Anda di halaman 1dari 12

KEPERAWATAN MATERNITAS II

KEHAMILAN EKTOPIK

Oleh kelompok 14:

1. Nedalia Anggraini
2. Rany Ika Fardila
3. Ridho Mahendra

Dosen Pembimbing: Ns. Ratna Indah Sari Dewi, M. Kep.

PROGAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SYEDZA SAINTIKA PADANG
2018/2019

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatNya kelompok dapat menyelesaikan tugas Keperawatan
Maternitas II tentang “Kehamilan Ektopik” dalam bentuk makalah.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Ns. Ratna Indah Sari Dewi, M.
Kep. selaku dosen pembimbing karena adanya tugas ini dapat menambah
wawasan penulis.

Dalam Penulisan makalah ini kelompok merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki kelompok. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini agar dapat
bermanfaat bagi semua pihak di masa yang akan datang.

Padang, Maret 2019

Kelompok 14
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Tujuan...........................................................................................................2

C. Manfaat.........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3

A. Definisi..........................................................................................................3

B. Klasifikasi.....................................................................................................3

C. Epidemiologi.................................................................................................4

D. Etiologi..........................................................................................................5

E. Faktor risiko..................................................................................................5

F. Patofisiologi..................................................................................................7

G. Manifestasi Klinis.........................................................................................8

H. Penatalaksanaan............................................................................................8

BAB III PENUTUP...............................................................................................10

A. Kesimpulan.................................................................................................10

B. Saran............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya bagi seorang
wanita yang dapat menyebabkan kondisi yang gawat bagi wanita tersebut.
Keadaan gawat ini dapat menyebabkan suatu kehamilan ektopik terganggu.
Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang sering dihadapi oleh
setiap dokter, dengan gambaran klinik yang sangat beragam. Hal yang perlu
diingat adalah bahwa pada setiap wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan
atau keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah dapat
mengalami kehamilan ektopik terganggu.
Berbagai macam kesulitan dalam proses kehamilan dapat dialami para wanita
yang telah menikah. Namun, dengan proses pengobatan yang dilakukan oleh
dokter saat ini bisa meminimalisir berbagai macam penyakit tersebut. Kehamilan
ektopik diartikan sebagai kehamilan di luar rongga rahim atau kehamilan di dalam
rahim yang bukan pada tempat seharusnya, juga dimasukkan dalam kriteria
kehamilan ektopik, misalnya kehamilan yang terjadi pada cornu uteri. Jika
dibiarkan, kehamilan ektopik dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat
berakhir dengan kematian sehingga ini akan berlanjut pada kehamilan ektopik
terganggu.
Istilah kehamilan ektopik terganggu lebih tepat daripada istilah ekstrauterin
yang sekarang masih banyak dipakai. Diantara kehamilan-kehamilan ektopik
terganggu, yang terbanyak terjadi di daerah tuba, khususnya di ampulla dan
isthmus yang menimbulkan rupture pada tuba. Pada kasus yang jarang, kehamilan
ektopik disebabkan oleh terjadinya perpindahan sel telur dari indung telur sisi
yang satu, masuk ke saluran telur sisi seberangnya.

iii
B. Tujuan
1. Mengetahui definisi kehamilan ektopik.
2. Mengetahui klasifikasi kehamilan ektopik.
3. Mengetahui epidemiologi kehamilan ektopik.
4. Mengetahui etiologi kehamilan ektopik.
5. Mengetahui faktor risiko kehamilan ektopik.
6. Mengetahui patofisiologi kehamilan ektopik.
7. Mengetahui manifestasi klinis kehamilan ektopik.
8. Mengetahui penanganan kehamilan ektopik.

C. Manfaat
1. Bagi masyarakat
Masyarakat dapat lebih mengetahui penyebab serta faktor risiko yang
menyebabkan kehamilan ektopik.
2. Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar kehamilan ektopik serta dapat
mengetahui cara-cara penanganan kehamilan ektopik.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Kehamilan ektopik adalah kondisi ketika pembuahan sel telur terjadi di luar
rahim (biasanya terjadi di salah satu tuba falopi).
Kehamilan berawal dari sel telur yang telah dibuahi oleh sel sperma. Dalam
proses normal, sel telur yang telah dibuahi ini akan menetap di tuba falopi selama
kurang lebih tiga hari, sebelum dilepaskan ke dalam rahim. Di dalam rahim, sel
telur ini akan terus berkembang hingga masa persalinan tiba. Namun ada
kemungkinan sel telur yang telah dibuahi menempel pada organ selain rahim dan
inilah yang disebut kehamilan ektopik.

iv
Tuba falopi merupakan organ yang paling sering ditempeli sel telur tersebut.
Sementara organ lain yang mungkin menjadi lokasi berkembangnya kehamilan
ektopik meliputi rongga perut, ovarium, serta leher rahim atau serviks.

B. Klasifikasi
Sebagian besar kehamilan ektopik terjadi pada tuba. Tempat implantasi yang
paling sering adalah ampula, kemudian isthmus, fimbriae, kornu,
serta uterus intersisialis. Sedangkan kehamilan ektopik non-tuba sangat jarang
terjadi, tetapi dapat terjadi pada abdomen, ovarium, atau servik.
Beberapa klasifikasi kehamilan ektopik adalah:
1. Kehamilan Interstisial (kornual)
Kehamilan interstisial merupakan kehamilan yang implantasi embrionya di
tuba falopi. Pasien menunjukkan gejala yang cukup lama, sulit didiagnosis
dan lesi menyebabkan perdarahan masif ketika terjadi ruptur. Pada usia
kehamilan 6-10 minggu akan terganggu. Hasil konsepsi dapat mati dan
diresorbsi, keguguran, ruptur tuba. Angka kematian ibu akibat kehamilan
interstisial adalah 2 %. Penanganan pada kasus ini dengan laparatomi.

2. Kehamilan Ovarium
Kehamilan di ovarium lebih sering dikaitkan dengan perdarahan dalam
jumlah banyak dan pasien sering mengalami ruptur kista korpus luteum
secara klinis, pecahnya kehamilan ovarium, torsi, endometriosis.
3. Kehamilan Servik
Kehamilan servik merupakan kehamilan dengan nidasi di kanalis
servikalis, dinding servik menjadi tipis dan membesar. Kehamilan di
servikalis ini jarang dijumpai. Tanda dari kehamilan ini adalah kehamilan
terganggu, perdarahan, tanpa nyeri, abortus spontan. Terapinya adalah
histerektomi.
4. Kehamilan Abdomen
Kehamilan abdominal terbagi menjadi primer (implantasi sesudah dibuahi,
langsung pada peritonium/ kavum abdominal) dan sekunder (embrio masih
hidup dari tempat primer). Kehamilan dapat aterm dan anak hidup, namun
didapatkan cacat. Fetus mati, degenerasi dan maserasi, infiltrasi lemak jadi
lithopedion/ fetus papyraceus. Terapi kehamilan abdominal adalah
laparotomi, plasenta dibiarkan (teresorbsi).

v
C. Epidemiologi
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara
20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Lebih dari 60% kehamilan ektopik
terjadi pada wanita 20-30 tahun dengan sosio-ekonomi rendah dan tinggal
didaerah dengan prevalensi gonore dan prevalensi tuberkulosa yang tinggi.
Pemakaian antibiotik pada penyakit radang panggul dapat meningkatkan kejadian
kehamilan ektopik terganggu. Diantara kehamilan-kehamilan ektopik terganggu,
yang banyak terjadi ialah pada daerah tuba (90%).
Antibiotik dapat mempertahankan terbukanya tuba yang mengalami infeksi
tetapi perlengketan menyebabkan pergerakan silia dan peristaltik tuba terganggu
sehingga menghambat perjalanan ovum yang dibuahi dari ampula ke rahim dan
berimplantasi ke tuba.
Kontrasepsi IUD juga dapat mempengaruhi frekuensi kehamilan ektopik
terhadap persalinan di rumah sakit. Banyak wanita dalam masa reproduksi tanpa
faktor predisposisi untuk kehamilan ektopik membatasi kelahiran dengan
kontrasepsi, sehingga jumlah persalinan turun, dan frekuensi kehamilan ektopik
terhadap kelahiran secara relatif meningkat. Selain itu IUD dapat mencegah secara
efektif kehamilan intrauterin, tetapi tidak mempengaruhi kejadian kehamilan
ektopik.

D. Etiologi
Salah satu penyebab kehamilan ektopik yang paling umum terjadi adalah
kerusakan tuba falopi, misalnya karena proses peradangan atau inflamasi.
Kerusakan ini akan menghalangi sel telur yang telah dibuahi untuk masuk ke
rahim sehingga akhirnya menempel dalam tuba falopi itu sendiri atau organ lain.
Di samping itu, kadar hormon yang tidak seimbang atau perkembangan
abnormal pada sel telur yang sudah dibuahi terkadang dapat berperan sebagai
pemicu.

E. Faktor Risiko
Terdapat sejumlah faktor yang diduga dapat memicu kehamilan ektopik.
Faktor-faktor risiko tersebut meliputi:
1. Pilihan alat kontrasepsi. Penggunaan alat kontrasepsi jenis spiral
atau intrauterine device(IUD) bertujuan untuk mencegah kehamilan.
Namun apabila kehamilan tetap terjadi, kemungkinan besar kehamilan ini
bersifat ektopik.

vi
2. Pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya. Wanita yang pernah
mengalami kondisi ini memiliki risiko lebih tinggi untuk kembali
mengalaminya.
3. Mengidap infeksi atau inflamasi. Wanita yang pernah mengalami inflamasi
tuba falopi atau penyakit radang panggul akibat penyakit seksual menular,
seperti gonore atau chlamydia (klamidia), memiliki risiko lebih tinggi
untuk mengalami kehamilan ektopik.
4. Masalah kesuburan dan pengobatannya terkadang dapat memicu
kehamilan ektopik.
5. Proses sterilisasi dan sebaliknya. Prosedur pengikatan tuba atau
pembukaan ikatan tuba yang kurang sempurna juga berisiko memicu
kehamilan ektopik.

F. Patofisiologi

Salpingitis (endosalpingitis) Faktor-faktor predisposisi lainnya : merokok,


penggunaan alat kontrasepsi, riwayat
kehamilan ektopik sebelumnya
vii
Aglutinasi pada silia Penyempitan tuba falopii

Membentuk hambatan

Ovum yang telah dibuahi tidak mencapai uterus

Menetap di tuba falopii/ovarium/serviks

Kehamilan ektopik

Janin tidak sesuai letaknya Masuk ke dalam rongga


abdomen

Ketidakmampuan tuba falopii Nyeri akut


mempertahankan janin

Pelepasan desidua dari cavum uteri Merangsang peritoneum

Abortus tuba Nyeri menyeluruh

Perdarahan

G. Maniestasi Klinis
Resiko syok Ansietas
Pada awalnya, kehamilan ektopik cenderung tanpa gejala atau memiliki tanda
yang mirip dengan kehamilan biasa sebelum akhirnya muncul gejala lain yang
mengindikasikan kehamilan ektopik. Di antaranya adalah:
1. Sakit pada perut bagian bawah yang biasanya terjadi di 1 sisi.
2. Nyeri pada tulang panggul.
3. Perdarahan ringan dari vagina.
4. Pusing atau lemas.
5. Mual dan muntah yang disertai rasa nyeri.
6. Nyeri pada bahu.
7. Rasa sakit atau tekanan pada rektum saat buang air besar.
8. Jika tuba falopi sobek, akan terjadi perdarahan hebat yang mungkin
memicu hilangnya kesadaran.

H. Penatalaksanaan

viii
Sel telur yang telah dibuahi tidak akan bisa tumbuh dengan normal jika tidak
berada dalam rahim. Karena itu, jaringan ektopik harus diangkat untuk
menghindari komplikasi yang dapat berakibat fatal.
Wanita yang dicurigai mengalami kehamilan ektopik harus segera dibawa ke
rumah sakit untuk menjalani penanganan secepatnya. Kehamilan ektopik yang
terdeteksi dini tanpa janin yang berkembang secara normal dalam rahim
umumnya ditangani dengan suntikan methotrexate. Obat ini akan menghentikan
pertumbuhan sekaligus menghancurkan sel-sel yang sudah terbentuk.
Dokter akan memantau kadar hCG pasien setelah menerima suntikan. Jika
kadar hCG dalam darah pasien tetap tinggi, hal ini biasanya mengindikasikan
bahwa pasien membutuhkan suntikan methotrexate lagi. Potensi efek samping
obat ini meliputi mual dan muntah. Sakit perut juga dapat muncul pada 3 hari atau
1 minggu setelahnya.
Kehamilan ektopik juga dapat ditangani dengan operasi. Prosedur ini
biasanya dilakukan melalui operasi lubang kunci atau laparoskopi. Tuba falopi
yang ditumbuhi jaringan ektopik akan diperbaiki jika memungkinkan.

Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan
pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran
kehamilan dapat dilakukan melalui:
1. Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang
digunakan adalah methotrexate (obat anti kanker).
2. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi
adalah tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih
besar daripada obat-obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan
operasi laparaskopi.
Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah
pembedahan :
1. Laparotomi: prosedur tindakan pembedahan dengan membuka cavum
abdomen dengan tujuan eksplorasi. Eksisi tuba yang berisi kantung
kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau insisi longitudinal pada tuba dan
dilanjutkan dengan memberikan penekanan agar kantung kehamilan
keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali.

ix
2. Laparoskopi: suatu tindakan bedah minimal yang umumnya ditujukan
untuk mengurangi resiko yang didapatkan pada operasi besar. Untuk
mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi superior
dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kehamilan ektopik adalah kondisi ketika pembuahan sel telur terjadi di
luar rahim (biasanya terjadi di salah satu tuba falopi).
2. Klasifikasi Kehamilan Ektopik yaitu kehamilan interstisial (kornual),
kehamilan ovarium, kehamilan servik, kehamilan abdomen.
3. Faktor yang diduga dapat memicu kehamilan ektopik meliputi: ilihan alat
kontrasepsi, pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya, mengidap
infeksi atau inflamasi, masalah kesuburan dan pengobatannya, proses
sterilisasi dan sebaliknya.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya mahasiswa
keperawatan dapat memperoleh ilmu yang lebih tentang “Kehamilan Ektopik”.
Semoga makalah ini dapat dijadikan sumber literatur yang layak digunakan untuk
mahasiswa.

x
DAFTAR PUSTAKA

https://dokumen.tips/documents/makalah-kehamilan-ektopik-doc.html
(Diunduh 07 Maret 2019)
https://www.alodokter.com/kehamilan-ektopik (Diunduh 07 Maret 2019).
https://www.lusa.web.id/kehamilan-ektopik-ectopic-pregnancy/
(Diunduh 07 Maret 2019).

xi

Anda mungkin juga menyukai