Disusun oleh:
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar.........................................................................................................i
Daftar isi..................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
1.1.Latar Belakang................................................................................1
1.2. Rumusan Masala……………………………………………….....1
1.3. Tujuan.............................................................................................1
Bab II Pembahasan
2.1. Originalitas Ide dan Konteks Sosialnya.........................................2
2.1.a. Oriaginalitas Ide..........................................................................3
2.2.b. Konteks Sosialnya ......................................................................3
2.2. Perangkat Yang Dibutuhkan Untuk Melakukan Inovasi...............3
2.3. Ide Turunan dan Konteks Sosialnya..............................................3
2.3.a. Peluang Keterwujudan.................................................................4
2.3.b. Nilai-nilai Inovasi....................................................................... 4
2.3.c. Perkiraan Dampak....................................................................... 6
Bab III Penutup
3.1. Kesimpulan......................................................................................7
3.2. Saran..................................................................................................7
Daftar Pustaka..........................................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sabun merupakan garam alkali karboksilat (RCOONa). Gugus R bersifat
hidrofobik karena bersifat nonpolar dan COONa bersifat hidrofilik (polar).
Penggunaan bahan sintetik sabun dapat berbahaya bagi kulit manusia karena dapat
menyebabkan iritasi pada konsumen yang memiliki kulit sensitif, sehingga
diperlukan sebuah inovasi baru produk sabun herbal yang menggunakan bahan
aktif alami sebagai komponen penyusunnya. Pepaya mengandung banyak sekali
nutrisi, bahkan sangat kaya akan vitamin C. Satu buah pepaya setidaknya
mengandung 235 mg vitamin C. Tidak hanya itu, pepaya juga mengandung nutrisi
lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh, yaitu vitamin A, vitamin B1, B3, B5, vitamin
E, vitamin K, likopen, serat, kalsium, potasium, folat, dan magnesium. Dengan
segudang nutrisi tersebut, pepaya memberikan begitu banyak manfaat bagi
kesehatan. Syarat mutu sabun mandi didasarkan pada Standar Nasional Indonesia
(SNI), mencakup sifat kimiawi dari sabun mandi, yaitu pH, kadar air, asam lemak
bebas, alkali bebas, dan minyak mineral (negatif). Semakin meningkat jumlah
NaOH maka kekerasan produk sabun akan semakin meningkat. Pada pengamatan
sifat fisik dan pengujian kualitas sabun yang telah dilakukan, didapatkan data jika
produk sabun yang memenuhi standar adalah sabun kulit pisang dan sabun ekstrak
kulit pisang dengan variasi NaOH 13,42%.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah pepaya dapat dijadikan salah satu bahan campuran untuk pembuatan
sabun mandi dan tingkat kesukaan masyarakat terhadap produk sabun mandi
dari bahan pepaya?
2. Bagaimanakah kualitas sabun pepaya berdasarkan parameter SNI serta
cemaran mikroba dan pH?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui apakah pepaya dapat dijadikan salah satu bahan campuran
pembuat sabun mandi dan berapa besar tingkat kesukaan masyarakat terhadap
produk sabun mandi dari bahan pepaya.
1
2. Mengetahui kualitas sabun pepaya berdasarkan parameter SNI serta cemaran
mikroba dan pH .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Originalitas Ide dan Konteks Sosialnya
Pada ide kali ini , penulis ingin menciptkan metode Pembuatan buah pepaya
Sebagai Bahan Campuran Pembuatan Sabun Mandi. Baiklah penulis akan mulai
menjelaskan tentang yang sabun sudah menjadi kebutuhan primer untuk semua
manusia. Sabun merupakan salah satu sarana untuk membersihkan diri dari
kotoran, bakteri, dan kuman. Dewasa ini, sabun tidak hanya sekedar berfungsi
agar tubuh menjadi bersih, tetapi ada beberapa sabun yang sekaligus berfungsi
untuk menjaga elastisitas kulit, melembabkan kulit, dan memutihkan kulit. Secara
kimia, sabun merupakan garam alkali karboksilat (RCOONa). Gugus R bersifat
hidrofobik karena bersifat nonpolar dan COONa bersifat hidrofilik (polar). Proses
yang terjadi dalam pembuatan sabun disebut sebagai saponifikasi (Girgis, 2003).
Alkali yang digunakan yaitu NaOH, bahan lain yang digunakan pada
pembuatan sabun mandi yaitu tigliserida berupa minyak atau lemak, misalnya
digunakan minyak kelapa sawit, minyak biji katun dan minyak kacang. Pabrik
yang merupakan produsen terbesar sabun lebih mengutamakan menggunakan
bahan sintetik (non herbal) sebagai salah satu komponen penyusunnya, padahal
bahan sintetik mempunyai dampak negatif bagi kulit konsumen yang mempunyai
kulit sensitif. Penggunaan bahan sintetik yang berlebihan dapat menyebabkan
iritasi atau peradangan pada kulit.
Pemanfaatan buah sangatlah banyak sekali khususnya untuk kesehatan
wajah dan kulit. Papaya umumnya hanya digunakan sebagai makanan penutup
dan juga diketahui sebagai sumber vitamin c yang baik bagi tubuh. Diketahui jika
senyawa antioksidan yang terdapat pada pepaya yaitu katekin, gallokatekin dan
epikatekin yang merupakan golongan senyawa flavonoid. Selain itu, menurut
Zuhrina (2011) dalam Supriyanti, dkk. (2015), kandungan unsur gizi yang
terdapat pada papaya cukup lengkap, seperti karbohidrat, lemak, protein,
kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B, vitamin C dan air. Sehingga pepaya memiliki
potensi yang cukup baik untuk dimanfaatkan sebagai sumber antioksidan. Dari
2
penjabaran di atas, penelitian dengan memanfaatkan pepaya sebagai bahan
pembuatan sabun herbal perlu dilakukan, dengan mempertimbangkan keamanan
sabun sesuai Standar Nasional. Indonesia (SNI) 06-4085-1996 mengenai uji
kualitas sabun.
