Anda di halaman 1dari 60

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI

PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN


ASUHAN KEPERAWATAN DIRUANG RAWAT INAP
RSUD KOTA LANGSA
TAHUN 2013

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh : NURUL HAYATI


NIM : 1101020

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKes CUT NYAK DHIEN LANGSA
2013
LEMBARAN PERSETUJUAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI


PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KEPERAWATAN DIRUANG RAWAT INAP
RSUD KOTA LANGSA
TAHUN 2013

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh : NURUL HAYATI

NIM. 1101020

Proposal Skripsi ini Telah Disetujui


Tanggal 2 Maret 2013

Pimbimbing I Pembimbing II

Ns.Muhammad Yahya, S.Kep, MARS dr. Syafriruddin,MM

Ka.Prodi PSIK
STIKes Cut Nyak Dhien Langsa

Ns.Gustini Muzaputri, M.Kep


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………… i
LEMBARAN PERSETUJUAN………………………………………………... ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………… iii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………… v
DAFTAR SKEMA…………………………………………………………….. vi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………… vii
BAB I : PENDAHULUAN………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………. 1
1.2 Perumusan Masalah…..…………………………………….. 5
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………… 5
1.3.1 Tujuan Umum………………………………………. 5
1.3.2 Tujuan Khusus……………………………………… 5
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………. 6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA………………………………………… 7
2.1 Dokumentasi Asuhan Keperawatan….……………………. 7
2.1.1 Model Dokumentasi Keperawatan…………………… 7
2.1.2 Tahap-Tahap Dokumentasi Keperawatan…………... 10
2.1.3 Tujuan Umum Dokumentasi…….…………………. 12
2.1.4 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam
Pendokumentasian………………………………….. 14
2.1.5 Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi Keperawatan. 16
2.2 Motivasi….………………………………………………... 18
2.2.1 Macam-Macam Motivasi………..…………………. 18
2.2.2 Timbulnya Motivasi…………………………..……. 18
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi………. 19
2.2.4 Cara Memotivasi……………………………………. 21
2.3 Tinjauan Variabel………………………………………….. 23
2.3.1 Pengetahuan………………………………………… 23
2.3.2 Reward dari Atasan………………………………… 25
2.3.3 Dukungan Kepala Rungan…………………………… 25
2.4. Kerangka Teoritis…………………………………………… 27
BAB III : KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN HIPOTESIS…… 28
3.1 Kerangka Konsep Penelitian……………………………… 28
3.2 Hipotesis………………………………………………….. 28
BAB IV : METODE PENELITIAN………………………………………. 30
4.1 Desain Penelitian………………………………………….. 30
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian…………………………….. 30
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian…………………………… 30
4.4 Variabel Penelitian………………………………………… 32
4.5 Definisi Operasional………………………………………. 33
4.6 Instrumen Penelitian………………………………………. 34
4.7 Prosedur Penelitian………………………………………… 38
4.8 Analisa Data………………………………………………. 39
4.9 Etika Penelitian……………………………………………. 41

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 : Jumlah Sampel yang Diambil Berdasarkan Ruang Rawat Inap
Di RSUD Kota Langsa Tahun 2013……………………………... 32
Tabel 4.2 : Definisi Operasional……………………………………………… 33
DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 2.1 : Kerangka Teoritis………………………………………………. 27

Skema 2.2 : Kerangka Konsep Penelitian……………………..………………. 28


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Permohonan Kesediaan Menjadi Responden Penelitian

Lampiran 2 : Lembaran Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Motivasi Perawat Dalam


Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Diruang Rawat
Inap RSUD Kota Langsa Tahun 2013.

Lampiran 4 : Surat Pengambilan Data Awal di RSUD Kota Langsa.

Lampiran 5 : Lembaran Bimbingan Proposal Skripsi.


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professional yang

merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang berlandaskan ilmu dan

kiat keperawatan berbentuk layanan bio, psiko, sosial dan spiritual yang

komprehensif, ditujukan bagi individu, keluarga, dan masyarakat baik dalam

keadaan sehat ataupun sakit (Asmadi, 2008).

Salah satu bentuk pelayanan yang diberikan adalah pelayanan keperawatan

terhadap penderita yang menjalani rawat inap. Pelayanan keperawatan yang

dilakukan perawat dapat terlihat dari hasil dokumentasi keperawatan (Handoko,

2010). Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran

dan fungsi perawat dalam memberikan pelayanan keparawatan kepada klien. Hal

ini akan bermanfaat bagi peningkatan mutu pelayanan di rumah Sakit

(Handayaningsih, 2009).

Kesadaran masyarakat tentang hukum memberikan implikasi pada profesi

keperawatan sehingga perawat harus berhati-hati dalam melaksanakan pelayanan

keperawatan. (Asmadi, 2008).

Perawat professional, dihadapkan pada suatu tuntutan tanggungjawab yang

lebih tinggi dan tanggung gugat setiap tindakan yang dilaksanakan. Artinya

setiap intervensi keperawataan yang diberikan kepada klien, harus dihindari

terjadinya kesalahan-kesalahan (negligence). Kesalahan sekecil apapun yang


dilakukan oleh perawat professional akan berdampak terhadap citra keperawatan

dan secara keseluruhan diminta pertanggungjawaban dan tanggung gugat oleh

klien (Nursalam, 2007).

Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan

yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan keperawatan yang berguna

untuk kepentingan klien, perawat dan tim kesehatan dalam memberikan

pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara

tertulis dengan tanggung jawab perawat. Pelayanan keperawatan yang diberikan

pada klien membutuhkan catatan dan pelaporan yang dapat digunakan sebagai

tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai kemungkinan masalah yang

dialami klien baik masalah kepuasan maupun ketidakpuasan terhadap pelayanan

yang diberikan (Hidayat.A.A, 2002).

Segala aktivitas yang dilakukan perawat terhadap klien harus

terdokumentasikan dengan baik. Banyak tindakan keperawatan yang bersifat

dependen membuat perawat beresiko menjadi kambing hitam atas kesalahan

yang sebenarnya bukan berasal dari perawat. Dokumentasi keperawatan

sewaktu-waktu dapat dijadikan barang bukti di pengadilan jika terjadi gugatan

yang dilakukan oleh klien maupun keluarga klien (Asmadi, 2008).

Realita di Rumah Sakit format dokumentasi keperawatan yang telah

disiapkan tidak pernah diisi. Beberapa hal yang sering menjadi alasan antara

lain ; banyak kegiatan-kegiatan diluar tanggung jawab perawat menjadi beban

dan harus dikerjakan oleh tim keperawatan, sistem pencatatan yang terlalu sulit

dan banyak menyita waktu, tidak semua tenaga perawat yang ada diinstitusi

pelayanan memiliki pengetahuan dan kemampuan yang sama untuk membuat

dokumentasi keperawatan sesuai standar yang di tetapkan dan perawat lebih


banyak mengerjakan pekerjaan koordinasi dan limpah wewenang

(Handayaningsih, 2009).

Hasil penelitian Christiyanti terhadap pelaksanaan pendokumentasian

proses keperawatan di unit rawat inap RSUD Brebes yang dilakukan terhadap 64

sempel penelitian. Diperoleh data pelaksanaan pengkajian keperawatan 45,51%,

pelaksanaan pembuatan diagnosa keperawatn 37,70%, pelaksanaan pembuatan

perencanaan keperawatan 22.22%, pelaksanaan tindakan keperawatan 29,26%,

pelaksanaan evaluasi keperawatan 15,38%. Dokuemntasi asuhan keperawatan

jarang dilakukan oleh perawat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kurangnya

memahami pentingnya fungsi pendokumentasian tidak adanya kesadaran

perawat dalam melaksanakan pendokumentasian keperwatan, malas, beban tugas

yang diterima kurang sesuai dengan insentif yang diterima dan manajemen

keperawatan yang kurang baik. (UNDIP, 2010).

Faktor motivasi merupakan faktor dominan yang dapat mempengaruhi

pendokumentasian pelayanan keperawatan. Motivasi merupakan energi yang

mendorong seseorang untuk bangkit menjalankan tugas pekerjaan mencapai

tujuan. Motivasi adalah bagian fundamental dari kegiatan manajemen sehingga

semua kegiatan organisasi tidak akan berfaedah jika anggota yang ada dalam

organisasi tersebut tidak termotivasi. Salah satu cara untuk meningkatkan

motivasi adalah menata kembali penugasan yang ada dengan memodifikasi

setiap tugas keperawatan agar dapat meningkatkan tanggung jawab dan

pengembangan sikap profesional dengan cara ; tidak terlalu sering melakukan

perubahan, mengadakan program latihan, memberikan reinforcemet pada hasil

kerja yang positif, menciptakan lingkungan kerja aman dan nyaman. Disisi lain

perawat sering kurang bersemangat dalam menjalankan tugas karena kurangnya


dukungan dari manajer agar tugas dilaksanakan dengan baik. Kurangnya

mendapatkan penghargaan atas prestasi kerja yang telah dicapai. Hal ini

menyebabkan kurangnya motivasi perawat dalam menyelesaikan tugas asuhan

keperawatan terhadap klien (Suyanto, 2008).

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa merupakan Rumah Sakit

Rujukan atas mata rantai sistim kesehatan di Pemerintah Kota Langsa, Aceh

Timur dan Kabupaten Aceh Tamiang. Berdasarkan SK Menkes Republik

Indonesia No. 51/Men.Kes/SK/II/1979 tanggal 22 Februari 1979 diberikan status

menjadi Rumah Sakit dalam klasifikasi type C, kemudian pada tahun 1997

ditingkatkan klasifikasinya menjadi Rumah Sakit type B pendidikan berdasarkan

Surat keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

479/Men.Kes/SKV/1997 tanggal 20 Mei 1997. Adapun visi Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Langsa adalah : “Menjadikan rumah sakit rujukan unggulan dalam

semua bidang pelayanan kesehatan”.

Hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 10

Januari 2013 terhadap 10 perawat diruang rawat inap RSUD Kota Langsa.

Diperoleh data, sebanyak 6 (60%) perawat setelah memberikan tindakan

keperawatan tidak mendokumentasikan tindakan keperawatan di dilembaran

status pasien. Sebanyak 4 (40%) perawat yang mendokumentasikan tindakan

keperawatn di status pasien. Berdasarkan hasil wawancara langsung terhadap 6

perawat yang tidak mendokumentasikan tindakan keperawatan. Sebanyak 4

(66,%) perawat mengatakan, “malas untuk mencatat setiap tindakan dilembaran

dokumentasi asuhan keperawatan dikarenakan kurang adanya penghargaan

(reward) dari atasan. Atasan tidak pernah menindak lanjuti apa yang telah kami

dokumentasikan, atasan hanya melihat format dokumentasi terisi atau tidak. Bila
terisi atasan tidak memberikan komentar apapun”. Sedangkan 2 (34%) perawat

mengatakan, “tidak paham dalam pencatatan pendokumentasian asuhan

keperawatan. Hasil wawancara dengan 3 kepala ruangan rawat inap didapatkan

informasi bahwa pelaksanaan dokumentasi pelaksanaan keperawatan diruangan

belum berjalan dengan baik dan belum adanya kesadaran perawat untuk

membuat dokumentasi setiap selesai melakukan tindakan keperawatan. Setiap

kali perawat harus diingatkan untuk menulis dokumentasi asuhan keperawatan.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi

perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan diruang

rawat inap RSUD Kota Langsa Tahun 2013”

1.2 Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini, apakah ada

hubungan faktor pengetahuan, reward dari atasan dan dukungan kepala ruangan

terhadap motivasi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan

keperawatan diruang rawat inap RSUD Kota Langsa Tahun 2013”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi

perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan diruang

rawat inap RSUD Kota Langsa Tahun 2013.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi hubungan faktor pengetahuan terhadap motivasi perawat

dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan diruang rawat

inap RSUD Kota Langsa Tahun 2013.


b. Mengidentifikasi hubungan faktor reward dari atasan terhadap motivasi

perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan diruang

rawat inap RSUD Kota Langsa Tahun 2013.

c. Mengidentifikasi pengaruh faktor dukungan kepala ruangan terhadap

motivasi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan

diruang rawat inap RSUD Kota Langsa Tahun 2013.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Peneliti

Penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi peneliti ,

dan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi

pendidikan S1 keperawatan di STIKes CND Langsa

1.4.2 Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi atau dapat

dipakai sebagai data sekunder bagi peneliti berikutnya yang ingin

mengembangkan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

motivasi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan

keperawatan

1.4.3 RSUD Kota Langsa

Sebagai bahan masukan, sehingga dapat meningkatkan manajemen

keperawatan diruang rawat inap dalam pelaksanan asuhan keperawatan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Dokumentasi secara umum merupakan suatu catatan otentik atau semua

warkat asli yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum.

Sedangkan dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan

yang dimiliki perawat dalam melalukukan catatan perawatan yang berguna untuk

kepentingan klien, perawat, dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan

kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis

dengan tanggung jawab perawat (Hidayat.A.A, 2007).

Asmadi (2008) mengatakan, dokumentasi keperawatan merupakan sarana

komunikasi dari satu profesi ke profesi lain terkait status klien. Berisi hasil

aktivitas keperawatan yang dilakukan perawat terhadap klien, mulai dari

pengkajian hingga evaluasi.

2.1.1 Model Dokumentasi Keperawatan

Nursalam (2007) mengatakan, ada beberapa model pendokumentasian yang

dapat dipergunakan didalam system pelayanan kesehatan di Indonesia, antara

lain adalah :

a. Source-oriented record (catatan berorientasi pada sumber)

Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang

mengelola pencatatan. Bagian penerimaan klien mempunyai lembar sisian

tersendiri, dokter menggunakan lembar untuk mencatat instruksi, lembar

riwayat penyakit dan perkembangan penyakit, perawat menggunakan catatan

keperawatan, begitu pula disiplin lain mempunyai catatan masing-masing.


Catatan berorientasi pada sumber terdiri dari lima komponen yaitu :

lembaran penerima berisi biodata, lembara order dokter, lembaran riwayat

medik/penyakit, catatan perawat dan catatan dan laporan khusus.

b. Problem – oriented record (catatan berorientasi pada masalah)

Model ini memusatkan data tentang klien didokumentasikan dan disusun

menurut masalah klien. Sistem dokumentasi jenis ini mengintegrasikan

semua data mengenai masalah yang dikumpulkan oleh dokter, perawat atau

tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian layanan kepada klien.

Model dokumentasi ini terdiri dari empat komponen yaitu :

1) Data dasar

Data dasar berisi semua informasi yang telah dikaji dari klien ketika

pertama kali masuk rumah Sakit. Data dasar mencakup pengkajian

keperawatan, riwayat penyakit/kesehatan, pemeriksaan fisik, pengkajian

ahli gizi dan hasil laboratorium.

2) Daftar masalah

Daftar masalah berisi tentang masalah yang telah teridentifikasi dari data

dasar. Selanjutnya masalah disusun secara kronologis sesuai tanggal

identifikasi masalah

3) Daftar awal rencana asuhan

Rencana asuhan ditulis oleh tenaga yang menyusun daftar masalah.

Dokter menulis intruksinya, sedang perawat menulis instruksi

keperawatan atau rencana asuhan keperawatan

4) Catatan perkembangan (progress notes)

Progress notes berisikan perkembangan/kemajuan dari tiap-tiap masalah

yang telah dilakukan tindakan; dan disusun oleh semua anggota yang
terlibat dengan menambahkan catatan perkembangan pada lembar yang

sama. Beberapa acuan progress note dapat digunakan antara lain : SOAP

(Subjektif data, Objektif data, Analisa/Assesment dan Plan), SOAPIER

(SOAP ditambah Intervensi, evaluasi, Revisi), dan PIE (Problem-

Intervensi-Evaluasi)

c. Progress-oriented record (catatan berorientasi pada

perkembangan/kemajuan)

Tiga jenis catatan perkembangan adalah catatan perawat, “Flowsheet”, dan

catatan pemulangan atau ringkasan rujukan. Ketiga jenis ini digunakan baik

pada sistem dokumentasi yang berorientasi pada sumber maupun berorientasi

pada masalah

d. Charting by exception (CBE)

Charting by exception adalah system dokumentasi yang hanya mencatat

secara naratif dari hasil atau penemuan yang menyimpan dari keadaan

normal atau standar

e. Prombelm Intervensi & Evaluation (PIE)

PIE adalah suatu singkatan dari (Identifikasi Problem, Intervenstion dan

Evaluasi). System pencatatan adalah suatu pendekatan orientasi-proses pada

dokumentasi dengan penekanan pada proses keperawatan dan diagnose

keperawatan. Format PIE tepat digunakan untuk system pemberian asuhan

keperawatan primer.

f. FOCUS (Proses Oriented System)

Pencatatan FOCUS adalah suatu proses-orientasi dan klien-fokus. Hal ini

digunakan proses keperawatan untuk mengorganisir dokumentasi asuhan.


Jika menuliskan catatan perkembangan, Format DAR (Data-Action-

Response) dengan 3 kolom.

Data : Berisi tentang data subjektif dan objektif yang mendukung

dokumentasi focus.

Action : Merupakan tindakan keperawatan yang segera atau yang akan

dilakukan berdasarkan pengkajian/evaluasi keadaan klien.

Response : Menyediakan keadaan respon klien terhadap tindakan medis

atau keperawatan.

2.1.2 Tahap-Tahap Dokumentasi Keperawatan

a. Tahap pengkajian keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber

data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien

(Handayaningsih, 2009).

Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek

biologis, psikologis, sosial, spiritual klien. Tujuan dari pengkajian adalah

untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien. Pengkajian

dilakukan saat klien masuk instansi layanan kesehatan. Metode utama yang

dapat digunakan dalam mengumpulkan data adalah wawancara, observasi

dan pemeriksaan fisik serta diagnostik (Asmadi, 2008).

b. Tahap diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,

keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses

kehidupan yang aktual atau potensial (Nanda, 1990 dikutip dari

Hidayat.A.A, 2007).
Tujuan diagnosa keperawatan untuk mengidentifikasi masalah dimana

adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit. Faktor – faktor

yang menunjang atau yang menyebabkan suatu masalah (etiologi) dan

kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah

(Handayaningsih,2009).

Diagnosa keperawatan menurut Asmadi (2008), terdiri atas tiga tipe,

yaitu diagnose keperawatan actual, diagnose keperawatan risiko dan

diagnosa keperawatan potensial.

1) Diagnosa keperawatan actual, yaitu diagnose keperawatan yang

menjelaskan masalah kesehatan yang nyata terjadi saat ini dan benar-

benar faktual, sesuai dengan data klinis yang diperoleh.

2) Diagnosa keperawatan resiko, yaitu diagnosa keperawatan yang

menjelaskan masalah kesehatan yang berpeluang besar akan terjadi jika

tidak dilakukan tindakan keperawatan.

3) Diagnosa keperawatan potensial, yaitu diagnosa keperawatan yang

menjelaskan tentang keadaan sejahtera (wellness), yakni ketika klien

memiliki potensi untuk lebih meningkatkan derajat kesehatannya dan

belum ada data maladaptive atau paparan terhadap masalah kesehatan

sebelumnya.

c. Tahap perencanaan keperawatan

Rencana keperawatan merupakan catatan tentang penyusunan rencana

tindakan keperawatan yang akan dilakukan. Hal ini dilakukan untuk

menanggulangi masalah dengan cara mencegah, mengurangi dan

menghilangkan masalah (Hidayat.A.A, 2007).


Tahap perencanaan ini memiliki beberapa tujuan penting, diantaranya

sebagai alat komunikasi antara sesame perawat dan tim kesehatan lainnya;

meningkatkan kesinambungan asuhan keperawatan bagi klien; serta

mendokumentasikan proses dan criteria hasil asuhan keperawatan yang ingin

dicapai. Unsur terpenting pada tahap perencanaan ini adalah membuat

prioritas urutan diagnose keperawatan, merumuskan tujuan, merumuskan

kriteria evaluasi, dan merumuskan intervensi keperawatan (Asmadi, 2008).

d. Tahap implementasi keperawatan

Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana

asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna

membantu klien mancapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmadi, 2008).

e. Tahap evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan

perbandingan yang sistematiss dan terencana antara hasil akhir yang teramati

dan tujuan atau criteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi,

2008).

2.1.3 Tujuan Utama Dokumentasi

Menurut pendapat Handayaningsih (2009), tujuan utama dokumentasi

asuhan keperawatan adalah :

a. Sebagai sarana komunikasi

Dokumentasi yang dikumunikasikan secara akurat dan lengkap dapat

berguna untuk :

1) Membatu koordinasi asuhan keperawatan yang diberikan oleh tim

kesehatan.
2) Mencegah informasi yang berulang terhadap klien atau anggota tim

kesehatan atau mencegah tumpanng tindih, bahkan sama sekali tidak

dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian

dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien.

3) Membantu tim perawat dalam menggunakan waktu sebaik-baiknya

b. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat

Sebagai upaya untuk melindungi klien terhadap kualitas pelayanan

keperawatan yang diterima dan perlindungan terhadap keamanan perawat

dalam melaksanakan tugasnya, maka perawat diharuskan mencatat segala

tindakan yang dilakukan terhadap klien. Hal ini penting berkaitan dengan

langkah antisipasi terhadap ketidakpuasan klien terhadap pelayanan yang

diberikan dan kaitannya dengan aspek hokum yang dapat dijadikan settle

concern, artinya dokumentasi dapat digunakan untuk menjawab

ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diterima secara hukum.

c. Sebagai informasi statistik

Data statistik dari dokumentasi keperawatan dapat membantu merencanakan

kebutuhan di masa datang, baik sumber daya manusia, sarana, prasarana dan

teknis.

d. Sebagai sarana pendidikan

Dokumentasi asuhan keperawatan yang dilaksanakan secara baik dan benar

akan membantu para siswa keperawatan maupun siswa kesehatan lainnya

dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan pengetahuan dan

membandingkannya, baik teori maupun praktek lapangan.


e. Sebagai sumber data penelitian

Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat digunakan sebagai sumber

data penelitian. Hal ini erat kaitannya dengan yang dilakukan terhadap

asuhan keperawatan yang diberikan, sehingga melalui penelitian dapat

diciptakan satu bentuk pelayanan keperawatan yang aman, efektif dan etis.

f. Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan

Melalui dokumentasi yang dilakukan dengan baik, diharapkan asuhan

keperawatan yang berkualitas dapat dicapai, karena jaminan kualitas

merupakan bagian dari program pengembangan pelayanan kesehatan. Suatu

perbaikan tidak dapat diwujudkan tanpa dokumentasi yang kontinu, akurat

dan rutin baik yang dilakukan oleh perawat maupun tenaga kesehatan

lainnya. Audit jaminan kualitas membantu untuk menetapkan suatu

akreditasi pelayanan keperawatan dalam mencapai standar yang telah

ditetapkan.

g. Sebagai sumber data perencanaan asuhan keperawatan berkelanjutan

Dengan dokumentasi akan didapatkan data yang aktual dan konsisten

mencakup seluruh kegiatan keperawatan yang dilakukan melalui tahapan

kegiatan proses keperawatan.

2.1.4 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pendokumentasian

Potter dan Perry (1989) dikutip dari Handayani (2009) memberikan

panduan sebagai petunjuk cara mendokumentasikan dengan benar adalah :

a. Jangan menghapus dengan menggunakan tip-ex atau mencoret tulisan yang

salah ketika mencatat, karena akan tampak seakan-akan perawat mencoba

menyembuyikan informasi atau merusak dokumen. Cara yang benar adalah


dengan membuat satu garis pada tulisan yang salah, tulis kata “salah” lalu di

paraf kemudian tulis catatan yang benar.

b. Tulislah kondisi obyektif klien dan tindakan yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan. Jangan menulis komentar yang bersifat mengkritik klien maupun

tenaga kesehatan lain, karena pernyataan tersebut dapat dipergunakan

sebagai bukti terhadap perilaku yang tidak professional atau asuhan

keperawatan yang tidak bermutu.

c. Koreksi semua kesalahan sesegera mungkin karena kesalahan menulis dapat

diikuti dengan kesalahan tindakan. Oleh karena itu jangan tergesa-gesa

melengkapi catatan, pastikan bahwa informasi akurat.

d. Catat hanya fakta, catatan harus akurat dan reliable. Pastikan apa yang ditulis

adalah fakta, jangan berspekulasi atau menulis perkiraan saja.

e. Jangan biarkan pada akhir catatan perawat kosong, karena orang lain dapat

menambahkan informasi yang tidak benar pada bagian yang kosong tadi.

Untuk itu buat garis horizontal sepanjang area yang kosong dan bubuhkan

tanda tangan dibawahnya.

f. Semua catatan harus dapat dibaca, ditulis dengan tinta dan menggunakan

bahasa yang lugas, karena tulisan yang tidak terbaca dapat disalahkan

tafsirkan sehingga menimbulkan kesalahan dan dapat dituntut ke pengadilan.

g. Jika mempertanyakan suatu instrksi, catat bahwa anda sedang

mengklarifikasi karena jika perawat melakukan tindakan diluar batas

kewenangannya dapat dituntut.

h. Tulis hanya untuk diri sendiri karena perawat bertanggung jawab dan

bertanggung gugat atas informasi yang ditulisnya. Jadi jangan menuliskan

pertanggung jawaban tindakan orang lain.


i. Hindari penggunaan tulisan yang bersifat umum (kurang spesifik), tulis

secara lengkap, singkat, padat, dan objektif.

j. Mulailah mencatat dokumentasi dengan waktu dan akhiri dengan tanda

tangan (nama) pastikan urutan kejadian dicatat dengan benar dan

ditandatangani, hal itu menunjukkan orang yang bertanggung gugat atas

dokumentasi tersebut. Jangan tunggu sampai akhir giliran dinas baru

mencatat perubahan penting yang terjadi beberapa jam lalu.

2.1.5 Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi Keperawatan

Nursalam 2007 mengatakan, dokumentasi keperawatan mempunyai makna

yang penting bila dilihat dari aspek :

a. Hukum

Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi dan

bernilai hokum. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi

keperawatan, dimana perawat sebagai pemberi jasa dank lien sebagai

pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu. Dokumentasi

tersebut dapat dipergunakan sebagai barang bukti di pengadilan. Oleh karena

itu data-data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif dan

ditandatangani oleh tenaga kesehatan (perawat), tanggal dan perlunya

dihindari adanya penulisan yang dapat menimbulkan interprestasi yang salah.

b. Jaminan mutu (kualitas pelayanan)

Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat, akan member kemudahan

bagi perawat dalam membentu menyelesaikan masalah klien dan untuk

mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh

masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat.

Hal ini akan membantu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.


c. Komunikasi

Komunikasi keadaan klien merupakan alat “perekam” terhadap masalah yang

berkiatan dengan klien. Perawat atau tenaga kesehatan lain akan bisa melihat

catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam

memberikan asuhan keperawatan.

d. Keuangan

Dokumentasi dapat bernilai keuangan. Semua tindakan keperawatan yang

belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan lengkap yang dapat

dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan

klien.

e. Pendidikan

Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut

kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan

sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi

keperawatan.

f. Penelitian

Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian. Data yang terdapat

didalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau

obyek riset dan pengembangan profesi keperawatan.

g. Akreditasi

Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan

fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien.

Dengan demikian akan dapat diambil kesimpulan tingkat keberhhasilan

pemberian asuhan keperawatan yang diberikan, guna pembinaan dan

pengembangan lebih lanjut. Hal ini selain bermanfaat bagi peningkatan mutu
sendiri, juga bagi individu perawat dalam mencapai tingkat kepangkatan

yang lebih tinggi.

2.2 Motivasi

Motivasi didefinisikan sebagai kondisi internal yang membangkitkan kita untuk

bertindak, mendorong kita untuk mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita tetap

tertarik dalam kegiatan tertentu ( Elliott.et.al 2000, dikutip dari Nursalam & Efendi,

2008).

Menurut Suyanto (2008), motivasi adalah energi yang mendorong seseorang

untuk bangkit menjalankan tugas pekerjaan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Sedangkan Sunaryo (2004) mengatakan, motivasi adalah sesuatu kekuatan dasar

yang terdapat dalam diri organisme yang menyebabkan organisme itu bertindak atau

berbuat untuk memenuhi adanya kebutuhan agar tercapai keseimbangan.

