Anda di halaman 1dari 13

Nama : SINDY OYUTRI

NIM : 061730400310

Kelas : 2 KA

Jurusan : Teknik Kimia

Nama Dosen Pembimbing : M. Ali Praja, S.H., M.H

Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

TUGAS

Tuliskan beberapa perilaku atau sikap masyarakat yang dinilai bertentangan dengan ajaran
dalam materi pendidikan kewarganegaraan. Setelah itu buatlah argumentasi saudara/i dalam
memperbaiki perilaku/sikap tersebut ke arah yang positif sesuai dengan ajaran dalam materi
pendidikan kewarganegaraan. Jangan lupa tuliskan pula kapan dan dimana kejadian itu terjadi
untuk memperkuat temuan tersebut ! (minimal = 10 lembar)
1. Kasus :
Beberapa orang berkendaraan roda dua melawan arus.
Kejadian :
Depan kampus Universitas Sriwijaya (UNSRI) bukit ke arah Jalan Lunjuk Jaya
(Jum’at, 16 Maret 2018, pukul 16.35 WIB).
Perbaikan :
Seharusnya para pengendara menaati aturan terbaru yang ada dengan mengikuti
arah arus yang telah diatur oleh satlantas dan dinas perhubungan.
Argumen :
Uji coba rekayasa lalu lintas atau sistem satu arah (one way) yang merupakan hasil
keputusan bersama dari rapat forum lalu lintas ini, dilakukan untuk mengurangi atau
mengurai kemacetan di daerah tersebut yang hampir langganan macet khususnya pada
jam kerja atau jam-jam sibuk. Namun dalam praktiknya, ternyata banyak menuai
kemacetan yang lebih parah apalagi di simpang phb dan Kemang Manis dan juga
banyak protes warga atau para pengguna jalan tersebut.
Sistem satu arah (one way) di Jalan Jaksa Agung Soeprapto menuju Jalan Srijaya
(Unsri) yang dialihkan melalui Jalan Padang Selasa, membuat banyak orang yang tidak
setuju dengan aturan ini karena jauhnya arah putar atau alihan arus untuk menuju jalan
yang biasa mereka lewati. Contohnya saja seringnya warga atau khususnya mahasiswa
disekitar kampus Universitas Sriwijaya (UNSRI) yang ingin melewati jalan Lunjuk
Jaya melawan arus melewati depan pagar Universitas Sriwijaya (UNSRI). Hal ini dapat
membuat keresahan bagi pengguna jalan yang mengikuti satu arus (one way) karena
dapat menimbulkan aksi saling tumbur atau lawan arus dan akan memungkinkan
terjadinya kecelakaan. Perbuatan ini merupakan tindakan melanggar aturan yang ada,
karena aturan atau ketetapan yang telah diputuskan ini memiliki tujuan yang baik
sebetulnya untuk para pengguna jalan. Walaupun arah putar yang jauh dari biasanya,
namun hal ini dapat lebih mengamankan para pengguna jalan dibanding dengan
melawan arus.
Memang tidak ada ketentuan yang secara ekspisit melarang kendaraan melawan
arus. Akan tetapi, pada umumnya terdapat rambu lalu lintas yang menandakan bahwa
jalan tersebut adalah satu arah, atau tanda larangan masuk dari sisi jalan tertentu (jadi
tidak boleh dua arah).
Pada dasarnya, pengemudi kendaraan bermotor dijalan wajib mematuhi ketentuan
dalam Pasal 106 Ayat (4) UU LLAJ, yang salah satu poinnya ialah rambu perintah atau
rambu larangan. Adapun pengemudi kendaraan bermotor di jalan yang melanggar
aturan atau larangan yang dinyatakan dengan rambu lalu lintas dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp 500.000.

