Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL PENELITIAN

EVALUASI KINERJA PENYEDIA DALAM PENGADAAN OBAT

DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA

MAKASSAR

EVALUATION OF PROVIDER PERFORMANCE IN PROCUREMENT OF

MEDICINE IN THE PHARMACEUTICAL INSTALLATION OF

BHAYANGKARA HOSPITAL MAKASSAR

ATIKA ZAHRA

210304502012

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI KESEHATAN

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2024
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Evaluasi Kinerja Penyedia dalam Pengadaan Obat di


Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara Makassar
Nama : Atika Zahra

NIM : 210304502012

Jurusan : Administrasi Kesehatan

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.DR. Syahruddin, M.KES Rahmad Risan, S.pd, M.pd


NIP. 196601041990031003 NIP. 198807012018031001
Mengetahui,
Ketua Prodi Administrasi Kesehatan
Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan

Andi Atssam Mappanyukki, S.Or.,M.Kes


NIP. 198210042006041003

DAFTAR ISI

i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................i
DAFTAR ISI ......................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
A. Latar Belakang .................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................5
C. Tujuan Penelitian ..............................................................................6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................8
A. Kajian Pustaka ...................................................................................8
B. Kerangka Konsep ............................................................................17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .........................................................19
A. Jenis Penelitian ................................................................................19
B. Waktu dan Tempat Penelitian ...........................................................19
C. Desain Penelitian ............................................................................19
D. Populasi dan Sampel ........................................................................20
E. Definisi Operasional Variabel...........................................................21
F. Prosedur Penelitian ...........................................................................22
G. Metode Pengumpulan Data .............................................................24
H. Instrument Penelitian .......................................................................25
I. Teknik Analisis Data .........................................................................25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................27

DAFTAR GAMBAR

ii
2.1 Bagan Kerangka Pikir ................................................................................ 17
3.1 Bagan Desain Penelitian............................................................................. 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah Sakit adalah salah satu sarana upaya kesehatan yang

menjadi tempat dalam upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan.

Fungsi utama rumah sakit adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan

dan bagian dari rantai rujukan pelayanan kesehatan. Tujuan pengelolaan

Rumah Sakit agar menghasilkan produk, jasa atau pelayanan kesehatan

yang benar-benar menyentuh kebutuhan dan harapan pasien dari

berbagai aspek, menyangkut mutu (medik dan nonmedik), jenis

pelayanan, prosedur pelayanan, harga dan informasi yang dibutuhkan

(Adriansyah et al., 2023).

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah unit pelaksana

fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan

kefarmasian di Rumah Sakit. Pelayanan kefarmasian di rumah sakit

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari system pelayanan rumah

sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan sediaan obat

yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk

pelayanan farmasi klinik. Pelayanan kefarmasian juga merupakan kegiatan

yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan

permasalahan terkait obat (Alaydrus, 2020).

1
2

Pelayanan farmasi merupakan pelayanan penunjang sekaligus

pelayanan utama. Hal tersebut mengingat bahwa hampir semua pelayanan

kesehatan di rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi termasuk obat

obatan dan bahan medis lainnya. Aspek terpenting dalam pelayanan

farmasi adalah mengoptimalkan penggunaan obat. Memberikan pelayanan

yang efektif dan efisien termasuk juga pelayanan farmasi untuk

memeriksa pengelolaan persediaan obat agar tersedia di apotik rumah

sakit. Untuk itu rumah sakit harus mempersiapkan agar dapat memberikan

pelayanan maksimal untuk pasien (Indayanti, 2021).

Keberhasilan dalam pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh

kinerja perawat itu sendiri dalam melakukan tugasnya, ini menunjukkan

bahwa kinerja perawat pelaksana mempunyai peran penting terhadap

kualitas pelayanan di suatu rumah sakit. Kinerja merupakan hasil kerja

secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai dengan melakukan tugas

serta tanggung jawab yang sudah diberikan kepada pegawai (Andriani,

2020).

Sementara itu Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alkes menetapkan

target pencapaian ketersediaan obat adalah 90% ditahun 2018 dan 95% di

tahun 2019 (Kemenkes RI, 2017 : 8). Dari persentase tersebut dapat kita

lihat bahwa indikator kinerja yang telah di tetapkan tidak mencapai target.

Dari telaah dokumen Seksi Kefarmasian dan Alkes di dapatkan 28 kontrak


3

pengadaan obat dengan distributor, namun ada 10 kontrak yang

bermasalah (Daftar Realisasi Pengadaan Obat, 2018).

Obat adalah salah satu hal yang penting bagi rumah sakit karena obat

merupakan penunjang pelayanan kefarmasian sekaligus merupakan

revenue center utama, maka aspek yang perlu diperhatikan untuk

menjamin ketersediaan dan keefektifan penggunaan obat ialah

mengoptimalkan manajemen pengelolaan obat mulai dari perencanaan

hingga pemusnahan obat (Faturrahmi, 2019).

Pengadaan obat bagi rumah sakit merupakan proses yang penting dan

utama bagi kegiatan operasional rumah sakit. Pengadaan obat yang kurang

efektif akan mengakibatkan rumah sakit mengalami kerugian yang cukup

besar. Apabila pengadaan obat tidak dikelola secara cermat dan penuh

tanggung jawab seperti pengadaan obat melebihi kebutuhan maka akan

menimbulkan pemborosan dalam penganggaran, pembengkakan biaya

pengadaan dan penyimpanan, tidak tersalurkan obat atau barang

tersebut,sehingga bisa merusak atau kadaluarsa. Jika hal tersebut terjadi,

dapat diprediksi bahwa pendapatan rumah sakit akan mengalami

penurunan. Pengadaan obat yang kurang efektif akan mengakibatkan

rumah sakit mengalami kerugian yang cukup besar (Budianto, 2016).

Rumah Sakit Bhayangkara Makassar merupakan rumah sakit tipe B

yang telah terakreditasi paripurna. Rumah Sakit Bhayangkara Makassar

yang berdiri sejak tahun 1965, yang manfaatnya sangat besar dalam
4

mendukung tugas operasional kepolisian dan bahkan keluarga besar Polri

dan masyarakat umum yang membutuhkan pelayanankesehatan yang

cukup terjangkau baik dari segi pembiayaan maupun kecepatan pelayanan

yang diberikan, sesuai dengan motto kami yaitu ; Lebih baik, Lebih cepat,

Terjangkau (Prima Dalam Pelayanan, Utama Dalam Penyembuhan,

Terkendali Dalam Pembiayaan) (Asnaeni, 2022).

Rumah Sakit Bhayangkara Makassar memiliki Instalasi Farmasi yang

berfungsi untuk memenuhi kebutuhan obat-obatan di rumah sakit. Di

dalam pelaksanaan tugas Urusan Penunjang Medik, dituntut mampu

mendukung secara maksimal pelaksanaan pelayanan yang dilakukan oleh

setiap unit pelayanan medis di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Salah

satunya adalah ketersediaan obat yang berada di apotek yang harus selalu

dapat mendukung pelaksanaan pelayanan. Mengingat salah satu fungsi

Rumah Sakit Bhayangkara Makassar sebagai pusat rujukan pasien Rumkit

Bhayangkara di wilayah timur Indonesia, sangat diharapkan dapat

memberikan pelayanan medis yang sesuai apa yang diharapkan (Asnaeni,

2022).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fetri Nurcahyati di

Instalasi Farmasi rawat jalan RSUD Kota Madiun Tahun 2019

menunjukkan bahwa yang berpendapat tidak baik tentang kinerja

karyawan dan mutu pelayanan tidak baik sebanyak 7 responden


5

(22,6%). Responden yang berpendapat bahwa kinerja karyawan tidak

baik dan mutu pelayanan baik sebanyak 4 responden (12,9%). Untuk

responden yang berpendapat kinerja karyawan baik dan mutu pelayanan

baik sebanyak 17 responden (54,8%). Sedangkan responden yang

berpendapat kinerja karyawan baik dan mutu pelayanan tidak baik

sebanyak 3 responden (9,7%) (Nurcahyati, 2019).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tindak Alisah di

Puskesmas Kagok Semarang pada tahun 2022 menunjukkan bahwa

hasil evaluasi tahap pengadaan obat di Instalasi Farmasi Puskesmas

Kagok Semarang tahun 2020 : Pada Indikator persentase ketersediaan

dana sudah efisien yaitu 116,6%, persentase alokasi dana pengadaan

obat tidak efisien dengan hasil 2,13%, Indikator frekuensi pengadaan

obat menunjukkan frekuensi yang rendah, Indikator frekuensi kesalahan

faktur menunjukkan tidak adanya kesalahan faktur selama tahun 2020,

dan Indikator ketepatan pembayaran oleh puskesmas sudah efektif

dengan hasil 0% (Alisah, 2022).

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Kinerja Penyedia Dalam Pengadaan Obat

Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara Makassar Tahun 2024”.


6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan

masalah penelitian yaitu Bagaimana kinerja penyedia dalam pengadaan

obat di instalasi farmasi Rumah Sakit Bhayangkara Makassar?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui kinerja penyedia pengadaan obat di

instalasi farmasi Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui proses manajemen logistik obat di

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara Makassar yang

meliputi fungsi manajemen logistik obat yaitu mulai dari

Perencanaan, Pengadaan, Penyimpanan, Pendistribusian atau

Penyaluran, dan Penghapusan Obat.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu

informasi baik berupa data maupun informasi tentang kinerja

penyedia pengadaan obat di instalasi farmasi Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar.

2. Manfaat Praktis
7

a. Bagi Pihak Penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah

pengetahuan penulis tentang kinerja penyedia pengadaan obat di

instalasi farmasi Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

b. Bagi Institusi, penelitian ini diharapkan sebagai dapat menjadi

dasar untuk kolaborasi lebih lanjut antara institut dan rumah

sakit, membuka peluang untuk proyek bersama dan

pengembangan inovasi dalam pengadaan obat.

c. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi

referensi bagi peneliti yang ingin mengkaji permasalahan

tentang kinerja penyedia pengadaan obat di instalasi farmasi

Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Kajian Teori Kinerja Penyedia

a. Pengertian Kinerja

Menurut Arifuddin Mane dan Indryani Nur (2021)

mengatakan bahwa Istilah kinerja berasal dari kata job performance

atau actual performance, yaitu prestasi kerja atau prestasi

sesungguhnya yang dicapai seseorang. Kinerja dalam organisasi

merupakan jawaban dari berhasil tidaknya tujuan organisasi yang

ditetapkan. Kinerja merupakan tingkat produktivitas seorang

karywan, relatif pada rekan kerjanya, pada beberapa hasil dan

perilaku yang terkait dengan tugas. Kinerja dipengaruhi oleh

variabel yang terkait dengan pekerjaan meliputi konflik kerja / non-

kerja (Mane, 2021).

b. Pengertian Penyedia

Dalam Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018, penyedia

barang/jasa pemerintah yang selanjutnya disebut penyedia adalah

pelaku usaha menyediakan barang/jasa berdasarkan kontrak.

Sebagaimana transaksi pada umumnya, membeli produk barang/jasa

perlu mempertimbangkan kemampuan pelaku usaha dalam pasar, hal

8
9

ini seringkali menjadi sesuatu yang secara tidak terarah dan tidak

tersistimatika dipertimbangkan Pelaku Pengadaan dari sisi Pemerintah

khususnya pihak yang berperan sebagai pembeli barang/jasa.

Terkadang pembeli barang/jasa kurang menyadari bahwa laku atau

tidaknya memandang sebuah barang/jasa tersebut sebagai sesuatu yang

penting untuk dirancang “menarik”, padahal paket pengadaan

barang/jasa pemerintah perlu dirancang “menarik” agar mendapatkan

penyedia yang baik (Gamas, 2020).

c. Pengertian Kinerja Penyedia

Secara sederhana dikatakan bahwa kinerja instansi/perusahaan

semakin didorong oleh kinerja penyedia eksternal. Manajemen yang

efektif dari jaringan penyedia mengharuskan instansi/perusahaan

untuk menerapkan strategi untuk mengukur dan meningkatkan kinerja

peserta jaringan penyedia. Evaluasi kinerja penyedia merupakan

bagian pengelolaan penyedia (vendor management) yang dapat

dimanfaatkan untuk memilih penyedia. Memilih penyedia adalah

tahapan kritis dan keputusan utama dalam pengadaan. Pada tahapan ini

pembeli mengevaluasi berbagai penyedia untuk menentukan penyedia

mana yang mempunyai kemungkinan tertinggi memenuhi kebutuhan

pembeli. Penyedia ini kemudian akan diundang untuk mengajukan


10

penawaran untuk mendapatkan kontrak dengan pembeli (Pujiastuti,

2021).

2. Kajian Teori Pengadaan Obat

a. Pengertian Obat

Menurut (Permenkes RI, 2016), Obat adalah bahan atau

paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk

mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi

dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,

pemulihan, peningkatan, dan kontrasepsi untuk manusia. Obat adalah

suatu zat yang dapat mempengaruhi proses hidup dan suatu

senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis

penyakit/gangguan, atau menimbulkan suatu kondisi tertentu

(Prabowo, 2021).

b. Pengertian Pengadaan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 58 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian

pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk

merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus

menjamin ketersedian, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga

yang terjangkau dan sesuai standar mutu (Kemenkes RI, 2014).


11

c. Pengertian Pengadaan Obat

Pengadaan dan pemesanan sediaan farmasi dilakukan oleh

bagian perbekalan farmasi sesuai dengan Pedoman Pelayanan IFRS

yang ditetapkan oleh direktur Rumah Sakit. Proses pengadaan dan

pemesanan obat dilakukan dibawah tanggungjawab seorang apoteker

penanggungjawab perbekalan farmasi. Struktur organisasi bagian

perbekalan farmasi berada dibawah garis wewenang kepala instalasi

farmasi dan manajer penunjang medis (Susanto, 2018).

3. Kajian Teori Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

a. Pengertian Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Rumah Sakit, Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang

menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah

Sakit . Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan

bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan

farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk

meningkatkan mutu kehidupan pasien. Instalasi Farmasi harus

memiliki Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang sesuai

dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran

dan tujuan Instalasi Farmasi. Ketersediaan jumlah tenaga Apoteker dan


12

Tenaga Teknis Kefarmasian di Rumah Sakit dipenuhi sesuai dengan

ketentuan klasifikasi dan perizinan Rumah Sakit yang ditetapkan oleh

Menteri (Kemenkes RI, 2016).

Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu unit di rumah sakit

tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang

ditujukan untuk keperluan rumah sakit dan pasien. Pekerjaan

kefarmasian yang dimaksud adalah kegiatan yang menyangkut

pembuatan, pengendalian mutu sediaan farmasi, pengelolaan

perbekalan farmasi (perencanaan, pengadaan, penerimaan,

penyimpanan, distribusi, pencatatan, pelaporan,

pemusnahan/penghapusan), pelayanan resep, pelayanan informasi

obat, konseling, dan farmasi klinik di ruangan pasien (Rusli, 2016).

IFRS merupakan suatu organisasi pelayanan di rumah sakit

yang memberikan pelayanan produk yaitu sediaan farmasi, perbekalan

kesehatan dan gas medis habis pakai serta pelayanan jasa yaitu farmasi

klinik (PIO, Konseling, Meso, Monitoring Terapi Obat, Reaksi

Merugikan Obat) bagi pasien atau keluarga pasien (Rusli, 2016).

IFRS adalah fasilitas pelayanan penunjang medis, di bawah

pimpinan seorang Apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional,

yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan


13

kefarmasian, yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup

perencanaan; pengadaan; produksi; penyimpanan perbekalan

kesehatan/sediaan farmasi; dispensing obat berdasarkan resep bagi

penderita rawat inap dan rawat jalan; pengendalian mutu dan

pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan

di rumah sakit; serta pelayanan farmasi klinis (Rusli, 2016).

b. Fungsi IFRS

Fungsi IFRS yaitu berfungsi sebagai unit pelayanan dan unit

produksi. Unit pelayanan yang dimaksud adalah pelayanan yang

bersifat manajemen (nonklinik) adalah pelayanan yang tidak

bersentuhan langsung dengan pasien dan tenaga kesehatan lain.

Pelayanan IFRS yang menyediakan unsur logistik atau perbekalan

kesehatan dan aspek administrasi. IFRS yang berfungsi sebagai

pelayanan nonmanajemen (klinik) pelayanan yang bersentuhan

langsung dengan pasien atau kesehatan lainnya. Fungsi ini

berorientasi pasien sehingga membutuhkan pemahaman yang lebih

luas tentang aspek yang berkaitan dengan penggunaan obat dan

penyakitnya serta menjunjung tinggi etika dan perilaku sebagai unit

yang menjalankan asuhan kefarmasian yang handal dan profesional

(Rusli, 2016).
14

4. Kajian Teori Rumah Sakit

a. Pengertian Rumah Sakit

Definisi Rumah Sakit menurut World Health Organization

(WHO) dalam Technical Report Series No. 122/1957, adalah suatu

bagian menyeluruh (Integral) dari organisasi sosial dan medis, yang

mempunyai fungsi memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap

kepada masyarakat baik kuratif maupun preventif, dimana

pelayanan keluarnya menjangkau keluarga dan lingkungan

rumahnya, Rumah Sakit juga merupakan pusat untuk latihan tenaga

kesehatan dan untuk penelitian Bio-Psiko-Sosioekonomi-Budaya.

Fungsi utama rumah sakit adalah sebagai sarana pelayanan

kesehatan dan bagian dari rantai rujukan pelayanan kesehatan.

Organisasi rumah sakit itu unik dan kompleks. Unik karena di

rumah sakit ada proses yang menghasilkan layanan perhotelan serta

layanan medis, perawatan dalam bentuk layanan kepada pasien

rawat inap dan pasien jalanan. Kompleks karena terdapat

permasalahan yang sangat rumit dimana rumah sakit merupakan

organisasi padat karya dengan latar belakang pendidikan yang

berbeda-beda. Oleh karena itu, pelayanan rumah sakit dapat

dikatakan jauh lebih komplek dibandingkan dengan hotel

(Supriyanto, 2023).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


15

Nomor 3 Tahun 2020 tentang klasisfikasi dan perizinan rumah sakit

menyatakan bahwa rumah Sakit adalah institusi pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan

kesehatan, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit dan

memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan

kesehatan (Kemenkes RI, 2020).

b. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Menurut Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 fungsi

rumah sakit sebagai berikut;

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan

kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan

melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat

kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

3. Penyelenggaraan Pendidikan dan pelatih sumber daya

manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam

pemberian pelayanan kesehatan.

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta

penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka

peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan


16

etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

c. Jenis-jenis Rumah Sakit

Pelayanan kesehatan rumah sakit di era sekarang ini

diwajibkan untuk: Memberikan pelayanan kesehatan yang

optimal. Hal ini agar sebuah rumah sakit mampu bersaing dengan

rumah sakit lain. Kualitas rumah sakit harus ditingkatkan sesuai

dengan perkembangan teknologi, kebutuhan dan tuntutan

masyarakat diiringi dengan peningkatan efisiensi dan produktivitas

rumah sakit.

Menurut PERMENKES Republik Indonesia Nomor 3 Tahun

2020 Pasal 6 tentang jenis-jenis rumah sakit berdasarkan jenis

pelayanan yang diberikan, yaitu:

1) Rumah Sakit Umum

Rumah Sakit Umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 6a

memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis

penyakit.

2) Rumah Sakit Khusus

Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksud dalam pasal

6a memberikan pelayanan utama pada suatu bidang atau jenis

penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan, umur,

organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.

d. Tujuan Rumah Sakit


17

Rumah sakit bertujuan untuk memberikan layanan yang

Berkualitas, bagus, dan terjangkau bagi masyarakat. Rumah sakit

juga bertugas melaksanakan pelayanan kesehatan secara efisien dan

berhasil dengan memprioritaskan penyembuhan dan pemulihan

koheren dan terintegrasi dengan perbaikan dan pencegahan dan

implementasi upaya rujukan (Agusianita et al., 2023).

B. Kerangka Pikir

Dimensi Mutu Pelayanan :


1. Tangible (berwujud / nyata)
Kinerja
2. Realibility (kehandalan)
Penyedia
3. Responsiveness (cepat tanggap)
4. Empaty (empati)
5. Assurance (kepastian)

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir


Sumber : (Annisa, 2021)

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen
18

C. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

a. Ha : Ada pengaruh kinerja penyedia dalam pengadaan obat di Instalasi

Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

b. H0 : Tidak ada pengaruh kinerja penyedia dalam pengadaan obat di

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif , dengan

menggunakan pendekatan Cross Sectional.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung mulai bulan Juli 2024.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara

Makassar.

C. Desain penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain studi cross-

sectional. Adapun variabel independennya yaitu kinerja penyedia dan variabel

dependennya yaitu pengadaan obat dimana variabel tersebut hanya diukur

sekali secara bersamaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

kinerja penyedia dalam pengadaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar.

19
20

Variabel Independen Variabel Dependen

X Y

Gambar 3.2 Bagan Desain Penelitian

Sumber : (Sugiyono,2021)

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah perawat dalam pengadaan obat di

Instalasi Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

2. Sampel

Sampel diambil dengan menggunakan metode pengambilan sampel

dengan menggunakan rumus rumus menurut Aloysius Rangga Aditya

Nalendra, dkk (2021:27-28) rumus slovin sebagai berikut:

Keterangan :

n : Ukuran sampel

N : Ukuran populasi

e : Standar eror atau kesalahan yang dapat ditoleransi (5% = 0,05)


21

E. Definisi Operasional Variabel

Definisi Operasional variabel sendiri dapat menentukan, menilai, atau

mengukur suatu variabel yang akan digunakan untuk penelitian. Selain itu, hal

tersebut juga dapat menjadi panduan bagi peneliti untuk mengukur,

menentukan, atau menilai suatu variabel tersebut dengan cara merumuskan

kata-kata yang bersifat operasional. Dalam penelitian terdapat berbagai

variabel yang digunakan untuk melakukan analisis data dengan menggunakan

skala likert dan skala nominal. Definisi dalam penelitian ini dapat dilihat pada

berikut ini:

1. Kinerja Penyedia yang dimaksud yaitu penilaian terhadap perawat di

Instalasi Rumah Sakit Bhayangkara Makassar untuk memastikan

ketersediaan obat yang memadai, meningkatkan efisiensi pengadaan obat,

dan memastikan bahwa penyedia dapat memenuhi standar pelayanan yang

ditetapkan.

Adapun alat ukur yang digunakan yaitu menggunakan skala likert yaitu :

STS = Sangat Tidak Setuju (Skor 1)

TS = Tidak Setuju (Skor 2)

KS = Kurang Setuju (Skor 3)

S = Setuju (Skor 4)

SS = Sangat Setuju (Skor 5)


22

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Liani, maka dapat

dikategoriasikan, sebagai berikut (Liani, 2020) :

a) Jika X < Mean, maka dapat dikategorikan rendah

b) Jika X ≥ Mean, maka dapat dikategorikan tinggi

2. Pengadaan Obat merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan

obat dan perbekalan kesehatan sesuai dengan jenis, jumlah dan mutu yang

telah direncanakan sesuai kebutuhan pembangunan kesehatan.

Adapun alat ukur yang digunakan yaitu menggunakan skala likert yaitu :

STS = Sangat Tidak Setuju (Skor 1)

TS = Tidak Setuju (Skor 2)

KS = Kurang Setuju (Skor 3)

S = Setuju (Skor 4)

SS = Sangat Setuju (Skor 5)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Liani, maka dapat

dikategoriasikan, sebagai berikut (Liani, 2020) :

a) Jika X < Mean, maka dapat dikategorikan rendah

b) Jika X ≥ Mean, maka dapat dikategorikan tinggi

F. Prosedur Penelitian

1. Tahapan Persiapan
23

Tahapan persiapan meliputi pengurusan surat izin penelitian dan

persiapan pembuatan kuisioner yang akan digunakan pada saat penelitian

berlangsung.

2. Tahapan Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan meliputi kegiatan pelaksanaan sekaligus

pengumpulan data. Penelitian dimulai dengan membagikan kuisioner

kepada responden, kemudian dilakukan pengumpulan kuisioner yang

telah di isi oleh responden dan dilakukannya dokumentasi pada saat

penelitian berlangsung. Selanjutnya, pengumpulan data untuk dilakukan

skoring kemudian akan dilanjutkan dengan analisis data untuk uji

hipotesis.

1. Angket

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah angket. Angket adalah daftar pertanyaan yang

sering disebutkan secara umum dengan nama kuisioner. Data

tersebut didapatkan dengan memberikan angket/kuisioner pada

sampel penelitian. Dalam penelitian ini kuisioner ditujukan untuk

mengumpulkan data tentang kinerja penyedia dalam pengadaan obat

di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara. Pertanyaan yang

digunakan adalah jenis pertanyaan tertutup, artinya alternative

jawabannya sudah disediakan. Responden hanya memilih salah satu


24

alternative jawaban yang paling sesuai dengan pendapatnya. Skala

yang digunakan adalah skala Likert.

2. Studi Literatur

Studi literatur merupakan teknik pengumpulan data yang

digunakan untuk mendapatkan informasi tentang teori dan

konsep yang erat hubungannya dengan permasalahan yang

diteliti. Teori dan konsep dalam penelitian ini terkait dengan

kinerja penyedia dalam pengadaan obat.

3. Dokumentasi

Pengumpulan data dan bukti nyata pada saat melakukan

penelitian di Instalasi farmasi Rumah Sakit Bhayangkara

Makassar yang dilakukan dengan mempelajari literatur, dokumen

dan sumber data lain yang berasal dari media elektronik seperti

internet yang mempunyai hubungan dalam penulisan penelitian

ini.

3. Tahap Akhir

Tahap akhir dilakukan dengan menganalisis data dari data yang

telah dikumpulkan melalui kuisioner dan telah diisi oleh responden,

akan diolah dengan baik melalui aplikasi SPSS sesuai dengan metode

yang telah ditetapkan.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data untuk mengetahui kualitas pelayanan dan


25

minat kunjung ulang dilakukan dengan cara :

1. Survei, untuk mengetahui data atau jumlah sampel yang akan

digunakan dalam penelitian ini

2. Memberikan kuisioner kepada responden dan menjelaskan cara

pengisian angket tersebut (Kuisioner terlampir).

3. Mengumpulkan angket yang sudah diisi oleh responden

4. Mengolah data menggunakan SPSS

H. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah questioner dengan

menggunakan skala likert dan Guttman Kuisioner terstruktur harus di isi oleh

responden dan harus memberi tanda centang () pada jawaban yang dianggap

benar. Skala likert digunakan pada variabel independent dengan cara nilai 1-

5, apabila peryataan positif maka 1 = Sangat setuju, 2 = Setuju, 3 = Kurang

setuju, 4 = Tidak setuju, 5 = Sangat tidak setuju. untuk melihat kinerja

penyedia dalam pengadaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar. Skala Guttman digunakan pada variabel dependen,

dimana responden memilih antara Ya dan Tidak, 1 = Ya dan 2 = Tidak

(Sugiyono, 2021).

I. Teknik Analisis Data


26

1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan

persentase dari masing-masing variabel yang diteliti.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis dua

variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Metode

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi-square. Jika

uji chi-square tidak memenuhi persyaratan, maka akan dilanjutkan

dengan uji fisher exact test. Analisis bivariat ini bertujuan untuk

menentukan apakah ada hubungan antara variabel independen (kualitas

pelayanan) dan variabel dependen (minat kunjung ulang) dengan tingkat

signifikansi 5%. Jika nilai ρ (p-value) ≤ 0,5, maka secara statistik

terdapat hubungan antara variabel independen dan dependen.

Namun, jika nilai ρ (p-value) ≥ 0,5, maka tidak terdapat hubungan antara

variabel independen dan dependen.


27

DAFTAR PUSTAKA

Adriansyah, A., Tanjung, S. F., Fitria, F., & Wijaya, R. S. (2023). Pengukuran
Kinerja Finansial dan Non Financial dengan Pendekatan BSC Studi
Kasus pada Rumah Sakit Islam Di Sumatera Barat. Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Dharma Andalas, 25(1), 207–221.
https://doi.org/10.47233/jebd.v25i1.628
Agusianita, A., Nuru, H., & Metasari, D. (2023). Analisis Pelayanan Perawat
Terhadap Kepuasan Pasien JKN Rawat Inap di Rumah Sakit Rafflesia.
Jurnal Untuk Masyarakat Sehat (JUKMAS), 7(1), 10–18.
https://doi.org/10.52643/jukmas.v7i1.2939
Alaydrus, S. (2020). FARMASI RUMAH SAKIT. Widina Bhakti Persada
Bandung.
Alisah, T. (2022). EVALUASI PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT DI
PUSKESMAS KAGOK SEMARANG.
Andriani, M. (2020). HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA
RUANGAN DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI
INSTALASI RAWAT INAP A & C RUMAH SAKIT STROKE
NASIONAL KOTA BUKITTINGGI.
Annisa, I. A. (2021). STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN PRODI
DIII PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN TAHUN 2020/2021.
Asnaeni. (2022). SISTEM PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI DI
APOTEK OK/ICU RUMKIT BHAYANGKARA MAKASSAR POLDA
SULSEL.
Budianto, D. O. (2016). STUDI PENGELOLAAN OBAT TAHAP PENGADAAN
PADA ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI RUMAH SAKIT
SWASTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.
28

Faturrahmi. (2019). MANAJEMEN PENGELOLAAN LOGISTIK OBAT DI


INSTALASI FARMASI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR.
Gamas, C. (2020). Penyedia adalah Pelaku Pengadaan yang merupakan salah
satu sisi dari Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Indayanti, F. N. (2021). GAMBARAN MANAJEMEN PENGELOLAAN OBAT
DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA
MAKASSAR.
Kemenkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit.
Kemenkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit.
Kemenkes RI. (2020). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2020 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit.
Liani, L. (2020). Pengaruh Big Five Personality Trait, Self Control dan Faktor
Demografi Terhadap Cyberloafing. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Mane, A. (2021). Analisis Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja terhadap
Kinerja Karyawan pada PT Berita Kota Makassar. Economic Bosowa
Journal Edisi XXXVII.
Nurcahyati, F. (2019). PENGARUH KINERJA KARYAWAN TERHADAP
MUTU PELAYANAN INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA MADIUN TAHUN 2019.
Permenkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 72 tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasiaan di Rumah Sakit.
Prabowo, W. L. (2021). TEORI TENTANG PENGETAHUAN PERESEPAN
OBAT. Jurnal Medika Hutama, 02.
Pujiastuti, I. (2021). EVALUASI KINERJA PENYEDIA BARANG ATAU
JASA. Asosiasi Vendor Indonesia.
Rusli. (2016). FARMASI RUMAH SAKIT DAN KLINIK. Badan Pengembangan
dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
29

Sugiyono, Prof. D. (2021). Metode penelitian komunikasi (Kuantitatif,


kualitatif, dan cara mudah menulis artikel pada jurnal internasional).
Alfabeta.
Supriyanto, S. (2023). Administrasi Rumah Sakit. Zifatama Jawara.
Susanto, M. N. (2018). Penerapan Metode ABC Indeks Kritis dalam
Pengelolaan Persediaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit XYZ
Pekanbaru, Riau Tahun 2018.

Anda mungkin juga menyukai