Anda di halaman 1dari 87

LITERATURE REVIEW

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


DEMAM THYPOID

Proposal

Karya Tulis Ilmiah guna memenuhi sebagian syarat

untuk memperoleh predikat Ahli Madya Keperawatan

Oleh:

SOFFIA MAGHFIROH

NIM. P07120118114

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
PROGRAM DIPLOMA TIGA
2021
LITERATURE REVIEW
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
DEMAM THYPOID

Proposal Karya Tulis Ilmiah guna memenuhi sebagian syarat memperoleh


predikat Ahli Madya Keperawatan

Oleh:

SOFFIA MAGHFIROH

NIM. P07120118114

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
PROGRAM DIPLOMA TIGA
2021

i
@ 2021
Hak Cipta ada pada penulis

ii
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
Jalan Haji Mistar Cokrokusumo No. 1A Banjarbaru 70714
Telp. (0511) 4773267 - 4780516 - 4781619 Fax (0511) 4772288
e-mail : poltekkes_banjarmasin@yahoo.co.id, kepeg_poltekesbjm@yahoo.co.id
Jurusan Kesehatan Lingkungan (0511) 4781131 ; Keperawatan (0511) 4772517 ; Kebidanan (0511) 3268018 ;
Gizi (0511) 4368621 : Kesehatan Gigi (0511) 4772721 ; Analis Kesehatan (0511) 4772718

LEMBAR PENGESAHAN KTI

Karya Tulis Ilmiah berjudul “Literature Review Asuhan Keperawatan

Pada Anak Dengan Demam Thypoid” oleh Soffia Maghfiroh NIM

P07120118114 telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Karya

Tulis Ilmiah Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Program Studi Diploma III

Jurusan Keperawatan.

Banjarbaru, Mei 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Hj. Evi Risa Mariana, S.Pd,M.Pd Evy Marlinda, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.An
NIP. 197112251994032002 NIP.197709122002122002

iii
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
Jalan Haji Mistar Cokrokusumo No. 1A Banjarbaru 70714
Telp. (0511) 4773267 - 4780516 - 4781619 Fax (0511) 4772288
e-mail : poltekkes_banjarmasin@yahoo.co.id, kepeg_poltekesbjm@yahoo.co.id
Jurusan Kesehatan Lingkungan (0511) 4781131 ; Keperawatan (0511) 4772517 ; Kebidanan (0511) 3268018 ;
Gizi (0511) 4368621 : Kesehatan Gigi (0511) 4772721 ; Analis Kesehatan (0511) 4772718

LEMBAR PENGESAHAN KTI

Proposal Karya Tulis Ilmiah berjudul “Literature Review Asuhan Keperawatan


Pada Anak Dengan Demam Thypoid” oleh Soffia Maghfiroh, NIM.
P07120118114 telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Keperawatan dalam rangka
memperoleh predikat Ahli Madya Keperawatan.

Banjarbaru, Mei 2021


Pembimbing I Pembimbing II

Hj. Evi Risa Mariana, S.Pd,M.Pd Evy Marlinda, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.An
NIP. 197112251994032002 NIP. 197709122002122002

Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Banjarmasin

Agus Rachmadi, A. Kep, S. Pd,M.Si, Med


NIP. 196808101990031004

Susunan Tim Penguji Prposal


1. Hj. Evi Risa Mariana, S.Pd.M.Pd (………………..)
2. Evy Marlinda, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.An (………………..)
3. Hj. Ainun Sajidah, S.Kep, Ns, M.Biomed (………………..)

iv
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
Jalan Haji Mistar Cokrokusumo No. 1A Banjarbaru 70714
Telp. (0511) 4773267 - 4780516 - 4781619 Fax (0511) 4772288
e-mail : poltekkes_banjarmasin@yahoo.co.id, kepeg_poltekesbjm@yahoo.co.id
Jurusan Kesehatan Lingkungan (0511) 4781131 ; Keperawatan (0511) 4772517 ; Kebidanan (0511) 3268018 ;
Gizi (0511) 4368621 : Kesehatan Gigi (0511) 4772721 ; Analis Kesehatan (0511) 4772718

PERNYATAAN SIAP MENJALANI UJIAN

Mahasiswi yang tersebut di bawah ini:

Nama : Soffia Maghfiroh

NIM : P07120118114

Judul Skripsi : Literature Review Asuhan Keperawatan Pada Anak


Dengan Demam Thypoid

Dinyatakan siap untuk mengikuti ujian seminar Proposal. Demikian surat


pernyataan ini agar dapat dipergunakan seperlunya.

Banjarbaru, Mei 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Hj. Evi Risa Mariana, S.Pd,M.Pd Evy Marlinda, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.An
NIP. 197112251994032002 NIP. 197709122002122002

v
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
Jalan Haji Mistar Cokrokusumo No. 1A Banjarbaru 70714
Telp. (0511) 4773267 - 4780516 - 4781619 Fax (0511) 4772288
e-mail : poltekkes_banjarmasin@yahoo.co.id, kepeg_poltekesbjm@yahoo.co.id
Jurusan Kesehatan Lingkungan (0511) 4781131 ; Keperawatan (0511) 4772517 ; Kebidanan (0511) 3268018 ;
Gizi (0511) 4368621 : Kesehatan Gigi (0511) 4772721 ; Analis Kesehatan (0511) 4772718

SURAT PERNYATAAN ORSINALITAS


Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Soffia Maghfiroh

NIM : P07120118114

Angkatan : 2018

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan


proposal/ literatur reviewsaya yang berjudul :
“Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Demam Thypoid”
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Banjarbaru, Mei 2021

Soffia Maghfiroh

vi
RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Soffia Maghfiroh


Nama Panggilan : Sof, Sofi
TTL : Banjarbaru, 14 September 1999
NIM : P07120118114
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Komplek Beringin Gg. Durian No.11 Banjarbaru
NO.HP/WA : 0853-4995-9945
EMAIL : soffiamaghfiroh14@gmail.com
Nama Orang Tua
Ayah : Edi Sujono
Ibu : Adinda Sulastri
Pekerjaan Orang Tua
Ayah : Swasta
Ibu : Ibu Rumah Tangga
Riwayat Pendidikan :
1. TK Nusa Indah ( 2004-2006)
2. SDN Sungai Besar 2 (2006-2012)
3. SMPN 6 Banjarbaru (2012-2015)
4. SMK Darussalam Martapura (2015-2018)
5. Politeknik Kesehatan Banjarmasin Program Studi D3 Keperawatan (2018-
Sekarang)
Organisasi/Kegiatan
1. SD : Karate, Pramuka, Paduan Suara
2. SMP : Paskibra, Paduan Suara
3. SMA :-
4. Kuliah : Himpunan Mahasiswa Jurusan
5. Ekternal :-

vii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, ridho dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Literature review
dengan baik. Literature review dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Anak
Dengan Demam Thypoid” dibuat sebagai salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan Diploma III Jurusan Keperawatan di Politeknik
Kesehatan Banjarmasin.
Keterbatasan kemampuan penulisan dan kesulitan dalam pencarian literatur
membuat penulis tidak sedikit mengalami hambatan, namun berkat dari bantuan
dan motivasi dari berbagai pihak sehingga proposal ini dapat selesai dengan tepat
waktu. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Mahpolah, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Banjarmasin.
2. Bapak Agus Rachmadi, S.Pd.,A.Kep.,M.Si,Med selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin.
3. Ibu Zainab, S.Si.T,M.Kesselaku Ketua Program Studi Diploma III Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Banjarmasin.
4. Ibu Hj. Evi Risa Mariana, S.Pd.M.Pd selaku pembimbing I yang sangat
berperan dalam menyelesaikan penyusunan Literature review ini.
5. Ibu Evy Marlinda, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.An selaku pembimbing II
yang sangat berperan dalam menyelesaikan penyusunan Literature review
ini.
6. Ibu Hj. Ainun Sajidah, S.Kep, Ns, M.Biomed selaku penguji III yang juga
membantu dalam penyusunan Literature Review ini.
7. Dosen-dosen pengajar serta staf pendidikan Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Banjarmasin.
8. Semua keluarga saya yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun
material dan doa yang selalu dipanjatkan untuk kelancaran pembuatan
Literature review ini.

viii
9. Sahabat-sahabat saya Lucas, V, Ivana, Neda, Sherly dan Ainun yang selalu
memberikan semangat, tawa, ilmu, saling membantu, tempat berkeluh
kesah, dan support system luar biasa yang tidak bisa diucapkan dengan kata-
kata.
10. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2018 dan semua pihak yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu yang secara langsung maupun tidak langsung
dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran dalam penyusunan
Literature review ini.
Penulis menyadari bahwa pembuatan Literature review ini masih banyak
kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu peneliti berhadap kepada semua
pihak agar dapat menyampaikan kritik dan saran yang membangun untuk
menambah kesempuraan Literature review ini. Peneliti berharap semoga
penyusunan Literature review ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya.

Banjarbaru, Mei 2021

Penulis

ix
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
PROGRAM DIPLOMA TIGA
2021

ABSTRAK
Karya Tulis Ilmiah
SOFFIA MAGHFIROH
LITERATURE REVIEWASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DEMAM THYPOID
(Evi Risa Mariana1, Evy Marlinda2)
xvi + 69 halaman ; 11 tabel ; 2 gambar + 2 lampiran
Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang
disebabkan oleh salmonella thyphi. World Health Organization (WHO)
memperkirakan jumlah kasus demam thypoid di dunia mencapai 16-33 juta kasus
dengan 500-600 ribu kematian yang terjadi setiap tahunnya. Diagnosa
keperawatan yang muncul pada penderita demam thypoid adalah hipetermi dan
yang tidak segera ditangani maka dapat menimbulkan komplikasi lain seperti
kejang demam dan penurunan kesadaran. Penulisan ini ditujukan untuk
mengeksplorasi asuhan keperawatan pada anak demam thypoid dengan hipetermi
berdasarkan Literature Review.
Metode penelitian pada penulisan ini adalah menggunakan pendekatan
proses keperawatan berdasarkan hasil Literature Review. Dengan membandingkan
2 asuhan keperawatan dengan kriteria anak jenis kelamin perempuan / laki-laki,
usia 0-17 tahun, diagnosa medis thypus abdominalis.
Hasil yang diperoleh yakni tidak ada kesenjangan antara teori dan keadaan
klien pada tanda dan gejala thypoid pada anak dengan hipetermi.
Kesimpulan yang didapat yaitu pada kedua klien ditemukan persamaan
pada masalah utama yaitu hipetermi pada klien 1 dan 2. Hasil evaluasi yaitu pada
klien 1 pada hari ke-3 masalah teratasi, intervensi dihentikan sedangkan pada
klien 2 masalah belum teratasi pada hati ke-3 dan intervensi dilanjutkan.

Kata kunci : Asuhan Keperawatan, Demam Thypoid, Hipetermi.


Kepustakaan : (2011-2020)

x
MINISTRYOFHEALTH OFTHEREPUBLIC OFINDONESIA
BANJARMASIN HEALTH POLYTECHNIC
NURSINGSTUDYPROGRAM
DIPLOMATHREE
YEAR2021

ABSTRACT
Scientific Paper
SOFFIA MAGHFIROH
LITERATURE REVIEW OF NURSING CARE IN CHILDREN WITH
THYPOID FEVER
(Evi Risa Mariana1, Evy Marlinda2)
xvi + 69 pages ; 11 tables ; 2 pictures + 2 attachments
Typhoid fever is a systemic infectious disease caused by salmonella
thyphi. The World Health Organization (WHO) estimates that the number of
typhoid fever cases in the world reaches 16-33 million cases with 500-600
thousand deaths occurring each year. Nursing diagnoses that appear in people
with typhoid fever are hyperthermies and if they are not treated immediately, they
can cause other complications such as febrile seizures and decreased
consciousness. This paper is intended to explore nursing care in children with
typhoid fever with hyperthermia based on the Literature Review.
The research method in this writing is to use a nursing process approach
based on the results of the Literature Review. By comparing 2 nursing care with
the criteria for the child sex of girls / boys, aged 0-17 years, the medical diagnosis
of abdominal thypus.
The results obtained are that there is no gap between the theory and the
client's condition on the signs and symptoms of typhoid in children with
hyperthermia.
The conclusion is that the two clients found similarities in the main
problem, namely hyperthermies in clients 1 and 2. The results of the evaluation
were that in client 1 on the 3rd day the problem was resolved, the intervention was
stopped, while in client 2 the problem had not been resolved on the 3rd heart and
intervention next.

Keyword : Nursing care, typhoid fever, hyperthermia.


