Anda di halaman 1dari 71

HASIL PENELITIAN

KARYA TULIS ILMIAH


ANALISIS SISTEM DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN
DARI LOGISTIK FARMASI KE INSTALASI FARMASI
SALAH SATU RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA BANDUNG

Oleh
Egin Moharom
NIM : 18197089

Diajukan dalam seminar hasil penelitian yang akan digunakan dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah guna memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi pada Program
Studi Diploma III Akademi Farmasi Bumi Siliwangi Bandung

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI AKADEMI


FARMASI BUMI SILIWANGI BANDUNG TERAKREDITASI
“B” LAM-PTKES Berdasarkan SK 047/LAM-
PTKES/Akr/Dip/VIII/2019
2020
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS SISTEM DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN


DARI LOGISTIK FARMASI KE INSTALASI FARMASI
SALAH SATU RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA BANDUNG

Disusun Oleh :
Egin Moharom
NIM : 18197089

Hasil Penelitian Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima, disetujui dan disahkan
Menjadi salah satu syarat untuk melaksanakan
Seminar Hasil Penelitian Karya Tulis Ilmiah

Bandung,……………………………………………

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pembimbing


Diploma III

apt. Andi Ika Julianti H, M.Si Kamelia Agustini, SE., MM

i
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa karya tulis
ilmiah dengan judul “Analisis Sistem Distribusi Alat Kesehatan Dari Logistik
Farmasi Ke Instalasi Farmasi Salah Satu Rumah Sakit Swasta Di Kota
Bandung” merupakan karya tulis saya sendiri dan tidak ada pekerjaan orang lain
yang saya gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Bandung, April 2021

Egin Moharom

ii
ABSTRAK

Dalam penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit, perbekalan


farmasi diperoleh dari logistik yang sesuai dengan kebutuhan yang merupakan
bagian dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Pelayanan Kefarmasian adalah
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien, berkaitan dengan
sediaan farmasi untuk dapat meningkatkan mutu kehidupan pasien, dilakukan oleh
instalasi farmasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem
distribusi alkes dari logistik farmasi ke instalasi farmasi, serta mengetahui nilai
persentase kesesuaian terpenuhinya permintaan rutin alkes dari logistik farmasi ke
instalasi farmasi dan melihat faktor-faktor yang menyebabkan tidak terpenuhinya
permintaan rutin. Penelitian ini dirancang secara deskriptif kuantitatif
menggunakan jenis penelitian non-eksperimental yang bersifat retrospektif yaitu
menggunakan data sebelumnya yang bertujuan untuk mengetahui persentase
kesesuaian terpenuhinya permintaan rutin alkes dari logistik ke instalasi farmasi.
Objek pada penelitin ini adalah data permintaan barang alat kesehatan rutin dari instalasi
farmasi ke logistik farmasi. Hasil persentase permintaan barang rutin dari Instalasi
Farmasi ke Logistik Farmasi yang terpenuhi paling tinggi pada bulan Juli 2020
mencapai 97.62% dan persentase permintaan barang rutin yang tidak terpenuhi
paling tinggi pada bulan Mei 2020 mencapai 26.22%. Hasil dari penelitian
memperlihatkan bahwa berdasarkan jumlah permintaan barang rutin yang
terpenuhi dan tidak terpenuhi sama-sama memiliki persentase yang signifikan.

Kata Kunci : Perbekalan Farmasi, Sistem Distribusi, Distribusi Alkes.

iii
ABSTRACT

In the implementation of pharmaceutical services at the Hospital, pharmaceutical


supplies are obtained from logistics in accordance with the needs which are part
of the Hospital Pharmacy Installation. Pharmaceutical services are direct and
responsible services to patients, related to pharmaceutical preparations to
improve the quality of life of patients, carried out by the Pharmacy Installation.
The purpose of this study was to determine the distribution system of medical
equipment from pharmaceutical logistics to pharmaceutical installations, as well
as to determine the percentage value of the fulfillment of routine medical supplies
from pharmaceutical logistics to pharmaceutical installations and to see the
factors that cause routine requests not to be fulfilled. This research was designed
in a descriptive quantitative manner using a non-experimental, retrospective type
of research, namely using previous data which aims to determine the percentage
of compliance with routine medical medical supplies from logistics to
pharmaceutical installations. The object of this research is the demand for
routine medical equipment from pharmaceutical installations to pharmaceutical
logistics. The result of the percentage of requests for routine goods from the
Pharmacy Installation to the Pharmaceutical Logistics that was fulfilled the
highest in July 2020 reached 97.62% and the highest percentage of requests for
routine goods that were not fulfilled in May 2020 reached 26.22%. The results of
the study show that based on the number of requests for fulfilled and unfulfilled
routine goods both have a significant percentage.

Keywords : Pharmaceutical Supplies, Distribution Systems, Distribution of


Medical Devices.

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang

berjudul “Analisis Sistem Distribusi Alat kesehatan dari Logistik farmasi ke

Instalasi Farmasi di Salah Satu Rumah Sakit Swasta Kota Bandung”.Karya Tulis

Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya

Farmasi pada Program Studi Diploma III Farmasi di Akademi Farmasi Bumi

Siliwangi Bandung.

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat

terselesaikan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan terimakasih kepada :

1. Ibu Kamelia Agustini, SE., MM, selaku Direktur Akademi Farmasi Bumi

Siliwangi Bandung sekaligus pembimbing yang telah banyak memberikan

saran dan bimbingannya dalam usulan penelitian karya tulis ilmiah ini.

2. Ibu Irma Rahmawati,M.PD selaku wali dosen yang senantiasa

membimbing dan memotivasi kepada penulis selama masa perkuliahan.

3. Bapak dan Ibu dosen beserta staf Akademi Farmasi Bumi Siliwangi

Bandung yang telah memberikan motivasi dan membantu dalam penulisan

Karya Tulis Ilmiah ini.

v
4. Kepala Instalasi Farmasi salah satu Rumah Sakit Swasta Kota Bandung

beserta seluruh stafnya yang telah memberikan bantuan selama penulis

melakukan penelitian.

5. Orang tua, rekan kerja dan seluruh keluarga yang telah memberikan do’a,

nasihat, dan motivasi baik secara moral maupun material.

6. Teman-teman Akademi Farmasi Bumi Siliwangi Bandung yang telah

bersama-sama berjuang dan memberikan motivasi.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna

baik dari segi penyusunan, bahasan ataupun penulisannya.Oleh karena itu, penulis

sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun, sehingga dapat

memperbaiki kekurangan dari Karya Tulis Ilmiah ini.

Bandung, April 2021

Penulis

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN...................................................................................ii
ABSTRAK.............................................................................................................iii
ABSTRACT............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. x
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian...........................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................4
1.5 Waktu Dan Tempat Penelitian............................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
2.1 Rumah Sakit.......................................................................................................6
2.2 Jenis dan Pelayanan Rumah Sakit......................................................................6
2.2.1 Rumah Sakit Publik....................................................................................6
2.2.2 Rumah Sakit Privat.....................................................................................7
2.2.3 Rumah Sakit Umum...................................................................................7
2.2.4 Rumah Sakit Jiwa.......................................................................................8
2.3 Kelas Rumah Sakit.............................................................................................9
2.3.1 Rumah Sakit Kelas A.................................................................................9
2.3.2 Rumah Sakit Kelas B ( Pendidikan dan Non Pendidikan ).........................9
2.3.3 Rumah Sakit Kelas C..................................................................................9
2.3.4 Rumah Sakit Kelas D...............................................................................10
2.4 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS).............................................................10
2.4.1 Fungsi IFRS..............................................................................................11
2.4.2 Pengelolaan Perbekalan Farmasi..............................................................13
2.5 Logistik Rumah Sakit.......................................................................................25

vii
2.5.1 Kegiatan dan Tujuan Logistik Rumah Sakit.............................................25
2.5.2 Bentuk-Bentuk Logistik di Rumah Sakit..................................................28
2.5.3 Peran Logistik di Rumah Sakit.................................................................28
2.5.4 Penilaian Mutu Logistik Rumah Sakit......................................................30
2.5.5 Ciri-Ciri Penting Logistik Rumah Sakit....................................................31
2.6 Manajemen Logistik Rumah Sakit...................................................................32
2.6.1 Fungsi-Fungsi Manajemen Logistik Rumah Sakit....................................38
a. Fungsi Perencanaan dan Penentuan Kebutuhan....................................................38
b. Fungsi Penganggaran...........................................................................................39
c. Fungsi Pengadaan.................................................................................................39
d. Fungsi Penyimpanan dan Penyaluran...................................................................39
e. Fungsi Pemeliharan..............................................................................................39
f. Fungsi Penghapusan.............................................................................................39
g. Fungsi Pengendalian.............................................................................................40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................41
3.1 Metode Penelitian.............................................................................................41
3.1.1 Jenis Penelitian.........................................................................................41
3.1.2 Instrumen penelitian.................................................................................41
3.1.3 Analisis pengelolaan data.........................................................................41
3.2 Subjek Penelitian Distribusi Alkes...................................................................42
3.2.1 Populasi....................................................................................................42
3.2.2 Sampel......................................................................................................42
3.3 Objek Penelitian...............................................................................................43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................44
4.1 Hasil..................................................................................................................44
4.1.1 Alur Sistem Distribusi...................................................................................44
4.1.2 Data Persentase............................................................................................44
4.2 Pembahasan.....................................................................................................48
4.2.1 Sistem distribusi Alat Kesehatan dari Logistik Farmasi ke Insatalasi Farmasi. 48
4.2.2 Permintaan Barang Rutin.............................................................................48
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................51
5.1 Simpulan...........................................................................................................51
5.2 Saran................................................................................................................52

viii
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................53
LAMPIRAN ........................................................................................................55

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Logistik Rumah Sakit........................................................................32

Gambar 4.1 Alur Sistem Distribusi Alat Kesehatan .............................................44

Gambar 4.2 Diagram Permintaan Barang Rutin Alat Kesehatan .........................46

Gambar 4.3 Persentase Jenis Alat Kesehatan Yang Paling Banyak Permintaan. .47

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Jumlah Item dan Persentase Permintaan Barang Rutin............... 46

Tabel 4.2 Jenis Alat Kesehatan Yang Paling Banyak Permintaan........................47

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit,

perbekalan farmasi diperoleh dari logistik yang sesuai dengan kebutuhan yang

merupakan bagian dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Pelayanan Kefarmasian

adalah pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien, berkaitan

dengan sediaan farmasi untuk dapat meningkatkan mutu kehidupan pasien,

dilakukan oleh Instalasi Farmasi (Permenkes, 2016).

Salah satu Rumah Sakit Swasta di Kota Bandung memiliki visi yaitu

menjadi Rumah Sakit bertaraf internasional unggulan di Indonesia, sehingga

pelayanan yang diberikan diharapkan paripurna. Pengendalian persediaan sangat

perlu untuk diperhatikan, karena ada kaitan langsung dengan biaya yang

ditanggung suatu perusahaan akibat adanya persediaan yang seharusnya dapat

seimbang dengan kebutuhan. Persediaan tinggi mengakibatkan perusahaan harus

manggung resiko kerusakan dan biaya penyimpanan yang cukup tinggi dan biaya

investasi yang besar (Ristono, 2008).

Data pada periode Februari 2020 sampai Maret 2020 menunjukan rata-rata

kunjungan pasien di Rumah Sakit Swasta di Kota Bandung yang normal, namun

pada periode bulan Maret 2020, Indonesia mendapati sebuah wabah mengenai

Virus Corona yang sangat populer menjadi perbincangan diberbagai negara, Virus

Corona telah dikabarkan memasuki wilayah negara Indonesia pada bulan Maret

2020, hal tersebut mengakibatkan penurunan pasien di Rumah Sakit Swasta di

1
2

Kota Bandung pada bulan Maret 2020 sampai Juli 2020 yang dikarenakan

masyarakat yang takut untuk berkunjung ke Rumah Sakit untuk berobat. Pada

periode antara bulan Juli dan Agustus, pemerintah menetapkan suatu perintah

kepada semua masyarakat Indonesia untuk melalakukan kegiatan “New Normal”

yaitu skenario pemerintah yang telah menggandeng seluruh pihak terkait termasuk

tokoh masyarakat, para ahli dan para pakar untuk merumuskan protokol atau SOP

untuk memastikan masyarakat dapat beraktivitas kembali namun tetap aman dari

Virus Corona (COVID-19). Setelah “New Normal” diberlakukan, data

menunjukan rata-rata kunjungan pasien ke Rumah Sakit mencapai 2.108 pasien

per bulan, menyebabkan jumlah permintaan pemakaian perbekalan farmasi yang

diterima pun mencapai angka 14.523. Hal ini mengakibatkan perlunya stok yang

memadai agar permintaan perbekalan farmasi yang ditulis oleh perawat dan resep

dokter dapat terpenuhi. Karena, jika tidak terpenuhi akan menghambat suatu

tindakan medis dan menyebabkan kerugian bagi pasien dan juga Rumah Sakit itu

sendiri.

Sistem permintaan barang dari farmasi ke logistik menggunakan sistem

permintaan barang rutin berdasarkan pemakaian rutin per tiga hari yang dilakukan

dua kali dalam seminggu. Di bulan mei terlihat permintaan alat Kesehatan masih

di kategori normal di bulan juni terjadi penurunan permintaan barang (alat

Kesehatan) di karenakan pasien yang menurun dan di bulan juli terjadi permintaan

yang naik drastis karena adanya lonjakan pasien. Tetapi, dalam permintaan barang

rutin tersebut seringkali ada barang yang tidak terpenuhi karena kosongnya stok di
3

logistik sehingga akan mengakibatkan keterlambatan dan respontime pelayanan

yang telah di standartkan.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk melalukan

analisis sistem distribusi alat kesehatan dari logistik farmasi ke instalasi farmasi

salah satu rumah sakit swasta di kota bandung apakah sudah terpenuhi dalam

melayani kebutuhan stock perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan di Instalasi Farmasi karena adanya lonjakan pasien.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalah pada

penelitian ini, adalah :

1. Bagaimana sistem distribusi perbekalan farmasi dari logistik farmasi ke

instalasi farmasi di salah satu Rumah Sakit Swasta Kota Bandung ?

2. Berapa persentase kesesuaian terpenuhinya permintaan rutin Alkes dari

Logistik Farmasi ke instalasi farmasi salah satu Rumah Sakit Swasta di

Kota Bandung ?

3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan tidak terpenuhinya permintaan

rutin alkes dari logistik farmasi ke instalasi farmasi di salah satu Rumah

Sakit Swasta Kota Bandung ?


4

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1. Mengetahui sistem distribusi alkes dari logistik farmasi ke instalasi

farmasi di salah satu Rumah Sakit Kota Bandung.

2. Mengetahui nilai persentase kesesuaian terpenuhinya permintaan rutin

Alkes dari logistik farmasi ke instalasi farmasi di salah satu Rumah Sakit

Swasta Kota Bandung.

3. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan tidak terpenuhinya

permintaan rutin Alkes dari logistik farmasi ke instalasi farmasi di salah

satu Rumah Sakit Swasta Kota Bandung.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi yang dapat menambah wawasan dan mengembangkan

wawasan peneliti terutama tentang hal yang berhubungan dengan

pelayanan permintaan rutin Alkes dari Logistik Farmasi ke Instalasi

Farmasi di Rumah Sakit.

2. Sebagai acuan di masa mendatang agar distribusi dari logistik ke Instalasi

Farmasi dapat memenuhi permintaan Alkes.

3. Menjadi bahan pertimbangan untuk mengantisipasi kebutuhan di farmasi

karena adanya lonjakan jumlah pasien di rumah sakit.

4. Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut.


5

1.5 Waktu Dan Tempat Penelitian

Adapun waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan November –

Desember 2020 tetapi data yang diambil adalah bulan Mei 2020 – Juli 2020,

tempat penelitian di Salah Satu Rumah Sakit Swasta Kota Bandung.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit

Menurut Undang-undang No.44 tahun 2009 Rumah Sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

dipengaruhi oleh perkembangan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan

sosial ekonomi masyarakat, yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan

kesehatan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

2.2 Jenis dan Pelayanan Rumah Sakit

Pelayanan rumah sakit merupakan bagian integral dari suatu organisasi

sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna

(komprehensif), penyembuhan (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif)

kepada masyarakat. Rumah Sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga

kesehatan dan pusat penelitian medik (World Health Organization).

Berdasarkan kepemilikannya rumah sakit di Indonesia dibedakan kedalam

dua jenis (UU Nomor 44 tahun 2009) yakni:

2.2.1 Rumah Sakit Publik

Merupakan rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah (termasuk

Pemerintah Daerah) dan badan hokum lainnya yang bersifat nirlaba.

Rumah Sakit Publik, meliputi:

a. Rumah Sakit miliki departemen Kesehatan

6
7

b. Rumah Sakit milik pemerintah daerah provinsi

c. Rumah Sakit milik pemerintah daerah kabupaten / kota

d. Rumah Sakit milik tentara nasional

e. Rumah Sakit milik Kepolisian republic Indonesia (Polri)

f. Rumah Sakit milik departemen diluar departemen kesehatan (termasuk

milik badan usaha milik Negara seperti pertamina).

2.2.2 Rumah Sakit Privat

Merupakan rumah sakit yang dikelola oleh badan hokum dengan

tujuan provit yang berbentuk persoroan terbatas atau persero. Rumah Sakit

Privat, meliputi:

a. Rumah Sakit milik Yayasan

b. Rumah Sakit milik perusahaan

c. Rumah Sakit milik penanam modal (dalam negeri dan luar negeri)

d. Rumah Sakit milik badan hukum lain.

Di Indonesia, rumah sakit dapat juga dibedakan berdasarkan jenis

pelayanan menjadi 3 pelayanan, yaitu:

2.2.3 Rumah Sakit Umum

Rumah sakit Umum adalah Rumah Sakit yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk semua jenis penyakit, mulai

dari pelayanan kesehatan dasatr sampai pelayanan subspesialis sesuai

dengan kemampuannya. Seperti yang dinyatakan dalam peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No.51 Menkes 1 Pos 17/2005.


8

Fungsi Rumah Sakit Umum adalah sebagai berikut :

a. Tempat pengobatan (Medical Care) bagi penderita rawat jalan maupun

bagi penderita rawat inap.

b. Tempat penelitian dan pengembangan Ilmu dan teknologi di bidang

Kesehatan

c. Tempat Pendidikan ilmu dan latihan tenaga medis maupun para medis

d. Tempat pencegahan dan peningkatan kesehata

2.2.4 Rumah Sakit Jiwa

Rumah Sakit Jiwa termasuk dalam rumah sakit khusus, karena

melayani pasien yang menderita penyakit yang lebih dikhususkan, seperti

penyakit jiwa. Rumah Sakit Jiwa mempunyai perbedaan dari rumah sakit

umum, yaitu :

a. Pasien terdiri dari orang yang berprilaku abnormal walau fisiknya

dalam keadaan sehat.

b. Terdapat 3 tahap penyembuhan yaitu pengobatan melalui fisik, jiwa,

dan sosialnya.

c. Dibutuhkan ruang-ruang bersama baik untuk perawatan maupun untuk

bersosialisasi.

d. Dibutuhkannya ruang untuk terapi dan rehabilitas yang dilakukan

dalam ruangan.

e. Tanah yang luas untuk penyediaan lahan bagi terapi kerja lapangan

seperti pertanian, perkebunan, dan terapi lainnya yang berada diluar

ruangan.
9

2.2.5 Rumah Sakit Khusus

Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk jenis penyakit tertentu.

Sebagai contoh rumah sakit khusus: Rumah Sakit khusus mata, paru,

jantung, kanker, dan sebagainya.

2.3 Kelas Rumah Sakit

Berdasarkan jenis kelasnya, rumah sakit di Indonesia dibedakan menjadi 4

kelas (KepMenKes No. 51 MenKes/SK/11/1979), yaitu :

2.3.1 Rumah Sakit Kelas A

Merupakan Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik

Spesialis Dasar, 5 (lima) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 (dua

belas) Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 13 (tiga belas) Pelayanan

Medik Subspesialis.

2.3.2 Rumah Sakit Kelas B ( Pendidikan dan Non Pendidikan )

Merupakan rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis

Dasar, 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 (delapan)

Pelayanan Medik Spesialis Lainnya dan, 2 (dua) Pelayanan Medik

Subspesialis Dasar.
10

2.3.3 Rumah Sakit Kelas C

Merupakan rumah sakit yang harus mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik

Spesialis Dasar dan 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjsng Medik.

2.3.4 Rumah Sakit Kelas D

Merupakan rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelelayanan medik paling dikit2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar.

2.4 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58

Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, Instalasi

Farmasi Rumah Sakit adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan

seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.

Tugas dan Tanggung Jawab IFRS

Instalasi Farmasi Rumah Sakit mempunyai tugas, meliputi :

a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal

b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional

berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi

c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk

meningkatkan mutu pelayanan farmasi

e. Melakukan pengawasan berdasrakan aturan-aturan yang berlaku

f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi


11

g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi

h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium rumah sakit.

Instalasi farmasi harus memberlakukan sistem satu pintu dimana rumah

sakit hanya memiliki satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan

formularium, pengadaan, dan pendistribusian alkes, sediaan farmasi dan bahan

habis pakai. Jadi, IFRS merupakan satu-satunya unit di rumah sakit yang bertugas

dan bertanggung jawab sepenuhnya pada pengelolaan semua aspek yang

berhubungan dengan obat, perbekalan kesehatan yagn beredar dan digunakan di

rumah sakit.

Tanggung jawab IFRS adalah mengembangkan suatu pelayanan farmasi

yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat, untuk memenuhui kebutuhan

bebragai bagian atau unit diagnosi dan terapi, unit pelayanan keperawatan, staf

medik dan rumah sakit keseluruhan untuk kepentingan pelayanan penderita yang

lebih baik.

2.4.1 Fungsi IFRS

Instalasi Farmasi Rumah Sakit memiliki fungsi sebagai unit

produksi dan sebagai unit pelayanan.

a. Sebagai unit produksi, fungsi IFRS adalah menyediakan dan menjamin

mutu produk yang dihasilkan untuk kepentingan penderita dan

profesional kesehatan di rumah sakit. IFRS bertanggung jawab dalam

mengadakan obat atau sediaan farmasi baik yang berasal dari


12

pembelian langsung maupun melalui produksi sendiri dalam skala

rumah sakit.

b. Sebagai unit pelayanan, instalasi farmasi merupakan suatu organisasi

pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan produk bersifat

nyata (tangible) dan pelayanan farmasi klinik bersifat tidak nyata

(intangible) bagi konsumen (pasien, dokter, perawat, professional

kesehatan lain dan masyarakat rumah sakit). Farmasi klinik memiliki

komponen dasar utama, yaitu komunikasi, konseling, konsultasi.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di

Rumah Sakit, fungsi Farmasi Rumah Sakit terdiri dari :

a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

1. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan.

2. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.

3. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan

yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.

4. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di rumah sakit.

5. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan

ketentuan yang berlaku.

6. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan

persyaratan kefarmasian.
13

7. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di

rumah sakit.

b. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan.

1. Mengkaji instruksi pengobatan atau resep pasien.

2. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat

dan alat kesehatan.

3. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan

alat kesehatan.

4. Memantau efektivitas dan keamanan penggunaan obat dan alat

kesehatan.

5. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan dan pasien.

6. Memberi konseling kepada pasien atau keluarga.

7. Melakukan pencampuran obat suntik.

8. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.

9. Melakukan penanganan obat kanker.

10. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.

11. Melakukan pencatatan setiap kegiatan.

12. Melaporkan setiap kegiatan.

2.4.2 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Pengelolaan perbekalan farmasi atau sistem manajemen perbekalan

farmasi merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan

sampai evaluasi yang saling terkait antara satu dengan yang lain.

Tujuan dilakukannya pengelolaan perbekalan farmasi adalah :


14

a. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.

b. Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan.

c. Meningkatkan kompetensi atau kemampuan tenaga farmasi.

d. Mewujudkan Sistem Informasi Manajemen berdaya guna dan tepat

guna.

e. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.

Kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan perbekalan farmasi

diantaranya :

1. Perencanaan

Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang

menentukan dalam proses pengadaaan perbekalan farmasi di rumah sakit.

Tujuan perencanaan perbekalan farmasi adalah untuk menetapkan jenis

dan jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan

pelayanan kesehatan rumah sakit. Tahapan perencanaan kebutuhan

perbekalan farmasi meliputi :

a. Pemilihan

Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan

Farmasi benar-benar diperlukan sesuai jumlah pasien atau kunjungan

dan pola penyakit di Rumah Sakit, untuk mendapatkan pengadaan

yang baik, sebaiknya diawali dengan dasar-dasar pemilihan kebutuhan

obat yaitu meliputi :

1) Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara

menghindari kesamaan jenis.


15

2) Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi

mempunyai efek yang lebih baik dibanding obat tunggal.

3) Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat

pilihan (drug of choice) dari penyakit yang prevalensinya tinggi.

b. Kompilasi penggunaan

Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi berfungsi untuk

mengetahui penggunaan bulanan masing-masing jenis perbekalan

farmasi di unit pelayanan selama setahun dan sebagai data

pembanding bagi stok optimum. Informasi yang didapat dari

kompilasi penggunaan perbekalan farmasi adalah :

1) Jumlah penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi pada masing-

masing unit pelayanan.

2) Persentase penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi terhadap

total penggunaan setahun seluruh unit pelayanan.

3) Penggunaan rata -rata untuk setiap jenis perbekalan farmasi.

c. Perhitungan kebutuhan

Menentukan kebutuhan perbekalan farmasi merupakan

tantangan yang berat yang harus dihadapi oleh tenaga farmasi yang

bekerja di rumah sakit. Masalah kekosongan atau kelebihan

perbekalan farmasi dapat terjadi, apabila informasi yang digunakan

semata-mata hanya berdasarkan kebutuhan teoritis saja. Dengan


16

koordinasi dan proses perencanaan untuk pengadaan perbekalan

farmasi secara terpadu serta melalui tahapan seperti di atas, maka

diharapkan perbekalan farmasi yang direncanakan dapat tepat jenis,

tepat jumlah, tepat waktu dan tersedia pada saat dibutuhkan.

Perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi dihitung berdasarkan :

1) Metode konsumsi, dibuat berdasarkan data konsumsi periode

sebelumnya.

2) Metode epidemiologi, dibuat berdasarkan pola penyakit di rumah

sakit periode sebelumnya maupun pola penyakit di sekitar rumah

sakit yang diperkirakan akan terjadi.

3) Metode kombinasi konsumsi dan epidemiologi merupakan

penyesuaian terhadap alokasi dana yang tersedia.

d. Evaluasi Perencanaan

Setelah dilakukan perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi

untuk tahun yang akan datang, biasanya akan diperoleh jumlah

kebutuhan dan idealnya diikuti dengan evaluasi.

Cara atau teknik evaluasi perencanaan yang dapat dilakukan adalah

sebagai berikut :

1) Analisa nilai ABC untuk evaluasi aspek ekonomi.

2) Pertimbangan atau kriteria VEN, untuk evaluasi aspek medik atau

terapi.

3) Kombinasi ABC dan VEN.

4) Revisi daftar perbekalan farmasi.


17

2. Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang

telah direncanakan dan disetujui, melalui :

a. Pembelian

Metode pengadaan (pembelian) terdiri dari empat cara, yaitu :

1) Open tender (tender terbuka)

a) Melibatkan berbagai sumber obat (termasuk industri farmasi

independent atau asosiasi).

b) Peserta tender harus memenuhi spesifikasi, cara dan jadwal

pengiriman, tanggal terakhir penerimaan proposal.

c) Diadakan seleksi dan penetapan peserta tender.

2) Restricted tender (tender tertutup)

a) Melibatkan sejumlah tertentu peserta (10 orang atau kurang).

b) Masing-masing peserta mendapat undangan yg bersifat

tertutup.

c) Proses tender lebih singkat, biaya lebih hemat.

