Anda di halaman 1dari 29

Clinical Report Session

KLINIK SANITASI

Oleh:
Muhammad Furqan
1110312120

Preseptor:
dr. Husna Yetti, PhD

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2017

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia sebagaimana secara tegas

diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28H bahwa setiap orang

berhak hidup sejahtera lahir dan bathin, bertempat tinggal dan mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan

kesehatan. Pembangunan kesehatan merupakan cermin indikator utama

keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia (Human Development Index; HDI)

dan menjadi bagian dari tujuan pembangunan berkelanjutan di tahun 2030

(Sustainable Development Goals; SDGs) sehingga harus dipelihara, dilindungi

dari berbagai ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya1,2.

Ancaman penyakit dapat terjadi jika kualitas lingkungan buruk. Sanitasi

yang buruk dapat menjadi media transmisi dan perkembangan dari berbagai agen

penyakit. Penyakit yang akan ditimbulkan dari permasalahan lingkungan dikenal

dengan istilah penyakit berbasis lingkungan. Penyakit berbasis lingkungan ini di

antaranya Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), diare, malaria, Demam

Berdarah Dengue (DBD), Tuberculosis (TB), kecacingan, dan penyakit kulit3.

Pneumonia dan diare adalah penyakit berbasis lingkungan tersering yang

menyerang anak usia kurang dari 5 tahun. Data WHO menyebutkan bahwa sekitar

1,7 juta anak balita meninggal setiap tahun akibat kedua penyakit tersebut4.

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan

2
Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi

penyebab utama kematian balita di Indonesia5.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2014, puskesmas

adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. 6 Salah satu program

puskesmas yang mengkaji masalah sanitasi lingkungan dan penyakit berbasis

lingkungan adalah klinik sanitasi.

Kegiatan klinik sanitasi dibagi menjadi 2 yaitu dalam dan luar gedung,

dengan kegiatan dalam gedung sebagai kegiatan utama dari program klinik

sanitasi di puskesmas. Namun sampai sekarang kegiatan ini belum berjalan

optimal, hal ini dibuktikan dengan masih sangat kurangnya kunjungan klien atau

pasien ke pojok klinik sanitasi.

Dari data 10 penyakit terbanyak yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas

Andalas pada tahun 2016, penyakit – penyakit yang berhubungan dengan

kesehatan lingkungan dan prilaku hidup sehat cukup mendominasi. Penyakit DBD

(63 kasus) dan TB Paru (60 kasus) merupakan dua penyakit terbanyak dijumpai

dalam pencatatan cakupan kunjungan pasien ke Klinik Sanitasi. Sedangkan data

dari laporan tahunan Puskesmas Andalas tahun 2016 mencatat kejadian DBD

sebanyak 121 kasus dan TB Paru 73 kasus 7. Ini berarti tidak semua pasien dengan

penyakit berbasis lingkungan melakukan kunjungan ke pojok klinik sanitasi.

Berdasarkan data dan temuan kasus diatas penulis tertarik untuk mengetahui

3
gambaran pelaksanaan dan pencapaian program Klinik Sanitasi pada Puskesmas

Andalas Kota Padang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan suatu masalah yaitu:

Bagaimana pelaksanaan program Klinik Sanitasi di Puskesmas Andalas

Kota Padang?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan program

Klinik Sanitasi di Puskesmas Andalas Kota Padang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui cakupan program kesehatan lingkungan di

Puskesmas Andalas Kota Padang.

2. Untuk mengetahui cakupan program klinik sanitasi di

Puskesmas Andalas Kota Padang.

3. Untuk mengetahui permasalahan dalam pelaksanaan program

klinik sanitasi di Puskesmas Andalas Kota Padang.

4. Untuk mengetahui solusi alternatif mengenai permasalahan

dalam pelaksanaan program klinik sanitasi di Puskesmas

Andalas Kota Padang.

4
1.4 Metode

Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari

berbagai literatur, laporan tahunan Puskesmas Andalas, serta diskusi

dengan pemegang program klinik sanitasi dan kesehatan lingkungan di

Puskesmas Andalas Kota Padang.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Berbasis Lingkungan3

Penyakit berbasis lingkungan merupakan suatu penyakit yang terjadi

pada suatu kelompok masyarakat yang berhubungan, berakar, atau berkaitan erat

dengan satu atau lebih komponen lingkungan di tempat mereka tinggal atau

beraktivitas dalam jangka waktu tertentu. Penyakit tersebut dapat dicegah atau

dikendalikan, jika kondisi lingkungan yang berhubungan atau diduga

berhubungan dengan penyakit tersebut dihilangkan.

Penyakit ISPA dan diare merupakan penyakit berbasis lingkungan yang

selalu masuk dalam 10 besar penyakit di hampir seluruh Puskesmas di Indonesia.

Survei morbiditas yang dilakukan subdit Diare Departemen Kesehatan dari tahun

5
2000-2010 terlihat kecendrungan insidens naik. Pada tahun 2000 terdapat

301/1000 penduduk, tahun 2003 naik meningkat menjadi 374/1000 penduduk,

tahun 2006 naik 423/1000 penduduk dan pada tahun 2010 menjadi 411/1000

penduduk. Selain itu, KLB Diare juga masih sering terjadi dengan CFR yang

masih tinggi5. Pneumonia merupakan penyebab kematian kedua tertinggi setelah

diare diantara balita di Indonesia pada tahun 2007 (Riskesdas). Rata-rata 83 balita

meninggal setiap hari akibat pneumonia. Cakupan penemuan kasus pneumonia

selama 10 tahun dari tahun 2000-2010 berkisar antara 24,6-35,9%, belum

mencapai target (60%)8.

Patogenesis penyakit berbasis lingkungan dapat dituangkan dalam empat

simpul. Simpul satu adalah sumber penyakit, yaitu virus, bakteri, parasit, dll.

Simpul kedua adalah komponen lingkungan yang menjadi media transmisi

penyakit tersebut, baik berupa udara, air, maupun binatang vektor. Simpul ketiga

adalah penduduk dengan berbagai variabel kependudukan, baik dari segi

pendidikan, kepadatan, perilaku, dll. Simpul keempat adalah penduduk yang

dalam keadaan sehat atau sakit setelah mendapat paparan komponen lingkungan.

Gambar 2.1 Teori Simpul3

6
Kejadian penyakit adalah hasil dari hubungan interaktif manusia dengan

agen penyakit. Dalam hal ini kejadian penyakit dapat dibagi tiga, yaitu: kejadian

akut (gejala khas dan umumnya dirawat), subklinik (gejala tidak khas, tapi dengan

pemeriksaan tampak bahwa kelompok ini sedang sakit), dan samar (gejala tidak

khas, baik secara laboratorium, maupun klinis. Muncul sewaktu-waktu dalam

bentuk KLB). Kejadian penyakit juga dipengaruhi oleh simpul kelima, yaitu

variabel iklim, topografi, temporal, dan suprasistem, seperti keputusan politik

seperti kebijakan makro yang dapat mempengaruhi semua simpul.

2.2 Klinik Sanitasi9

2.2.1 Pengertian Klinik Sanitasi

Menurut Depkes RI 2002, klinik sanitasi lingkungan merupakan

suatu upaya / kegiatan yang mengintegrasikan pelayanan kesehatan antara

promotif, preventif dan kuratif yang difokuskan pada penduduk yang

menderita penyakit berbasis lingkungan dan masalah kesehatan lingkungan

pemukiman yang dilaksanakan oleh petugas puskesmas bersama masyarakat

yang dapat dilaksanakan secara aktif dan pasif di dalam dan di luar puskesmas.

Integrasi upaya kesehatan lingkungan dan upaya pemberantasan penyakit

berbasis lingkungan semakin relevan dengan ditetapkannya paradigma sehat

yang lebih menekankan pada upaya promotif-preventif dibanding upaya kuratif-

rehabilitatif. Melalui klinik sanitasi, ketiga upaya pelayanan kesehatan yaitu

promotif, preventif dan kuratif dilakukan secara terintergrasi dalam

pelayanan kesehatan program pemberantasan penyakit berbasis lingkungan

didalam maupun diluar gedung.

7
Klinik sanitasi merupakan suatu wahana masyarakat dalam

mengatasi masalah kesehatan lingkungan untuk pemberantasan penyakit

dengan bimbingan, penyuluhan, dan bantuan teknis dari petugas puskesmas.