Bibliograph : (2011-2020)

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN HAK CIPTA..................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN SEBELUM UJIAN PROPOSAL.......................iii
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL KTI...................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN SIAP MENJALANI UJIAN PROPOSAL............v
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS...................................................vi
HALAMAN RIWAYAT HIDUP.......................................................................vii
KATA PENGANTAR........................................................................................viii
DAFTAR ISI.......................................................................................................x
DAFTAR TABEL...............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. LatarBelakang..................................................................................1
B. RumusanMasalah.............................................................................6
C. Tujuan Asuhan Keperawatan...........................................................6
D. Manfaat Asuhan Keperawatan.........................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................8
A. Konsep Dasar Penyakit..................................................................8
1. Pengertian..................................................................................8
2. Anatomi Fisiologi......................................................................9
3. Klasifikasi.................................................................................17
4. Etiologi......................................................................................18
5. Manisfestasi Klinis....................................................................18
6. Patofisiologi..............................................................................20
7. Pathway.....................................................................................23
8. Penatalaksanaan........................................................................24
9. Pemeriksaan Penunjang............................................................25
B. Konsep Asuhan Keperawatan .........................................................28

xii
1. Pengkajian Keperawatan...........................................................28
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul........................33
3. Intervensi dan Rasional Penelitian............................................34
BAB III METODE PENULISAN....................................................................46
1. Rancangan.................................................................................46
2. Subjek Asuhan Keperawatan....................................................46
3. Fokus Asuhan Keperawatan......................................................46
4. Definisi Operasional..................................................................46
5. Metode Pengumpualan Data.....................................................47
6. Analisis dan Penyajian Data Asuhan Keperawatan..................47
7. Etika Penelitian.........................................................................48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Gejala dan Tanda Thypoid.....................................................................20

Tabel 2.2 Imunisasi................................................................................................31

Table 2.3Intervensi Keperawatan..........................................................................35

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan.................................................9

Gambar 2.2 Pathway Demam Thypoid..................................................................23

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.....Kartu Konsultasi Pembimbing 1 dan Pembimbing 2

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Demam Thypoid merupakan keadaan seseorang dimana suhu

tubuhnya mengalami peningkatan diatas normal yaitu apabila diukur

melalui rectal >38, diukur melalui oral >37,8, dan apabila diukur melalui

aksila >37,2 (Cahyaningrum & Putri, 2017). Demam thypoid merupakan

suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh salmonella thyphi

yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang

peningkatan suhu lingkungan sekitar. Pada pasien demam thypoid dengan

masalah hipertermi jika tidak segera diatasi dapat berakibat fatal seperti

kejang demam, syok, dehidrasi, syok dan dapat terjadi kematian (Lusia,

2015). Anak merupakan kelompok yang rentan terhadap penularan bakteri

dan virus yang disebarkan melalui maknan atau dikenal dengan Food

Borne Disease. Sehingga munculny berbagai penyakit seperti demam

typhoid (Sari, 2016).

Menurut data dari World Health Organization (WHO)

memperkirakan jumlah kasus demam thypoid di dunia mencapai 16-33

juta kasus dengan 500-600 ribu kematian yang terjadi setiap tahunnya dan

70% dari kematian tersebut terjadi di Asia Tenggara (Wardiyah,

2016).Menurut data terbaru World Health Organization (WHO), di seluruh

1
2

dunia terdapat 11 hingga 21 juta kasus demam typhoid dengan angka

kematian sekitar 128 ribu hingga 161 ribu setiap tahunnya. Dari data

tersebut, Asia menempati urutan tertinggi kasus demam typhoid dengan

angka 13 juta kasus yang terjadi setiap tahun (WHO, 2019).

Thypoid menduduki peringkat ke-3 setelah penyakit diare, dengan

jumlah penderita total kasus thypus abdominalis mencapai 41.081

penderita yaitu 19,706 jenis kelamin laki-laki, 21.375 perempuan.

Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi nasional yaitu Nanggroe

aceh Darussalam (2,96%), Bengkulu (1,60%), Jawa barat (2,24%), NTB

(1,93%), NTT (2,33%), Kalimantan selatan (1,95%), Kalimantan timur

(1,80%), Sulawesi selatan (1,95%), Sulawesi tengah (1,65%),

Gorontalo(2,25%), Papua barat (2,39%), Papua (2,11%) (Riskesdas,2018).

Demam typoid merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan

oleh bakteri salmonella typhi. Faktor pencentus lainnya adalah lingkungan,

system imun yang rendah, feses, urin, makanan/minuman yang

terkontaminasi, dan formintus (Titik Lestari, 2016). Demam thypoid pada

anak biasanya lebih ringan dari pada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari,

yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika

melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama inkubasi mungkin

ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri

kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudia menyusul gejala klinis

yang biasa ditemukan yaitu, demam, gangguan pada saluran pencernaan,

gangguan kesadaran, dan relaps (Titik Lestari, 2016).


3

Kejadian demam thypoid 96% disebabkan Salmonella thyphi dan

4% sisanya disebabkan oleh Salmonella parathypi. Demam thypoid rentan

terjadi pada usia 3-19 tahun, kejadian demam thyphoid terjadi setelah usia

5 tahun . Keluhan utama yang ditemukan pada anak yaitu panas. Demam

pada anak dibutuhkan perlakuan dan penanganan tersendiri yang berbeda

dibanding dengan orang dewasa. Hal ini dikarenakan, apabila tindakan

dalam mengatasi demam tidak tepat dan lambat maka akan mengakibatkan

pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu. Demam dapat

membahayakan keselamatan anak jika tidak ditangani dengan cepat dan

tepat akan menimbulkan komplikasi lain seperti, hipertermia, kejang

demam dan penurunan kesadaran (Maharani, 2014).

Berdasarkan data uraian diatas penulis ingin melakukan literatur

review “asuhan keperawatan anak dengan demam thypoid’’.

B Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan anak pada pasien demam thypoid

berdasarkan literatur review ?

C Tujuan Asuhan Keperawatan

Mengeksplorasi asuhan keperawatan anak pada pasien demam thypoid

berdasarkan literatur review


4

D Manfaat Asuhan Keperawatan

1. Manfaat Teoritis

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dan

sumber informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan

khususnya tentang asuhan keperawatan anak dengan demam thypoid.

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan

dalam penanganan kejadian demam thypoid pada anak.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Manfaat hasil studi kasus ini dapat menambahkan pengetahuan,

wawasan mengenai asuhan keperawatan anak pada pasien demam

thypoid.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil studi kasus ini diharapkan menjadi referensi untuk

pembelajaran mengenai asuhan keperawatan anak dengan demam

thypoid.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai

referensi dan data dasar bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan


5

penelitian keperawatan anak khususnya mengenai asuhan keperawatan

anak pada pasien demam thypoid.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Demam typhoid atau typhus abdominalis adalah suatu penyakit

infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan

gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan

dan juga gangguan kesadaran (Price A. Sylvia & Lorraine M.

Wilson,2015).

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang

disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi

A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah typhoid dan juga paratyphoid

abdominalis. (Syaifullah Noer, 2015).

2. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

6
7

Sistem pencernaan /sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut

sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi

untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan

energi, menyerap zat-zat gizi kedalam aliran darah serta membuang

bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses

tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut,

tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar,

rektum dan anus. Sistem pencernaan dan juga meliputi organ-organ

yang terletak di luar saluran pencernaan yaitu: pankreas, hati dan

kandung empedu.

a. Mulut

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan

air pada manusia. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya

merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang

berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem

pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.

Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat

dipermukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari

manis, asam, asin dan juga pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf

olfaktorius di hidung dan juga lebih rumit, terdiri dari berbagai

macam bau.

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan

dikunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-


8

bagian kecilyang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah

akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan

enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga

mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang

memecah protein dan juga menyerang bakteri secara langsung.

Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara

otomatis.

b. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang

dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut kedalam

lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan

menggunakan proses peristaltik. Esofagus bertemu dengan faring

pada ruas ke-6 tulang belakang.

Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:

1.) Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka).

2.) Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus).

3.) Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

c. Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar dan juga berbentuk

seperti kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu: kardia,

fundus, antrum. Makanan masuk kedalam lambung dari

kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa

membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter


9

menghalangi masuknya kembali isi lambung kedalam

kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan,

yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan

dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung

menghasilkan 3 zat penting :

1). Lendir

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam

lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini,bisa

menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya

tukak lambung.

2). Asam klorida (HCl)

Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang

diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman

lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang

terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.

3). Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

d. Usus halus (usus kecil)

Usus halus /usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan

yang terletak diantara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya

akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap

kehati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang

melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-

pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan


10

sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan juga

lemak. Lapisan usus halus meliputi, lapisan mukosa (sebelah

kanan), lapisan otot melingkar (sirkuler), lapisan otot memanjang

(longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar). Usus halus terdiri

dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari duodenum), usus kosong

(jejenum) dan usus penyerapan (ileum). Villi usus halus terdiri

dari pipa berotot (>6cm), pencernaan secara kimiawi, penyerapan

makanan. Terbagi /usus 12 jari (duodenum), usus tengah

(jejenum), usus penyerapan (ileum).

1). Usus dua belas jari (duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus

halus yang terletak setelah lambung dan juga

menghubungkannya ke usus kosong (jejenum). Bagian usus

dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usushalus,

dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir diligamentum

treitz. Usus duabelas jari merupakan organ retroperitoneal,

yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.

pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat

sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara

saluran yaitu dari pancreas dan kantung empedu. Nama

duodenum berasal dari bahasa latin duodenumdigitorum,

yang berarti dua belas jari. Lambung melepaskan makanan

kedalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan


11

bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk kedalam

duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa

dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan

mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti

mengalirkan makanan.

2). Usus kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejenum (terkadang sering ditulis

yeyunum) adalah bagian dari usus halus, diantara usus dua

belas jari (duodenum) dan juga usus penyerapan (ileum).

Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-

8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong

dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan

mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa

membran mukus dan juga terdapat jonjot usus (vili), yang

memperluas permukaan dari usus. Secara histologi dapat

dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya

kelenjar brunner. Secara histologi pula dapat dibedakan

dengan usus penyerapan, yaitu sedikitnya sel goblet dan

plaque peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong

dan usus penyerapan secara makroskopis.

3). Usus penyerapan (ileum)

Usus penyerapan /ileum adalah bagian terakhir dari usus

halus. Pada sistem pencernaan manusia, ini memiliki


12

panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan

juga jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum

memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan

berfungsi menyerap vitamin B12 dan juga garam-garam

empedu

e. Usus besar (kolon)

Usus besar dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu

dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari

feses. Usus besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon

transversum, kolon desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan

dengan rectum). Banyaknya bakteri yang terdapat didalam usus

besar berfungsi mencerna makanan beberapa bahan dan juga

membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri didalam usus besar

juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.

Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa

penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada

bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang

bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air dan terjadilah

diare.

f. Usus buntu (sekum)

Usus buntu/sekum (Bahasa Latin : caecus, “buta”) dalam istilah

anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus

penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ


13

ini ditemukan pada mamalia, burung, dan juga beberapa jenis

reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar,

sedangkan karnivora ekslusif memiliki yang kecil, yang sebagian

atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

g. Umbai cacing (appendix)

Umbai cacing /apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.

Infeksi pada organ ini disebut apendisitis /radang umbai cacing.

Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan

membentuk nanah didalam rongga abdomen /peritonitis (infeksi

rongga abdomen). Dalam anatomi manusia, umbai cacing adalah

ujung buntu tabung yang menyambung dengan sekum. Umbai

cacing terbentuk dari sekum pada tahap embrio. Dalam orang

dewasa, umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa

bervariasi dari 2 sampai 20 cm. walaupun lokasi apendiks selalu

tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda-beda

diretrocaecal/dipinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di

peritoneum. Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna

dan organvestigial (sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa

apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik. Operasi

membuang umbai cacing dikenal sebagai appendiktomi.

h. Rektum dan Anus

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari usus besar

(setelah kolon sigmoid) dan berakhir dianus. Organ ini berfungsi


14

sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum

ini kosong karena tinja disimpan ditempat yang lebih tinggi, yaitu

pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan juga tinja

masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air

besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena

penumpukan material didalam rectum akan memicu sistem saraf

yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika

defekasi tidak terjadi, seringkali material akan dikembalikan ke

usus besar, dimana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika

defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan

pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih

tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan juga anak yang

lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang

penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung

saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh.

Sebagian besar anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan

juga sebagian lainnya dari usus. Pembukaan dan juga penutupan

anus diatur oleh otot spinter. Feses dibuang dari tubuh melalui

proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi

utama anus.

3. Klasifikasi

Menurut World Health Organization (WHO) 2003, ada 3 macam

klasifikasi demam tifoid dengan perbedaan gejala klinis:


15

a. Demam thypoid akut non komplikasi

Demam tifoid akut dikarakterisasi dengan adanya demam

berkepanjangan abnormal fungsi bowel (konstipasi pada pasien

dewasa, dan diare pada anak-anak), sakit kepala, malaise, dan

anoreksia. Bentuk bronkhitis biasa terjadi pada fase awal penyakit

selama periode demam, sampai 25% penyakit menunjukkan adanya

resespot pada dada, abdomen dan punggung.

b. Demam thypoid dengan komplikasi

Pada demam thypoid akut keadaan mungkin dapat berkembang

menjadi komplikasi parah. Bergantung pada kualitas pengobatan

dan keadaan kliniknya, hingga 10% pasien dapat mengalami

komplikasi, mulai dari melena, perforasi, susu dan peningkatan

ketidaknyamanan abdomen.

c. Keadaan karier

Keadaan karier thypoid terjadi pada 1-5% pasien, tergantung umur

pasien. Karier tifoid bersifat kronis dalam hal sekresi salmonella

typhi di feses.

4. Etiologi

Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri salmonella thypi.

Bakteri salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak

dengan rambut getar, tidak ber spora, dan mempunyai tiga macam

antigen yaitu antigen O (somatik yang terdiri atas zat kompleks

lipopolisakarida), antigen H (flagella), dan antigen VI. Dalam serum


16

penderita, terdapat zat (agglutinin) terhadap ketiga macam antigen

tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob

pada suhu 15-41ºC (optimum 37ºC) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor

pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang rendah, feses,

urine, makanan/minuman yang terkontaminasi, fomitus, dan lain

sebagainya (Titik Lestari, 2016).

5. Manifestasi Klinis

Menurut Titik Lestari (2016), gejala klinis demam thypoid pada anak

biasanya lebih ringan dari pada orang dewasa. Biasanya penyakit ini

masa tunasnya selama 10-20 hari. Masa tunas tersingkat dari penyakit

demam thypoid ini ialah 4 hari, jika infeksi terjadi melalui makanan.

Sedangkan masa tunas terlama berlangsung 30 hari, jika infeksi

melalui minuman. Selama masa inkubasi ditemukan gejala prodromal

(gejala awal) yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala,

pusing dan tidak bersemangat, yang kemudian disusul dengan gejala-

gejala klinis sebagai berikut seperti : Demam, gangguan pada saluran

pencernaan (mual, muntah, nyeri ulu hati, kembung), dan gangguan

kesadaran (keinginan untuk tidur).

6. Patofisiologi

Bakteri masuk bersama makanan atau minuman yang terkontaminasi

oleh Salmonella (biasanya >10.000 basil kuman), setelah berada

dalam usus halus dan akan masuk kejaringan limfoid usus halus dan

jaringan limfoid terjadi peradangan. Setelah menyebabkan peradangan


17

dan nekrosis kuman salmonella akan melewati pembuluh limfe dan

akan masuk kedarah menuju organ Retikulo Endotelial System (RES)

terutama hati dan limpa. Pada akhir masa inkubasi 5-7 hari kuman

salmonella kembali masuk kedarah menyebar keseluruh tubuh dan

sebagian kuman masuk ke organ tubuh utama limpa, kandung

empedu yang selanjutnya kuman tersebut dikeluarkan kembali dari

kandung empedu kerongga untuk menyebabkan infeksi usus.

Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit, zat plasma,

dan sel mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran

limfa (splenomegali). Di organ ini, kuman Salmonella Thypi

berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga

mengakibatkan bakterimia kedua yang disertai tanda dan gejala

infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut,

instabilitas vaskuler, dan gangguan mental koagulasi).

Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di

sekitar plak peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan

hyperplasia. Proses patologis ini dapat berlangsung hingga ke lapisan

otot, serosa basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat

mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik

kardiovaskuler, pernapasan, dan gangguan organ lainnya. Pada

minggu pertama timbulnya penyakit, terjadi hyperplasia plak peyeri.

Disusul kemudian, terjadi nekrosis pada minggu kedua dan ulserasi

plak peyeri pada minggu ketiga. Selanjutnya dalam minggu ke empat


18

akan terjadi proses penyembuhan ulkus dengan meninggalkan

sikatriks (jaringan parut).

Sedangkan penularan Salmonella Thypi dapat ditularkan melalui

berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers

(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.

(Titik Lestari, 2016).


19

7. Pathway
Kuman Salmonella typhi yang
masuk ke saluran pencernaan Dimusnahkan oleh Asam
Lolos dari asam lambung
lambung

Pembuluh limfe Bakteri masuk usus halus

Peredaran darah Masuk Retikuloendothelial


(Bakteremia primer) (RES) terutama hati dan limfe

Berkembang biak di hati dan Masuk ke aliran darah


limfe (Bakteremia sekunder)

Empedu Endotoksin

Rongga usus pada kel. Limfoid Terjadi kerusakan sel


halus

Merangsang melepas zat


epirogen oleh leukosit
Pembesaran hati Pembesaran limfe

Mempengaruhi pusat
Hepatomegali Splenomegali Thermoregulator
dihipotalamus

Lase plak peyer Penurunan Motilitas usus


Hipertermia

Erosi
Penurunan Peristaltik usus Resiko kekurangan Volume
cairan
Nyeri

Perdarahan masif Konstipasi Peningkatan asam lamabung

Komplikasi Perforasi Dan Anoreksia mual muntah


Lemah
perdarahan usus
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
Intoleransi Aktivitas dari kebutuhan tubuh

Pathway Demam Typhoid (Sumber : NANDA,2016)


20

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan demam typhoid adalah sebagai berikut :

a. Tirah baring

Tujuan dilakukan tirah baring atau bed rest adalah untuk

mencegah terjadinya komplikasi seperti perdarahan dan

perforasi, terutama pada pasien dengan gejala klinis berat

(Kemenkes RI, 2015). Setelah dilakukan tirah baring dapat

dilakukan pemberian kompres pada area axilla, leher, dan

lipatan tubuh lainnya (Marni, 2016). Pasien istirahat selama

demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali,

kemudian boleh duduk, jika suhu tidak panas lagi boleh berdiri

kemudian berjalan di ruangan.

b. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan

Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien sadar dapat diberikan

makanan bubur saring atau saat kondisi pasien dalam keadaan

normal diberikan nasi tim dan nasi biasa dengan memperhatikan

kandungan kalori dan protein. Jika keadaan terus membaik dapat

diberikan bubur kasar. Sedangkan pada pasien dengan gangguan

kesadaran dapat diberikan makanan cair menggunakan sonde

lambung. Pemenuhan kebutuhan cairan dapat dilakukan dengan

cairan oral dan cairan parenteral. Pemenuhan cairan oral dapat

dilakukan dengan memberikan susu 2 gelas sehari, sedangkan


21

untuk pemenuhan cairan parenteral biasanya diberikan dengan

kondisi sakit berat, komplikasi, dan penurunan kesadaran

dengan dosis sesuai dengan kebutuhan harian pasien (Kemenkes

RI, 2015).

c. Terapi simptomatik

Terapi simptomatik dilakukan sesuai dengan gejala yang dialami

oleh pasien meliputi pemberian antipiretik, antiemetik, dan

roboransia atau vitamin.

d. Pemberian antibiotik

Pemberian antibiotik pada pasien demam typhoid biasanya akan

diberikan kloramfenikol, kotrimoksazol, ampisilin, amoksilin,

dan seftriakson (Marni, 2016). Pengobatan pertama pada demam

typhoid dengan menggunakan kloramfenikol dengan dosis 50-

100 mg/ kg BB/ hari dibagi menjadi 4 dosis per oral atau IV

selama 10-14 hari. Jika tidak dapat menggunakan kloramfenikol,

dapat diganti dengan amoksisilin, ampisilin, kotrimosazol.

Apabila pengobatan tersebut tidak menunjukkan perbaikan

dapat menggunakan pilihan tahap akhir yaitu dengan pemberian

seftriaxon atau sefixime.

9. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan leukosit di dalam beberapa literature dinyatakan

bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis

relative tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering


22

dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah

leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal

bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada

komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu, pemeriksaan

jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnose demam typhoid.

b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT SGOT dan SGPT pada demam

typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal

setelah sembuhnya typhoid.

c. Biakan darah

Hal biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid,

tetapi bila biakan darah negative tidak menutup kemungkinan

akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan

darah tergantung dari beberapa faktor :

1). Teknik pemeriksaan laboratorium Hasil pemeriksaan

satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang

lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media

biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang

baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat

bakteremia berlangsung.

2). Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit Biakan

darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada

minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu


23

berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat

positif kembali.

3). Vaksinasi di masa lampau Vaksinasi terhadap demam

typhoid di masa lampau dpat menimbulkan antibodi

dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan

bakteremia sehingga biakan darah negative.

4). Pengobatan dengan obat anti mikroba Bila klien sebelum

pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba

pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan

hasil biakan mungkin negative.

d. Uji widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan

antibody (aglutinin). Aglutini yang spesifik terhadap Salmonella

Thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat

pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang

digunakan pada uji widal adalah suspense salmonella yang

sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji

widal ini adalah untuk menentukan adanya agglutinin dalam

serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi

oleh Salmonella Typhi, klien membuat antibodi atau aglutinin

yaitu :

1). Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O

(berasal dari tubuh kuman).


24

2). Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H

(berasal dari flagel kuman).

3). Aglutinin VI, yang dibuat karena rangsangan antigen VI

(berasal dari simpai kuman). Dari ketiga aglutinin

tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan

titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin

besar klien menderita typhoid.

(Titik Lestari, 2016).

B Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas

Pasien demam typhoid adalah penyakit infeksi menular yang dapat

terjadi pada anak maupun dewasa mencapai 16-33 juta dengan

500-600 ribu kematian setiap tahunnya. Anak-anak yang paling

rentan terkena demam typhoid biasanya terjadi pada laki-laki

maupun perempuan, kelompok umur yang terbanyak adalah diatas

5 tahun. Faktor yang mendukung terjadinya typusabdominalis

adalah iklim tropis, sosial ekonomi yang rendah, sanitasi

lingkungan yang kurang (Nurarif & Kusuma, 2015).

b. Keluhan utama

Biasanya pasien datang dengan keluhan demam diatas 36-37,5̊C

pada malam hari dan biasanya turun pada pagi hari (Muttaqin &

Sari, 2011).
25

c. Riwayat penyakit sekarang

Pasien terinfeksi bakteri Salmonella Typhi akibat makan makanan

yang tidak higienis. Pasien mengatakan badannya terasa panas,

mual, nyeri abdomen. Pasien juga tampak lemah dan pucat serta

terasa panas diseluruh tubuh (Wijaya A. S., 2013).

d. Riwayat penyakit yang pernah diderita

Pasien sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama

e. Riwayat kesehatan keluarga

1). Penyakit yang pernah diderita keluarga : kemungkinan ada

keluarga yang pernah menderita penyakit demam typhoid

(Wijaya A.,S, 2013)

2). Lingkungan rumah & komunitas : mengkaji kondisi

lingkungan disekitar rumah yang mempengaruhi demam

thypoid yaitu rendahnya hygine perorangan, hygine makanan,

lingkungan rumah yang kumuh,serta perilaku masyarakat yang

tidak mendukung untuk hidup sehat.

3). Perilaku yang mempengaruhi kesehatan : tidak melakukan cuci

tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas, jajan

sembarangan

f. Riwayat nutrisi

Mengkaji pada pasien demam thypoid biasanya mengalami

penurunan nafsu makan dan porsi makan tidak habis sehingga

kebutuhan nutrisi tidak dapat terpenuhi.


26

g. Persepsi keluarga terhadap penyakit anak

Mampukah keluarga menjelaskan mengenai penyakit

anaknya,gejala dan penyebab dari penyakit anaknya.

h. Riwayat pengobatan

Mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa

lalu seperti pemberian antibiotik (kloram penikol dan tiam penikol)

(Wijaya A. S., 2013).

i. Riwayat persalinan

1). Pre natalcare

Kehamilan yang keberapa, tanggal lahir, gestasi (fulterm,

premature, post matur), abortus atau lahir hidup, kesehatan

selama sebelumnya/kehamilan, dan obat-obatan yang dimakan

serta imunisasi.

2). Natal

Lamanya proses persalinan, tempat melahirkan, obat-obatan,

penolong persalinan, penyulit persalinan.

3). Post natal

Berat badan normal 2,5 kg – 4 kg, panjang badan normal 49-52

cm, kondisi kesehatan baik, apgar score, ada atau tidak ada

kelainan kongenital.
27

j. Riwayat imunisasi

Tabel 2.2 Imunisasi

No Jenis Imunisasi Frekuensi Reaksi setelah


pemberian pemberian
1 TIPA 3X Demam

k. Pemeriksaan fisik

1). B1 sistem pernapasan

a) Inspeksi : Bentuk dada pasien simetris, susunan ruas

tulang belakangnya normal, irama napasnya teratur, tidak

ada retraksi otot bantu napas, tidak memakai alat bantu

pernapasan, tidak ada batuk, RR 20×/menit.

b) Palpasi : vocal fremitus normalnya kanan dan kiri

getarannya sama.

c) Perkusi thorax : sonor

d) Auskultasi : tidak ada suara nafas tambahan, bunyi nafas

vesikuler

2). B2 sistem kardiovaskuler

a) Inspeksi : tidak terdapat sianosis, tidak ada nyeri dada, tidak

ada clubbing finger.

b) Palpasi :tidak ada distensi vena jugularis, ictus cordis teraba

lemah.
28

c) Perkusi : suara perkusi jantung pekak, letak jantung masih

dalam batas normal di ICS II sternalis dextra sinistra sampai

dengan ICS V midclavikula sinistra.

d) Auskultasi : bunyi jantung S1 S2 tunggal, tidak ada bunyi

jantung tambahan seperti murmur dan gallop.

3). B3 sistem persyarafan

a) Inspeksi : sakit kepala, lesu, delirium, didapatkan kejang,

penurunan kesadaran yaitu apatis sampai somnolen. Jarang

terjadi sopor, koma. Bila klinis berat, tak jarang penderita

sampai somnolen dan koma atau dengan gejala-gejala

psychosis (Organis Brain Syndrome).

b) Palpasi : tidak ada parese

4). B4 sistem perkemihan

a) Inspeksi : penurunan urin output dari penurunan curah

jantung

5). B5 sistem pencernaan

a) Inspeksi : terdapat mual dan muntah, nafsu makan pasien

menurun, mukosa mulut kering, kebiasaan BAB 1x sehari,

konsistensinya padat, berwarna kuning, berbau khas, perut

kembung.

b) Palpasi : ada nyeri tekan abdomen.

c) Perkusi : terdengar suara thympani.

d) Auskultasi : peristaltik usus meningkat >35x/ menit.


29

6). B6 sistem integument dan muskuloskeletal

a) Inspeksi : kulit kering , warna kulit kemerahan, tidak ada

edema, tidak terdapat fraktur, kemampuan pergerakan sendi

dan tungkai bebas.

b) Palpasi : turgor kulit normal, akral hangat

7). B7 sistem pengindraan

a) Inspeksi : lidah kotor ditengah, tepian ujung merah serta

tremor, ruam kulit (rash), bisa merasakan manis, asin, asam,

pahit.

8). B8 sistem endokrin

a) Inspeksi : tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid dan tonsil

dan abdomen mengalami distensi.

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang

menjelaskanrespons manusia (status kesehatan atau risiko perubahan

pola) dari individuatau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas

dapat mengidentifikasidan memberikan intervensi secara pasti untuk

menjaga status kesehatan,menurunkan, membatasi, mencegah, dan

mengubah.

Berdasarkan NANDA NIC-NOC, 2016 diagnosa keperawatan yang

muncul yaitu :

a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.


30

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.

c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan

mengabsorbsi nutrisi.

d. Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan

cairan

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring

(imobilisasi).

f. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake

yang tidak adekuat dan peningkatan suhu tubuh.


31

3. Intervensi dan Rasional Penelitian

Tabel 2.3 Intervensi keperawatan pada pasien demam thypoid (NANDA

NIC-NOC, 2016).

Diagnosa / Batasan
Karakteristik / Faktor yang Tujuan dan Kriteria
NO Intervensi
Berhubungan Hasil
1. Hipertermia NOC : NIC :
a. Hidration Temperature
Definisi : Suhu inti tubuh diatas b. Adherence behavior regulation (pengaturan
kisaran normal karena kegagalan c. Immune status suhu)
termoregulasi. d. Risk control
e. Risk detection 1. Monitor suhu minimal tiap 2
Batasan Karakteristik : jam
Kriteria Hasil : 2. Monitor nadi dan RR
a. Postur abnormal
1. Keseimbangan antara 3. Monitor warna dan suhu kulit
b. Apnea
produksi panas, panas 4. Monitor tanda-tanda
c. Koma
yang diterima, dan hipertermi dan hipotermi
d. Kulit kemerahan
kehilangan panas 5. Tingkatkan intake cairan dan
e. Hipotensi
2. Seimbang antara nutrisi
f. Bayi tidak dapat
produksi panas, panas 6. Selimuti pasien untuk
mempertahankan menyusu
yang diterima, dan mencegah hilangnya
g. Gelisah
kehilangan panas kehangatan tubuh
h. Latergi
selama 28 hari 7. Ajarkan pada pasien dan
i. Kejang
pertama kehidupan keluarga cara mencegah
j. Kulit terasa hangat
3. Temperature stabil keletihan akibat panas
k. Supor
36,5 - 37,5 derajat 8. Diskusikan kepada keluarga
l. Takikardia
celcius tentang pentingnya
m. Takipnea
pengaturan suhu dan
n. Vasodilatasi
kemungkinan efek negative
Faktor yang berhubungan : dari kedinginan
a. Dehidrasi 9. Beritahu keluarga tentag
b. Pakaian yang tidak sesuai indikasi terjadinya keletihan
c. Aktivitas berlebihan dan penanganan emergency
Populasi yang berhubungan yang diperlukan
a. Pemajanan suhu lingkungan 10. Ajarkan kepada keluarga
tinggi indikasidari hipotermi dan
penangananyang diperlukan
Kondisi terkait : 11. Beri kompres air
a. Penurunan perspirasi hangat/dingin
b. Penyakit 12. Anjurkan kepada keluarga
c. Peningkatan laju metabolism agar pasien memakai pakaian
d. Iskemia yang tipis dan menyerap
keringat
32

e. Agens farmaseutika 13. Berikan antipiretik jika perlu


f. Sepsis
g. Trauma

2Nyeri akut NOC : NIC :


2. a. Pain level Pain Management
Definisi: Pengalaman sensori b. Pain control (Manajemen nyeri)
dan emosional yang tidak c. Comfort level
menyenangkan yang muncul 1. Lakukan pengkajian nyeri
akibat kerusakan jaringan yang Kriteria Hasil : secara komprehensif,
actual atau potensial atau 1. Mampu mengontrol termasuk lokasi,
digambarkan dalam hal nyeri (tahu penyebab karakteristik, durasi,
kerusakan sedemikian rupa : nyeri, mampu frekuensi, kualitas dan factor
awitan yang tiba-tiba atau menggunakan teknik prepitasi
lambat dari intensitas ringan nonfarmakologi 2. Observasi reaksi nonverbal
hingga berat dengan akhir yang untuk mengurangi dan ketidaknyamanan
dapat diantisipasi atau nyeri, mencari 3. Gunakan teknik komunikasi
berlangsung <6 bulan. bantuan) terapeutik untuk mengetahui
2. Melaporkan bahwa pengalaman nyeri pasien
Batasan Karakteristik : nyeri berkurang 4. Kaji kultur yang
dengan menggunakan mempengaruhi respon nyeri
a. Perubajan selera makanan manajemen nyeri 5. Evaluasi pengalaman nyeri
b. Perubahan tekanan darah 3. Mampu mengenali masa lampau
c. Perubahan frekuensi jantung nyeri (skala, 6. Evaluasi bersama pasien dan
d. Perubahan frekuensi intensitas, frekuensi tim kesehatan lain tentang
pernapasan dan tanda nyeri) ketedakefektifan kontrol
e. Laporan isyarat 4. Menyatakan rasa nyeri di masa lampau
f. Siaforesis nyaman setelah nyeri 7. Bantu pasien dan keluarga
g. Perilaku distraksi (mis. berkurang untuk mencari dan
Berjalan mondar-mandir menemukan dukungan
mencari orang lain dan atau 8. Kontrol lingkungan yang
aktivitas lain, aktivitas yag dapat mempengaruhi nyeri
berulang) seperti suhu ruangan,
h. Mengekspresikan perilaku pencahayaan, dan kebisingan
(mis.gelisah, merengek, 9. Ajarkan tentang teknik non
menangis) farmakologis seperti teknik
i. Masker wajah (mis. Mata relaksasi dan perubahan
kurang bercahaya, tampak posisi dengan sering
kacau, gerakan mata 10. Kolaborasikan dalam
berpencar atau tetap pada pemberian analgetik
satu fokus meringis) 11. Evaluasi keefektifan control
j. Sikap melindungi nyeri nyeri
k. Fokus menyempit (mis. 12. Tingkatkan istirahat
Gangguan persepsi nyeri, 13. Kolaborasi dengan dokter
hambatan proses, berpikir, jika ada keluhan dan tindakan
penurunan interaksi dengan nyeri tidak berhasil
33

orang dan lingkungan) 14. Monitor penerimaan pasien


l. Indikasi nyeri yang dapat tentang manajemen nyeri
diamati
m. Perubahan posisi untuk
menghindar nyeri
n. Sikap tubuh melindungi
o. Dilatasi pupil
p. Melaporkan nyeri secara
verbal
q. Gangguan tidur
3 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :
3. kurang dari kebutuhan tubuh a. Nutritional status : Nutrition Management
Food and fluid intake
Definisi : Asupan nutrisi tidak b. Nutritional status: 1. Kaji adanya alergi makanan
cukup untuk memenuhi Nutrient intake 2. Anjurkan kepada orang tua
kebutuhan metabolic c. Weight control untuk memberikan makanan
dengan teknik porsi kecil tapi
Batasan Karakteristik : sering
Kriteria Hasil :
1. Adanya peningkatan 3. Berikan makanan sesuai
a. Kram abdomen
berat badan sesuai dengan diet yang
b. Nyeri abdomen
dengan tujuan diberikan/tidak merangsang
c. Menghindari makanan
2. Berat badan ideal usus
d. Berat badan 20% atau lebih
sesuai dengan tinggi 4. Yakinkan diet yang dimakan
dibawah berat badan ideal
badan mengandung redah serat
e. Kerapuhan kapiler
3. Mampu untuk mencegah konstipasi
f. Diare
mengidentifikasi 5. Berikan substansi gula
g. Kehilangan rambut
kebutuhan nutrisi 6. Sajikan makanan dalam
berlebihan
4. Tidak ada tanda keadaan hangat
h. Bising usus hiperaktif
malnutrisi 7. Jaga kebersihan mulut
i. Kurang makanan
5. Menunjukkan 8. Kolaborasi dengan ahli gizi
j. Kuran informasi
peningkatan fungsi untuk menenukan jumlah
k. Kurang minat pada makanan
pengecapan dari kalori dan nutrisi yang
l. Penurunan berat badan
menelan dibutuhkan pasien
dengan asupan makanan
adekuat 6. Tidak terjadi
penurunan berat Nutrition Monitoring
m. Kesalahan konsepsi
n. Kesalahan informasi badan berarti
1. BB pasien dalam batas
o. Membrane mukosa pucat normal
p. Ketidakmampuan memakan 2. Monitor adanya penurunan
makanan berat badan
q. Tonus otot menurun 3. Monitor tipe dan jumlah
r. Mengeluh gangguan sensasi aktivitas yang biasa ilakukan
rasa 4. Monitor interaksi anak dan
s. Mengeluh asupan makanan orang tua selama makan
kurang dari RDA 5. Monitor lingkungan selama
(recommended daily makan jadwalkan
allowance) pengobatan dan makan
34

t. Cepat kenyang setelah makan selama jam makan


u. Sariawan rongga mulut 6. Monitor kulit kering dan
v. Steatorea pigmentasi
w. Kelemahan otot mengunyah 7. Monitor turgor kulit,
x. Kelemahan otot menelan kekeringan, rambut kusam
8. Monitor mual dan muntah
9. Monitor pucat, kemerahan
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
10. Monitor kalori dan intake
nutrisi

4Konstipasi NOC : NIC :


4. Bowel elimination Constipasi / Impaction
Definisi : penurunan pada Management
frekuensi normal defekasi yang Kriteria Hasil :
disertai oleh kesulitan atau 1. Mempertahankan 1. Monitor tanda dan gejala
pengeluaran tidak lengkap feses bentuk feses lunak konstipasi
atau pengeluaran feses tidak setiap 1-3 hari 2. Monitor bising usus
kering, keras banyak. 2. Bebas dari 3. Anjurkan pasien / keluarga
ketidaknyamanan dari mencatat warna, volume,
Batasan Karakteristik konstipasi frekuensi dan konsistensi
a. Nyeri abdomen 3. Mengidentifikasi tinja
b. Nyeri tekan abdomen dengan indicator untuk 4. Menyusun jadwal ketoilet
teraba resistensi otot mencegah konstipasi 5. Mendorong meningkatkan
c. Nyeri tekan abdomen tanpa 4. Feses lunak dan asupa cairan, kecuali
teraba resistensi otot berbentuk dikontraindikasi
d. Anoreksia 6. Kolaborasi dengan tim medis
e. Penampilan tidak khas dalam pemberian laksatif
f. Borbogirigmi 7. Konsultasi dengan dokteer
g. Darah merah tanpa feses tentang peurunan dan
h. Perubahan pada pola defekasi peningkatan bising usus
i. Penurunan volume feses 8. Monitor tanda dan gejala
j. Distensi abdomen rupture usus/peritonitis
k. Rasa tekanan rectal 9. Anjurkan pasien/keluarga
l. Keletihan umum untuk diet tinggi serat
m. Feses keras dan berbentuk 10. Anjurkan pasien/keluarga
n. Sakit kepala pada hubungan asupan diet,
o. Bisisng usus hiperaktif olahragadan cairan
p. Bisisng usus hipoaktif sembelit/impaksi
q. Tidak dapat makan, mual dan 11. Ajarkan pasien/keluarga
muntah tentang proses pencernaan
r. Nyeri pada saat defekasi yang normal
s. Perkusi abdomen pekak
t. Sering flatus
u. Tidak dapat mengeluatlan
35

feses
Intoleransi Aktivitas NOC : NIC :
5. a. Energy conservation
Definisi : ketidakcukupan energy b. Activity tolerance Activity Therapy (terapi
psikologis atau fisiologis untuk c. Self care : ADLs aktivitas)
melanjutkn atau menyelesaikan 1. Kolaborasi dengan tenaga
aktivitas kehidupan sehari-hari Kriteria Hasil : rehabilitaasi medic dalam
yang harus atau yang ingin 1. Berpartisipasi dalam merencanakan program terapi
dilakukan. aktivitas fisik tanpa yang tepat
disertai peningkatan 2. Bantu pasien untuk
Batasan Karakteristik tekanan darah, nadi, mengidentifikasi aktivitas
a. Respon tekanan darah RR yang mampu dilakukan
abnormal terhadap aktivitas 2. Mampu melakukan 3. Bantu untuk memilih
b. Respon frekuensi jantunh aktivitas sehari-hari aktivitas konsisten yang
abnormal terhadap aktivitas (ADLs) secara sesuai dengan kemampuan
c. Perubahan EKG yang mandiri fisik, psikologi dan social
mencerminkan aritmia 3. Tanda-tanda vital 4. Bantu untuk mengidentifikasi
d. Perubahan EKG yang normal dan mendapatkan sumber
mencerminkan iskemia 4. Energy psikomotor yang diperlukan untuk
e. Ketidaknyamanan setelah 5. Level kelemahan aktivitas yang diinginkan
beraktivitas 6. Mampu berpindah 5. Bantu untuk mendapatkan
f. Dispnea setelah beraktivitas dengan atau tanpa alat bantuan aktivitas seperti
g. Menyatakan merasa letih dan banuan alat kursi roda,kruk
lemah 7. Status 6. Bantu untuk mengidentifikasi
kardiopulmunari aktivitas yang disukai
adekuat 7. Bantu pasien untuk membuat
8. Sirkulasi status baik jadwal latihan di waktu luang
9. Status respirasi : 8. Bantu pasien/keluarga untuk
pertukaran gas dan mengidentifikasi kekurangan
ventilasi adekuat dalam beraktivitas
9. Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
10. Monitor respon fisik, emosi,
social dan spiritual
11. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan

6Resiko kekurangan volume NOC : NIC :


6. cairan a. Fluid balance Fluid management
b. Hydration 1. Pertahankan catatan intake
Definisi : Beresiko mengalami c. Nutrition status : food output yang akurat
dehidrasi vascular, selular atau and fluid intake 2. Monitor status hidrasi
intraselular. (kelembaban, membrane
Kriteria Hasil : mokussa, nadi adekuat,
Batasan karakteristik : 1. Mempertahankan urine tekanan darah)
36

a. Kehilangan volume cairan output sesuai dengan 3. Monitor vital sign


aktif usia, BB, BJ urine 4. Monitor masukan
b. Kurang pengetahuan normal, HT normal makanan/cairan
c. Penyimpanan yang 2. Tekanan darah, nadi, 5. Kolaborasikan pemberian
mempengaruhi akses cairan suhu tubuh dalam cairan IV
d. Penyimpangan yang batas normal 6. Monitor status nutrisi
mempengaruhi akses cairan 3. Tidak ada tanda-tanda 7. Dorong masukan oral
e. Penyimpanan yang dehidrasi, elastisitas 8. Dorong keluarga untuk
mempengaruhi asupan cairan turgor kulit baik, membantu makan pasien
f. Kehilangan cairan berlebihan membrane mokusa 9. Tawarkan snack (jus buah,
melalui rute normal (mis. lembab, tidak ada rasa buah segar)
Diare) haus yang berlebihan 10. Kolaborasi dengan dokter
g. Usia lanjut untuk membantu pemulihan
h. Berat badan ekstrim optimal
i. Factor yang mempengaruhi
kebutuhan cairan (mis. Status
hipermetabolik)
j. Kegagalan fungsi regulator
k. Kehilangan cairan berlebihan
melalui rute abnormal (mis.
Slang menetap)
l. Agens fermasutikal (mis.
Diuretik)
BAB III

METODE PENULISAN

A Rancangan

Rancangan pada karya tulis ilmiah ini dalam bentuk laporan asuhan

keperawatan menggunakan pendekatan proses keperawatan berdasarkan

hasil literatur review terhadap asuhan keperawatan anak pada pasien

dengan demam thypoid.

B Subjek asuhan keperawatan

Subjek dalam laporan asuhan keperawatan ini adalah asuhan

keperawatan anak pada pasien dengan demam thypoid dengan kriteria

sebagai berikut:

1. Jenis kelamin perempuan / laki-laki

2. Usia 0-17 tahun

3. Diagnosa medis Thypus Abdominalis

C Fokus asuhan keperawatan

Fokus laporan asuhan keperawatan ini adalah asuhan keperawatan anak

pasien dengan demam thypoid yang meliputi tahap pengkajian,

diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi berdasarkan

literature review.

37
38

D Definisi operasional

Asuhan keperawatan anak pada pasien dengan demam thypoid

merupakan kegiatan dimana perawat melakukan sebuah tahapan dari

pengkajian, perumusan diagnosa,intervensi, implementasi hingga

evaluasi terhadap implementasi yang telah dilakukan kepada pasien.

E Metode pengumpulan data

1. Instrumen yang digunakan dalam asuhan keperawatan

Instrumen yang digunakan dalam laporan asuhan keperawatan ini

adalah 2 (dua) laporan asuhan keperawatan anak pada pasien dengan

demam thypoid dari orang lain yang kemudian di eksplor.

2. Cara pengumpulan data

a. Pencarian 2 (dua) laporan asuhan keperawatan anak pada pasien

dengan demam thypoid dari orang lain minimal melalui

google scholar.

b. Studi literature

Studi literatur dengan mempelajari dan mengumpulkan referensi

yang berhubungan dengan demam thypoid dan asuhan

keperawatan anak pada pasien dengan demam thypoid.

F Analisis dan penyajian data asuhan keperawatan

Analisis bisa dilakukan secara kronologis, konseptual atau narasi

dengan membandingkan data dari 2 (dua) laporan asuhan keperawatan

anak dengan demam thypoid yang didapat kemudian juga dari teori
39

yang ada sebagai bahan rekomendasi dalam asuhan keperawatan yang

telah dilakukan. Data disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

G Etika penelitian

Berdasarkan 2 (dua) laporan asuhan keperawatan anak dengan demam

thypoid yang yang telah didapatkan telah memuat berkaitan dengan

Informed Consent, Anonymity dan Confidentialit


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Karakteristik Dari Studi Kasus yang Ada

Berdasarkan 2 jurnal yang sesuai kriteria yang membahas asuhan

keperawatan anak dengan demam thypoid. Jurnal pertama oleh

penelitian Nur Azizah (2020) dengan pasien An. K usia 13 tahun

dan berjenis kelamin perempuan . Jurnal yang kedua oleh Septi

Budi Lestari (2019) denagn pasien An. A dengan usia 7 tahun dan

berjenis kelamin perempuan. Penulis akan mengambil satu

diagnosa dari kedua jurnal tersebut yaitu hipetermi dari kedua

jurnal tersebut.

2. Karakteristik responden dari dua klien dari studi kasus yang ada

sesuai dengan artikel studi kasus yang diambil dari literature

review dari aspek:

a. Pengkajian

1). Identitas pasien hasil anamnesa

Tabel 4.1 identitas pasien dan hasil anamnesa

Identitas pasien Pasien 1 Pasien 2


Nama An. K An. A
Umur 13 tahun 7 tahun
Agama Islam Islam
Jenis kelamin Perempuan Perempuan
Pendidikan SMP SD
Pekerjaan Siswa Siswa
Status Belum menikah Belum menikah
Suku/bangsa Jawa dan Madura Jawa

40
41

Alamat Sidowayah, Alian, Kebumen


Pasuruan
Ruang dirawat Ashoka Husna
Tanggal Masuk RS 15 desember 2019 12 februari 2019
No. Registrasi 345xxx 978xxx
Diagnosa medis Thypoid Thypoid
Identitas penanggung Pasien 1 Pasien 2
jawab
Nama Tn. M Ny. K
Umur 38 tahun 29 tahun
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
Pekerjaan Wiraswasta Ibu rumah tangga
Agama Islam Islam
Hubungan dengan pasien Ayah Ibu

2). Riwayat penyakit

Tabel 4.2 Riwayat penyakit pada pasien 1 dan pasien 2

Riwayat penyakit Pasien 1 Pasien 2


Keluhan Utama Ibu pasien mengatakan Ibu pasien mengatakan
anaknya panas tinggi dan demam naik turun 4
tidak mau makan dan mual hari,batuk dan pilek
Riwayat penyakit sekarang Ibu pasien mengatakan ibu klien mengatakan
anaknya panas 1 minggu anaknya sedang demam,
di pesantren sejak tanggal demam naik turun 4 hari
8 Desember 2019, dan sebelum masuk rumah
dibawa pulang ke rumah sakit, 2 hari sebelum
pada tanggal 10 Desember masuk rumah sakit BAB
2019, kemudian tanggal 12 lembek, pusing dan nyeri
Desember 2019 di bawa ke perut, anak rewel. Ibu
Puskesmas diberi obat klien mengatakan
Paracetamol dan panasnya sebelumnya klien sudah
tidak turun-turun, mual dibawa kedokter anak dan
(+), klien tidak mau makan diberi obat penurun panas,
dan dibawa ke RSUD obat batuk pilek, dan
Bangil pada tanggal 15 antibiotik tetapi tidak ada
Desember 2019 jam perubahan. Setelah 4 jam
18.40 . Kondisi klien pada anak minum obat penurun
saat tiba di IGD RSUD panas, demamnya naik
Bangil klien lemas dan lagi. Tanda-tanda vital
suhu tubuhnya 39,1 ͦC. menunjukan S:38,1 C,
Dan dilakukan N:100 x/menit, RR:28
pemeriksaan laboratorium x/menit. Hasil
(Imunoserologi Thphoid laboratorium menunjukan
42

Feverever). Klien Hb:9,3 mg/dl, leukosit:


dipindahkan keruang 18,4 uL, hematokrit: 28%,
perawatan Ashoka pada dan hasil widal S.Typhi O
tanggal 16 Desember 2019 positif 1/200 dan S.Typhi
jam 07.30 WIB. H negatif.
Riwayat penyakit dahulu Ibu pasien mengatakan Ibu klien mengatakan
anaknya pernah menderita An.A sebelumnya sudah
demam biasanya 3 hari pernah dirawat di rumah
sembuh dan anaknya tidak sakit selama 1 minggu
pernah menderita demam dengan sakit yang sama
tifoid. yaitu typhoid pada bulan
Desember 2018.
Riwayat penyakit keluarga Ibu pasien mengatakan Ibu klien mengatakan
dalam keluarga tidak ada dalam anggota
yang menderita penyakit keluarganya tidak ada
Demam tifoid. yang memiliki penyakit
menular seperti TBC dan
HIV dan tidak ada yang
memiliki penyakit
menurun seperti asma,
hipertensi maupun jantung.

3). Hasil observasi dan pemeriksaan fisik

Tabel 4.3 hasil observasi dan pemeriksaan fisik

Observasi Pasien 1 Pasien 2


Tekanan darah 110/80 mmHg -
Nadi 100 x/menit 100x/menit
Suhu 39,1° C 38,1 ° C
Respirasi 20 x/menit 28x/menit
Berat badan 43 Kg 29 Kg
GCS Compos mentis Compos mentis
E4V5M6 E4V5M6
Keterangan : Keterangan :
E4 : membuka mata secara E4 : membuka mata secara
spontan spontan
V5 : pasien dapat V5 : pasien dapat
menyebutkan waktu, tempat menyebutkan waktu,
dan orang. tempat dan orang.
M6 : pasien mampu M6 : pasien mampu
mengangkat anggota gerak mengangkat anggota gerak
sesuai perintah sesuai perintah

Pemeriksaan fisik (Head to toe )


43

1) Kepala Bentuk kepala simetris, rambut Rambut tampak bersih,


pendek, tidak terdapat rambut berwarna hitam,
benjolan, tidak terdapat nyeri tidak rontok, tidak terdapat
tekan, lingkar kepala ± 50 cm. benjolan, tidak terdapat
nyeri tekan.
2) Mata Pupil isokor kanan/kiri, reflek Sklera tidak ikterik,
cahaya normal konjungtiva tidak anemis,
kanan/kiri,konjungtiva normal reaksi pupil terhadap
kanan/kiri, tidak ada anemis, cahaya baik
sklera putih kanan/kiri,
palpebra normal kanan/kiri,
tidak menggunakan alat bantu
penglihatan, pergerakan bola
mata normal kanan/kiri.
3) Telinga Bentuk simetris kanan/kiri Telinga tampak simetris,
ketajaman pendengarann bersih tidak ada serumen,
normal kanan/kiri, tidak ada tidak ada gangguan dalam
kelainan pada telinga pasien. pendengaran
4) Hidung Mukosa lembab, ketajaman Simetris tidak ada
penciuman normal sumbatan pada jalan nafas,
dan tidak ada polip
5) Mulut Pasien merasakan pahit, lidah Lidah tampak sedikit
kotor,mukosa kering. kotor, gigi putih rapi tidak
ada pembengkakan pada
gusi, mukosa bibir kering,
tampak pucat, tidak
sianosis.
6) Leher Tidak ada pembesaran kelenjar Tidak ada pembesaran
thyroid, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
kelenjar parotis
7) Thorax Paru-paru : Paru-paru :
Inspeksi : bentuk dada simetris, Inspeksi : dada simtris,
alat bantu pernafasan : tidak tidak terdapat tarikan
ada, irama nafasnya reguler, dinding dada
frekuensi pernafasan 20 Palpasi : vocal fremitus
x/menit, susunan ruas tulang teraba dengan seimbang
belakang normal, tidak ada Perkusi : sonor
retraksi otot bantu nafas, Auskultasi : tidak
pergerakan dinding dada terdengar adanya suara
normal, Batuk (-), Sputum (-) tambahan
Palpasi : vocal fremitus Jantung :
simetris kanan dan kiri sama 3) Inspeksi : tidak tampak
Perkusi : perkusi thorak sonor ictus cordis
Auskultasi : suara nafas Palpasi : tidak terdapat
vesikuler nyeri tekan
Jantung : Perkusi : terdapat bunyi
Inspeksi : tidak ada cyanosis, redup pada region costa 2
44

tidak ada clubbing finger sampai 5


Palpasi : pulsasi kuat, CRT <2 Auskultasi : tidak terdapat
detik, dan tidak ada nyeri dada, bunyi tambahan
distensi vena jugularis tidak
ada, ictus cordis teraba lemah
Perkusi : pekak
Auskultasi : bunyi jantung S1
(S1 terletak di ICS 5
midclavikula kiri) dan S2 (ICS
4 midsternalis kanan)