3) Negotiated procurement (sistem kontrak atau tawar-menawar)

a) Metode relatif sederhana dan waktu lebih pendek.

b) Pengelola obat dapat menawarkan secara rinci kepada

pemasok.
18

c) Sering digunakan untuk kontrak pengadaan obat jangka

panjang.
19

4) Direct procurement (pemesanan langsung)

a) Cara paling sederhana.

b) Melakukan pembelanjaan sesuai dengan kebutuhan langsung

dengan pemasok.

c) Bargaining power rendah (bagi pengelola suplai) karena

tidak ada pilihan lain.

d) Sebaiknya dilakukan pada keadaan darurat, jenis obat yang

dibeli sedikit atau jika tidak mungkin, dilakukan negoisasi.

b. Produksi atau pembuatan sediaan farmasi :

1) Produksi Steril, misalnya cairan infus (NaCl, Ringer Laktat,

Glukosa 5%).

2) Produksi Non Steril, misalnya obat-obat dalam bentuk kapsul,

tablet, kaplet, sirup.

c. Sumbangan atau droping atau hibah

Tujuan pengadaan adalah mendapatkan perbekalan farmasi

dengan harga yang layak, dengan mutu yang baik, pengiriman barang

terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancar dan tidak memerlukan

tenaga serta waktu berlebihan.

3. Penerimaan

Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi

yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian

langsung, tender, konsinyasi atau sumbangan. Tujuan penerimaan adalah

untuk menjamin perbekalan farmasi yang diterima sesuai kontrak baik


20

spesifikasi mutu, jumlah maupun waktu kedatangan. Pedoman dalam

penerimaan perbekalan farmasi :

a. Pabrik harus mempunyai Sertifikat Analisa.

b. Barang harus bersumber dari distributor utama.

c. Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS).

d. Khusus untuk alat kesehatan atau kedokteran harus mempunyai

certificate of origin.

e. Expire date minimal 2 tahun.

4. Penyimpanan

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara

dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat

yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak

mutu obat.

Tujuan penyimpanan :

a. Memelihara mutu sediaan farmasi.

b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab.

c. Menjaga ketersediaan.

d. Memudahkan pencarian dan pengawasan.

Persyaratan pengaturan penyimpanan dibedakan menurut :

a. Bentuk sediaan dan jenisnya.

b. Suhunya, kestabilannya.

c. Mudah tidaknya meledak atau terbakar.

d. Tahan atau tidaknya terhadap cahaya.


21

Disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan

perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.

Fungsi gudang farmasi adalah :

a. Menjamin pelayanan yang cepat dan tepat. Menerima, menyimpan,

memelihara, dan mendistribusikan perbekalan farmasi.

b. Menyiapkan penyusunan rencana, pencatatan pelaporan mengenai

persediaan dan penggunaan perbekalan farmasi.

c. Mengamati mutu dan khasiat obat yang disimpan.

Penerapan sistem penyimpanan :

a. Berdasarkan bentuk sediaan (padat, cair, alkes dipisah).

b. Secara alfabetis.

c. Berdasarkan kelas terapi (farmakoterapi).

d. Berdasarkan suhu (suhu kamar, sejuk, kering dan kurang dari 0oC.

e. Obat mudah terbakar (eter), anestetik lokal, gas medik dan sitostatika.

f. Narkotika dan psikotropika disimpan tersendiri.

g. Sistem FIFO (First In First Out) atau FEFO (First Expired First Out)

atau kombinasi.

5. Pendistribusian

Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di

rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien

rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis.

Tujuan pendistribusian adalah tersedianya perbekalan farmasi di unit- unit

pelayanan secara tepat waktu tepat jenis dan jumlah.


22

Ada beberapa sistem distribusi yang dapat digunakan oleh IFRS

dalam mendistribusikan perbekalan farmasi dilingkungannya. Adapun

sistem distribusi yang dimaksud antara lain :

a. Sistem distribusi resep perorangan

Keuntungan sistem distribusi resep perorangan adalah :

1. Semua resep atau order dikaji langsung oleh apoteker, yang

kemudian memberikan keterangan atau informasi kepada pasien

secara langsung.

2. Memberi kesempatan interaksi profesional anatara apoteker,

dokter, perawat dan pasien .

3. Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat.

4. Mempermudah penagihan biaya perbekalan farmasi bagi pasien.

Kelemahan sistem distribusi resep perorangan adalah :

1) Memerlukan waktu yang lebih lama.

2) Pasien membayar obat yang kemungkinan tidak digunakan.

b. Sistem distribusi persediaan lengkap di ruangan.

Keuntungan sistem distribusi persediaan lengkap di ruangan adalah :

1) Pelayanan lebih cepat.

2) Menghindari pengembalian perbekalan farmasi yang tidak

terpakai ke IFRS.

3) Mengurangi penyalinan order perbekalan farmasi.

Kelemahan sistem distribusi persediaan lengkap ruang adalah :


23

1) Kesalahan perbekalan farmasi sangat meningkat karena

permintaan perbekalan farmasi tidak dikaji oleh apoteker.

2) Persediaan perbekalan farmasi di unit pelayanan meningkat,

dengan fasilitas ruangan yang sangat terbatas. Pengendalian

persediaan dan mutu. Kurang diperhatikan oleh perawat.

3) Kemungkinan hilangnya perbekalan farmasi tinggi.

4) Penambahan modal investasi, untuk menyediakan fasilitas

penyimpanan perbekalan farmasi yang sesuai di setiap ruangan.

5) Diperlukan waktu tambahan bagi perawat.

6) Meningkatnya kerugian karena kerusakan perbekalan farmasi.

c. Sistem distribusi dosis unit (unit dose dispensing)

Keuntungan sistem distribusi dosis unit adalah :

1) Pasien hanya membayar perbekalan farmasi yang dikonsumsi.

2) Semua dosis yang diperlukan unit perawatan disiapkan IFRS.

3) Mengurangi kesalahan pemberian perbekalan farmasi.

4) Mengindari duplikasi order perbekalan farmasi yang berlebihan.

5) Meningkatkan pemberdayaan petugas profesional dan non

profesional yang lebih efisien.

6) Mengurangi resiko kehilangan dan pemborosan perbekalan

farmasi.

Kelemahan sisten distribusi dosis unit adalah :

1) Meningkatnya kebutuhan tenaga farmasi.

2) Meningkatnya biaya operasional.


24

d. Sistem distribusi kombinasi

Keuntungan sistem distribusi kombinasi adalah :

1) Semua resep atau order perorangan dikaji langsung oleh apoteker.

2) Adanya kesempatan berinteraksi profesional antara apoteker,

dokter, perawat dan pasien atau keluarga pasien.

3) Perbekalan farmasi yang diperlukan dapat segera tersedia bagi

pasien.

6. Pengendalian

Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan

tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program

yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan atau

kekosongan obat di unit-unit pelayanan. Tujuan dari pengendalian adalah

agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan perbekalan farmasi di unit

pelayanan.

7. Penghapusan

Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan

farmasi yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak

memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan perbekalan

farmasi kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.

8. Pencatatan dan Pelaporan

Pencacatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk

memonitor transaksi perbekalan farmasi yang keluar dan masuk di


25

lingkungan IFRS. Adanya pencatatan akan memudahkan petugas untuk

melakukan penulusuran bila terjadi adanya mutu obat yang sub standar

dan harus ditarik dari peredaran. Pencatatan dapat dilakukan dengan

menggunakan bentuk digital dan manual. Kartu yang umum digunakan

untuk melakukan pencatatan adalah kartu stok dan kartu stok induk.

Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan

administrasi perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang

disajikan kepada pihak yang berkepentingan. Tujuannya adalah

tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi, tersedianya informasi

yang akurat, tersedianya arsip yang memudahkan penulusuran surat dan

laporan dan medapat data yang lengkap untuk membuat perencanaan.

9. Monitoring dan Evaluasi

Salah satu upaya untuk terus mempertahankan mutu pengelolaan

perbekalan farmasi di rumah sakit adalah dengan melakukkan kegiatan

monitoring dan evaluasi. Kegiatan ini juga bermanfaat sebagai masukan

guna penyusunan perencanaan dan pengambilan keputusan. Pelaksanaan

monitoring dan evaluasi dapat dilakukkan secara periodik dan berjenjang.

Keberhasilan monitoring dan evaluasi ditentukan oleh supervisor maupun

alat yang digunakan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produktivitas

para pengelola perbekalan farmasi di rumah sakit agar dapat ditingkatkan

secara optimum.
26

2.5 Logistik Rumah Sakit

Menurut Tunggal A.W (2010), proses logistik berhubungan erat dengan

aktivitas kehidupan sehari-hari baik secara langsung maupun tidak langsung.

Proses ini tidak hanya berputar di sekitar aktivitas pabrik, juga mempunyai

peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat (Febriawati, 2013).

Logistik menurut Aditama, T.Y (2003) merupakan suatu ilmu pengetahuan

atau seni serta proses mengenai perencanaan dan penetuan kebutuhan pengadaan,

penyimpanan, penyaluran, dan pemeliharaan serta penghapusan matrial atau alat-

alat (Febriawati, 2013).

Logistik merupakan bagian dari instansi yang tugasnya adalah

menyediakan bahan atau barang yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional

instansi tersebut dalam jumlah, kualitas dan pada waktu yang tepat (sesuai

kebutuhan) dangan harga serendah mungkin. Dalam hal ini perlu dihindari

terjadinya over promised inter delivered.

2.5.1 Kegiatan dan Tujuan Logistik Rumah Sakit

Kegiatan logistik adalah pengembangan operasi yang terpadu dari

kegiatan pengadaan atau pengumpulan bahan, pengangkutan atau

transportasi dari pengumpulan bahan tersebut, kemudian penyimpanan

bahan yang baru datang maupun barang yang untuk kebutuhan

(Febriawati, 2013).

a) Kegiatan Logistik

1. Pemilihan lokasi, penempatan bahan baku, suku cadang, dan barang jadi.

2. Penggunaan fasilitas yang tersedia dari organisasi yang bersangkutan.


27

3. Penyiapan transportasi serta alat pengangkutan barang.

4. Masalah pembukuan dan pencatatan.

5. Pelaksanaan komunikasi yang bersuasif sebagai penyampaian ide konsep,

gagasan, dan informasi dari individu satu atau bagian-bagian lain dalam

organisasi perusahaan.

6. Kegiatan pengurusan sebagai kegiatan untuk mengelola bahan baku, suku

cadang, dan barang jadi yang disesuaikan dengan jenis spesifikasi.

7. Kegiatan penyimpanan sebagai kegiatan untuk menahan bahan baku suku

cadang, serta barang sampai pada batas waktu tertentu tanpa mengurangi

kualitas barang yang bersangkutan.

b) Kegiatan logistik mempunyai tiga tujuan

1. Tujuan Operasional,yaitu agar tersedia barang serta bahan dalam jumlah

yang tepat dan mutu yang memadai.

2. Tujuan Keuangan, adalah upaya operasional dapat terlaksana dengan biaya

yang serendah-rendahnya. Nilai persediaan yang sesungguhnya dapat

tercermin didalam sistem akuntansi.

3. Tujuan Pengamanan, yaitu agar persediaan tidak terganggu oleh

kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian, dan

penyusutan yang tidak wajar lainnya.

Sedangkan Menurut H. Subagya MS (1994) tujuan manajemen logistic

adalah menyampaikan barang jadi dan bermacam-macam material dalam jumlah

yang tepat, pada waktu yang dibutuhkan, dalam keadaan yang dapat dipakai, ke

lokasi dimana dibutuhkan, dengan total biaya yang terendah. Melalui proses
28

logistic inilah material mengalir ke perusahaan yang sangat luas dari Negara

Industri dan produk-produk yang didistribusikan melalui saluran-saluran distribusi

untuk konsumsi.

Menurut Tjandra Yoga Aditama (2003) sasaran penyelenggaraan logistic

adalah mencapai level sokongan manufacturing pemasaran yang telah ditentukan

sebelumnya dengan total biaya yang serendah mungkin. Sedangkan tanggung

jawab seorang manajer logistic adalah merencanakan dan mengelolah suatu sistem

operasi yang mampu mencapai sasaran tersebut. Ciri-ciri utama logistic adalah

integrasi berbagai dimensi dan tuntutan terhadap pemindahan dan penyimpanan

yang strategis.

Logistik Terpadu menurut Tjandra Yoga Aditama (2003) merupakan suatu

konsep yang terdiri dari dua usaha yang berkaitan satu sama lain, yaitu

operasional logistic dan koordinasi logistic. Aspek operasional logistik merupakan

manajemen pemindahan dan penyimpanan material dan produk perusahaan.

Operasi logistik dapat dipandang sebagai suatu hal yang berawal dari

pengangkutan pertama material atau komponen-komponen dari sumber

perolehannya dan berakhir pada penyerahan produk yang dibuat atau diolah

kepada pelanggan atau konsumen (Febriawati, 2013).

Koordinasi logistik adalah identifikasi kebutuhan pergerakan dan

penetapan rencana memadukan seluruh operasi logistik. Fungsi koordinasi lgistik

adalah untuk memastikan bahwa seluruh pergerakan dan penyimpanan dapat

diselesaikan dengan efektif dan efisien (Febriawati, 2013).

Koordinasi dapat dibagi kedalam 4 (empat) bidang manajerial yaitu:


29

a. Peramalan (forecasting) pasar produk

b. Pengolahan pesanan

c. Perencanaan operasi

d. Procurement atau perencanaan kebutuhan material

2.5.2 Bentuk-Bentuk Logistik di Rumah Sakit

1. Dapur atau bahan makanan

2. Farmasi

3. Laboratorium

4. Air

5. Alat tulis kantor

6. Barang inventaris

7. Kerumah tanggaan (listrik, sabun, sapu, dan karbol)

8. Suku cadang peralatan medis

9. Alat tenun (linen dan loundry)

10. IPAL Rumah Sakit (Instalasi Pengelolaan Limbah) atau barang habis

pakai tahan lama, dan barang inventaris (bergerak dan tidak bergerak).

2.5.3 Peran Logistik di Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan suatu satuan usaha melakukan kegiatan

produksi. Kegiatan produksi rumah sakit adalah produksi jasa, sehingga yang

dimaksud dengan kegiatan logistik adalah manajemen persediaan bahan

barang serta peralatan yang dibutuhkan dalam rangka produksi jasa tersebut

(Febriawati, 2013).
30

Pada definisi menurut pendapat lain bahwa bagian logistik adalah

bagian yang menyediakan barang dan jasa dalam jumlah, mutu dan waktu

yang tepat dengan harga yang sesuai. Dari segi manajemen modern maka

tanggung jawab bagian logistik lebih diperluas dengan:

a. Menjaga kegiatan yang dapat memasok material dan jasa secara tidak

terputus (uninterrupted).

b. Mengadakan pembelian investaris secara bersaing (kompetitif).

c. Menjadwal investasi barang pada tingkat serendah mungkin.

d. Mengembangkan sumber pasokan yang dapat dipercaya dan alternatif

pasokan lain.

e. Mengembangakan dan menjaga hubungan baik dengan bagian-bagian lain.

f. Memantapkan integrasi yang maksimal dengan bagian-bagian lain.

g. Melatih dan membina pegawai yang kompeten dan termotivasi dengan

baik.

Menurut bidang pemanfaatannya, barang dan bahan yang harus disediakan

rumah sakit dapat dikelompokam menjadi persediaan farmasi, persediaan

makanan, persedian logistik umum dan teknik. Sedangkan biaya rutin terbesar

untuk logistik di rumah sakit pada umumnya terdapat pada pengadaan persediaan

farmasi meliputi:

a. Persediaan obat, mencakup obat-obatan esensial, non esensial, obat-

obatan yang cepat atau lama terpakai.


31

b. Persediaan bahan kimia, menyangkut persediaan untuk kegiatan

operasional laboratorium dan produksi farmasi intern, serta kegiatan non

medis.

c. Persediaan gas medik, kegiatan pelayanan bagi pasien di kamar bedah,

ICU, atau ICCU membutuhkan beberapa janis gas medik.

d. Peralatan kesehatan, berbagai peralatan yang dibutuhkan bagi kegiatan

perawatan maupun kegiatan kedokteran yang dikelompokan sebagai barang

habis pakai serta barang tahan lama atau peralatan elektronik dan non

elektronik (Febriawati, 2013).

Barang atau bahan-bahan yang sudah disediakan bagian logistik rumah

sakit tersebut tentunya perlu dilakukan Inventori Control yang bertujuan untuk

menciptakan keseimbangan antara persediaan dan permintaan. Oleh karena itu

hasil Stock Opname harus seimbang dengan permintaan yang didasarkan atas satu

kesatuan waktu tertentu, misalnya satu bulan atau dua bulan atau kurang dari satu

bulan (Febriawati, 2013). Pengadaan barang yang dalam sehari-hari dapat disebut

juga dengan pembelian yang merupakan titik awal dari pengendalian persediaan.

Jika titik awal sudah tidap tepat, maka pengendalian akan sulit untuk dikontrol.

Pembelian harus menyesuaikan dengan pemakaian, sehingga ada keseimbangan

anatara pemakaian dan pembelian (Febriawati, 2013). Dalam pengendalian

persediaan terdapat dua jenis keseimbangan, yaitu keseimbangan total dan

keseimbangan komposisi. Keseimbangan total adalah keseimbangan antara

seluruh persediaan dan seluruh permintaan, dengan kata lain antara seluruh

pembelian dengan seluruh penjualan secara professinal.


32

2.5.4 Penilaian Mutu Logistik Rumah Sakit

Menurut Tjandra Yoga Aditama (2003) mutu pelayanan logistik

sendiri diukur dari total biaya yang dikeluarkan dan prestasi yang dicapai.

Pengukuran prestasi adalah menyangkut tersedianya (availability) barang,

kemampuan (capability) dilihat dari waktu pengantaran, konsisten dan

mutu (quality) dari usaha. Biaya logistik mempunyai hubungan langsung

dengan kebijakan prestasi. Semakin tinggi prestasi, maka semakin tinggi

total biaya logistik (Febriawati, 2013).

Fungsi utama seorang manajer logistik di rumah sakit adalah

menjamin mutu pelayanan yang baik. Penyediaan barang dalam proses

logistik harus dapat memuaskan konsumen, baik karyawan rumah sakit

yang membutuhkan maupun pasien atau masyarakat yang dilayani. Maka

dari itu, diperlukan adanya kualitas manajemen logistik yang baik. Kunci

keberhasilan pelayanan logistik dengan kualitas yang baik adalah dengan

melakukannya secara baik, secara terus menerus dalam berbagai keadaan

dan sedapat mungkin mencapai hasil yang diharapkan (Febriawati, 2013).

2.5.5 Ciri-Ciri Penting Logistik Rumah Sakit

1. Spesifik, berarti terkait dengan pelanggan dan profesi tertentu, seperti

obat, film rontgen, dan lain-lain.

2. Harga yang variatif dari sangat murah sampai sangat mahal seperti lampu

Ct Scan dan kasa steril.

3. Jumlah item yang sangat banyak, maka sering dikelola secara

departemental sesuai pelayanan dan profesi.


33

Gambar 2.2 Logistik Rumah Sakit (Febriawati, 2013).

2.6 Manajemen Logistik Rumah Sakit

Kata manajemen berasal dari bahasa Italia yaitu manneggiare yang berarti

“mengendalikan”, atau dalam bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan

kuda, dalam bahasa Prancis yang mengadopsi kata dari bahasa Inggris menjadi

management yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Banyak para

ahli yang mendefinisikan istilah manajemen secara umum diantaranya yaitu:

a. Definisi Klasik dari Mery Parker Follet menyebutkan manajemen adalah

suatu seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.

b. George Terry menyatakan bahwa pada dasarnya manajemen terdiri dari

planning, organizing, actuating, dan controlling (POAC).

c. Stoner mendefinisikan manajemen adalah proses perencanaan,

pengorganisasian, memimpin, dan mengawasi usaha-usaha dari anggota


34

organisasi dan dari sumber organisasi lainnya untuk mencapai tujuan

organisasi yang telah ditetapkan.

d. Longest menyatakan bahwa manajemen adalah suatu proses yang

melibatkan hubungan interpersonal dan teknologi, yang akan digunakan

untuk mencapai seluruh atau setidaknya sebagian tujuan organisasi dengan

menggunakan tenaga manusia yang ada serta sumber daya lain.

e. Menurut Ordway Tead, mendefinisikan manejemen sebagai sebuah proses

dan perangkat yang mengarahkan dan membimbing kegiatan organisasi

untuk mencapai tujuan.

f. Menurut John D. Millet, manajemen adalah proses memimpin dan

melancarkan pekerjaan dari orang yang terorganisir secara formal untuk

mencapai tujuan.

Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa manajemen,

semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit, ada tiga alasan

utama yang disampaikan oleh George R. Terry seperti yang dikutif oleh

Herlambang Susatyo dan Arita Murwani (2012) dalam Febriawati (2013),

mengapa sebuah organisasi membutuhkan manajemen. Tiga alasan tersebut

adalah:

a. Untuk mencapai tujuan, manajemen dibtuhkan untuk mencapai tujuan

organisasi dan tujuan pribadi.

b. Untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan yang saling

bertentangan, manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara

tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling


35

bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi,

seperti pemilik dan karyawan, kreditur, konsumen, pemasok, serikat

pekerja, masyarakat dan pemerintah.

c. Untuk mencapai efisiensi dan efektifitas. Suatu pekerjaan sebuah

organisasi dapat diukur dengan banyak cara yang berbeda. Salah satu cara

yang umum digunakan adalah dengan mengukur efisiensi dan efektifitas.

Efisiensi dan efektif bukanlah suatu hal yang sama. Efisiensi adalah

kemampuan seseorang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan

benar. Sedangkan efektifias adalah kemampuan untuk memilih tujuan

yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya.

Manajemen kesehatan menurut Notoadmodjo adalah suatu kegiatan atau

suatu seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan non petugas kesehatan

guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan. Dalam arti

lain, manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan manajemen umum

dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi objek dan

sasaran manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat.

Manajemen kesehatan harus dikembangkan di tiap-tiap organisasi

kesehatan di Indonesia seperti Kantor Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan di

Daerah, rumah sakit dan puskesmas serta jajarannya. Ruang lingkup manajemen

kesehatan secara garis besar mengerjakan kegiatan yang berkaitan dengan:

a. Manajemen Sumber Daya Manusia

b. Manajemen Keuangan (mengurusi cash flow keuangan)


36

c. Manajemen Logistik (mengurusi logistik obat dan peralatan kesehatan)

d. Manajemen Pelayanan Kesehatan dan Sistem Informasi Manajemen

(mengurusi pelayanan kesehatan).

Beberapa kebijakan manajemen operasional dalam manajemen kesehatan

di Indonesia yang sudah mendapat perhatian dalam menghadapi krisis bidang

kesehatan sampai dengan saat ini adalah:

a. Meletakan landasan kebijakan kesehatan yang lebih bersifat pencegahan

(preventif).

b. Kebijakan obat nasional diarahkan untuk permasyarakatan obat-obatan

esensial dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat, program obat

pembuatan obat generik dengan harga yang lebih murah.

c. Meskipun dengan dalih untuk membuka peluang bagi penanaman modal

asing (PMA), pembatasan jumlah industri farmasi dilaksanakan secara

ketat.

d. Etika kedokteran dan tanggung jawab profesi mendapat porsi besar dalam

pendidikan dokter agar dokter yang ditamatkan dapat berfungsi sebagai

cendikiawan di bidang kesehatan dengan jiwa non profit dengan jumlah

yang lebih banyak.

e. Kesehatan merupakan hak masyarakat yang perlu terus diperjuangakan

terutama penduduk miskin karena sudah merupakan komitmen global

pemerintah.

Salah satu ruang lingkup manajemen pelayanan kesehatan adalah

manajemen logistik, manajemen logistik merupakan suatu bidang manajemen


37

yang tugasnya khusus mengurusi logistik obat dan peralatan kesehatan yang ada

dalam pelayanan kesehatan. Definisi manajemen logistik menurut Drs. Amin

Widjaja Tunggal Ak. MBA (2010) dalam Febriawati (2013) merupakan proses

yang secara strategik mengatur pengadaan bahan (procurement), perpindahan dan

penyimpanan bahan, komponen dan penyimpanan barang jadi (dan informasi

terkait) melalui organisasi dan jaringan pemasaran dengan cara tertentu sehingga

keuntungan waktu yang akan datang melalui pemenuhan pesanan dengan biaya

yang efektif. Menurut Tjandra Yoga Aditama (2002) bahwa manejemen logistik

adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai perencanaan

dan penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan

pemeliharaan serta penghapusan material atau alat-alat. Prinsip-prinsip dalam

manajemen adalah pegangan umum untuk dapat terselenggaranya fungsi-fungsi

logistik dengan baik. Menurut pemanfaatannya, bahan atau alat yang harus

disediakan rumah sakit dikelompokkan menjadi persediaan farmasi (antara lain:

obat, bahan kimia, gas medik, dan peralatan kesehatan), persediaan makanan,

persediaan logistik umum dan teknik (Febriawati, 2013).

Menurut Dr. dr. H. Boy S. Sabarguna (2009) dalam Febriawati (2013)

Manajemen logistik adalah manajemen dan pengendalian barang-barang, layanan

dan perlengkapan mulai dari akuisisi sampai disposisi dan di dalam manajemen

logistik terdapat elemen-elemen penting yaitu:

1. Strategi terpadu untuk menjamin bahwa bahan barang, jasa dan

perlengkapan dibeli dengan biaya total yang terendah.


38

2. Strategi terkait untuk menjamin bahwa persediaan dan biaya simpan di

pantau dan dikendalikan secara agresif.

Menurut Dr. dr. H. Boy S. Sabarguna (2009) dalam Febriawati (2013)

terdapat 15 langkah manajemen logistik, antara lain:

1. Tingkat Persediaan : menentukan tingkat persediaan yang tersedia di

dalam setiap departemen yang bersangkutan.

2. Identifikasi : identifikasi pasokan atau permintaan atau penggunaan untuk

setiap departemen pengguna selama satu periode 24 jam.

3. Daftar Produk : membuat bagan daftar dari semua produk yang akan

digunakan oleh setiap departemen.

4. Frekuensi : menentukan frekuensi pergantian pasokan, yang bergantung

pada jenis sistem yang dipilih dan target untuk tingkat persediaaan yang

tersedia dan angka perputaran.

5. Persyaratan : pengidentifikasi persyaratan fungsional dan spesifikasi yan

diperlukan bagi semua kereta bursa, bila mana sistem tersebut digunakan.

6. Lokasi : menentukan lokasi yang layak untuk pasokan di areal pengguna.

7. Waktu : menentukan waktu peninjauan persediaan, pemesanan dan

penyediaan kembali.

8. Metode : mengidentifikasi dan menentukan metodelogi yang dipilih.

9. Sistem : menyusun sistem kerja atau penyimpanan catatan yang sesuai.

10. Konfigurasi : menyesuaikan tata letak, konfigurasi dan tngkat persediaan

pada sumber-sumber pasokan untuk mengakomudasi sistem baru.


39

11. Pelatihan : melaksanakan program-program pendidikan saat layanan, bagi

semua personil yang terlibat dan terpengaruh oleh sistem baru.

12. Mekanisme Penelusuran : membuat suatu mekanisme untuk menelusuri

permintaan persediaan yang tidak rutin atau acak yang terjadi di luar

sistem dasar untuk menetapkan kesinambungan keefektifan sistem tersebut

dan kelayakan tingkat sampai produk serta tingkat persediaan.

13. Kebijakan dan Prosedur : membuat suatu kebijaksanaan dan prosedur

untuk membuat perubahan-perubahan sebagaimana layaknya.

