Anda di halaman 1dari 29

EVALUASI PENANGANAN OBAT MENDEKATI

KADALUWARSA DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT


SWASTA DI BANDUNG PERIODE JANUARI-MARET
TAHUN 2020

KARYA TULIS ILMIAH

DIAN MARDIANA
191FF02023

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

EVALUASI PENANGANAN OBAT MENDEKATI


KADALUWARSA DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT
SWASTA DI BANDUNG PERIODE JANUARI-MARET
TAHUN 2020

Untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Sidang Ahli Madya


Program Pendidikan Diploma III

NAMA : DIAN MARDIANA

NPM : 191FF02023

Bandung, Juli 2020

Pembimbing I Pembimbing II

apt. Ani Anggriani, M.Si. apt. Asep Roni, M.Si.

ii
iii
EVALUASI PENANGANAN OBAT MENDEKATI
KADALUWARSA DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT
SWASTA DI BANDUNG PERIODE JANUARI-MARET
TAHUN 2020
ABSTRAK

Pengaturan standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit bertujuan untuk


meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi
tenaga kefarmasian, dan melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan
obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety). Cara
untuk mengendalikan persediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai adalah melakukan evaluasi pesediaan yang jarang digunakan (slow
moving) atau tidak digunakan dalam waktu 3 bulan berturut-turut (stuck moving),
stock opname yang dilakukan secara periodik (Permenkes No 72 Tahun 2016).
Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menjamin kualitas obat yang diberikan
kepada pasien dan meminimalkan kerugian rumah sakit akibat obat yang
kadaluwarsa/rusak. Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk
mengidentifikasi pengelolaan obat yang mendekati masa kadaluwarsa dan
mengetahui persentase penurunan jumlah item obat yang mendekati kadaluwarsa
setiap bulan di instalasi farmasi rumah sakit swasta di Bandung periode Januari
– Maret Tahun 2020. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah
deskriptif kuantitatif dan kualitatif dengan teknik pengambilan data retrospektif
dari laporan semua obat yang mendekati kadaluwarsa pada bulan Januari –
Maret Tahun 2020. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengambil judul
“Evaluasi Penanganan Obat Mendekati Kadaluwarsa di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Swasta di Bandung Periode Januari – Maret Tahun 2020”. Salah
satu kegiatan untuk meminimalkan obat kadaluwarsa adalah mengidentifikasi
obat mendekati kadaluwarsa yang dilakukan oleh petugas farmasi dengan
melakukan pengecekan tanggal kadaluwarsa obat secara rutin setiap bulan,
membuat laporan obat dengan kadaluwarsa 6 bulan yang akan datang dan
melakukan tindak lanjut.

Kata kunci: Penanganan obat kadaluwarsa, Upaya meminimalkan obat


kadaluwarsa, Menjamin kualitas obat

iv
THE EVALUATION OF DRUGS HANDLING APPROACHING
EXPIRATION AT A PRIVATE HOSPITAL
PHARMACEUTICAL INSTALLATION IN BANDUNG
DURING JANUARY-MARCH 2020

ABSTRACT

The purpose of pharmaceutical service standards in hospital are to improve the


quality of pharmaceutical services, to warrant legal certainty for pharmaceutical
personnel, and to protect patients and also people from irrational use of drug in
order to keep patient safety. The method to control the supply of Pharmaceuticals,
Medical Devices, and Medical Consumables are evaluation of inventory that are
rarely used (slow moving), inventory that is not used for 3 consecutive months
(stuck moving), and stock taking that is done periodically (Permenkes No. 72 of
2016). This is done as an effort to guarantee the quality of drugs given to patients
and also to minimize losses because of expired / damaged drugs. The purpose of
this scientific paper is to identify the management of drugs that has approaching
expiration and find out the percentage of the reduction in number of drugs items
that are approaching expiration every month in one of the pharmaceutical
installations of private hospitals in Bandung during January – March 2020. This
research use quantitative and qualitative descriptive method with retrospective
data collection techniques from the reports of all drugs that are nearing
expiration. Therefore, the author are interested in taking the title "The Evaluation
of Drugs Handling Approaching Expiration at a Private Hospital Pharmaceutical
Istallations in Bandung During January-March 2020". To minimize drugs
approaching expiration, the pharmacists have to identify all drugs that has
approaching expiration by checking the expiry date every month, making drug
reports which nearly expiry date 6 months, and doing follow-up.

