Anda di halaman 1dari 7

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sabun merupakan salah satu produk yang tidak asing lagi dijumpai dalam

kehidupan sehari-hari. Sabun memiliki aroma yang menyegarkan dan sangat

dibutuhkan oleh manusia untuk membersihkan tubuh dari kotoran yang biasanya

disebabkan oleh bakteri dan jamur pada berbagai aktivitas yang dilakukan

manusia. Sabun merupakan garam alkali karboksilat (R-COONa) dari asam lemak

terutama mengandung garam C-16 (asam palmiat) dan C-18 (asam stearat) yang

dihidrolisis secara sempurna dalam larutan NaOH atau KOH. Gugus R pada sabun

bersifat hidrofobik karena bersifat non polar dan COONa bersifat hidrofilik

(polar). Sabun merupakan salah satu surfaktan yang dapat menurunkan tegangan

permukaan air sehingga larutan sabun dapat masuk ke dalam serat menghilangkan

dan mengusir kotoran serta minyak (Izhar, dkk., 2009; Rahadiana & Andyani,

2014).

Proses yang dilakukan dalam pembuatan sabun disebut sebagai saponifikasi

(Izhar, dkk., 2009). Reaksi saponifikasi merupakan reaksi antara lemak atau

gliserida dengan basa (Iriany et al., 2019). Penggunaan basa dalam pembuatan

sabun dapat mempengaruhi tipe sabun yang dihasilkan. Potassium alkali dapat

digunakan untuk membuat sabun cair sedangkan sodium alkali dapat digunakan

untuk membuat sabun padat. Reaksi saponifikasi termasuk kedalam reaksi

autokatalitik karena produk sabun yang terbentuk dapat melarutkan alkali dan

mendispersikan lemak menjadi suspense koloid. (Saxton et al., 2013).


3

Reaksi saponifikasi merupakan proses pembuatan sabunyang berlangsung

dengan mereaksikan asam lemak dengan alkali yang menghasilkan sintesis dari

air serta garam karbonil. Produk yang dihasilkan dalam proses saponifikasi adalah

sabun dan gliserin. Proses saponifikasi diperlukan basa mineral untuk

menghidrolisis senyawa ester ataupun asam lemak yang umumnya menggunakan

NaOH atau KOH. Basa yang berlebih dari standar dapat menyebabkan daya

absorbansi kulit meningkat sehingga kulit menjadi iritasi (Susinggih, 2005;

Prawira, 2010). Berdasarkan penelitian Cilla, dkk. (2014), proses saponifikasi

dapat dimanfaatkan untuk membuka pori-pori busa geopolimer sel dengan luas

permukaan spesifik yang relatif tinggi.

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi saponifikasi, yaitu rasio

reaktan dan waktu pembentukan. Penggunaan rasio reaktan yang tidak tepat akan

menghasilkan sabun yang tidak sesuai dengan tetapan standar yang mana hal ini

dapat dilihat dari nilai asam lemak atau alkali bebas sabun. Sementara itu, waktu

pengadukan yang dilakukan juga akan mempengaruhi kesempurnaan proses

saponifikasi yang berlangsung (Salendra, dkk., 2018). Dalam kehidupan sehari-

hari reaksi saponifikasi digunakan untuk membuat sabun dengan cara

mereaksikan minyak atau lemak dengan basa (Susinggih, 2005). Berdasarkan latar

belakang diatas, maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis tentang

“Pembuatan sabun dengan Reaksi Saponifikasi”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas terdapat beberapa

permasalahan yang dihadapi, dan dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembuatan sabun dengan reaksi saponifikasi?


4

2. Apa saja alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan sabun dengan

reaksi saponifikasi?

3. Apasaja faktor yang mempengaruhi reaksi saponifikasi dalam membuat

sabun?

1.3. Batasan Masalah

Untuk menjaga agar masalah yang akan dibahas tidak meluas atau

menyimpang dari pokok permasalahan yang sebenarnya, maka peneliti perlu

untuk melakukan pembatasan masalah. Maka dalam penelitian ini, batasan

masalah yang diangkat adalah sebagai berikut:

1. Dalam pembuatan sabun terfokus dengan menggunakan reaksi saponifikasi

2. Tidak membahas tentang jenis reaksi selain saponifikasi

1.4. Tujuan Penulisan

1. Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan di SMA Kemurnian II tahun

ajaran 2021/2022.

2. Untuk mengetahui proses pembuatan sabun dengan reaksi saponifikasi.

3. Untuk mengentahui alat dan bahan yang digunakan dalam membuat sabun

dengan reaksi saponifikasi.

4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi saponifikasi

dalam pembuatan sabun.

