Anda di halaman 1dari 11

REKAYASA IDE

“Penggunaan Limbah Pepaya Sebagai Bahan Campuran Pembuatan Sabun


Mandi”

Disusun oleh:

Nama : Kelvin Leonard Manik


NIM : 4171131019
Prodi : Pendidikan Kimia
Kelas : Kimia Dik C
Mata Kuliah : Reaksi Kimia Organik
Dosen Pengampu : Dra.Ratu Evina Dibiyantini,M.Si

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat dan juga KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
laporan ini sebagai tugas “Rekayasa Ide” yang telah ditanggung jawabkan oleh
dosen kepada penulis. Adapun makalah yang akan dibahas di dalam makalah
adalah proses “Penggunaan Limbah Pepaya Sebagai Bahan Campuran
Pembuatan Sabun Mandi”.
Harapan penulis semoga Rekayasa Ide ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih
baik.
Penulis menyadari bahwa Rekayasa Ide ini masih banyak kekurangan
karena pengalaman yang penulis miliki sangat kurang. Oleh karena itu , penulis
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan Rekayasa Ide ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga materi yang ada
dalam Rekayasa Ide yang berbentuk makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana
mestinya bagi para pembaca

Medan , 04 Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata pengantar.........................................................................................................i
Daftar isi..................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
1.1.Latar Belakang................................................................................1
1.2. Rumusan Masala……………………………………………….....1
1.3. Tujuan.............................................................................................1
Bab II Pembahasan
2.1. Originalitas Ide dan Konteks Sosialnya.........................................2
2.1.a. Oriaginalitas Ide..........................................................................3
2.2.b. Konteks Sosialnya ......................................................................3
2.2. Perangkat Yang Dibutuhkan Untuk Melakukan Inovasi...............3
2.3. Ide Turunan dan Konteks Sosialnya..............................................3
2.3.a. Peluang Keterwujudan.................................................................4
2.3.b. Nilai-nilai Inovasi....................................................................... 4
2.3.c. Perkiraan Dampak....................................................................... 6
Bab III Penutup
3.1. Kesimpulan......................................................................................7
3.2. Saran..................................................................................................7
Daftar Pustaka..........................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sabun merupakan garam alkali karboksilat (RCOONa). Gugus R bersifat
hidrofobik karena bersifat nonpolar dan COONa bersifat hidrofilik (polar).
Penggunaan bahan sintetik sabun dapat berbahaya bagi kulit manusia karena dapat
menyebabkan iritasi pada konsumen yang memiliki kulit sensitif, sehingga
diperlukan sebuah inovasi baru produk sabun herbal yang menggunakan bahan
aktif alami sebagai komponen penyusunnya. Pepaya mengandung banyak sekali
nutrisi, bahkan sangat kaya akan vitamin C. Satu buah pepaya setidaknya
mengandung 235 mg vitamin C. Tidak hanya itu, pepaya juga mengandung nutrisi
lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh, yaitu vitamin A, vitamin B1, B3, B5, vitamin
E, vitamin K, likopen, serat, kalsium, potasium, folat, dan magnesium. Dengan
segudang nutrisi tersebut, pepaya memberikan begitu banyak manfaat bagi
kesehatan. Syarat mutu sabun mandi didasarkan pada Standar Nasional Indonesia
(SNI), mencakup sifat kimiawi dari sabun mandi, yaitu pH, kadar air, asam lemak
bebas, alkali bebas, dan minyak mineral (negatif). Semakin meningkat jumlah
NaOH maka kekerasan produk sabun akan semakin meningkat. Pada pengamatan
sifat fisik dan pengujian kualitas sabun yang telah dilakukan, didapatkan data jika
produk sabun yang memenuhi standar adalah sabun kulit pisang dan sabun ekstrak
kulit pisang dengan variasi NaOH 13,42%.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah pepaya dapat dijadikan salah satu bahan campuran untuk pembuatan
sabun mandi dan tingkat kesukaan masyarakat terhadap produk sabun mandi
dari bahan pepaya?
2. Bagaimanakah kualitas sabun pepaya berdasarkan parameter SNI serta
cemaran mikroba dan pH?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui apakah pepaya dapat dijadikan salah satu bahan campuran
pembuat sabun mandi dan berapa besar tingkat kesukaan masyarakat terhadap
produk sabun mandi dari bahan pepaya.

1
2. Mengetahui kualitas sabun pepaya berdasarkan parameter SNI serta cemaran
mikroba dan pH .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Originalitas Ide dan Konteks Sosialnya
Pada ide kali ini , penulis ingin menciptkan metode Pembuatan buah pepaya
Sebagai Bahan Campuran Pembuatan Sabun Mandi. Baiklah penulis akan mulai
menjelaskan tentang yang sabun sudah menjadi kebutuhan primer untuk semua
manusia. Sabun merupakan salah satu sarana untuk membersihkan diri dari
kotoran, bakteri, dan kuman. Dewasa ini, sabun tidak hanya sekedar berfungsi
agar tubuh menjadi bersih, tetapi ada beberapa sabun yang sekaligus berfungsi
untuk menjaga elastisitas kulit, melembabkan kulit, dan memutihkan kulit. Secara
kimia, sabun merupakan garam alkali karboksilat (RCOONa). Gugus R bersifat
hidrofobik karena bersifat nonpolar dan COONa bersifat hidrofilik (polar). Proses
yang terjadi dalam pembuatan sabun disebut sebagai saponifikasi (Girgis, 2003).
Alkali yang digunakan yaitu NaOH, bahan lain yang digunakan pada
pembuatan sabun mandi yaitu tigliserida berupa minyak atau lemak, misalnya
digunakan minyak kelapa sawit, minyak biji katun dan minyak kacang. Pabrik
yang merupakan produsen terbesar sabun lebih mengutamakan menggunakan
bahan sintetik (non herbal) sebagai salah satu komponen penyusunnya, padahal
bahan sintetik mempunyai dampak negatif bagi kulit konsumen yang mempunyai
kulit sensitif. Penggunaan bahan sintetik yang berlebihan dapat menyebabkan
iritasi atau peradangan pada kulit.
Pemanfaatan buah sangatlah banyak sekali khususnya untuk kesehatan
wajah dan kulit. Papaya umumnya hanya digunakan sebagai makanan penutup
dan juga diketahui sebagai sumber vitamin c yang baik bagi tubuh. Diketahui jika
senyawa antioksidan yang terdapat pada pepaya yaitu katekin, gallokatekin dan
epikatekin yang merupakan golongan senyawa flavonoid. Selain itu, menurut
Zuhrina (2011) dalam Supriyanti, dkk. (2015), kandungan unsur gizi yang
terdapat pada papaya cukup lengkap, seperti karbohidrat, lemak, protein,
kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B, vitamin C dan air. Sehingga pepaya memiliki
potensi yang cukup baik untuk dimanfaatkan sebagai sumber antioksidan. Dari

2
penjabaran di atas, penelitian dengan memanfaatkan pepaya sebagai bahan
pembuatan sabun herbal perlu dilakukan, dengan mempertimbangkan keamanan
sabun sesuai Standar Nasional. Indonesia (SNI) 06-4085-1996 mengenai uji
kualitas sabun.