2. Kasus :
Aksi Ojek manual/pangkalan memarahi seorang ojek online (gojek) masuk
kedalam area kampus UNSRI
Kejadian :
Depan kampus Universitas Sriwijaya (UNSRI) bukit (Kamis, 15 Maret 2018, pukul
14.50 WIB).
Perbaikan :
Seharusnya sesama pekerja transportasi umum tidak resmi atau disebut ojek dapat
saling menghargai, menghormati dan saling berbagi.
Argumen :
Kecanggihan berteknologi membuat para pemikir terus menciptakan hal yang baru,
khususnya untuk hal transportasi yang tidak dikatakan baru lagi pada saat ini yaitu
transportasi online. Transportasi online ini ternyata menciptakan hubungan mutualisme
atau saling menguntungkan antara pengemudi (driver) dan penumpang. Harga
terjangkau yang diterapkan oleh pengemudi/driver online ini banyak diminati oleh
kebanyakan warga. Namun hal ini, ternyata juga menimbulkan efek negatif berupa
kecemburuan sosial bagi para transportasi konvensional khususnya ojek pangkalan dan
taxi. Kecemburuan ini dikarenakan para driver konvensional merasa para
penumpangnya telah direbut oleh para driver online. Sebab, semenjak adanya
transportasi online, penghasilan transportasi konvensional yang dibawa pulang
dirasakan menurun drastis dan juga membuat para driver konvensional membuat aksi
yang tidak terpuji seperti memarahi driver online sampai ada yang pernah saya lihat
driver online dipukuli oleh driver konvensional. Menurut sumber yang saya baca,
alasan lain penolakan transportasi online oleh transportasi konvensional ini di
karenakan para driver online bukanlah tranportasi umum yang legal dan tidak punya
izin seperti transportasi konvensional.
Namun menurut pendapat saya, aksi yang tidak terpuji tersebut tak patut diteruskan.
Karena pada dasarnya rezeki atau mata pencaharian yang didapat tidak akan tertanggu
apabila para driver konvensional juga mengikuti perkembangan zaman yang ada, agar
turut andil dalam kemajuan teknologi yang ada dengan melakukan hal yang sama
seperti mengubah kebiasaan dari transportasi konvensional menjadi transportasi online
ataupun jika tidak bisa merubah kebiasaan, maka hal lain yang dapat dilakukan adalah
dengan saling menghargai dan menghormati sesama pekerja angkutan umum agar tidak
saling merugikan satu sama lain.

3. Kasus :
Seseorang yang berada didalam mobil membuang sampah sembarangan di jalan
raya.
Kejadian :
Jalan Jenderal Sudirman, Depan pasar (palimo), km 5 ( Minggu, 18 Maret 2018.
pukul 08.04 WIB)
Perbaikan :
Apabila sedang dalam perjalanan ingin membuat sampah, hendaknya sampah
tersebut disimpan dahulu untuk dibuang ketempatnya atau berhenti sejenak mencari
kotak sampah terdekat.
Argumen :
Perbuatan membuang sampah sembarangan ini sepertinya sudah menjadi kebiasaan
bagi orang-orang. Kurangnya kesadaran untuk dapat mencintai lingkungannya sendiri
atau dalam artian besar cinta akan Indonesia yang bersih dan indah, nampaknya hanya
sekedar mengetahui namun tak beramalkan dengan wujud nyata. Kebiasaan yang tidak
baik ini sering sekali terjadi salah satu bukti nyatanya ialah para pengguna jalan baik
mobil pada kasus yang saya lihat langsung ini membuang sampah sembarangan di jalan
raya.
Padahal larangan membuang sampah sembarangan sudah diatur dalam Peraturan
Daerah (PerDa), Nomor 3 tahun 2013 tentang pengelolaan sampah, dalam pasal 126
poin H disebutkan setiap orang dilarang membuang sampah dari kendaraan, pada pasal
130 poin C disebutkan setiap orang yang dengan sengaja terbukti membuang sampah
dari kendaraan dikenakan uang denda paksa paling banyak Rp. 500.000. Namun
nampaknya aturan ini masih kurang menyadari para warga karena masih banyaknya
kejadian membuang sampah sembarangan ini terjadi.
Perilaku membuang sampah sembarangan ini juga dapat mengakibatkan
kecelakaan pada pengguna jalan lain, dan ini juga sudah diatur dalam Undang-Undang
(UU) nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Pada pasal 310 ayat
2, 3 dan 4 diatur mengenai setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor atau
bermobil karena kelalainya menyebabkan korban luka ringan, berat atau sampai
meninggal dunia, dipidana maksimal satu tahun sampai enam tahun dan denda paling
besar mulai dari Rp 2.000.000 sampai Rp 12.000.000.
Contoh perilaku ini mencerminkan tidak adanya empati terhadap sesama pengguna
jalan lainnya. Sangat disayangkan hal-hal seperti ini masih sering ditemui dan
berpotensi menjadi konflik di jalan serta juga dapat merusak lingkungan sekitar.

4. Kasus :
Seorang pengemudi motor (ojek online) yang menggunakan Gadget/Handphone
saat berkendaraan
Kejadian :
Jalan Lunjuk Jaya, Bukit Lama (Senin, 26 Maret 2018, pukul 14.00 WIB)
Perbaikan :
Sebaiknya setiap orang yang sedang mengemudikan kendaraan hendaknya tidak
menggunakan Handphonenya di perjalanan atau jika memang terdesak harus
menggunakan Handphone saat tengah perjalanan, usahakan untuk berhenti terlebih
dahulu ke pinggir jalan.
Argumen :
Penyalahgunaan handphone di tengah perjalanan apalagi seorang pengemudi
motor, dapat menimbulkan kebahayaan bagi yang melakukan hal tersebut. Hal ini
disebabkan karena hilangnya konsentrasi pengemudi saat berkendara, yang
memungkinkan terjadinya kecelakaan di jalan. Oleh karena itu, setiap orang yang
mengemudikan kendaraan khusunya kendaraan roda dua di jalan memiliki kewajiban
untuk mengemudikan kendaraanya dengan wajar dan penuh konsentrasi, yang hal ini
telah tertera dan diatur di dalam Pasal 287 Ayat (1) UU LLAJ.
Yang dimaksud dengan “penuh konsentrasi” adalah mengemudikan kendaraan
bermotor dengan penuh perhatian atau kehati-hatian dan tidak terganggu perhatiannya
karena hal-hal tertentu misalnya sakit, lelah, mengantuk, menggunakan
handphone/gadget ataupun menonton video yang terpasang di kendaraan, atau
meminum-minuman yang mengandung alkohol/memabukkan atau mengkonsumsi
obat-obatan yang menimbulkan efek samping bagi pengendara saat mengemudi,
sehingga mempengaruhi kemampuan dalam mengemudikan kendaraannya.
Adapun hukuman atau sanksi jika seseorang pengemudi yang menggunakan
gadget/handphonenya pada saat mengendarai sepeda motor yang mengakibatkan
gangguan konsentrasi saat mengemudi di jalan. Maka, orang tersebut dapat terjerat
pidana dalam Pasal 283 UU LLAJ dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan
atau denda paling banyak Rp 750.000.

5. Kasus :
Seorang pengendara roda dua bersama temannya mencoba menerobos lampu merah
(Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas)
Kejadian :
Persimpangan lampu merah Demang Lebar Daun, (Senin, 26 Maret 2018, pukul
07.45 WIB)
Perbaikan :
Sebaiknya para pengguna jalan khusunya pengemudi kendaraan, agar dapat
menaati APIL (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas) demi keamanan dan keselamatan diri
sendiri maupun orang lain
Argumen :
Masyarakat Indonesia masih banyak yang belum sadar atas pentingnya mematuhi
peraturan lalu lintas dan hal ini yang harus diperhatikan oleh pihak bersangkutan
maupun pemerintah. Ketidaksabaran para pengguna jalan khususnya pengendara
sepeda motor dalam menunggu lampu merah sebagai APIL (Alat Pemberi Isyarat Lalu
Lintas), membuat para pengemudi dengan seringnya yang terlihat terus mencoba
menerobos lampu merah dan hal ini dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Banyak faktor dari para pengendara yang mengabaikan lampu merah ketika dijalan,
seperti contohnya pengendara terburu-buru karena takut telat sampai tujuan atau bisa
juga dikarekan memang tidak melihat adanya traffic light/lampu merah yang
merupakan tanda harus berhentinya kendaraan. Adapun aturan dari traffic light/lampu
merah ini diatur dalam Peraturan Pemerintahan Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan
Lalu lintas dan Angkutan Jalan dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dan adapun bagi para pengendara khususnya
kendaraan bermotor di jalan yang melanggar ketentuan APIL (Alat Pemberi Isyarat
Lalu Lintas), maka akan terjerat pidana kurungan paling lama dua bulan atau denda
paling banyak Rp. 500.000 yang tertera dalam Pasal 283 UU LLAJ.
Kita sebagai warga negara Indonesia, mematuhi aturan yang ada bukanlah sesuatu
yang sepele. Maka untuk itu, jadilah warga negara yang baik, dengan menaati aturan
yang ada seperti salah satunya pada kasus ini agar dapat taat dengan APIL (Alat
Pemberi Isyarat Lalu Lintas).

6. Kasus :
Dua orang anak lelaki berpakaian sekolah menengah terlihat sedang mengisap lem
aibon sebagai pengganti narkoba
Kejadian :
Di jalan Sukabangun II, Km 6 (Rabu, 28 Maret 2018, pukul 15.00 WIB)
Perbaikan :
Sebaiknya para pelajar diberi edukasi terhadap bahayanya penggunaan narkoba dan
contoh bahan narkoba yang harus dihindari.
Argumen :
Maraknya narkotika dan obat-obatan terlarang telah banyak mempengaruhi
mental dan sekaligus pendidikan bagi para pelajar saat ini. Masa depan bangsa yang
besar ini bergantung sepenuhnya pada upaya pembebasan kaum muda dari bahaya
narkoba. Narkoba telah menyentuh lingkaran yang semakin dekat dengan kita semua.
Dari yang berumur muda hingga yang sudah lanjut usiapun sudah banyak terjerat oleh
narkoba yang sering kali dapat mematikan. Sabagai makhluk Tuhan yang kian dewasa
pemikirannya, seharusnya kita senantiasa berfikkir jernih untuk menghadapi globalisasi
teknologi dan globalisasi yang berdampak langsung pada keluarga dan remaja sebagai
penerus bangsa khususnya.
Adapun faktor-faktor penyebab penyalahgunaan Narkoba ini yaitu; kegagalan yang
di alami dalam kehidupan misalnya terjadi perselisihan dikeluarga hingga mengalami
kehancuran (broken home), pergaulan yang bebas dan lingkungan yang kurang tepat,
kurangnya kesadaran rohani dan informasi ha-hal yang positif (motivation) yang
bermanfaat agar menjadi penyemangat dalam meraih prestasi, keinginan untuk sekedar
mencoba sekali namun malah menjadi ketagihan, serta akses untuk mendapatkan
barang narkoba yang mudah didapatkan karena banyak beredar di masyarakat. Adapun
bagi para pelaku kejahatan narkoba akan diberi sanksi yang telah diatur dalam Undang-
Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Pasal 127 dengan pidana penjara paling lama 4 tahun
atau bisa di rehabilisasi.
Pentingnya peran keluarga untuk dapat merangkul anaknya agar tidak terjerat
dalam lingkar narkoba melalui beberapa pendekatan misalnya berupa pendekatan
psikologis, pendekatan sosial dan lain sebagainya. Dan juga pentingnya peran
pemerintah misalnya memberikan tindakan preventif atau pencegahan seperti
penyuluhan, seminar, workshop, pelatihan dan sejenisnya tentang narkoba dan
bahayanya kesejumlah sekolah, perguruan tinggi serta masyarkat luas.

7. Kasus :
Seorang ibu yang memarahi anaknya dengan kata-kata kasar atau tidak baik
Kejadian :
Jalan Tut Wuri Handayani, Km 6,5 ( Sabtu, 24 Maret 2018, Pukul 16.00)
Perbaikan :
Sebaiknya orang tua dapat mengontrol emosi ketika sedang memarahi anak dengan
mencari waktu yang tepat untuk bisa berdiskusi bersama
Argumen :
Kebanyakan orangtua pernah berteriak atau berkata kasar kepada anaknya.
Orangtua cenderung berteriak sebagai upaya terakhir agar anaknya mau melaksanakan
perintah atau mendengar nasihatnya. Namun, menurut studi, teriakan kemarahan dan
kalimat kasar kepada seorang anak cenderung menjadi bumerang. Teriakan hanya akan
memperparah tingkah seorang anak.
Ketika dibandingkan dengan tingkah anak, anak usia di bawah 13 tahun yang
sering dimarahi dengan kata-kata kasar cenderung bertingkah nakal dan mengalami
masalah serius. Anak-anak yang sangat sering dimarahi dengan kalimat-kalimat kasar
di usia dibawah 13 tahun cenderung menunjukkan tanda-tanda depresi ketika
menginjak usia 14 tahun.
Asisten profesor psikologi di University of Pisttsburgh, AS, Ming-Te Wang yang
memimpin penelitian tentang frekuensi berteriak, memaki, atau melabeli anak dengan
kata-kata seperti "bodoh" atau "pemalas", mengatakan, tak peduli seberapa sering dan
keras orangtua berteriak, anaknya tak akan mendengar. Malah hanya memperparah
keadaan dan mengakibatkan ketegangan hubungan orangtua-anak.
Penting untuk orangtua mengingatkan diri sendiri supaya tetap tenang dalam segala
keadaan, terutama saat menghadapi anak yang bertingkah tidak sopan/baik. Beberapa
orang dewasa, secara genetika, cenderung gampang berteriak dan bertindak kasar, dan
hal ini akan menurun ke anaknya, bahkan ketika tidak diasuh langsung oleh
orangtuanya itu.
Hukuman fisik yang agresif diketahui cenderung memicu agresi anaknya, meski
ada kontroversi yang mengatakan, hukuman fisik ringan kepada anak kecil masih bisa
ditoleransi (contoh: cubit).
Meski demikian, mengurangi teriakan anak akan menjadi salah satu cara untuk
mengurangi "racun" dalam lingkungan keluarga: mengurangi stres, mengurangi
eksposur terhadap kekerasan, dan mengurangi hukuman yang bersifat menyakiti. Saran
untuk orangtua untuk berfokus pada pola mengasuh yang bersifat membangun aktivitas
dan rutinitas keluarga. Pola asuh dengan teriakan kemarahan, rentetan ucapan buruk,
memukul, dan hukuman kasar lainnya pada anak tidak akan membantu
mempersiapkannya menghadapi permasalahan dalam hidup di kemudian hari.
Hubungan orangtua-anak bersifat timbal balik. Dibutuhkan intervensi pada kedua
pihak untuk mencari jalan terbaik dalam hal pengasuhan demi menjalankan kehidupan
yang lebih bahagia.

8. Kasus :
Aksi saling rebut barang rongsokan oleh dua orang pemulung
Kejadian :
Komplek Tanjung Harapan, Kenten (Minggu, 18 Maret 2018, pukul 19.30 WIB)
Perbaikan :
Seharusnya pemerintahan lebih memerhatikan nasib rakyatnya dalam masalah
kesejahteraannya
Argumen :
Pemulung adalah orang yang memungut barang-barang bekas atau sampah tertentu
untuk proses daur ulang. Bagi kalangan tertentu, pekerjaan pemulung dianggap
memiliki konotasi negatif, padahal di saat yang sama, bagi sebagian orang pula,
pemulung adalah pahlawan kota, mereka adalah “arsitektur-arsitektur keindahan dan
kebersihan kota”. Tanpa mereka, bisa dibayangkan bagaimana kotor dan dekilnya
sebuah kota yang di dalamnya bertebaran dan berseraknya sampah-sampah. Dampak
dari potret kota yang demikian ini tentu saja adalah, menjeritnya penghuni kota akibat
hidup dalam ruang-ruang yang dipastikan kotor dan karenanya menjadi biang segala
macam penyakit. Sebuah ironi tentu saja, karena di saat yang sama, kota terlanjur
dianggap sebagai pusat peradaban umat manusia. Namun ironisnya, mereka tidak
diberdayakan, mereka selalu dilupakan dalam hiruk-pikuk dan hingar-bingar proses
pembuatan dan pelaksanaan kebijakan pembangunan perkotaan.
Dalam kondisi seperti ini, pertanyaan mendasar yang kemudian muncul di pikiran
saya adalah, di mana dan apa tugas negara untuk mengatasi masalah ini? Apapun
alasannya, negara berkewajiban menyediakan barang-barang publik untuk warga
negaranya, terutama yang berkaitan dengan basic human rigths yaitu, hak atas
pekerjaan dan pendapatan yang layak, pendidikan dan kesehatan yang gratis dan
memadai.
Sebenarnya pemerintah sudah berupaya dalam mengatasi kemiskinan, berbagai
program strategis telah dilakukan dengan trilyunan dana telah digelontorkan untuk
membiayai proyek kemiskinan ini, namun angka kemiskinan tetap saja bertambah,
pengangguran semakin meningkat dan pemulung tentu saja selalu ada dan hadir di
setiap kota.
Mencermati potret kemiskinan yang ada di negeri ini, maka satu hal pasti yang bisa
disimpulkan adalah, bahwa ternyata negara belum memiliki kapasitas teknis-manajerial
yang memadai untuk mengelolah potensi alam negeri yang katanya memadai dan
berlimpah ini, untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Fakta pembenarnya
adalah, angka kemiskinan tetap saja meningkat dari tahun ke tahun, walau di saat yang
sama berbagai program berikut triliunan dana telah digelontorkan untuk membiayai
atas apa yang disebut proyek kemiskinan. Salah satu dampak dari situasi ini adalah,
melemahnya kualitas sumberdaya pada sebagian besar manusia Indonesia, dan
karenanya membuat mereka menjadi tidak mampu menggoverning dirinya dalam
mengarungi situasi sulit dari dekade-dekade pembangunan sebelumnya hingga kini dan
berakhir entah sampai kapan.

9. Kasus :
Kemacetan panjang akibat ulah angkutan umum yang berhenti disembarang tempat

Kejadian :
Jalan Demang Lebar Daun, didekat SMKN 2 Palembang ( Kamis, 15 Maret 2018,
Pukul 06.20 WIB)
Perbaikan :
Hendaknya para pengemudi sadar agar dapat menempatkan parkir yang baik dalam
memberhentikan kendaraannya sehingga tidak menimbulkan kemacetan di jalanan
Argumen :
Macet memberikan dampak negatif. Secara ekonomi, kemacetan menyebabkan
peningkatan waktu tempuh (inefisiensi waktu), biaya transportasi meningkat secara
signifikan, gangguan yang serius bila ada pengangkutan produk-produk ekspor-impor
(logistik secara umum), penurunan tingkat produktivitas kerja, dan pemanfaatan energi
yang sia-sia. Selain itu juga, ada kerugian non ekonomi akibat macet yaitu penurunan
kualitas lingkungan perkotaan seperti tingkat kebisingan dan polusi udara, penurunan
tingkat kesehatan seperti pemicu lahirnya berbagai penyakit pernapasan dan tekanan
psikologis, serta berkurangnya produktivitas masyarakat akibat kemacetan.
Kemacetan tidak hanya disebabkan banyaknya jumlah kendaraan di jalan.
Kemacetan dapat disebabkan oleh perilaku pengendara yang tidak tertib berlalu lintas
lintas seperti contoh parkir sembarangan atau memberhentikan kendaraan di sembarang
tempat misal angkutan umum.
Meski sudah dilarang, masih banyak mobil atau angkutan umum yang parkir
sembarangan di pinggir jalan seperti yang terjadi di daerah ini. Kendaraan yang parkir
di pinggir jalan akan mempersempit jalur berkendara. Selain parkir, kendaraan yang
berhenti sebentar secara sembarangan di pinggir jalan akan menyebabkan kemacetan.
Umumnya, kendaraan yang berhenti di sembarang tempat dilakukan oleh angkutan
umum yang menunggu penumpang. Pengendara yang tidak disiplin berlalu lintas dapat
menjadi penyebab timbulnya kemacetan panjang.
Keberadaan polisi dapat mereduksi kemacetan dengan cara meningkatkan disiplin
masyarakat dalam berlalu lintas. Ini tertuang pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 7 ayat 3 huruf (e) Bab V
Penyelenggaraan dikatakan bahwa Urusan pemerintahan di bidang Registrasi dan
Identifikasi Kendaraan Bermotor dan Pengemudi, Penegakan Hukum, Operasional
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas serta pendidikan berlalu lintas dilakukan oleh
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Selain adanya peran penting dari para polisi, masyarakatpun harus dapat menjadi
pengendara yang sadar akan pentingnya keselamatan, tercermin dari perilaku
pengendara selalu tertib berlalu lintas. Ketertiban ini akan menciptakan suasana jalan
yang kondusif sehingga meminimalkan kecelakaan lalu lintas yang dapat menimbulkan
kemacetan.

10. Kasus :
Seorang mahasiswa yang asik bermain dengan handphone ketika mata kuliah
berlangsung
Kejadian :
Kampus Politeknik Sriwijaya Graha Pendidikan, di salah satu kelas teknik kimia
lantai 2 (Rabu, 27 Maret 2018, pukul 12.15)
Perbaikan :
Sebaiknya mahasiswa dapat menon-aktifkan atau tidak menggunakan gadget saat
jam mata kuliah sedang berlangsung
Argumen :
Mahasiswa dengan gadget seperti sudah menjadi satu kesatuan yang tak bisa di
pisahkan dan merupakan suatu tuntutan kebutuhan. Dan juga dengan menggunakan
gadget lebih memudahkan mahasiswa dalam menjalankan segala aktifitas
perkuliahannya selain berfungsi sebagai alat komunikasi ke sesama teman ataupun
orang lain. Kebutuhan akan informasi mengakibatkan timbulnya ketergantungan
terhadap gadget. Ketergantungan tersebut memang dapat di nilai positif dan negatif,
tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Semuanya kembali lagi ke individu masing-
masing, bagaimana dia dapat memanfaatkan gadget secara baik dan benar.
Mahasiswa kini sangat dimanjakan dengan gadget dan dengan segala macam
kecanggihannya, oleh karena itu penggunaan terhadap gadget kian dipersalahgunakan.
Gadget yang seharusnya hanya menjadi alat pendamping dalam memperoleh informasi
secara lebih luas kini beralih fungsi menjadi pedoman hidup sampai-sampai dapat
menjadi teman hidup yang sulit dipisahkan oleh para mahasiswa karena
kecanggihannya yang dapat menjangkau hingga ke seluruh dunia.
Adapun salah satu penyimpangan yang sering terjadi dikalangan mahasiswa ialah,
saat seharusnya mendengarkan penjelasan para dosen, mahasiswa zaman sekarang
justru lebih suka menggunakan peralatan digital atau gadget di dalam kelas.
Handphone/gadget yang fungsinya membantu kemudahan akses jaringan, sekarang
malah disalahgunakan waktu dan tempat penggunaannya. Hal ini akan berdampak
kepada mahasiswa itu sendiri yang menyebabkan kurangnya konsentrasi dalam belajar,
selain itu juga turunnya moral mahasiswa dalam menanggapai proses pembelajaran,
dimana mahasiswa tidak menghargai dosen yang sedang memaparkan materi
pembelajaran.
Sebagai generasi penerus bangsa, mahasiswa seharusnya dapat mengubah
mindsetnya yang sudah terpengaruh dampak negatif dari globalisasi. Sikap saling
menghargai dan menanggapi kepada sesama itu sangatlah penting, yang telah
dicontohkan dalam nilai-nilai luhur kehidupan bangsa. Dengan ilmu mahasiswa
seharusnya sudah tau mana yang baik, dan mana yang buruk. Mahasiswa adalah agent
of change atau agen pembawa perubahan, oleh karena itu alangkah baiknya bila
mahasiswa lebih mampu mengontrol penggunaan dari gadget agar hidup mahasiswa
tidak serba instan dan selalu bergantung pada kecanggihan gadget, karena masih
banyak hal-hal positif dan luas yang dapat mahasiswa lakukan untuk memperoleh hal-
hal baru di luar sana.

Anda mungkin juga menyukai