1.5. Manfaat Penulisan

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini

diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun

tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis
5

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapa bermanfaat yaitu:

a) Memberikan sumbangan karya ilmiah terhadap pembelajaran yang

berkaitan dengan sains terutama bidang kimia.

b) Sebagai referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan pembelajaran kimia baik industri ataupun

akademik.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut:

a) Bagi penulis

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang proses

pembuatan sabun dengan reaksi kimia yaitu saponifikasi.

b) Bagi siswa

Dapat memberikan bahan bacaan dan tambahan pembelajaran untuk

memahami reaksi kimia terutama reaksi saponifikasi pada proses

pembuatan sabun.

c) Bagi sekolah

Dapat memberikan sumbangan bahan bacaan dan referensi bagi siswa

yang sedang membaca buku di perpustakaan sekolah.

1.6. Metode Penulisan

Metode yang dilakukan penulis dalam karya tulis ilmiah ini adalah dengan

kajian kepustakaan dan juga dengan melakukan kegiatan praktikum secara

langsung. Penulis menggunakan berbagai sumber bacaan dan referensi yang

berkaitan dengan proses pembuatan sabun dengan reaksi saponisikasi.


6

Adapun beberapa sumber yang digunakan antara lain; buku-buku, jurnal

ilmiah, internet dan sumber lainnya yang relevan dengan pembahasan dalam karya

tulis ini. Berdasarkan sifatnya, maka penelitian ini termasuk penelitian deskriptif,

penelitian deskriptif berfokus pada penjelasan sistematis tentang fakta yang

diperoleh saat penelitian atau praktikum dilakukan.

1.7. Sistematika Penulisan

Bab I: Pendahuluan

Berisi latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, tujuan dan manfaat

penulisan, serta metode penulisan dalam menyelesaikan karya tulis ini.

Bab II: Landasan Teori

Bab ini berisi kajian teori yang mendukung penganalisaan karya tulis, yang

menjadi landasan bagi penulis dalam mengerjakan karya tulis ini.

Bab III: Pembahasan

Bab ini menjelaskan hasil pembahasan penelitian yang dilakukan melalui

praktikum pembuatan sabun dengan reaksi saponifikasi.

Bab IV: Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan yang telah diperoleh dari hasil

praktikum.
6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Sabun

Sabun adalah sejenis surfaktan yang dapat diproduksi dari bahan alam dan

diaplikasikan sebagai produk pembersih seperti untuk menghilangkan germs,

contaminants and dirt (Oyekunle et al., 2021). Hal ini dikarenakan sabun

merupakan molekul yang memiliki gugus hidofobik dan hidrofilik sehingga sabun

dapat berikatan dengan gugus hidrofobik debu dan gugus hidrofilik senyawa polar

seperti air untuk menghilangkan debu (Lin et al., 2005). Sabun dapat dibuat dari

animal fat dan basa untuk memproduksi sabun, air dan gliserol (Maotsela et al.,

2019).

Gliserol adalah senyawa organik dengn rumus kimia C3H8O3 yang

memiliki sifat biodegradasi, tidak berwarna, higroskopik, tidak beracun, tidak

berbau, transparan, and larutan kental. Gliserol dapat diproduksi dari berbagai

proses seperti transesterifikasi, saponifikasi, hidrolisis asam lemak, dan fermentasi

mikrobial (Dhabhai, 2016). Gliserol dapat digunakan untuk membuat produk –

produk hasil fermentasi seperti asam – asam organik dan bioetanol. Akan tetapi,

penggunaan gliserol ini menjadi terbatas karena beberapa produksi gliserol yang

merupakan produk samping mengandung berbagai pengotor didalamnya. Gliserol

mentah sebagai produk samping dari pembuatan biodiesel misalnya mengandung

berbagai pengotor seperti methanol, air, sabun, asam lemak bebas, garam,

charcoal dan senyawa kimia lain dari katalis (Kumar et al., 2019).
7

2.2. Kinetika dan Termodinamika Reaksi

Pengetahuan mengenai kinetika dan termodinamika reaksi merupakan

bagian penting untuk memahami reaksi (Raheem et al., 2020). Kinetika reaksi

merupakan ilmu yang mempelajari seberapa cepat reaksi berlangsung. Parameter

– parameter kinetika reaksi merupakan bagian penting untuk pemodelan reaktor

dan optimisasi kondisi operasi (Heydari et al., 2015). Model kinetika sabun

didasarkan atas reaksi pembuatan sabun (saponifikasi) seperti Gambar 1.

Gambar 1. Reaksi Pembuatan Sabun

Anda mungkin juga menyukai