2.2.1 Macam-Macam Motivasi

Secara umum menurut Sunaryo (2004), ada dua macam motivasi, yaitu :

a. Motivasi primer atau motivasi dasar, yaitu motivasi yang tidak dapat dipelajari

karena berbentuk insting dan untuk mempertahankan hidup serta mengembangkan

keturunan. Motivasi ini sering disebut drive.

b. Motivasi sekunder adalah motivasi yang dapat dimodifikasi, dikembangkan, dan

dipelajari seiring dengan pengalaman yang diperoleh oleh individu.

2.2.2 Timbulnya Motivasi

Motivasi seseorang dapat timbul berkembang melalui dirinya sendiri-intrinsik

dan dari lingkungan-ekstrinsik. Motivasi intrinsic bermakna sebagai keinginan dari

diri sendiri untuk bertindak tanpa adanya rangsangan dari luar. Motivasi intrinsic akan

lebih menguntungkan dan member keajegan dalam belajar. Motivasi ekstrinsik


dijabarakan sebagai motivasi yang datang dari luar individu dan tidak dapat

dikendalikan oleh individu tersebut Nursalam & Efendi, 2008).

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Menurut Winardi (2009), motivasi seseorang sangat dipengaruhi oleh dua faktor,

yaitu :

a. Faktor Internal ; faktor yang berasal dari dalam diri individu, terdiri atas :

1) Persepsi individu mengenai diri sendiri; seseorang termotivasi atau tidak untuk

melakukan sesuatu banyak tergantung pada proses kognitif berupa persepsi.

Persepsi seseorang tentang dirinya sendiri akan mendorong dan mengarahkan

perilaku seseorang untuk bertindak.

2) Harga diri dan prestasi; faktor ini mendorong atau mengarahkan inidvidu

(memotivasi) untuk berusaha agar menjadi pribadi yang mandiri, kuat, dan

memperoleh kebebasan serta mendapatkan status tertentu dalam lingkungan

masyarakat; serta dapat mendorong individu untuk berprestasi.

3) Harapan; adanya harapan-harapan akan masa depan. Harapan ini merupakan

informasi objektif dari lingkungan yang mempengaruhi sikap dan perasaan

subjektif seseorang. Harapan merupakan tujuan dari perilaku.

4) Kebutuhan; manusia dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjadikan dirinya

sendiri yang berfungsi secara penuh, sehingga mampu meraih potensinya

secara total. Kebutuhan akan mendorong dan mengarahkan seseorang untuk

mencari atau menghindari, mengarahkan dan memberi respon terhadap tekanan

yang dialaminya.

5) Kepuasan kerja; lebih merupakan suatu dorongan afektif yang muncul dalam

diri individu untuk mencapai goal atau tujuan yang diinginkan dari suatu

perilaku.
b. Faktor Eksternal; faktor yang berasal dari luar diri individu, terdiri atas:

1) Jenis dan sifat pekerjaan; dorongan untuk bekerja pada jenis dan sifat

pekerjaan tertentu sesuai dengan objek pekerjaan yang tersedia akan

mengarahkan individu untuk menentukan sikap atau pilihan pekerjaan yang

akan ditekuni. Kondisi ini juga dapat dipengartuhi oleh sejauh mana nilai

imbalan yang dimiliki oleh objek pekerjaan dimaksud.

2) Kelompok kerja dimana individu bergabung; kelompok kerja atau organisasi

tempat dimana individu bergabung dapat mendorong atau mengarahkan

perilaku individu dalam mencapai suatu tujuan perilaku tertentu; peranan

kelompok atau organisasi ini dapat membantu individu mendapatkan

kebutuhan akan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, kebajikan serta dapat

memberikan arti bagi individu sehubungan dengan kiprahnya dalam kehidupan

sosial.

3) Situasi lingkungan pada umumnya; setiap individu terdorong untuk

berhubungan dengan rasa mampunya dalam melakukan interaksi secara efektif

dengan lingkungannya.

4) Sistem imbalan yang diterima; imbalan merupakan karakteristik atau kualitas

dari objek pemuas yang dibutuhkan oleh seseorang yang dapat mempengaruhi

motivasi atau dapat mengubah arah tingkah laku dari satu objek ke objek lain

yang mempunyai nilai imbalan yang lebih besar. Sistem pemberian imbalan

dapat mendorong individu untuk berperilaku dalam mencapai tujuan; perilaku

dipandang sebagai tujuan, sehingga ketika tujuan tercapai maka akan timbul

imbalan.

Didalam memandang sebuah masalah yang muncul pada staf keperawatan

seperti kurangnya semangat, tidak disiplin, Herzberg dikutip dari Suyanto (2008)
membedakan kebutuhan yang mendorong orang bertingkah laku menjadi dua

kelompok, yaitu :

a. Faktor ekstrinsik, yaitu : jabatan, status gaji, kondisi lingkungan kerja, kebijakan,

peraturan ruang perawatan dan rumah sakit, reward, kualitas hubungan

interpersonal, hubungan dalam kelompok, hubungan bawahan dan atasan, jaminan

keamanan dalam bekerja dan dukungan atasan.

b. Faktor instrinsik adalah seperangkat kondisi kerja yang membantu membangun

suatu motivasi. Faktor-faktor tersebut adalah ; pengetahuan, prestasi, peningkatan

status pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab dan pengembangan pribadi. Herzberg

mengungkapkan bahwa masalah motivasi sangat berkaitan dengan pekerjaan.

Beliau mengatakan cara untuk mempertinggi motivasi adalah mengubah design

tugas agar timbul kegairahan kerja. Dengan mengubah desain tugas maka akan

terjadi pengkayaan tugas (Job Enrichment). Dengan demikian untuk meningkatkan

motivasi kerja staf perawatan perlu direncanakan adanya promosi jabatan,

memberikan kesempatan melanjutkan pendidikan dan pelatihan dalam bidang

keperawatan. Selain itu dalam menetapkan peraturan dan kebijakan para perawat

perlu diikut sertakan atau diminta masukkannya juga perlu dibina hubungan kerja

antar sesama perawat dan dengan tim kesehatan lainnya.

2.2.4 Cara Memotivasi

Ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk memotivasi seseorang menurut

Sunaryo (2004), yaitu :

a. Memotivasi dengan kekerasan (motivating by force), yaitu cara memotivasi dengan

menggunakan ancaman hukuman atau kekerasan agar yang dimotivasi dapat

melakukan apa yang harus dilakukan.


b. Memotivasi dengan bujukan (motivating by enticement), yaitu cara memotivasi

dengan bujukan atau member hadiah agar melakukan sesuatu sesuai harapan yang

memberikan motivasi.

c. Memotivasi dengan identifikasi (motivating by indentification or ego-

involvement), yaitu cara memotivasi dengan menanamkan kesadaran sehingga

individu berbuat sesuatu karena adanya keinginan yang timbul dari dalam dirinya

sendiri dalam mencapai tujuan.

Suyanto (2008) mengatakan tentang teknik memotivasi bawahan antara lain

menggunakan beberapa pendekatan sebagai berikut :

a. Bersikap baik (the be good approach) dengan cara menciptakan kondisi kerja yang

baik seperti tunjangan, gaji dan bonus yang tinggi.

b. Perundingan implicit (implicit bargaining) melalui perundingan antara bawahan

dan atasan terhadap hasil kerja yang dicapai sesuai dengan imbalan yang akan

diberikan.

c. Kompetisi (competition) diberikan kesempatan pada seseorang untuk melakukan

pekerjaannya sebaik mungkin sesuai dengan kemampuannya.

d. Internalisasi (internalized motivation), yaitu pertimbangan terhadap keterampilan,

kebebasan, perhatian dan percaya diri yang dimiliki.

Selain itu, Swansburg dan Swansburg (1999), dikutip dari Suyanto (2008)

mengungkapkan tentang solusi dan teknik memotivasi yang dapat digunakan oleh

manajer keperawatan adalah :

a. Harga diri (self esteem), yaitu pengakuan terhadap keberhasilan pekerjaan yang

telah dilakukan staf keperawatan sehingga meningkatkan harga diri dan

diharapkan dapat memotivasi.


b. Pengkayaan pekerjaan (job enrichment), yaitu pengembangan tugas staf

perawatan sehingga pekerjaan itu sendiri membuat staf termotivasi.

c. Perberdayaan (empowerment), melalui pendelegasian tanggung jawab dan

kewenangan sehingga timbul rasa percaya dan mempercayai serta saling

mendukung.

d. Promosi kesamping (lateral promotions), yaitu promosi karir dengan memberikan

kesempatan kepada setiap staf perawatan untuk maju dan mendapat tugas yang

lebih serta sesuai.

e. Pertumbuhan (growth) yaitu tumbuh dan berkembang guna meningkatkan

kemampuan dengan cara memberikan kesempatan kepada setiap staf perawatan

untuk meneruskan pendidikan dan mengikuti pelatihan.

f. Komunikasi (communication), bertujuan untuk memberikan motivasi dengan

berbagai informasi dan berkonsultasi

g. Penghargaan (reward), baik financial maupun non financial.

