Disusun oleh:
PUSKESMAS PENARIK
MUKOMUKO
2020
1
ANALISIS KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN PUSKESMAS
PENARIK
Disusun oleh:
NIP. 198008052006042019
2
KATA PENGANTAR
3
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
L PENELITIAN
IV.9. Pembahasan..........................................……………... 24
4
IV.4. Pembahasan ……………………………………………… 27
LAMPIRAN
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
pelayanan yang diberikan sesuai dengan yang dikehendaki, maka pasien akan puas,
jika yang terjadi sebaliknya maka akan menyebabkan kehilangan minat pasien untuk
berobat dan ini akan menyebabkan pasien mempunyai image negatif terhadap
Puskesmas tersebut, yang akan mengakibatkan menurunnya jumlah pasien akhirnya
akan menyebabkan pengurangan keuntungan.
Dalam lingkungan global yang semakin ketat dengan masuknya pelayanan
yang inovatif di pasaran disatu sisi dan kondisi pasar yang jenuh untuk pelayanan-
pelayanan yang monoton disisi lain mengelola loyalitas pasien menjadi tantangan
manajerial Puskesmas. Kualitas tingkat pelayanan terhadap kepuasan pasien
merupakan suatu proses yang komplet, sehingga pada akhirnya akan menyangkut
manajemen puskesmas secara keseluruhan. Maka konsep puskesmas perlu untuk
selalu diperbaharui dan disempurnakan, sehingga dapat terwujud pelayanan
kesehatan yang bermutu, terjangkau, efektif, dan efisien, merata serta
berkesinambungan. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada era globalisasi ini
pemikiran ilmuwan dan praktisi tertuju pada bagaimana memberikan pelayanan yang
berkualitas.
Fungsi pelayanan kepada masyarakat terkait dengan peran pemerintah
sebagai katalisator dalam pemenuhan kepentingan masyarakat. Pelayanan yang
berkualitas merupakan tuntutan baik eksternal maupun internal. Secara eksternal
pelayanan merupakan kemutlakan didalam arus globalisasi yang kuasa
menenggelamkan elemen-elemen yang tidak mampu tampil bersaing karena
kapasitas yang tidak memenuhi kualifikasi persaingan global (Purnaweni, 2003).
Pelayanan prima menjadi tuntutan masyarakat, sejalan dengan peningkatan
kebutuhan dan kesadaran dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat sebagai
imbas dari kemajuan teknologi informasi. Kualitas yang tinggi merupakan tuntutan,
tidak hanya dalam kegiatan bisnis namun juga dalam kegiatan pelayanan lembaga
pemerintahan resisten terhadap tuntutan kualitas pelayanan publik. Pada peneliti ini
masalah yang akan diteliti tentang tingkat kualitas pelayanan jasa puskesmas, disini
peneliti untuk membuktikan kepuasan atau ketidakpuasan pasien atas kualitas
pelayanan yang diberikan oleh puskesmas dapat dibuktikan dengan kuesioner yang
akan dibagikan langsung kepada pasien puskesmas.
7
1. Bagi Puskesmas
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi
manajemen puskesmas dalam meningkatkan kualitas pelayanan yang
di berikan untuk memenuhi kepuasan pasien yang lebih baik di masa
yang akan datang.
2. Bagi Peneliti
Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan serta
mempelajari masalah-masalah yang berhubungan dengan kualitas
pelayanan jasa di Puskesmas.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
3. Variability (keragaman)
Jasa bersifat sangat variable karena merupakan nonstandardized output
artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan dan
dimana jasa tersebut dihasilkan. Ada tiga factor yang menyebabkan variabilitas
kualitas jasa yaitu kerja sama atau partisipasi pelanggan selama penyampaian jasa,
moral/motivasi karyawan dalam melayani pelanggan dan beban kerja perusahaan.
Dalam hal ini penyedia jasa dapat menggunakan 3 pendekatan dalam pengendalian
kualitas jasa yaitu:
a. Melakukan investasi dalam seleksi dan pelatihan personalia yang baik.
b. Melakukan standarisasi proses pelaksanaan jasa. Dalam hal ini dapat dilakukan
dalam diagram jalur dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor potensial yang
dapat menyebabkan kegagalan dalam jasa.
c. Memantau kepuasan pelanggan melalui sistem sarana dan keluhan survey
pelanggan sehingga pelayanan yang kurang baik dapat dideteksi dan dikoreksi.
10
a. Dari segi pemakai jasa pelayanan, kualitas pelayanan terutama berhubungan
dengan ketanggapan dan kemampuan petugas puskesmas dalam memenuhi
kebutuhan pasar dan komunikasi pasien termasuk di dalamnya sifat ramah dan
kesungguhan.
b. Dari pihak penyedia jasa dalam hal ini puskesmas, kualitas pelayanan terkait pada
pemakaian yang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Menurut Azwar
(1996) secara umum dapat dirumuskan bahwa batasan pelayanan kesehatan yang
bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa
sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta penyelenggaraannya sesuai
kode etik dan standar yang telah ditetapkan. Kualitas pelayanan kesehatan di
puskesmas merupakan suatu fenomena unik, sebab dimensi dan indikatornya dapat
berbeda diantara orang-orang yang terlibat dalam pelayanan kesehatan. Untuk
mengatasi perbedaan dipakai suatu pedoman yaitu hakikat dasar dari
penyelenggaraan pelayanan kesehatan, yaitu memenuhi kebutuhan dan tuntutan para
pemakai jasa pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan dapat dicapai dengan
menetapkan dan mengendalikan karakteristik mutu pelayanan serta karakteristik
penghantaran pelayanan. Karakteristik mutu pelayanan adalah ciri pelayanan yang
dapat diidentifikasi, yang diperlukan untuk mencapai kepuasan konsumen. Ciri
tersebut dapat berupa psikologis, orientasi waktu, etika dan teknologi (Siregar,
2004). Dalam usaha meningkatkan kualitas pelayanan, perusahaan juga harus
meningkatkan komitmen dan kesadaran serta kemampuan para pekerja, terutama
mereka yang langsung berhubungan dengan konsumen. Meskipun sistem dan teknik
kualitas sudah bagus tetapi jika orang yang melaksanakan dan alat-alat yang
digunakan tidak dengan cara yang benar maka kualitas pelayanan yang diharapkan
tidak akan terwujud.
a. Day (Dalam Tse dan Wilton, 1988) dan Fandy Tjiptono (1996):
Kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap
evaluasi ketidaksesuaian atau dikonfirmasikan yang disesuaikan antara harapan
11
sebelumnya (Norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan
setelah pemakaiannya.
b. Kotler (1994)
Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja
atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya.
Menurut Lupioadi (2006) menyatakan ada lima dimensi kualitas pelayanan. Kelima
dimensi pokok tersebut meliputi :
12
(credibility), keamanan (security), kompetensi (competence) , dan sopan santun
(courtesy).
4. Bukti langsung (tangibles), yaitu kemampuan rumah sakit menunjukkan
eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan
prasarana fisik rumah sakit yang dapat diandalkan keadaan lingkungan sekitarnya
merupakan bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Hal ini
meliputi fasilitas fisik Contoh gedung, gudang, perlengkapan dan tehnologi
kedokteran yang digunakan serta penampilan pegawainya.
5. Empati (empathy), yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual
atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami
keinginan pasien. Dimana suatu perusahaan maupun rumah sakit diharapkan
memiliki pengetahuan dan pengertian tentang pelanggan secara spesifik, serta
memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pasien.
Menurut Gronroos dalam Tjiptono (2006) merumuskan dimensi atau faktor faktor
yang dipergunakan konsumen dalam menilai kualitas jasa dinyatakan dalam tiga
kriteria pokok, yaitu outcome-related, process-related, dan image-related criteria.
Ketiga kriteria tersebut masih dapat dijabarkan menjadi enam unsur, yaitu :
13
4. Reliability and trustworthiness
Kriteria ini termasuk dalam process-related criteria. pelanggan memahami bahwa
apapun yang terjadi, mereka bisa mempercayakan segala sesuatunya kepada
penyedia jasa beserta karyawan dan sistemnya.
5. Recovery
Recovery termasuk dalam process-related criteria. Pelanggan menyadari bahwa bila
ada kesalahan atau bila terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, maka penyedia jasa
akan mengambil tindakan untuk mengendalikan situasi dan mencari pemecahan yang
tepat.
6. Reputation and credibility
Kriteria ini termasuk dalam image-related criteria. Pelanggan menyakini bahwa
operasi dari peyedia jasa dapat dipercaya dan memberikan nilai atau imbalan yang
sesuai dengan pengorbanannya.
Model kualitas jasa yang paling populer dan hingga kini banyak dijadikan acuan
dalam riset dan kepuasan pelanggan adalah model servqual (singkatan dari service
quality) yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry. Dalam model
Service quality (Servqual) meliputi analisis terhadap 5 gap, yaitu.
