Anda di halaman 1dari 2

Kepatuhan berlalu lintas merupakan bentuk sikap patuh terhadap aturan lalu lintas.

Aturan tersebut digunakan untuk membimbing pengguna jalan agar patuh terhadap aturan
sehingga berdampak positif untuk pengguna jalan dan mengurangi peristiwa seperti
kecelakaan lalu lintas. Lalu lintas dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan ruang lalu lintas
dijalan. Transportasi jalan diselenggarakan dengan tujuan mewujudkan lalu lintas dan
angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur nyaman dan efisien.
Agar transportasi tersebut dapat digunakan sebagaimana mestinya dibuatkan rambu lalu lintas
untuk memberikan petunjuk mengenai yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat berkendara.

Tertib berarti disiplin, taat dan patuh akan peraturan yang berlaku di suatu tempat.
Tertib berlalu lintas merupakan cerminan yang sangat baik, baik akan keselamatan diri sendiri
maupun orang lain dan menaati peraturan rambu-rambu yang berlaku. Melakukan
pelanggaran aturan lalu lintas merupakan dorongan sikap oleh pengemudi itu sendiri, yang
memiliki implementasi di tiga level individual, interpersonal dan sociental.

Dalam Peraturan Menteri Perhubungan RI No. 13 Tahun 2014 Tentang Rambu Lalu
Lintas Di Jalan Pasal 1 ayat (1) Rambu Lalu Lintas adalah salah satu dari perlengkapan jalan,
berupa lambang, huruf, angka, kalimat dan /atau perpaduan diantaranya sebagai peringatan,
larangan, perintah atau petunjuk bagi pemakai jalan. Pemasangan rambu pada jalan memiliki
fungsi sebagai alat yang utama dalam mengatur, memberi peringatan dan mengarahkan lalu
lintas agar dapat berfungsi dengan baik, perencanaan dan ukuran rambu, desain rambu, lokasi
rambu, operasi rambu, serta pemeliharaan rambu.

Kecelakaan lalu lintas juga bisa disebabkan oleh ketidaktaatan pengguna kendaraan
bermotor dalam mematuhi aturan berlalu lintas. Seperti halnya di kota-kota besar yang sering
ditemui banyaknya pelanggaran lalu lintas yang dilakukan, terutama oleh pelajar.

Walaupun siswa tingkat pengetahuannya tinggi, mereka juga memiliki sikap


melanggar yang tinggi. Hal ini karena pengetahuan yang mereka miliki tidak menunjang
mereka untuk berperilaku tidak melanggar. Walaupun mereka tahu helm itu untuk melindungi
mereka, tapi remaja juga sering tidak memakai helm. Pelanggaran tetap dilakukan walau
mereka tahu itu melanggar dan berbahaya. Jenis pelanggaran yang dilakukan remaja
pengguna sepeda motor adalah tidak memakaihelm, tidak membawa SIM/STNK, menerobos
traffict light, menaikkan sepeda di trotoar, berbonceng tiga, mengebut, memodifikasi motor
sehingga tidak sesuai standar, naik fly over, mengendari dengan merokok, mengendarai
sepeda motor dengan menggunakan headset, serta mengendarai sepeda motor dengan
menggunakan ponsel. Pelanggaran ini terjadi karena pelanggaran lalu lintas oleh remaja
pengguna sepeda motor terjadi karena remaja pengguna sepeda motor lepas kontrol atau
kurang dalam pengendalian sosialnya. Teori ini dibangun atas dasar pandangan bahwa setiap
manusia cenderung tidak patuh pada hukum atau memiliki dorongan untuk melakukan
pelanggaran-pelanggaran hukum.

Peran serta orang tua dalam mengasuh anak perlu ditingkatkan untuk menekan
kanakalan remaja, terutama dalam hal mempersiapkan remaja boleh mempergunakan sepeda
motor di saat yang tepat yang harus dibekali pengetahuan tentang lalu lintas yang baik. Guru
dan pihak sekolah perlu selalu mengingatkan remaja dalam hal berlalu lintas, pengetahuan
yang harus dimiliki serta sikap taat terhadap peraturan lalu lintas.

TERTIB berlalu lintas merupakan hal penting yang harus dimiliki setiap pengendara
kendaraan bermotor. Tujuan tertib berlalu lintas ialah menjaga keselamatan bagi pengendara
itu sendiri dan orang lain saat di jalan. Menurut data Polri, pada 1 Januari 2022-19 Maret
2022 terdapat 145 kecelakaan dengan total korban mencapai 212 orang.

Masih terjadinya kecelakaan dalam berlalu lintas itu memperingatkan pengendara


tentang pentingnya patuh terhadap rambu-rambu lalu lintas dan aturan berkendara menurut
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pentingnya
memahami kewajiban pengendara di jalan raya seperti tidak ugal-ugalan, menggunakan
peralatan keamanan berkendara, serta tidak mengemudi dalam pengaruh alkohol menjadi
perlindungan pengendara agar terhindar dari bahaya kecelakaan lalu lintas. Pemahaman itu
yang seharusnya bisa diterapkan di jalan raya agar dapat mengurangi angka kecelakaan lalu
lintas.

Pemerintah dan Polri juga telah melakukan berbagai cara agar dapat menerapkan
kedisiplinan dalam berkendara. Sebagai contoh Dishub Aceh melakukan pelatihan pada 2.969
pengemudi angkutan umum untuk menerapkan disiplin dalam berlalu lintas. Tujuan upaya
penguatan budaya disiplin berlalu lintas itu ialah menghindari terjadinya kecelakaan yang
menyebabkan kecacatan permanen, kematian, benturan, kerusakan sensor gerak, hingga luka
bakar.

Anda mungkin juga menyukai