Anda di halaman 1dari 56

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

S DENGAN MASALAH
KELEBIHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT DENGAN KASUS GAGAL
GINJAL KRONIK DI RUMAH SAKIT UMUM IMELDA PEKERJA
INDONESIA (IPI) MEDAN”
D
I
S
U
S
U
N

OLEH :
NAMA : FITRI INDRIYANI
NIM : 1914401037

PROGRAM STUDI D3-KEPERAWATAN


UNIVERSITAS IMELDA
MEDAN
T.A. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan “Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan
Prioritas Masalah Kelebihan Cairan dan Elektrolit dengan Kasus Gagal ginjal kronik di
Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia (IPI) Medan” Laporan kasus ini dibuat untuk
memenuhi tugas dari Keperawatan Dasar.
Dalam penyusunan Makalah ini penulis mengucapkan Terima kasih kepada Bapak/Ibu:
1. dr. H. Raja Imron Ritonga., M.Sc., selaku Ketua Yayasan Imelda.
2. Dr. dr. Imelda L. Ritonga S.Kp., M.pd., MN., selaku Rektor Universitas Imelda Medan.
3. dr. Hedy Tan, MARs., MOG., Sp. OG selaku Direktur Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja
Indonesia Medan.
4. Rostinah Manurung, S,Kep.,Ns,.M.Kes selaku Ketua Prodi D3 AKPER Universitas Imelda
Medan.
5. Hamonangan Damanik, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Koordinasi Praktikum Klinik Keperawatan
Dasar Universitas Imelda Medan.
6. Sarida Surya Manurung, S.Kep.,Ns.,M.Kes Selaku Wakil Rektor 1
7. Bernita Silalahi M.Kes Selaku Dosen Pembimbing Akademik
8. Vance Sihombing S.Kep., NS Sebagai Preceptor Di Ruang ICU RS IPI medan

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini dan semoga bermanfaat.

Medan, 07 MEI 2021

FITRI INDRIYANI

DAFTAR ISI
Halaman Judul.........................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar isi..................................................................................................................iii

BAB I Pendahuluan.................................................................................................1
A. Latar belakang..............................................................................................1
B. Tujuan..........................................................................................................3
C. Manfaat........................................................................................................3

BAB II Pengelolaan Kasus......................................................................................4


A. Konsep dasar asuhan keperawatan dengan masalah kebutuhan cairan dan
Elektrolit......................................................................................................4
1. Pengkajian...........................................................................................12
2. Analisa data.........................................................................................13
3. Rumusan masalah................................................................................14
4. Perencanaan.........................................................................................18
B. Asuhan keperawatan pada Ny.s dengan Gagal ginjal kronik.......................19
1. Pengkajian...........................................................................................19
2. Analisa data.........................................................................................27
3. Rumusan masalah................................................................................30
4. Intervensi keperawatan........................................................................31
5. Implementasi dan Evaluasi..................................................................36

BAB III Kesimpulan dan Saran...............................................................................43


A. Kesimpulan..................................................................................................43
B. Saran.............................................................................................................43

Daftar Pustaka..........................................................................................................45
Lampiran..................................................................................................................46
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling
berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam
bentuk kelebihan dan kekurangan (Tarwoto & Wartonah, 2006).Untuk
mempertahankan kesehatan dibutuhkan keseimbangan cairan, asam basa dan
elektrolit di dalam tubuh.Keseimbangan ini dipertahankan oleh asupan,
distribusi, dan haluaran cairan dan elektrolit, serta pengaturan komponen-
komponen tersebut oleh sistem renal dan paru (Potter & Perry, 2005).Dalam
kebutuhan cairan dan elektrolit memerlukan air.Tubuh kita terdiri atas sekitar
60% air yang terbesar didalam sel maupun diluar sel (Tarwoto & Wartonah,
2010).Air adalah konstituen terbanyak di tubuh, membentuk sekitar 50% berat
tubuh pada perempuan dan 60% pada laki-laki.Perbedaan ini disebabkan oleh
perbedaan dalam proporsi relative jaringan lemak laki-laki dan perempuan.
Air tubuh total terdistribusi ke dua kompartemen utama: 55-75% di dalam sel
(cairan intraselular, CIS) dan 25-45% di luar sel(cairan ekstraselular, CES).
CES dibagi lagi menjadi kompartemen intravaskuler (cairan plasma) dan
estravasikular (interstisium) dengan perbandingan 1:3 (Larry & Joseph, 2010).
Gagal ginjal kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan
penurunan fungsi ginjal progresif yang irreversible ketika ginjal tidak mampu
mempertahankan keseimbangan metabolik, cairan dan elektrolit yang
menyebabkan terjadinya uremia dan azotemia (Smeltzer & Bare, 2004). CKD
disebabkan oleh berbagai penyakit, seperti glomerolunefritis akut; gagal ginjal
akut; penyakit ginjal polikistik; obstruksi saluran kemih; pielonefritis;
nefrotoksin; dan penyakit iskemik, seperti diabetes mellitus, hipertensi, lupus
eritematosus, poliartritis, penyakit sel sabit, serta amiloidosis (Black &
Hawks, 2005).
Kelebihan volume cairan pada pasien Chronic Kidney Disease terjadi
karena adanya infeksi atau penyakit vaskuler, peradangan, penyakit metabolik,
nefropati toksik, nefropati obstruksi, dan gangguan kongenital menyebabkan
kerusakan nefron ginjal sehingga terjadi hipertripi nefron. Keadaan ini
mengakibatkan penurunan cadangan ginjal, insufisiensi renal, sehingga
merubah adanya sistem yaitu sistem cardiovaskuler.Apabila sistem
cardiovaskuler rusak.Akan meningkatkan kerja ginjal, dan produksi rennin
berlebih, dan sistem pengaturan tekanan darah tidak dapat seperti semula
sehingga terjadi hipertensi.Keadaan hipertensi menyebabkan asidosis
metabolik, dan tekanan darah tinggi mnyebabkan oedema.Keadaan ini yang
menyebabkan seorang yang mempunyai gagal ginjal mempenyai masalah
kelebihan volume cairan. Dampak apabila kelebihan volume cairan tidak
teratasi akan mengalami oedeme, badan terasa lemas, aktivitas terganggu dan
sesak nafas (Bayhakki, 2012)
Diperkirakan dari data survey populasi bahwa paling sedikit 6% dari
populasi dewasa di amerika serikat mengidap penyakit gagal ginjal kronik
stadium 1 dan 2. Sebagian dari kelompok ini akan berlanjut ke stadim-stadium
PGK yang lebih berat. Sebanyak 4,5% dari populasi AS diperkirakan
mengidap PGK stadium 3 dan 4. Pada tahun 2005 prevalensi gagal ginjal
kronik di Amerika Serikat terdapat 485.012 jumlah penduduk.Hal ini diikuti
dengan jumlah penduduk yang menjalani terapi dipusat hemodialisis terdapat
312.057 penduduk.Berdasarkan data pada Departemen Kesehatan pada tahun
2006, penyakit gagal ginjal menduduki no 4 angka penyebab kematian di
rumah sakit Indonesia (Larry & Joseph, 2010).
Oleh karena angka kejadian gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
dalam praktek klinik, maka perlu adanya suatu pemahaman yang lebih baik.
Dengan pemahaman ini, akan memudahkan dalam hal penentuan diagnosis
yang cepat, tepat dan akurat, sehingga terapi dan penatalaksanaan dapat
diberikan dengan cepat dan akurat pula. Berdasarkan data diatas maka penulis
tertarik melakukan asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan dasar cairan
dan elektrolit pada pasien gagal ginjal khususnya Ny. S di Rumah Sakit
Umum Dr. Pirngadi Kota Medan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum adalah untuk memberikan asuhan keperawatan kepada
klien dengan masalah kebutuhan dasar: Cairan dan Elektrolit.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan
masalah kebutuhan dasar: Cairan dan Elektrolit;
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan
masalah kebutuhan dasar: Cairan dan Elektrolit;
c. Mampu melakukan perencanaan tindakan keperawatan pada klien
dengan masalah kebutuhan dasar: Cairan dan Elektrolit;
d. Mampu melakukan rencana tindakan keperawatan pada klien
dengan masalah kebutuhan dasar: Cairan dan Elektrolit;
e. Mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada klien
dengan masalah kebutuhan dasar: Cairan dan Elektrolit

C. Manfaat
1. Bagi Pasien
Untuk memperoleh pengetahuan tentang cara merawat dan memenuhi
kebutuhan dasar: Cairan dan Elektrolit.
2. Bagi Praktik Keperawatan
Menjadi bahan bacaan dalam menentukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan masalah kebutuhan dasar: Cairan dan Elektrolit.
3. Bagi Pendidikan Tinggi Keperawatan
Menjadi informasi dan laporan bagi institusi pendidikan bahwa penulis
telah melaksanakan dan menyelesaikan tugas akhir sebagai salah satu
syarat untuk meyelesaikan studinya.

BAB II
PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep dasar asuhan keperawatan dengan masalah kebutuhan cairan
dan elektrolit
1. Definisi
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling
berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam
bentuk kelebihan atau kekurangan (Tarwoto & Wartonah, 2006). Cairan
yang bersikulasi di seluruh tubuh di dalam ruang cairan intrasel dan
ekstrasel mengandung elektrolit, mineral dan sel. Elektrolit merupakan
sebuah unsur atau senyawa yang jika melebur atau larut di dalam air atau
pelarutlain, akan pecah menjadi ion dan mampu membawa muatan listrik
(Potter & Perry, 2006).

2. Volume dan distribusi cairan tubuh


a. Volume cairan tubuh
Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira
60% dari berat badan pria dan 50% dari berat badan wanita. Jumlah
volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia. Lemak
jaringan sangat sedikit menyimpan cairan, dimana lemak pada wanita
lebih banyak dari pria sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari
pria.Usia juga berpengaruh terhadap TBW di mana makin tua usia makin
sedikit kandungan airnya. Sebgai contoh, bayi baru lahir TBW-nya 70-
80% dari BB, usia satu tahun 60% dari BB, usia pubertas sampai dengan
39 tahun untuk pria 60% dari BB dan wanita 52% dari BB, usia 40-60
tahun untuk pria 55% dari BB dan wanita 47%, sedangkan pada usia di
atas 60 tahun untuk pria 52% dari BB dan wanita 46% dari BB (Tarwoto
& Wartonah, 2006).

b. Distribusi cairan
Cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen yaitu pada
intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler kira-kira 2/3 atau 40%
dari BB, sedangkan cairan ekstraseluler 20% dari BB, cairan ini terdiri atas
plasma (cairan di sekitar tubuh seperti limfe) 10-15% dan transeluler
(misalnya, cairan serebrospinalis, sinovia, cairan dalam peritoneum,
cairan dalam rongga mata dan lain-lain) 1-3% (Tarwoto & Wartonah,
2006).

3. Fungsi cairan
Menurut Tarwoto & Wartonah (2006), ada beberapa fungsi cairan
yaitu :
a. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperature tubuh.
b. Transpor nutrien ke sel.
c. Transpor hasil sisa metabolisme
d. Transpor hormon.
e. Pelumas antar-organ.
f. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam system kardiovaskuler.

4. Keseimbangan cairan
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake atau masukan cairan dan
pengeluaran cairan.Pemasukan cairan berasal dari minuman dan
makann.Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800-2.500 ml/hari.Sekitar
1.200 ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan. Sedangkan
pengeluaran cairan melalui ginjal dalam bentuk urine 1.200-1.500 ml/hari,
feses 100 ml, paru-paru 300-500 ml, dan kulit 600-800 ml (Tarwoto &
Wartonah, 2006).

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit


Status cairan, elektrolit dan sam basa bukan berada dalam keadaan
statis atau dlam kesatuan fisiologis yang tunggal.Banyak variabel dapat
mengubah distribusi cairan dan elektrolit tubuh. Faktor utama yang dapat
mempengaruhi status normal cairan, elektrolit dan asam basa meliputi
usia, ukuran tubuh, suhu lingkungan dan gaya hidup (Potter & Perry,
2006).
a. Usia
Usia mempengaruhi distribusi cairan tubuh dan elektrolit. Ditemukan
perbedaan yang besar pada bayi dan lansi adari hasil observasi.Perubahan
cairan dan elektrolit terjadi secara normal seiring dengan perubahan
perkembangan seseorang.Namun jika disertai suatu penyakit, klien
mungkin tidak mampu untuk beradaptasi secara adekuat terhadap
perubahan tersebut. Oleh karena itu, pada saat mengkaji klien, perawat
perlu menghitung adanya perubahan cairan yang berhubungan dengan
proses penuaan dan perkembangan.

Bayi

Total proporsi air dalm tubuh bayi lebih besar daripada total proporsi air
dalam tubuh anak usia sekolah, remaja, atau orang dewasa. Namun,
walaupun bayi memiliki proporsi tubuh lebih besar, mereka tidak
terlindung dari kehilangan cairan (mis.,akibat diare) karena mereka setiap
hari mengkonsumsi dan mengekskresi volume air dalam jumlah yang
relatif besar daripada orang dewasa (Welly, 1992 dalam Potter & Perry,
2006).

Anak-anak

Pada penyakit di masa kanak-kanak, respons pengaturan dan kompensasi


mereka terhadap ketidakseimbangan menjadi kurang stabil dan dalam
perubahan keseimbangan yang besar, anak-anak tersebut cenderung
berespons dalam rentang yang lebih sempit dengan toleransi yang
rendah.Seringkali respons anak-anak terhadap penyakit adalah mereka
menjadi demam dengan suhu yang lebih tinggi atau dengan durasi demam
yang lebih lama daripada orang dewasa. Pada usia berapa pun, demam di

masa kanak-kanak dapat meningkatkan kecepatan kehilangan air yang


tidak dirasakan.

Remaja

Pada masa remaja, perubahan utama dalam proses anatomis dan fisiologis
berlangsung dengan cepat. Peningkatan kecepatan pertumbuhan akan
meningkatkan proses metabolik dan akibatnya sejumlah air dihasilkan
sebagai produk akhir metabolism. Perubahan keseimbangan cairan pada
remaja permpuan lebih besar karena adanya perubahan hormonal yang
berhubungan dengan siklus menstruasi.

Lansia

Resiko klien lansia untuk mengalami ketidakseimbangan cairan dan


elektrolit mungkin berhubungan dekat dengan penurunan fungsi ginjal dan
ketidakmampuan untuk mengonsentrasikan urine.Klien lansia yang
mungkin mengalami penyakit kronik, seperti diabetes mellitus, gangguan
kardiovaskuler atau kanker dapat merusak keseimbangan cairan.

b. Ukuran tubuh
Ukuran dan komposisi tubuh berpengaruh pada jumlah total air dalam
tubuh.Lemak tidak mengandung air, karena itu klien yang gemuk (obese)
memiliki proporsi air tubuh yang lebih sedikit.Wanita memiliki lebih
banyak cadangan lemak di dalam payudara dan paha mereka dari pada
pria. Akibatnya, jumlah total air tubuh pada wanita lebih kecil daripada
pria walaupun usia mereka sama.

c. Temperatur lingkungan
Tubuh berespons terhadap temperatur lingkungan yang berlebihan,
dalam bentuk perubahan cairan. Tubuh meningktakan vasodilatasi perifer,
yang memungkinkan lebih banyak darah memasuki permukaan tubuh yang
sudah menjadi dingin. Berkeringat akan meningkatkan kehilangan cairan
tubuh, yang menyebabkan kehilangan ion natrium dan klorida. Apabila
temperatur di sekitar kita meningkat sampai di atas 32,2 C atau jika suhu

tubuh diatas 38,3 C, keringat akan banyak keluar . Hal ini bertujuan untuk
mendinginkan dara perifer untuk mengurangi suhu tubuh (Metheny, 1996
dalam Potter & Perry, 2006).

d. Gaya hidup
Gaya hidup dapat memberi pengaruh tidak langsung pada
kesimbangan cairan, elektrolit dan asam-basa. Kebiasaan yang dapat
mempengaruhi keseimbangan cairan meliputi diet, stress dan olahraga.

6. Mekanisme pergerakan cairan tubuh


Menurut Tarwoto & Wartonah (2006), mekanisme pergerakan cairan
tubuh melalui tiga proses, yaitu :
a. Difusi
Merupakan proses di mana partikel yang terdapat dalam cairan
bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampa terjadi
keseimbangan. Cairan dan elektrolit didifusikan menembus membran sel.
Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsentrasi larutan,
dan temperatur.
b. Osmosis
Merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membrane
semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke
konsentrasi yang lebih tinggi yang bersifat menarik.
c. Transpor aktif
Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena adanya daya
aktif dari tubuh seperti pompa jantung.

7. Pengaturan Keseimbangan Cairan


Menurut Tarwoto & Wartonah (2006), pengaturan keseimbangan
cairan dapat dilakukan melalui mekanisme tubuh. Mekanisme tubuh
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Rasa dahaga
Mekanisme rasa dahaga yang dialami setiap individu adalah sebagai
berikut:
1. Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada
akhirnya menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat merangsang
hipotalamus untuk melepaskan substrat neural yang bertanggung jawab
terhadap sensasi haus.
2. Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotik
dan mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa
dahaga.
b. Anti-diuretik hormon (ADH)
ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis dari
hipofisis posterior.Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan
osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel.Hormon ini meningkatkan
reabsorpsi air pada duktus koligentes, dengan demikian dapat menghemat
air.
c. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus
ginjal untuk meningkatkan absorpsi natrium. Pelepasan aldosteron
dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium , natrium serum, dan sistem
angiotensin renin serta sangat efektif dalam mengendalikan hiperkalemia.
8. Cara Pengeluaran Cairan
Menurut Tarwoto & Wartonah (2006), pengeluaran cairan terjadi
melalui organ-organ seperti:

a. Ginjal
Ginjal merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang
menerima 170 liter darah untuk disaring setiap hari.Hasil penyaringan
ginjal tersebut dikeluarkan dalam bentuk urine. Produksi urine untuk
semua usia 1 ml/kg/jam. Pada orang dewasa produksi urine sekitar 1500
ml/hari.Jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH
dan aldosteron.

b. Kulit
Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang
merangsang aktivitas kelenjar keringat.Rangsangan kelenjar keringat dapat
dihasilkan dari aktivitas otot, temperatur lingkungan yang meningkat, dan
demam. Hilangnya cairan melalui kulit disebut juga dengan Isensible
Water Loss (IWL), yaitu sekitar 15-20 ml/24 jam.

c. Paru-paru
Paru-paru menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari.Meningkatnya cairan
yang hilang sebagai respon terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman
napas akibat pergerakan atau demam.

d. Gastrointestinal
Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal (melalui
feses) setiap hari sekitar 100-200 ml. Perhitungan IWL secara keseluruhan
adalah 10-15 cc/kg BB/24 jam, dengan kenaikan 10% dari IWL pada
setiap kenaikan suhu 1 derajat celsius.

9. Masalah Keseimbangan Cairan


Menurut Tarwoto & Wartonah (2006), masalah keseimbangan cairan
terdiri dari dua bagian yaitu:
a. Hipovolemik
Hipovolemik adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi karena kehilangan cairan melalui
kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok
hipovolemik.Mekanisme kompensasi pada hipovolemik adalah
peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung,
kontraksi jantung, dan tekanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon
ADH dan aldosteron.Hipovolemik yang berlangsung lama dapat
menimbulkan gagal ginjal akut. Gejala : pusing, lemah, letih, anoreksia,
mual muntah, rasa haus, gangguan mental, konstipasi dan oliguri,
penurunan tekanan darah, HR meningkat, suhu meningkat, turgor kulit
menurun, lidah kering dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda-tanda

penurunan berat badan akut, mata cekung, pengosongan vena


jugularis.Pada bayi dan anak-anak adanya penurunan jumlah air mata.Pada
pasien syok tampak pucat, HR cepat dan halus, hipotensi, dan oliguri.
b. Hipervolemik
Hipervolemik adalah penambahan/kelebihan volume CES, dapat
terjadi pada saat stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air,
fungsi ginjal abnormal dengan penurunan ekskresi natrium dan air,
kelebihan pemberian cairan, dan perpindahan cairan dari interstisial ke
plasma. Gejala yang mungkin terjadi adalah sesak napas, peningkatan dan
penurunan tekanan darah, nadi kuat, asites, edema, adanya ronchi, kulit
lembab, distensi vena leher, dan irama gallop.

10. Masalah ketidakseimbangan elektrolit


Menurut Asmadi (2012), masalah ketidakseimbangan elektrolit adalah
sebagai berikut:
a. Natrium/Sodium
Natrium merupakan kation penting dalam ekstraseluler di mana
jumlah cairan ekstraseluler dikontrol oleh jumlah natrium yang terdapatdi
dalamnya. Natrium sebagian besar direabsorbsi dari tubulus renalis,yang
disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Natrium diekskresikan dalam bentuk
keringat.Oleh karena itu, natrium banyak yang terbuang bila banyak
keringat yang keluar, sehingga kebutuhan natrium menjadi lebih besar.
1. Defisit natrium (hiponatremia)
Konsentrasi normal dari natrium dalam tubuh sekitar 138-145 mEq/L.
Bila natrium hilang dari cairan tubuh, maka cairan menjadi
hipotonis.Kehilangan natrium dari kompartemen intravaskuler dapat
menyebabkan cairan dari darah berdifusi ke ruang interstitial.akibatnya
natrium di interstitial dicairkan.Kehilangan natrium dapat terjadi pada orag
yang berkeringat berlebihan karena suhu lingkungan, demam, olahraga,
muntah, diare, pengeluaran cairan melaui saluran gastrointestinal dan
sebagainya.

2. Kelebihan natrium (hipernatremia)


Natrium dalam serum lebih dari 145 mEq/L disebut dengan
hipernatremia. Hipernatremia terjadi karena tubuh lebih banyak
kehilangan air daripada natrium, kebanyakan intake natrium, terlalu
banyak makan tablet garam, dan infuse NaCl yang terlalu cepat.
b. Kalium/Potasium
1. Defisit kalium (hipokalemia)
Bila kadar kalium dalam serum kurang dari 3,5 mEq/L dikenal sebagai
hipokalemia. Penyebabnya kekurangan kalium anatarlain: intake kalium
yang kurang, peningkatan aktivitas, kehilangan akibat diuretik dan
sebagainya.
2. Kelebihan kalium (hiperkalemia)
Kadar kalium dalam serum lebih dari 5,0 mEq/L disebut
hiperkalemia. Penyebabnya antara lain: intake kalium yang berlebihan,
gagal ginjal, insufisiensi ginjal, kalium masuk ke aliran darah dari sel-sel
yang cedera/trauma berat, dan asidosis metabolik.
c. Kalsium
1. Defisit kalsium (hipokalsemia)
Penyebabnya antara lain diet kurang kalsium, difesiensi hormone
paratiroid atau vitamin D, penyakit pancreas, dan sebagainya.
2. Kelebihan kalsium (hiperkalsemia)
Hiperkalsemia dapat terjadi akibat kalsium keluar dari tulang dan
menjadi pekat dalam cairan ekstraseluler, immobilisasi, kanker tulang
metastase, diet dan penyebab lainnya.
d. Magnesium
1. Defisit magnesium (hipomagnesemia)
Hipomagnesemia dapat terjadi akibat absorbs yang terganggu dari
saluran gastrointerstinal, banyak keilangan magnesium melalui ginjal, atau
dapat pula disebabkan karena malnutrisi yang lama.
2. Kelebihan magnesium (hipermagnesemia
Penyebab hipermagnesemia di antaranya karena gagal ginjal, diabetes
ketoasidosis dengan banyak kehilangan cairan.

1. Pengkajian

Untuk mengidentifikasi masalah gangguan keseimbangan cairan dan


elektrolit serta mengumpulkan data guna menyusun suatu rencana
keperawatan, perawat perlu melakukan pengkajian keperawatan. Menurut
Tarwoto & Wartonah (2006), hal-hal yang perlu di kaji adalah sebagai berikut:
1. Riwayat kesehatan
a. Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, parenteral)
b. Tanda umum masalah elektrolit
c. Tanda kekurangan dan kelebihan cairan
d. Proses penyakit yang menyebabkan ganggguan homestasis cairan dan
elektrolit.
e. Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status
cairan.
f. Status perkembangan seperti usia atau situasi social
g. Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu
pengobatan.
2. Pengaturan klinik
a. Berat badan
Kehilangan/bertambahnya berat badan meunjukkan adanya masalah
keseimbangan cairan.
± 2% : ringan
± 5% : sedang
± 10% : berat
Pengkuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.

b. Keadaan umum
a) Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi dan
pernafasan.
b) Tingkat kesadaran.
c. Pengukuran pemasukan cairan
a) Cairan oral: NGT dan oral.
b) Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV
c) Makanan yang cenderung mengandung air
d) Irigasi kateter atau NGT
d. Pengukuran pengeluaran cairan
a) Urine: volume, kejernihan/kepekatan
b) Feses: jumlah dan konsistensi
c) Muntah
d) Tube drainase
e) IWL
e. Ukur keseimbangan cairan dengan akurat: normalnya sekitar ± 200 cc.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada:
a. Integumen: Keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot,
tetani, dan sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler: Distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin,
dan bunyi jantung.
c. Mata: Cekung, air mata kering.
d. Neurologi: Refleks, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
e. Gastrointestinal: Keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-
muntah, dan bising usus.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan elektrolit, darah lengkap, PH, berat jenis urin, dan analisa gas
darah.

2. Analisa data
Langkah kedua dalam proses adalah mengonversi data informasi.
Tujuannya adalah untuk membantu kita mempertimbangkan data apa yang
kita kumpulkan dalam pengkajian skrining mungkin berarti, atau untuk
membantu mengidentifikasi data tambahan yang perlu dikumpulkan
(NANDA, 2015-2017). Perawat mengumpulkan dan mendokumentasikan dua
jenis data yang berhubungan dengan pasien: data subjektif dan objektif.
Sementara dokter menilai data objektif dan subjektif untuk diagonis medis,
perawat menilai kedua jenis data untuk diagnosis keperawatan (Gordon, dalam

NANDA, 2015-2017). Data subjektif berasal dari laporan lisan pasien


mengenai persepsi dan pemikiran tentang kesehatannya, kehidupan sehari-
hari, kenyamanan, hubungan dan sebagainya. Data objektif adalah hal-hal
yang perawat amati tentang pasien.Data objektif yang dikumpulkan melalui
pemeriksaan fisik dan hasil tes diagnostik (NANDA 2015-2017).
Menurut Wilkinson (2006), analisa data dari diagnosa keperawatan
kelebihan volume cairan dibagi menjadi data subjektif dan data objektif antara
lain:
a. Data subjektif
Ansietas, Dispnea atau bernafas dangkal dan gelisah.
b. Data objektif
Suara nafas tidak normal (rale atau crackle), perubahan elektrolit,
anasarka (edema seluruh tubuh), ansietas, azotemia, perubahan tekanan darah,
perubahan status mental, perubahan pola respirasi, penurunan haemoglobin
dan hematokrit, edema, peningkatan tekanan vena sentral, asupan melebihi
haluaran, distensi vena jugularis, oliguria, ortopnea, efusi pleura, reflex
hepatojugular positif, kongesti paru, gelisah, bunyi jantung S3, perubahan
berat jenis, dan pertambahan berat badan dalam periode singkat.

3. Rumusan masalah
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut diagnosa
keperawatan NANDA, ada beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin
dapat muncul pada pasien yang mengalami masalah pada Domain ke-2 kelas
5, yaitu:
a. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
Defenisi: kerentanan mengalami perubahan kadar elektrolit serum yang
dapat mengganggu kesehatan.
Faktor yang menentukan/determinan (peningkat resiko) dari resiko
ketidakseimbangan elektrolit:
a) Diare
b) Disfungsi ginjal
c) Disfungsi pengaturan endokrin (mis., intoleransi glukosa, peningkatan
insulin growth factor 1 [IGF-1], androgen, dehydroepiandrosterone
[DHEA], dan kortisol
d) Gangguan mekanisme pengaturan
e) Kekurangan volume cairan
f) Muntah
g) Program pengobatan
b. Kesiapan meningkatkan keseimbangan elektrolit
Defenisi: suatu pola keseimbagan di antara volume cairan dan komposisi
kimiawi cairan tubuh, yang dapat ditingkatkan.
Didapatkan data yang mendukung yang dapat memperkuat dalam
mengakkan diagnosa kesiapan meningkatkan kesimbangan elektrolit:
a) Pasien menyatakan keinginan untuk meningkatkan keseimbangan
cairan.
c. Kekurangan volume cairan
Defenisi: penurunan cairan intravascular, interstitial dan/atau intraselular.
Mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar
natrium.
Beberapa data yang mendukung untuk menguatkan dalam menegakkan
diagnosa kekurangan volume cairan:
a) Haus
b) Kelemahan
c) Kulit kering
d) Membran mukosa kering
e) Peningkatan frekuensi nadi
f) Peningkatan hematokrit
g) Peningkatan konsentrasi urine
h) Peningkatan suhu tubuh
i) Penurunan berat badan tiba-tiba
j) Penurunan haluaran urine
k) Penurunan pengisian vena
l) Penurunan tekanan nadi
m)Penurunan tekanan darah
n) Penurunan turgor kulit
o) Penurunan turgor lidah
p) Penurunan volume nadi
q) Perubahan status mental
d. Resiko kekurangan volume cairan
Defenisi: kerentanan mengalami penurunan volume cairan intravaslular,
interstitial, dan/atau intraselular yang dapat mengganggu kesehatan.
Faktor yang menentukan/determinan (peningkat resiko) dari resiko
kekurangan volme cairan:
a) Agens farmaseutikal
b) Barier kelebihan cairan
c) Berat badan ekstrem
d) Faktor yang memengaruhi kebutuhan cairan
e) Gangguan mekanisme regulasi
f) Kehilangan cairan melalui rute normal
g) Kehilangan volume cairan aktif
h) Kurang pengetahuan tentang kebutuhan cairan
i) Penyimpangan yang memengaruhi asupan cairan
j) Penyimpangan yang memengaruhi kelebihan cairan
k) Usia ekstrem
e. Kelebihan volume cairan
Defenisi: peningkatan retensi cairan isotonic.
Beberapa data yang mendukung untuk menguatkan dalam menegakkan
diagnosa kelebihan volume cairan:
a) Ada bunyi jantung S3
b) Anasarka
c) Ansietas
d) Asupan melebihi haluaran
e) Azotemia
f) Bunyi nafas tambahan
g) Dispnea
h) Dispnea nocturnal paroksismal
i) Distensi vena jugularis
j) Edema
k) Efusi pleura
l) Gangguan pola nafas
m)Gangguan tekanan darah
n) Gelisah
o) Hepatomegali
p) Ketidakseimbangan elektrolit
q) Kongesti pulmonal
r) Oliguria
s) Ortopnea
t) Penambahan berat badan dalam waktu sangat singkat
u) Peningkatan tekanan vena sentral
v) Penurunan hematokrit
w)Penurunan hemoglobin
x) Perubahan berat jenis urine
y) Perubahan status mental
z) Perubahan tekanan arteri pulmonal
Penyebab dari kelebihan volume cairan:
a) Gangguan mekanisme regulasi
b) Kelebihan asupan cairan
c) Kelebihan asupan natrium
f. Risiko ketidakseimbangan volume cairan
Defenisi: kerentanan terhadap penurunan, peningktan, atau pergeseran
cepat cairan intravascular, interstitial, dan/atau intraseluler lain, yang dapat
megganggu kesehatan. Ini mengacu pada kehilangan, penambahn cairan
tubuh, atau keduanya.
Faktor yang menentukan/determinan (peningkat resiko) dari resiko
ketidakseimbangan volume cairan:
a) Asites
b) Berkeringat
c) Luka bakar
d) Obstruksi intestinal
e) Pancreatitis
f) Program pengobatan
g) Sepsis
h) Trauma

4. Perencanaan
Diagnosis keperawatan digunakan untuk mengidentifikasi hasil yang
diharapkan dari perawatan dan merencanakan tindakan keperawatan yang
spesifk secara berurutan.Kriteria hasil keperawatan mengacu pada perilaku
yang terukur atau persepsi yang ditunjukkan oleh seorang individu, keluarga,
kelompok, atau komunitas yang responsif terhadap tindakan keperawatan
(NANDA, 2015-2017).
Pada klien yang memiliki riwayat gagal ginjal kronik dapat mengalami
masalah kelebihan volume cairan.Masalah tersebut sering berhubungan
dengan kelebihan asupan cairan dan kelebihan asupan natrium.Perawat perlu
memberikan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kebihan volume
cairan. Beberapa intervensi yang dapat diterapkan untuk membantu klien
dalam mengatasi masalah kelebihan volume cairan:
Tujuan: pasien akan menyatakan secara verbal pemahaman tentang
pembatasan cairan dan diet.
Kriteria hasil:
Fungsi ginjal yang adekuat
Intervensi:
1. Tentukan lokasi dan derajat edema perifer, sakral, dan perorbital pada
skala 1+ sampai 4+
2. Kaji komplikasi pulmonal atau kardiovaskuler yang diindikasikan dengan
peningktan tanda gawat nafas, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan
tanda gawat nafas, peningkatan tekanan darah, bunyi jantung tidak normal,
atau suara nafas tidak normal

3. Kaji ekstremitas atau bagian tubuh yang edema terhadap gangguan


sirkulasi dan intergitas kulit
4. Pantau secara teratur lingkar abdomen atau ekstremitas
5. Manajemen cairan(NIC)
Timbang berat badan setiap hari dan pantau kecenderungannya
Pertahankan catatan asupan dan haluaran yang adekuat
Pantau hasil laboratorium yang relevan terhadap retensi cairan (misalnya,
peningkatan berat jenis urine, peningkatan BUN, penurunan hematokrit
dan peningkatan osmolalitas urine).
6. Ajarkan pasien tentang penyebab dan cara mengatasi edema; pembatsan
diet; dan penggunaan, dosis dan efek samping obat yang diprogramkan
7. Lakukan dialisis, jika diindikasikan
8. Konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan primer mengenai
penggunaan stoking antiemboli atau balutan Ace
9. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet dengan kandungan
protein yang adekuat dan pembatasan natrium
10. Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala kelebihan volume
cairan menetap atau memburuk
11. Kolaborasi dalam pemberian diuretik
12. Ubah posisi setiap
13. Tinggikan ekstremitas untuk meningkatkan aliran balik vena
14. Pertahankan dan alokasikan pembatasan cairan pasien
15. Distribusikan asupan cairan selama 24 jam, jika perlu.

B. Asuhan keperawatan pada Ny.s dengan Gagal ginjal kronik

1. Pengkajian

I. Biodata
Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 60 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Suka Damai, Medan
Tanggal Masuk RS : 31 Mei 2021
No. Registier : 232483
Ruangan/kamar :
Golongan Darah :-
Tanggal Pengkajian : 03 juni 2021
Tanggal Operasi :-
Diagnosa Medis : CKD Stage V
II.Keluhan Utama
Pasien mengeluh tangan kanannya bengkak, sering merasa haus, BAK
2-3x/hari, dan nyeri di sekitar pinggangnya.
III.Riwayat Kesehatan Sekarang
A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya
Pasien mengatakan sering mengalami sakit dibagian pinggang
karena kurang minum.
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Pasien berbaring di tempat tidur
B. Quantity/Quality
1. Bagaimana dirasakan
Pasien mengeluh sakit seperti kram pada daerah perut.
2. Bagaimana dilihat
Pasien terbaring lemas ditempat tidur sambil memegang
pinggangnya karena merasa sakit.
C. Region
1. Dimana lokasinya
Pasien mengeluh sakit pada pinggangnya.
2. Apakah menyebar
Menyebar sampai ke perut.
D. Severity
Akibat penyakitnya pasien sering merasa haus dan BAK 2-3x/hari.
E. Time
Nyeri sering timbul pada saat pasien melakukan aktivitas.
IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
A. Penyakit yang pernah dialami
Hipertensi dan gastritis
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Berobat ke dokter
C. Pernah dirawat/dioperasi
Tidak pernah
D. Lama dirawat
Tidak ada
E. Alergi
Tidak ada alergi obat, makanan dan minuman.
V. Riwayat Kesehatan Keluarga
A. Orang tua
Ibu memiliki riwayat penyakit gagal ginjal kronik
B. Saudara kandung
Tidak ada riwayat penyakit keturunan
C. Penyakit keturunan yang ada
Tidak ada penyakit keturunan
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
E. Anggota keluarga yang meninggal
Ny.M (Ibu Ny.S)
F. Penyebab meninggalnya
Penyakit gagal ginjal kronik
VI. Riwayat Obstetrik
G: 3 P: 3 A: -
VII. Riwayat Keadaan Psikososial
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Paien mengatakan penyakit yang di deritanya berasal dari tuhan
dan pasien hanya bisa menerimanya.
B. Konsep Diri
- Gambaran diri : Ny.A mengatakan menyukai tubuhnya
- Ideal diri : Ny.A mengatakan agar cepat sembuh
- Harga diri :Ny.A mengatakan bahagia akan
hidupnya.
- Peran diri : Ny.A berperan sebagai istri dan ibu
- Identitas : Ny.A seorang ibu rumah tangga
C. Keadaan Emosi
Keadaan emosional klien baik
D. Hubungan sosial
- Orang yang berarti : Anak
- Hubungan dengan keluarga :Baik
- Hubungan dengan orang lain :Baik
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :Tidak ada
E. Spiritual
- Nilai dan keyakinan : Pasien beragama islam
- Kegiatan ibadah :Kegiatan ibadah pasien
adalah sholat dan mengaji.
VIII. Status Mental
Tidak ada kelainan status mental, penampilan Ny.A tidak rapi,
afek; sesuai, interaksi selama wawancara; kooperatif, dan memori;
tidak ada gangguan daya ingat.
IX.Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan umum
Pasien terlihat lemas, pucat dan mengeluh sakit.
B. Tanda-tanda Vital
- Suhu tubuh : 38,7oC
- Tekanan darah : 160/90 mmHg
- Nadi : 100 x/menit
- Pernafasan : 30 x/menit
- Skala nyeri : 3 (0-10)
- TB : 160 cm
- BB : 47 kg
C. Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan rambut
- Bentuk : Bentuk bulat
- Ubun-ubun : Tidak ada benjolan
- Kulit kepala : Tidak bersih
Rambut

- Penyebaran dan keadaan rambut : Tumbuh tidak merata dan


beruban
- Bau : Tidak ada bau khas
- Warna kulit : Pucat

Wajah

- Warna kulit : Sawo matang


- Struktur wajah : Simetris
Mata

- Kelengkapan dan kesimetrisan : Lengkap dan simetris


- Kornea dan Iris : Tidak ada kelainan dan iris
berwarna cokelat serta
berbatas jelas.

Hidung

- Tulang Hidung dan posisi septum nasi : Simetris dan tepat di


medial
- Lubang Hidung : Normal
- Cuping Hidung : Tidak ada

Telinga
- Bentuk telinga : Normal dan simetris
- Ukuran telinga : Simetris kiri dan kanan
- Lubang telinga : Paten dan normal

Mulut dan faring

- Keadaan bibir : Mukosa kering dan pucat


- Keadaan Gusi dan Gigi : Caries gigi (+)
- Keadaan Lidah : Kurang bersih

Leher

- Posisi Trachea : Normal


- Thyroid : Tidak ada pembesaran
- Suara :Normal
- Kelenjar Limfae : Tidak ada pembesaran
- Vena Jugularis : Tidak ada distensi
- Denyut nadi karotis : Teraba

Pemeriksaan Integumen

- Kebersihan : Tidak bersih


- Warna : Sawo matang
- Turgor : Tidak elastis
- Kelembaban : Kering
- Kelainan pada kulit :Kemerahan di tangan
sebelah kiri dikarenakan
terapi hemodialisis.
Pemeriksaan payudara dan ketiak

- Ukuran dan bentuk : Normal dan simetris


- Warna payudara dan areola : Areola hitam
- Kondisis payudara dan putting : Bersih dan normal
- Produksi ASI : Tidak ada
- Aksilla dan clavicula : Tidak ada benjolan

Pemeriksaan thoraks/dada

- Inspeksi thoraks : Normal


- Pernafasan : 30 x/menit
- Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada
Pemeriksaan Paru

- Palpasi getaran suara : Gerak dada normal


- Perkusi : Suara redup
- Auskultasi : Suara nafas ronchi

Pemeriksaan Jantung

- Inspeksi : Tidak ada sianosis


- Palpasi : Pulsasi teraba
- Perkusi : Suara dullnes
- Auskultasi : Tidak ada bunyi tambahan

Pemeriksaan Abdomen

- Inspeksi : Normal dan datar


- Auskultasi : Tidak dilakukan
- Palpasi : Nyeri saat ditekan

Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya

- Genitelia (rambut pubis,lubang uretra): Sudah ada rambut


pubis dan normal
- Anus dan perineum : Normal
Pemeriksaan musculoskeletal/ekstremitas

- Kesimetrisan otot : Simetris


- Edema : Edema terdapat di tangan
sebelah kanan derajat +1
CRT >2 detik.
Pemeriksaan Neurologi

Pemeriksaan neurologi tidak dilakukan.


X. Pola Kebersihan Sehari-hari
I. Pola Makan dan Minum
- Nyeri ulu hati : Tidak ada
- Alergi : Tidak ada alergi
- Mual dan Muntah : Ada mual dan muntah
- Jumlah dan jenis makanan : Nasi dan ikan
- Waktu pemberian cairan/minum : Pagi jam 07:00, siang jam
14:00, malam jam 20:00
- Masalah makanan dan minum :Tidak nafsu makan dan
berat badan menurun.
II. Perawatan diri/Personal hygiene
- Kebersihan tubuh : Tubuh pasien kurang bersih
- Kebersihan gigi dan mulut : Terdapat caries gigi
- Pemeliharaan kuku : Kuku panjang dan kotor
III.Pola kegiatan/Aktivitas
Aktivitas klien seperti mandi, makan, berhias dan ibadah
dilakukan secara sebagian dengan dibantu oleh suaminya.
IV. Pola Eliminasi
1. BAB
-Pola BAB : 1 x/hari
- Karakter feses : Kuning, lunak, berbau khas
- Riwayat pendarahan : Tidak ada
-Diare : Tidak ada diare
- Penggunaan Laktasif : Tidak pernah
2. BAK
- Pola BAK : 2-3 x/hari
-Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK: Sulit BAK
-Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih: Gagal ginjal
-Penggunaan diuretik : Ada
-Upaya mengatasi masalah : Berbaring di tempat tidur
IV. Mekanisme Koping
Mekanisme Koping Ny.S adaptif
2. Analisa data
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 02 Juni 2016,
analisa data yang diperoleh dengan mengelompokkan data objektif dan data
subjektif, adalah:

No. Data Etiologi Masalah


keperawatan
1. DS: Jarang minum air Kelebihan volume
Pasien mengatakan putih cairan
(3-4x/hari)
sebelum sakit jarang minum
air putih, hanya 3-4 gelas Kerusakan fungsi
perhari. Pasien mengatakan ginjal

BAK tidak lancar, air kencing


Kerusakan
sedikit dan warnanya kuning glomerulus
keruh, tangan sebelah kanan
Filtrasi
membengkak. glomerulus
DO : menurun
Edema pada tangan kanan (GFR menurun)

derajat 1
Retensi cairan
Turgor kulit tidak elastis
CRT pada ekstremitas atas Edema
lebih dari 2 detik, BB 47 kg.
Kelebihan
volume cairan
2 DS: Gagal ginjal Ketidakseimbangan
Pasien mengatakan nafsu nutrisi: kurang dari
makannya berkurang, Anoreksia kebutuhan tubuh
terkadang mual dan muntah.
DO: Nafsu makan
Pasien hanya menghabiskan berkurang
¼ porsi makan
BB menurun 54 kg menjadi BB menurun
47 kg
Nutrisi kurang
TB 160 cm
dari kebutuhan
tubuh

3 DS: Sekresi Intoleransi aktivitas


Pasien mengatakan badan eritropoetin
terasa sangat lemas dan tidak menurun
bisa melakukan aktivitas
lainnya selain hanya Hb menurun
berbaring
DO: Anemia
Pasien tampak lemas
Konjungtiva pucat Kelemahan
Aktivitas klien dilakukan
diatas tempat tidur Penurunan
Nyeri tekan di bagian aktivitas
abdomen.
Hb 8,4 mg/dl Intoleransi
aktivitas
4. DS: Gagal ginjal Defisit Perawatan
Pasien mengatakan jarang Diri-Mandi
membersihkan tubuhnya Hb menurun
DO:
Pasien memiliki caries gigi Anemia
Lidah kurang bersih
Kulit kering Kelemahan
Rambut kotor dan tidak rapi
Kuku panjang dan kotor Penurunan
aktivitas

Ketidakmampuan
melakukan
aktivitas mandiri

Defisit
Perawatan Diri

5 DS: Jarang minum air Ketidakefektifan


Pasien mengatakan sesak putih pola nafas
nafas jika meminum banyak (3-4x/hari)
air.
DO:
Kerusakan fungsi
TD: 160/90 mmHg
ginjal
P: 30 kali/menit
HR: 100 kali/menit
Kerusakan
T: 3
glomerulus
Perkusi paru: redup
Napas dangkal (dispnea) Filtrasi
Bibir pucat glomerulus
menurun
(GFR menurun)
Retensi cairan

Edema

Cairan masuk ke
paru

Edema paru

Difusi O2 dan
CO2 paru
terganggu

Hiperventilasi

Perubahan pola
nafas

3.Rumusan masalah
Dari pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 02 Juni 2021 pada
Ny.S, dan diperoleh analisa data yang didapat dari data subjektif dan data
objektif. Maka, rumusan masalah keperawatan yang di dapat menurut
NANDA 2015-2017 adalah:
a. Diagnosa I: Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
kelebihan asupan cairan ditandai dengan edema, asupan melebihi
haluaran.
b. Diagnosa II: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan makanan ditandai
dengan klien mengeluh tidak nafsu makan, terkadang mual dan
muntah, makan 3 kali sehari namun tidak pernah habis, dan
penurunan berat badan dari 54 kg menjadi 47 kg.

c. Diagnosa III: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


umum ditandai dengan keletihan dan ketidaknyamanan setelah
beraktivitas.
d. Diagnosa IV: Defisit perawatan diri-mandi berhubungan dengan
kelemahan ditandai dengan kebersihan klien tidak terjaga, pasien
hanya mandi 1x/hari dengan dibantu oleh suaminya, klien jarang
memperhatikan kebersihan gigi dan mulutnya serta tidak pernah
memotong kuku kaki dan tangannya sehingga kuku tampak
panjang dan kotor.
e. Diagnosa V: Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
Hiperventilasi ditandai dengan pola nafas abnormal: frekuensi
30x/menit, nafas dangkal.
4. Intervensi keperawatan
Setelah melakukan pengkajian keperawatan dari data yang diperoleh,
perawat melakukan analisa data dan menemukan masalah-masalah
keperawatan kemudian menegakkan diagnosa keperawatan. Setelah itu,
perawat melakukan perencanaan tindakan keperawatan untuk memberi
asuhan keperawatan kepada Ny.S Perencanaan keperawatan dan rasional
dari setiap diagnosa dapat dilihat pada tabel berikut:

Hari/ No
Perencanaan
Tanggal Dx.
Jum’at Dx Tujuan:
04juni 1. Pasien mampu menyatakan secara verbal pemahaman
2021 tentang pembatasan cairan dan diet.
Kriteria hasil:
Nilai elektrolit dalam rentang normal
Tidak ada edema
Tanda vital dalam batas normal

Intervensi Rasional
1. Kaji edema ekstremitas atau Edema dapat
bagian tubuh terhadap menyebabkan
gangguan sirkulasi dan gangguan sirkulasi.
intregitas kulit.

2. Manajemen cairan: Dapat menjadi data


Pertahankan catatan asupan dan dasar dalam memantau
haluaran yang akurat. dan mengevaluasi
Pantau hasil laboratorium yang status cairan/overload
relevan terhadap retensi cairan cairan.
(misalnya, peningkatan berat Perubahan hasil
jenis urine, peningkatan BUN, laboratorium
penurunan hematokrit, dan menunjukkan
peningkatan osmolitas urine kebutuhan dialisa
Pantau indikasi kelebihan segera.
cairan.

3. Ajarkan pasien untuk Menambah


memperhatikan penyebab dan pengetahuan pasien
mengatasi edema: membatasi akan penyakitnya.
asupan cairan, pembatasan diet Pembatasan cairan
dan penggunaan obat, dosis dan dapat mengurangi
efek samping pengobatan overload cairan tubuh

4. Kolaborasi dalam pemberian Kerja sama dalam


obat. disiplin ilmu
keperawatan.

5. Pertahankan dan alokasikan Mengurangi overload


pembatasan cairan untuk cairan tubuh.
pasien.

6. Ubah posisi per dua jam sekali Mengurangi


penekanan pada

edema
Jumat, Dx Tujuan:
02 Juni 2. Pasien mampu menoleransi diet yang dianjurkan
2016 Kriteria hasil:
Nilai laboratorium dalam batas normal
BB dalam batas normal

Intervensi Rasional
a. Manajemen nutrisi: Mengetahui asupan
Pantau kandungan nutrisi dan makanan yang akan
kalori pada catatan asupan diberikan kepada klien

b. Tawarkan makanan porsi besar Meningkatkan nafsu


di siang hari ketika nafsu makan makan klien
tinggi

c. Ciptakan lingkungan yang Lingkungan yang


menyenangkan untuk makan nyaman dan
menyenangkan dapat
s mempengaruhi
kualitas selera makan.

Jumat, Dx Tujuan:
04 Juni 3. Pasien akan menunjukkan toleransi aktivitas
2021 Kriteria hasil:
Berkurangnya keluhan lelah
Laporan perasaan lebih berenergi
Frekuensi pernafasan dan frekuensi jantung kembali dalam
rentang
Normal
Intervensi Rasional
a. Manajemen energi : Untuk
Tentukan penyebab keletihan mengidentifikasi

seperti perawatan, nyeri dan faktor yang


pengobatan. berkontribusi terhadap
keparahan kelemahan.
Untuk

b. Anjurkan pada pasien mempertahankan

menggunakan teknik relaksasi tingkat energi dan


mengurangi kerja
selama aktivitas
sistem kardiovaskuler
dan sistem pernafasan.

Meminimalkan
c. Ajarkan pada pasien/keluarga kelelahan
tentang pengaturan aktivitas
dan teknik manajemen waktu
untuk mencegah kelelahan
Kerjasama dalam
d. Kolaborasi pengobatan nyeri disiplin ilmu
33
sebelum aktivita keperawatan.

Peningkatan aktivitas
e. Bantu pasien untuk mengubah
dapat membantu
posisi secara berkala,
n keluar mencegah peningkatan
bersandar, duduk, berdiri, dan
beban kerja jantung
ambulasi yang dapat
secara tiba-tiba.
ditoleransi.

Jumat, Dx Tujuan:
04 Juni 4. Pasien mampu mengungkapkan secara verbal kepuasan
2021 tentang kebersihan tubuh dan higine oral
Kriteria hasil:
Membersihkan dan mengeringkan tubuh
Melakukan perawatan mulut
Intervensi Rasional
a. Kaji membran mukosa oral Mengetahui tingkat
dan kebersihan tubuh setiap kebersihan klien
hari

b. Dukung kemandirian dalam Melatih pasien dalam


melakukan mandi dan hygiene melakukan perawatan
oral. mandiri

c. Bantuan perawatan diri-mandi: Melatih pasien dalam


Letakkan sabun, handuk, melakukan perawatan
deodorant, alat cukur, dan mandiri
peralatan lain yang dibutuhkan
disamping tempat tidur
Fasilitasi pasien menyikat gigi

34
d. Libatka ga dalam Meningkatkan
pemberian asuhan kemandirian klien
dalam melakukan
kebersihan.

Jumat, Dx Tujuan:
04 Juni 5. Menunjukkan pola pernafasan efektif, dibuktikan dengan
2021 status pernafasan yang tidak berbahaya: ventilasi dan status
tanda vital.

Kriteria hasil:
Ventilasi tidak terganggu
TTV dalam batas normal.

Intervensi Rasional
a. Pemantauan pernafasan: Mengetahui status
Pantau kecepatan, irama pernafasan
kedalaman dan usaha respirasi.

b. Pantau pola pernafasan: Mengetahui pola


bradipnea, takipnea, pernafasan
hiperventilasi, pernafasan
kusmaul, pernafasan Cheyne-
Stokes dan apnea.

c. Perhatikan pergerakan dada, Mengetahui usaha


amati kesimetrisan, pernafasan
penggunaan otot-otot bantu,
serta retraksi otot
supraklavikular dan interkosta

d. Auskultasi bunyi nafas dan Mengetahui ada


adanya bunyi nafas tambah tidaknya suara napas
tambahan

5. Implementasi dan Evaluasi

No
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
Dx
Jumat, 04 I 1. Mengkaji edema ekstremitas S: Pasien mengatakan
Juni 2021 atau bagian tubuh terhadap telah melakukan
gangguan sirkulasi dan pembatasan cairan yaitu
intregitas kulit. minum hanya satu gelas
2. Mempertahankan catatan perhari dan masih
asupan dan haluaran yang merasakan nyeri di
akurat. pinggangnya, pasien
3. Memantau hasil laboratorium kurang mau mengubah
4. Mengajarkan pasien untuk posisi per 2 jam sekali.
memperhatikan penyebab dan
mengatasi edema, pembatasan O:
diet dan penggunaan obat, - Tanda-tanda vital Ny.S
dosis dan efek samping HR: 110x/menit
pengobatan. T: 37,5 C
5. Memberikan obat yang telah TD: 160/90 mmHg
dianjurkan dokter. RR: 30x/menit
6. Mempertahankan dan - Edema masih ada dan
mengalokasikan pembatasan turgor kulit masih buruk.
cairan untuk pasien. - Intake: 1000 ml
7. Menganjurkan untuk - Output: 500ml
mengubah posisi setiap 2 jam. - BB : 47 kg

A: Masalah teratasi
sebagian

P: Intervensi dilanjutkan:
1. Mengkaji edema
2. Menimbang berat
badan
3. Mempertahankan
catatan asupan dan
haluaran yang akurat.
4. Memberikan obat yang
telah dianjurkan dokter.
5. Mempertahankan dan
mengalokasikan
pembatasan cairan
untuk pasien.
6. Menganjurkan untuk
mengubah posisi setiap
2 jam.

II 1. Memantau kandungan nutrisi S: Pasien mengatakan


dan kalori pada catatan nafsu makannya semakin
asupan meningkat dikarenakan
2. Menawarkan makanan porsi lingkungan yang nyaman.
besar di siang hari ketika O:
nafsu makan tinggi Pasien menghabiskan
3. Menciptakan lingkungan yang setengah porsi
menyenangkan untuk makan BB: 47 Kg

A: Masalah
teratasisebagian

P: Intervensi dilanjutkan:
1. Memantau kandungan
nutrisi dan kalori pada
catatan asupan
2. Menawarkan makanan
porsi besar di siang
hari ketika nafsu
makan tinggi
3. Menciptakan
lingkungan yang
menyenangkan untuk
III makan
1. Menentukan penyebab
keletihan seperti perawatan,
S: Pasien mengatakan
nyeri dan pengobatan.
badan masih terasa lemas,
2. Menganjurkan pada pasien
tidak mampu lama berdiri,
menggunakan teknik
pasien hanya mau duduk
dan berbaring diatas
relaksasi selama aktivitas tempat tidur.
3. Mengajarkan pada
pasien/keluarga tentang O:
pengaturan aktivitas dan - Tanda-tanda vital Ny. S
teknik manajemen waktu HR: 100x/menit
untuk mencegah kelelahan RR: 30x/menit
4. Memberikan obat anti nyeri T: 37,5 C
sebelum aktivitas sesuai yang TD: 60/90 mmHg
dianjurkan dokter. - Pasien berbaring di
5. Membantu pasien untuk tempat tidur
mengubah posisi secara - Pasien mau meninum
berkala, bersandar, duduk, obat dari dokter.
berdiri, dan ambulasi yang A:
dapat ditoleransi Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
1. Menganjurkan pada
pasien menggunakan
teknik relaksasi
selama aktivitas
2. Mengajarkan pada
pasien/keluarga
tentang pengaturan
aktivitas dan teknik
manajemen waktu
untuk mencegah
kelelahan
3. Memberikan obat anti
nyeri sebelum
aktivitas sesuai yang
dianjurkan dokter.
4. Membantu pasien
untuk mengubah
posisi secara berkala,
bersandar, duduk,
berdiri, dan ambulasi
yang dapat ditoleransi

IV 1. Kaji membran mukosa oral


S: Pasien mengatakan
dan kebersihan tubuh setiap
bahwa dirinya merasa
hari
lebih bersih dari hari-hari
2. Dukung kemandirian dalam
sebelumnya.
melakukan mandi dan
O:
hygiene oral.
Ny. S menyikat giginya
3. Meletakkan sabun, handuk,
sendiri
deodorant, alat cukur, dan
Ny. S mengeringkan
peralatan lain yang
tubuhnya sendiri
dibutuhkan disamping tempat
Mandi 2x sehari
tidur serta memfasilitasi
pasien menyikat gigi
A:
4. Melibatkan keluarga dalam
Masalah teratasi
pemberian asuhan

P: Intervensi tidak
dilanjutkan

V
1. Memantau kecepatan, irama
S: pasien mengatakan
kedalaman dan usaha
terkadang masih sesak
respirasi.
nafas.
2. Memantau pola pernafasan
3. Memperhatikan pergerakan O:
dada, mengamati - Tanda-tanda vital Ny.S
kesimetrisan, penggunaan HR: 100x/menit
otot-otot bantu, serta retraksi RR: 30x/menit
otot supraklavikular dan T:37,5 C
interkosta TD: 160/90 mmHg
4. Mengauskultasi bunyi nafas - Auskultasi : tidak
dan adanya bunyi nafas terdapat nafas tambahan
tambahan. - Tidak terpasang O2
5. Menginformasikan kepada
pasien dan keluarga tentang
A:
teknik relaksasi
Masalah belum teratasi
6. Melaporkan ke dokter bila
ada perubahan sensori, bunyi
P: Intervensi dilanjutkan
nafas, pola pernafasan, sesuai
1. Memantau kecepatan,
dengan kebutuhan atau
irama kedalaman dan
protokol.
usaha respirasi.
2. Memantau pola
pernafasan
3. Memperhatikan
pergerakan dada,
mengamati
kesimetrisan,
penggunaan otot-otot
bantu, serta retraksi
otot supraklavikular
dan interkosta
4. Mengauskultasi bunyi
nafas dan adanya
bunyi nafas tambahan.
5. Menginformasikan
kepada pasien dan
keluarga tentang
teknik relaksasi
6. Melaporkan ke dokter
bila ada perubahan
sensori, bunyi nafas,
pola pernafasan.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Gagal ginjal kronik merupakan penyakit ginjal yang terjadi dengan lambat
selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, dengan penurunan bertahap pada
fungsi ginjal dan peningkatan bertahap dalam gejala-gejala, mengakibatkan
penyakit ginjal tahap akhir. Pada kasus Ny. S gagal ginjal kronis yang
dialaminya disebabkan oleh pola gaya hidup yang kurang baik, Ny. S
memiliki kebiasaan jarang mengkonsumsi air putih pada setiap harinya.
Setelah melakukan pengkajian keperawatan pada Ny.S dengan gagal ginjal
kronik, penulis mampu mengangkat diagnosa keperawatan diantaranya:
kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal ditandai
dengan BAK 3-4 kali/hari, turgor kulit tidak baik, edema di tangan sebelah
kanan dan CRT > 2 detik, dan diagnosa keperawatan lainnya yaitu Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ditandai dengan klien tampak
lemas, pucat, Hb 8,4 mg/dl klien hanya berbaring diatas tempat tidur, dan
tidak mampu melakukan aktivitas secara mandiri.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronis
lebih diutamakan untuk memonitoring keseimbangan cairan, intake, output
dengan tujuan untuk meminimalkan komplikasi.

B. Saran
1. Bagi pendidikan keperawatan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang
kelebihan volume cairan, intoleransi aktivitas dan pola nafas tidak efektif
pada pasien gagal ginjal kronik dan penanganannya khususnya bagi mata
kuliah kebutuhan dasar manusia, sehingga perawat dapat memberikan
asuhan keperawatan yang komprehensif terhadap masalah kelebihan
volume cairan, ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh,
intoleransi aktivitas, deficit perawatan diri-mandi dan ketidakefektifan
pola nafas.

2. Bagi klien
Meningkatkan pengetahuan klien tentang kebutuhan cairan dan elektrolit
untuk mengaplikasikan bagaimana cara menangani masalah kelebihan
volume cairan.
3. Bagi penulis
Hasil penulisan ini dapat memberikan dan menambah wawasan serta
informasi baru bagi penulis tentang kelebihan volume cairan, intoleransi
aktivitas dan ketidakefektifan pola nafas sehingga dapat memberikan
asuhan keperawatan yang lebih baik lagi terhadap masalah kelebihan
volume cairan,, ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh,
intoleransi aktivitas, defisit perawatan diri-mandi dan ketidakefektifan
pola nafas.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi.(2012). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika

Bayhakki.(2012). Klien Gagal Ginjal Kronik: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta:


EGC

Brunner & Suddarth.(2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta:


EGC

Larry & Joseph.(2010). Harrison Nefrologi dan Gangguan Asam-Basa.Jakarta:


Buku Kedokteran EGC

Nanda Internasional.(2015). Diagnosis Keperawatan NANDA 2015-2017. Jakarta:


EGC

Potter & Perry.(2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,


dan Praktik Edisi. Jakarta: EGC

Tarwoto & Wartonah, 2006.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.

Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika


LAMPIRAN

CATATAN PERKEMBANGAN

No
Hari/Tanggal Pukul Implementasi Evaluasi
Dx
Kamis, 03 I 13.10 1. Mengkaji edema S: Pasien mengatakan
Juni 2021 ekstremitas sudah membatasi cairan
13.25 2. Menimbang berat badan dengan mengurangi
14.40 3.Mempertahankan catatan minum dan masih
asupan dan haluaran yang merasakan nyeri di
akurat. pinggangnya, pasien
14.45
4. Memantau hasil kurang mau mengubah
laboratorium posisi per 2 jam sekali.
16.06
5. Memberikanobat yang telah
O:
dianjurkan dokter.
16.30 - Tanda-tanda vital
6. Mempertahankan dan
Ny.S HR: 110x/menit
mengalokasikan pembatasan
T: 37,5 C
cairan untuk pasien.
17.30
TD: 160/90 mmHg
7. Menganjurkan untuk
RR: 30x/menit
mengubah posisi setiap 2
- Edema masihadadan
jam.
turgor kulitmasihburuk.
- Intake: 1000 ml
- Output: 500ml
- BB : 47 kg

A:
Masalahteratasisebagian

P: Intervensidilanjutkan:
7. Mengkaji edema
8. Mempertahankancatatan
asupandanhaluaran
yang akurat.
9. Memberikanobat yang
telahdianjurkandokter.
10. Mempertahankand
anmengalokasikanpemb
atasancairanuntukpasien
.
11. Menganjurkanuntu
kmengubahposisisetiap
2 jam.
II 13.05 1. Memantau kandungan
nutrisi dan kalori pada
S:
catatan asupan
Pasienmengatakannafsum
13.15
2. Menawarkanmakananporsi
akannyasemakinmeningka
besar di siang hari ketika
tdikarenakanlingkungan
nafsu makan tinggi
14.20 yang nyaman.
3. Menciptakan lingkungan
O:
yang menyenangkan untuk
Pasienmenghabiskanseten
makan
gahporsi
BB: 47 Kg

A:
Masalahteratasisebagian

P: Intervensidilanjutkan:
1. Menawarkan makanan
porsi besar di siang hari
ketika nafsu makan
tinggi
2. Menciptakan
lingkungan yang
menyenangkan untuk
makan

III 13.07 1. Menentukan penyebab S: Pasien mengatakan


keletihan seperti badan masih terasa lemas,
perawatan nyeri dan tidak mampu lama berdiri,
pengobatan. pasien hanya mau duduk
13.10 2. Menganjurkan pada dan berbaring diatas
pasien menggunakan tempat tidur.
teknik relaksasi selama
aktivitas O:
16.00
3. Memberikan obat anti - Tanda-tanda vital Ny. S
nyeri HR: 100x/menit
17.30
4. Membantu pasien untuk RR: 30x/menit
mengubah posis isecara T: 37,5 C
berkala, bersandar, TD: 60/90 mmHg
duduk, berdiri, dan - Pasien berbaring di

ambulasi yang dapat tempat tidur

ditoleransi - Pasien mau meninum


obat dari dokter.

A:
Masalahbelumteratasi

P: Intervensi dilanjutkan
1. Menganjurkan pada
pasien menggunakan
teknik relaksasi
selama aktivitas
2. Memberikan obat anti
nyeri.
3. Membantu pasien
untuk mengubah
posisi secara berkala,
bersandar, duduk,
berdiri, dan ambulasi
yang dapat ditoleransi

IV 15.00 1. Kaji membrane mukosa S: Pasien mengatakan


oral dan kebersihant ubuh bahwa dirinya merasa
setiaphari lebih bersih dari hari-hari
15.30
2. Dukung kemandirian sebelumnya.
dalam melakukan mandi O:
dan hygiene oral. Ny. S menyikat giginya
16.35
3. Meletakkan sabun, handuk, sendiri
deodorant, alat cukur, dan Aktivitas mandi dibantu
peralatan lain yang oleh suaminya
dibutuhkan disamping Mandi 2x sehari
tempat tidur serta
memfasilitasi pasien A:
16.37 menyikat gigi Masalah teratasi
4. Melibatkan keluarga dalam
pemberian asuhan P: Intervensi tidak
dilanjutkan
V 13.30

1. Memantau kecepatan,irama S:

kedalaman dan usaha pasienmengatakanterkada


13.35
respirasi. Memantau pola ngmasihsesaknafas.

pernafasan
13.40 O:
2. Mengauskultasi bunyi
- Tanda-tanda vital Ny.S
nafas dan adanya bunyi
13.50 HR: 100x/menit
nafas tambahan.
RR: 30x/menit
3. Menginformasikan kepada
T:37,5 C
pasien dan keluarga
TD: 160/90 mmHg
tentang teknik relaksasi
- Auskultasi:
tidakterdapatnafastamba
han
- Tidakterpasang O2
A:Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
1. Memantau kecepatan,
irama kedalaman dan
usaha respirasi.
2. Memantau pola
pernafasan
3. Mengauskultasi bunyi
nafas
4.Menginformasikan
kepada pasien dan
keluarga tentang teknik
relaksasi

Jum’at, 04 I 13.10 1.Mengkaji edema S: Pasien mengatakan


Juni 2021 13.25 2.Mempertahankan catatan sudah membatasi cairan
asupan dan haluaran yang dengan mengurangi
akurat. minum dan masih
14.45 3.Memberikan obat yang merasakan nyeri di
telah dianjurkan dokter. pinggangnya, pasien
15.30 4.Mempertahankan dan sudah mau mengubah
mengalokasikan pembatasan posisi per 2 jam sekali.
cairan untuk pasien.
17.30 5.Menganjurkan untuk O:
mengubah posisi per 2 jam. - Tanda-tanda vital Ny.S
HR: 110x/menit
T: 37,5 C
TD: 160/90 mmHg
RR: 25x/menit
- Edema
masihadadanturgor
kulitmasihburuk.
- Intake: 1000 ml
- Output: 500ml
- BB : 47 kg

A:
Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan
oleh keluarga,
dikarenakan jadwal
praktek 31 – 04 Juni 2016.
II 14.30 1. Menawarkan makanan
porsi besar di siang hari S: Pasien mengatakan
ketika nafsu makan tinggi nafsu makannya semakin
14.40
2. Menciptakan lingkungan meningkat dikarenakan
yang menyenangkan lingkungan yang nyaman.
untuk makan O:
Pasien menghabiskan
setengah porsi
BB: 47 Kg

A:
Masalahteratasisebagian

P: Intervensi dilanjutkan
oleh keluarga dikarenakan
jadwal pkl 31-04 Juni
2016:
1. Menawarkan makanan
porsi besar di siang hari
ketika nafsu makan
tinggi
2. Menciptakan
lingkungan yang
menyenangkan untuk
makan
III 14.30 1. Menganjurkan pada
S: Pasien mengatakan
pasien menggunakan
badan masih terasa lemas,
teknik relaksasi selama
pasien sudah mau
aktivitas
14.40 melakukan aktivitas
2. Memberikan obat anti
secara berkala dengan
nyeri sebelum aktivitas
dibantuoleh perawat dan
sesuai yang dianjurkan
keluarga dengan cara
dokter.
16.10 mengubah posisi dan
3. Membantu pasien untuk
berjalan sedikit demi
mengubah posisi secara
sedikit.
berkala, bersandar,
duduk, berdiri, dan
O:
ambulasi yang dapat
- Tanda-tanda vital Ny. S
ditoleransi
HR: 100x/menit
RR: 25x/menit
T: 37,5 C
TD: 60/90 mmHg
- Pasien mau meninum
obat dari dokter.
- Pasien merasa tenang
- Kecemasanberkurang

A:
Masalahbelumteratasi

P:
Intervensidilanjutkanolehk
eluarga,
dikarenakanjadwalpraktek
31 – 04 Juni 2016.

IV 13.30 1. Memantau kecepatan,


S: Pasien mengatakan
irama kedalaman dan
terkadang masih sesak
usaha respirasi.
nafas. Keluarga sering
13.34
2. Memantau pola
mengajarkan teknik
pernafasan
relaksasi pada pasien.
13.45
3. Mengauskultasi bunyi
nafas dan adanya bunyi O:
nafas tambahan. - Tanda-tanda vital Ny.S
13.50
4. Menginformasikan HR: 100x/menit
kepada pasien dan RR: 25x/menit
keluarga tentang teknik T:37,5 C
relaksasi TD: 160/90 mmHg
- Auskultasi:
tidakterdapatnafastamba
han
- Tidakterpasang O2
Pasien melakukan teknik
relaksasi: berbaring di
tempat tidur jika sesak.

A:
Masalah teratasi sebagian.
P: Intervensi dilanjutkan
oleh keluarga,
dikarenakan jadwal
praktek 31 – 05 Juni 2016:
1.Melakukan teknik
relaksasi.

54

Anda mungkin juga menyukai