Keywords: The Treatment of expired drugs, the Efforts to minimize expired


drugs, Assured the quality of drugs

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
penyusunan laporan penelitian ini. Bagi peneliti, penyusunan laporan penelitian
yang berjudul “EVALUASI PENANGANAN OBAT MENDEKATI
KADALUWARSA DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT SWASTA
DI BANDUNG PERIODE JANUARI-MARET TAHUN 2020” ini merupakan
hal yang tidak mudah. Proses pembuatan karya tulis ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, baik berupa material maupun non material. Oleh karena itu,
peneliti ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. apt. Entris Sutrisno, MH.Kes. selaku Rektor Universitas Bhakti
Kencana.
2. Ibu apt. Ika Kurnia Sukmawati, M.Si. selaku Kepala Program Diploma
Universitas Bhakti Kencana.
3. Ibu apt. Ani Anggriani, M.Si. selaku dosen pembimbing utama yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran dalam mengarahkan peneliti dalam
penyusunan karya tulis ini.
4. Bapak apt. Asep Roni, M.Si. selaku dosen pembimbing kedua yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran dalam mengarahkan peneliti dalam
penyusunan karya tulis ini.
5. Ibu apt. Eni Susanti, S.Farm. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Swasta di Bandung.
6. Bapak dr.Candra Mulyono, Sp.s. selaku Direktur Utama Rumah Sakit Swasta
di Bandung.
7. Orang tua, suami, anak dan keluarga yang selalu mendo’akan dan memberikan
semangat.
8. Teman-teman Farmasi yang selalu menjadi teman diskusi dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu.

Peneliti menyadari adanya keterbatasan pengetahuan dan pengalaman


yang dimiliki, maka karya tulis ini belumlah sempurna. Oleh karena itu saran dan

vi
kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat diharapkan, tidak lupa
harapan peneliti semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat
menambah ilmu pengetahuan bagi peneliti. Akhir kata saya ucapkan terimakasih
kepada semua orang yang sudah berkenan untuk membantu dan membaca laporan
penelitian ini.

Bandung, Juli 2020

Dian Mardiana

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ..................................... iii
ABSTRAK………………….............................................................................. iv
ABSTRACT ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ………………….. ......................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR SINGKATAN …………………. .................................................... xiii
Bab I Pendahuluan ………………………………………………………….... 1
I.1 Latar Belakang ……………………………………………………............. 1
I.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………… 3
I.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………………. 3
I.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………................ 3
I.5 Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………................ 3
Bab II Tinjauan Pustaka ……………………………………………………… 5
II.1 Rumah Sakit………………………………………………………………. 5
II.1.1 Definisi Rumah Sakit …………………………………………………... 5
II.1.2 Kewajiban Rumah Sakit ……………………………………………….. 7
II.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit …………………………………................ 7
II.2.1 Tugas Intalasi Farmasi Rumah Sakit …………………………............... 7
II.2.2 Fungsi Intalasi Farmasi Rumah Sakit ………………………….............. 8
II.3 Pengelolaan Sedian Farmas, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) ………………………………………………………………….. 10
Bab III Metodologi Penelitian ………………………………………………... 17
III.1 Jenis Penelitian ………………………………………………………….. 17
III.2 Kerangka Konsep ……………………………………………………….. 17
Bab IV Desain Penelitian …………………………………………………….. 18
IV.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………………………. 18
IV.2 Populasi dan Sampel ……………………………………………………. 18
IV.3 Metode Pengumpulan Data ……………………………………………... 18
IV.4 Instrumen Penelitian …………………………………………………….. 18
IV.5 Definisi Operasional Variabel …………………………………………... 19
IV.6 Prosedur Penelitian ……………………………………………………… 20

viii
IV.7 Pengolahan Data ………………………………………………………… 20
IV.8 Analisa Data …………………………………………………………….. 21
IV.9 Pengambilan Kesimpulan ……………………………………………….. 21
Bab V Hasil dan Pembahasan ………………………………………………… 22
V.1 Hasil Jumlah Item Obat Yang Mendekati Kadaluwarsa Periode Bulan
Januari-Maret Tahun 2020 ………………………………………………. 22
V.2 Perbandingan Literatur (Yuki, 2017) dengan IFRS ……………………… 23
V.3 Penanganan Obat Mendekati Kadaluwarsa di Salah Satu Rumah Sakit
Swasta di Bandung ………………………………………………………. 25
V.4 Upaya Yang Dapat Dilakukan Untuk Meminimalkan Jumlah Obat
Kadaluwarsa ……………………………………………………………... 27
Bab VI Kesimpulan dan Saran ……………………………………………….. 29
VI.1 Kesimpulan ……………………………………………………………… 29
VI.2 Saran …………………………………………………………………….. 29
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 30

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rekap Laporan Obat Mendendekati Kadaluwarsa Bulan Januari-


Maret 2020.
Lampiran 2 Kartu Bimbingan Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Tahapan-tahapan Prosedur Penelitian…………………................. 20


Gambar 5.1 Diagram alir penanganan obat mendekati kadaluwarsadi salah
satu Rumah Sakit Swasta di Bandung ……………………………………….. 25
Gambar 5.2 Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan jumlah obat
yang kadaluwarsa……………………………………………………………… 27

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel………………………….…............... 19


Tabel 5.1 Jumlah dan Persentase Penurunan Item Obat Kadaluwarsa Bulan
Januari - Maret Tahun 2020…………………………………............................ 22
Tabel 5.2 Perbandingan Literatur denagn IFRS ……..…………….................. 23

xii
DAFTAR SINGKATAN

SINGKATAN NAMA
BMHP Bahan Medis Habis Pakai
BPOM Badan Pengawas Obat dan Makanan
FEFO First Expired First Out
FIFO First In First Out
IFRS Instalasi Farmasi Rumah Sakit
IUD Intra Uterine Device
KEI Komite Edukasi Informasi
KPI Key Performance Indicator
KTI Karya Tulis Ilmiah
MSDS Material Safety Data Sheet
PBF Pedagang Besar Farmasi
SOP Standar Prosedur Operasional
TFT Team Farmasi dan Terapi

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes No 3 Tahun 2020).
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit umum paling sedikit terdiri
atas pelayanan medik dan penunjang medik, pelayanan keperawatan dan
kebidanan dan pelayanan non medik. Pelayanan non medik terdiri atas pelayanan
farmasi, pelayanan laundry/binatu, pengolahan makanan/gizi, pemeliharaan
sarana prasarana dan alat kesehatan, informasi dan komunikasi, pemulasaran
jenazah, dan pelayanan non medik lainnya (Permenkes No 3 Tahun 2020).
Pengaturan standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit bertujuan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi
tenaga kefarmasian, dan melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat
yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety). Standar
pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi standar pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dan pelayanan
farmasi klinik (Permenkes No 72 Tahun 2016).
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses
yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Pengelolaan alat
kesehatan, sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di rumah sakit harus
dilakukan oleh instalasi farmasi sistem satu pintu. Alat kesehatan yang dikelola
oleh instalasi farmasi sistem satu pintu berupa alat medis habis pakai/peralatan
non elektromedik, antara lain alat kontrasepsi (IUD), alat pacu jantung, implant,
dan stent (Permenkes No72 Tahun 2016).
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasespsi untuk manusia (Permenkes

1
No 72 Tahun 2016). Obat merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses
penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan dan juga pencegahan penyakit.
Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai adalah melakukan evaluasi pesediaan yang jarang
digunakan (slow moving), melakukan evaluasi persediaan yang tidak di gunakan
dalam waktu 3 bulan berturut-turut (stuck moving), stock opname yang dilakukan
secara periodik dan berkala (Permenkes No 72 Tahun 2016). Hal ini dilakukan
sebagai upaya untuk meminimalkan kerugian rumah sakit akibat obat yang rusak
maupun kadaluwarsa.
Pemusnahan dan Penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara
yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ ketentuan peraturan
perundang-undangan dilakukan oleh pemilik ijin edar berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) dengan tetap memberikan laporan
kepada kepala BPOM. Penarikan alat kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan terhadap produk yang ijin edarnya di cabut oleh Menteri (Permenkes
No 72 Tahun 2016).
Jumlah obat yang rusak dan kadaluwarsa dapat mengakibatkan kerugian
bagi rumah sakit, karena obat tersebut tidak dapat dimanfaatkan lagi. Salah satu
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Swasta ini melakukan upaya penanganan obat
mendekati kadaluwarsa (6 bulan yang akan datang) dan pemantauan suhu
penyimpanan obat secara teratur dan rutin untuk meminimalkan jumlah obat yang
rusak dan kadaluwarsa. Hal ini dapat menjadi indikator keberhasilan perencanaan
pengadaan obat yang sesuai dengan kebutuhan di rumah sakit serta kedisiplinan
petugas dalam menerapkan sistem FEFO (First Expired First Out). Oleh karena
itu dibutuhkan kerjasama antara petugas gudang farmasi, penerimaan barang,
petugas farmasi di pelayanan dan dokter sebagai penulis resep.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian serta observasi tentang “Evaluasi Penanganan Obat Mendekati
Kadaluwarsa di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Swasta di Bandung Periode
Januari - Maret Tahun 2020”.

2
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
(KTI) ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana penanganan obat mendekati kadaluwarsa di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Swasta di Bandung?
2. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk meminimalkan jumlah obat yang
kadaluwarsa di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Swasta di Bandung?

I.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengidentifikasi pengelolaan obat mendekati kadaluwarsa di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Swasta di Bandung Periode Januari - Maret Tahun 2020.
2. Untuk mengetahui persentase penurunan item obat yang mendekati
kadaluwarsa selama bulan Januari - Maret Tahun 2020.

I.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penulisan KTI ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis
Menambah wawasan dan kemampuan berpikir tentang pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit sesuai Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
2. Bagi instalasi yang diteliti
a. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai gambaran tentang upaya yang dapat
dilakukan oleh petugas farmasi untuk menurunkan jumlah obat yang
kadaluwarsa.
b. Untuk menjamin kualitas obat yang diberikan kepada pasien dengan
memperhatikan tanggal kadaluwarsa dan stabilitas penyimpanan obat.
3. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan tambahan kepustakaan dan referensi untuk melakukan
penelitian lebih lanjut.

I.5 Ruang Lingkup Penelitian


Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan menggunakan
data primer melalui observasi dan wawancara serta menggunakan data sekunder
dari hasil rekap laporan obat mendekati kadaluwarsa dari semua satelit farmasi

3
kemudian dilakukan dokumentasi dari seluruh data yang diperoleh. Penelitian ini
dilakukan di Instalasi Farmasi salah satu Rumah Sakit Swasta di Bandung pada
Bulan Januari - Maret Tahun 2020.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Rumah Sakit

II.1.1 Definisi Rumah Sakit


Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes No 3 Tahun 2020). Dalam
melakukan pekerjaan kefarmasian harus ada standar pelayanan kefarmasian
supaya dapat menjamin kepuasan bagi pasien. Yang dimaksud dengan standar
pelayanan kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman
bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian
(Permenkes No 72 Tahun 2016).
Salah satu bentuk pelayanan di rumah sakit adalah pelayanan kefarmasian
yang menyediakan kebutuhan obat, bahan obat dan alat kesehatan. Pengertian
pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai
hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Permenkes No 72
Tahun 2016). Dalam pelayanan kefarmasian, Apoteker di bantu oleh Tenaga
Teknis Kefarmasian (TTK) melakukan pekerjaan kefarmasian secara menyeluruh,
salah satunya adalah melakukan dispensing sediaan farmasi sesuai resep. Definisi
resep menurut Permenkes No 72 Tahun 2016 adalah permintaan tertulis dari
dokter atau dokter gigi, kepada Apoteker baik dalam bentuk paper maupun
elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan
yang berlaku.
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan
menjadi rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum
memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit umum paling sedikit terdiri
atas pelayanan medik dan penunjang medik, pelayanan keperawatan dan
kebidanan dan pelayanan non medik. Pelayanan medik dan penunjang medik
terdiri atas pelayanan medik umum, pelayanan medik spesialis dan pelayanan

5
medik sub spesialis. Pelayanan non medik terdiri atas pelayanan farmasi,
pelayanan laundry/binatu, pengolahan makanan/gizi, pemeliharaan sarana
prasarana dan alat kesehatan, informasi dan komunikasi, pemulasaran jenazah dan
pelayanan non medik lainnya (Permenkes No 3 Tahun 2020).
Rumah sakit khusus memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau
satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis
penyakit, atau kekhususan lainnya. Rumah sakit khusus dapat menyelenggarakan
pelayanan lain diluar kekhususannya. Pelayanan lain diluar kekhususannya
meliputi pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan kegawatdaruratan. Pelayanan
rawat inap untuk pelayanan lain di luar kekhususannya paling banyak 40 % dari
seluruh jumlah tempat tidur. Rumah sakit khusus terdiri atas Rumah sakit khusus
ibu dan anak, mata, gigi dan mulut, ginjal, jiwa, infeksi, telinga - hidung -
tenggorok - kepala leher, paru, ketergantungan obat, bedah, otak, orthopedi,
kanker, jantung dan pembuluh darah (Permenkes No 3 Tahun 2020).
Berdasarkan Permenkes No 3 Tahun 2020 rumah sakit umum
diklasifikasikan menjadi :
1. Rumah Sakit Umum kelas A
Rumah Sakit yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 250 buah.
2. Rumah Sakit Umum kelas B
Rumah Sakit yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 200 buah.
3. Rumah Sakit Umum kelas C
Rumah Sakit yang memiliki tempat tidur paling sedikit 100 buah.
4. Rumah Sakit Umum kelas D
Rumah Sakit yang memiliki tempat tidur paling sedikit 50 buah.
Menurut Permenkes No 3 Tahun 2020, kepemilikan Rumah Sakit dibagi
menjadi 2 kategori yaitu:
1. Rumah Sakit Umum Pemerintah
Rumah Sakit Umum Pemerintah adalah Rumah Sakit yang dibiayai
Pemerintah, diselenggarakan dan diawasi oleh Pemerintah, baik Pemerintah
Pusat (Departemen Kesehatan), Pemerintah Daerah, Tentara Nasional
Indonesia, Departemen Pertahanan dan Keamanan, maupun Badan Usaha
Milik Negara. Rumah Sakit ini bersifat non profit.

6
2. Rumah Sakit Umum Swasta
Rumah Sakit Umum Swasta adalah Rumah Sakit yang dimiliki dan
diselenggarakan oleh yayasan, organisasi keagamaan atau badan hukum
lainnya, dan dapat juga bekerjasama dengan institusi pendidikan. Rumah Sakit
ini dapat bersifat profit dan non profit.

II.1.2 Kewajiban Rumah Sakit


Kewajiban Rumah Sakit menurut Permenkes No 4 Tahun 2018 adalah
Rumah Sakit wajib membuat, melaksanakan dan menjaga standar mutu pelayanan
sebagai acuan dalam melayani pasien yang dilaksanakan dengan cara :
a. Menyusun, menetapkan, melaksanakan dan mengevaluasi standar mutu
pelayanan rumah sakit.
b. Membentuk dan menyelenggarakan komite medik, satuan pemeriksaan internal
dan unsur organisasi rumah sakit lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
c. Melakukan audit medis.
d. Memenuhi ketentuan akreditasi rumah sakit.

II.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)


Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang
menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit. IFRS
adalah suatu departemen atau unit di rumah sakit di bawah pimpinan seorang
apoteker dan dibantu oleh beberapa apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang
memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara
profesional yang melaksanakan seluruh pekerjaan kefarmasian secara luas baik
pelayanan farmasi non klinik maupun pelayanan farmasi klinik.

II.2.1 Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit


Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit meliputi :
a. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh
kegiatan kefarmasian yang optimal dan profesional secara prosedur dan etik
profesi.
b. Melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien.

7
c. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai guna memaksimalkan efek terapi dan
keamanan serta meminimalkan risiko.
d. Melaksanakan komunikasi, edukasi dan informasi (KEI) serta memberikan
rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien.
e. Berperan aktif dalam tim farmasi dan terapi.
f. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan pelayanan
kefarmasian.
g. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit.

II.2.2 Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit


Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit meliputi :
a. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.
1) Memilih sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan kebutuhan pelayanan rumah sakit.
2) Merencanakan kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai secara efektif, efisien dan optimal.
3) Mengadakan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
berpedoman pada perencanaan yang dibuat sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
4) Memproduksi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
5) Menerima sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku.
6) Menyiapkan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian.
7) Mendistribusikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.
8) Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu.
9) Melaksanakan pelayanan obat unit dose / dosis sehari.
10) Melaksanakan komputerisasi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai (apabila sudah memungkinkan).

8
11) Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.
12) Melakukan pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai yang sudah tidak dapat digunakan.
13) Mengendalikan persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai.
14) Melakukan administrasi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai.
b. Pelayanan farmasi klinik
1) Mengkaji dan melaksanakan pelayanan resep atau permintaan obat.
2) Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan obat.
3) Melaksanakan rekonsiliasi obat.
4) Memberikan informasi dan edukasi penggunaan obat baik berdasarkan
resep maupun obat non resep kepada pasien/keluarga pasien.
5) Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah terkait dengan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.
6) Melaksanakan visite mandiri maupun tenaga kesehatan lain.
7) Memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya.
8) Melaksanakan pemantauan terapi obat (PTO).
a. Pemantauan efek terapi obat.
b. Pemantauan efek samping obat.
c. Pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD).
9) Melaksanakan evaluasi penggunaan obat (EPO).
10) Melaksanakan dispensing sediaan steril.
a. Melakukan pencampuran obat suntik.
b. Menyiapkan nutrisi parental.
c. Melaksanakan pengadaan sediaan sitotoksik.
d. Melaksanakan pengemasan ulang sediaan steril yang tidak stabil.
11) Melaksanakan pelayanan informasi obat kepada tenaga kesehatan lain,
pasien/keluarga, masyarakat, dan institusi di luar rumah sakit.
12) Melaksanakan penyuluhan kesehatan rumah sakit (PKRS).

9
II.3 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai (BMHP)
Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai di rumah sakit yang menjamin seluruh
rangkaian kegiatan perbekalan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas,
manfaat, dan keamanannya. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan,
perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan administrasi yang diperlukan bagi
kegiatan pelayanan kefarmasian.
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses
yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Rumah sakit
menyatakan bahwa pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan medis
habis pakai di rumah sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi satu pintu. Alat
kesehatan yang dikelola oleh Instalasi Farmasi satu pintu berupa alat medis habis
pakai/ peralatan non elektromedik, antara lain alat kontrasepsi/ IUD, alat pacu
jantung, implant, dan steril (Permenkes No 72 Tahun 2016).
Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan
formularium, pengadaan, dan pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien
melalui Instalasi Farmasi. Semua sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang beredar di rumah sakit merupakan tanggung jawab
Instalasi Farmasi, sehingga tidak ada pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai di rumah sakit yang dilaksanakan selain oleh
Instalasi Farmasi (Permenkes No 72 Tahun 2016).
Rumah sakit harus menyusun kebijakan terkait manajemen penggunaan
obat yang efektif. Kebijakan tersebut harus ditinjau ulang sekurang-kurangnya
sekali setahun. Peninjauan ulang sangat membantu rumah sakit memahami
kebutuhan dan prioritas dari perbaikan sistem mutu dan keselamatan penggunaan
obat yang berkelanjutan.

10
Menurut Permenkes No 72 Tahun 2016, kegiatan pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai meliputi :
1. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai ini berdasarkan :
a. Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi
b. Standar sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang
sudah di tetapkan
c. Pola penyakit
d. Efektivitas dan keamanan
e. Pengobatan berbasis bukti
2. Perencanaan kebutuhan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan
periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya
kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan
dilakukan untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode
yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah di
tentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan
epidemiologi dan di sesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan :


a) Anggaran yang tersedia
b) Penetapan prioritas
c) Sisa persediaan
d) Data pemakaian periode yang lalu
e) Waktu tunggu pemesanan
f) Rencana pengembangan
3. Pengadaan
Merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan
kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah dan
waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu.

11
Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari
pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan
dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan
spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan sediaan farmasi, alat


kesehatan dan bahan medis habis pakai antara lain :
a) Bahan baku obat harus disertai sertifikat analisa.
b) Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS).
c) Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai harus
mempunyai nomor ijin edar.
d) Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 tahun kecuali untuk sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai tertentu (Vaksin,
reagensia, dan lain-lain), atau pada kondisi tertentu yang dapat
dipertanggung jawabkan.
4. Penerimaan
Merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah,
mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait
penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
5. Penyimpanan
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan penyimpanan
sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin
kualitas dan keamanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang
dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya,
kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai. Metode penyimpanan dapat dilakukan
berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan jenis sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan disusun secara alfabetis dengan
menerapkan prinsip FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First
Out) disertai sistem informasi manajemen. Penyimpanan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang penampilan dan penamaaan

12
mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus
diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan
obat.
6. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam menyalurkan/
menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dari
tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap
menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Sistem
distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara :
a) Sistem persediaan lengkap di ruangan
Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai untuk persediaan di ruang rawat inap disiapkan dan dikelola oleh
Instalasi Farmasi.
b) Sistem resep perorangan
Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai berdasarkan resep perorangan baik pasien rawat jalan maupun rawat
inap melalui Instalasi Farmasi.
c) Sistem unit dosis
Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai berdasarkan resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis
tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis per pasien. Sistem
unit dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap.
d) Sistem kombinasi
Sistem pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi A+B
atau B+C atau A+C.
7. Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai
Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan

13
perundang-undangan dilakukan oleh pemilik ijin edar berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela
oleh pemilik ijin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan
kepada kepala BPOM. Penarikan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dilakukan terhadap produk yang ijin edarnya di cabut oleh Menteri.

Pemusnahan dilakukan untuk sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai bila :
a) Produk tidak memenuhi persyaratan mutu.
b) Telah kadaluwarsa.
c) Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan
atau kepentingan ilmu pengetahuan.
d) Dicabut ijin edarnya.

Tahapan pemusnahan terdiri dari


a) Membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai yang akan dimusnahkan.
b) Menyiapkan berita acara pemusnahan.
c) Mengkoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak
terkait.
d) Menyiapkan tempat pemusnahan.
e) Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta
peraturan yang berlaku.
8. Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai. Pengendalian
penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dapat
dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan Komite/Tim Farmasi
dan Terapi di rumah sakit.

Tujuan pengendalian persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan


medis habis pakai adalah untuk :
a) Penggunaan obat sesuai dengan Formularium rumah sakit.
b) Penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi.

14
c) Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluarsa, dan kehilangan serta
pengembalian pesanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai.

Cara untuk mengendalikan persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan


bahan medis habis pakai adalah :
a) Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (Slow moving).
b) Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu 3 bulan
berturut-turut (stuck moving).
c) Stock opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.
9. Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk
memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Kegiatan administrasi
terdiri dari :
a) Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang meliputi perencanaan
kebutuhan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian, pengendalian
persediaan, pengembalian, pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi,
alat kesehatan dan bahan medis habis pakai. Pelaporan dibuat secara
periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi dalam periode waktu tertentu
(bulanan, triwulan, semester atau per tahun).
b) Administrasi keuangan
Apabila Instalasi Farmasi harus mengelola keuangan maka perlu
menyelenggarakan administrasi keuangan. Administrasi keuangan
merupakan pengaturan anggaran, pengendalian dan analisa biaya,
pengumpulan informasi keuangan, penyiapan laporan, penggunaan laporan
yang berkaitan dengan semua kegiatan pelayanan kefarmasian secara rutin
atau tidak rutin dalam periode bulanan, triwulanan, semesteran atau
tahunan.

15
c) Administrasi penghapusan
Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang tidak
terpakai karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan
cara membuat usulan penghapusan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang
berlaku.

16

Anda mungkin juga menyukai