AKHLAK TASAWUF
Kelompok 13:
Dosen Pembimbing:
Puji syukur marilah kita ucapkan atas kehairat Allah SWT, yang telah
memberikan taufik dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat beserta salam marilah kita kirimkan
kepada Nabi Muhammad SAW, yang mana beliau telah membawa umatnya dari
zaman kebodohan kepada zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti
yang kita rasakan saat ini.
Dalam penulisan makaalah ini, penulis menyadari bahwa didalamnya masih
belum terlepas dari kekurangan dan kesalahan, baik dari segi penulisan maupun
isi. Untuk itu, penulis sangat menghargai krtik dan saran dari pembaca untuk
lebih sempurnanya makalah ini. Atas kritik dan saran yang disampaikan, penulis
ucapkan terimakasih.
Selanjutnya kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut
membantu dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................
Daftar Isi.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang....................................................................................
B.Rumusan Masalah................................................................................
C.Tujuan Penulisan.................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian Akhlak dan Tasawuf..........................................................
B.Hubungan akhlak dan tasawuf.............................................................
C.Ruang lingkup akhlak dan tasawuf......................................................
D.Tujuan mempelajari akhlak tasawuf....................................................
E.Manfaat mempelajari akhlak dan tasawuf...........................................
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan..........................................................................................
B.Saran ...................................................................................................
Daftar Pustaka................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara historis akhlak tasawwuf adalah pemandu perjalanan hidup umat
manusia agar selamat dunia dan akhirat, itu di karenakan Akhlak Tasawuf
merupakan salah satu khazanah intelektual Muslim yang kehadirannya hingga
saat ini semakin dirasakan. Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan
Muhammad saw. adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, dan
sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu
antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima.
Melihat betapa pentingnya akhlak tasawuf dalam kehidupan ini tidaklah
menghe-rankan jika akhlak tasawuf ditentukan sebagai mata kuliah yang wajib
diikuti oleh kita semua. Sebagai upaya untuk menanggulangi kemerosotan
moral yang tengah dialami bangsa ini.
Untuk mengungkap segala permasalahan yang terkait dengan Akhlak
Tasawuf, kami akan mencoba menguraikannya dalam makalah singkat yang
berjudul “Tujuan dan manfaat Mempelajari Akhlak Tasawuf”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka timbul beberapa pertanyaan yang
kami jadikan sebagai rumusan makakalah ini
1. Apa yang dimaksud dengan akhlak dan tasawwuf itu ?
2. Apa tujuan mempelajari akhlak dan tasawwuf ?
3. Apa manfaat mempelajari akhlak dan tasawwuf ?
C. TUJUAN PENULISAN
Untuk menjelaskan perumusan masalah tersebut, kami jadikan itu sebagai
tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk memahami pengertian akhlak dan taswwuf.
2. Untuk mengetahui tujuan mempelajari akhlak dan tasawwuf.
3. Untuk mengetahui mamfaat mempelajari akhlak dan tasawwuf.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak dan Tasawwuf
1. Pengertian Akhlak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai
budi pekerti atau kelakuan. Sedangkan menurut istilah, para pakar dalam
bidang ini mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:
a. Ibnu Miskawaih
س يداوعييةة لييهاَ اوللىٰ ايكفيعاَلويهاَ ومكن يغكيور فوككةر يويل ررووييةة
يحاَةل وللِننكف و
Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
b. Imam Al-Gazali
صردرر اكلكفيعاَرل بورسهركولةة يويركسور ومكن يغكيوريحاَيجةة اوللىٰ فوككةر وعيباَيرةةيعكن هيكيئيةة وفىٰ الننكف و
س يراوسيخةة يعكنيهاَ تي ك
يورركؤييةة
Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam
perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.1
2. Pengertian Tasawwuf
Secara bahasa, tasawuf berarti saf (baris), sufi (suci), sophos (Yunani:
hikmah), suf (kain wol), sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri,
beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan bersikap
bijaksana. Sedangkan menurut istilah, ahli tasawuf Harun Nasution mengartikan
tasawuf sebagai “tasawuf itu merupakan suatu ilmu pengetahuan dan sebagai
ilmu pengetahuan, tashawwuf atau sufisme mempelajari cara dan jalan
bagaimana seorang islam bisa sedekat mungkin dengan tuhan”.2
Jadi dapat disimpulkan bahwa tasawuf adalah suatu kehidupan rohani yang
merupakan fitrah manusia dengan tujuan untuk mencapai hakikat yang tinggi,
berada dekat atau sedekat mungkin dengan Allah dengan jalan menyucikan
jiwanya, dengan melepaskan jiwanya dari noda-noda sifat dan perbuatan tercela.
B. Tujuan Mempelajari Akhlak dan Tasawwuf
1. Tujuan Mempelajari Akhlak
1
Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia,1997), hlm 13
2
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1996), hlm 181
Tujuan akhlak adalah menggapai suatu kebahagiaan hidup umat manusia
baik di dunia dan di akhirat. Dikarekan itulah kita sebagai manusia untuk hidup
saling membantu baik dari pekerjaan, kebutuhan atau lainnya.
Tujuan mempelajari akhlak diantaranya adalah menghindari pemisahan
antara akhlak dan ibadah. Atau bila kita memakai istilah: menghindari
pemisahan agama dengan dunia (sekulerisme). Kita sering mendengar celotehan,
“Agama adalah urusan akhirat sedang masalah dunia adalah urusan masing-
masing”. Atau ungkapan, “Agama adalah urusan masjid, di luar itu terserah
semau gue”. Maka jangan heran terhadap seseorang yang beribadah, kemudian
di lain waktu akhlaknya tidak benar. Ini merupakan kesalahan fatal. Kita pun
sering menjumpai orang-orang yang amanah dan jujur, tetapi mereka tidak
shalat. Ini juga keliru.
Selanjutnya Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlaq itu,
ialah untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah
sehingga hati menjadi suci bersih, bagaikan cermin yang dapat menerima Nur
cahaya Tuhan.
Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahwa Ilmu Akhlak
bertujuan untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam
mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Terhadap perbuatan yang baik
ia beruasaha melakukannya, dan terhadap yang buruk ia berusaha untuk
menghindarinya.
2. Tujuan Mempelajari Tasawwuf
Apapun yang di ajarkan oleh tasawuf adalah tidak lain bagaimana
menyembah Allah dalam suatu kesadaran mental penuh bahwa kita berada di
dekat-Nya sehingga kita merasa “melihat” –Nya. Dalam hubungan ini, Harun
Nasution mengatakan bahwa tasawuf atau sufisme sebagaimana halnya dengan
mistisme di luar agam islam, mempunyai tujuan memperoleh hubungan
langsung dan disadari dengan tuhan sehingga disadari benar bahwa seseorang
berada di hadirat (hadapan) Tuhan.3
Esensi tasawuf bermuara pada hidup zuhud (tidak mementingkan
kemewahan duniawi). Tujuan hal ini dalam rangka dapat berhubungan langsung
3
Syamsudin Ni`am, Tasawuf Studies, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media,2014), hlm 79
dengan Tuhan, dengan perasaan benar-benar berada di hadirat Tuhan. Para sufi
menganggap ibadah yang diselenggarakan dengan cara formal (mahdhoh) belum
merasa cukup karena belum memenuhi kebutuhan spritual kaum sufi.
Dalam pandangan Sayyid Nur bin Sayyid Ali bahwasanya sufisme diadakan
dengan tujuan sebagai berikut:
a) Berupaya menyelamatkan diri dari akidah-akidah syirik dan batil.
b) Melepaskan dri dari (takhalli) dari penyakit-penyakit kalbu.
c) Mengisi diri (tahalli) dengan akhlak islam yang mulia.
d) Menggapai akidah persahabtan ketuhanan (shuhbah ilahiyyah), dengan
maksud Allah SWT melihat hamba-hambaNya dengan meliputi mereka dari
segala arah ilmu, kekuasaan, pendengaran, dan penglihatanNya.
Mampu mengembalikan kepemimpinan mendunia secara global
kepangkuannya, baik peta politik maupun ekonomi, serta dapat menyelamatkan
bangsa-bangsa yang alienasi dan kehancuran. Oleh karena itu, bagi ahli tasawuf
tidak mempunyai tujuan lain dalam ber-taqarrrub kepada Allah SWT kecuali
dengan tujuan untuk mencapai “ma`rifat billah” yakni mengenal Allah dengan
sebenar-benarNya dan tersingkapnya dinding (hijab) yang membatasi diri
dengan Allah SWT. Bagi sufi dalam mendekatkan diri kepada Allah selalu
dilandasi semangat beribadah dengan tujuan untuk mencapai kesempurnaan
hidup dan ma`rifatullah. Dengan ma`rifatullah akan melahirkan rasa malu
berbuat maksiat karena Allah, cinta kepada Allah karena mengharap ridhaNya,
dan rindu (sabilurruja`) kepadaNya.4
Dunia ini telah banyak menarik hasrat, nafsu, dan khayalan manusia,
sehingga mereka lupa dan lalai dari tujuannya. Allah berfirman dalam QS.
Yunus [10]: 7-8.
Artinya “Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan
dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tentram
dengan kehidupan iru dan orang-orang yeng mereka itu lalai dari ayat-ayat kami.
Mereka itu tempatnya nerka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan”
Orang-orang yang tidak berharap berjumpa dengan Tuhannya, pada
hakikatnya mengingkari hari akhir, karena mereka menganggap kematian
merupakan akhir dari segalanya. Mereka yang tidak meyakini adanya kehidupan
akhirat dan beranggapan tiada kehidupan setelah kematian sehingga mereka
4
Badrudin, Akhlak Tasawuf , (Serang: IAIB Press,2015), hlm 61
merasa tenang dan tentram dengan kehidupan yang sekarang. Mereka yang
menganggap bahwa kesenangan dan kebahagiaan yang saat ini mereka rasakan
merupakan kesenangan dan kebahagiaan yang sesungguhnya. Tentunya yang
demikian itu karena semua anggapan yang keliru itu. Mereka pun tidak tertaik
untuk memikirkan ayat-ayat Tuhuannya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tujuan tasawuf adalah
mendekatkan diri sedekat mungkin dengan Tuhan sehingga ia dapat melihatNya
dengan mata hati bahkan ruhnya dapat bersatu dengan ruh Tuhan. Filosofi yang
menjadi dasar pendekatan diri itu adalah pertama, Tuhan bersifat ruhani, maka
bagian yang dapat mendekatkan diri dengan Tuhan adalah ruh, bukan jasadnya.
Kedua, Tuhanadalah Maha suci, maka yang dapat diterima Tuhan untuk
mendekatiNya adalah ruh yang suci pula. Tasawuf adalah ilmu yang membahas
masalah pendekatan diri manusia kepada Tuhan melalui penyucian ruhnya.5
7
M.Hasyim Syamhudi,Akhlak Tasawuf, (Malang: Madani Media,2015) , hlm 12-17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak adalah Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan
mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
Sedangkan Tasawuf adalah suatu kehidupan rohani yang merupakan fitrah manusia
dengan tujuan untuk mencapai hakikat yang tinggi, berada dekat atau sedekat
mungkin dengan Allah dengan jalan menyucikan jiwanya, dengan melepaskan
jiwanya dari noda-noda sifat dan perbuatan tercela.
Tujuan dari akhlak tasawuf adalah membersihkan jiwa, dengan mendekatkan
diri kepada Allah SWT (Ma`rifatullah) dengan selalu semangat dalam beribadah
berharap Allah memberikan ridha-Nya kepada kita. Jiwa yang suci akan
mendatangkan ketenangan dan kedamaian bagi setiap indivudi ataupun lingkungan
sekitar.
Kemudian manfaat dari tasawuf itu sangatlah luas, seperti Manfaat Akademis,
Kerohanian (spritual), individu, Rumah Tangga, Sosial, Beragama, Bernegara dan
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA