Disusun oleh :
FATIMAH AZ ZAHRAH
NIM. P07134322013
ABSTRAK
Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko terhadap prevalensi penyakit
tidak menular utama seperti kardiovaskular, diabetes melitus, strok, kanker, dan
penyakit paru obstruktif kronik. Penelitian memiliki desain potong lintang, yang
merupakan bagian dari penelitian Kohor Biomedis Faktor Risiko PTM dan TKA
tahun 2018 dengan subjek responden laki-laki serta perempuan dewasa berusia
lebih dari 30 tahun sebanyak 2092 responden. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui hubungan kadar glukosa darah terhadap profil lemak darah sebagai
salah satu indikator dislipidemia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
11,7% responden menderita diabetes melitus dengan kadar glukosa puasa ≥126
mg/dl dan 12,69% responden mempunyai kadar glukosa darah 2 jam post prandial
≥200 mg/dl. Perempuan lebih cenderung memiliki kadar HDL rendah daripada
laki-laki (34,0% vs 9,3%), Sebanyak 36,0% responden mempunyai kadar
kolesterol tinggi (≥240 mg/dl), sebesar 20,1% responden memiliki kadar LDL
yang sangat tinggi (≥190 mg/dl) dan 12,2% responden mempunyai kadar
trigliserida tinggi (200-449 mg/dl). Analisis data menunjukkan terdapat hubungan
yang signifikan antara kadar glukosa darah dengan kadar lemak darah (p<0,05)
terutama kadar kolesterol dan trigliserida. Dapat disimpulkan bahwa kadar
glukosa darah memiliki hubungan yang signifikan terhadap peningkatan kadar
lemak darah.
Kata kunci: diabetes melitus, dislipidemia, penelitian kohor biomedis 2018
A. PENDAHULUAN
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai
dengan peningkatan maupun penurunan kadar lemak dalam plasma.
Kelainan kadar lemak yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol
total, kolesterol LDL, kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar.[1]
Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko dari kejadian penyakit
tidak menular. Prevalensi penyakit tidak menular (PTM) seperti
kardiovaskular, diabetes melitus, dan strok di berbagai negara mengalami
peningkatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan pada
tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73% kematian dan 60% kesakitan di
seluruh dunia.[2]
Data Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
prevalensi PTM di Indonesia, yaitu strok dari 0,83 persen menjadi 1,2
persen pada tahun 2013, kemudian diabetes melitus dari 5,7 persen pada
tahun 2007 menjadi 6,9 persen pada tahun 2013.3,4 Meningkatnya
prevalensi penyakit diabetus melitus ini seringkali dihubungkan dengan
terjadinya pergeseran gaya hidup seperti penurunan aktivitas fisik dan
konsumsi makanan yang kurang serat dan tidak seimbang.[5]
Dislipidemia akan menimbulkan stres oksidatif, keadaan ini terjadi
akibat gangguan metabolisme lipoprotein yang sering disebut sebagai lipid
triad meliputi peningkatan konsentrasi very low-density lipoprotein
(VLDL) atau trigliserida, penurunan konsentrasi high-density lipoprotein
(HDL), dan terbentuknya small-dense low-density lipoprotein (LDL) yang
lebih bersifat aterogenik.[6]
Hasil penelitian Sufiati dan Erma (2012) menyatakan terdapat
hubungan antara kadar glukosa darah puasa dengan kadar kolesterol,
asupan lemak jenuh dengan kadar trigliserida.[7] Oleh sebab itu
dibutuhkan kajian lebih lanjut untuk melihat hubungan antara kadar
glukosa darah dengan lemak darah yang merupakan faktor predisposisi
kejadian dislipidemia sebagai baseline studi kohor PTM, terutama pada
usia dewasa lebih dari 30 tahun yang merupakan kelompok usia mulai
berisiko mengalami dislipidemia. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui hubungan kadar glukosa darah dikaitkan dengan kadar lemak
darah pada responden laki-laki dan perempuan dewasa usia lebih dari 30
tahun pada populasi studi kohor.
B. METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah analisis potong-lintang dari
sampel kohor 2018. Lokasi penelitian berada di 5 kelurahan (Kebon Klapa,
Babakan Pasar, Babakan, Ciwaringin dan Panaragan) di Kecamatan Bogor
Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Populasi dalam penelitian
adalah laki-laki dan perempuan usia dewasa lebih dari 30 tahun. Besar
sampel dalam penelitian sebanyak 2092 responden.
Spesimen pemeriksaan adalah serum yang berasal dari darah vena,
selanjutnya dilakukan pemeriksaan kadar gula darah (puasa dan dua jam
post prandial) serta profil lipid. Penelitian dilakukan di Laboratorium Gizi
Terpadu, Badan Litbang Kesehatan di Bogor pada bulan Maret sampai
dengan Desember 2018.
Pemeriksaan kadar glukosa darah, dan lemak darah menggunakan
alat uji kimia klinik otomatis ABX Pentra 400. Validasi internal dilakukan
dengan menggunakan Quality Control (QC) harian dan kontrol normal
serta kontrol patologis, sementara validasi eksternal melalui uji komparasi
ke laboratorium independen. Hasil selanjutnya dianalisis secara statistik
dengan menggunakan uji normalitas Kolmogorov Smirnov dan uji korelasi
Cross Tabulation dengan Chi-square. untuk mengetahui hubungan kadar
glukosa darah dengan kadar lemak darah menggunakan SPSS versi 18.0.
Profil lemak darah dapat dilihat pada Tabel 2. Kadar kolesterol total
responden sebagian besar termasuk pada kategori batas tinggi yaitu 200-
239 mg/dl sebanyak 35,7 persen dan kategori tinggi yaitu ≥ 240 mg/dl
sebanyak 36,0 persen. Proporsi responden yang mempunyai kadar
kolesterol normal yaitu <200 mg/dl sebanyak 28,30 persen.
Kadar kolesterol HDL normal laki-laki dan perempuan dewasa
berbeda, yaitu >40 mg/gL dan >50 mg/dL berurutan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa responden perempuan lebih banyak mengalami kadar
HDL rendah (34,0%) dibandingkan responden laki-laki (9,3%).
Sementara proporsi responden dengan kadar kolesterol LDL normal
(<100 mg/dL) sekitar 12,0%. Proporsi responden yang mempunyai kadar
kolesterol LDL tinggi (160-189 mg/dL) dan sangat tinggi (≥ 190 mg/dL)
masih cukup besar, yakni masing-masing 18,2 persen dan 20,1 persen.
Sebagian besar responden mempunyai kadar trigliserida normal
(<150 mg/dL) yakni sebanyak 71,8 persen, namun masih cukup banyak
responden mempunyai kadar trigliserida tinggi (200- 449 mg/dL) dan
sangat tinggi (>500 mg/dL) yakni masing-masing 12,2 persen dan 1,0
persen.
Tabel 2. Sebaran sampel menurut kadar lemak darah dan glukosa
darah
D. KESIMPULAN
Kadar glukosa darah memiliki hubungan yang signifikan terhadap
peningkatan kadar lemak darah. Hasil ini perlu diinterpretasikan secara
hati-hati dengan mempertimbangkan keterbatasan pada studi yakni desain
potong lintang dengan uji baru sebatas cross-tabulation chi-square
sehingga diperlukan studi lanjutan dengan memasukkan variabel atau
determinan lainnya untuk melihat peranan glukosa darah pada kejadian
dislipidemia secara lebih mendalam dengan jumlah sampel yang lebih
besar dan representatif untuk semua daerah baik urban maupun rural.
E. SARAN
Dibutuhkan edukasi kepada masyarakat bahwa penyakit tidak
menular dapat dicegah dengan menjaga kadar glukosa darah dan kadar
lemak darah dalam batas normal dengan cara menghindari pola makan
tinggi gula dan lemak, serta meningkatkan aktivitas fisik.
F. DAFTAR PUSTAKA
1. Purnamasari, D. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus. Jakarta:
Interna Publishing; 2010.
2. WHO/SEARO. Surveillance of Major Noncommunicable Diseases in
South – East Asia Region, Report of an Inter-country
Consultation, 2005.
3. Kementerian Kesehatan RI. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2007.
Badan Litbangkes. Kementerian Kesehatan RI. 2007; Jakarta
4. Kementerian Kesehatan RI. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2013.
Badan Litbangkes. Kementerian Kesehatan RI. 2013; Jakarta
5. Almatsier, S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi (Basic Principles of
nutrition). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 333.
6. Gibson RS. 2005. Principles Of Nutritional Assessment, New York,
Oxford University Press.
7. Bintanah S, Handarsari E. Asupan serat dengan kadar gula darah, kadar
kolesterol total dan status gizi pada pasien diabetus mellitus tipe 2
di Rumah Sakit Roemani Semarang. Seminar Hasil-Hasil
Penelitian – LPPM UNIMUS; 2012. http:// jurnal.unimus.ac.id.
8. Syah B. Non-communicable Disease Surveillance and Prevention in
South-East Asia Region; 2002.
9. Ratna DH. Lipid profile among diverse ethnic group in Indonesia. Acta
Med Indones -Indones J Intern Med. 2011: 43(1): 10.
10. Hayudanti D, Kusumastuty I, Permaningtyas TK. Pengaruh Pemberian
Jus Jambu Biji Merah (Psidium guajava) dan Jeruk Siam (Citrus
nobilis) terhadap Kadar High Density Lipoprotein (HDL) pada
Pasien Dislipidemia. Indonesian Journal of Human Nutrition.
2016: 3(1):41-48.
11. WHO/SEARO. Surveillance of Major Noncommunicable Diseases in
South – East Asia Region, Report of an Inter-country
Consultation; 2005.
12. Parhofer KG. Interaction between Glucose and Lipid Metabolism:
More than Diabetic Dyslipidemia. Diabetes Metab J. 2015: 39
(5): 353-362. doi: 10.4093/dmj.2015.39.5.353
13. Singh O, Gupta M, Khajuria V. Lipid profile and its relationship with
blood glucose levels in metabolic syndrome. National Journal of
Physiology, Pharmacy & Pharmacology. 2015: 5(2): 134 – 137.
14. Cetin I, Beytullah Y, Semsetting S, Idris S, Ilker E. Serum lipid and
lipoprotein levels, dyslipidemia, prevalence, and the factor that
influence these parameters in a Turkish population living in the
Province of Tokat, Tubitak. Turk J Med Sci. 2010: 40(5):771-
782.
15. Daboul MW. Study Measuring the Effect of High Serum Triglyceride
and Cholesterol on Glucose Elevation in Human Serum. Oman
Medical Journal. 2011: 26(2):109-113. doi 10. 5001/omj.2011.27
16. Fodor G. Primary prevention of CVD: Treating dyslipidemia. Clinical
Evidence Handbook A Publication o of BMJ Publishing Group.
2011; 83(10): 1
17. Balitbangkes. Kemenkes RI. Laporan Riskesdas 2018. Badan Litbang
Kesehatan Kemenkes RI, Jakarta 2018.
18. Budiman, Sihombing R, Pradina P. Hubungan dislipidemia, hipertensi
dan diabetes melitus dengan kejadian infark miokard akut. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Andalas. 2015:10(1):32-37