Klinik sanitasi bukan sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri, tetapi

sebagai bagian integral dari kegiatan Puskesmas, bekerjasama dengan

program yang lain dari sektor terkait di wilayah kerja puskesmas.

Dengan adanya klinik sanitasi diharapkan dapat memperkuat peran

dan meningkatkan efektifitas puskesmas dalam melaksanakan pelayanan

sanitasi dasar guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan semua

masalah yang ada kaitannya dengan kesehatan lingkungan khususnya

pengendalian penyakit berbasis lingkungan. Dalam pelaksanaan program klinik

sanitasi menjaring pasien/klien di puskesmas dengan keluhan penyakit berbasis

lingkungan dan lingkungan yang tidak sehat sebagai media penularan dan

penyebab penyakit yang dialami oleh masyarakat selanjutnya dilaksanakan

konseling dan kunjungan lapangan atau kunjungan rumah untuk mencari jalan

keluar akibat masalah kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan

yang muncul di masyarakat.

Ada beberapa pengertian yang harus di pahami dalam pelaksanaan

program klinik sanitasi selain pengertian klinik sanitasi itu sendiri yaitu:

1. Pasien Klinik Sanitasi

8
Pasien klinik sanitasi adalah penderita penyakit yang diduga berkaitan

erat dengan kesehatan lingkungan yang dirujuk oleh petugas medis ke

ruang klinik sanitasi.

2. Klien Klinik sanitasi

Klien klinik sanitasi adalah masyarakat umum bukan penderita

penyakit yang datang ke puskesmas untuk berkonsultasi mengenai

masalah yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan.

3. Bengkel Sanitasi

Bengkel sanitasi yaitu suatu ruangan atau tempat yang dipergunakan

untuk menyimpan peralatan pemantauan dan perbaikan kualitas

lingkungan.

4. Ruang Klinik Sanitasi

Ruang Klinik Sanitasi yaitu suatu ruang atau tempat yang di pergunakan

oleh Sanitarian / Tenaga Kesling / Tenaga Pelaksana kegiatan klinik

sanitasi untuk melakukan fungsi penyuluhan, konsultasi, konseling,

pelatihan perbaikan sarana sanitasi dan sebagainya.

5. Pengertian Konseling, yaitu kegiatan wawancara mendalam dalam

penyeluhan yang bertujuan untuk mengenal masalah lebih rinci

kemudian diupayakan pemecahannya yang dilakukan oleh petugas

klinik sanitasi sehubungan dengan konsultasi klien / pasien yang datang

ke puskesmas.

6. Kunjungan Rumah, yaitu kegiatan sanitarian / tenaga kesling / tenaga

pelaksana klinik sanitasi untuk melakukan kunjungan ke rumah untuk

9
melihat keadaan lingkungan rumah sebagai tindak lanjut dari kunjungan

pasien atau klien ke ruang klinik sanitasi.

2.2.2 Tujuan Klinik Sanitasi

1. Tujuan Umum Program Klinik Sanitasi

Klinik sanitasi bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

melalui upaya preventif, kuratif, dan promotif yang dilakukan secara terpadu,

terarah dan terus menerus

2. Tujuan Khusus Program Klinik Sanitasi

a. Terciptanya keterpaduan kegiatan lintas program dan lintas sektor

dalam program pemberantasan penyakit menular dan penyehatan

lingkungan dengan memberdayakan masyarakat.

b. Meningkatnya pengetahuan, kesadaran, kemampuan dan

perilaku masyarakat (pasien, klien dan masyarakat) untuk

mewujudkan lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat.

c. Meningkatnya pengetahuan, kesadaran, dan kemampuan

masyarakat untuk mencegah dan menanggulangi penyakit

berbasis lingkungan serta masalah kesehatan lingkungan dengan

sumber daya yang ada.

d. Menurunnya angka penyakit berbasis lingkungan dan

meningkatnya kondisi kesehatan lingkungan.

10
2.2.3 Ruang Lingkup Klinik Sanitasi

1. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air, meliputi penyakit

diare, demam berdarah, malaria dan kulit.

