Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AKHLAK TASAWUF

Tujuan dan Manfaat Mempelajari Akhlak Tasawuf

Kelompok 13:

Hendri Saputra : 3619070

Wina S.F Sitorus : 3619119

Dosen Pembimbing:

Dr. Rahmi, M.A

JURUSAN MANAJEMEN HAJI DAN UMROH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita ucapkan atas kehairat Allah SWT, yang telah
memberikan taufik dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat beserta salam marilah kita kirimkan
kepada Nabi Muhammad SAW, yang mana beliau telah membawa umatnya dari
zaman kebodohan kepada zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti
yang kita rasakan saat ini.
Dalam penulisan makaalah ini, penulis menyadari bahwa didalamnya masih
belum terlepas dari kekurangan dan kesalahan, baik dari segi penulisan maupun
isi. Untuk itu, penulis sangat menghargai krtik dan saran dari pembaca untuk
lebih sempurnanya makalah ini. Atas kritik dan saran yang disampaikan, penulis
ucapkan terimakasih.
Selanjutnya kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut
membantu dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Bukittinggi, 17 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................
Daftar Isi.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang....................................................................................
B.Rumusan Masalah................................................................................
C.Tujuan Penulisan.................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian Akhlak dan Tasawuf..........................................................
B.Hubungan akhlak dan tasawuf.............................................................
C.Ruang lingkup akhlak dan tasawuf......................................................
D.Tujuan mempelajari akhlak tasawuf....................................................
E.Manfaat mempelajari akhlak dan tasawuf...........................................
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan..........................................................................................
B.Saran ...................................................................................................
Daftar Pustaka................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Secara historis akhlak tasawwuf adalah pemandu perjalanan hidup umat
manusia agar selamat dunia dan akhirat, itu di karenakan Akhlak Tasawuf
merupakan salah satu khazanah intelektual Muslim yang kehadirannya hingga
saat ini semakin dirasakan. Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan
Muhammad saw. adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, dan
sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu
antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima.
Melihat betapa pentingnya akhlak tasawuf dalam kehidupan ini tidaklah
menghe-rankan jika akhlak tasawuf ditentukan sebagai mata kuliah yang wajib
diikuti oleh kita semua. Sebagai upaya untuk menanggulangi kemerosotan
moral yang tengah dialami bangsa ini.
Untuk mengungkap segala permasalahan yang terkait dengan Akhlak
Tasawuf, kami akan mencoba menguraikannya dalam makalah singkat yang
berjudul “Tujuan dan manfaat Mempelajari Akhlak Tasawuf”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka timbul beberapa pertanyaan yang
kami jadikan sebagai rumusan makakalah ini
1. Apa yang dimaksud dengan akhlak dan tasawwuf itu ?
2. Apa tujuan mempelajari akhlak dan tasawwuf ?
3. Apa manfaat mempelajari akhlak dan tasawwuf ?
C. TUJUAN PENULISAN
Untuk menjelaskan perumusan masalah tersebut, kami jadikan itu sebagai
tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk memahami pengertian akhlak dan taswwuf.
2. Untuk mengetahui tujuan mempelajari akhlak dan tasawwuf.
3. Untuk mengetahui mamfaat mempelajari akhlak dan tasawwuf.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak dan Tasawwuf
1. Pengertian Akhlak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai
budi pekerti atau kelakuan. Sedangkan menurut istilah, para pakar dalam
bidang ini mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:
a. Ibnu Miskawaih
‫س يداوعييةة لييهاَ اوللىٰ ايكفيعاَلويهاَ ومكن يغكيور فوككةر يويل ررووييةة‬
‫يحاَةل وللِننكف و‬
Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
b. Imam Al-Gazali
‫صردرر اكلكفيعاَرل بورسهركولةة يويركسور ومكن يغكيوريحاَيجةة اوللىٰ فوككةر‬ ‫وعيباَيرةةيعكن هيكيئيةة وفىٰ الننكف و‬
‫س يراوسيخةة يعكنيهاَ تي ك‬
‫يورركؤييةة‬
Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam
perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.1
2. Pengertian Tasawwuf
Secara bahasa, tasawuf berarti saf (baris), sufi (suci), sophos (Yunani:
hikmah), suf (kain wol), sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri,
beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan bersikap
bijaksana. Sedangkan menurut istilah, ahli tasawuf Harun Nasution mengartikan
tasawuf sebagai “tasawuf itu merupakan suatu ilmu pengetahuan dan sebagai
ilmu pengetahuan, tashawwuf atau sufisme mempelajari cara dan jalan
bagaimana seorang islam bisa sedekat mungkin dengan tuhan”.2
Jadi dapat disimpulkan bahwa tasawuf adalah suatu kehidupan rohani yang
merupakan fitrah manusia dengan tujuan untuk mencapai hakikat yang tinggi,
berada dekat atau sedekat mungkin dengan Allah dengan jalan menyucikan
jiwanya, dengan melepaskan jiwanya dari noda-noda sifat dan perbuatan tercela.
B. Tujuan Mempelajari Akhlak dan Tasawwuf
1. Tujuan Mempelajari Akhlak

1
Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia,1997), hlm 13
2
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1996), hlm 181
Tujuan akhlak adalah menggapai suatu kebahagiaan hidup umat manusia
baik di dunia dan di akhirat. Dikarekan itulah kita sebagai manusia untuk hidup
saling membantu baik dari pekerjaan, kebutuhan atau lainnya.
Tujuan mempelajari akhlak diantaranya adalah menghindari pemisahan
antara akhlak dan ibadah. Atau bila kita memakai istilah: menghindari
pemisahan agama dengan dunia (sekulerisme). Kita sering mendengar celotehan,
“Agama adalah urusan akhirat sedang masalah dunia adalah urusan masing-
masing”. Atau ungkapan, “Agama adalah urusan masjid, di luar itu terserah
semau gue”. Maka jangan heran terhadap seseorang yang beribadah, kemudian
di lain waktu akhlaknya tidak benar. Ini merupakan kesalahan fatal. Kita pun
sering menjumpai orang-orang yang amanah dan jujur, tetapi mereka tidak
shalat. Ini juga keliru.
Selanjutnya Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlaq itu,
ialah untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah
sehingga hati menjadi suci bersih, bagaikan cermin yang dapat menerima Nur
cahaya Tuhan.
Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahwa Ilmu Akhlak
bertujuan untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam
mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Terhadap perbuatan yang baik
ia beruasaha melakukannya, dan terhadap yang buruk ia berusaha untuk
menghindarinya.
2. Tujuan Mempelajari Tasawwuf
Apapun yang di ajarkan oleh tasawuf adalah tidak lain bagaimana
menyembah Allah dalam suatu kesadaran mental penuh bahwa kita berada di
dekat-Nya sehingga kita merasa “melihat” –Nya. Dalam hubungan ini, Harun
Nasution mengatakan bahwa tasawuf atau sufisme sebagaimana halnya dengan
mistisme di luar agam islam, mempunyai tujuan memperoleh hubungan
langsung dan disadari dengan tuhan sehingga disadari benar bahwa seseorang
berada di hadirat (hadapan) Tuhan.3
Esensi tasawuf bermuara pada hidup zuhud (tidak mementingkan
kemewahan duniawi). Tujuan hal ini dalam rangka dapat berhubungan langsung
3
Syamsudin Ni`am, Tasawuf Studies, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media,2014), hlm 79
dengan Tuhan, dengan perasaan benar-benar berada di hadirat Tuhan. Para sufi
menganggap ibadah yang diselenggarakan dengan cara formal (mahdhoh) belum
merasa cukup karena belum memenuhi kebutuhan spritual kaum sufi.
Dalam pandangan Sayyid Nur bin Sayyid Ali bahwasanya sufisme diadakan
dengan tujuan sebagai berikut:
a) Berupaya menyelamatkan diri dari akidah-akidah syirik dan batil.
b) Melepaskan dri dari (takhalli) dari penyakit-penyakit kalbu.
c) Mengisi diri (tahalli) dengan akhlak islam yang mulia.
d) Menggapai akidah persahabtan ketuhanan (shuhbah ilahiyyah), dengan
maksud Allah SWT melihat hamba-hambaNya dengan meliputi mereka dari
segala arah ilmu, kekuasaan, pendengaran, dan penglihatanNya.
Mampu mengembalikan kepemimpinan mendunia secara global
kepangkuannya, baik peta politik maupun ekonomi, serta dapat menyelamatkan
bangsa-bangsa yang alienasi dan kehancuran. Oleh karena itu, bagi ahli tasawuf
tidak mempunyai tujuan lain dalam ber-taqarrrub kepada Allah SWT kecuali
dengan tujuan untuk mencapai “ma`rifat billah” yakni mengenal Allah dengan
sebenar-benarNya dan tersingkapnya dinding (hijab) yang membatasi diri
dengan Allah SWT. Bagi sufi dalam mendekatkan diri kepada Allah selalu
dilandasi semangat beribadah dengan tujuan untuk mencapai kesempurnaan
hidup dan ma`rifatullah. Dengan ma`rifatullah akan melahirkan rasa malu
berbuat maksiat karena Allah, cinta kepada Allah karena mengharap ridhaNya,
dan rindu (sabilurruja`) kepadaNya.4
Dunia ini telah banyak menarik hasrat, nafsu, dan khayalan manusia,
sehingga mereka lupa dan lalai dari tujuannya. Allah berfirman dalam QS.
Yunus [10]: 7-8.
Artinya “Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan
dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tentram
dengan kehidupan iru dan orang-orang yeng mereka itu lalai dari ayat-ayat kami.
Mereka itu tempatnya nerka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan”
Orang-orang yang tidak berharap berjumpa dengan Tuhannya, pada
hakikatnya mengingkari hari akhir, karena mereka menganggap kematian
merupakan akhir dari segalanya. Mereka yang tidak meyakini adanya kehidupan
akhirat dan beranggapan tiada kehidupan setelah kematian sehingga mereka

4
Badrudin, Akhlak Tasawuf , (Serang: IAIB Press,2015), hlm 61
merasa tenang dan tentram dengan kehidupan yang sekarang. Mereka yang
menganggap bahwa kesenangan dan kebahagiaan yang saat ini mereka rasakan
merupakan kesenangan dan kebahagiaan yang sesungguhnya. Tentunya yang
demikian itu karena semua anggapan yang keliru itu. Mereka pun tidak tertaik
untuk memikirkan ayat-ayat Tuhuannya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tujuan tasawuf adalah
mendekatkan diri sedekat mungkin dengan Tuhan sehingga ia dapat melihatNya
dengan mata hati bahkan ruhnya dapat bersatu dengan ruh Tuhan. Filosofi yang
menjadi dasar pendekatan diri itu adalah pertama, Tuhan bersifat ruhani, maka
bagian yang dapat mendekatkan diri dengan Tuhan adalah ruh, bukan jasadnya.
Kedua, Tuhanadalah Maha suci, maka yang dapat diterima Tuhan untuk
mendekatiNya adalah ruh yang suci pula. Tasawuf adalah ilmu yang membahas
masalah pendekatan diri manusia kepada Tuhan melalui penyucian ruhnya.5

C. Manfaat Mempelajari Akhlak dan Tasawwuf


1. Manfaat Mempelajari Akhlak
Berkenaan dengan manfaat mempelajari Ilmu Akhlak ini, Ahmad Amin
mengatakan “Tujuan mempelajari Ilmu Akhlak dan permasalahannya
menyebabkan kita dapat menetapkan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang
baik dan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang buruk. Bersikap adil
termasuk baik, sedangkan berbuat zalim termasuk perbuatan buruk, membayar
hutang kepada pemiliknya termasuk perbuatan baik, sedangkan mengingkari
hutang termasuk perbuatan buruk”.6
Seseorang yang mempelajari ilmu ini akan memiliki pengetahuan tentang
kriteria perbuatan baik dan buruk, dan selanjutnya ia akan banyak mengetahui
perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk.
Ilmua akhlak atau akhlak yang mulia juga berguna dalam mengarahkan dan
mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia disegala bidang. Seseorang
yang memiliki IPTEK yang maju disertai akhlak yang mulia, niscaya ilmu
pengetahuaan yang Ia miliki itu akan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk
kebaikan hidup manusia. Sebaliknya, orang yang memiliki ilmu pengetahuan
5
Syamsudin Ni`am,Tasawuf Studies, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media,2014), hlm 80
6
Ahmad Amin, Kitab al-Akhlaq, (Mesir:Daral Kutubal Mishriyah), hlm 33
dan teknologi modern, memiliki pangkat, harta, kekuasaan, namun tidak disertai
dengan akhlak yang mulia, maka semuanya itu akan disalah gunakan yang
akibatnya akan menimbulkan bencana dimuka bumi.
Demikian juga dengan mengetahui akhlak yang buruk serta bahaya-bahaya
yang akan ditimbulkan darinya, menyebabkan orang enggan untuk
melakukannya dan berusaha menjauhinya. Orang yang demikian pada akhirnya
akan terhindar dari berbagai perbuatan yang dapat membahyakan dirinya.
Akhlak juga merupakan mutiara hidup yang membedakan manusia dengan
makhluk lainnya. Setiap orang tidak lagi peduli soal baik atau buruk, soal halal
dan haram. Karena yang berperan dan berfungsi pada diri masing-masing
manusia adalah elemen syahwat (nafsu) nya yang telah dapat mengalahkan
elemen akal pikiran, oleh karena itu Imam Al-Ghazali dalam kitabnya
“Mukasyafatul Qulub” menyebutkan bahwa Allah menciptakan manusia (anak
Adam) lengkap dengan elemen akal dan syahwat (nafsu). Maka barang siapa
yang nafsunya mengalahkan akalnya, hewan melata lebih baik dari pada
manusia itu. Sebaliknya bila manusia dengan akalnya dapat mengalahkan
nafsunya, maka dia derajatnya di atas malaikat.
2. Manfaat Mempelajari Tasawwuf
Faedah tasawwuf ialah membersihkan hati agar sampai kepada ma’rifat
akan terhadap Allah Ta’ala sebagai ma’rifat yang sempurna untuk keselamatan
di akhirat dan mendapat keridhaan Allah Ta’ala dan mendapatkan kebahagiaan
abadi.
Sebagai sebuah disiplin ilmu, akhlak-tasawuf tidak saja bermanfaat kepada
keselamatan dan kebahagiannya di akhirat, tapi juga bermanfaat secara
horizontal maupun vertikal dalam kehidupan dunia sebagai mazra`atul al-
akhirat atau tempat berinvestasi untuk kehidupan di akhirat kelak. Artinya,
dengan akhlak tasawuf, maka pengalamnnya dipastikan akan mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat kelak. Secra vertikal, akhlak
tasawuf dapat menyejukkan kehidupan pengamalnya di dunia, karena
dimanapun dan kapanpun seseorang berada, akan merasa selalu bersama Allah
SWT, sehingga tidak ada yang perlu ditakuti, apalagi dibayang-banyangi oleh
berbagai halusinasi dan ilusi yang berkepanjangan. Sedang secara horizontal,
akhlak tasawuf dapat memperkokoh silaturahmi dan saling menghormati
terhadap bebagai perbedaan dalam sebuah konstruksi kehidupan yang harmonis,
serta meratanya keadilan dan keseimbangan, dalam kaitannya dengan
lingkunagan alam semesta.
Secara lebih luas, berbagai manfaat (benefits) dalam mempelajari dan
mengamalkan akhlak tasawuf adalah:
a) Manfaat Akademis (Akademics Benefits)
Seperti kita ketahui bersama, perkembangan ilmu pengetahuan sejak
diterimanya pemikiran positivisme Auguste Comte (1798-1857) yang
dikenal dengan tiga tingkatan intelektualnya, yaitu tahap teologis,
metafisik dan, sekarang tahap positivisme menyadarkan kebenaran kepada
ilmu atau sains dengan memusatkan penelitian kepada alam fisik dan
dunia sosial guna mengetahui hukum-hukum yang mengaturnya.
Kemudian dilanjutkan oleh Rane Descartes yang mengatakan cogito ergo
sum atau i think therefore i am, maka berbagai teori dan nalar yang
dianggap ilmiah, berhenti sampai ditingkat horizontal tsanpa
memperludulikan adanya konsep sunnatullah, dima segalnya berjalan atas
kehendak dan ketentuan Allah SWT, seperti yang difirmankan-Nya dalam
surat Al-isra` ayat 77. “(Yang demikian itu) merupakan ketetapan bagi
para rasul yang kami utus sebelum engkau, dan tidak akan engkau dapati
perubahan atas ketetapan Kami”.
Mempelajari dan mengamalkan akhlak tasawuf akan bermanfaat bagi
ketersambungan perkembangan sains dan teknologi kepada sunnatu Allah,
sehingga para alim, ilmuan dan para pakar akan menyandarkan berbagai
temuannya kepada sang pemilik, yaitu Allah SWT.
b) Manfaat Kerohanian (sprituality benefits)
Perkembangan sains dan teknologi yang diakui telah banayak
memberikan kenyamanan dalam hidup dan kehidupan, ternyata banyak
dirasakan adanya kegersangan spritual, yang pada akhirnya melahirkan
berbagai kebingungan dan tindak kekerasan serta penyimpangan perilkau
dalam kehidupan. Tak terkecuali ilmu agama yang semestinya dapat
melahirkan kesejukan spritual, gagal karena berbagai teori dan konsep
keagamaan yang ada hanya dipahami secara formalistik, tidak
ketersambungan dengan nalar institusi imani yang mengagungkan
kebesaran Allah SWT. Melalui dzikir, tasbih dan lain sebagainya. Menurut
Kuntowijoyo, manusia modern ibarat cermin yang retak, artinya tidak ada
kata yang tepat untuk menggambarkan manusia dalam zaman sekarang ini.
Kegersangan spritual dalam kehidupan tergambar dari semakin banyaknya
tindak kekerasan dalam kehidupan, seperti pemerasan, pemerkosaan,
perampasan, penindasan, teror, korupsi dan lain sebagainya yang secara
keseluruhan menjadikan kehidupan tidak ramah, keras, dan terjungkal
baliknya sistem nilai. Yang benar jadi salah dan sebaliknya yang salah jadi
benar.
Mempelajari dan mengamalkan akhlak tasawuf dipastikan akan dapat
bermanfaat kembalinya spritualitas yang hilang selama ini hilang.
Kembalinya spritualitas yang hilang akan menkondisikan sebuah
kehidupan yang damai, tentram serta menyejukkan kehidupan.

c) Manfaat perseorangan (individuality bunefits)


Mempelajari dan mengamalkan akhlak tasawuf akan bermanfaat bagi
seseorang sebagai individu untuk lebih banyak lagi membantu dan
menolong sesama sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Semuanya
dalam rangka terkondisinya kesejukan dan ketentraman, di tengah-tengah
kehidupan keluarga, dan masyarakat dan negara.
d) Manfaat Rumah Tangga (households benefits)
Akhlak tasawuf akan bermanfaat bagi keberadaan sebuah rumah
tangga, karena semua anggota rumah tangga, ayah, ibu, anak-anak serta
pemabantu akan berjalan di atas fungsi, tugas dan kewajiban masing-
masingseperti yang diatur oleh dinu al-islam.
e) Manfaat Kemasyarakatan (socials benefits)
Masyarakat yang mempelajari dan mengamalkan tasawuf dipastikan
akan dapat bermanfaat dalam memberikan warna terhadap setiap anggota
masyarakatnya, khususnya dalam mengkondisikan kesejukan dan
ketentraman dalam kehidupan sehari-hari.
f) Manfaat Beragama (benefits of religius)
Dalam kehidupan sehari-hari, ditemukan adanya kecenderungan
seseorang yang secara tekun mengamalkan konsep dan ajaran agama
seperi shalat misalnya, namun pengamalannya, justru tidak mampu
merasakan sebuah pengalaman agama yang diinginkan, maka shalat yang
dikerjakan tidak membuahkan kesejukan dan ketentraman dalam
kehidupannya. Demikian konsep dan ajaran agama yang lain seperti haji,
puasa, zakat, dan lain sebaginya. Mereka yang mempelajari dan
mengmalkan akhlak tasawuf akan dapat bermanfaat bagi setiap
pelaksanaan kosnep dan ajaran agama, menjadi lebih berkualitas dengan
mendapatkan kesejukan dan kedamaian sebagai religius experience atau
pengalamn agama yang dicapainya.
g) Manfaat Bagi Negara (benefits for state)
Akhlak tasawuf sangat bermanfaat bagi setiap pembuat aturan
(legistatif), pelaksana aturan (eksekutif), dan penentu keadilan (yudikatif),
untuk tetap berada dalam koridor aturan yang tesambung dengan konsep
dasar keislaman, al-qur`an dan al-hadits. Semuanya dalam rangka
mengkondisikan kedamaian, ketentraman serta kesejahteraan masyarakat.7

7
M.Hasyim Syamhudi,Akhlak Tasawuf, (Malang: Madani Media,2015) , hlm 12-17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akhlak adalah Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan
mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
Sedangkan Tasawuf adalah suatu kehidupan rohani yang merupakan fitrah manusia
dengan tujuan untuk mencapai hakikat yang tinggi, berada dekat atau sedekat
mungkin dengan Allah dengan jalan menyucikan jiwanya, dengan melepaskan
jiwanya dari noda-noda sifat dan perbuatan tercela.
Tujuan dari akhlak tasawuf adalah membersihkan jiwa, dengan mendekatkan
diri kepada Allah SWT (Ma`rifatullah) dengan selalu semangat dalam beribadah
berharap Allah memberikan ridha-Nya kepada kita. Jiwa yang suci akan
mendatangkan ketenangan dan kedamaian bagi setiap indivudi ataupun lingkungan
sekitar.
Kemudian manfaat dari tasawuf itu sangatlah luas, seperti Manfaat Akademis,
Kerohanian (spritual), individu, Rumah Tangga, Sosial, Beragama, Bernegara dan
lainnya.

B. Kritik dan Saran


Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan penulisan makalah dimasa yang akan datang

DAFTAR PUSTAKA

Mustofa, Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia,1997


Nata,Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada,1996
Ni`am, Syamsudin, Tasawuf Studies, Yogyakarta: Ar-ruzz Media,2014
Qs.Yunus [10]: 7-8.
Amin,Ahmad, Kitab al-Akhlaq, Mesir:Daral Kutubal Mishriyah
Syamhudi,M.Hasyim, Akhlak Tasawuf, Malang: Madani Media,2015

Anda mungkin juga menyukai