Disusun Oleh:
ALICIA JUVENTINI
XII AK 2
Bogor-Jawa Barat
2022/2023
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
pada masyarakat agar bisa mencegah terjadinya penyakit ( Siswanto, 2009 dalam
Zuraidah ).
1.2 Tujuan
Setelah melakukan praktikum,siswa diharapkan dapat:
1. Membuat sabun cuci tangan cair
2. Menganalisis pH pada sabun cuci tangan cair dengan menggunakan pH meter.
3. Menganalisis sufraktan secara spektrofotometri dengan metode MBAS
(methylen blue active surfactan)
4. Menguji daya hambat pada sabun cuci tangan cair
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kotoran yang menempel pada kulit tidak dapat dibersihkan jika hanya
menggunakan air, melainkan perlu suatu bahan yang dapat mengangkat kotoran
yang menempel tersebut. Karena sabun merupakan surfaktan, maka sabun dapat
menurunkan tegangan muka dan tegangan antarmuka, serta mempunyai sifat
menyabunkan, dispersibilitas, emulsifikasi, dan membersihkan. Mekanisme
pembersihan oleh sabun yaitu: saat kontak dengan air, sabun berpenetrasi di antara
kulit dan kotoran untuk menurunkan gaya adhesi dan membuatnya lebih mudah
dihilangkan. Kotoran tersebut selanjutnya dapat dihilangkan secara fisik dan
kemudian terdispersi dalam larutan sabun sebagai hasil emulsifikasi oleh molekul
sabun. Beberapa kotoran dapat dihilangkan dengan cara tersolubilisasi dalam misel
yang terbentuk oleh sabun (Mitsui dalam Anggraeni, 2014).
3
a. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis
parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa. CH3(CH2)16COONa
+ H2O CH3(CH2)16COOH + OH-
b. Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih, peristiwaini
tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih
setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap. CH3(CH2)16COONa +
CaSO4 Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2
c. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia koloid,
sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang
bersifat polar maupun nonpolar karena sabun mempunyai gugus polar dan nonpolar.
Molekul sabun mempunyai rantai hidrogen CH3(CH2)16yang bersifat hidrofobik
(tidak suka air) sedangkan COONa+ bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam
air. Nonpolar : CH3(CH2)16(larut dalam minyak, hidrofobik dan juga memisahkan
kotoran nonpolar) Polar : COONa+ (larut dalam air, hidrofilik dan juga memisahkan
kotoran polar)
d. Proses penghilangan kotoran. - Sabun didalam air menghasilkan busa yang akan
menurunkan tegangan permukaan sehingga kain menjadi bersih dan air meresap
lebih cepat ke permukaan kain. - Molekul sabun akan mengelilingi kotoran dan
mengikat molekul kotoran.Proses ini disebut emulsifikasi karena antara molekul
kotoran dan molekul sabun membentuk suatu emulsi. - Sedangkan molekul sabun
didalam air pada saat pembilasan menarik molekul kotoran keluar dari kain
sehingga kain menjadi bersih. (Saepul Rohman, 2009)
2.2 Analisis pH
pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. pH normal memiliki nilai 7
sementara bila nilai pH > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa sedangkan
nilai pH < 7 menunjukkan keasaman. pH 0 menunjukkan derajat keasaman yang
tinggi, dan pH 14 menunjukkan derajat kebasaan tertinggi. Umumnya indikator
sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang berubah menjadi merah bila
keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah.(Iskandarysah, 2014).
4
Selain menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa dapat diukur dengan pH
meter yang berkerja berdasarkan prinsip elektrolit / konduktivitas suatu larutan.
Sistem pengukuran pH mempunyai tiga bagian yaitu elektroda pengukuran pH,
elektroda referensi dan alat pengukur impedansi tinggi. Istilah pH berdasarkan
dari“p”, lambing metematika dari negatif logaritma, dan “H”, lambang kimia dari
unsur Hidrogen.
6
mengabsorbsi radiasi UV atau visible dengan panjang gelombang tertentu, elektron
dalam molekul akan mengalami transisi atau pengeksitasian dari tingkat energi yang
lebih rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi dan sifatnya karakteristik pada tiap
senyawa. Penyerapan cahaya dari sumber radiasi oleh molekul dapat terjadi apabila
energi radiasi yang dipancarkan pada atom analit besarnya tepat sama dengan
perbedaan tingkat energi transisi elektronnya (Rudi,2004).
Metilen biru digunakan untuk uji coba bahan pewarna organik. Bahan pewarna
organik yang berwarna biru tua ini, akan menjadi tidak berwarna apabila oksigen pada
sampel (air yang tercemar yang sedang dianalisis) telah habis dipergunakan (Mahida,
1981).
Surfaktan anion bereaksi dengan warna biru metilen membentuk pasangan ion
baru yang terlarut dalam pelarut organik, intensitas warna biru yang terbentuk diukur
dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 652 nm. Serapan yang diukur
setara dengan kadar surfaktan anion (Rudi,2004).
7
apabila sering digunakan dalam rentang waktu yang lama dapat menyebabkan efek
samping dari iritasi kulit (Sari dan Ferdinan, 2017).
Tidak seperti sabun biasa, untuk membunuh bakteri, beberapa sabun menambahkan
zat aktif, seperti triclosan, yang berfungsi sebagai antimikroba (Gusviputri dkk.,
2013). Ada juga sabun antiseptik yang menggunakan choroxylenol untuk membunuh
bakteri. Chloroxylenol merupakan antiseptik yang sudah sering digunakan dalam air
memandikan karena dianggap aman dengan pH 5,0 mendekati pH normal
kulit(5,4−5,9) (Kulthanan dkk., 2014).
8
BAB III
METODOLOGI
3.1 ANALISIS pH
3.1.1 Alat
Batang pengaduk
Elektroda dan Gelas Kimia
Labu takar 100 ml
Neraca analitik
pH meter
Pipet tetes
3.1.2 Bahan
Aquadest
Tisu
9
3.1.3 Bagan Kerja
Masukkan sampel ke
dalam gelas kimia, lalu
kalibrasi pH meter dengan
larutan buffer pH 4,7,10
10
3.1.4 Cara Kerja
1) Ditimbang sampel sabun cuci tangan cair sebanyak 0,1 gram
2) Dimasukkan sampel sabun cuci tangan cair ke dalam labu takar 100 mL, lalu
dilarutkan dengan aquadest s/d volume larutan 100 mL
3) Dituangkan sampel yang berada di labu takar ke dalam gelas kimia
4) Dikalibrasi pH meter yang akan di gunakan dengan larutan buffer pH 4,7,10
5) Dibilas elektroda dengan aquadest dan di lap menggunakan tisu, lalu
elektroda di celupkan ke dalam sampel sabun cuci tangan cair
6) Dicatat hasil pembacaan dan di ulangi pengukuran sebanyak 3 kali
3.2.2 Bahan
Aquadest
Asam sulfat 6N
Larutan kloroform
Larutan metilen blue
Larutan pencuci
Larutan standar SLS
Na2H2PO4
11
3.2.3 Bagan Kerja
3.3.3.1 Preparasi Larutan Pencuci
Tambah aquadest 50
Pipet 4 mL asam sulfat
mL, lalu masukkan 5
6N, lalu masukkan ke
gram Na2H2PO4 dan di
dalam labu takar 100 mL
homogenkan
12
+ 10 mL larutan + 5 mL metilen dan + 10
pencuci, ambil lapisan
bawah, lalu ukur
mL kloroform, ambil
absorbansi lamda 625
lapisan bawah, lalu
nm san buat kurva
standar
Pipet 10 mL sampel
Pipet 25 mL, masukkan ke
sabun, lalu tambah
corong pisah lalu
aquadest sampai tanda
tambahkan ind. PP 2 tetes
batas
13
3.3.4.2 Preparasi Larutan Standar SLS 100 ppm
1) Ditimbang 0,1 gram SLS, lalu masukkan ke dalam labu takar 100 mL
2) Ditambahkan aquadest sampai tanda batas, lalu di homogenkan
14
3.4 Uji Daya Hambat
3.4.1 Alat
Autoclave
Bunsen
Cawan petridish
Hotplate
Ose
Oven
Pembolong kertas
Pinset
3.4.2 Bahan
Aquadest
Bakteri staphyloccocus aureus
Inokulum
Media NA
Media NB
Sabun cuci tangan cair
15
3.4.3.2 Pembuatan Media NA
Tambahkan aquadest,
Timbang 0,8 gram NA,
lalu didihkan dengan
lalu masukkan ke
hotplat dan sterilisasikan
dalam erlenmeyer 1
dengan autoclave
liter
Tambahkan aquadest,
Timbang 13 gram NB,
lalu didihkan dengan
lalu masukkan ke
hotplat dan sterilisasikan
dalam erlenmeyer 1
dengan autoclave
16
3.4.4 Cara Kerja
3.4.4.1 Preparasi Alat
1) Disiapkan kertas atau koran untuk membungkus alat yang akan
disterilisasi
2) Dibungkus alat yang akan digunakan dengan kertas atau koran yang
telah disiapkan
3) Disterilisasikan alat yang digunakan dengan menggunakan oven
5) Diambil bakteri S.A dari stok kultur bakteri yang telah tumbuh pada
media Na miring
6) Disuspensi, lalu masukkkan ke dalam 10 mL larutan NB
17
7) Diukur dengan spektrofotometer dengan lamda 580 nm
18
BAB IV
b) Data Pengukuran pH
Tabel.1. Data Pengukuran pH
Pengukuran Ke- Hasil Pengukuran
1 5,85
2 5,94
3 5,99
Rata-rata 5,93
19
Kurva Deret Standar Abasorbansi
0.7
0.6
0.5
Absorbansi
0.4
y = 3,5325x -
0.3
0,0078
0.2 R² = 0,9908
0.1
0
-0.1 0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18
Konsentrasi
Diketahui:
Nilai Intersep (A) = -0,0118
Nilai Slope (B) = 0,5769
Nilai Regresi (R) = 0,9882
b) Persamaan Linear
Y = a + bx
0,209 = (- 0,0118) + 0,5769 x
0,209 - (- 0,0118) = 0,5769 x
x = 0,209-(-0,0118)
0,5769
x = 0,38 ppm
c) ppm %
𝑚𝑔 1,5 𝑚𝑔
ppm = 𝐿 = 1𝐿
𝑔
% lab = 𝑥 100 %
𝑚𝐿
0,38 𝑥 100−3
= 10−3 x 100 %
= 3,8 x 10-4 % x fp
20
= 3,8 x 10-4 % x 100.000
= 3,8 %
4.2 Pembahasan
Sabun adalah sediaan yang digunakan oleh masyarakat sebagai pencuci
pakaian dan kulit atau pembersih lainnya. Berbagai jenis sabun yang beredar di
pasaran dalam bentuk yang bervariasi, mulai dari sabun pencuci, sabun mandi,
sabun tangan, sabun pembersih peralatan rumah tangga dalam bentuk krim, padat
atau batangan, bubuk dan bentuk cair (Suryana,2013), dari segi penggunaanya,
sabun cair lebih mudah digunakan (Abu, dkk., 2015).
Dari hasil menguji kualitas sabun cuci tangan cair dengan menggunakan alat
pH meter. Pengujian kadar pH pada percobaan pertama menghasilkan pH sebesar
5,85. Pad percobaan kedua menghasilkan pH sebesar 5,94. Sedangkan pada
percobaan ketiga menghasilkan pH sebesar 5,99. Sehingga rata rata pH yang didapat
sebesar 5,93. Berdasarkan literatur, karakteristik mutu sabun cuci tangan cair sesuai
21
SNI 2588:2017 yaitu memiliki rentang pH sebesar 4-10. Hal ini membuktikan
bahwa pada pengujian kualitas pH sabun cuci tangan cair yang telah dilakukan
sesuai dengan syarat mutu SNI 2588:2017.
22
dapat terjadi apabila energi radiasi yang dipancarkan pada atom analit besarnya
tepat sama dengan perbedaan tingkat energi transisi elektronnya (Rudi,2004).
Metilen biru digunakan untuk uji coba bahan pewarna organik. Bahan
pewarna organik yang berwarna biru tua ini, akan menjadi tidak berwarna apabila
oksigen pada sampel (air yang tercemar yang sedang dianalisis) telah habis
dipergunakan (Mahida, 1981).
Surfaktan atau surface active agent atau wetting agent merupakan bahan
organik yang berperan sebagai bahan aktif pada deterjen, sabun dan shampoo.
Surfaktan dapat menurunkan tegangan permukaan sehingga memungkinkan
partikel- partikel yang menempel pada bahan-bahan yang dicuci terlepas dan
mengapung atau terlarut dalam air (Effendi, 2003).Surfaktan dikelompokkan
menjadi empat, yaitu surfaktan anion, surfaktan kationik, surfaktan nonionik dan
surfaktan amphoteric (zwitterionic) (Effendi, 2003).
23
terpisahnya antara fase air dan organik dan
24
pengukuran warna biru dalam CHCl3 dengan menggunakan alat spektrofotometri
pada panjang gelombang 652 nm (Franson, 1992). (Rudi dkk., 2004).
Dari analisis total bahan aktif dengan metode MBAS ini, siswa medapatkan
hasil nilai intersep (A) sebesar -0,0118, nilai slope (B) sebesar 0,5769, nilai regresi
(R) sebesar 0,9882, dan didapat hasil persamaan linear yaitu sebesar 0,38 ppm
setelah itu dihitung % recoverynya dan didapat hasilnya sebesar 3,8%.
Menguji daya hambat pada sabun cair, pada praktikum ini menggunakan
metode difusi cakram kertas dimana kertas direndam di dalam sampel yang terdiri
antibiotik, sabun, dan logam yang kemudian di letakkan di media padat. yang
diinkubasi 35 derajat selama 24 jam. yang nnti diamati zona hambatnya dengan
mengukur besar diameter daya hambat yang terbentuk di sekitar cakram kertas
tersebut.
25
viskositas atau kekentalan yang dapat berpengaruh terhadap daya hambat
karena semakin tinggi viskositas maka proses difusi zat antibakteri kedalam media
media agar semakin rendah begitupun sebaliknya semakin rendah viskositas maka
proses difusi zat antibakteri ke dalam media agar semakin tinggi (Kawengian, dkk.,
2017) Perbedaan zona hambat bisa juga disebabkan karena adanya kesalahan
penggunaan teknik penggoresan bakteri sehingga terdapat perbedaan jumlah bakteri
yang digores pada sekitar sumur (Kawengian, dkk., 2017).
26
bakteri diinokulasi pada sebuah media perbenihan disebut inokulum, sedangkan
bakteri yang tumbuh dan berkembang biak dalam media perbenihan itu disebut
dengan biakan bakteri. (Radji, 2010).
Dari praktikum uji daya hambat ini, praktikan mendapatkan hasil Diameter
daya hambat (simplo) 2,2 mm dan hasil Diameter daya hambat (duplo) 2,3 mm.
27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum ini,praktikan dapat mengerti dan memahami
cara:
1. Membuat sabun cuci tangan cair
2. Menganalisis pH pada sabun cuci tangan cair dengan menggunakan pH
meter.
3. Menganalisis sufraktan secara spektrofotometri dengan metode MBAS
(methylen blue active surfactan)
4. Menguji daya hambat pada sabun cuci tangan cair
28
DAFTAR PUSTAKA
Abu, A, F., 2015. Formulasi Sediaan Sabun Cair Antibakteri Minyak Atsiri
Daun Kemangi (Ocimum americanum L.) dan Uji Terhadap Bakteri
Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus. GALENIKA
Journal of Pharmacy Vol. 1 (1).
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Karang Lunak Klyxum sp. yang Diperoleh
Dari Teluk Manado. Pharmacon Jurnal Farmasi. Vol 6 (3). 46-53.
Anggreani, I.N. 2014. Optimasi Formula Sabun Bentonit Penyuci Najis
Mughalladzah Dengan Kombinasi Minyak Kelapa Sawit (palm oil)
Menggunakan simplex Lattice Design, Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Anggreani, Y., dkk. 2020. Karakteristik Fisik dan Aktivitas Antibakteri
Sabun Cair Minyak Nilam (Pogostemon cablin Benth.) yang Berbasis
Surfaktan. Jurnal Kefarmasian. Vol.10 (1).1-10.
Apriana, Dwi. 2013. Uji Kinerja Alat Centrifuge Proses Pemisahan Sabun
Pada Proses Saponifikasi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia., 2017. Standar Nasional Indonesia
(SNI). SNI 2588. Sabun Cair Pembersih Tangan. Jakarta. Dewan
Standarisasi Nasional.
Kamaruddin S (2009). Hubungan mencuci tangan dengan infeksi
nosokominal. RSUD Purwerejo. Medical Journal Of Indonesia, 16(3), pp
195- 200.
Kawengian, F, A, S., Wuisan, J., Leman, A, M., 2017. Uji Daya Hambat
Ekstrak Serai (Cymbopongon citratus L) terhadap Pertumbuhan
Streptococcus muntas. Jurnal e- GiGi (eG). Pendidikan Dokter Gigi
Universitas Sam Ratulangi Manado. Vol 5 (1). 7-10).
Kementrian Kesehatan RI., 2014. Perilaku Mencuci Tangan Pakai Sabun di
Indonesia. Pusat Data dan Informasi. 1-7.
29
Mutmainah., Franyoto, D, Y., 2010. Formulasi dan Evaluasi Sabun Cair
Ekstrak Etanol Jahe Merah (Zingiber officin valen var rubrum) serta uji
Aktivitasnya sebagai Antibakteri. Fakultas Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu
Farmasi Semarang.
Pertiwi, D., Densita, R., Luliana, S., Pengaruh pH Terhadap Stabilitas Alpha
Arbutin dalam Gel Niosomal. Majalah Farmaseutik. Vol. 16 (1). 91-100.
Putra, dkk., Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Nilai pH Sediaan Cold
Cream Kombinasi Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.),
Herba Pegagan
Rohman, saepul. 2009. Bahan Pembuatan Sabun. Instut Pertanian Bogor.Di
akses Pada 26 mei 2021.
Zaini, N, A., Gozali, D., Pengaruh Suhu Terhadap Stabilitas Obat Sediaan
Suspensi. Jurnal Farmaka Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran. Vol.
14(2).
30
LAMPIRAN
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46