8) Abdomen Inspeksi :bentuk abdomen Inspeksi : simetris


simetris,normal. Palpasi : tidak Auskultasi : bising usus 14
ada nyeri tekan. x/menit
Perkusi : perut tidak kembung. Palpasi : terdapat nyeri
Buang air besar 1 kali/hr, tekan pada perut bagian
konsistensi agak keras, warna kiri bawah
kuning, bau khas feses, tidak Perkusi: hipertympani
ada pemakaian obat pencahar,
peristaltik 10 x.
9) Kulit Warna kulit kemerahan, akral Turgor kulit elastis, CRT
hangat, turgor elastis, <2 detik
kelembapan baik, tidak ada
odema
10) Genetalia dan Bentuk alat kelamin normal, Tidak ada kelainan, tidak
anus uretra normal, alat kelamin terpasang DC
bersih.

4). Hasil pemeriksaan diagnostik

Tabel 4.4 hasil pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan Pasien 1 Pasien 2


Laboratorium
Hemogoblin 13,04 g/dL 9,3 g/dL
Leukosit 6,51 10³/µL 18,4
Hematokrit 38.1% 28%
Eritrosit 4,805 10³/µL 4.2
Trombosit - 457
MCH 27,13 pg 22 pg
MCHC 34,23 g/dL 33 g/dL
MCV 79,26 µm³ 66 µm³
RDW 11,99% -
PLT L 72 10³/µL -
MPV 10,76 fL -
45

Eosinofil 0,0% 0,30 %


Basofil H 1,1% 0,20 %
Netrofil 57,2% 55-70 %
Limfosit 31,3% 30,10 %
Monosit H 10,4% 13,70 %
GDS - 87
WIDAL
S Typhi O (+)1/20 Positif 1/200
S Typhi H (+)1/160 Negatif
S Paratyphi O-A (+) 1/160 Negatif
S Paratyphi O-B (+) 1/160 Negatif
Terapi obat
IUFD DS 20 tpm 18 tpm
Ondansentron 3x1 amp (8mg) -
Omeprazol 2x1 amp (40mg) -
Colcancentin - 4x1 gr
Paracetamol 6x500 mg 3x 500 mg
Dexametason - 3x1

5). Analisa data

Tabel 4.5 analisa data

Data Etiologi Masalah


Pasien 1 Proses infeksi Hipertermia
Data Subjektif :
- Ibu pasien mengatakan
anaknya panas 1
minggu.

Data Objektif :
- K/U lemah
- Akral ; Hangat
- TTV :
TD: 110/80 mmHg
N: 100 x/menit
S: 39,1°C
RR: 20 x/menit
- Warna kulit kemerahan -
Mukosa bibir kering
- Hasil LAB :
Leukosit (WBC) 6,51
S.Typhi O (+)1/20
S.Typhi H (+)1/160
46

S.Paratyphi PA (+) 1/160


S.Paratyphi PB (+) 1/160

Pasien 2 Proses infeksi Hipertermi


Data Subjektif :
- Ibu klien mengatakan An.A
demam sejak 4 hari sebelum
masuk rumah sakit, demamnya
naik turun sejak 4 hari.
- Ibu klien mengatakan An.A
mulai demam disore dan
malam hari
- Ibu klien mengatakan sebelum
dibawa kerumah sakit klien
diperiksakan ke dokter dan
mendapatkan obat penurun
panas tetapi tidak ada
perubahan. Demam anak naik
setelah 4 jam minum obat
penurunan panas.

Data Objektif :
- Kulit An.A tampak kemerahan
dan kulit teraba hangat
- Suhu : 38,1 C

b. Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.6 Diagnosa keperawatan

Diagnosa Keperawatan
Pasien 1
1. Hipertermi berhubungan dengan proses
infeksi
PAsien 2
1. Hipertermi berhubungan dengan proses
infeksi

c. Intervensi Keperawatan

Tabel 4.7 Intervensi Keperawatan


47

Diagnosa Keperawatan Intervensi (NIC) Rasional (Doengoes)


(Tujuan, kriteria hasil)
Pasien 1 1). Jelaskan pada 1). Suhu 38.90C – 41.10C
Hipetermi berhubungan keluarga pasien menunjukkan proses
dengan proses infeksi tentang demam penyakit infeksius akut.
Pola demam dapat
Setelah dilakukan tindakan membantu dalam
keperawatan selama 3x24 diagnosis misalnya kurva
jam diharapkan anak demam lanjut berakhir
menunjukkan Suhu dalam berakhir lebih dari 24
batas normal jam menunjukkan
Kriteria hasil : pneumonia
1). Keluarga mampu pneumokokal, demam
menjelaskan 2). Anjurkan orang tua scarlet atau tifoid
kembali tentang untuk meningkatkan 2). Untuk mencegah
demam asupan cairan pada dehidrasi pada pasien
2). Keluarga pasien
melaporkan suhu
tubuh berkurang 3). Anjurkan keluarga
3). Keluarga mampu untuk memakaikan 3). Untuk membantu
mendomonstrasik pakaian tipis pada penguapan pada tubuh
an tentang cara pasien
mengompres yang
benar 4). Ajarkan cara
4). Suhu tubuh dalam mengompres yang 4). Dapat membantu
rentang normal benar yaitu lipat mengurangi demam pada
36,5 - 37°C, paha dan aksila pasien
5). Nadi 80 –
100x/mnt 5). Observasi TTV,
6). TD : sistolik 110- akral, warna kulit 5). Untuk mengetahui
120 mmHg dan peruabahn TTV, akral
diastolic 66 – 80 dan warna kulit pada
mmHg 6). Kolaborasi pasien
7). Tidak ada pemberian
perubahan warna antipiretik sesuai 6). Digunakan untuk
kulit, dengan kondisi mengurangi demam
8). Akral hangat pasien dengan aksi sentral nya
9). Pasien tidak lemah pada hipotalamus,
meskipun demam
mungkin dapat berguna
dalam membatasi
pertumbuhan organisme,
dan meningkatkan
autodestruksi dari sel-sel
yang terinfeksi.
Pasien 2 1). Berikan kompres 1). Membantu
Hipetermi berhubungan hangat menurunkan suhu
dengan proses infeksi tubuh
48

2). Ukur suhu setiap 2 2). Mengetahui suhu


Setelah dilakukan tindakan jam sekali tubuh pasien dan
keperawatan selama 3x24 mengetahui
jam diharapkan masalah 3). Monitor TTV perkembangan pasien
Hipertermi teratasi 3). Peningkatan denyut
dengan nadi, penurunan
Kriteria hasil : tekanan vena, dan
1). Suhu dalam batas penurunan tekanan
normal (36,5-37,5 darah dapat
C) mengindikasikan
2). Tidak pusing dan hipovolemia, yang
tidak ada mengarah pada
perubahan warna menurun perfusi
kulit 4). Monitor warna kulit jaringan.
4). Menjaga suhu dan
menghindari panas
yang berkaitan dengan
5). Kolaborasi penyakit
pemberian obat 5). Antipiretik digunakan
antipieretik untuk mengurangi
demam dengan aksi
sentralnya pada
hipotalamus
6). Ketika anak demam 6). Memberikan rasa
anjurkan tidak nyaman ,pakaian tipis
memakai pakaian membantu
tebal mengurangi
penguapan tubuh.

d. Implementasi Keperawatan

Tabel 4.8 Implementasi Keperawatan

Diagnosa Hari 1 Hari 2 Hari 3


Keperawatan
Pasien 1 Tanggal 16 Desember 2019 Tanggal 17 Desember Tanggal 18 Desember
Jam 10.00 2019 2019
1) Mengajarkan keluarga Jam 10.45 Jam 15.45
cara mengompres : 1) Menganjurkan 1) Menganjurkan
Orang tua mampu keluarga untuk tetap keluarga
menunjukkan cara memberikan cairan memberikan
mengompres yang kepada pasien : orang minum: Orang tua
benar yaitu pada lipatan tua memberikan cairan mampu memberikan
pada dan aksila pada pasien untuk minum kepada
Jam 10.30 mencegah dehidrasi pasien
49

2) Menganjurkan keluarga Jam 11.30 Jam 19.35


pasien memakaikan 2) Mengobservasi TTV: 2) Mengobservasi
pakaian tipis pada N : 87 x/menit warna kulit, akral:
pasien : Orang tua S : 38,2̊C (aksila) Akral hangat, warna
memberikan pakaian RR : 20 x/menit kulit tidak
tipis pada anaknya Jam 12.00 kemerahan
Jam 11.00 3) Mengobservasi akral
3) menganjurkan keluarga dan warna kulit : akral
untuk tetap memberikan hangat,warna kulit
cairan kepada pasien : kemerahan
Orang tua memberikan Jam 12.30
cairan pada pasien 4) Menganjurkan
untuk mencegah keluarga pasien untuk
dehidrasi memberikan kompres
Jam 12.00 Jam 13.00
4) Mengobservasi TTV 5) Kolaborasi pemberian
N : 100 x/menit obat: Injeksi
S : 39,1° C (aksila) Ondansetron 8mg/iv,
RR : 20 x/menit Injeksi Omeprazole
Jam 12.10 40mg/iv, Injeksi
5) Mengobservasi akral paracetamol 500mg/iv,
dan warna kulit: akral P.O : Sucralfat 3x1
hangat, warna kulit sdm
kemerahan
Jam 12.40
6) Memberikan obat :
Injeksi Ondansetron
8mg/iv (2) Injeksi
Omeprazole 40mg/iv
(3) Injeksi Paracetamol
500mg/iv (4) P.O :
Sucralfat 3x1 sdm
Pasien 2 12 Februari 2019 13 Februari 2019 14 Februari 2019
Jam 15.00 Jam 08.45 Jam 08.30
1) Memeriksa suhu tubuh 1) Mengukur suhu tubuh 1) Menenyakan kepada
klien dan menganjurkan klien : suhu 38,0 C, Ibu keluarga terkait
untuk meningkatkan klien mengatakan keluhan klien
istirahat : Suhu 38,1 C, semalam An.A masih dengan mengukur
klien mengikuti saran panas dan susah tidur, TTv klien: klien
dari perawat. teraba hangat dan belum bida tidur
Jam 17.45 tampak kemerahan nyenyak dan sudah
2) Terapi obat : colcentan Jam 09.25 tidak ada demam.
1 gr. 2) Menganjurkan klien Suhu 37,5 C, kulit
Jam 18.00 untuk meningkatkan teraba hangat.
3) Terapi obat : obat istirahat Jam 12.05
diaform Jam 12.10 2) Terapi obat : obat
4) Mengukur suhu: suhu 3) Terapi obat : obat concalcetin dan
38,1 C concalcetin 1gr/iv, diaform
50

Jam 20.30 diaform. Jam 13.10


5) Memberikan kompres Jam 17.30 3) Memonitor suhu
hangat : pasien 4) Menganjurkan klien tubuh dan warna
diberikan kompres untuk makan dan kulit : suhu 37,3 C,
hangat oleh ibunya. minum : ibu klien akral teraba hangat.
Jam 00.10 mengatakan klien Jam 15.45
6) Terapi obat : obat makan dan minum 4) Mengukur suhu
colcancetin 1 gr/IV hanya sedikit. klien : suhu 37,5 C
Jam 07.00 Jam 17.45 5) Member tahu ibu
7) Memberikan obat 5) Terapi obat: untuk kompres
diaform, menanyakan Obat colcancentin 1 hangat jika mulai
kepada ibu klien gr/iv, dan diaform demam
tentang minum klien : Jam 18.10 Jam 21.50
Obat masuk per oral Ibu 6) Menganjurkan klien 6) Menganjurkan klien
klien mengatakan istirahat dan tingkatkan untuk istirahat
anaknya minum sedikit minum Jam 05.50
Jam 00.15 7) Mengukur suhu
7) Terapi obat: obat tubuh klien: suhu
colcancetin 1 gr/iv 36,5 C ibu klien
Jam 05.50 mengatakan klien
8) Menukur suhu tubuh semalam tidak
klien dan mengevaluasi demam lagi .
kondisi klien: Suhu Jam 07.00
37,5 C, kulit tidak 8) Mengevaluasi
tampak kemerahan dan keadaan klien: klien
teraba hangat,klien tampak
tampak lemas lemas,mukosa bibir
kering,klien
mngatakan masih
pusing.
51

e. Evaluasi Keperawatan

Tabel 4.9 Evaluasi Keperawatan

Diagnos Hari 1 Hari 2 Hari 3


keperawatan
Pasien 1 16 desember 2019 17 Desember 2019 18 Desember 2019
S: S: S:
- Ibu pasien mengatakan - Ibu pasien - Ibu pasien
anaknya panas 1 mengatakan anaknya mengatakan anaknya
minggu dan ibu tidak masih panas sudah tidak panas.
mengetahui tentang O: O:
penyakit anaknya - K/U cukup baik - K/U baik
O: - Akral : Hangat - Akral : Hangat
- K/U lemas, tingkat - Warna kulit - Warna kulit tidak
kesadaran compos kemerahan kemerahan
mentis - TTV : - TTV :
- Akral : Hangat TD : 100/70 mmHg TD : 100/80 mmHg
- Warna kulit N : 87 x/menit N : 81 x/menit
kemerahan S : 38,2° C S : 37° C
- TTV : - Pasien terlihat A : Masalah teratasi
TD: 110/80 mmHg dikompres dibagian P : Intervensi dihentikan
N : 100 x/menit aksila
S : 39,1° C A : Masalah teratasi
- Pasien terlihat di sebagian
kompres dibagian P : Intervensi dilanjutkan
aksila - Anjurkan orang tua
- Ibu pasien mampu untuk meningkatkan
menjelaskan kembali asupan cairan pada
tentang demam pasien
A : Masalah belum teratasi - Anjurkan keluarga
P : Intervensi dilanjutkan untuk memakaikan
- Anjurkan orang tua pakaian tipis pada
untuk meningkatkan pasien
asupan cairan pada - Ajarkan cara
pasien mengompres yang
- Anjurkan keluarga benar yaitu lipat paha
untuk memakaikan dan aksila
pakaian tipis pada - Observasi TTV, akral,
pasien warna kulit
- Ajarkan cara
52

mengompres yang
benar yaitu lipat paha
dan aksila
- Observasi TTV, akral,
warna kulit
Pasien 2 12 Februari 2019 13 Februari 2019 14 Februari 2019
Jam Jam Jam 14.20
S: S: S:
- Ibu klien mengatakan - Ibu klien mengatakan - Keluarga
An.A masih demam untuk saat ini klien mengatakan anak A
O: sudah tidak demam sudah tidak demam
- Suhu klien 38 C, kulit dan demam jika sore lagi, dan semalam
teraba hangat dan hari juga sudah tidak
tampak kemerahan O: demam
A : masalah belum teratasi - Suhu 37,4 C, kulit O:
P : lanjutkan intervensi klien teraba hangat - Suhu 37,5 C, kulit
- Berikan kompres tapi tidak kemerahan, klien teraba hangat
hangat klien tampak istirahat tidak kemerahan
- Monitor TTV ditempat tidur A : masalah belum
- Kolaborasi pemberian A : masalah belum teratasi teratasi
obat antipieretik P : lanjutkan intervensi P : lanjutkan intervensi
- Berikan kompres - Berikan kompres
hangat hangat
- Monitor TTV - Monitor TTV
53

B PEMBAHASAN

Berdasarkan tujuan dari penelitian literature review ini yaitu asuhan

keperawatan anak demam thypoid dengan hipetermi maka penulis akan

membahas mulai dari pengkajia, diagnosa, intervensi, implementasi dan

evaluasi.

1. Pengkajian Keperawatan

Berdasarkan data yang ada pada pengkajian 2 (dua) klien dengan

masalah keperawatan hipetermi didapatkan hasil pengkajian An. K

dengan keluhan utama yaitu ibu klien mengatakan ibu pasien

mengatakan anaknya panas tinggi dan tidak mau makan dan mual.

Keadaan umum An. K lemah dan suhu 39,1ͦC pemeriksaan

laboratorium S.Typhi O (+)1/20. Keadaan umum An. A dengan

keluhan utama adalah ibu klien mengatakan demam naik turun 4

hari,batuk dan pilek. Hasil pemeriksaan suhu An. A 38,1 ͦC dan

pemeriksaan laboratorium S.Typhi O positif 1/200.

Dalam pemeriksaan fisik pada An. K dan An. A didapatkan

hasil vital sign yang bermasalah yaitu kedua pasien mengalami

hipetermi. Pasien dengan demam thypoid terjadi hipertermia

disebabkan oleh adanya reaksi kuman Salmonella Typhi akibat dari

endotoksin yang beredar hingga aliran darah sitemik memicu

pelepasan protein pirogen endogen (protein dalam sel) yang


54

mempengaruhi pusat pengatur suhu tubuh di dalam otak. Menurut

Widagdo (2016). Menurut penulis pada anak dengan demam thypoid

yang diteliti hal yang sering dikeluhkan pasien adalah demam tinggi.

Pada hasil pemeriksaan An. K yaitu panas tinggi, tidak mau

makan dan mual, TTV tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 100

x/menit, suhu 39,1° C, respirasi 20 x/menit, berat badan 43 Kg dari

hasil pemeriksaan fisik pada mulut pasien merasakan pahit, lidah

kotor,mukosa kering. Pada An. A, yaitu demam naik turun 4 hari

serta batuk dan pilek hasil pengukuran TTV nadi 100x/menit, suhu

38,1° C, respirasi 28x/menit, berat badan 29 Kg, hasil pemeriksaan

fisik pada mulut pasien lidah tampak sedikit kotor, mukosa bibir

kering, tampak pucat, dan pemeriksaan abdomen terdapat nyeri

tekan pada perut bagian kiri bawah.

Menurut (NANDA, 2015) tanda dan gejala klinis penyakit

thypoid sangat bervariasi , dari gejala yang ringan sekali (sehingga

tidak terdiagnosis), dan dengan gejala yang khas (sindrom thypoid)

sampai dengan gejala klinis berat yang disertai komplikasi. demam

thypoid pada anak biasanya lebih ringan dari pada orang dewasa.

Biasanya penyakit ini masa tunasnya selama 10-20 hari. Masa tunas

tersingkat dari penyakit demam thypoid ini ialah 4 hari, jika infeksi

terjadi melalui makanan. Sedangkan masa tunas terlama berlangsung

30 hari, jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi

ditemukan gejala prodromal (gejala awal) yaitu perasaan tidak enak

badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, yang


55

kemudian disusul dengan gejala-gejala klinis sebagai berikut seperti:

Demam, gangguan pada saluran pencernaan (mual, muntah, nyeri

ulu hati, kembung), dan gangguan kesadaran (keinginan untuk tidur).

(Titik Lestari, 2016).

Dari hasil analisa penulis menyimpulkan pada kasus An. K dan

An. A terdapat perbedaan pada pemeriksaan fisik yaitu pada An. K

tidak mau makan mual dan muntah, lidah kotor, mukosa bibir kering,

pasien merasakan pahit sedangkan pada An. A mulut pasien lidah

tampak sedikit kotor, mukosa bibir kering, tampak pucat, dan

pemeriksaan abdomen terdapat nyeri tekan pada perut bagian kiri

bawah.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data yang ditemukan saat pengkajian pada

pasien 1 An. K dengan diagnosa hipetermi berhubungan dengan

proses infeksi, data subjektif yaitu ibu pasien mengatakan anaknya

panas 1 minggu, keadaan umum lemah, akral teraba hangat, TTV :

TD: 110/80 mmHg, Nadi 100 x/menit, Suhu 39,1°C, Respirasi 20

x/menit. Sedangkan pasien 2 An. A yang mengalami masalah

hipetermi berhubungan dengan proses infeksi didapat data

subjektif yaitu Ibu pasien mengatakan An. A demam sejak 4 hari

sebelum masuk rumah sakit, demamnya naik turun sejak 4 hari,

demam disore dan malam, TTV: Nadi 100x/menit, Suhu 38,1°C,

Respirasi 28x/menit.
56

Menurut NANDA (2016), diagnosa yang muncul pada

pasien demam thypoid adalah hipetermi berhubungan dengan

proses infeksi yang ditandai dengan suhu tubuh pada pasien 1 An.

K 39,1°C, sedangkan pasien 2 An. A 38,1°C. Pada pengkajian

yang dilakukan kepada An. K dan An. A dengan diagnosa medis

typhus abdominalis dimana kedua klien didapatkan demam,

demam yang dirasakan oleh kedua klien membuat klien merasa

tidak nyaman,Hipetermi adalah tanda awal dari penyakit yang

mungkin diketahui, hipetermi yaitu peningkatan suhu tubuh diatas

kisaran normal. Demam dapat membahayakan keselamatan anak

jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat akan menimbulkan

komplikasi lain seperti, hipertermia, kejang demam dan penurunan

kesadaran (Maharani, 2014).

Dari hasil analisa penulis menyimupulkan pada kasus An.

K dan An. A tidak terdapat perbedaan dan tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan keadaan pada klien.

3. Intervensi Keperawatan

Berdasarkan asuhan keperawatan yang ada maka intervensi pada

An. K dan An. A sesuai dengan diagnosa, tujuan dan kriteria hasil

adalah sebagai berikut :

Menurut NIC (2016), intervensi untuk diagnosa hipetermi

adalah beri komres hangat atau dingin, monitor suhu minimal tiap

2 jam, monitor nadi dan respirasi, monitor warna dan suhu kulit,

monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi, beritahu keluarga


57

tentag indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency

yang diperlukan, anjurkan kepada keluarga agar pasien memakai

pakaian yang tipis dan menyerap keringat, tingkatkan intake cairan

dan nutrisi, dan berikan antipiretik jika perlu.

Menurut Kusuma dan Nurarif (2015) intervensi untuk

diagnosa hipetermi adalah jelaskan pada keluarga pasien tentang

penyebab demam, ajarakan cara kompres yang benar dipembuluh

darah besar, anjurkan keluarga pasien untuk memakaikan pakaian

tipis pada pasien, anjurkan keluaraga pasien untuk tetap

memberikan cairan sebanyak (2,5L/hari)/sesuai, observasi

TTV,akral, warna kulit, kolaborasi dalam pemberian obat

antipiretik.

Menurut Hidayati (2014) kompres hangat merupakan

intervensi yang efektif untuk menurunkan suhu tubuh pada pasien

hipertermi, kompres hangat adalah prosedur untuk meningkatkan

kontrol kehilangan panas tubuh melalui evaporasi dan konduksi.

tindakan ini dilakukan pada pasien yang mengalami demam tinggi.

Hasil analisa penulis menyimpulkan dari intervensi pada kasus

sesuai dengan yang asa di teori sehingga tidak ada kesenjangan

dalam intervensi yang ada.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi yang diberikan kepada An. K dan An. A adalah 3

hari sesuai dengan intervensi dalam asuhan keperawatan yang ada:


58

Tindakan asuhan keperawatan yang ada adalah monitor

tanda-tanda vital,mengobservasi warna kulit, mengajarkan

keluarga cara mengompres yang benar, menganjurkan klien untuk

meningkatkan istirahat, menganjurkan keluarga untuk memakai

pakaian yang tipis pada pasien dan cairan dan berkolaborasi

pemberian obat.

Menurut Irwanti dan Mulyanti (2015) Pemberian kompres

air hangat pada pasien demam tifoid sangat berpengaruh terhadap

penurunan suhu tubuh. Penulis menyimpulkan dari hasil analisa

dalam asuhan keperawatan pada kedua klien dengan penerapan

intervensi kompres hangat sudah sesuai antara teori dengan hasil

temuan kasus sehingga tidak ada kesenjangan yang ditemukan.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan disusun dengan metode SOAP.

Evaluasi keperawatan dilaksanakan selama 3 hari dilakukan asuhan

keperawatan. Penulis menyimpulkan pada An. K masalah teratasi

pada hari ketiga dengan hasil tekanan darah 100/80 mmHg, nadi

81 x/menit, suhu 37° C. Sedangkan pada An. A pada hari ketiga

masalah belum teratasi dengan hasil suhu pasien 37,5°C sehingga

asuhan keperawatan tetap dilanjutkan.


59

C. KETERBATASAN

Pada penelitian literature review ini, jumlah jurnal yang digunakan

terbatas dikarenakan kesulitan untuk memperoleh jurnal yang sesuai.

Dasar teori dan referensi yang pakai sebagian masih menggunakan

referensi di bawah tahun 2015. Data yang terdapat pada asuhan

keperawatan studi kasus pasien masih kurang lengkap sehingga ada

beberapa data pengkajian fokus yang tidak tersedia/tidak terkaji.


60
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil literature review asuhan keperawatan anak

demam thyoid dengan masalah hipetermi :

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian yang dilakukan oleh kedua peneliti pada kedua

pasien sudah sesuai dengan teori, meliputi pengkajian identitas

pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat

kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan pemeriksaan

penunjang.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang ditegakkan oleh peneliti berdasarkan data-data

fokus temuan yang mengindikasikan bahwa kedua pasien

mengalami masalah hipetermi.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi untuk masalah hipetermi adalah adalah monitor

tanda-tanda vital,mengobservasi warna kulit, mengajarkan

keluarga cara mengompres yang benar, menganjurkan klien

untuk meningkatkan istirahat, menganjurkan keluarga untuk

memakai pakaian yang tipis pada pasien dan cairan dan

berkolaborasi pemberian obat.

60
62

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan yang dilaksanakan pada kedua

pasien adalah penerapan pemberian kompres hangat yang

bertujuan untuk mengatasi masalah hipetermi pada kedua

pasien.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan pada kedua pasien dilakukan selama

3x24 jam berdasarkan SOAP. Evaluasi keperawatan dari

masalah hipetermi pada An. K masalah teratasi pada hari

ketiga, sedangkan pada An. A belum teratasi pada hari ketiga.

B. SARAN

1. Untuk peneliti selanjutnya

Dapat digunakan sebagai referensi dan data dasar bagi peneliti

selanjutnya dalam melakukan penelitian keperawatan anak

khususnya mengenai asuhan keperawatan anak pada pasien

demam thypoid.

2. Bagi institusi pendididkan

Dapat memberikan referensi dan pembelanjaran bagi peneliti

selanjutnya mengenai asuhan keperawatan anak dengan

demam thypoid
63

DAFTAR PUSTAKA
Angelina, B. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Brunner, Suddarth. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta :
EGC. Direktorat Bina Gizi.
Cahyaningrum, E. D., & Putri, D. 2017. Perbedaan suhu tubuh anak demam
sebelum dan setelah kompres bawang merah. MEDISAINS, 15(2),
66-74.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Profil Kesehatan
Indonesia Tahun2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Doenges, Marilynn E, 2012. Buku Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Firdaus, K.J, 2012. Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta :
CV.Trans Info Media.
Internasional, NANDA. 2016. Diagnosis Keperawatan Definisi Dan
Klasifikasi 2016.Jakarta : EGC.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015, Pedoman penggunaan
antibiotik, Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Titik, Lestari. 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
Lusia, 2015. Pengenalan Daemam dan Perawatanya. Surabaya : AUP
Unair.
Maharani, Lindya, Perbandingan Efektifitaspemberian Kompres Hangat
Dan Tepid Water Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Balita
Yang Mengalami Demam Di Puskesmas Rawat Inap Karya Wanita
Rumbai Pesisir, Skripsi. Universitas Riau, 2011, diperoleh tanggal
29 Mei 2017, dari https://www.scribd.com/doc/73195 543/all-ok.
Marni. 2016. Asuhan keperawatan anak pada penyakit tropis. Semarang:
Erlangga
Muttaqin, Sari. 2011. Aplikasi Asuhan Keperawatan. Jakarta:Salemba
Medika.
Noer, Syaifullah. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta;
EGC
Nurarif .A.H. Dan Kusuma. H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
Mediaction.
64

Nursalam, R.S., & Utami, S. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak
(Untuk Perawatan Dan Anak), Jakarta: Salemba Medika.
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. 2015. Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Sari, A.P., 2016. Analisis Efektifitas Biaya Penggunaan Antibotik Pada
Anak Demam Tifoid di RSUD X Pada Tahun 2016. Skripsi. Fakultas
Farmasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sofifelia, N. 2020. Perawatan Klien Thypus Abdominalis Dengan Masalah
Hipertermi Berbasis Theory Of Comfort (Doctoral Dissertation, Stikes
Insan Cendekia Medika Jombang).
Wahyuningsih, D. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Demam
Typoid Dalam Pemenuhan Kebutuhan Termoregulasi (Doctoral
Dissertation, Stikes Kusuma Husada Surakarta).
Wardiyah, A., Setiawati, S., & Romayati, U. 2016. Perbandingan Efektifitas
Pemberian Kompres Hangat Dan Tepid Sponge Terhadap Penurunan
Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami Demam Di Ruang Alamanda
Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015. Holistik
Jurnal Kesehatan, 10(1), 36-44.
Wardiyah, Aryanti. 2016. Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres
Hangat Dan Tepid sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak
Yang Mengalami demam Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung. Jurnal Ilmu Keperawatan-Volume 4, No.1,45. Diakses
pada januari 2018.
WHO (World Health Organization), 2019. Diakses pada tanggal 5 Januari
2021 https://www.who.int /bulletin /volumes /86/4/06 -039818/en/
Wijaya, Andra Saferi., & Yessie, Mariza P. 2013. Keperawatan Medikal
Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.
Zurimi, S. 2019. Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Dalam Pemenuhan
Ketidakefektifan Termoregulasi Pada Pasien Demam Typoid Di Rsud
Dr. Pp Magretti Saumlaki. Global Health Science (GHS), 4(3), 131-
136.
65

LAMPIRAN 1

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
Jalan Haji Mistar Cokrokusumo No. 1 A Banjarbaru 70714
Telp. (0511) 4773267 – 4780516 – 4781619 Fax. (0511) 4772288
e-mail : poltekkes_banjarmasin@yahoo.co.id, kepeg_poltekkesbjm@yahoo.co.id
Jurusan Kesehatan Lingkungan (0511) 4781131 ; Keperawatan (0511) 4772517 ;
Kebidanan (0511) 4772517;
Gizi (0511) 4368621 ; Keperawatan Gigi (0511) 4781356 : Analis Kesehatan
(0511) 4772718

KARTU KONSULTASI

Nama : Soffia Maghfiroh

NIM : P07120118114

Pembimbing :Hj. Evi Risa Mariana, S.Pd,M.Pd

Judul : Literature Review Asuhan Keperawatan Pada Anak

Dengan Demam Thypoid

No Tanggal Saran Perbaikan Paraf


1. 23 Oktober 2020 1. Pastikan masalah atau
intervensi yang mau di
ambil untuk literature
studi kasus. Kalau
sudah pasti, silakan
lanjutkan.
2. Penulisan kata
perhatikan sesuai
kaidah Bahasa
Indoensia atau Bahasa
Asing yang berlaku.
3. Latar belakang :
penulisan dari umu ke
khusus. (data dunia,
nasional, regional,
daerah jika ada).
4. Cari jurnal yang
berkaitan dengan
66

keyword studi kasus


minimal 3 jurnal, bila
untuk memperkaya
pembahasan cari jurnal
lebih dari 3. Buat daftar
jurnal yang diambil
untuk mendukung
literature studi kasus ini
pada saat konsul
berikutnya.
5. Penulisan paragraph
terdiri dari beberapa
kalimat, 1 pokok
pikiran dan tidak terlalu
panjang.
2. 18 November 2020 1. Konsul berikutnya
pakai cover dan nomor
halaman.
2. Intervensi yang kamu
ambil dalam studi kasus
ini coba uraikan dengan
baik dalam latar
belakang.
3. Penulisan kata
perhatikan sesuai
kaidah Bahasa
Indonesia atau Bahasa
Asing yang berlaku.
Penulisan 2 spasi dan
antara kata 1 dengan
yang lain jangan
tergabung.
4. Perbaiki Bab I,
selanjutnya buat Bab II
dan konsul kembali
3. 28 Januari 2021 1. Cover ditulis literature
review dulu atau judul
dulu, lihat pedoman.
Cover ganti tahun 2021
2. Coba perhatikan
halaman 3 masih ada
paragraph yang teridiri
dari 1 kalimat saja, coba
cek dan perbaiki. 1
paragraph terdiri dari
lebih dari 1 kalimat.
3. Jurnal cari lagi untuk
67

memperkaya
pembahasan.
4. Perbaiki Bab I, buat
Bab II dan konsul
kembali
4. 26 Februari 2021 1. Cover ditulis literature review
dulu baru Asuhan
Keperawatan
2. Lengkapi keseluruhan, daftar
isi dll.
3. Perbaiki penulisan daftar
pustaka, 1 judul buku 1 spasi,
jarak antara buku 2 spasi. Cek
lagi apakah semua yang
dikutip sudah masuk dalam
daftar pustaka atau sebaliknya.
4. Prinsip saya setujui, siapkan
untuk seminar proposal.
5. 17 Mei 2021 1. Tulisan dalam tabel cukup 1
spasi
2. Pembahasan fokus pada apa
yang berbeda dari pasien 1 dan
2, ada tulisan dari peneliti dan
dukung dengan teori (mulai
pengkajian-evaluasi)
3. Kesimpulan menjawab tujuan
khusus
4. Saran operasional dan mudah
dilaksanakan
5. Buat selengkapnya
(cover,abstrak dll sampai akhir
Bab dan lampiran )

Pembimbing I

Hj. Evi Risa Mariana, S.Pd,M.Pd


NIP. 197112251994032002
68

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
Jalan Haji Mistar Cokrokusumo No. 1 A Banjarbaru 70714
Telp. (0511) 4773267 – 4780516 – 4781619 Fax. (0511) 4772288
e-mail : poltekkes_banjarmasin@yahoo.co.id, kepeg_poltekkesbjm@yahoo.co.id
Jurusan Kesehatan Lingkungan (0511) 4781131 ; Keperawatan (0511) 4772517 ;
Kebidanan (0511) 4772517;
Gizi (0511) 4368621 ; Keperawatan Gigi (0511) 4781356 : Analis Kesehatan
(0511) 4772718

KARTU KONSULTASI

Nama : Soffia Maghfiroh

NIM : P07120118114

Pembimbing : Evy Marlinda, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.An

Judul : Literature Review Asuhan Keperawatan Pada Anak

Dengan Pneumonia

No Tanggal Saran Perbaikan Paraf


1. 3 Maret 2021 1. Alasan kenapa hipertermi yg
menjadi patokan utama dalam
pembahasan kasus
2. Penulisan :
a. Banyak sekali kesalahan
penulisan (typo) dari bab i - iii)
cek lagi ya!
b. Bahasa asing --> cetak miring
(mau latin, inggris atau bahasa
asing lainnya)
c. Ph bukan ph
d. Paragraf yg mempunyai pokok
pikiran yang sama sebaiknya
disatukan, misal yg membahas
tentang penyebab demam
typhoid ada ditulis di hal 1 dan
hal 3 (cenderung pengulangan
yg tdk perlu)
e. Penulisan huruf besar : hanya
di awal kalimat, penulisan
69

singkatan dan di awal nama


orang / nama tempat
Bab ii --> gambar harus ada
keterangan gambar apa yg
dicantumkan
3. Pada penulisan diagnosa
keperawatan no 2 --> defisien
atau defisit? Lihat lagi
penulisannya di nanda ya
4. Daftar pustaka : lihat pedoman
penulisan
2. 15 Maret 2021 1. Daftar pustaka : masukan semua
referensi yg ditulis dalam bab 1
sampai 3
2. Pada penulisan referensi : hal 2
(jurnal kesehatan 2018),
seharusnya yg ditulis nama
pengarang bukan nama jurnalnya
3. Penulisan spasi harus konsisten
1,5 spasi, kecuali kalau di dalam
isi tabel boleh 1 spasi
4. Pada penulisan tujuan dan
rencana keperawatan sebaiknya
melihat pada nanda NIC-NOC
atau berdasarkan SLKI dan SIKI

3. 22 Maret 2021 1. Cek pengetikan :


margin, layout, penomoran
urutan penulisan sejak dari cover
depan s.d hal terakhir (usahakan
kesalahan penulisan tidak ada)
Judul bab
A.
B.
1.
2.
a.
b.
1)
2)
a)
b)
(1)
(2)
(a)
(b)
2. Penulisan daftar Pustaka : semua
referensi masukan dalam daftar
70

pustaka, tidak ada yang


ditinggalkan. penulisan daftpust
--> lihat pedoman, mana yg
dicetak miring, ada bagian yg
menjorok ke dlm
3. Pada rencana : penulisan
diagnosa --> faktor yg
berhubungan hanya ditulis yg
berkaitan dg kasu typhoid yg
kamu angkat
4. Pada bab 3 : waktu dan tempat
sebaiknya dihilangkan saja

4. 29 Maret 2021 1. Cek dan ricek penulisan dari bab


1 s.d daftar pustaka, yg
seharusnya huruf besar harus
ditulis huruf besar ya, jgn dibuat
jadi huruf kecil, contoh
penulisan EGC jgn ditulis Egc
2. Perhatikan layout dan margin
sejak dari cover s.d daftar
pustaka
3. Di latar belakang sebaiknya
kamu juga mempelajari apa saja
maslah keperawatan yg dialami
oleh anak dg demam typhoid
selain demam

5. 01 April 2021 1. Pada prinsipnya saya ACC


2. Perhatikan kembali penulisan,
pengetikan, hindari kesalahan
penulisan.
3. Perhatikan penulisan daftar
pustaka : rata kiri-kanannya

Pembimbing II

Evy Marlinda, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.An


NIP. 197709122002122002

Anda mungkin juga menyukai