Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

ASFIKSIA NEONATORUM

Disusun Oleh :
Ahmad Khusni Mubarok
113119052

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN 2019

0
LAPORAN PENDAHULUAN ASFIKIA NONATUS

A. Pengertian
Asfiksia berarti hipoksia progresif penimbunan CO2 dan asidosis jika
prosese ini berlangsung terlalu jauh dapat mengaibatkan kerusakan otak atau
kematian, mempengaruhi fungsi vital lainnya. Asfiksia lahir ditandai dengan
hipoksemia (PaO2 menurun) dan hiperkarbia (peningkatan PaCO2) (FKUI,
2007).
Asfiksia neonatum adalah keadaan bayi baru lahir tidak dapt bernafas
secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Hidayat, 2005).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin
dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul
dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat
asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara
sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut
yang mungkin timbul. (Prawirohardjo: 1991).
Asfiksia ini dapat terjadi karena hipoksia kronik dalam uetrus
menyebabkan tersedianya sedikit energi untuk dapat memenuhi kebutuhan
pada saat persalinan dan kelahiran. Sehingga, asiksia intra uterin dapat terjadi,
denan masalah sitemik yang mungkin terjadi. (Ladewig dkk: 2006).
Asfiksia neonatarum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur segera stelah lahir keadaan tersebut dapat disertai
dengan adanya hipoksia, hiperkapnea, dan sampai ke asidosis. Keadaan
asfiksia ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan fungsi organ bayi
seperti pengembangan paru-paru. Proses terjadinya asfiksia neonatarum ini
dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan, atau dapat terjadi segera
setelah lahir, banyak fakto yang menyebabkannnya diantaranya adanya
penyakit pada ibu sewaktu hamil seperti hipertensi, paru, gangguan konstraksi
uterus pada ibu resiko tinggi kehamilan, dapat terjadi pada faktor plasenta
seperti janin dengan solusio plasenta, atau juga faktor janin itu sendiri.
(Hidayat, 2005).

B. Kalsifikasi
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR:
1. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3
2. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6
3. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9
4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Nilai Apgar
a. Nilai 0-3 : Asfiksia berat
b. Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
c. Nilai 7-10 : Normal
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila
nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit
sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan
resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai
resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak
menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar)

C. Etiologi
1. Faktor ibu
a) Pre eklams dan eklamsi, DM, anemia, HT
b) Perdarahan abnormal (plasenta previa dan solusio plasenta)
c) Partus lama dan macet
d) Demam selama persalinan, infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
e) Kehamilan lewat waktu
2. Faktor tali pusat
a) Lilitan tali pusat
b) Tali pusat pendek
c) Simpul tali pusat
d) Prolapus tali pusat
3. Faktor bayi
a) Bayi premature ( < 37 minggu)
b) Presentasi janin abnormal
c) Persalinan dengan tindakan ( ekstraksi vacuum, ekstraksi forcep)
4. Faktor yang mendadakan
a. Bayi
1) Gangguan peredaran darah pada tali pusat karena tekanan tali pusat
2) Depresi pernafasan karena obat-obat anastesi atau analgetik yang
diberikan pada ibu, perdarahan itral karnial, dan kelainan bawaan.
b. Ibu
1) Gangguan his, misalnya hipertoni dan tetani
2) Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan
3) Hipertensi eklamsi
4) Gangguan mendadak pada plasenta seperti solusio

D. Manisfestasi klinis
1. Pada kehamilan
a. DJJ > 160 x permenit atau < 100 x permenit,
b. Halus dan ierguler,
c. Adanya pengeluaran mekonium
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi pucat dan sianosis
b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
c. Hipoksia
d. Asidosi metabolic dan respiratorik
e. Perubahan fungsi jantung
f. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala
neurologic, kejang, nistagamus, menangis kurang baik/tidak menangis
g. Bayi tidak bernafas/ nafas megap-megap, tidak ada reflex rangsangan,
denyut jantung < 100 kali permenit, kulit sianosis,pucat, tonus otot
mneurun, apgar Skor menurun.
E. Pemeriksaan diagnostic
a. Laboratorium AGD : mengkaji tingkat dimana paru-paru mampu
memberikan O2 yang adekuat.
b. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
c. Babygram (photo rongten dada)
d. Ekstrolit darah
e. Gula darah
f. Pulse oximetry : metode pemantauan non invasive secara kontinau
terhadap saturasi O2 Hb, pemantauan SPO2

F. Patofisiologi
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta.
Adanya hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional
dan biokimia pada janin. Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia.
(Anonim:Online).
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan
terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat.
Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat
dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga
DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang.
Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa
kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus
tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung
mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-
angsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan
menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan
darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid).
Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode
apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan
kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi
terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara
spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan
pemberian tidak dimulai segera.
G. Pathway
H. Penatalaksanaan medis
1. Resusitasi
a. Apneu primer : nafas cepat, tonus otot berkurang, sianosis
b. Apneu sekunder : nafas megap-mega dan dalam, denyut jantung
menurun, lemas, tidak berespon terhadap rangsangan
c. Tindakan ABC
1) Assesment/Airway : observasi warna, suara, aktivitas bayi, HR,
RR, Capilary refill
2) Breathing : melakukan rangsangan taksil untuk mulai pernafasan
3) Circulation : bila HR < 60 x ermenit atau 80 x permenit, jika tidak
ada perbaiakan dilakukan kompresi.
I. Penanganan Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal
sebagai ABC resusitasi, yaitu :
1. Memastikan saluran terbuka
a. Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.
b. Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
c. Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan
saluran pernafasan terbuka.
2. Memulai pernafasan
a. Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan
b. Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon
atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
3. Mempertahankan sirkulasi
a. Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
1) Kompresi dada.
2) Pengobatan
J. Tindakan Resusitasi
1. Detail Cara Resusitasi
Langkah-Langkah Resusitasi
a. Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh
bayi dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.
b. Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas
yang datar.
c. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).
d. Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut
sudah bersih kemudian lanjutkan ke hidung.
e. Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi
dan mengusap-usap punggung bayi.
f. Nilai pernafasan Jika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung
selama 6 detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai
warna kulit jika merah / sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru
beri oksigen. Denyut jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi
tekanan positif.
1) Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan
positif.
2) Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan O2 100 %
melalui ambubag atau masker, masker harus menutupi hidung dan
mulut tetapi tidak menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri
bantuan dari mulur ke mulut, kecepatan PPV 40 – 60 x / menit.
3) Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik,
hasil kalikan 10.
a) 100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan.
b) 60 – 100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian
PPV.
c) 60 – 100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan
PPV, disertai kompresi jantung.
d) < 10 x / menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung.
e) Kompresi jantung
3) Perbandingan kompresi jantung dengan ventilasi adalah 3 : 1, ada 2
cara kompresi jantung :
a) Kedua ibu jari menekan sternum sedalam 1 cm dan tangan lain
mengelilingi tubuh bayi.
b) Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan lain
menahan belakang tubuh bayi.
g. Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi
dada.
h. Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV
sampai denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan.
i. Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat
epineprin 1 : 10.000 dosis 0,2 – 0,3 mL / kg BB secara IV.
j. Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit hentikan
obat.
k. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai
dosis diatas tiap 3 – 5 menit.\
l. Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak
rewspon terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat
dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit. (Wiknjosastro,
2007)
2. Persiapan resusitasi
Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan
efektif, kedua faktor utama yang perlu dilakukan adalah
a. Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirannya bayi dengan
depresi dapat terjadi tanpa diduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi
dengan depresi atau asfiksia dapat diantisipasi dengan meninjau
riwayat antepartum dan intrapartum.
b. Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil.
Persiapan minumum antara lain :
1) Alat pemanas siap pakai – Oksigen
2) Alat pengisap
3) Alat sungkup dan balon resusitasi
4) Alat intubasi
5) Obat-obatan
c. Prinsip-prinsip resusitasi yang efektif
1) Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi
neonatal harus rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.
2) Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui
apa yang harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan
efektif dan efesien
3) Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus
bekerjasama sebagai suatu tim yang terkoordinasi.
4) Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap
tahapan berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan
reaksi dari pasien.
5) Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus
tersedia clan siap pakai.
K. Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain
a. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak
pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik
otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat
menimbulkan perdarahan otak.
b. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia,
keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya,
yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung
akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal
inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah
mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
c. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran
gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan
kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak
tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.
d. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan
menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan
perdarahan pada otak.

L. Penilaian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir


Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai
bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan
tindakan resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung
melalui rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan
tindakan lanjutan. Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata
ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu :
1. Penafasan
2. Denyut jantung
3. Warna kulit
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi
atau membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian
pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak
kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk
tindakan vertilasi dengan tekanan positif (VTP).

M. Pengkajian fokus
1. Data biografi
2. Riwayat persalinan
3. Pemeriksaan fisik
4. Riwayat kesehatan klien / bayi saat ini
5. Riwayat kelahiran bayi
6. Nilai apgar skore
7. Pengkajian ABC
8. Pemerikasaan tingkat perkembangan/efleks premitif
N. Diagnose dan Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
mucus
a. Bersihkan jalan nafas
b. Auskultasi suara nafas
c. Berikan O2 baik nasal atau dengan headbox
d. Monitor status O2
e. Monitor respirasi
f. Lakukan fisioterapi dada
g. Posisikan bayi untuk memaksimalkan ventilasi
h. Kalaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi
a. Buka jalan nafas
b. Posisikan bayi
c. Auskultasi suara nafas
d. Keluarkan lender dengar suction
e. Monitor adanya cuping hidung
f. Monitor respirasi
g. Berikan O2 sesuai indikasi
h. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan suction
i. Kalaborasi dengan untuk pemeriksaan AGD dan terapi obat
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi
a. Kaji bunyi paru, frekuensi, kedalaman pernafasan dan produksi sputum
b. Pantau saturasi O2 dengan oksimetri
c. Pantau keadaan dan keluhan pasien
d. Pantau vital sign
e. Pantau hasil AGD
4. Resiko cidera berhubungan dengan anomaly congenital tidak terdeteksi,
tidak teratasi pemajanan pada agen infeksius
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
b. Pakai sarung tangan steril
c. Ajarkan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi
d. Bebaskan dari cidera dan komplikasi
5. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh (hipo/hipertermia) berhubungan
dengan transisi lingkungan
a. Hangatkan bayi
b. Monitor gejala hipotermi atau hipertermi
c. Monitor vital sign
d. Monitor adanya bradikardi
e. Monitor pernafasn
f. Kaji warna kulit dan gejala siaonosis
6. Proses keluarga terhenti berhubungan dengan pergatian status kesehatan
anggota keluarga
a. Tentukan proses tipe keluarga
b. Identifikasi efek pertukaran peran dalam anggota keluarga
c. Bantu anggota keluarga menggunakan metode support yang ada
d. Bantu anggota kelaurga untuk merencanakan strategi yang normal
dalam segala situasi
7. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan respon imun yang terganggu
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
b. Lakukan tehnik aseptic dan antiseptic dalam pemberian askep
c. Lakukan perawatan tali pusat
d. Jaga kebersihan badan dan lingkungan bayi
e. Observasi tanda infeksi
f. Hindarkan bayi kontak dengan yang sakit
g. Kalaborasi pemberian obat dan antiseptic
8. Resiko terjadinya hipoglikemi berhubungan dengan metabolism
meningkat
a. Berikan nutrisi secara adekuat
b. Hanagtkan bayi
c. Observasi tanda vital
d. Lakukan cek GDS
e. Monitor keadaan umum
f. Kalaborasi dengan tim medis utnuk pemeriksaan laboratorium

O. Evaluasi
1. Bersihan jalan nafas efektif
2. Pola nafas efektif
3. Pertukaran gas adekuat
4. Resiko cidera dapat dicegah
5. Suhu kembali normal
6. Koping keluarga adekuat
7. Tidak terjadi infeksi
8. Tidak terjadi hipoglikemi selama masa perawatan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Yurlita
Tempat praktek : Perinatologi
Tanggal : Rabu, 3 Februari 2015

I. Identitas
Nama : Bn. P
Tanggal lahir : 03 Februari 2015
Nama ayah/ibu : Tn. S / Ny. P
Pekerjaan ayah/ibu : Buruh / IRT
Pendidikan ayah/ibu : SMA
Alamat : Delanggu, Klaten
Agama : Islam
Suku : Jawa

II. Keluhan utama


Bn. P masuk ruang perinatologi kiriman dari Rumah Sakit Rejosari Delanggu
dengan keluhan nangis merintih, perut kembung, sesak nafas disertai dengan
lender, akral dingin, reflek premitif positif tetapi lemah, tampak retraksi dada,
keadaan umum lemah, apgar skore lahir 4/5/6. Bn. P lahir spontan dengan
ekstraksi vakum usia kehamilan 39 minggu.

III. Riwayat kehamilan dan kelahiran


A. Prenatal
Ibu mengatakan sering memeriksakan kehamilannya ke bidan desa, ibu di
ajurkan banyak mengkonkumsi buah da sayur, mendapatkan penyuluhan
persiapan menjelang persalinan.
Selama hamil ibu mendapatkan vitamin dan suplemen penambah darah.
Ibu mengalami kenaikan berat badan selama hamil adalah 10 kg.
B. Natal
Ibu mengatakan ketuban sudah pecah sejak 15 jam, pada jam 06.00 pagi
ibu sudah pembukaan 7 tapi pembukaan tidak bertambah sehingga
dilakukan vakum ekstraks jam 12.30 siang, tidak ada komplikasi
persalinan. Cara melahirkan dengan spontan di RS Rejosari.
C. Post natal
Usaha nafas bayi spontan, apgar lahir 4/5/6, obat yang diberikan pada Bn.
P setelah masuk ke ruang perinatologi adalah infuse D 10 %*ml/jam,
ampisilin 80 gr/12jam, O2 headbox 5 lpm, belum ada reaksi antara bayi
dan orang tua, tidak ada trauma lahir.Bn. P Sudah Meconium tapi belum
BAK.
IV. Riwayat keluarga
Genoogram

Keterangan :

Serumah
Perempuan

Laki – laki Keturunan

Pasien X Meninggal

V. Riwayat social
Hubungan orang tua dengan bayi belum terjalin karena Bn. P segera di rujuk
ke RSPA Boyolali karena Bn. P mengalami Asfiksia.
Anak yang lain : ibu mengatakan Bn P sekarang adalah anak pertama mereka.
Lingkungan rumah dipedesaan yang padat penduduknya.

VI. Keadaan kesehatan saat ini


1. Diagnose medis : asfiksia sedang,
2. Lahir spontan dengan indikasi vacuum ekstrasi.
3. Bn. P dipuasakan sampai jam 06.00 pagi,
4. Status cairan infuse D 10 % 10cc/jam,
5. Terapi obat mendapatkan ampisilin 80 mg/12 jam, injeksi vitamin K,
aktivitas bayi sangat lemah.
6. Tindakan keperawatan yang dilakukan :
a. Mengobservasi keadaan umum bayi
b. Mengukur vital sign
c. Mengukur antropometri
d. Memberikan terapi O2 headbox
e. Melakukan suction
f. Memasang NGT dan infuse
g. Memberikan terapi cairan infuse D 10% 10cc/jam
h. Megobservasi respirasi
i. Menilai Apgar skore
j. Mengobservasi tanda kejang dan sianosis
k. Mengganti baju dan popok bayi

VII. Pemeriksaan fisik


1. Keadaan umum : lemah
2. Kesadaran : apatis E2 V4 M4
3. Tanda vital : HR : 145x/menit, RR : 66x/menit, suhu : 36 C,
4. Antropometri : BBL : 3800 gram, LiLa : 11 cm, LD : 32,5 cm, PB
: 50 cm,
LP : 34 cm, LK : 31,5 cm
5. Refleks : Moro (+), menggenggam (+), isap (+), reflex
lemah.
6. Aktivitas / tonus : aktif, tanda-tanda kejang, menangis lemah
7. Kepala/ leher : frontal anterior lunak, sutura sagitalis tepat,
gambaran
wajah simetris, molding bersesuaian
8. Mata : bersih, ada keduanya, reflex cahaya (+/+)
9. THT : telinga normal, palatum normal, hidung bilateral
10. Abdomen : kembung, tali pusat segar, lingkar perut 34 cm
11. Thorax : simetris, terdapat retraksi dada
12. Paru-paru :
a. Suara nafas : stidor sebelum di suction, terdengar di semua
lapang paru
b. Respirasi : spontan, tampak sesak, RR 66x/menit,
menggunaka headbox
13. Jantung : bunyi jantung normal
14. Extremitas : aktremitas bergerak semua, dan simetris, tidak ada
kelainan
15. Umbilicus : normal
16. Genetalia : laki-laki normal, testil turun.
17. Anus : paten
18. Spina : normal
19. Kulit : warna kulit pucat, sianosis
20. Suhu : 36 C, penghangat radian

VIII. Pemeriksaan tingkat perkembangan


a. Kemandirian dan bergaul : bayi hanya tidur
b. Motorik halus : gerakan mata ada, reflex (+)
c. Kognitif dan bahasa : bayi menangis jika merasa tidak nyaman
d. Motorik kasar : bayi menggerakkan kaki dan tangan jika ada respon dari
sekitar.
e. Kesimpulan : bayi menangis saat merasa tidak nyaman dan mengeluarkan
suara saat menangis ( merintih ).

IX. Informasi lain


Terapi yang diberikan :
1. Tanggal 3 februari 2015
a. Infuse D10% 10cc/jam
b. Injeksi ampisilin 2x180 mg/12jam
c. Injeksi gentamicin 1x18 mg/24jam
2. Tanggal 4 februari 2015
a. Infuse D10% 10cc/jam
b. Injeksi ampisilin 2x180 mg/12jam
c. Injeksi gentamicin 1x18 mg/24jam
3. Tanggal 5 februari 2015
a. Infuse D10% 10cc/jam
b. Injeksi ampisilin 2x180 mg/12jam
c. Injeksi gentamicin 1x18 mg/24jam

X. Analisa data
Data Problem Etiologi
DS : - Bersihan jalan nafas Penumpukkan
DO : tidak efektif mucus
1. Bayi tampak sulit bernafas
2. Terdapat secret dimulut
3. Bayi tampak sesak
4. Bayi terpasang O2 HB 5lpm
5. RR : 66x/menit
6. HR : 145x/menit
7. Retraksi dada (+)
DS : - Resiko hipotermi Transisi
DO : lingkungan luar
1. Akral dingin
2. Suhu 36 C
3. RR : 66x/menit
4. Bayi tampak lemah
5. Kuku jari tampak sianosis
6. Apgar skore lahir 4/5/6
DS : - Resiko infeksi Respon imun yang
DO : terganggu
1. Umbilicus terpasang infuse D10%
10cc/jam mulai tanggal 4 februari
2015
2. Terpasang OGT

XI. Diagnose keperawatan


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan secrer
2. Resiko hipotermi b.d transisi lingkungan luar
3. Resiko infeksi b.d respon imun yang terganggu
XII. Intervensi
No NOC NIC
I Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam 1. Auskultasi suara nafas
diharapkan jalan nafas efektif ditandai dengan : 2. Berikan O2 HB 5lpm
Respirasi dalam batas normal ( 40-60x/menit) 3. Monitor status O2 dan respirasi
Tidak ada suara nafas tambahan 4. Posisikan pasien
Vital sign dalam batas normal 5. Lakukan suction
6. Kalaborasi dengan tim medis pemberian terapi obat
II Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor vital sign
diharapkan tidak terjadi hipotermi ditandai dengan : 2. Hangatkan bayi
Vital sign dalam batas normal (khususnya suhu 36,5-37,5 C) 3. Monitor gejala hipotermi atau hipertermi
4. Monitor adanya bradikardi
5. Monitor pernafasn
6. Kaji warna kulit dan gejala siaonosis
III Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
diharapkan tidak terjadi infeksi ditandai dengan : 2. Lakukan tehnik aseptic dan antiseptic dalam pemberian askep
Tidak ada tanda gejala infeksi 3. Lakukan perawatan tali pusat
Suhu dalam batas normal 4. Jaga kebersihan badan dan lingkungan bayi
Tidak terjadi kejang 5. Observasi tanda infeksi
6. Hindarkan bayi kontak dengan yang sakit
7. Kalaborasi pemberian obat dan antiseptic

XIII. Implementasi dan Evaluasi


Hari/tgl Dx Implementasi Respon Evaluasi
03/02/2015 I 1. Mengauskultasi suara nafas 1. DS : - S: -
Jam 15.15 DO : stridor,
2. Memberikan O2 HB 5lpm
2. DS : - O: Ku lemah, kesadaran Apatis,
3. Memonitor status O2 dan respirasi DO : terpasang O2 HB 5 lpm menangis merintih,
3. DS : - RR 66 x/menit, HR 145x/menit
4. Memposisikan pasien
DO : SPO2 100 Suara nafas stridor
5. Melakukan suction 4. DS : - Tampak sesak
DO : kepala menengadah
6. Mengkalaborasi dengan tim medis
5. DS : - A Masalah teratasi sebagian
pemberian terapi obat DO : terdapat lendir 5 cc
6. DS : - P Monitor ku dan respirasi
DO : Lanjut intervensi
Injeksi gentamicin 1x18 mg/24jam

Jam 16.40 II 1. Memonitor vital sign 1. DS : - S -


DO : suhu 36 C, RR 66x/menit
2. Menghangatkan bayi
HR 145x/menit, O Akral dingin, suhu 36 C, kulit
3. Memonitor gejala hipotermi atau 2. DS : - pucat tampak sianosis
DO :bayi digedong
hipertermi
3. DS : - A Masalah teratasi sebagian
4. Memonitor adanya bradikardi DO : akral dingin, suhu 36 C
4. DS : -
5. Memonitor pernafasn
DO : HR 145x/menit (normal) P Monitor Vs dan hipotermi
6. Mengkaji warna kulit dan gejala 5. DS : - Lanjutkan intervensi
siaonosis DO : pernafasan vesikuler
6. DS : -
DO : kulit pucat dan tampak
sianosis
Jam 17.50 III 1. Mencuci tangan sebelum dan 1. DS : - S -
DO :
sesudah kontak dengan bayi
perawat mencuci tangan
2. Melakukan tehnik aseptic dan 2. DS : - O Tidak ada tanda infeksi, suhu 36
DO : C, ampisilin masuk 180 mg
antiseptic dalam pemberian askep
setiap BAB di bersihkan dengan
3. Melakukan perawatan tali pusat savlon, sebelum injeksi IV A Masalah teratasi sebagian
dibersihkan dengan alkohol
4. Menjaga kebersihan badan dan
3. DS : -
lingkungan bayi DO : memberikan betadin setiap
habis mandi P Pantau Vs
5. Mengobservasi tanda infeksi
4. DS : - Observasi tanda infeksi
6. Menganjurkan ibu untuk DO : bed pasien tampak bersih Lanjut intervensi
5. DS : -
memberikan ASI
DO : tidak ada tanda infeksi
7. Mengkalaborasi pemberian obat dan 6. DS : -
antiseptic DO : ibu sudah memberikan ASI
setiap 2 jam
7. DS : -
DO : Injeksi ampisilin 2x180
mg/12jam,

05/02/2015 I 1. Mengauskultasi suara nafas 1. DS : - S -


Jam 14.15 DO : tidak ada suara tambahan
2. Memberikan O2
Suara nafas vesikuler O Tidak ada suara tambahan
3. Memonitor respirasi 2. DS : - O2 1 lpm
4. Mengkalaborasi dengan tim medis DO : terpasang O2 nasal 1 lpm RR 40x/menit
3. DS : - HR 136x/menit
pemberian terapi obat
DO : respirasi normal, RR
40x/menit A Masalah teratasi sebagian
4. DS : -
5. DO : Injeksi gentamicin 1x18 P Monitor pernafasan
mg/24jam Lanjut intervensi

Jam 16.00 II 1. Memonitor vital sign dan Ku 1. DS : - S -


DO : Ku lemah, RR 40x/menit,
2. Menghangatkan bayi
suhu 37,4 C, HR 134x/menit
3. Memonitor gejala hipotermi atau 2. DS : - O Tidak terdapat tanda hipotermi
DO : bayi digedong, penghangat Suhu 37,4 C
hipertermi
radian Akral hangat
4. Memonitor adanya bradikardi 3. DS : -
DO : suhu normal A Masalah teratas sebagaian
5. Memonitor pernafasn
4. DS : -
6. Mengkaji warna kulit dan gejala DO : HR normal
siaonosis 5. DS : - P Monitor suhu
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan DO : pernafasan vesikuler, tidak Lanjutkan intervensi
skin to skin sesak
6. DS :
DO : kulit kemerahan
7. DS : -
DO : ibu kooperatif
Jam 19.00 III 1. Mencuci tangan sebelum dan 1. DS : - S -
DO : perawat sudah mencuci
sesudah kontak dengan bayi
tangan
2. Melakukan tehnik aseptic dan 2. DS : - O Tidak ada tanda infeski
DO : setiap BAB di bersihkan Suhu 37,4 C
antiseptic dalam pemberian askep dengan savlon, sebelum injeksi IV
dibersihkan dengan alkohol A Masalah teratasi sebagian
3. Melakukan perawatan tali pusat
3. DS : -
4. Menjaga kebersihan badan dan DO : memberikan betadin setiap
habis mandi
lingkungan bayi
4. DS : - P Monitor tanda infeksi
5. Mengobservasi tanda infeksi DO : membersihkan box bayi Lanjut intervensi
setiap pagi, mengganti popok
6. Menganjurkan ibu untuk
setelah BAK dan BAB
memberikan ASI 5. DS : -
DO : tidak ada tanda infeksi
7. Mengkalaborasi pemberian obat dan
6. DS :-
antiseptic DO :ibu memberikan ASI setiap 2
jam
7. DS : -
DO : Injeksi ampisilin 2x180
mg/12jam,

06/02/2015 I 1. Mengauskultasi suara nafas 1. DS : - S -


Jam 20.45 DO : tidak ada suara tambahan
2. Memberikan O2
RR : 44x/menit O tidak ada suara tambahan
3. Mengkalaborasi dengan tim medis HR : 136x/menit RR : 44x/menit
pemberian terapi obat 2. DS : - HR : 136x/menit
DO : O2 dilepas A Masalah teratasi
3. DS : -
DO : gentamicin 1x18mg/ 24 jm P Hentikan intervensi

Jam 21.00 II 1. memonitor vital sign 1. DS : - S -


DO : Ku lemah, suhu 36,9 C, HR
2. menghangatkan bayi 134x/menit O Tidak ada tanda hipotermi
2. DS : - Suhu 36,9 C
3. Mengmonitor gejala hipotermi atau
DO : bayi digedong
hipertermi 3. DS : - A Masalah teratasi s
DO : suhu 36,9 C
4. Memonitor pernafasn
4. DS : - P Hentikan intervensi
5. Mengkaji warna kulit dan gejala DO : RR 45x/menit
siaonosis 5. DS : -
DO : kulit kemerahan, tidak ada
gejala sianosis

Jam 06.00 III 1. Mencuci tangan sebelum dan 1. DS : - S -


DO : perawat dan orang tua sudah
sesudah kontak dengan bayi
mencuci tangan
2. Melakukan tehnik aseptic dan 2. DS : - O Tidak ada tanda infeksi
DO : membersihkan box bayi Suhu 36,9 C
antiseptic dalam pemberian askep
setiap pagi, mengganti popok
3. Melakukan perawatan tali pusat setelah BAK dan BAB A Masalah teratasi sebagian
3. DS : -
4. Menjaga kebersihan badan dan
DO : mengganti kassa setiap pagi
lingkungan bayi 4. DS : - P Pantau tanda infeksi dan Vs
DO : membersihkan box bayi Lanjut intervensi
5. Mengobservasi tanda infeksi
setiap pagi
6. Mengkalaborasi pemberian obat dan 5. DS : -
antiseptic DO : tidak ada tanda infeksi
6. DS : -
DO : Injeksi ampisilin 2x180
mg/12jam
DAFTAR PUSTAKA

1. Hidayat, A.A.2008. pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan.


Jakarta : Medika Selemba.
2. Mohan, H. 2013. Pathology practical book. Ed 3. Jaypee Replika press PVT
3. Manuaba, dkk. 2007. Pengantar kuliah obstetric. Cet . penerbit buku kedokteran
EGC : Jakarta
4. Wilkinson. 2007. Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan
criteria hasil NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC
5. http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/18/jhptump-a-mayanginda-896-1-babi.pdf
6. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37594/4/Chapter%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai