisis metil ester menggunakan GC-MS dapat dilihat pada tabel 4 dan
tabel 5 berikut.
Tabel 4 Komposisi metil ester minyak pabrik
No. Retention Time Komponen Penyusun Komposisi (%)
Puncak
1 17,624 Metil oktanoat 0,64
2 23,891 Metil dekanoat 0,50
3 29,357 Metil laurat 3,46
4 34,211 Metil miristat 2,48
5 38,695 Metil palmitat 39,08
6 39,08 Asam palmitat 0,41
7 41,879 Metil oleat 9,29
8 42,129 Metil linolenat 37,53
9 42,584 Metil stereate 6,11
10 46,184 Metil arachidat 0,50
Total 100%

Tabel 5 Komposisi metil ester minyak kampung


No. Retention Time Komponen Penyusun Komposisi (%)
Puncak
1 10,317 Metil heksanoat 0,44
2 17,613 Metil oktanoat 8,17
3 23,864 Metil dekanoat 6,91
4 29,420 Metil laurat 34,13
5 30,560 Asam laurat 2,80
6 34,220 Metil miristat 18,66
7 35,065 Asam miristat 0,53
8 38,575 Metil palmitat 13,46
9 41,786 Metil oleat 1,65
10 41,990 Metil linoleat 9,27
11 42,508 Metil stearat 3,98
Total 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa persen area metil ester dari minyak pabrik
secara menyelurh sebesar 99,59% dan sisanya asam lemak sebesar 0,41%.
Sedangkan persen metil ester dari minyak kampung sebesar 96,7% dan asam
lemak 3,3%. Berdasarkan data tersebut metil ester yang dihasilkan pada minyak
pabrik lebih besar dari minyak kampung. Komponen utama pada biodiesel
minyak pabrik yaitu metil palmitat (39,08%), metil linoleat (37,53%) dan metil
oleat (9,29%). Sedangkan komponen utama pada biodiesel minyak kampung
adalah metil laurat (34,13%), metil miristat (18,66%) dan metil palmitat
( 13,46%) (Ahmad et al, 2016).
Penelitian Yudha et al (2018) memanfaatkan minyak jelantah sebagai bahan
baku biodiesel. Proses ini berlangsung menggunakan metode de-gumming,
esterifikasi dan transesterifikasi. Proses transestrifikasi dibatu dengan NaOH
untuk mempercepat reaksi. Hasil analisis komposisi metil ester dari minyak
jelantah menggunakan GC-MS dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 6 Komposisi metil ester dari minyak jelantah hasil GC-MS
Retention Time Komponen Penyusun Komposisi (%)
8,586 Metil miristat 1,68
9,997 Metil palmitat 49,08
10,849; 10,969 Gliserol trilaurat 0,60
11,1152 Metil oleat 44,62
11,300 Metil stereat 4,01
Total 99,99%
Dari data yang didapatkan dari analisis GC-MS diatas metil ester yang
dihasilkan dari minyak jelantah sebesar 99,39% berupa senyawa metil palmitat
sebayak 49,08%, metil oleat 44,62%, metil stearat 4,01% dan metil miristat
1,68%. Sisanya gliserol sebanyak 0,60% Yudha et al (2018).
Muhali et al (2023) telah melakukan penelitian tentang biodiesel dari minyak
jelantah dengan memanfaatkan karbon aktif NaNO3 dan CaCl2 sebagai adsorben
dalam menurunkan asam lemak minyak jelantah. Hasil analisis GC-MS biodiesel
ini disajikan dalam tabel 7 dan tabel 8 berikut.