2. Penyakit-penyakit yang penularannya berkaitan dengan kondisi

perumahan dan lingkungan yang jelek antara lain ISPA dan TB Paru.

3. Penyakit-penyakit yang penyebabnya atau cara penularannya melalui

makanan antara lain : diare, kecacingan dan keracunan makanan.

4. Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan bahan kimia

dan pestisida di rumah tangga.

2.2.4 Sasaran Klinik Sanitasi

Sasaran program klinik sanitasi meliputi :

1. Penderita penyakit (pasien) yang berhubungan dengan masalah

kesehatan lingkungan (yang datang ke puskesmas atau yang diketemukan

di lapangan).

2. Masyarakat umum (klien) yang mempunyai masalah kesehatan

lingkungan (yang datang ke puskesmas atau yang menemui petugas

klinik sanitasi di lapangan)

3. Lingkungan penyebab masalah bagi penderita/klien dan masyarakat

sekitarnya.

2.2.5 Sumber Daya Klinik Sanitasi

11
Sumber daya merupakan suatu hal yang diperlukan dalam pelaksanaan

untuk pencapaian program klinik sanitasi. Sumber daya yang harus dimiliki oleh

klinik sanitasi puskesmas sebagai berikut.

1. Tenaga Pelaksana

Adapun tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan klinik

sanitasi, antara lain:

a. Tenaga kesehatan lingkungan, terdiri dari: Diploma I dan Diploma III

kesehatan lingkungan atau Strata I Kesehatan Masyarakat.

b. Tenaga kesehatan lain, seperti: Bidan, Perawat Kesehatan Masyarakat,

Petugas Gizi dan petugas lain yang ditunjuk oleh pimpinan puskesmas.

c. Tenaga Pelaksana kegiatan kesehatan lingkungan yang ditunjuk oleh

pimpinan puskesmas untuk melaksanakan kegiatan klinik sanitasi

(pekarya, sosial, ekonomi, dll).

2. Sarana dan Prasarana

a. Ruangan, diperlukan untuk ruang klinik sanitasi, sebagai tempat

dalam gedung puskesmas yang dipergunakan untuk penyuluhan

dan konsultasi (konseling) oleh petugas klinik sanitasi terhadap

pasien/klien dan bengkel klinik sanitasi, sebagai tempat dalam

gedung yang dipergunakan untuk membuat, merawat, memperbaiki

sarana air bersih dan sanitasi, menyimpan peralatan yang berkaitan

dengan kegiatan kesehatan lingkungan, serta melatih keterampilan

bagi masyarakat dalam pemberantasan penyakit berbasis

lingkungan.

12
b. Peralatan yang digunakan dan harus ada, seperti: alat-alat

perbaikan / pembangunan sarana air bersih dan santasi, cetakan

sarana air bersih dan jamban keluarga, peralatan pengukuran

kualitas lingkungan (air, tanah, udara), alat-alat pengambilan

sampel lingkungan dan sound system.

c. Transportasi, digunakan untuk mendukung kegiatan klinik sanitasi

di luar gedung (kunjungan lapangan).

d. Alat Peraga dan media penyuluhan, diperlukan alat untuk

kelancaran kegiatan di dalam maupun di luar gedung untuk

kegiatan penyuluhan dan konseling, seperti: media cetak (poster,

leaflet, lembar balik, buku, majalah), media elektonik, dll.

e. Formulir Pencacatan dan Pelaporan

f. Buku Pedoman, digunakan sebagai pedoman kerja bagi petugas

klinik sanitasi, yaitu buku pedoman klinik sanitasi, yaitu: Pedoman

Pelaksanaan klinik sanitasi untuk puskesmas, Pedoman teknis

klinik sanitasi untuk puskesmas, Panduan Konseling bagi petugas

klinik sanitasi, dan Standar Prosedur Operasional Klinik Sanitasi

untuk Puskesmas.

3. Sumber Dana

Untuk mendukung tercapainya program klinik sanitasi dibutuhkan dana.

Dana ini diperoleh dari dana operasional puskesmas, Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Provinsi (APBD), dan APBD Kabupaten/Kota, Bantuan

Luar Negeri (BLN), Kemitraan, dan Swadaya Masyarakat.

13
2.2.6 Strategi Operasional Klinik Sanitasi

1. Inventarisasi masalah kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis

lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat dengan cara pengumpulan

data dan pemetaan yang berkaitan dengan penyakit, perilaku, sarana

sanitasi, dan keadaan lingkungan.

2. Mengintegrasikan intervensi kesehatan lingkungan dengan program

terkait di puskesmas dalam rangka pemberantasan penyakit berbasis

lingkungan.

3. Menentukan skala prioritas penyusunan perencanaan dan pelaksanaan

penanganan masaah kesehatan lingkungan dengan mempertimbangkan

segala sumber daya yang ada dengan melibatkan lintas program dan

lintas sektor terkait, baik dalam lingkup kabupaten maupun puskesmas.

4. Menumbuhkembangkan peran serta masyarakat melalui kemitran dengan

kelembagaan yang ada.

5. Membentuk jaringan kerjasama antar kabupaten / kecamatan yang

merupakan satuan ekologis atau satuan epidemiologis penyakit.

6. Menciptakan perubahan dan peningkatan hidup bersih dan sehat,

serta menumbuhkan kemandirian masyarakat melalui upaya promosi

kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.

7. Mengupayakan dukungan dana dari berbagai sumber antara lain

masyarakat, swasta, pengusaha, dan pemerintah

2.2.7 Kegiatan Klinik Sanitasi

14
Klinik sanitasi dilaksanakan di dalam gedung dan di luar gedung

puskesmas oleh petugas sanitasi dibantu oleh petugas kesehatan lain dan

masyarakat.

1. Di dalam gedung (Indoor activity)

Semua pasien yang mendaftar di loket setelah mendapat kartu status

seterusnya diperiksa oleh petugas paramedis/medis Puskesmas. Apabila di

dapatkan penderita penyakit yang behubungan erat dengan faktor lingkungan,

maka yang bersangkutan dirujuk ke ruang klinik sanitasi. Kalau klien, setelah

mendaftar di loket, mereka langsung ke ruang Klinik Sanitasi untuk

mendapatkan bimbingan teknis. Diruang Klinik Sanitasi, sanitarian/tenaga

kesling akan melakukan wawancara dan konseling yang hasilnya ditulis dalam

Kartu Status Kesehatan Lingkungan. Selanjutnya sanitarian/petugas kesling

membuat janji kunjungan ke rumah pasien/klien.

2. Di luar gedung (Outdoor Activity)

Kegiatan di luar gedung ini adalah kunjungan rumah/lokasi sebagai

tindak lanjut kunjungan pasien/klien ke Puskesmas (Klinik Sanitasi). Kunjungan

ini sebenarnya merupakan kegiatan rutin yang lebih dipertajam sasarannya, sesuai

hasil wawancara pasien/klien dengan sanitarian pada waktu di Puskesmas.

15
16
Gambar 2.2 Skema Alur Kegiatan Klinik Sanitasi9

Keterangan :

1. Pasien datang ke puskesmas, mendaftar di loket, diperiksa oleh

medis/paramedik jika indikasinya menderita penyakit berbasis

lingkungan maka dirujuk ke klinik sanitasi, di klinik sanitasi pasien

dikonseling, diberikan penyuluhan serta membuat perjanjian kunjungan

rumah untuk memecahkan masalah kesehatan lingkungan yang

dialaminya kemudian pasien mengambil obat di apotek kemudian pulang.

17
2. Petugas berkoordinasi dengan lintas program melalui loka karya mini

atau pertemuan bulanan.

3. Petugas melakukan kunjungan rumah dengan memberikan implementasi

dan rekomendasi perbaikan lingkungan.

4. Klien datang ke puskesmas untuk berkonsultasi mengenai masalah

kesehatan lingkungan yang dihadapi untuk mencari cara pemecahan

masalah.

5. Pemantauan wilayah setempat untuk dijadikan tolak ukur pelaksanaan

program klinik sanitasi.

2.2.8 Peran Klinik Sanitasi di Puskesmas

Klinik sanitasi merupakan salah satu program yang sangat relavan untuk

menerapkan paradigma sehat yang pada saat ini digalakkan kembali. Karena

dalam klinik sanitasi dilakukan integrasi penanganan preventif dan kuratif

terhadap penyakit-penyakit berbasis lingkungan. Dalam paradigma baru ini maka

pembangunan kesehatan lebih ditekankan pada upaya promotif-preventif di

banding upaya kuratif-rehabilitatif.

Klinik sanitasi sebagai salah satu pelayanan di puskesmas yang

mengintegrasikan antara upaya kuratif, promotif, dan preventif, yang mempunyai

peran antara lain sebagai pusat informasi, pusat rujukan fasilitator di bidang

kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan.

18
BAB 3

ANALISIS SITUASI

3.1 Gambaran Umum Puskesmas Andalas

Puskesmas Andalas terletak di kelurahan Andalas dengan wilayah kerja

meliputi 10 kelurahan dengan luas 8.15 Km2,terletak -0,939 LS/LU dan

100.38428 BT, dengan batas-batas sebagai berikut;

a. Sebelah Utara : Kecamatan Padang Utara,Kuranji

b. Sebelah Selatan : Kecamatan Padang Selatan

c. Sebelah Barat : Kecamatan Padang Barat

d. Sebelah Timur: Kecamatan Lubuk Begalung, Pauh

Sepuluh kelurahan yang menjadi wilayah kerja Puskesmas Andalas adalah

sebagai berikut:

19
PETA PUSKESMAS ANDALAS

Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Andalas7

Sumber :Laporan Tahunan Puskesmas Ambacang tahun 2016

Jumlah penduduk yang menjadi tanggung jawab Puskesmas Andalas selama

tahun 2016 adalah sebanyak 82.571 jiwa.

3.2 Program Klinik Sanitasi di Puskesmas Andalas

Program klinik sanitasi merupakan bagian dari 5 program dasar yang ada

di Puskesmas yaitu kesehatan lingkungan. Berikut adalah tabel mengenai cakupan

program kesehatan lingkungan di Puskesmas Andalas pada tahun 2016.

Tabel 3.1 Cakupan program kesehatan lingkungan di Puskesmas Andalas pada


tahun 2016 (Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Andalas 2016).
N Kegiatan Sasaran Target Yang Diperiksa MMS* TMS*
o (%)
1 TPM* 129 100 129 (100%) 88 ( 68%) 41 ( 32%)
2 TTU* 287 100 278 ( 100%) 212 ( 76%) 66 ( 24%)
3 SAB* 2400 100 2398 (99%) 1932 (80%) 466 (20%)
4 Rumah 2942 100 2868 (97,4%) 2715 (94,6%) 153 (5,4%)
5 Jamban sehat 2827 100 2656 (93,9%) 2634 (99%) 22 (1%)
6 SPAL* 3065 100 2874 (93,7%) 2549 (88,6%) 325 (11,4%)
7 Pengelolaan
15.393 100 13.251 (86%) 11.517 (87%) 1734 (13%)
Sampah
8 DAMIU* 73 100 73 (100%) 62 (84,9%) 11 (15,1%)
*Keterangan: TPM (Tempat Pengelolaan Makanan), TTU (Tempat-Tempat
Umum), SAB (Sarana Air Bersih), SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah),

20
DAMIU (Depot Air Minum Isi Ulang), MMS (Memenuhi Syarat Kesehatan),
TMS (Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan).

Berdasarakan tabel 3.2 dapat dilihat bahwa cakupan kegiatan program

kesehatan lingkungan pada umumnya belum mencapai target. Akan tetapi

cakupan kegiatan kesling yang diperiksa rata-rata sudah diatas 50%. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa program kesling dari puskesmas Andalas sudah berjalan

efektif dan yang diperlukan adalah mempertahankan serta meningkatkan dan juga

pemantauan secara terus menerus.

Untuk gambaran pelaksanaan program klinik sanitasi di puskesmas

Andalas kota Padang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2 Cakupan kunjungan pasien ke pojok klinik sanitasi di Puskesmas


Andalas pada tahun 2016 (Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Andalas 2016).
No Jenis Penyakit Pasien Jumlah Kunjungan ke Klinik Sanitasi
1 Diare 15
2 ISPA 11
3 DBD 63
4 TB Paru 60
5 Kusta -
6 Penyakit Kulit (Gatal-gatal) 3
7 Campak -
8 Malaria -
9 Kecacingan -

Dari tabel 3.2 disimpulkan bahwa cakupan kunjungan pasien ke Pojok

Klinik Sanitasi dengan diagnosa penyakit terbanyak adalah Demam Berdarah

Dengue (DBD).

