Anda di halaman 1dari 15

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

PENGURANGAN KEMACETAN YANG DISEBABKAN OLEH ANGKUTAN UMUM BERBASISKAN PENAMBAHAN RESIKO

BIDANG KEGIATAN : PKM GT

Diusulkan oleh : Agung Setya Sultani (1106007294) Kriminologi 2011 (not found yet) (still searching)

UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2013


1

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan 2. Bidang Kegiatan 3. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap b. NIM c. Jurusan d. Universitas/Institusi/Politeknik e. Alamat Rumah dan No. Tel./HP f. Alamat email 4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis 5. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar b. NIP c. Alamat Rumah dan No. Tel/.HP

: Pengurangan Kemacetan Yang Disebabkan Oleh Angkutan Umum Berbasiskan Penambahan Resiko. : (X) PKM-AI (X) PKM-GT : : Agung Setya Sultani : 1106007294 : Kriminologi : Universitas Indonesia : Jl. Agung Raya 2 01/07 No 52 Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan 10620. HP: 08988034662 : agung.setya@ui.ac.id : diusahakan 2 : : : : Depok, 20 Juni 2013 Orang

Menyetujui Wakil/Pembantu Dekan atau Ketua Jurusan/Departemen/Program Studi/Pembimbing Unit Kegiatan Mahasiswa

Ketua Pelaksana Kegiatan

(_____________________) NIP.

(_____________________) NIM.

Pembantu atau Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan/Direktur Politeknik/Ketua Sekolah Tinggi.

Dosen Pendamping

(_____________________) NIP.

(_____________________) NIP.
2

KATA PENGANTAR

Demikianlah rancagan gagasan ini saya buat, karena keprihatinan saya pada kondisi kemacetan disekitar lingkungan saya, selain itu karena saya sebagai pengguna jalan yang merasakan langsung dampak dari kemacetan ini merasa bahwa masalah penyebab utamanya hanyalah hal yang sepele namun menjadi kronis di masyarakat Jakarta, semoga dengan gagasan ini kondisi lalu-lintas di Jakarta dapat bertambah baik lagi.

Depok, 20 Juni 2013

Agung Setya Sultani

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan.................................................................................................2 Kata Pengantar.........................................................................................................3 Daftar Isi...................................................................................................................5 Ringkasan.................................................................................................................6 PENDAHULUAN....................................................................................................7 Latar Belakang .....................................................................................................7 Penjelasan Konsep Yang Digunakan....................................................................8 Tujuan dan Manfaat Yang Ingin Dicapai ............................................................8 GAGASAN..............................................................................................................9 Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan....................................................................9 Solusi yang pernah diterapkan sebelumnya..........................................................9 Penggunaan kamera pendeteksi gerak dan tilang elektronik sebagai upaya penambahan resiko secara nyata...........................................................................9 Konsep Alat : Kamera Pemantau dan Identitas Kendaraan............................10 Konsep Peraturan : Hotspot, Waktu, Tilang Elektronik.................................11 Pihak-pihak yang dipertimbangkan dapat membantu mengimplementasikan gagasan...............................................................................................................11 Langkah-Langkah Strategis dalam Pengimplementasian...................................12 Peluang dan Tantangan dalam Implementasi Gagasan......................................12 KESIMPULAN......................................................................................................13 Gagasan yang diajukan.......................................................................................13 Teknik implementasi yang akan dilakukan........................................................13 Prediksi hasil yang akan diperoleh ....................................................................13 Sumber Pustaka......................................................................................................14 Daftar Riwayat Hidup............................................................................................15

RINGKASAN Tingginya pertumbuhan kendaraan di Jakarta yang tidak diiringi dengan pertumbuhan jalan yang memadai merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kemacetan di Jakarta, selain itu masalah lain muncul dari kurang tertibnya alat transportasi umum di Jakarta, alat transportasi ini seringkali berhenti di badan jalan dan menyebabkan terjadinya kemacetan yang cukup serius, melihat fenomena ini penulis memiliki gagasan untuk mengurangi kemacetan yang disebabkan oleh angkutan umum dengan mendesain suatu sistem dan alat yang menyulitkan pengemudi alat transportasi umum untuk berlaku tidak tertib. Gagasan ini berdasarkan dari teori kriminologi tentang pencegahan kejahatan situasional dimana pemberian resiko yang nyata membuat pelanggar potensial mengurungkan niatnya untuk melakukan pelanggaran, untuk itu penulis mendesain alat yang akan ditempatkan pada titik-titik rawan kemacetan dan identitas yang diberikan pada kendaraan alat transportasi umum yang mendeteksi waktu berhenti dari kendaraan tersebut, waktu berhenti kami harapkan dapat dibuat sebagai peraturan sehingga gagasan ini dapat berlaku, alat ini penulis harapakan menjadi faktor resiko yang nyata bagi pengemudi alat transportasi umum. Implementasi dari gagasan ini dilakukan bersama dengan pihak yang berkaitan dengan bidang lalu lintas dan peraturan, selain itu obesrvasi awal, pengumpulan pendapat dari sasaran dan masyarakat menjadi faktor penting untuk menentukan tingkat penerimaan gagasan ini dimasyarakat, jika gagasan ini diterima maka harus dilakukan sosialisasi pada sasaran tentang perangkat alat dan peraturan ini sehingga gagasan ini dapat berjalan dengan baik.

PENGURANGAN KEMACETAN YANG DISEBABKAN OLEH ANGKUTAN UMUM BERBASISKAN PENAMBAHAN RESIKO PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan kendaraan di Jakarta sebesar 11,26 % per tahun tidak disertai dengan pertambahan jalan yang memadai yaitu sebesar 0,01 % per tahun, sehingga menyebabkan munculnya fenomena kemacetan. Berasarkan pengamatan penulis, selain dikarenakan masalah pertambahan kendaraan dan keadaan jalan yang statis, masalah lain muncul dari angkutan transportasi umum atau biasa disingkat sebagai angkot. Angkot sebagai alat transprtasi umum memang membantu mengurangi jumlah kendaraan di jalan, namun selain sisi positif ini, beberapa sisi negatif dari angkot menyebabkan terjadinya kemacetan yang parah bahkan pada waktu lenggang (note: bukan arus pulang/pergi), kebiasaan angkot yang berhenti pada titik-titik tertentu (selanjutnya akan disebut hotspot) yang dianggap ramai penumpang atau biasa disebut ngetem, kondisi ini menyebabkan terjadinya kemacetan yang parah dikarenakan angkot berhenti pada hotspot dan memakan badan jalan, selain itu jumlah angkot yang ngetem tidak sedikit sehingga memperparah keadaan. Inti gagasan yang diajukan oleh penulis berasal dari teori Situational Crime Prevention yaitu "intervensi yang didesain untuk mencegah terjadinya kejahatan dengan mengurangi kesempatan dan menambah resiko serta kesulitan dalam melakukan kejahatan" (Clarke, 1992, p. 3), tentu saja penulis tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa perbuatan yang dilakukan oleh pengemudi angkot sebagai kejahatan, namun konsep kejahatan pada teori diatas diganti dengan pelanggaran, dengan menambah resiko yang akan diterima oleh pengemudi angkot jika melakukan pelanggaran, maka kecenderungan pengemudi untuk melakukan pelanggaran akan berkurang.

Teori ini juga berkaitan dengan Rational Choice Theory yaitu teori pilihan rasional, seseorang yang akan melakukan kejahatan secara sadar atau tidak sadar memperhitungkan keuntungan dan kerugian yang akan diterima dengan dilakukannya kejahatan tersebut, (Clarke: 1995) jika keuntungan yang didapat lebih besar maka kejahatan seringkali akan terjadi, namun jika keuntungan yang diterima lebih sedikit dari kerugiannya, maka pelaku cenderung mengurungkan niatnya untuk melakukan kejahatan kecuali pada faktor-faktor tertentu. dengan kata lain jika resiko yang muncul lebih besar maka kecenderungan untuk melakukan pelanggaran menjadi semakin kecil. Oleh karena itu, tujuan penulis dalam gagasan ini adalah membuat alat yang menambah faktor resiko secara nyata bagi pengemudi angkot yang akan melakukan pelanggaran. Penjelasan Konsep Yang Digunakan Angkot : Angkot merupakan singkatan atau sebutan yang sering digunakan oleh masyarakat Jakarta untuk menyebutkan angkutan kota atau angkutan umum, khususnya kendaraan kecil seperti Mikrolet. Ngetem : Ngetem adalah penyebutan bagi perbuatan yang dilakukan pengemudi angkutan umum yang berhenti pada tempat-tempat tertentu pada bagian jalan atau bahu jalan untuk menunggu penumpang. Hotspot : Hotspot disini merupakan penyebutan penulis pada area jalan yang berpotensi dan seringkali terjadi kemacetan disebabkan oleh angkutan umum. Tujuan dan Manfaat Yang Ingin Dicapai
Tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dengan cetuskannya gagasan ini adalah : Berkurangnya titik-titik kemacetan di Jakarta yang disebabkan oleh Angkutan Umum serta memperlancar lalu-lintas di Jakarta.

GAGASAN Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan Kondisi yang terjadi pada jalan-jalan di Jakarta seperti yang penulis amati khususnya di Jalan Raya Pasar Minggu tepatnya disekitar stasiun Lenteng Agung, terdapat banyak kendaraan Angkot yang berhenti pada bagian jalan, badan jalan yang semula terdiri dari tiga bagian dikurangi satu bagian yang digunakan angkot untuk berhenti dalam mencari penumpang, kondisi ini menyebabkan kemacetan yang cukup parah bahkan hingga mencapai stasiun Universitas Pancasila yang berjarak sekitar 1 kilometer. Kondisi ini tentu saja sangat merugikan dalam sisi waktu bagi pengendara lainnya, belum lagi keadaan ini tidak hanya terjadi pada satu titik melainkan terjadi diberbagai titik di Jakarta, sebagai contoh pada Jalan Raya Pasar Minggu saja terdapat lebih dari 3 titik yang seringkali terjadi kemacetan yaitu pada sekitar Jalan Kober di Jalan Margonda Depok, sekitar stasiun Lenteng Agung dan sekitar stasiun Tanjung Barat. Solusi yang pernah diterapkan sebelumnya Sejauh yang penulis amati, solusi yang diberikan oleh Dinas Perhubungan sampai saat ini hanyalah dilakukannya pengaturan lalu-lintas secara manual, dengan diturunkannya pertugas Dishub atau Polantas pada titik-titik rawan kemacetan yang disebabkan oleh Angkutan Umum, solusi ini cukup efektif untuk mengurangi kemacetan yang terjadi, dengan adanya Dishub atau Polantas yang mengawasi jalan, banyak Angkot yang mengurungkan niatnya untuk berhenti pada titik-titik rawan kemacetan (Hotspot), namun solusi ini tidak bersifat permanen dikarenakan seringkali petugas tidak berada di lokasi Hotspot tersebut, oleh karena itu dibutuhkan cara lain yang dapat dipergunakan untuk mengurangi kemacetan selain dari solusi diatas. Penggunaan kamera pendeteksi gerak dan tilang elektronik sebagai upaya penambahan resiko secara nyata Seperti yang telah disinggung sebelumnya, alasan mengapa seringkali pengemudi angkot melakukan ngetem secara sembarangan adalah dampak dari

absennya petugas Dishub atau Polantas, dengan ketidakhadiran ini menyebabkan hilangnya resiko bagi pengemudi angkot untuk terkena tilang saat ngetem, untuk itu penulis mendesain suatu gagasan akan sebuah alat yang mendeteksi pergerakan dari angkot pada area tertentu, serta memberikan identitas pada angkot dan menentukan hotspot dimana alat tersebut akan diletakkan, sehingga resiko terkena tilang akan selalu ada dan pengemudi akan cenderung mengurungkan niatnya untuk ngetem. Konsep Alat : Kamera Pemantau dan Identitas Kendaraan Alat yang akan dibuat dimulai dari identitas khusus yang diberikan pada angkot, sebagai contoh pembuatan penanda seperti penanda trayek angkot namun dengan penomoran tertentu yang diasosiasikan pada identitas pemilik kendaraan, jenis angkutan, trayek dan data administratif lainnya. Identitas ini akan diletakkan pada posisi diatas kendaraan dan menjadi bagian yang akan disorot oleh kamera pemantau yang telah dimodifikasi untuk membaca pergerakan dari kendaraan berdasarkan identitas tersebut, jika kendaraan berhenti lebih dari 20 detik (dapat disesuaikan melalui observasi lebih lanjut) maka identitas kendaraan dan foto dari kendaraan pada waktu terjadinya pelanggaran tersebut akan dicatat dan disimpan serta dikirimkan pada server pusat. Kamera pemantau yang penulis maksudkan disini mirip dengan konsep CCTV, namun dengan modifikasi yaitu resolusi kamera yang lebih tinggi untuk mengurangi terjadinya kesalahan dalam pendeteksian identitas, kamera juga tidak dapat diakses secara realtime seperti CCTV untuk memantau keadaan lalu-lintas melainkan tertutup hanya pada fungsi pendeteksi gerak, pencatatan dan pengambilan gambar terjadinya pelanggaran, sehingga data yang ditransfer pada server tidak terlalu banyak, pengarispan yang lebih mudah karena hanya data dan gambar pelanggaran yang dikirimkan serta menghemat biaya pengoperasian karena tidak dibutuhkan koneksi internet yang tinggi bagi tiap-tiap alat. Pada tiaptiap alat akan disertai dengan perangkat komputer yang digunakan dalam memproses pendeteksi gerak, penyimpan data sementara, serta koneksi internet yang digunakan untuk mengirimkan data ke server utama. Kamera pemantau juga akan disertai dengan lampu indikator yang menandakan apakah alat tersebut
10

menyala atau tidak, hal ini berkaitan dengan waktu pengaktifan kamera yang disesuaikan dengan kondisi jalan serta waktu terjadinya lonjakan pengguna jalan. Konsep Peraturan : Hotspot, Waktu, Tilang Elektronik Konsep peraturan salahsatunya melakukan pemberian identitas khusus bagi hotspot yaitu pengecatan badan jalan dengan warna merah (dapat diubah jika bermasalah dengan peraturan lalulintas lain) yang menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki resiko terkena tilang jika berhenti melebihi batas waktu. Gagasan ini sulit terlaksana jika tidak ada sistem tilang elekronik, sistem yang penulis maksudkan adalah tilang yang dapat diberikan pada pelanggar tanpa adanya petugas lalulintas yang melakukan tilang secara langsung, dengan alat ini, tilang akan secara otomatis tercatat pada server data, yang selanjutnya akan dikenakan pada saat melakukan perpanjangan administratif. Hal lain yang menjadi gagasan dari penulis adalah diberikannya waktu tertentu didalam pengaktifan alat diatas, tujuannya adalah memberikan kesempatan bagi pengemudi angkot untuk ngetem pada waktu waktu tertentu dengan kondisi yang tidak menyebabkan kemacetan seperti pada malam hari, selain itu, pengaktifan atau penonaktifan alat ini juga berguna pada kondisi kemacetan yang disebabkan bukan karena faktor angkot melainkan dikarenakan faktor lain seperti kecelakaan, demonstrasi atau banjir yang menyebabkan hambatan bagi semua pengguna jalan, waktu pengaktifan juga berguna untuk mengurangi waktu kerja alat sehingga dapat beristirahat dan memperpanjang masa pakai dari alat. Pihak-pihak yang dipertimbangkan dapat membantu mengimplementasikan gagasan Pihak pihak yang dirasa memiliki kewenangan untuk

mengimplementasikan gagasan ini adalah Pemerintah Jakarta sebagai pemengang dan pembuat peraturan serta Dinas Perhubungan sebagai instrumen aktif yang berfokus pada lalu lintas, dikarenakan gagasan ini tidak sekedar konsep alat namun juga peraturan yang harus ditaati maka dibutuhkan peran dari pemerintah untuk membuat peraturan baru mengenai hal-hal yang berkaitan dengan alat yang
11

akan dibuat, seperti contohnya: larangan untuk berhenti lebih dari 20 detik pada area Hotspot (yang selanjutnya akan dicat berwarna merah), serta pemberian sanksi jika pengemudi Angkot berusaha untuk merusak identitas yang diberikan pada kendaraan mereka. Peran dari Dinas Perhubungan sebagai instrumen pengatur lalu lintas adalah sebagai pengguna, pengawas dan penjaga alat serta sistem yang akan dibuat, Dishub juga berperan sebagai aktor sosialisasi peraturan dan alat pada sasaran yang telah ditentukan. Selain itu penulis juga berharap adanya bantuan dari pemerintah daerah Jakarta ataupun pemerintah pusat didalam mendesain sistem tilang elektronik didalam mendukung gagasan ini. Langkah-Langkah Strategis dalam Pengimplementasian Langkah-langkah penting yang menurut penulis butuhkan agar konsep ini dapat terlaksana dengan baik adalah kerjasama yang baik dari pemegang kewenangan pada bidang yang terkait, namun penting dilakukannya sosialisasi atas konsep yang akan diberlakukan pada sasaran, dengan ini diharapkan tidak terjadinya ketidakadilan yang hanya diterima oleh salah satu pihak, selain itu langkah lain adalah pemberian unit komputer pada POLL/markas kendaraan umum yang diperuntukkan dalam memeriksa pelanggaran yang telah dilakukan, dengan adanya komputer ini maka pengemudi dapat mengetahui jumlah pelanggaran sehingga, secara rasional dapat mengurangi kecenderungan pengemudi untuk ngeten di jalan. Peluang dan Tantangan dalam Implementasi Gagasan Penulis menilai bahwa peluang untuk secara nyata mengimplementasikan gagasan ini sangat besar, selain karena masalah ini menjadi hal akut yang terjadi di Jakarta, masalah ini juga secara nyata merugikan masyarakat baik secara waktu dan materi, dengan di implementasikannya gagasan ini penulis yakin akan mendapat dukungan dari masyarakat, khususnya pengguna jalan yang terhambat mobilitasnya dikarenakan kemacetan yang disebabkan oleh angkot. Namun tantangan yang berat muncul dari pihak sasaran yaitu pengemudi angkot, walaupun secara tidak sengaja namun gagasan ini pasti akan mengurangi pendapatan dari para pengemudi angkot, penulis rasa hal ini adalah masalah yang

12

buruk karena seringkali pengemudi dari angkot berasal dari kalangan menengah kebawah, untuk itu penulis harapkan adanya kebijakan dari pemerintah pada masalah ini, seperti pemberian subsidi yang dikhususkan bagi angkot sehingga dengan diberlakukan gagasan ini, tidak ada pihak yang secara tidak proporsional dirugikan. KESIMPULAN Gagasan yang diajukan Berdasarkan penuturan diatas, gagasan ini berfokus pada pemberian resiko nyata pada pengemudi angkot yang melakukan pelanggaran dengan ngetem pada waktu tertentu, untuk itu dibuat alat yang dapat memantau kondisi jalan pada waktu yang telah ditentukan tanpa dibutuhkannya personil Dishub atau Polantas pada lokasi tersebut, serta identitas yang menjadi sorotan dari alat pemantau disetiap angkot yang beroperasi. Resiko nyata berbentuk tilang elektronik yang akan dicatat dan dikirimkan oleh alat ke server utama dan akan dikenakan pada pengemudi saat mengurus perpanjangan administratif. Teknik implementasi yang akan dilakukan Teknik implementasinya berupa observasi tempat, pembuatan alat dan pengujian alat serta merekomendasikan alat dan peraturan pada pihak yang terkait dengan gagasan ini. Prediksi hasil yang akan diperoleh Prediksi dari gagasan ini adalah ketidakefektifan sistem pada tahun pertama, dikarenakan resiko yang diberikan belum dirasakan secara langsung oleh pengemudi angkot, setelah tahun pertama, sistem ini kemungkinan besar akan berjalan dengan baik dan terjadinya perubahan pada pola pemberhentian angkot, selain itu juga harus dipersiapkan adanya titik-titik baru yang muncul akibat usaha menghindari alat ini.

13

SUMBER PUSTAKA
Clarke, Ronald V. 1992. Introduction. In Situational Crime Prevention: Successful Case Studies, Dalam Welsh, Brandon C dan David P Farrington. 2010. The Future of Crime Prevention : Developmental and Situational Strategies. Maryland :National Institute Of Justice. Clarke, Ronald V. 1995. Opportunity-Reducing Crime Prevention Strategies and the Role of Motivation. Dalam Welsh, Brandon C dan David P Farrington. 2010. The Future of Crime Prevention : Developmental and Situational Strategies. Maryland :National Institute Of Justice. Sumber dapat diunduh di : http://www.nij.gov/nij/topics/crime/crime-prevention/workinggroup/future-of-crime-prevention-research.pdf Halaman Internet : http://news.detik.com/read/2012/11/12/144323/2089392/10/poldametro-laju-pertumbuhan-kendaraan-bermotor-sudah-seperti-air (diakses 19 juni 2013)

14

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap Jenis Kelamin Agama Tempat, Tanggal Lahir Alamat Nomor Telepon Email Status Perkawinan Pekerjaan Kewarganegaraan Pendidikan Formal : 2011 - Sekarang 2008 - 2011 2005 - 2008 1999 - 2005 : Universitas Indonesia, Kriminologi : MAN 13 Jakarta : SMPN 242 Jakarta : MI Wijaya Kusuma : Agung Setya Sultani : Laki - Laki : Islam : Jakarta, November, 27th 1993 : Jl. Agung Raya 2, 01/07 Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan : +6289 880 34992 : agung242@yahoo.co.id : Belum Menikah : Mahasiswa : Indonesia

15

Anda mungkin juga menyukai