Tabel 7 Komposisi Biodiesel minyak jelantah filtrasi karbon aktif NaNO3
No. % Area % Area Nama Senyawa
Puncak Biodiesel Uniodiesel
1 0,62 0 Dodecanoic acid, methyl ester
2 2,31 0 Tetradenoic acid, methyl ester
3&4 25,65 0 Hexadecanoic acid, methyl ester
5 40,54 0 9-octadecanoic acid, methyl ester
6 8,42 0 Octadekanoid acid, methyl ester
7&8 1,68 0 Eicosenoice acid, methyl ester
9 0 4,57 1-triacntanol
10 0 16,26 1-hexacosanol
Total 78,60% 20,83%

Tabel 8 Komposisi Biodiesel minyak jelantah filtrasi karbon aktif CaCl2


No. % Area % Area Nama Senyawa
Puncak Biodiesel Uniodiesel
1 2,10 0 Tetradenoic acid, methyl ester
2 34,17 0 Hexadecanoic acid, methyl ester
3 54,97 0 9-octadecanoic acid, methyl ester
4 8,76 0 Octadekanoid acid, methyl ester
Total 100% 0
Berdasarkan data hasil analisis instrumen GC-MS diperoleh persen metil ester
minyak jelantah yang teradsorpsi karbon aktif NaNO3 sebesar 78,60% dan asam
lemak sebesar 20,83%. Sedangkan persen metil ester minyak jelantah yang
teradsorpsi karbon aktif CaCl2 sebesar 100%. Dari hasil ini membuktikan bahwa
karbon aktif CaCl2 efektif dalam mengurangi asam lemak dan meningkatkan
jumlah produksi biodiesel dari miyak jelantah (Muhali et al, 2023).
Komposisi Biodiesel Minyak Jarak
Penelitian yang telah dilakukan lestari et al (2021) membuktikan bahwa
minyak jarak dapat diproduksi menjadi biodiesel melalui metode transesterifikasi.
Biodiesel dari minyak jarak kepyar ini dianalisis menggunakan instrumen GC-MS
dengan hasil dapat di amati pada tabel 9 di bawah.
Tabel 9 Komposisi metil ester minyak jarak kepyar hasil GC-MS
No. Retention Time Komponen Penyusun Komposisi (%)
Puncak
1 20,128 Hexadenocanoic acid 0,71
2, 3 & 5 23,642; 23,789; 24,237 9-octadecenoic acid 5,38
4 24,007 9,12-octadecadienoic acid 4,84
6 24,469 Cyclopentanetridecanoic acid 0,85
7 24,957 Octadecanoic acid 1,49
8,9 & 10 28,093; 28,156; 28,330 Methyl ricinoleate 86,73
Total 100,00 %
Berdasarkan hasil analisis GC-MS diatas diketahui komponen utama
penyususn Biodiesel adalah methyl ricinoleate dengan komposisi sebesar 86,73%,
9-octadecenoic acid komposisi sebanyak 5,38%, dan 9,12-octadecadienoic acid
dengan komposisi 4,84%.
Komposisi Biodiesel Minyak Nyamplung
Penelitian yang dilakukan Muderawan et al pada tahun 2016 menjelaskan
bahwa minyak nyamplung dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel
melalui proses esterifikasi dan transesterifikasi. Minyak nyamplung memiliki
karakteristik dengan berat jenis 0,94 g/mL, indek bias 1,46, kandungan asam
27,11 mgKOH/g, angka penyabunan 202,01 mgKOH/g, dan bilangan iodine 83,96
mg/g. Komposisi biodiesel dari minyak nyamplung yang di analisis menggunakan
GC-MS menghasilkan asam lemak tidak jenuh sebesar 68,49% dan asam lemak
jenuhnya sebesar 31,51%. Hasil analisisi komposisi biodiesel minyak nyamplung
dapat dilihat pada tabel 10. Kandungan utama yaitu Asam 9-oktadekenoat
43,43%, Asam 9,12-oktadekadienoat 23,94%, Asam heksadekanoat 15,33% dan
Asam oktadekanoat 10,66% (Muderawa & Daiwataningsih, 2016).
No. Komponen Penyusun Rumus Komposisi (%)
Puncak Molekul
1 Asam tetradekanoat C14H28O2 4,04
2 Asam pentadekanoat C15H30O2 1,67
3 Asam heksadekanoat C16H32O2 15,33
4 Asam 9,12-oktadekadienoat C18H32O2 23,94
5 Asam 9-oktadekenoat C18H34O2 43,43
6 Asam oktadekanoat C18H36O2 10,66
7 Asam 6-oktadekenoat C18H34O2 1,12
Total 100,19%
Tabel 10 Komposisi metil ester minyak nyamplung
Komposisi Biodiesel Minyak Biji Carica
Penelitian Istingrum et al (2018) menyatakan bahwa minyak biji carcia dapat
dijadikan sebagai biodiesel melalui proses enzimatis. Hasil penelitian
menunjukkan 50,36% minyak dapat di ekstrak dari biji carcia kering dengan
komposisi terbesar adalah asam oleat. Enzim lipase dapat diekstrak dari bekatul
menggunakan buffer pH 5,5 dengan nilai aktivitas sebesar 14,72 U/mL. Ekstrak
enzim lipase stabil selama penyimpanan 15 hari. Minyak biji carsia berhasil
dikonversi menjadi biodiesel dengan rasio molar minyak : metanol optimum
adalah 1 : 6 dan rendemen dihasilkan sebesar 65,86% dengan kadar metil ester
98,7% relatif. Komposisi biodiesel dapat dilihat pada tabel 11 berikut.
No. Retention Time Komponen Penyusun Komposisi (%)
Puncak
1 33,717 Asam palmitat 14,74
2 40,043 Asam oleat 72,98
3 41,575 Asam linoleat 12,28
Total 100%
Tabel 11 Komposisi metil ester minyak biji carica hasil GC-MS
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil telaah pustaka beberapa jurnal dapat disimpulkan bahwa
komposisi penyusun biodiesel memiliki variasi baik itu dari segi senyawa
penyusun dan persen komposisinya. Hasil ini dipengaruhi oleh bahan baku
pembuatan biodiesel, senyawa penyusun juga dipengaruhi oleh adsorben yang
digunakan saat penurunan asam lemak bebas pada minyak. Berdasarkan data yang
diperoleh dari beberapa jurnah hasil analisis biodiesel menggunakan GC-MS
menunjukkan bahwa komponen yang paling sering muncul yaitu metil oleat, metil
linoleat dan metil palmitat. Dapat dikatakan bahwa senyawa ini sangat
mempengaruhi kualitas biodiesel yang dihasilkan.

SARAN
Perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui kualitas setiap
biodiesel yang dihasilkan oleh beberapa bahan baku. Dengan mengikuti aturan
SNI agar biodiesel dapat digunakan sebagai bahan bakr alternatif di masa
mendatang.
DAFTAR RUJUKAN
Abubakar, M. S. H., Nuryanti, S., dan Suherman. (2018). Pemanfaatan Kunyit
(Curcuma Domestica) untuk Memurnikan Minyak Jelantah. Jurnal
Akademika Kimia, 7(1), 41-45
Adhani, L., Aziz, I., Nurbayati, S., Oktaviana, C. O. (2016). Pembuatan Biodiesel
dengan Cara Adsorpsi dan Transesterifikasi dari Minyak Goreng Bekas.
Jurnal Kimia VALENSI: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Ilmu
Kimia, 2(1), 71-80 http://dx.doi.org/10.15408/jkv.v2il.3107
Ahmad, H. S., Bialangi, N., Salimi, Y. K. (2016). Pengolahan Minyak Jelantah
Menjadi Biodiesel. Jurnal Entropi, 11(2)
Alamsyah, M., Kalla, R., Ifa. L. (2017). Pemurnian Minyak Jelantah dengan
Proses Adsorpsi. Journal of Chemical Process Engineering, 2(2), 22-26
Ali et al. (2020). Fossil energy consumption, economic development, inward FDI
impact on CO2 emissions in Pakistan: Testing EKC hypothesis through
ARDL model—Ali—2021—International Journal of Finance &
Economics—Wiley Online Library.
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/ijfe.1958
Amanda, A. S., Azhari, A., Sulhatun, S., Sutyati, S., Meriatna, M. (2022)
penurunan Kadar FFA (Free Fatty Acid) Minyak Kelapa Sawit
Menggunakan Adsorben Pencampuran Benotit dan Tanah Liat (Lempung)
Melalui Proses Adsorpsi. Chemical Engineering Journal Storage, 2(1),
82-92
Ardiyanti, A.d. et al., Adhitama, L., & Wahyutiani, R. (2020). Efficient Compost
Fertilizer with Addition of Fatty Acid Results of Used Cooking Oil
Saponification Reaction | Proceeding International Conference on Science
and Engineering.
http://sunankalijaga.org/prosiding/index.php/icse/article/view/483
Arsyad, A., Yana, S., Radhiana, R., Ulfia, U., Fitriliana, F., Juwita, J. (2023).
Kendala Teknologi, Pendanaan dan Ketersediaan Bahan Baku Biomassa
dalam Pengembangan Energi Terbarukan. Jurnal Serambi Engineering,
8(1) https://www.ojs.serambimekkah.ac.id/jse/article/view/5666
Bastos et al. (2020). Optimization of biodiesel production using sulfonated
carbon-based catalyst from an amazon agro-industrial waste—
ScienceDirect.
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S019689041931465
7
Ben Hassen Trabelsi, A., Zaafouri, K., Baghdadi, W., Naoui, S., & Ouerghi, A.
(2018). Second generation biofuels production from waste cooking oil via
pyrolysis process. Renewable Energy, 126, 888–896.
https://doi.org/10.1016/j.renene.2018.04.002
Besten DG., et al. (2013). The role of short-chain fatty acids in the interplay
between diet, gut microbiota, and host energy metabolism—Journal of
Lipid Research.
https://www.jlr.org/article/S0022-2275(20)35124-5/fulltext
Bojovic., et al. (2020). Frontiers | Gut Microbiota Dysbiosis Associated With
Altered Production of Short Chain Fatty Acids in Children With
Neurodevelopmental Disorders.
https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fcimb.2020.00223/full
Borah MJ., et al. (2019). Transesterification of waste cooking oil for biodiesel
production catalyzed by Zn substituted waste egg shell derived CaO
nanocatalyst—ScienceDirect.
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S001623611930051
1
Chuah et al. (2017). Influence of fatty acids in waste cooking oil for cleaner
biodiesel | SpringerLink. https://link.springer.com/article/10.1007/s10098-
016-1274-0
Doyle et al. (2016). Biodiesel production by esterification of oleic acid over
zeolite Y prepared from kaolin—ScienceDirect.
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S096014811630477
3
Farabi et al. (2019). Esterification of palm fatty acid distillate using sulfonated
carbon-based catalyst derived from palm kernel shell and bamboo—
ScienceDirect.
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S019689041831368
2
Fathoni, A. (2016). Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Sebagai Bahan Bakar
Alternatif. Jurnal Teknologi Lingkungan, 17(2), 61-67
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jtl/article/view/1453
Fauzi, A., Hammed, I., & Kadhim, M. (2017). A Review: Uses of Gas
Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) Technique for Analysis of
Bioactive Natural Compounds of Some Plants. International Journal of
Toxicological and Pharmacological Research, 9(1), 81-85
https://doi.org/10.25258/ijtpr.v9i01.9042
Filho, S. C. da S., Miranda, A. C., Silva, T. A.F., Calarge, F. A., Souza, R. da R.,
Santana, J. C. C., Tambourgi, E.B. (2018). Environmental and Techno-
economic Considerations on Biodiesel Production From Waste Frying Oil
Sao Paulo City. Journal of Cleaner Production, 183, 1034-1042
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2018.02.199
Gargazi, G., Hendrawani, H., Hulyadi, H. (2022). Identifikasi Karakter Biodiesel
Minyak Jelantah Menggunakan Instrumen Gas Cromatografi Mass
Spectroscopy (GC-MS). Empiricism Jurnal, 3(2), 333-340.
Husnah & Nurlela. (2020). Analisa Bilangan Peroksida Terhadap Kualitas
Minyak Goreng Sebelum dan Sesudah Dipakai Berulag. Jurnal Redoks,
5(1), 65-71
Indrawati, A., Kurniawan, A., & Sunarta, Y. (2018). Adorpsi Minyak Pada Air
Limbah Menggunakan Arang Aktif dari Limbah Padat Kelapa Sawit.
Jurnal Teknik Lingkungan, 8(1), 1-10
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/jtl/article/view/1831
Istingrum, R. B., Nurrokhmah, H., Wahyuni, A. S. (2018). Analisis Komposisi
Biodiesel Hasil Konversi Minyak Biji Carica (Carica pubescens)
menggunakan Enzim Lipase Bekatul. Journal of Chemical Analysis, 1(1),
1-8
Kolakoti, A., Setiyo, M., Waluyo, B. (2021). Biodiesel Production from Waste
Cooking Oil: Characterization, Modeling and Optimization. Mechanical
Engineering for Socienty and Industry, 1(1)
https://researchgate.net/publication/353485575
Kusuma, I. W., & Putra, E. P. (2019). Penggunaan Arang Aktif dan Tanah Liat
untuk Pemurnian Minyak Jelantah dalam Pembuatan Biodiesel. Jurnal
Riset Teknologi Industri, 8(1), 1-9
https://jurnal.poltekpalembang.ac.id/index.php/jrti/article/view/754
Lestari, L. P., Meriatna, M., Suryati, S., Jalaludin, J., Sylvia, N. 2021. Pengaruh
Suhu dan Waktu Reaksi Transesterifikasi Minyak Jarak Kepyar (Castor
oil) terhadap Metil Ester dengan Menggunakan Katalis Abu Tandan
Kosong Kelapa Sawit. Chemical Engineering Journal Storage, 1(2), 64-80
Marouf, A.S.S., Shukri, M. A. M., Ismail, A. F., & Rosli, M. I. (2019). Produksi
Biodiesel dari Minyak Jelantah dengan Tingkat Cemaran Tinggi. Journal
Of Engineering Science And Technology, 14(2), 1059-1071
https://jestec.taylors.edu.my/Vol%2014%20issue%202%20June
%202019/14_2_12.pdf
Maulidiyah, M., Nurdin, M., Fatma, F., Natsir, M., and Wibowo, D. (2017).
Characterization of Methyl Ester Compound of Biodiesel from Industrial
Liquid Waste of Crude Palm Oil Processing. Analytical Chemistry
Research
Megawati, M & Muhartono, M. (2019). Konsumsi Minyak Jelantah dan
Pengaruhnya Terhadap Kesehatan. Jurnal Majority. 8(2), 259-264
Muderawan, I. W., Daiwataningsih, N. K. P. (2016). Pembuatan Biodiesel dari
Minyak Nyamplung (Calophyllum Inophylim L.) dan Analisis Metil
Esternya dengan GC-MS. Prosiding Seminar Nasional MIPA
Muhali, M., Hendrawani, H., Mirawati, B., Hulyadi, H. (2023). Effectiveness of
Activated Carbon CaCl2 and NaNO3 Reducing Fatty Acids and Increasing
the Quantity of Biodiesel Production. Journal of Research in Science
Education, 9(1), 257-264
Muttaqii, M. A., Birawidha, D. C., Isnugroho, K., Yamin, M., Hendronursito, Y.,
Istiqomah, A. D., dan Dewangga, D. P. (2019). Pengaruh Aktivitas Secara
Kimia Menggunakan Larutan Asam dan Basa terhadap Karakteristik Zeloit
Alam. Indonesian Journal of Industrial Research, 11(2), 266-271
https://core.ac.uk/download/pdf/276549579.pdf.
Nasution, A. (2021). Panic Buying Masyarakat Terhadap Kenaikan Harga dan
Kelangkaan Minyak Goreng Di Kota Medan Denai. Jurnal Bisnis
Corporate, 6(2), 113-120
Novilda, C. A., Tutik, T., & Marcellia, S. (2022). Analisis Senyawa Metabolit
Sekunder Ekstrak Metanol Kulit Bawang Merah (Allium cepa L.)
Menggunakan Metode GC-MS. JSTFI: Junal Sains dan Teknologi
Farmasi Indonesia,11(2),100-107
Permana, E., Naswir, M., Sinaga, M. E. T., Alfairuz, H., Murti, S. D. S. (2020).
Kualitas Biodiesel dari Minyak Jelantah Berdasarkan Proses Saponifikasi
dan Tanpa Saponifikasi. JTT: Jurnal Teknologi Terapan, 6(1), 26-30
Rachimoellah, M., & Surtrisno. (2016). Pemanfaatan Minyak Jelantah Sebagai
Bahan Bakar Biodiesel dengan Variasi Konsentrasi H2SO4. Jurnal Teknik
Kimia Dan Lingkungan, 1(1). 11-18
Rahim, E., Handayani, L. (2022). Pengaruh Penggunaan Minyak Goreng
Berualang terhadap Kualitas Gizi Ayam Goreng pada Pedagang
Gerobakak Makanan di Truna Remaja Kota Gorontalo. BAKTARA Journal
of Nutrition Care and Food Service, 2(1), 36-40
Reig, F. T., Mora, L., and Toldra, F. (2020). Developments in the Use of Lipase
Transesterifikasi for Biodiesel Production from Animal Fat Waste. Applied
Science, 10(15), 5085 https://doi.org/10.3390/app10155085
Sani, J., Sukoto, A. M.,Tambual, A. D., and Garba, N. A. (2017). Effect of
NiO/SiO2 on Thermo-chemical Conversion of Waste Cooking Oil to
Hydrocarbon. Heliyon, http://dx.doi.org/10.1016/j.heliyon.2017.e00304
Sarno and Iuliano. (2019). Biodiesel production from waste cooking oil.
https://www.degruyter.com/document/doi/10.1515/gps-2019-0053/html
Singh, D., Sharma, D., Soni, S.L., Sharma, S., Kumari, D. (2019). Chemical
Compositions, Properties, and Standards For Different Generation
Biodiesels: A Riview. Fuel. 253: 60-71
Sudaryono, A. (2010). Karakteristik Biodiesel dan Blending Biodiesel dari Oil
Losses Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit. Jurnal Teknik Industri,
21(1), 34-40
Suwanmanee, U., Bangjang, T., Kaewchada, A.,Jaree, A. (2020). Greenhouse Gas
Emissions And Energy Assessment of Modified Diesohol Using Cashew
Nut Shell Liquid and Biodiesel as Additive. Sustainable Production and
Consumption, 24, 232-253 https://doi.org/10.1016/j.spc.2020.06.009
Tibesigwa, T., Iezzi, B., Lim, T. H., Kirabira, J. B., Olupot, P. W. (2023). Life
Cycle Assessment of Biodiesel Production From Selected Second –
generation Feedstocks. Cleaner Engineering and Technology,
https://doi.org/10.1016/j.clet.2023.100614
Waluyo, U., Rmadhani, A., Suyadinata, A., dan Cundari, L. (2020). Review:
Penjernihan Minyak Goreng Bekas Menggunakan Berbagai Jenis
Adsorben Alami. Jurnal Teknik Kimia, 26(2), 70-79
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/jtk/article/view/85
Yudha, R. F., Setiawan, A., Mayangsari, N. E. (2018). Identifikasi Komponen
FAME (Fatty Acid Methyl Ester) pada Biodiesel yang Disintesis dari
Minyak Goreng Bekas. Conference Proceeding on Waste Treatment
Technology
Zhang, Y., Yan, W., & Chen, H. (2019). Peningkatan Kualitas Biodiesel dari
Minyak Jelantah Melalui Proses Dua Langkah dengan Penambahan MgO.
Teknologi Sumber Daya Hayati, 274, 474-479. https://doi.org/10/1016/j.bi

Anda mungkin juga menyukai