21
Pelaksanaan program klinik sanitasi di Puskesmas Andalas sudah

mengikuti alur seperti yang dijelaskan di atas. Awalnya pasien mendaftar di loket

pendaftaran pasien, kemudian pasien menunggu nomor antrian dan diperiksa di

Balai Pengobatan (BP). Setelah diperiksa, dan apabila pasien tersebut di diagnosis

penyakit yang berhubungan dengan penyakit berbasis lingkungan maka

dianjurkan untuk masuk ke pojok klinik sanitasi.

22
BAB 4

PEMBAHASAN

Kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari 5 program dasar yang

ada di Puskesmas. Menurut UU no 36 tahun 2009 tentang kesehatan, upaya

kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang

sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Program kesehatan

lingkungan di puskesmas Andalas Padang meliputi pemeriksaan dan pengawasan

terhadap TPM, TTU, SAB, DAMIU, pengelolaan sampah, SPAL, Rumah, Jamban

Sehat dan Klinik Sanitasi.

Berdasarakan tabel 3.2 dapat dilihat bahwa cakupan kegiatan program

kesehatan lingkungan pada umumnya belum mencapai target, namun sudah diatas

50%. Dari laporan tahunan Puskesmas Andalas pada tahun 2016 disebutkan

bahwa upaya pencapaian kinerja dibidang kesehatan lingkungan sudah cukup baik

(87,8%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa program kesehatan lingkungan di

puskesmas Andalas sudah berjalan efektif dan yang diperlukan adalah

mempertahankan serta meningkatkan dan juga pemantauan secara terus menerus.

Pelaksanaan program klinik sanitasi di Puskesmas Andalas sudah

mengikuti alur seperti yang dijelaskan di atas. Awalnya pasien mendaftar di loket

pendaftaran pasien, kemudian pasien menunggu nomor antrian dan diperiksa di

Balai Pengobatan (BP). Setelah diperiksa, dan apabila pasien tersebut di diagnosis

penyakit yang berhubungan dengan penyakit berbasis lingkungan maka

dianjurkan untuk masuk ke pojok klinik sanitasi.

23
Permasalahan yang ditemukan pada pelaksanaan program kesehatan

lingkungan adalah masih adanya bagian progam kesehatan lingkungan yang

belum memenuhi syarat-syarat kesehatan diantaranya pengawasan TTU yang

masih belum memenuhi syarat, kebersihan pengelolaan TPM yang masih kurang

dan pengelolaan SPAL/ sampah yang belum memenuhi syarat. Hal ini tentu akan

memberi dampak negatif terhadap keadaan sanitasi masyarakat. Sanitasi yang

jelek akan menimbulkan berbagai penyakit berbasis lingkungan.

Dari tabel 3.2 disimpulkan bahwa cakupan kunjungan pasien ke Pojok

Klinik Sanitasi tahun 2016 dengan diagnosa penyakit terbanyak adalah Demam

Berdarah Dengue (DBD). Penyakit kedua terbanyak adalah TB Paru. Khusus

untuk TB Paru, banyak kasus yang masuk ke pojok klinik sanitasi dikarenakan

ruangan pojok klinik sanitasi sama dengan ruangan TB Paru. Hal ini terjadi

karena Puskesmas Andalas yang sedang dalam tahap renovasi bangunan sehingga

ada beberapa ruangan yang harus diperbaiki dan dipindahkan ke ruangan lain.

Akan tetapi jumlah kunjugan ke puskesmas Andalas tidak sebanding dengan

cakupan kunjungan pasien ke pojok klinik sanitasi. Ini merupakan permasalahan

umum yang ditemui dalam pelaksanaan program klinik sanitasi.

Berdasarkan laporan dari pemegang program klinik sanitasi di

Puskesmas Andalas, alur kegiatan program klinik sanitasi dimulai dari pasien /

klien yang mendaftar ke registrasi langsung menuju atau dirujuk ke pojok klinik

sanitasi oleh dokter di balai pengobatan. Akan tetapi, pasien enggan untuk datang

dan konsultasi di pojok klinik sanitasi.

24
Beberapa dari pasien mengaku lamanya waktu yang dihabiskan di

puskesmas mulai dari menunggu antrian hingga menebus resep obat, sehingga

tingkat kebosanan pasien meningkat apalagi jika harus mengunjungi klinik

sanitasi. Akar dari permasalahan ini adalah kurangnya kesadaran pasien tentang

pentingnya aspek lingkungan dalam memperoleh hidup sehat dan peran tenaga

kesehatan khususnya klinik sanitasi yang masih belum aktif dalam menarik dan

meningkatkan angka cakupan kunjungan pasien / klien ke pojok klinik sanitasi.

Klinik sanitasi di Puskesmas Andalas dilaksanakan di dalam dan luar

gedung juga sudah dijalankan. Pelaksanaan didalam gedung, ketika pasien dirujuk

dari Balai Pengobatan (BP) ke klinik sanitasi dan dilakukan wawancara kemudian

edukasi setelah itu dijadwalkan kunjungan ke rumah. Ketika dilakukan kunjungan

ke rumah ini merupakan kegiatan klinik sanitasi diluar gedung. Kunjungan ke

rumah atau kegiatan luar gedung dilaksanakan oleh minimal 2 orang petugas dari

Puskesmas yang terdiri dari penanggung jawab program klinik sanitasi dan satu

orang pembina wilayah dimana akan dilakukan kunjungan.

25
Gambar : Ruangan Klinik Sanitasi Puskesmas Andalas

26
BAB 5

PENUTUP

5.3 Kesimpulan

1. Cakupan program kesehatan lingkungan di Puskesmas Andalas

Kota Padang tahun 2016 belum mencapai target akan tetapi

pencapaian program sudah diatas 50%

2. Cakupan kunjungan pasien ke klinik sanitasi di Puskesmas Andalas

Kota Padang terbanyak adalah permasalahan DBD dan TB Paru.

3. Permasalahan dalam pelaksanaan program klinik sanitasi di

Puskesmas Andalas Kota Padang adalah angka kunjungan pasien

klinik sanitasi tidak sesuai dengan kunjungan pasien berobat ke

puskesmas (berkaitan dengan penyakit berbasis lingkungan).

4. Solusi alternatif mengenai permasalahan dalam pelaksanaan program

klinik sanitasi di Puskesmas Andalas Kota Padang adalah dengan

meningkatkan peran aktif puskesmas dan tenaga kesehatan

(khususnya bidang kesehatan lingkungan) dalam meningkatkan

kesadaran pasien tentang pentingnya sanitasi lingkungan dalam

mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

27
5.4 Saran

1. Melakukan pembinaan dan pengawasan secara optimal oleh petugas

puskesmas Andalas terhadap sanitasi berbasis masyarakat sehingga

angka kejadian penyakit yang berbasis lingkungan dapat ditekan.

2. Perbaikan sistem untuk meningkatkan kunjungan klinik sanitasi

seperti penyediaan tempat dan petugas kesling dibalai pengobatan

kemudian menggiring pasien dengan penyakit berbasis lingkungan

untuk mengunjungi klinik sanitasi.

3. Kerjasama lintas sektor untuk menyelesaikan permasalahan

kesehatan lingkungan di wilayah kerja Puskesmas Andalas

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan.
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Laporan akuntabilitas
kinerja Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
3. Achmadi UF. 2011. Dasar-dasar penyakit berbasis lingkungan. Jakarta:
Rajawali Press.
4. WHO. 2016. Preventing disease through helathy environments: a global
assessment of the burden of disease from enviromental risks.
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Situasi diare di
Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, 2(2): 1-18.
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat.
7. Puskesmas Andalas. 2016. Laporan Tahunan Puskesmas Andalas Kota
Padang Tahun 2016.
8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Situasi pneumonia
balita di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, 3(3): 1-
10.
9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Standar pedoman
pelaksanaan klinik sanitasi untuk puskesmas Ditjen Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan.

29

Anda mungkin juga menyukai