1. Gap antara harapan pelanggan dan persepsi perusahaan , manajemen tidak
mengerti harapan pasien. (knowledge gap)
2. Gap antara persepsi perusahaan terhadap harapan konsumen dan spesifikasi
kualitas jasa, spesifikasi yang di tetapkan manajemen tidak sesuai dengan harapan
pelanggan (standard gap)
3. Gap antara spesifikasi kualitas jasa serta penyampaian jasa, layanan yang
diberikan tidak sesuai dengan spesifikasi (delivery gap)
14
4. Gap antara penyampaian jasa dan komunikasi serta interaksi eksternal, promosi
atau komunikasi yang disampaikan tidak sesuai dengan pelayanan dan spesifikasi
(communications gap)
5. Gap antara jasa yang dipersepsikan dan jasa yang diharapkan, layanan yang
diterima pelanggan tidak seusai dengan harapan pelanggan (service gap)
Penelitian ini hanya fokus pada pengukuran gap kelima, yaitu persepsi jasa yang
dirasakan dan jasa yang diharapkan oleh pelanggan yang memanfaatkan pelayanan.
15
BAB III
METODE PENELITIAN
16
8. Kepuasan pelayanan adalah hasil pendapat dan penilaian masyarakat
terhadap kinerja pelayanan yang diberikan oleh aparatur peynyelenggara
pelayanan public.
9. Biaya pelayanan public adalah segala biaya (dengan nama atau sebutan
apapun) sebagai imbal jasa atas pemberi pelayanan public, yang besaran dan
tatacara pembayarannya ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
10. Unsur pelayanan adalah factor atau aspek yang terdapat dalam
penyelenggara pelayanan kepada masyarakat sebagai variable penyusunan
indeks kepuasan masyarakat untuk mengetahui kinerja unit pelayanan.
11. Responden adalah penerima pelayanan public yang pada saat pencacahan
sedang berada di lokasi unit pelayanan, atau yang pernah menerima
pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan.
Yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari
sisi kesederhanaan alur pelayanan.
2. Persyaratan pelayanan
Yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang memberikan pelayanan (nama, jabatan
serta kewenangan dan tanggung jawab).
4. Kedisiplinan petugas pelayanan
Yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan
penyelesaian pelayanan.
17
6. Kemampuan petugas pelayanan
Yaitu tingkat keahlian dan ketrampilan yang dimiliki petugas dalam rangka
memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat.
7. Kecepatan pelayanan
Yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan
oleh unit penyelenggara pelayanan.
8. Keadilan mendapatkan pelayanan
Yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati.
10. Kewajaran biaya pelayanan
Yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit
pelayanan.
11. Kepastian biaya pelayanan
Yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan.
12. Kepastian jadwal pelayanan
Yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
13. Kenyamanan lingkungan
Yaitu kondisi saranan dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi dan teratur sehingga
dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan.
14. Keamanan pelayanan
1. Persiapan
18
b. Penetapan responden, jumlah responden minimal 150 orang dari jumlah
populasi penerimaam layanan dengan dasar (“Jumlah Unsur”+1)X10 =
Jumlah. Jadi responden (14+1) x 10 = 150 orang.
c. Penentuan lokasi survey yaitu di puskesmas induk dan puskesmas
pembantu.
d. Penyusunan jadwal kegiatan.
2. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Jumlah Bobot 1
= = = 0.071
Jumlah Unsur 14
2) IKM = total nilai persepsi per unsure x nilai penimbang / total unsure
yang terisi.
3) Interpretasi nilai IKM yaitu antara 25-100 maka hasil penilaian
dikonversikan dengan nilai dasar 25, dengan rumus =
IKM unit pelayanan x 25 atau IKM unit pelayanan = nilai IKM/4 x 100
Tabel 3. Nilai Persepsi, Interval IKM, Interval Konversi IKM, Mutu Pelayanan dan
Kinerja Unit Pelayanan
Nilai Nilai Interval IKM Nilai Interval Mutu Kinerja Unit
Persepsi Konversi IKM Pelayanan Pelayanan
1 1,00 – 1,75 25 – 43,75 D Tidak baik
2 1,76 – 2,50 43,76 -62,50 C Kurang baik
3 2,51 – 3,25 62,51 – 81,25 B Baik
4 3,26 – 4,00 81,26 – 100,00 A Sangat baik
19
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 2.1
No BATAS WILAYAH
20
4 Barat Kecamatan Bantul
IV.4 DEMOGRAFI
Grafik 2.1
35000
32,524
30000
25000
20000 19,676
17888 Laki-laki
15000 12,848 Perempuan
10822 Jumlah
10000 7066
5782
5000 14636
8854
0
Sumber agung
Trimulyo
Jumlah
Grafik 2.2
21
35000 32524
29991 30440 30558 30992
30000 28390 28754 29255 29519
25000
10000
5000
530 477
69 284
179 92 367
94 314 107 422
119 328 4261 4127
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Grafik 2.3
Laki-laki
Perempuan
22
Grafik 2.4
19676
20000
18000
16000
12848
14000
12000 Jumlah jiwa miskin
10000 7390 6953
8000 Jumlah penduduk
6000
4000
2000
0
Sumberagun Trimulyo
g
23
yandu masing-masing dan pemantauannya diserahkan oleh petugas masing-masing
Gasbinsun. Jumlah kendaraan roda dua ada 7 buah dan dipergunakan untuk
membantu kegiatan operasional di luar gedung.
Tabel 2.2
1 Ka.Puskesmas 1
2 Ka.Sub.Bag.TU 1
3 Dokter Umum 2
4 Dokter Gigi 1
5 SKM 0
6 Bidan 7
7 Bidan Desa 1
8 Perawat umum 7
9 Perawat Gigi 3
10 Analis Kesehatan 1
11 Apoteker 1
12 Asisten Apoteker 1
13 D3 Gizi 2
14 Fisioteraphi 1
15 Rekam Medis 1
16 Sanitarian 1
17 Pekarya Kesehatan 0
18 Tata Usaha 1
19 Sopir 1
20 Penjaga Puskesmas 1
21 Juru Kebersihan 1
22 Juru Masak 1
23 Juru Cuci 1
24 JUMLAH 36
24
Sumber Data : Kepeg.Pusk.PENARIK
Tabel 2.3
Tahun 2013
Tabel 2.4
25
Inventaris Kendaraan Puskesmas PENARIK Tahun 2012
Mobil Puskesling
1 (Toyota Kijang ) AB. 1210 UB 1991 Moh Syahid
IV.7. PENDANAAN
ALOKASI ANGGARAN
KESEHATAN
NO SUMBER BIAYA
Persentase
Rupiah
(%)
b. Belanja Tidak
Langsung
26
2 APBD PROVINSI
3 APBN
-Dana Dekonsentrasi
-ASKESKIN
ALOKASI ANGGARAN
KESEHATAN
NO SUMBER BIAYA
Persentase
Rupiah
(%)
27
28
IV. 8 HASIL PENELITIAN
2. Umur
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
Tabel 7. Karakteristik responden Menurut Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Responden %
PNS/TNI/Polri 2 1.3
Pegawai Swasta 11 7.3
Wiraswasta / Usahawan 26 17.3
Pelajar / Mahasiswa 17 11.3
29
Lainnya 86 57.3
IRT 8 5.3
Tidak Mengisi
Jumlah 150 100%
30
Tabel 9. Pengolahan Indeks Kepuasan Masyarakat Per Responden dan Unsur Pelayanan
Berdasarkan pengukuran terhadap kualitas 14 unsur pelayanan tersebut diperoleh hasil indeks
.
V.2 Saran
1. Barata, K.S., 2010. Laporan Survey Indeks Kepuasan Masyarakat RSU Haji
Surabaya. Laporan Penelitian. Surabaya.
2. Cassel, C.M.; Eklof, J.A. 2001. Modelling customer satisfaction and loyalty on
aggregate levels: Experience from the ECSI pilot study. Total Quality Management.
12(7&8) : 834–841.
3. Depkes, RI. 2004. Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
4. Fornell, C. 1992. A National Customer Satisfaction Barometer: The Swedish
Experience. Journal of Marketing .Vol. 56, No.1: 6-21.
5. Fornell; Ittner; and Larcker. 1995. Understanding and Using the American Customer
Satisfaction Index (ACSI).
6. Gaspersz. V. 2005. Total Quality Management. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Undang-undang Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan, Sitasi 06 Desember 2011
8. Kepmen PAN No. 25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks
Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah.
9. Kotler, P.; Armstrong, G. 2011. Principles of Marketing. New jersey: Prentice hall.
10. Kotler, P. 1999. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi dan
Kontrol . Edisi 11, Jilid 1. Terjemahan oleh Hendra Teguh dan Rusli. Jakarta:
Prenhalindo.
11. Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran, Edisi Bahasa Indonesia. Jilid I dan II 2002.
Jakarta. PT. Prenhanllindo.
12. Loughlin; and Coender. 2002. Application of the European Customer Satisfaction
Index to Postal Services Structual Equation Models versus Partial Least Squares.
13. Muninjaya, A.A.G. 2004. Manajemen Kesehatan Edisi II. Jakarta: EGC.
14. Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta
15. Rangkuti, F. 2006. Measuring Customer Satisfaction. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
16. Ratminto; Atik S.W. 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
17. Serenko.A; Turel,O. 2004. Proceedings of the Third Inteernational Conference on
Mobile Business, M-Business.