Anda di halaman 1dari 9

Stabilitas emulsi

Emulsi adalah suatu sediaan yang mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur, biasanya
minyak dan air yang stabilitasnya dapat dipertahankan dengan emulgator atau zat pengelmusi.
Emulsi yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak-dalam-air dan
biasanya diberi tanda sebagai emulsi M/A. Sebaliknya emulsi yang mempunyai fase dalam air dan
fase luar minyak disebut emulsi air-dalam-minyak dan diberi tanda sebagai emulsi A/M.

Emulsi adalah suatu sediaan yang mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur, biasanya
minyak dan air yang stabilitasnya dapat dipertahankan dengan emulgator atau zat pengelmusi.
Emulsi yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak-dalam-air dan
biasanya diberi tanda sebagai emulsi M/A. Sebaliknya emulsi yang mempunyai fase dalam air dan
fase luar minyak disebut emulsi air-dalam-minyak dan diberi tanda sebagai emulsi A/M.

Emulsi dapat didefinisikan sebagai suatu sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan
obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan emulgator atau surfaktan yang cocok.
(Depkes RI, 1979)

Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang
terdistribusi keseluruh pembawa yang tidak bercampur. (Ansel, 1989)

Dalam formula pembuatan pembuatan emulsi terdapat zat berkhasiat , terdapat juga dua zat yang
tidak bercampur yang mempunyai fase minyak dalam air atau air dalam minyak, biasanya yang
stabilitasnya dipertahankan dengan emulgator atau zat pengelmusi. Zat pengemulsi (emulgator)
adalah komponen yang ditambahkan untuk mereduksi bergabungnya tetesan dispersi dalam fase
kontinu sampai batas yang tidak nyata. Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara
menempati antar permukaan antar tetesan dalam fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik
disekeliling partikel yang akan berkoalesensi, juga mengurangi tegangan antarmuka antar fase,
sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama pencampuran. Penggunaan emulgator biasanya
diperlukan 5% 20% dari berat fase minyak. (Anief, 2004)

Dalam pemilihan emulgator harus memenuhi beberapa syarat yaitu :

a) Emulgator harus dapat campur dengan komponen-komponen lain dalan sediaan.

b) Emulgator tidak boleh mempengaruhi stabilitas dan efek terapeutik dari obat.

c) Emulgator harus stabil, tidak boleh terurai dan tidak toksik.

d) Mempunyai bau, warna, dan rasa yang lemah.

Emulgator dapat dibagi menjadi dua kelompok menurut asalnya, yaitu (Anonim, 1992) :

Emulgator Alam

a. Dari tumbuhan : Gom arab, Tragacant, Agar-agar, Chondrus, emulgator lain pektin,
metilselulose.

b. Dari hewan : Kuning telur, adeps lanae.

c. Dari tanah mineral : Magnesium aluminium silikat, Bentonit.

Emulgator sintetis
a. Anionik misalnya Trietanolamin, Natrium Lauril Sulfat.

b. Kationik misalnya Benzetonium Klorida, Setil Piridivium

c. Nonionik misalnya Span, Tween, Gliseril Monostearat.

Stabilitas emulsi

Stabilitas suatu emulsi adalah suatu sifat emulsi untuk mempertahankan distribusi halus dan teratur
dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang. (Voigt. R, 1995)

a) Faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas emulsi yaitu :

i. Pengaruh viskositas

Ukuran partikel yang didistribusi partikel menunjukkan peranannya dalam menentukan viskositas
emulsi. Umumnya emulsi dengan partikel yang makin halus menunjukkan viskositas yang makin
besar dibandingkan dengan emulsi dengan partikel yang lebih kasar. Jadi, emulsi dengan distribusi
partikel yang besar memperlihatkan viskositas yang kurang / kecil.

Untuk mendapatkan suatu emulsi yang stabil atau untuk menaikkan stabilitas suatu emulsi dapat
dengan cara menambahkan zat-zat yang dapat menaikkan viskositasnya dari fase luar. Bila viskositas
fase luar dipertinggi maka akan menghalangi pemisahan emulsi.

ii. Pemakaian alat khusus dalam mencampur emulsi

Dalam pencampuran emulsi dapat dilakukan dengan mortir secara manual dan dengan
menggunakan alat pengaduk yang menggunakan tenaga listrik seperti mikser.

Untuk membuat emulsi yang lebih stabil, umumnya proses pengadukannya dilakukan dengan
menggunakan alat listrik. Disamping itu penggunaan alat dapat mempercepat distribusi fase internal
kedalam fase kontinu dan peluang terbentuknya emulsi yang stabil lebih besar.

iii. Perbandingan optimum fase internal dengan fase kontinuitas

Suatu produk emulsi mempunyai nilai perbandingan fase dalam dan fase luar yang berbeda-beda.
Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan jenis bahan yang digunakan ataupun karena adanya
perbedaan perlakuan yang diberikan pada setiap bahan emulsi yang digunakan.

Umumnya emulsi yang stabil memiliki nilai range fase dalam antara 40% sampai 60% dari jumlah
seluruh bahan emulsi yang digunakan.

Ketidak Stabilan Emulsi

1. Creaming : emulsi terpisah menjadi 2 bagian, di mana salah satu mengandung fase dispersi lebih
banyak daripada lapisan lain. Sifatnya reversible, dengan penggojokan perlahan-lahan akan
terdispersi kembali.

2. Cracking / Breaking : pecahnya emulsi karena film yang melapisi partikel rusak dan butir minyak
menyatu kembali. Sifatnya irreversible, hal ini terjadi karena :

o Peristiwa kimia : penambahan alkohol, perubahan pH, penambahan CaO/CaCl2 exicatus.


o Peristiwa fisika : pemanasan, penyaringan, pendinginan, pengadukan.

3. Inversi : perubahan tipe emulsi A/M menjadi M/A atau sebaliknya.

Ngalam, W. 2012. Emulsi. http://wahidrock.blogspot.co.id/2012/12/emulsi.html?m=1.

Sebagaimana diketahui, alaminya minyak dan air tidak bisa menyatu. Keduanya akan cenderung
untuk memisah. Hal ini karena adanya adanya tegangan antar muka di antara keduanya. Tegangan
antar muka ini menyebabkan setiap permukaan air dan minyak membutuhkan energy. Semakin
banyak permukaan air yang bertemu atau berbatasan dengan permukaan minyak, maka semakin
banyak pula energy yang dibutuhkan untuk mempertahankan kondisi tersebut. Namun, dalam
emulsi, keduanya dipaksa untuk menyatu, artinya semakin banyak permukaan air yang dipaksa
untuk bertemu dengan permukaan minyak. Akibatnya, energy yang dibutuhkan pun semakin besar.
Karena tidak ada supply energy, maka ketika didiamkan kedua fase tersebut akan cenderung untuk
memisah agar antar muka yang saling bersinggungan semakin sedikit. Keadaan seperti inilah yang
disebut sebagai rusaknya suatu emulsi atau ketidakstabilan emulsi.

Mekanisme ketidakstabilan emulsi ini dapat terjadi melalui beberapa jalan, yaitu:

Coalescence: yaitu peristiwa 2 tetesan minyak (atau air) bersatu dan membentuk membentuk suatu
tetesan baru yang lebih besar tetapi memiliki luas permukaan yang jauh lebih kecil dibandingkan
dengan jika tetesan baru tersebut pecah menjadi tetesan tetesan kecil seperti semula. Jika
dibiarkan, hal ini akan terus berlangsung hingga semua tetesan minyak (atau air) menyatu dan
akhirnya membentuk lapisan sendiri yang terpisah dari emulsi.

Flocculation atau Flokulasi adalah suatu peristiwa berkumpulnya beberapa tetesan minyak tetapi
tidak membentuk tetesan minyak baru yang lebih besar seperti pada peristiwa coalescence hingga
mengakibatkan distribusinya dalam emulsi tidak merata (tidak homogeny lagi).

Peristiwa coalescence dan flocculation secara bersama sama akan menyebabkan peristiwa
creacking atau breaking. Peristiwa ini mungkin disebabkan oleh ketidaktepatan pemilihan emulgator
dalam formulasi, emulgator mengalami dekomposisi, atau temperature penyimpanan yang tidak
sesuai. Problem ini tidak cukup diatasi hanya dengan penggojigan ringan. Dengan kata lain, emulsi
yang mengalami hal ini telah rusak sama sekali.

Creaming yaitu peristiwa mengapungnya fase minyak. Hal ini terjadi jika fase minyak memiliki
densitas yang lebih kecil daripada fase air. Definisi lain menyebutkan bahwa creaming merupakan
peristiwa memisahnya emulsi menjadi 2 bagian dengan salah satu bagian mengandung lebih banyak
fase disperse daripada bagian yang lain. Hal ini mungkin disebabkan karena homogentias emulsi
ketika formulasi kurang tetapi masalh ini bisa diatasi dengan penggojogan ringan.
Phase Inversion atau pembalikan fase emulsi yang semula O/W menjadi W/O atau sebaliknya. Hal ini
mungkin disebabkan terlalu banyaknya fase disperse (mencapai lebih dari 74%). Masalah ini juga
tidak dapat diatasi hanya dengan penggojogan ringan.

Kurniasih, H. 2011. stabilitas emulsi. https://coretanfifi.wordpress.com/2011/01/01/stabilitas-


emulsi/

Komponen Emulsi

Komponen emulsi dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu :

1. Komponen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam emulsi, terdiri atas
:

a. Fase dispers/ fase internal/ fase diskontinu/ fase terdispersi/ fase dalam, yaitu zat cair yang
terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lain.

b. Fase eksternal/ fase kontinu/ fase pendispersi/ fase luar, yaitu zat cair dalam emulsi yang
berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) emulsi tersebut.

c. Emulgator, adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.

2. Komponen tambahan, adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan ke dalam emulsi untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya Corrigen Saporis, Odoris, Colouris, Pengawet, dan anti
oksidan.

Amriz, A. 2014. Sediaan emulsi. https://auliaamriz.wordpress.com/2014/04/11/sediaan-emulsi/

Bahan Pengemulsi ( Emulgator )

Emulgator alam

Yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit, dapat digolongkan menjadi tiga
golongan yaitu :

Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan

Pada umumnya termasuk karbohidrat dan merupakan emulgator tipe M/A , sangat peka terhadap
elektrolit dan alkohol kadar tinggi, juga dapat dirusak bakteri. Oleh karena itu pada pembuatan
emulsi dengan emulgator ini harus selalu ditambah bahan pengawet.

1) Gom arab

Sangat baik untuk emulgator M/A dan untuk obat minum. Emulsi yang terbentuk sangat stabil dan
tidak terlalu kental. Kestabilan emulsi yang dibuat dengan gom arab berdasarkan 2 faktor, yaitu :
a) Kerja gom sebagai koloid pelindung (teori plastis film).

b) Terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan cukup kecil sedangkan
massa mudah dituang (tiksotropi).

Bila tidak dikatakan lain maka emulsi dengan gom arab menggunakan gom arab sebanyak dari
jumlah minyaknya.

Untuk membuat corpus emulsi diperlukan air 1,5 kali berat gom, diaduk keras dan cepat sampai
putih, lalu diencerkan dengan air sisanya. Selain itu dapat disebutkan :

(1) Lemak-lemak padat : PGA sama banyak dengan lemak padat.

Cara pembuatan :

Lemak padat dilebur lalu ditambahkan gom, buat corpus emulsi dengan air panas 1,5 kali berat gom.
Didinginkan dan encerkan emulsi dengan air dingin. Contoh : cera, oleum cacao, parafin solid.

(2) Minyak atsiri : PGA sama banyak dengan minyak atsiri.

(3) Minyak lemak : PGA kali berat minyak, kecuali oleum ricini karena memilki gugus OH yang
bersifat hidrofil sehingga untuk membuat emulsi cukup dibutuhkan 1/3 nya saja. Contoh : oleum
amygdalarum.

(4) Minyak lemak + minyak atsiri + zat padat larut dalam minyak lemak

Kedua minyak dicampur dahulu, zat padat dilarutkan dalam minyaknya tambahkan gom.

(5) Bahan obat cair Bj tinggi, contohnya chloroform, bromofrom : ditambahkan minyak lemak 10
kali beratnya, maka BJ campuran mendekati satu gom sebanyak kali bahan obat cair.

(6) Balsam-balsam : gam sama banyak dengan balsam.


(7) Oleum lecoris aseli : menurut fornas dipakai gom 30% dari berat minyak.

2) Tragacanth

Dispersi tragacanth dalam air sangat kental sehingga untuk memperoleh emulsi dengan viskositas
yang baik hanya diperlukan tragacanth sebanyak 1/10 kali gom arab. Emulgator ini hanya bekerja
optimum pada pH 4,5-6.

Tragacanth dibuat corpus emulsi dengan menambahkan sekaligus air 20 kali berat tragacanth.
Tragacanth hanya berfungsi sebagai pengental, tidak dapat membentuk koloid pelindung.

3) Agar-agar

Emulgator ini kurang efektif apabila dipakai sendirian. Pada umumnya zat ini ditambahkan untuk
menambah viskositas dari emulsi dengan gom arab. Sebelum dipakai agar-agar tersebut dilarutkan
dengan air mendidih, kemudian didinginkan pelan-pelan sampai suhu tidak kurang dari 450C (bila
suhunya didinginkan pelan-pelan sampai suhu tidak kurang dari 450C larutan agar-agar akan
terbentuk gel). Biasanya digunakan 1-2 %.

4) Chondrus

Sangat baik dipakai untuk emulsi minyak ikan karena dapat menutupi rasa dari minyak ikan tersebut.
Cara mempersiapkannya dilakukan seperti pada agar-agar.

5) Emulgator lain

Pektin, metil selulosa (karbosimetil selulosa) 1-2 %.

Emulgator alam dari hewan

1) Kuning telur mengandung lecitin ( golongan protein / asam amino ) dan kolesterol yang
kesemuanya dapat berfungsi sebagai emulgator. Lecitin merupakan emulgator tipe M/A. Tetapi
kemampuan lecitin lebih besar dari kolesterol sehingga secara total kuning telur merupakan
emulgator tipe M/A. Zat ini mampu mengemulsikan minyak lemak empat kali beratnya dan minyak
menguap dua kali beratnya.
2) Adeps lanae

Zat ini banyak mengandung kolesterol, merupakan emulgator tipe M/A dan banyak dipergunakan
untuk pemakaian luar. Penambahan emulgator ini akan menambah kemampuan minyak untuk
menyerap air. Dalam keadaan kering dapat menyerap air 2 kali beratnya.

Contoh resep emulsi dengan adeps lanae :

R/ adepa lanae 100

Ol. Olivarum 400 ml

Zinc. Oxyd 100

Talc 100

Sol. Pb. Acet 28 ml

Aq. Calcis ad 1000 ml

Emulgator alam dari tanah mineral

1) Magnesium Aluminium Silikat / veegum

Merupakan senyawa anorganik yang terdiri dari garam-garam magnesium dan aluminium. Dengan
emulgator ini, emulsi yang terbentuk adalah emulsi tipe M/A sedangkan pemakaian yang lazim
adalah sebanyak 1%. Emulsi ini khusus untuk pemakaian luar.

2) Bentonit

Tanah liat yang terdiri dari senyawa aluminium silikat yang dapat mengabsorbsikan sejumlah besar
air sehingga membentuk massa seperti gel . untuk tujuan sebagai emulgator dipakai sebanyak 5 %.

Emulgator buatan
Sabun

Sangat banyak dipakai untuk tujuan luar, sangat peka terhadap elektrolit. Dapat dipergunakan
sebagai emulgator tipe M/A maupun A/M, tergantung dari valensinya. Bila sabun tersebut bervalensi
1, misalnya sabun kalium, merupakan emulgator tipe M/A, sedangkan sabun dengan valensi 2, misal
sabun kalsium, merupakan emulgator tipe A/M.

Tween 20 : 40 : 60 : 80

Span 20 : 40 : 80

Emulgator golongan surfaktan dapat dikelopokkan menjadi :

Anionik : sabun alkali, natrium lauryl sulfat

Kationik : senyawa ammonium kuartener

Non ionik : tween dan span

Amfoter : protein, lesitin.

Ayyna. 2013. Suspensi dan emulsi. R/ adepa lanae 100

Ol. Olivarum 400 ml

Zinc. Oxyd 100

Talc 100

Sol. Pb. Acet 28 ml

Aq. Calcis ad 1000 ml

Emulgator alam dari tanah mineral

1) Magnesium Aluminium Silikat / veegum

Merupakan senyawa anorganik yang terdiri dari garam-garam magnesium dan aluminium. Dengan
emulgator ini, emulsi yang terbentuk adalah emulsi tipe M/A sedangkan pemakaian yang lazim
adalah sebanyak 1%. Emulsi ini khusus untuk pemakaian luar.
Ayyna. 2013. Suspensi dan emulsi. https://ainyyayyna.wordpress.com/2013/06/27/susensi-dan-
emulsi/.

Anda mungkin juga menyukai