Anda di halaman 1dari 1

1.

Latar Belakang Project


Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah, khususnya
miyak bumi dan gas alam. Namun dikarenakan minyak bumi merupakan SDA yang tidak dapat
diperbaharui maka cadangan minyak bumi dihasilkan semakin sedikit. Meningkatnya jumlah penduduk
dan jumlah industri di Indonesia menyebabkan kebutuhan bahan bakar minyak. Menurut laporan dari
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Cadangan dan produksi bahan bakar minyak
bumi (fosil) di Indonesia mengalami penurunan 10% setiap tahunnya, sedangkan tingkat konsumsi
minyak rata – rata naik 6% per tahun menyebabkan Indonesia mengalami kelangkaan bahan bakar
akibatnya harga akan semakin mahal.
Untuk mencegah hal tersebut diperlukan sebuah inovasi baru yang dapat dijadikan sebuah alternatif
bahan bakar yaitu pembuatan biodiesel. Penelitian pembuatan biodiesel diawali oleh Rudolf Diesel,
pada tahun 1900 menciptakan mesin diesel berbahan bakar minyak nabati (minyak kacang tanah)
(Knothe et al., 1997; Khan, 2002).
Berdasarkan definisi ASTM (2003), biodiesel merupakan mono alkil ester asam lemak rantai panjang
yang dihasilkan dari bahan baku lemak yang dapat diperbaharui, seperti minyak nabati dan lemak
hewani, dan digunakan sebagai bahan bakar dalam mesin diesel. Penggunaan biodiesel dapat
membantu mengatasi berbagai masalah, termasuk sebagai solusi dalam menghadapi krisis energi.
Selain itu, hal ini juga merupakan upaya untuk mendorong eksplorasi bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan. Pemanfaatan biodiesel terus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan energi
yang semakin meningkat. Sejalan dengan hal tersebut, telah banyak dilakukan penelitian tentang
pengembangan biodiesel meskipun masih memerlukan pengembangan lebih lanjut dalam aspek teknis
dan ekonomis. Salah satu aspek ekonomis yang menjanjikan adalah penggunaan minyak jelantah
sebagai bahan baku biodiesel, karena bahan tersebut melimpah dan merupakan bahan yang tidak
terpakai lagi. Saat digunakan untuk menggoreng, minyak goreng mengalami oksidasi dan hidrolisis
yang menyebabkan pemecahan molekul menjadi asam. Pemanasan pada suhu tinggi dan waktu yang
lama selama penggorengan meningkatkan konsentrasi asam lemak bebas. Minyak jelantah dengan
kandungan asam lemak bebas yang rendah dapat diolah menjadi ester melalui proses transesterifikasi
dengan metanol, namun jika bereaksi dengan natrium atau kalium akan membentuk sabun. Proses
transesterifikasi tanpa katalis memerlukan waktu yang lama dan suhu serta tekanan yang tinggi.Untuk
mencegah hal tersebut proses transesterifikasi dilakukan dengan menggunakan katalis enzim pada
Rotating Packed Bed Reactor.

Anda mungkin juga menyukai