2.3 Tinjauan Variabel

2.3.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Rangkaian kegiatan proses keperawatan yang sangat penting dan tidak boleh

ditinggalkan adalah penulisan dokumentasi asuhan keperawatan sebagai pertanggung

jawaban perawat terhadap kinerja profesional yang dilaksanakan. Akan tetapi akhir-

akhir ini tanggung jawab perawat terhadap dokumentasi asuhan keperawatan sudah

berkurang. Hal ini disebabkan, tidak semua perawat yang ada di institusi pelayanan
memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk membuat dokumentasi keperawatan

sesuai standar yang ditetapkan, sehingga mereka tidak mau membuatnya

(Handayaningsih, 2009).

Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah memiliki kemampuan

pengetahuan (Rowland & Rowland (1997), dikutip dari Suarli & Bahtiar, 2010).

Setiap tahap proses keperawatan membutuhkan berbagai tingkat pengetahuan yang

berbeda. Aspek dasar pengetahuan dokumentasi proses keperawatan yang dimiliki

oleh perawat adalah pengetahuan tentang proses keperawatan dan pengetahuan dasar

tentang pengkajian (mis, bagaimana pengkajian manusia sebagai makhluk bio-psiko-

sosial dan spiritual, kebutuhan dan perkembangannya, perubahan sehat-sakit, sistem

keluarga dan budaya). Seorang perawat dituntut untuk berpikir kritis, mampu

mengidentifikasi pola kebutuhan manusia dan hubungannya, mampu mengatur dan

mengelompokkan data, dan dapat membuat kesimpulan serta membuat keputusan dan

pertimbangan. Kemudian pada saat melakukan implementasi, pengetahuan tentang

prosedur, bimbingan, teori berubah, dan hak-hak pasien, serta tingkat perkembangan

sejak dini perlu diketahui mengingat aspek pelaksanaan merupakan aplikasi dari

proses keperawatan (Hidayat.A.A, 2002).

Hasil penelitian Agung Pribadi diruang rawat inap RSUD Kelet Provinsi Jawa

Tengah pada tahun 2008, dari 31 perawat yang diteliti sebanyak 16 (51,6%) memiliki

pengetahuan baik tentang dokumentasian asuhan keperawatan dan sebanyak 15

(48,4%) perawat memiliki pengetahuan tidak baik tentang dokumentasi asuhan

keperawatan. Dari 16 perawat yang memiliki pengetahuan baik tentang dokumentasian

asuhan keperawatan, sebanyak 13 (81,2%) perawat melaksanakan dokumentasi asuhan

keperawatan dengan baik. Hasil uji chi-square menunjukkan χ² = 7,300 dengan p =

0,007 ( p ≤ 0,05 ), dapat disimpulkan ada hubungan faktor pengetahuan perawat


mengenai dokumentasi asuhan keperawatan dengan pelaksanaan dokumentasi asuhan

keperawatan diruang rawat inap RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah.

2.3.2 Reward dari Atasan

Penghargaan (reward) merupakan perangsang yang kuat agar karyawan dapat

bekerja lebih baik lagi. Penghargaan terhadap pekerjaan dalam hal ini tenaga perawat

adalah sebuah pengakuan terhadap hasil kerja dan prestasi dalam melaksanakan

asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien yang akan berdampak pada kinerja.

Penghargaan ini dapat berupa pemberian gelar sebagai perawat teladan dengan kriteria

penilaian khusus, kenaikan pangkat/golongan dan adanya promosi jabatan terhadap

perawat yang memiliki prestasi kerja yang tinggi (Lauga.dkk, 2009).

Seorang perawat yang baru bertugas disebuah ruang perawatan pada awalnya

akan memiliki motiviasi yang tinggi, tetapi lambat laun motivasi tersebut akan turun

manakala kontribusi yang diberikan tidak dihargai (Suyanto, 2008).

Hasil penelitian Lauga dkk, diruang rawat inap RSUD Kefamenanu Kabupaten

Timor Tengah Utara. Dari 38 orang sampel yang diteliti untuk melihat hubungan

faktor-faktor motivasi dengan kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan

keperawatan diruang rawat inap RSUD Kefamenanu, diperoleh hasil berdasarkan uji

statistic dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p value = 0,004 (p < 0,05),

bahwa ada hubungan yang signifikan antara penghargaan dengan motivasi kerja

perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan diruang rawat inap RSUD

Kefamenanu.

2.3.3 Dukungan Kepala Ruangan

Ditinjau dari fungsi manajemen, maka fungsi kepala ruangan adalah

merencanakan strategi pelaksanaan asuhan keperawatan yaitu dengan fokus terhadap

masalah keperawatan yang ditemukan. Mengendalikan pelaksanaan asuhan


keperawatan dengan menetapkan waktu pelaksanaan konfrensi. Memberikan

penguatan dan motivasi kepada anggotanya. Melakukan bimbingan dan bantuan

bersama anggotanya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan (Suyanto, 2008).

Dukungan kepala ruangan memiliki dampak yang sinergis terhadap motivasi

perawat pelaksana dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan Semua

manusia mempunyai kebutuhan yang dapat memotivasi mereka, pemimpin berfokus

pada kebutuhan dan keinginan pegawai secara individual dan menggunakan strategi

motivasional yang tepat untuk setiap untuk setiap orang dan situasi. Pemimpin juga

sebagai model peran, pendengar, pemberi dukungan dan pemberi semangat bagi

pegawai yang kurang termotivasi (Marquis, 2010).

Hasil penelitian Nelfiyanti di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

Medan Tahun 2010. Diperoleh hasil, ada hubungan antara dukungan kepala ruangan

terhadap motivasi perawat dalam kelengkapan pengisian dokumentasi asuhan

keperawatan, diperoleh hasil berdasarkan uji statistic dengan menggunakan uji chi-

square (p<0,05).
2.4 Kerangka Teoritis

Skema 2.1

Kerangka Teoritis

Winardi (2009) Suyanto (2008)

Faktor Internal : Faktor Instrinsik


a. Persepsi a. Pengetahuan
b. Harga diri
c. Prestasi
b. Prestasi
d. Harapan
c. Peningkatan status
e. Kebutuhan
pekerjaan
f. Kepuasan kerja
d. Tanggung jawab
Faktor Eksternal e. Pengembangan pribadi

a. Jenis dan sifat pekerjaan


b. Kelompok kerja Faktor Eksternal
c. Situasi lingkungan
d. Sistem imbalan yang a. Reward
diterima b. Dukungan atasan

c. Kondisi lingkungan
d. Kebijakan
e. Hubungan interpersonal

Keterangan :

: Diteliti
Nursalam & Efendi (2008)
: Tidak diteliti
Motivasi

Hidayat A.A (2007)

Pendokumentasian Asuhan Keperawatan


BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep

satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi, 2007).

Berdasarkan tujuan penelitian dan konsep teoritis yang telah dikemukakan, maka

kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Skema 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

Independen Dependen

Pengetahuan
Motivasi perawat
dalam pelaksanaan
Reward pendokumentasian
asuhan keperawatan

Dukungan kepala ruangan

3.2 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian. Dalam penelitian ini

hipotesis yang dibuat adalah hipotesis kerja (hipotesa alternative) yaitu :

3.1.1 Pengetahuan

a. Hipotesis nol (Ho) ; Tidak ada hubungan pengetahuan perawat dengan

motivasi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan

keperawatan diruang rawat inap RSUD Kota Langsa Tahun 2013.


b. Hipotesis alternative (Ha) ; Ada hubungan pengetahuan perawat dengan

motivasi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan

keperawatan diruang rawat inap RSUD Kota Langsa Tahun 2013.

3.1.2 Reward

a. Hipotesis nol (Ho); Tidak ada hubungan reward dengan motivasi perawat

dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan diruang rawat

inap RSUD Kota Langsa Tahun 2013.

b. Hipotesis alternative (Ha) ; Ada hubungan reward dengan motivasi perawat

dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan diruang rawat

inap RSUD Kota Langsa Tahun 2013.

3.1.3 Dukungan kepala ruangan

a. Hipotesis nol (Ho) ; Tidak ada hubungan dukungan kepala ruangan dengan

motivasi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan

keperawatan diruang rawat inap RSUD Kota Langsa Tahun 2013.

b. Hipotesis alternative (Ha) ; ada hubungan dukungan kepala ruangan

dengan motivasi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan

keperawatan diruang rawat inap RSUD Kota Langsa Tahun 2013.


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian survey analitik dengan jenis

pendekatan cross sectional yaitu untuk mempelajari faktor-faktor yang berhubungan

dengan motivasi perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan diruang rawat

inap RSUD Kota Langsa Tahun 2013.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan diruang rawat inap RSUD Kota Langsa dan waktu

penelitian akan direncanakan pada bulan Maret 2013.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana yang bertugas

diruang rawat inap RSUD Kota Langsa, yaitu berjumlah 219 perawat.