3
Selanjutnya proses memanaskan VCO (Virgin Coconut Oil),minyak kelapa, dan
minyak zaitun hingga suhunya sama dengan suhu larutan NaOH. Minyak yang
sudah panas dan larutan NaOH diaduk menggunakan blender sampai akhir proses
saponifikasi (trace). Menambahkanbubur pepaya sebanyak 5 gram ke dalam
blender, lalu mengaduk dengan blender hingga kulit pisang dan trace tercampur
rata. Parfum ditambahkan sebanyak 0,5 gram. Sabun yang
masih dalam bentuk trace dituang ke dalam cetakan dan disimpan selama 2
minggu.
Pembuatan Sabun Ekstrak papaya dengan Variasi NaOH
Pembuatan sabun ekstrak pepaya dilakukan dengan cara melarutkan
NaOH dalam berbagai macam variasi konsentrasi NaOH. Masing-masing NaOH
yang digunakan adalah 7,2%; 10,4%; dan 13,4%. NaOHdilarutkan dalam
akuades. Selanjutnya proses memanaskan VCO (Virgin Coconut Oil),minyak
kelapa, dan minyak zaitun hingga suhunya sama dengan suhu larutan NaOH.
Minyak VCO yang sudah panas dan larutan NaOH diaduk menggunakan hotplate
stirrer sampai akhir proses saponifikasi (trace). Menambahkan ekstrak pepaya
sebanyak 2 gram, lalu diaduk hingga kulit pisang dan trace tercampur rata. Pada
tahap akhir, ditambahkan 0,5 gram parfum. Sabun yang masih dalam bentuk trace
dituang ke dalam cetakan dan disimpan selama 2 minggu.
2.3.a. Peluang Keterwujudan
Uji Kualitas Sabun
Uji kualitas sabun herbal kulit pisang dan ekstrak kulit pisang ditentukan
menggunakan SNI 06-3532-1994 berupa uji pH, kadar air, kadar alkali bebas,
analisis asam lemak bebas, dan uji minyak mineral.
4
yang ditambahkan mempengaruhi proses saponifikasi, sehingga dapat
mempengaruhi kualitas sabun. Uji kualitas sabun pepaya dan sabun ekstrak
pepaya dapat disajikan pada Tabel 2.
5
standar SNI, karena mempunyai kadar 4,5% dan 3%. Sehingga, dapat dikatakan
jika yang memenuhi standar pengujian hanya produk sabun kulit pisang dan sabun
ekstrak kulit pisang formulasi 3 (NaOH 13,4%).Minyak mineral adalah minyak-
minyak yang tidak dapat disabunkan. Pengujian kualitatif minyak mineral positif
pada sabun akan ditandai dengan kekeruhan saat larutan disemprot dengan air.
Pada pengujian ini semua produk sabun tidak menunjukkan adanya kekeruhan,
sehingga dapat dikatakan produk sabun tidak mengandung minyak mineral.
6
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari penelitian yang sudah dilakukan, dapat diambil kesimpulan jika
penambahan NaOH meningkatkan kekerasan produk sabun. Pada pengamatan
sifat fisik dan pengujian kualitas sabun yang telah dilakukan, produk sabun yang
memenuhi standar adalah sabun pepaya dan sabun pepaya dengan variasi NaOH
13,4%. Sabun adalah garam alkali asam lemak yang dihasilkan melalui reaksi
asam basa. Proses pembuatan sabun disebut saponifikasi. Saponifikasi adalah
reaksi hidrolisis asam lemak dan basa alkali seperti yang terlihat pada reaksi
berikut
Reaksi antara lemak dan alkali menghasilkan produk sabun dan gliserol.
Gliserin atau gliserol [C3H5(OH)3] merupakan hasil samping reaksi saponifikasi
yaitu reaksi pembentukan sabun. Gliserol adalah senyawa gliserida yang paling
sederhana, dengan hidroksil yang bersifat hidrofilik dan higroskopik (Sunsmart,
1998).
3.2. Saran
Saran untuk kemajuan penelitian ini adalah diperlukan penelitian lanjutan
terhadap pengaruh variasi kulit pisang dan ekstrak kulit pisang yang digunakan
pada pembuatan sabun, diperlukan pengujian daya antioksidan produk sabun
menggunakan DPPH, dan penambahan pengawet agar dapat menambah daya
tahan sabun. Dalam pembuatan tugas RI ini masih terdapat banyak kekurangan
sehingga penulis berharap kepada dosen pengampu untuk dapat memberikan
kritik yang membangun dan saran tentang ide yang penulis ajukan ,apakah metode
pembelajaran ini dapat berhasil atau tidak.
7
DAFTAR PUSTAKA
Peter,S.(2014).Penuntun Mekanisme Reaksi Kimia Organik Jakarta : Gramedia .
Sinung,P.A.N.(2017).Pemanfaatan pepaya Sebagai Sabun Herbal.Jurnal
Penelitian Kimia .vol 5(1). 67-72.