2.1.a. Originalitas Ide


Ide ini adalah 5% dari pemikiran penulis dan 95% penulis dapat dari
metode pembelajaran yang disampaikan dosen dan jurnal yang dicari mahasiswa
dan mahasiswa dan metode pembelajaran ini sendiri cocok untuk kalangan
mahasisa.
2.1.b. Konteks Sosial
Sabun merupakan salah satu pembersih yang sudah umum dipakai
masyarakat dimana bahan baku untuk pembuatnya itu membutuhkan bahan utama
lemak dan soda abu yang sekarang ini lebih terkenal dengan Saponofikasi atau
reaksi antara lemak dengan bahan Alkali (NaOH) yang mana sabun ini memiliki
berbagai jenis seperti sabun padat dan sabun cair. Perbedaan ini disebabkan garam
murni (alkali) yang dipakai untuk memproduksi yang mana sabun padat memakai
garam murni (alkali) lebih banyak dari pada sabun cair sehingga membuat sabun
lebih padat. Seiring dengan kemajuan jaman yang dahulunya pembuatan sabun ini
berasal dari bahan alami yaitu lemak unta dan abu abu di lakukan oleh bangsa
arab semakin lama semakin menghilang dan diganti dengan berbagai macam
bahan-bahan kimia.
2.2. Perangkat Yang Dibutuhkan Untuk Melakukan Inovasi
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: kompor, mangkuk,
bejana, kuali, sendok, saringan, dan cetakan. Bahan yang digunakan antara lain:
papaya, asam jeruk, air, minyak zaitun, sabun mandi.
2.3. Ide Turunan dan Konteks Sosialnya
Manfaat buah pepaya
Pembuatan Sabun papaya dengan Variasi NaOH
Pada tahap ini dilakukan pembuatan sabun dengan cara melarutkan NaOH
dalam berbagai macam variasi konsentrasi NaOH. Masing-masing NaOH yang
digunakan adalah 7,2%; 10,4%; dan 13,4%. NaOH dilarutkan dalam akuades.

3
Selanjutnya proses memanaskan VCO (Virgin Coconut Oil),minyak kelapa, dan
minyak zaitun hingga suhunya sama dengan suhu larutan NaOH. Minyak yang
sudah panas dan larutan NaOH diaduk menggunakan blender sampai akhir proses
saponifikasi (trace). Menambahkanbubur pepaya sebanyak 5 gram ke dalam
blender, lalu mengaduk dengan blender hingga kulit pisang dan trace tercampur
rata. Parfum ditambahkan sebanyak 0,5 gram. Sabun yang
masih dalam bentuk trace dituang ke dalam cetakan dan disimpan selama 2
minggu.
Pembuatan Sabun Ekstrak papaya dengan Variasi NaOH
Pembuatan sabun ekstrak pepaya dilakukan dengan cara melarutkan
NaOH dalam berbagai macam variasi konsentrasi NaOH. Masing-masing NaOH
yang digunakan adalah 7,2%; 10,4%; dan 13,4%. NaOHdilarutkan dalam
akuades. Selanjutnya proses memanaskan VCO (Virgin Coconut Oil),minyak
kelapa, dan minyak zaitun hingga suhunya sama dengan suhu larutan NaOH.
Minyak VCO yang sudah panas dan larutan NaOH diaduk menggunakan hotplate
stirrer sampai akhir proses saponifikasi (trace). Menambahkan ekstrak pepaya
sebanyak 2 gram, lalu diaduk hingga kulit pisang dan trace tercampur rata. Pada
tahap akhir, ditambahkan 0,5 gram parfum. Sabun yang masih dalam bentuk trace
dituang ke dalam cetakan dan disimpan selama 2 minggu.
2.3.a. Peluang Keterwujudan
Uji Kualitas Sabun
Uji kualitas sabun herbal kulit pisang dan ekstrak kulit pisang ditentukan
menggunakan SNI 06-3532-1994 berupa uji pH, kadar air, kadar alkali bebas,
analisis asam lemak bebas, dan uji minyak mineral.

Uji kualitas sabun kulit pisang dan sabun ekstrak pepaya


Variasi konsentrasi pada produk sabun dapat mempengaruhi pH, kadar air, kadar
alkali, kandungan asam lemak bebas, dan minyak mineral. Banyaknya NaOH

4
yang ditambahkan mempengaruhi proses saponifikasi, sehingga dapat
mempengaruhi kualitas sabun. Uji kualitas sabun pepaya dan sabun ekstrak
pepaya dapat disajikan pada Tabel 2.

Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu parameter kualitas sabun.


Produk sabun dengan pH sangat rendah atau sangat tinggi akan menambah daya
absorbansi kulit sehingga menyebabkan kulit dapat mengalami iritasi.
Berdasarkan uji yang dilakukan, semua sabun mempunyai kualitas sesuai SNI,
yaitu di bawah pH 10. Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung
dalam sabun. Semakin banyak air yang terkandung dalam sabun maka akan
semakin meningkatkan daya tengik sabun. Sabun yang baik menurut SNI adalah
sabun yang mempunyai kadar kurang dari 15%. Pada pengujian dapat diketahui
jika semakin banyak NaOH yang ditambahkan, maka kandungan air pada produk
sabun semakin berkurang. Dari data dapat dilihat bahwa hanya formula1 (dengan
NaOH 7,2%) dari sabun kulit pisang yang mempunyai kadar air yang tidak sesuai
dengan standar SNI,
yaitu sebesar 18%.
2.3.c. Perkiraan Dampak
Kadar alkali bebas menunjukkan bahwa alkali dalam sabun tidak terikat sebagai
senyawa. Pada pengujian yang telah dilakukan, terdapat data bahwa semua produk
sabun mempunyai kadar alkali bebas yang masih diperbolehkan SNI, yaitu 0,1%.
Asam lemak bebas merupakan bilangan yang menunjukkan banyaknya NaOH
yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas dalam sabun. Berdasarkan
analisis data yang telah diperoleh, didapatkan bahwa sabun kulit pisang formula 1
dan 2 mempunyai hasil yang melebihi ambang batas SNI, yaitu 4% dan 9%. Pada
pembuatan sabun ekstrak kulit pisang, formula 1 dan 2 juga tidak memenuhi

5
standar SNI, karena mempunyai kadar 4,5% dan 3%. Sehingga, dapat dikatakan
jika yang memenuhi standar pengujian hanya produk sabun kulit pisang dan sabun
ekstrak kulit pisang formulasi 3 (NaOH 13,4%).Minyak mineral adalah minyak-
minyak yang tidak dapat disabunkan. Pengujian kualitatif minyak mineral positif
pada sabun akan ditandai dengan kekeruhan saat larutan disemprot dengan air.
Pada pengujian ini semua produk sabun tidak menunjukkan adanya kekeruhan,
sehingga dapat dikatakan produk sabun tidak mengandung minyak mineral.

6
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari penelitian yang sudah dilakukan, dapat diambil kesimpulan jika
penambahan NaOH meningkatkan kekerasan produk sabun. Pada pengamatan
sifat fisik dan pengujian kualitas sabun yang telah dilakukan, produk sabun yang
memenuhi standar adalah sabun pepaya dan sabun pepaya dengan variasi NaOH
13,4%. Sabun adalah garam alkali asam lemak yang dihasilkan melalui reaksi
asam basa. Proses pembuatan sabun disebut saponifikasi. Saponifikasi adalah
reaksi hidrolisis asam lemak dan basa alkali seperti yang terlihat pada reaksi
berikut

Reaksi antara lemak dan alkali menghasilkan produk sabun dan gliserol.
Gliserin atau gliserol [C3H5(OH)3] merupakan hasil samping reaksi saponifikasi
yaitu reaksi pembentukan sabun. Gliserol adalah senyawa gliserida yang paling
sederhana, dengan hidroksil yang bersifat hidrofilik dan higroskopik (Sunsmart,
1998).

3.2. Saran
Saran untuk kemajuan penelitian ini adalah diperlukan penelitian lanjutan
terhadap pengaruh variasi kulit pisang dan ekstrak kulit pisang yang digunakan
pada pembuatan sabun, diperlukan pengujian daya antioksidan produk sabun
menggunakan DPPH, dan penambahan pengawet agar dapat menambah daya
tahan sabun. Dalam pembuatan tugas RI ini masih terdapat banyak kekurangan
sehingga penulis berharap kepada dosen pengampu untuk dapat memberikan
kritik yang membangun dan saran tentang ide yang penulis ajukan ,apakah metode
pembelajaran ini dapat berhasil atau tidak.

7
DAFTAR PUSTAKA
Peter,S.(2014).Penuntun Mekanisme Reaksi Kimia Organik Jakarta : Gramedia .
Sinung,P.A.N.(2017).Pemanfaatan pepaya Sebagai Sabun Herbal.Jurnal
Penelitian Kimia .vol 5(1). 67-72.

Anda mungkin juga menyukai