14. Proyek Percobaan : memulai pelaksanaan baik atas dasar suatu proyek

percobaan (pilot project), dasar kelompok atau zona, ataupun seluruh

rumah sakit.

15. Penjadwalan : menjadwalkan pertemuan untuk meninjau kemajuan dan

membuat beberapa modifikasi yang perlu.

2.6.1 Fungsi-Fungsi Manajemen Logistik Rumah Sakit

Menurut Tjandra Yoga Aditama (2003) fungsi-fungsi manajemen

logistik sama artinya dengan fungsi manajemen pada umumnya, hanya

karena untuk kepentingan tujuan logistik maka fungsi manajemen logsitik

adalah sebagai berikut (Febriawati, 2013):

a. Fungsi Perencanaan dan Penentuan Kebutuhan

Fungsi perencanaan mencakup aktivitas dalam menetapkan sasaran-

sasaran, pedoman, pengukuran penyelenggaraan bidang logistik.

Penentuan kebutuhan merupakan perincian (detailering) dari fungsi


40

perencanaan, dari semua faktor yang mempengaruhi penentuan kebutuhan

harus diperhitungkan.

b. Fungsi Penganggaran

Merupakan usaha-usaha untuk merumuskan perincian penentuan

kebutuhan dalam suatu skala standar, yakni skala mata uang dan jumlah

biaya dengan memperhatikan pengarahan dan pembatasan yang berlaku

secara langsung.

c. Fungsi Pengadaan

Merupakan usaha dan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan

operasional yang telah digariskan dalam fungsi perencanaan dan

penentuan kepada instansi-instansi pelaksanaan.

d. Fungsi Penyimpanan dan Penyaluran

Merupakan penerimaan, penyimpanan dan penyaluran perlengkapanan

yang telah diadakan melalui fungsi-fungsi terdahulu untuk kemudian

disalurkan kepada instansi-instansi pelaksana.

e. Fungsi Pemeliharan

Merupakan usaha atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi

teknis, daya guna dan daya hasil barang inventaris.

f. Fungsi Penghapusan

Merupakan berupa kegiatan dan usaha pembebasan barang dari

pertanggung jawaban yang berlaku. Dengan kata lain, fungsi penghapusan

adalah usaha untuk menghapus kekayaan (asset) karena kerusakan yang

tidak dapat diperbaiki lagi, dinyatakan sudah tua dari segi ekonomis
41

maupun teknis, kelebihan, hilang, susut, dan karena hal- hal lain menurut

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

g. Fungsi Pengendalian

Merupakan fungsi inti dari pengelolahan perlengkapan yang meliputi

usaha untuk memonitor dan mengamankan keseluruhan pengelolahan

logistik. Dalam fungsi ini diantaranya terdapat kegiatan pengendalian

inventarisasi (inventory control) yang merupakan unsur- unsur utamanya.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dirancang secara deskriptif kuantitatif menggunakan

jenis penelitian non-eksperimental yang bersifat retrospektif yaitu

menggunakan data sebelumnya yang bertujuan untuk mengetahui

persentase kesesuaian terpenuhinya permintaan rutin Alkes dari Logistik

ke Instalasi Farmasi Rumah Sakit Swasta di Kota Bandung.

3.1.2 Instrumen penelitian

1. Data permintaan PB (Permintaan Barang) rutin dari instalasi

farmasi ke logistik farmasi periode Mei – Juli 2020.

2. Wawancara dengan petugas logistik farmasi.

3.1.3 Analisis pengelolaan data

Data permintaan barang rutin diperoleh dari sistem informasi obat

yang digunakan di rumah sakit (HIS). Data yang telah diperoleh kemudian

diolah dengan menggunakan Microsoft Exel 2010 untuk mendata berapa

banyak jumlah item perbekalan farmasi yang tidak terlayani dengan sistem

distribusi yang dilakukan dua kali dalam seminggu. Untuk faktor

penyebab tidak terpenuhinya permintaan barang (PB) rutin akan diurutkan

berdasarkan jumlah terbanyak hingga terkecil. Hasil analisis data akan

disajikan dalam bentuk grafik dan tabel. Data yang diperoleh untuk

42
43

mengetahui persentase permintaan rutin harian dilakukan dengan

perhitungan sebagai berikut, (SHBC, 2016) :

a. Permintaan rutin harian terpenuhi :

jumlah permintaanbarang rutinterpenuhi


x 100 %
jumlah permintaanbarang

b. Permintaan barang rutin tidak terpenuhi :

jumlah permintaanbarang rutintidak terpenuhi


x 100 %
jumalh permintaan barang

3.2 Subjek Penelitian Distribusi Alkes

3.2.1 Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh alat

Kesehatan di Instalasi Farmasi. Sampel penelitian ini adalah seluruh data

permintaan barang (PB) rutin alat Kesehatan dari Instalasi Farmasi ke

Logistik Farmasi, data yang diambil pada bulan mei 2020 sampai juli

2020.

3.2.2 Sampel

Dalam penelitian profil permintaan barang (PB) rutin alat

Kesehatan yang diminta oleh Instalasi Farmasi di salah satu Rumah Sakit

di Kota Bandung selama 3 bulan dari bulan mei 2020 sampai juli 2020.

Data awal bulan mei 2020 sampai juli 2020 sebanyak 1.573 sampel yang

digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus Slovin

(Notoatmojo, 2010).
44

N
n=
1+ N e 2

1573
n=
1+(1573 x 0,052 )

1573
n=
1+(1573 x 0,0025)

1573
n=
1+3,9325

1573
n=
4,9325

n=318,9

Jumlah sampel dibulatkan menjadi 319, jumlah yang diperoleh adalah jumlah sampel alkes

yang di PB kan selama 3 bulan.

3.3 Objek Penelitian

Objek pada penelitin ini adalah data permintaan barang (PB) alat

kesehatan rutin dari Instalasi Farmasi ke Logistik Farmasi di salah satu Rumah

Sakit Swasta Kota Bandung.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Alur Sistem Distribusi

Gambar 4.1 Alur Sistem Distribusi Alat Kesehatan


4.1.2 Data Persentase

Data yang diperoleh kemudia diolah untuk mengetahui jumlah item

dan persentase permintaan barang rutin yang terpenuhi dan permintaan

barang rutin yang tidak terpenuhi dari Logistik Farmasi ke Instalasi

Farmasi menggunakan rumus sebagai berikut:

1) Persentase jumlah permintaan barang rutin yang terpenuhi dihitung

dengan menggunakan rumus:

Jumlah permintaanbarang rutin yang terpenuhi


x 100 %
Jumlah seluruh permintaanbarang rutin

45
46

A. Perhitungan persentase permintaan barang rutin yang terpenuhi

bulan Mei 2020:

335
x 100 %=73.78 %
454

B. Perhitungan persentase permintaan barang rutin yang terpenuhi

bulan Juni 2020:

329
x 100 %=74.09 %
444

C. Perhitungan persentase permintaan barang rutin yang terpenuhi

bulan Juli 2020:

659
x 100 %=97.62%
675

2) Persentase jumlah permintaan barang rutin yang tidak terpenuhi di

hitung dengan menggunakan rumus:

Jumlah item permintaanbarang rutin yang tidak terpenuhi


x 100 %
Jumlah seluruh permintaanbarang rutin

A. Perhitungan persentase permintaan barang rutin yang tidak

terpenuhi bulan Mei 2020:

119
x 100 %=26.22 %
454

B. Perhitungan persentase permintaan barang rutin yang tidak

terpenuhi bulan Juni 2020:

115
x 100 %=25.91 %
444
47

C. Perhitungan persentase permintaan barang rutin yang tidak

terpenuhi bulan Juli 2020:

16
x 100 %=2.38 %
675

Tabel 4.1 Data Jumlah Item dan Persentase Permintaan Barang Rutin dari

Logistik Farmasi ke Instalasi Farmasi Periode Mei 2020 Sampai Juli 2020

Tidak

Bulan Terpenuhi % Terpenuh % Total %

i
Mei 335 73.78 119 26.22 454 100
Juni 329 74.09 115 25.91 444 100
Juli 659 97.62 16 2.38 675 100
Jumlah 1.323 250 1.573

Persentase Permintaan Barang Rutin Dari Logistik Farmasi ke Instalasi Farmasi


Periode Mei 2020 sampai Juli 2020

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Mei Juni Juli

Terpenuhi Tidak Terpenuhi

Gambar 4.2 Diagram Permintaan Barang Rutin Alat Kesehatan

Pada penelitian ini didapatkan 319 total sampel yang telah dihtung dengan rumus

slovin.
48

Tabel 4.2 Jenis Alat Kesehatan Yang Paling Banyak Permintaan

Jenis Alat Kesehatan Jumlah Permintaan


No Persentase (Box) (%)
1 Blood Transfusion Set 25 7,84

2 Disp. Syringe 5 cc 85 26,65

3 Disp. Syringe 10 cc 116 36,36

4 I.V Catheter Surflo 20 30 9,4

5 I. V Catheter Surflo 22 63 19,75

Jumlah 319 100

Jenis Alat Kesehatan yang Banyak Pada Permintaan Barang

Blood
I.v Transfuis
Catheter on Set
Surflo 22

Disp.
I.V Syringe 5
Catheter cc
Surflo 20

Disp.
Syringe
10 cc

Gambar 4.3 Persentase Jenis Alat Kesehatan Yang Paling Banyak Permintaan
49

4.2 Pembahasan

4.2.1 Sistem distribusi Alat Kesehatan dari Logistik Farmasi ke Insatalasi

Farmasi

Berdasarkan gambar 4.1 PB (permintaan barang) dilakukan 2 kali

dalam seminggu (selasa dan jum’at), namun sehari sebelum petugas

logistik farmasi mempersiapkan Alat Kesehatan yang di PB kan petugas

asset Farmasi terlebih dahulu melakukan pemesanan barang dengan membuat

PB (permintaan barang) by sistem dengan menarik pemakaian (metode

konsumsi) selama 1 minggu ke belakang. Setelah membuat PB

(permintaan barang) dan sudah di tanda tangani oleh koordinator asset, lalu

keesokan harinya oleh PJS (penanggung jawab shif) kertas PB yang sudah di

cetak di berikan kepada petugas Logistik untuk di kerjakan sesuai dengan

permintaan dan barang yang tersedia di logistik farmasi. Setelah

dikerjakan lalu petugas Logistik menaikan PB (permintaan barang) ke

Insatalasi Farmasi dengan rentan waktu maksimal pukul 10.00 wib sudah

berada di Instalasi Farmasi dan siap untuk melakukan serah terima dengan

petugas piket yang sudah terjadwal lalu bukti mutasi alat Kesehatan di

verifikasi untuk di masukan ke sistem .

4.2.2 Permintaan Barang Rutin

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh permintaan barang rutin

Alat Kesehatan dari Logistik Farmasi ke Instalasi Farmasi pada bulan Mei

sejumlah 454 item, bulan Juni sejumlah 444 item, dan bulan Juli sejumlah
50

675 item. Data tersebut kemudian dianalisis sehingga data permintaan

barang rutin terbagi menjadi dua bagian yaitu:

A. Data permintaan barang rutin terpenuhi

Permintaan barang rutin terpenuhi yaitu, antara permintaan barang

yang dipesan dari Instalasi Farmasi ke Logistik Farmasi, jumlahnya sama

dengan yang dikirim dari Logistik Farmasi ke Instalasi Farmasi yang

melakukan permintaan barang rutin.

B. Data permintaan barang rutin tidak terpenuhi

Permintaan barang rutin tidak terpenuhi yaitu, antara permintaan

barang yang dipesan dari Instalasi Farmasi ke Logistik Farmasi, jumlahnya

yang sama sekali tidak terpenuhi.

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui hasil persentase permintaan

barang rutin dari Instalasi Farmasi ke Logistik Farmasi yang terpenuhi

paling tinggi pada bulan Juli 2020 mencapai 97.62% dan persentase

permintaan barang rutin yang tidak terpenuhi paling tinggi pada bulan Mei

2020 mencapai 26.22%. Data tersebut dapat dilihat pada diagram 4.2.

Dilihat dari tabel 4.3 data hasil penelitian ini menyatakan bahwa

dari 319 jumlah sampel Alat Kesehatan yang paling sering banyak

permintaan ke logistik farmasi yang paling tinggi dan paling banyak

pemakaian sehingga banyak permintaan adalah Disp. Syringe 10 cc

sebanyak 116 box, Disp. Syringe 5 cc 85 box, I.V Catheter Surflo 22

sebanyak 63 box, I.V Catheter Surflo No 20 30 box dan Blood

Transfusion Set Sebanyak 25 box. Berdasarkan data tersebut dapat


51

dilihat yang paling banyak permintaan adalah Alat Kesehatan Disp.

Syringe 10 cc.

4.2.3 Faktor-faktor yang memepengaruhi tidak terpenuhinya PB

(permintaan barang)

Berdasarkan hasil Wawancara dengan petugas Logistik Farmasi

ada beberapa faktor yang mempengaruhi tidak terpenuhinya PB

(permintaan barang) diantara lain adanya wabah Covid-19 yang

membuat proses pengiriman dari luar kota terhambat di perjalanan karena

adanya PSBB (pembatasan sosial berkala besar) di setiap kota di

Indonesia yang meyebabkan waktu pengiriman menjadi terlambat,

sedangkan faktor lainya jika kekosongan barang di vendor yang biasanya

ada terdapat kekosongan barang.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan terdapat beberapa

simpulan diantaranya :

1) Sistem distribusi Alat Kesehatan dari Logistik Farmasi ke Instalasi

Farmasi dapat dikerjakan sesuai jadwal yang sudah di tentukan, namun dalam

penatalaksanaannya masih memiliki beberapa kendala dalam Sistem Distribusi

Alat Kesehatan perbekalan Farmasi agar tercapainya permintaan barang yang

terpenuhi.

2) Pada hasil penelitian Sistem Distribusi Alat Kesehatan dari Logistik

Farmasi ke Instalasi Farmasi memperlihatkan bahwa berdasarkan jumlah

permintaan barang rutin yang terpenuhi dapat dilihat dari nilai persentase akhir

pada data yang dihitung di bulan Mei 73.78%, bulan Juni 74.09%, dan bulan Juli

97.62% serta jumlah permintaan barang rutin yang tidak terpenuhi dapat dilihat

dari nilai persentase akhir pada data yang dihitung di bulan Mei 26.22%, bulan

Juni 25.91%, dan bulan Juli 2.38% dapat menentukan bahwa persentase

permintaan barang rutin yang terpenuhi mencapai kenaikan yang signifikan.

3) Dari hasil wawancara bahwa tidak terpenuhinya permintaan barang

rutin Alat Kesehatan dari Logistik ke Instalasi Farmasi adanya beberapa faktor

seperti wabah Covid-19 yang menyebabkan terhambatnya pengiriman barang dari

distributor di luar kota, karena adanya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar)

yang menyebabkan keterlambatan pengiriman.

52
53

5.2 Saran

1) Untuk Akademi

Penelitian ini diharapkan dapat menajadi acuan untuk penelitian lanjutan

yaitu dengan meneliti system distribusi alat Kesehatan dari logistik farmasi ke

depo farmasi.

2) Untuk Institusi

Diharapkan adanya komunikasi secara berkala antara petugas bagian

logistik, purchashing, dan vendor Alat Kesehatan agar tercapainya mutu

ketersediaan Alat Kesehatan yang dibutuhkan di Instalasi Farmasi.


54

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Tjandra Y. 2003. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi 2.


Jakarta: UI-Press.

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. (2009). Undang – Undang


Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Jakarta: Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Febriawati, Henni. 2013. Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit.


Jakarta: Gosyen Publishing. Hal. 38,66.

Keputusan Menteri Kesehatan, 2020. Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia, Nomor: 340/Men.Kes/PER/III/2010 Tentang Penetapan
Kelas Rumah Sakit – Rumah Sakit Umum Pemerintah. Jakarta: Menteri Kesehatan
Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Peraturan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan. (2016). Permenkes Nomor 72 Tahun 2016


Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.

Rahmayanti (2017), Gambaran Sistem Distribusi Obat dan Bahan Medis


Habis Pakai (BMHP) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah.

Ristono, Agus. 2008, Manajemen Persediaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.


55

Tunggal, A. W. 2010. Dasar-dasar Audit Internal: Pedoman Untuk


Auditor Baru. Jakarta: Harvarindo.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :


Rineka Cipta.
56

LAMPIRAN

Lampiran 1

A. Contoh Permintaan Barang

Lampiran 2
57

B. Contoh Bukti Mutasi

Lampiran 3
58

C. Wawancara

A. Pertanyaan

1. Berapa lama waktu pengiriman Alkes dari distributor ke Logistik

Farmasi setelah pemesanan dibuat ?

2. Apakah jadwal penerimaan Alkes sudah dibuat rutin setiap minggunya

Oleh Logistik Farmasi?

3. Jika Pengiriman Alkes melebihi waktu yang sudah dijadwalkan,

adakah kendala dari pihak distributor terkait keterlambatan?

4. Apakah setiap proses yang dilakukan dalam penyiapan alkes yang akan

di distribusi dapat menghambat kepada lamanya pengantaran alkes ke

Instalasi Farmasi?

5. Adakah waktu yang distandarkan untuk distribusi Alkes dari Logistik

farmasi ke Instalasi Farmasi?

6. Faktor apa saja yang menyebabkan lamanya pengantaran Alkes dari

logistik Farmasi ke Instalasi Farmasi?

7. Bagaimana cara mengatasi penyebab keterlambatan pengantaran Alkes

ke Instalasi Farmasi?

B. Jawaban

1. `a. Untuk area bandung waktu pengiriman dapat dilakukan pengiriman

tepat waktu dalam jangka waktu satu hari

b. Untuk luar kota waktu pengiriman dapat dilakukan antara 2 sampai

3 hari kerja untuk barang yang stocknya tersedia, jika tidak maka

estimasi waktu tidak dapat ditentukan.


59

2. Jadwal penerimaan alkes sudah dibuat rutin pada hari kamis dan jumat

3. Terdapat beberapa kendala, seperti adanya wabah covid-19, barang

tidak tersedia, terhambatnya pengiriman

4. Dapat terkendala jika permintaan barang dari team aset melebihi

permintaan barang pada hari-hari biasanya yang disebabkan konsumsi

alkes yang melonjak

5. Standar waktu untuk distribusi adalah pukul 10:00 WIB

6. a. Permintaan yang melonjak

b. Keterhambatan pengantaran alkes dari lantai ke lantai yang

disebabkan penuhnya penggunaan lift

7. a. Logistik farmasi memiliki fasilitas lift khusus untuk distribusi

b. Penyiapan permintaan barang yang dilakukan diwaktu yang lebih

awal

Anda mungkin juga menyukai