4.3.2 Sampel

Penentuan besarnya sampel yang akan diambil untuk subjek penelitian ini,

menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2010) yaitu :

N
n =
1 + N (d²)

Keterangan :

N : Besar Populasi

n : Besar Sampel

d : Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan 0,1


Maka jumlah sampel yang akan diteliti adalah :

N
n =
1 + N (d²)

219
n =
1 + 219 (0,1²)

219
n =
1 + 2,19

219
n =
3.19

n = 68 responden

Adapun teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik

proporsional sampling, dimana setiap sampel yang diambil dikelompokan berdasarkan

ruang rawat inap dengan menggunakan rumus :

Populasi Kecil
n= X Jumlah sampel
Populasi Besar

Berdasarkan rumus diatas, maka besarnya sampel yang akan diambil pada

masing-masing ruang rawat inap RSUD Kota Langsa dapat dilihat pada tabel 4.1

dibawah ini :
Tabel 4.1

Jumlah Sampel yang Diambil Berdasarkan Ruang Rawat Inap di RSUD Kota
Langsa Tahun 2013

No Ruang Rawat Populasi Perawat Pelaksana Jumlah Sampel


1 Kelas Utama.A 20 6
2 Kelas Utama. B 20 6
3 Kelas I.A 18 5
4 Kelas II.B 18 5
5 Ruang Perawatan Bedah A 21 7
6 Ruang Perawatan Bedah B 18 5
7 Kelas III Pria 24 8
8 Kelas III Wanita 22 7
9 ICCU 18 5
10 ICU 18 5
11 Ruang Perawatan Anak 22 7
JUMLAH 219 67

Selanjutnya sampel diambil secara acak, pada masing-masing ruang rawat inap sesuai

dengan jumalah proporsinya dengan cara semua nama populasi ditulis pada secarik

kertas, diletakkan dikotak dan diambil secarak acak sejumlah sampel yang telah

ditentukan.

4.4 Variabel Penelitian

Variabel adalah karaterisitk yang diamati yang mempunyai variasi nilai dan

merupakan operasional dari suatu konsep agar dapat diteliti (Setiadi, 2008). adapun

dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (variabel independen) dan variabel

tergantung (variabel dependen) adalah :

4.4.1 Variabel bebas (variabel independen)

Variabel bebas (variabel independen) yang diukur dalam penelitian ini untuk

mengetahui hubungan dengan variabel dependen adalah tingkat pengetahuan perawat,

reward dari atasan dan dukungan dari kepala ruangan.


4.4.2 Variabel tergantung (variabel dependen)

Variabel tergantung (variabel dependen) adalah variabel yang dipengaruhi oleh

variabel bebas, maka dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah

motivasi perawat dalam pelaksanan dokumentasi asuhan keperawatan.

4.5 Definisi Operasional

Tabel 4.2
Definisi Operasional

Variabel Dependen

Definisi Cara Alat Skala Hasil


No Variabel
Operasional Ukur Ukur Ukur Ukur

1 2 3 4 5 6 7

Ordina
1. Motivasi Kemauan/dorongan Wawancara kuisioner l - Tinggi
perawat dalam perawat pelaksana 76%-100%
Pelaksanaan untuk membuat - Cukup
pendokumen- dokumentasi 56%-75%
tasian asuhan asuhan keperawat- - Rendah
Keperawatan an. <56%
(Heri &
Namora,2010)

Variabel Independen

 2. Pengetahuan Pemahaman Wawancara Kuisioner Ordinal - Baik


Perawat pelaksana 76%-100%
Terhadap - Cukup
Pendokumentasian 56%-75%
asuhan keperawat- - Kurang
An <56%
(Heri &
Namora,2010)

1 2 3 4 5 6 7

Wawancar
 3. Reward Penghargaan a Kuisioner Ordinal - Ada
yang diberikan > 50%
pimpinan ter- - Tidak
hadap perawat ada
dalam pelaksana- < 50%
an pendokumen- (Nursalam,
tasian. 2004 ).

Wawancar
 4. Dukungan Bimbingan a Kuisioner Ordinal - Ada
Kepala yang diberikan > 50%
Ruangan kepala ruangan - Tidak
dalam pelaksana ada
an pendokumen < 50%
tasian asuhan (Nursalam,
Keperawatan 2004 ).
4.6 Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan motivasi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan

keperawatan menggunakan alat ukur kuisioner, yang peneliti kembangkan sendiri,

terdiri dari :

4.6.1. Kuisioner Motivasi

Kuisioner yang digunakan sebagai alat ukur motivasi perawat dalam pelaksanaan

dokumentasi asuhan keperawatan, disusun dalam bentuk pertanyaan terbuka (closed

ended), yang terdiri dari 10 pernyataan dalam bentuk Check list. Dimana responden

diminta untuk membubuhkan tanda check list (√) pada salah satu dari 3 kemungkinan

dari jawaban yang tersedia, yakni : Selalu, Kadang-kadang, dan Tidak pernah. Jika

responden memilih jawaban “Selalu” diberi nilai score 3, “Kadang-kadang” diberi

nilai score 2 dan “Tidak pernah” diberi nilai score 1. Nilai maksimal dari 10

pertanyaan adalah 30 dan nilai minimalnya adalah 1. motivasi perawat dalam

pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan diinterprestasikan dari hasil jawaban,

yaitu :

a. Tinggi : Responden bisa menjawab pertanyaan dengan benar 76%-100%,

yakni mampu menjawab 8-10 pertanyaan yang benar.

b. Cukup : Responden bisa menjawab pertanyaan dengan benar 56%-75%,

yakni mampu menjawab 5-7 pertanyaan yang benar.

c. Rendah : Responden bisa menjawab pertanyaan dengan benar <56%, yakni

mampu menjawab < 5 pertanyaan yang benar.

4.6.2 Kuisioner Pengetahuan

Kuisioner yang digunakan sebagai alat ukur disusun dalam bentuk pertanyaan

tertutup (closed ended), yang terdiri dari 10 pertanyaan dalam bentuk multiple choise.
Dimana responden dimintai untuk memilih salah satu jawaban yang telah disediakan

disetiap masing-masing pertanyaan. Jika responden memilih jawaban “Benar” diberi

nilai score 2, “Salah”, diberi nilai score 1. Nilai maksimal dari 10 pertanyaan adalah

20 dan nilai minimalnya adalah 1. Tingkat pengetahuan responden dari hasil jawaban

yang diperoleh diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif (Heri &

Namora, 2010), yaitu :

a. Baik : Responden bisa menjawab pertanyaan dengan benar 76%-100%,

yakni mampu menjawab 8-10 pertanyaan yang benar.

b. Cukup : Responden bisa menjawab pertanyaan dengan benar 56%-75%,

yakni mampu menjawab 5-7 pertanyaan yang benar.

c. Kurang : Responden bisa menjawab pertanyaan dengan benar <56%, yakni

mampu menjawab < 5 pertanyaan yang benar.

4.6.3 Kuisioner Reward

Kuisioner yang digunakan sebagai alat ukur reward untuk motivasi perawat

dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan, disusun dalam bentuk

pertanyaan terbuka (closed ended), yang terdiri dari 10 pernyataan dalam bentuk

Check list. Dimana responden diminta untuk membubuhkan tanda check list (√) pada

salah satu dari 3 kemungkinan dari jawaban yang tersedia, yakni : Selalu, Kadang-

kadang, dan Tidak pernah. Jika responden memilih jawaban “Selalu” diberi nilai score

3, “Kadang-kadang” diberi nilai score 2 dan “Tidak pernah” diberi nilai score 1. Nilai

maksimal dari 10 pertanyaan adalah 30 dan nilai minimalnya adalah 0. Reward dari

atasan untuk motivasi perawat dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan

diinterprestasikan dari hasil jawaban, yaitu :


a. Ada : Jika pernyataan responden > 50% ada mendapatkan reward dari

atasan, dengan nilai score > 15

b. Tidak ada : Jika pernyataan responden ≤ 50%, tidak ada mendapatkan

reward dari atasan, dengan nilai score ≤ 15

4.6.4 Kuisioner Dukungan Kepala Ruangan

Kuisioner yang digunakan sebagai alat ukur dukungan kepala ruangan untuk

motivasi perawat dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan, disusun dalam

bentuk pertanyaan terbuka (closed ended), yang terdiri dari 10 pernyataan dalam

bentuk Check list. Dimana responden diminta untuk membubuhkan tanda check list

(√) pada salah satu dari 3 kemungkinan dari jawaban yang tersedia, yakni : Selalu,

Kadang-kadang, dan Tidak pernah. Jika responden memilih jawaban “Selalu” diberi

nilai score 3, “Kadang-kadang” diberi nilai score 2 dan “Tidak pernah” diberi nilai

score 1. Nilai maksimal dari 10 pertanyaan adalah 30 dan nilai minimalnya adalah 1.

Dukungan kepala ruangan untuk motivasi perawat dalam pelaksanaan dokumentasi

asuhan keperawatan diinterprestasikan dari hasil jawaban, yaitu :

a. Ada : Jika pernyataan responden > 50% ada mendapatkan dukungan

kepala ruangan, dengan nilai score > 15

b. Tidak ada : Jika pernyataan responden ≤ 50%, tidak ada mendapatkan

dukungan kepala ruangan, dengan nilai score ≤ 15

Sebelum kuisioner dipakai sebagai alat pengumpulan data, terlebih dahulu

peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas kuisioner.

a. Uji Validitas

Uji validitas instrumen penelitian yang digunakan adalah validitas konstruktur

dengan mengetahui nilai total setiap item pada analisis reliabilitas yang tercamtum

pada nilai correlation corrected item. Suatu pertanyaan dikatakan valid atau
bermakna sebagai alat pengumpulan data bila korelasi hasil hitung (r-hitung) lebih

besar dari angka kritik nilai korelasi (r-tabel), pada taraf signifikasi 95%

(Arikunto, 2006).

Nilai r-tabel dalam penelitian ini untuk sampel pengujian 15 responden,

menggunakan df = n-2 pada tingkat kemaknaan 5%, adalah sebesar 0,514, maka

ketentuan dikatakan valid, jika nilai r-hitung variabel ≥ 0,514 dikatakan valid, dan

nilai r-hitung variabel < 0,514 dikatakan tidak valid dengan menggunakan rumus

pearson product moment :

N ∑ XY −( ∑ X ) ( ∑ Y )
r=
√ { N ∑ X −( ∑ X ) } {N ∑ Y −(∑ Y )²
2 2 2

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukuran

dapat dipercaya dan diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauhmana hasil

pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih

terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama

(Notoatmodjo.S, 2010)

Teknik yang dipakai untuk menguji kuisioner penelitian, adalah teknik Alpha

Cronbach yaitu dengan menguji coba instrumen kepada sekelompok responden

pada satu kali pengukuran, juga pada taraf 95% (Arikunto, 2006). Nilai r-tabel

dalam penelitian ini untuk sampel pengujian 15 responden menggunakan df=n-2

pada tingkat kemaknaan 5% adalah sebesar 0,514, maka ketentuan dikatakan

reliabel jika nilai r-hitung variabel ≥ 0,514 dikatakan reliabel, dan nilai r-hitung
variabel < 0,514 dikatakan tidak reliabel, dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

r=
[ K
K −1][
1−
∑ σb ²
σ ²t ]

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat pengambilan data

dari Institusi pendidikan yaitu Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Cut Nyak

Dhien Langsa dan surat izin dari lokasi penelitian yaitu RSUD Kota Langsa. Pada saat

pengumpulan data peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur pelaksanaan

penelitian kepada calon responden. Responden yang bersedia berpartisipasi diminta

untuk menandatangani informed consent. Kemudian diberi lembaran kuisioner dan

diberikan kesempatan untuk bertanya apabila ada pertanyaan yang tidak dipahami.

Selesai responden mengisi kuisioner, peneliti mengambil kuisioner yang telah diisi

responden, kemudian memeriksa kelengkapan data. Jika ada data yang kurang, dapat

langsung di lengkapi dan selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisa.

4.8 Analisa Data

Sebelum data dianalisa, terlebih dahulu peneliti melakukan pengolahan data

berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Adapun tahap pengolahan data yang

peneliti lakukan dimulai dari tahap :

a. Editing, peneliti memeriksa hasil jawaban responden yang telah terkumpul

menurut daftar pertanyaan berdasarkan instrumen penelitian (kuisioner) yang

mencakup ; kelengkapan jawaban responden apakah tiap-tiap pertanyaan sudah

terisi, dan apakah tulisan hasil jawaban dapat dibaca.


b. Coding, agar mempermudah pengolahan data, peneliti memberikan kode pada

masing-masing katagori jawaban berdasarkan variabel yang diteliti.

c. Sorting, data hasil jawaban responden selanjutnya dipilih untuk dikelompokkan

berdasarkan katagori hasil ukur yang telah ditentukan.

d. Entry data, jawaban-jawaban yang sudah diberi kode selanjutnya dioleh dengan

menggunakan teknik komputerisasi program SPSS for windows versi 15.0

e. Cleaning, disini peneliti melakukan pengecekan kembali data yang telah

dimasukkan ke program computer untuk melihat kemungkinan-kemungkinan ada

kesalahn kode dan ketidaklengkapan data

f. Tabulating, setelah data diproses selanjutnya disusun berdasarkan tabel analisa

univariat dan bivariat.

1) Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karateristik setiap variabel penelitian. dengan menggunakan rumus yang

dikemukan oleh Ellya (2010) :

F
P = x 100 %
N

Keterangan :

P : Persentase

F : Frekuensi
N : Jumlah Populasi

2) Analisa Bivariat

Analisa bivariat yaitu melihat hubungan atau pengaruh antara variabel

independen dan dependen dengan pemakaian uji kai kuadrat (χ²) yang

dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi

dengan derajat kepercayaan (α 0,05) (Arikunto, 2006).

( f o−f h )
χ =∑
fh

Keterangan :

χ : Nilai uji signifikan perbedaan frekuensi yang diobservasi

fo : Frekuensi yang diperoleh berdasarkan data

fh : Frekuensi yang diharapkan

Bila χ² ≥ χ² tabel (menggunakan table χ² dengan α = 0,05) maka Ho ditolak

(bila P value <nilai α) artinya menunjukkan ada hubungan antara variabel

independen dengan dependen. Bila hasil uji diperoleh χ² < χ² tabel maka Ho

gagal ditolak (bila P value > nilai α), berarti tidak ada hubungan atara variabel

independen dengan variabel dependen dengan derajat kepercayaan 95%

(α=0,05).

Keterbatasan Kai Kuadrat

a) Tidak boleh adanya sel yang mempunyai nilai harapan (nilai E) kurang dari

1.

b) Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan (nilai E) kurang dari 5,

lebih dari 20% dari jumlah sel

Jika keterbatasan tersebut terjadi pada saat uji kai kuadrat, peneliti harus

menggabungkan katagori-katagori yang berdekatan dalam rangka


memperbesar frekuensi harapan sel-sel tersebut (penggabungan ini dapat

dilakukan untuk analisa tabel silang lebih dari 2x2, misalnya 3x2, 2x4 dsb).

Penggabungan ini tentunya tidak sampai kehilangan makna.

Jika keterbatasan itu terjadi pada tabel 2x2 (ini berarti tidak bias

menggabungkan katagori-katagorinya lagi), maka dianjurkan menggunakan uji

fisher’s excat.

4.9 Etika Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan

permasalahan etika, yaitu memberikan penjelaskan kepada calon responden

penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila

calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk

menandatangani informend consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia,

maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama

proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko

bagi individu yang menjadi responden, baik resiko fisik maupun psikologis.

Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara menulis nama

responden (inisial) pada instrumen dan hanya menuliskan nomor kode yang

digunakan untuk menjaga kerahasiaan semua informasi yang diberikan dan

peneliti akan memusnahkan instrumen penelitian setelah proses analisa data

selesai. Data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk

kepentingan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka


Cipta.
Herri Zan Pieter & Namora Lumongga Lubis (2010), Pengantar Psikologi Dalam
Keperawatan, Ed.1.Cet.1. Jakarta : Kencana.
Hidayat. A,A (2007). Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan, Cet.1 – Jakarta :
EGC.

Asmadi (2008), Konsep Dasar Keperawatan, Cet.1- Jakarta : EGC.

Ellya, 2010, Buku Saku Metode Penelitian. Cetakan.1. Jakarta: Trans Info Media.

Handayaningsih (2009), Dokumentasi Keperawatan “DAR”, Jogjakarta : Nuhalitera.


Herri & Namora (2010), Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan, Ed.1.Cet.1.
Jakarta : Kencana.
Hidayat.A.A, (2002). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Ed.1 – Jakarta : Salemba
Medika.

Notoatmodjo.S (2007), Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Cet.1 – Jakarta :


Rineka Cipta.
Notoatmodjo.S 2010, Metodelogi Penelitian Kesehatan, ed.Revisi, Jakarta : Rineka
Cipta.
Nursalam (2007), Proses & Dokumentasi Keperawatan ; Konsep dan Praktik, Ed.1 –
Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam (2004), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta; Salamba Medika.

Nursalam & Efendi (2008), Pendidikan dalam Keperawatan, Jakarta : salemba


Medika.

Marquis (2010), Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan : Teori & Aplikasi –


Ed.4- Jakarta : EGC.

Sunaryo (2004), Psikologi untuk Keperawatan, Jakarta : EGC.

Suyanto (2008), Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah


Sakit, Yogyakarta : Mitra Cendikia Press.

BIMBINGAN PROPOSAL SKRIPSI

Nama : NURUL HAYATI

NIM : 1101020

Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Motivasi Perawat Dalam


Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Diruang
Rawat Inap RSUD Kota Langsa Tahun 2013.

Pembimbing I : NS.MUHAMMAD YAHYA, S.KEP,MARS

Bbg Hari/Tanggal Materi Bimbingan Tanda Tangan


ke : Pembimbing

1. 1-12-2012 Acc judul, lanjutkan penyusunan


proposal skripsi
2. 19-12-2012 Latar belakang masalah diperkuat
konsep penelitian

3. 7-1-2013 Acc.bab I, lanjutkan penyusunan bab II

4. 11-1-2013 Tambahkan kerangka konsep tiori di


bab II, lanjutkan penyusunan bab III

5. 23-1-2013 Acc bab II, buat variabel menurut


konsep teori.

6. 5-2-2013 Acc. bab III, lanjutkan penyusunan


bab IV dan kuisioner

7. 20-2-2013 Perbaiki bab IV, tentang penarikan


sampel penelitian

8. 2-3-2013 Acc proposal skripsi untuk disidangkan

BIMBINGAN PROPOSAL SKRIPSI

Nama : NURUL HAYATI

NIM : 1101020

Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Motivasi Perawat Dalam


Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Diruang
Rawat Inap RSUD Kota Langsa Tahun 2013.

Pembimbing II : Dr. SYAFRIRUDDIN,MM

Bbg Hari/Tanggal Materi Bimbingan Tanda Tangan


ke : Pembimbing

1. 8-1-2013 Perbaiki Bab I


2. 19-1-2013 - Penelaahan kasus
- Perbaiki kerangka penelitian

3. 27-1-2013 - Perbaiki konsep motivasi


- Lanjutkan penyusunan Bab III & IV

4. 30-1-2013 Acc bab III & IV

5. 2-3-2013 Acc, untuk di seminarkan

DAFTAR PUSTAKA

Herri Zan Pieter & Namora Lumongga Lubis (2010), Pengantar Psikologi Dalam
Keperawatan, Ed.1.Cet.1. Jakarta : Kencana. Hal : 27
Hidayat. A, (2002). Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan, Cet.1 – Jakarta :
EGC. Hal 1

Asmadi (2008), Konsep Dasar Keperawatan, Cet.1- Jakarta : EGC. Hal 9, 180

Handayaningsih (2009), Dokumentasi Keperawatan “DAR”, Jogjakarta : Nuhalitera.


Hal 18-20
Hidayat.A.A, 2002). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Ed.1 – Jakarta : Salemba
Medika. Hal 30-31
Nursalam (2001), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta; Salamba Medika. Hal 125-134
LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama Nurul Hayati, mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan

STIKes Cut Nyak Dhien Langsa. Saat ini sedang melakukan penelitian di Rumah

Sakit Umum Kota Langsa tentang : “Faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi

perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan diruang rawat inap

RSUD Kota Langsa Tahun 2013”. Penelitian ini saya lakukan untuk memenuhi salah

satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan sarja ilmu keperawatan di STIKes Cut

Nyak Dhien Langsa. Untuk ini saya mohon kepada Bapak/Ibu untuk bersedia menjadi

responden dalam penelitian ini. Partisipasi Bapak/Ibu menjadi responden dalam

penelitian ini bersifat sukarela, sehingga saudara bebas untuk mengundurkan diri atau

menolak untuk menjadi responden tanpa ada sanksi apapun. Identitas Bapak/Ibu dari
semua informasi yang saudara berikan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya

digunakan untuk keperluaan penelitian ini. Bila Bapak/Ibu bersedia dengan ikhlas

menjadi responden dapat menandatangani lembaran persetujuan menjadi responden

ini. Atas partisipasi Bapak/Ibu peneliti mengucapkan terima kasih yang setinggi-

tingginya.

Langsa,………………….2013

Responden

(……………………………..)

KUISIONER

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI PERAWAT


DALAM PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN
DIRUANG RAWAT INAP RSUD KOTA LANGSA
TAHUN 2013

No. Responden : …………………

Tanggal diisi : …………………

Inisial Responden : …………………

B. Motivasi

Petunjuk pengisian :
Berilah tanda checklist (√) pada salah satu pilihan jawaban ; Selalu (SL), Kadang-
Kadang (KK), dan Tidak Pernah (TP), sesuai dengan Bapak/Ibu lakukan.
N PERNYATAAN SL KK TP
O
1. Setiap pasien baru masuk dilakukan pengkajian untuk
mengumpulkan data dasar yang berhubungan dengan
penyakit yang dialaminya.
2. Membuat diagnosa keperawatan berdasarkan data yang
diperoleh dari hasil pengkajian.
3. Menyusun diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas
masalah yang segera ditangani.
4. Membuat intervensi keperawatan berdasarkan masalah
yang dialami pasien, baik secara mandiri dan kolaborasi.
5. Menetapkan kriteria hasil dan tujuan dari intervensi
keperawatan yang disusun.
6. Mengimplementasikan asuhan keperawatan berdasarkan
berdasarkan intervensi yang telah direncanakan.
7. Mencatat tanggal dan jam setiap kali melakukan
Implementasi keperawatan.
8. Menandatangi/memaraf setiap selesai memberikan
imolementasi keperawatan pada pasien.
9. Mengevaluasi hasil implementasi keperawatan
berdasarkan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
10. Melakukan implementasi keperawatan terhadap masalah
yang belum teratasi berdasarkan hasil evaluasi.

C. Pengetahuan

Petunjuk pengisian :
Pilihlah salah satu jawaban a, b, dan c dengan memberikan tanda silang (X) yang
menurut Bapak/Ibu anggap benar.

1. Tujuan utama dari pendokumentasi asuhan keperawatan, adalah ?


a Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap aspek hukum.
b Sebagai sumber informasi untuk pasien dan keluarga pasien
c. Sebagai catatan penting untuk mengevaluasi tingkat ketergantungan pasien.

2. Manfaat dan pentingnya dokumentasi asuhan keperawatan adalah ?


a. Dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran.
b. Sebagai media komunikasi antara perawat dan keluarga pasien.
c. Sebagai bahan kenaikan pangkat perawat.
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan pendokumentasian adalah ?
a. Dalam menulis pendokumentasian harus singkat dan kalimat yang
digunakan mudah dipahami.
b. Saat membuat dokumentasi asuhan keperawatan, tulisan yang salah tidak
boleh dicoret, harus dihapus dengan tip-ex.
c. Semua tulisan yang dibuat harus dapat dibaca, ditulis dengan tinta dan
menggunakan bahasa yang lugas.

4. Pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan terdiri dari beberapa


tahap yaitu ?
a. Pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, dan intervensi
keperawatan
b. Pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan
dan implementasi keperawatan
c. Pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

5. Tahap awal dari pembuatan pendokumentasian asuhan keperawatan adalah ?


a. Pengkajian keperawatan
b. Diagnosa keperawatan
c. Intervensi dan implementasi keperawata.

6. Tujuan menegakkan diagnose keperawatan dalam pendokumentasian asuhan


keperawatan adalah ?
a. Mengidentifikasi masalah pasien berdasarkan respon klien terhadap status
kesehatan dan penyakit.
b. Menanggulangi masalah dengan cara mencegah, mengurangi dan
menghilangkan masalah.
c. Membantu klien mencapai tujuan keperawatan yang telah disusun.
7. Tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan, disebut
tahap ?
a. Tahap implementasi keperawatan
b. Tahap Evaluasi keperawatan
c. Tahap Intervensi keperawatan.

8. Tahap akhir dari pendokumentasian asuhan keperawatan disebut tahap ?


a. Tahap implementasi keperawatan
b. Tahap Evaluasi keperawatan
c. Tahap Intervensi keperawatan.

9. Apakah yang dimaksud dengan diagnosa keperawatan actual ?


a. Diagnosa keperawatan yang menjelaskan masalah kesehatan yang nyata
terjadi saat ini.
b. Diagnosa keperawatan yang menjelaskan masalah kesehatan yang
berpeluang besar akan terjadi.
c. Diagnose keperawatan yang menjelaskan tentang keadaan sejahtera, yakni
ketika klien memiliki potensi untuk lebih meningkatkan derajat
kesehatannya.

10. Ada beberapa model pendokumentasian yang dapat digunakan di dalam


sistem pelayanan kesehatan, antara lain adalah ?
a. Source-oriented record (catatan berorientasi pada sumber)
b. Progress-oriented record (catatan berorientasi pada
perkembangan/kemajuan).
c. Jawaban a dan b benar.

C. Reward
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda checklist (√) pada salah satu pilihan jawaban ; Selalu (SL), Kadang-
Kadang (KK), dan Tidak Pernah (TP), sesuai dengan Bapak/Ibu rasakan

N PERNYATAAN SL KK TP
O
1. Kepala ruangan memberikan pujian setiap kali melihat
Bapak/Ibu mendokumentasikan asuhan keperawatan.
2. Kepala ruangan mempromosikan Bapak/Ibu untuk
menjadi perawat teladan berdasarkan kinerja yang telah
di capai
3. Hasil pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawat-
an yang telah Bapak/Ibu buat dijadikan acuan untuk
kenaikan pangkat.
4. Hasil pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawat-
an dievaluasi untuk dijadikan tolak ukur kinerja yang
telah Bapak/Ibu lakukan.
5. Kepala keperawatan secara rutin melakukan pengawasan
terhadap pembuatan pendokumentasian asuhan
keperawatan.
6. Kepala keperawatan memberi sangsi bila Bapak/Ibu
tidak membuat pendokumentasian asuhan keperawatan.
7. Kepala keperawatan memberikan promosi jabatan atas
pelaksnaan kenerja Bapak/Ibu lakukan
8. Pihak Rumah Sakit memberikan bantuan biaya kepada
Bapak/Ibu yang ingin melanjutkan pendidikan.
9. Pihak rumah sakit secara berkala memilih perawat
teladan untuk diberikan penghargaan sesuai dengan
prestasi kerja yang dicapai.
10. Pihak rumah sakit memberikan rekomendasi dan bantuan
biaya untuk mengikuti pelatihan bagi perawat yang
berprestasi.

D. Dukungan Kepala Ruangan


Petunjuk pengisian :
Berilah tanda checklist (√) pada salah satu pilihan jawaban ; Selalu (SL), Kadang-
Kadang (KK), dan Tidak Pernah (TP), sesuai dengan Bapak/Ibu rasakan

N PERNYATAAN SL KK TP
O
1. Kepala ruangan mengingatkan Bapak/Ibu agar membuat
pendokumentasian setiap kali dinas.
2. Kepala ruangan membimbing Bapak/Ibu dalam
pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan
3. Kepala ruangan mengecek pembuatan pendokumentasian
asuhan keperawatan yang telah Bapak/Ibu buat.
4. Kepala ruangan membantu menyusun intervensi
keperawatan yang Bapak/Ibu akan lakukan untuk
menyelesaikan masalah pasien.
5. Kepala ruangan mengevaluasi implementasi keperawatan
yang telah Bapak/Ibu lakukan sesuai dengan criteria
hasil yang telah ditetapkan
6. Kepala ruangan menemani Bapak/Ibu dalam melakukan
pengkajian asuhan keperawatan.
7. Kepala ruangan memberikan pengarahan, bila ditemukan
hasil pendokumentasian yang salah setelah Bapak/Ibu
buat.
8. Kepala ruangan memarahi Bapak/Ibu bila tidak
mendokumentasikan tindakan keperawatan
9. Kepala ruangan menyiapkan segala kebutuhan yang
terkait dengan pendokumentasian asuhan keperawatan
10. Kepala ruangan membagi tugas untuk pembuatan
pendokumentasian asuhan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai