Anda di halaman 1dari 29

TUGAS MAKALAH SISTEM TRANSPORTASI MASSAL

“Transportasi Umum Angkutan Oplet”

Oleh

Taris Zulqisthi Masulili D1011161018

Rezyantara Adekmas Senna D1011161029

Nico Hendrawan Pratama Putra D1011161070

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2018

i
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai
tugas dari mata kuliah Sistem Transportasi Massal dengan judul “Transportasi Umum Angkutan “Oplet””.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen kami yaitu
Bapak Rudi Sugiono Suyono ST.MT yang telah membimbing serta membantu kami sehingga kami dapat
menyelesaiakan makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Pontianak, 27 Oktober 2018,

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar .............................................................................................................................i

Daftar Isi .....................................................................................................................................ii

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

I.1. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1

I.2. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 2

I.3. Tujuan Pembahasan.................................................................................................................. 2

I.4. Tinjauan Pustaka ...................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 5

II.1. Sejarah Oplet di Indonesia ...................................................................................................... 5

II.2. Data Hasil Survey dan Pengamatan ....................................................................................... 8

II.3. Analisa Data ........................................................................................................................... 19

II.3.1. Pengamatan ..................................................................................................................... 19

II.3.2. Wawancara Supir Angkutan Oplet ............................................................................... 20

II.3.3. Wawancara Penumpang ................................................................................................. 21

II.3.4. Wawancara Pemerintah (Dinas Perhubungan) ............................................................ 21

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................... 22

III.1. Kesimpulan ........................................................................................................................... 22

III.2. Saran ..................................................................................................................................... 22

Daftar Tabel .............................................................................................................................. 25

Daftar Gambar .......................................................................................................................... 26

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Angkutan umum adalah sebuah layanan angkutan penumpang bersama yang tersedia untuk
digunakan oleh masyarakat umum, berbeda dengan moda transportasi seperti taksi, bus sewa, dan
perusahaan jaringan transportasi, yang tidak dapat diakses oleh masyarakat umum tanpa adanya
pemesanan secara mandiri.

Moda transportasi publik diantaranya bus kota, trem (atau kereta api ringan) dan kereta api,
kereta cepat (metro/subway/bawah tanah, dsb.) serta feri. Angkutan umum antar kota didominasi
oleh maskapai penerbangan, bus antarkota, kereta api, dan kereta antarkota. Jaringan kereta
berkecepatan tinggi sedang dikembangkan di banyak belahan dunia. Sebagian besar sistem
transportasi umum berjalan di sepanjang rute tetap dengan titik pemberhentian dengan jadwal yang
telah diatur sebelumnya. Taksi berbagi menawarkan layanan berdasarkan-permintaan di banyak
bagian dunia, dan beberapa layanan akan menunggu sampai kendaraan penuh sebelum taksi
tersebut berangkat. Paratransit terkadang digunakan di daerah dengan permintaan rendah dan
orang-orang yang membutuhkan layanan dari pintu ke pintu.

Oplet merupakan salah satu moda transportasi darat yang cukup populer di Indonesia. Pada
era 1960-an dan 1970-an, Oplet mencapai masa jayanya karena menjadi kendaraan umum paling
populer di Jakarta sementara transportasi berbasis bus masih jarang. Konon kata Oplet berasal dari
gabungan Opel Let atau Opel kecil walau ada juga yang mengatakan nama Oplet berasal dari nama
Chevrolet sampai auto let.[2]

Oplet adalah kendaraan umum yang memiliki satu pintu di bagian belakang. Pintu itu
menjadi tempat masuk dan keluar penumpang. Di bagian depan juga ada pintu, yakni di bagian
kanan dan kiri. Satu penumpang boleh duduk di samping sopir. Umumnya oplet memuat sekitar 10
orang. Uniknya, hampir seluruh badan oplet terbuat dari kayu. Begitu pun jendela. Untuk menutup
dan membuka jendela, penumpang tinggal mengangkat atau menurunkannya. Jendela tidak terbuat
dari kaca atau plastik, tetapi dari kayu dan semacam kulit sehingga tidak transparan. Tangki bensin
ada di bagian dalam, persis di antara kaki-kaki penumpang.

Oplet memiliki lampu sein yang sangat unik, berada di luar sisi kanan dan kiri. Klakson
oplet juga unik karena terdapat di bagian luar. Memakainya harus dipencet karena terbuat dari
karet.

1
Perkembangan angkutan umum memiliki sejarah yang panjang, mulai dari penciptaan
sarana angkutannnya yang hanya dipergunakan untuk kepentingan perjalanan dekat sampai pada
penciptaan angkutan atau kendaraan yang berkapasitas lebih banyak dan dapat dipergunanakan
untuk menempuh jarak perjalanan jauh yang lebih cepat. Awal pemikiran adanya penyediaan
pengangkutan umum khususnya angklutan darat sebenarnya telah dimulai sekitar 300 tahun yang
lalu, ketika Pascal (Perancis) mulai mengoperasikan gerbong untuk penumpang yang ditarik kuda
di Kota Paris pada tahun 1662. Pada awalnya, penyediaan kereta ini tidak dipungut biaya, namun
pada perkembangannya kemudian mulai dikenakan biaya.

Dengan berkembangnya zaman dan teknologi minat masyarakat dalam penggunaan oplet
mengalami penurunan. Walaupun oplet sebenarnya masih dibutuhkan di daerah perkotaan karena
angkutan oplet memiliki kapasitas angkut yang cukup banyak dan biaya pengoprasian yang cukup
murah.

I.2. Rumusan Masalah


1. Masalah apa yang biasa dihadapi oleh angkutan umum “Oplet” ?
2. Apa penyebab kurangnya minat masyarakat untuk menggunakan oplet ?
3. Kebijakan apa yang harus dilakukan agar permasalahan tersebut dapat teratasi ?

I.3. Tujuan Pembahasan


1. Mengetahui permasalahan yang terjadi pada angkutan umum “Oplet”
2. Menemukan alasan minat masyarakat yang menurun terhadap angkutan umum “Oplet”
3. Mendapat solusi untuk menaikkan minat masyarakat terhadap angkutan umum “Oplet".

I.4. Tinjauan Pustaka


Angkutan umum di Indonesia jelas belum bertujuan “melayani masyarakat” dalam arti
sebenarnya. Hal ini terbukti dengan rendahnya komitmen pemerintah, baik dalam hal kebijakan
yang meliputi peraturan-kebijaksanaan, maupun terlebih dalam besaran anggaran belanja baik di
pusat maupun daerah. Tiadanya riset dan pengembangan juga merupakan indikasi rendahnya
prioritas bidang ini. Selama tiga puluh tahun sejak bus kota diperkenalkan di Indonesia (Jakarta)
belum pernah ada suatu inisiatif yang memihak atau mengutamakan angkutan umum. Akibatnya
sudah jelas: kualitas rendah kalau tidak boleh dibilang membahayakan, armada yang tak
teremajakan, iklim usaha yang tak menarik, kompetisi tidak sehat. Muaranya, semuanya
merugikan: pengguna merasa dirugikan akibatnya angkutan umum makin ditinggalkan, masyarakat
luas merasa cara operasi cenderung mengganggu kelancaran lalulintas dan kemacetan yang makin
akut akibat berpindahnya pengguna ke kendaraan pribadi terutama sepeda motor. (Sutomo: 2005)

2
Sutomo (2005) menguraikan, lingkaran setan angkutan umum: akibat makin macet – kecepatan
menurun – jumlah rit berkurang – pendapatan terancam – kualitas layanan menurun – ditinggalkan
penumpang – berpindah ke kendaraan pribadi – jalan makin macet.
Mengacu arahan GBHN 1993, Tamin (2000) menguraikan bahwa kebijakan
pengembangan sistem transportasi perkotaan sebaiknya diarahkan sebagai berikut:

1. Memadukan angkutan jalan, kereta api, angkutan udara dan angkutan laut.
2. Mengembangkan sistem angkutan umum massa yang tertib, lancar, aman, nyaman dan
efisien serta (tarif) terjangkau oleh segenap lapisan masyaraka
3. Mengatasi kemacetan dan gangguan lalu lintas, mempertahankan kualitas lingkungan
serta meningkatkan mobilitas dan aksesibilitas.
4. Peningkatan sistem jaringan jalan antar kota, agar angkutan perkotaan dapat berfungsi
secara optimal dalam melayani aktifitas (perjalanan) lokal dan sekitarnya.
5. Mengembangkan keterpaduan antarmoda dan intermoda sesuai dengan tata ruang, serta
memanfaatkan ruang jalur koridor sistem angkutan umum massa sebagai
kawasan/kegiatan baru.
6. Memperluas kebebasan pemilihan angkutan umum yang digunakan, sesuai dengan
kualifikasi jasa yang diberikan dan tingkat kemampuan masyarakat.
7. Mendorong penggunaan angkutan umum - mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
8. Memperkecil penambahan jaringan jalan baru yang akan berdampak terhadap
pertumbuhan kota yang tidak sesuai/sinergis dengan kebijakan pengembangan wilayah.
9. Mempersempit arah pergerakan/perjalanan, dengan menyebarkan fasilitas umum (infra-
struktur) secara seimbang dan merata.
10. Mengembangkan fasilitas angkutan laut dan angkutan udara sebagai alternatif untuk
memenuhi pergerakan jarak jauh/antar pulau.
11. Mengembangkan manajemen angkutan perkotaan untuk meningkatkan efisiensi dan
kualitas pelayanan.
Kualitas manajemen penyelenggaraan sistem angkutan kota, pada umumnya tergantung dari model
kelembagaan yang diterapkannya. Model kelembagaan penyelenggaraan sistem angkutan kota berkaitan
erat terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap aspek-aspek yang relevan dalam mekanisme
kerja angkutan umum (Kelompok Bidang Kehlian Transportasi Jurusan Teknik Sipil, ITB: 1997) .

Agar bisa dicapai kebijakan transportasi yang efektif, sebaiknya keberlanjutan transportasi
memenuhi tiga kebutuhan utama (World Bank dalam Sutomo, 1998), yaitu:

3
1. Kebijakan harus mampu menjamin terwujudnya suatu kemampuan pelayanan yang
kontinyu dalam rangka perbaikan standar kehidupan.
2. Kebijakan harus mampu membangkitkan segala bentuk perbaikan dalam kualitas hidup
secara keseluruhan, tidak lagi sebatas peningkatan volume perdagangan.
3. Kebijakan harus menjamin bahwa manfaat yang muncul dari transportasi bisa dinikmati
secara merata oleh semua elemen dalam masyarakat.

Sebagai aspek yang mendasar di dalam pengelolaan penyelenggaraan angkutan umum penumpang,
maka diperlukan konsep-konsep yang relevan, diantaranya:

1. Bahwa setiap anggota masyarakat merupakan mahluk individu dan sekaligus sebagai
mahluk sosial, dimana dalam kehidupannya senantiasa saling memerlukan/berinteraksi
(asas simbiosis antar sesama).
2. Sesuai dengan perkembangan peradaban manusia, mobilisassi merupakan kebutuhan yang
harus dilakukan oleh hampir setiap manusia. Pada umumnya, semakin tinggi peradaban
manusia, maka ada kecenderungan meningkat pula mobilisasinya.
3. Masyarakat tingkat ekonomi menengah ke bawah/low class, untuk melakukan mobilisasi
dengan biaya murah memerlukan sarana transportasi umum yang bisa dipakai secara
bersama.
4. Bagi masyarakat yang memiliki modal dan atau ketrampilan mengemudi kendaraan/mobil,
kebutuhan masyarakat untuk mobilisasi merupakan peluang usaha, untuk meningkatkan
derajad ekonomi (peluang kesempatan investasi/ kerja).
5. Potensi masyarakat tersebut, merupakan aset pembangunan bagi suatu wilayah/ kota, oleh
karena itu potensi tersebut perlu diberdayakan guna meningkatkan performance kota,
dimana pihak yang berkompeten dalam hal tersebut adalah Pemerintahan Kota.
6. Tingkat performance kota, akan tergantung dari sistem transportasinya, termasuk
penyelenggaraan angkutan kota. Ketergantungan tersebut diantaranya adalah proporsional
dan profesionalisme dari pihak yang terkait, termasuk upaya law enforcement-nya.

4
BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Sejarah Oplet di Indonesia


Sejak tahun 1920an, jumlah mobil yang berseliweran di sepanjang jalan raya kian meningkat. Di
saat yang bersamaan, kebutuhan warga kota akan angkutan umum juga semakin tinggi. Orang-orang kota
secara perlahan mulai meninggalkan angkutan umum bertenaga hewan seperti sado atau delman sebagai
sarana transportasi dalam kota.

Trem-trem listrik mulai melayani warga kota. Untuk memenuhi kebutuhan warga yang bermukim
di pelosok-pelosok kota, sekitar tahun 1935an, muncul angkutan umum berukuran kecil yang disebut
autolettes, yang kemudian orang menyebutnya dengan sebutan oplet.

Angkutan umum tersebut mampu mengangkut sebanyak 6-9 penumpang. Pelayanannya yang lebih
cepat menjadikan kendaraan ini sangat disukai para warga kota karena bisa menunjang aktivitas mereka.
Namun begitu, ongkosnya pun sedikit lebih tinggi dari pada menggunakan trem.

Pada awalnya, kendaraan ini adalah sejenis mobil pribadi yang dibuat di Eropa dan tidak diimpor
untuk kebutuhan angkutan umum. Namun ada tangan kreatif yang mengubah kendaraan ini. Sasis mobil
dirubah dengan tambahan kabin kayu di bagian belakang yang difungsikan sebagai tempat duduk para
penumpang. Kendaraan modifikasi ini kemudian dikenal sebagai otolet, atau mengikuti merek sedan buatan
Jerman, opelet.

Gambar 1 Oplet zaman dulu

5
Tjokropranolo, Gubernur Jakarta 1977-1982, bilang bahwa oplet sempat jadi pelarian kaum
nasionalis. Mereka memilih jadi sopir oplet ketimbang harus bekerja sebagai pegawai Belanda. “Riwayat
oplet tumbuh dalam proses perjuangan,” kata Tjokropranolo dalam Kompas, 18 September 1980. Tapi
peran oplet sebagai alat perjuangan menghilang pada masa Jepang. Sebab Jepang menghentikan izin
operasinya.

Setelah kemerdekaan, opelet kembali muncul ke permukaan. Pada saat itu juga, beberapa
kendaraan militer milik Jepang dirubah fungsinya menjadi alat angkutan, begitu pun Jeep Willys buatan
Amerika.

Oplet berkembang dengan pesat di jalanan Jakarta pada dekade 1950an. Kendaraan ini menjadi alat
transportasi favorit warga kota yang hendak bepergian dari satu tempat ke tempat lainnya, dan dari
pedalaman ke pinggiran. Keberadaan oplet pun tidak hanya ditemukan di ibukota saja, tetapi juga banyak
dijumpai di kota-kota lain seperti Pontianak.

Gambar 2 Oplet dan muatannya di Ngadisari, Probolinggo, Jawa Timur tahun 1970

Setelah dihapusnya trem pada akhir dekade 1950an, keberadaan oplet semakin meningkat
jumlahnya, terutama di era 1960an. Kompas terbitan 25 Februari 1971 pernah menghitung jumlah
kendaraan oplet mencapai sekitar 6.128 unit, terbanyak kedua setelah becak.

6
Semakin banyaknya oplet di jalanan ibukota, ternyata berimbas pada berkurangnya setoran pada
sopir-sopir bus kota sebagai angkutan pengganti trem. Saban hari orang-oang harus berjubelan dan
bergantungan di pintu-pintu bus kota, dan membuat penumpang tidak merasa nyaman. Alhasil, kehadiran
oplet menjadi angkutan umum yang ditunggu-tunggu warga kota.

Oplet biasanya dimiliki oleh pengusaha kecil yang menyewakannya mulai dari 1.000 sampai 1.500
rupiah per hari pada akhir dekade 1960an. Harga sewa tersebut ikut bergantung pada konsumsi bahan
bakarnya. Semakin irit, semakin mahal pula harga sewanya. Oplet yang dikenal paling irit berasal dari
pabrikan Chevrolet, sedangkan oplet paling boros berasal dari Jenama Jeep. Demikian menurut catatan
Kompas, 25 Februari 1971.

Pilihan warga kota untuk menggunakan oplet membawa pengaruh pada kehidupan sopir oplet
sepanjang dekade 1960-an. Mereka bekerja dengan santai. Tak ada uang setoran. Hanya bayar uang sewa.
“Mereka minum kopi bila ngantuk, minum es bila haus, dan istirahat dimana mau,” tulis Kompas, 1 Maret
1993.

Dekade 1960-an juga mencatatkan semangat bebas para sopir oplet. Rute oplet telah bertambah
lebih banyak daripada dekade sebelumnya. Tapi jangan bayangkan rute ini resmi dari pemerintah. Rute ini
berkembang sesuai kebutuhan dan permintaan penumpang. Sopir pun menarik sesukanya di berbagai rute.
Tak ada tanda petunjuk rute di oplet. “Penumpang dan sopir sudah mempunyai kode-kode dengan tangan
untuk menunjukkan arah rutenya,” tulis Djaja, 20 Juni 1964.

Tradisi santai dan bebas para sopir oplet tumbuh dari kesadaran sopir oplet terhadap umur
kendaraan dan jumlah penumpangnya. Oplet-oplet sewaan mereka tidak bisa diajak mengebut. Penumpang
justru suka dengan gaya sopir oplet yang alon-alon. Dari sini, para sopir pun mengerti bahwa mereka tak
bakal kehabisan penumpang. Bukan mereka yang mencari penumpang, melainkan sebaliknya
penumpanglah yang mencari mereka.

Penumpang oplet beraneka rupa latar belakang. Dari mahasiswa, pekerja kantoran, pegawai negeri,
sampai gerombolan copet dan begundal. Kelompok terakhir ini hidup dari menjarah harta para penumpang
oplet. Sepanjang 1970-1971, koran-koran nasional memuat banyak peristiwa kejahatan di oplet.

Ali Sadikin juga punya gagasan bahwa Jakarta seharusnya mempunyai empat jenis angkutan
umum: kereta api, bus kota, taksi, dan angkutan jenis ke-IV. Kategori terakhir ini mewadahi kendaraan
bermotor dengan tiga ban seperti bemo, superhelicak, dan minicar. Oplet tidak termasuk. Maka mulailah
upaya menyingkirkan oplet. Para sopir pun turun berdemonstrasi menentang gagasan Ali Sadikin.
Penyingkiran ini gagal mewujud.

7
Tjokropranolo mengajukan gagasan tentang angkutan umum pengganti oplet pada 1977. Namanya
mikrolet. Angkutan ini diupayakan masuk dalam kategori bus dengan muatan minimal 9 orang. Tapi polisi
enggan menerima konsep ini. Mereka menganggap mikrolet bukan bus. Buktinya plat nomor mereka
berawalan angka 1 atau 2, menandakan jenis wagon atau jip. Sementara bus selalu menggunakan awalan
angka 7.

Penyingkiran oplet dari jalan raya ibukota berlangsung secara bertahap yang dimulai sejak
munculnya gagasan penggunaan mikrolet sebagai angkutan umum pengganti oplet pada 1977. Kemudian
sejak 17 September 1980, mikrolet mulai beroperasi di Jakarta, dan hal ini menjadi penyingkiran oplet
secara halus. Sopir-sopir oplet diberikan kesempatan untuk berhenti beroperasi dan mendapat prioritas
untuk menjadi sopir mikrolet.

Pemerintah memang tidak pernah secara resmi melarang oplet beroperasi, namun kebijakan
angkutan umum baru itu telah mematikan oplet secara perlahan. Hingga 1990an, di jalanan ibu kota masih
bisa dijumpai oplet-oplet yang masih beroperasi, namun kini kendaraannya Si Doel Anak Betawi ini
menjadi pajangan dan benda koleksi.

II.2. Data Hasil Survey dan Pengamatan


Perkembangan angkutan umum “Oplet” pada saat ini mengalami penurunan minat yang disebabkan
oleh berbagai maca hal. Untuk itu kami melakukan penelitian untuk mengetahui mengapa minat masyakarat
terhadap angkutan umum “Oplet” berkurang. Dalam penelitian ini kami menggunakan metode wawancara
dan pengamatan. Alasan kami menerapkan metode wawancara dan pengamatan karena metode tersebut
relatif lebih mudah dilaksanakan serta merupakan metode yang paling cocok karena kami turun langsung
untuk melihat kondisi serta kami menanyakan langsung kepada pihak-pihak yang terkait. Diharapkan
dengan metode ini kami dapat menganalisis masalah yang ada dan dapat menemukan solusi untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi.

Untuk penelitian ini kami memilih tempat pengambilan data yaitu di Terminal Pasar Dahlia yang
terletak di Jl. Hasannudin Pontianak Kota, Terminal Nusa Indah yang terletak di Jl. Tanjungpura Pontianak
Kota, dan Kantor Dinas Perhubungan Kota Pontianak yang terletak di Jl. Alianyang Pontianak Kota.

8
Gambar 3. Terminal Pasar Dahlia

Gambar 4. Terminal Nusa Indah

9
Gambar 5. Kantor Dinas Perhubungan Kota Pontianak

Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan di beberapa lokasi di atas terlihat bahwa
Terminal di Pasar Dahlia yang tersedia untuk layanan transportasi umum “Oplet” terlihat sangat
kumuh. Selain itu kondisi kendaraan bias dikatakan buruk, yang didominasi oleh mobil-mobil tua
yang sudah tidak layak digunakan dan di terminal tersebut tidak terdapat peta trayek. Di terminal
ini juga tidak terdapat tempat untuk menunggu bagi penumpang. Namun di Terminal Pasar Dahlia
ini sudah terdapat tempat parkir/pangkalan “Oplet” yang luas, terdapat kanopi penutup kendaraan
dan tersedia wc umum. Untuk kondisi di Terminal Nusa Indah lebih parah daripada Terminal Pasar
Dahlia. Tempat parkir/pangkalan oplet tidak jelas, bercampur dengan parkiran kendaraan pribadi
yang di parkirkan di tempat tersebut. Peta trayek juga tidak tersedia di terminal dan tidak terdapat
bangunan terminal yang jelas.

Kemudian, berdasarkan hasil pengamatan kami terhadap kondisi kendaraan oplet, secara
garis besar rata-rata dari luar oplet memang tidak layak pakai. Di bagian dalam tidak nyaman,
karena tidak adanya alas di lantai oplet sehingga udara panas mesin dapat dirasakan penumpang.
Selain itu, beberapa pintu oplet tidak dapat ditutup. Kursi oplet berlubang lubang dan kotor.

Kemudian, berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan terhadap supir diperoleh data
sebagai berikut :

10
Tabel 1. Wawancara supir angkutan Oplet 1

Penanya Supir Angkutan Umum “Oplet” 1


Apa kendala bapak selama menjadi supir Pendapatan yang kurang
oplet ?
Bagaimana perbedaan menjadi supir Dulu pendapatan masih bisa dikatakan
oplet dulu dan sekarang ? cukup karena penumpang masih ramai.
Untuk sekarang pendapatan berkurang
karena kurangnya minat
Dimana bapak biasa mangkal ? Saya biasa ngetem di seroja.
Apakah ada kebijakan untuk oplet dan Tidak boleh berhenti sembarangan di
bagaimana pandangan bapak terhadap badan jalan.
kebijakan itu? Tidak masalah, Cuma biasanya
penumpang saja yang minta diturunkan
di tempat tertentu
Bagaimana pandangan bapak tentang Saya tidak bermasalah dengan ojek
ojek online ? online, tapi saya tidak suka kalo ojek
online mengambil penumpang di tempat
saya ngetem
Dengan adanya ojek online, penumpang Makin sepi dek. Banyak ojek online
masih tetap ramai atau sepi ? yang biasanya ngambil penumpang di
tempat saya.
Apa harapan bapak kedepannya ? Harapan saya, adanya mediasi antara
pihak ojek online dan sopir oplet untuk
sepakat bahwa ojek online tidak
menjemput penumpang di pangkalan

Tabel 2. Wawancara supir angkutan Oplet 2

Penanya Supir Angkutan Umum “Oplet” 2


Apa kendala bapak selama menjadi Mengejar target setoran yang sudah tidak
supir oplet ? sesuai dengan jumlah penumpang saya
Bagaimana perbedaan menjadi supir Penumpang semakin sepi
oplet dulu dan sekarang ?

11
Dimana bapak biasa mangkal ? Terminal nusa indah dek, biasanya
tempat lain juga.
Apakah ada kebijakan untuk oplet dan Saya kurang tau mengenai kebijakan
bagaimana pandangan bapak terhadap pemerintah dek. Saya nyetir nyetir jak
kebijakan itu?
Bagaimana pandangan bapak tentang Saya dak masalah. Sebenarnya saya juga
ojek online ? ingin menjadi ojek online tapi saya tidak
mengerti menggunakan HP android
Dengan adanya ojek online, penumpang Semakin sepi dek, saya lihat ibu ibu
masih tetap ramai atau sepi ? banyak yang lebih suka naik ojek online.
Apa harapan bapak kedepannya ? Saya harap pemerintah mengambil alih
perusahaan ojek online dibawah
naungannya agar dapat mengatur
kebijakan kebijakan yang tidak dapat
merugikan pihak manapun.

Tabel 3. Wawancara supir angkutan Oplet 3

Penanya Supir Angkutan Umum “Oplet” 3


Apa kendala bapak selama menjadi supir Pendapatan yang kurang untuk bayar
oplet ? kontrakan dan anak kuliah
Bagaimana perbedaan menjadi supir Dulu ramai, tapi beberapa tahun
oplet dulu dan sekarang ? belakangan sepi.
Susah sekarang dek bnyari uang buat
bayar setoran dan isi bensin
Dimana bapak biasa mangkal ? Saya biasa ngetem di seroja dek. Tiap
tanggal 20 pindah berdasarkan kebijakan
Bersama.
Apakah ada kebijakan untuk oplet dan Dak ada dek. Malahan kami biasanya
bagaimana pandangan bapak terhadap cuma diusir usir gitu aja sama LAJ.
kebijakan itu? Semua tempat dak boleh mangkal.
Kadang terlihat seperti dengki gitu dek
sama pengemudi

12
Bagaimana pandangan bapak tentang Parah sekali. Jumlah ojek online
ojek online ? sekarang sudah ribuan dek dan dimana
mana, bahkan mahasiswa juga jadi ojek
online.
Dengan adanya ojek online, penumpang Mematikan sekali dek, spenumpang
masih tetap ramai atau sepi ? semaki sepi, apalagi dengan adanya
Gocar.
Apa harapan bapak kedepannya ? Sudah tidak ada harapan lagi dek.
Karena (untuk ojek online) jumlahya
sudah sangat banyak.
Ya kami tinggal bertahan gitu gitu saja
dek, banyak mobil yang sudah
dikembalikan dek.

Kemudian, berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan pada beberapa penumpang
diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4. Wawancara penumpang angkutan Oplet 1

Penanya Penumpang
Apa alasan anda memilih oplet Saya dak pandai pakai hape android dek
disbanding ojek online?
Bagaimana menurut anda dengan Belum dek, kalo bisa untuk tempat
fasilitas yang disediakan pemerintah? duduk penumpang lebih di perhatikan
Apakah menurut bapak sudah memadai? agar lebih nyaman bagi penumpang.

Tabel 5. Wawancara penumpang angkutan Oplet 2

Penanya Penumpang

13
Apa alasan anda memilih oplet Saya dari pelabuhan, abis jualan. Jadi
disbanding ojek online? disana ojek online dilarang ambil
penumpang sama ojek pangkalan disana
Bagaimana menurut anda dengan Belum, kalo bisa oplet diperbanyak lagi
fasilitas yang disediakan pemerintah? jumlahnya agar penumpang tidak
Apakah menurut ibu sudah memadai? menunggu lama. Kalo bisa supir oplet
dilarang merokok

Tabel 6. Wawancara penumpang angkutan Oplet 3

Penanya Penumpang
Apa alasan anda memilih oplet Saya trauma karena pernah naik ojek
disbanding ojek online? online yang naik motornya laju, jadi
saya takut
Bagaimana menurut anda dengan Sudah, tapi belum meuaskan. Kalo bisa
fasilitas yang disediakan pemerintah? oplet di modifikasi agar lebih nyaman
Apakah menurut ibu sudah memadai? untuk penumang

Kemudian, berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan pada Dinas Perhubungan
Kota Pontianak diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 7. Wawancara Pemerintah (Dinas Perhubungan Kota Pontianak)

Penanya Dishub
Kebijakan apa yang dilakukan Sesuai dengan kewenangan kami
pemerintah dalam menangani masalah sebagai Dinas Perhubungan dimanapun
oplet yang semakin sepi peminat ? berada, tetap memperhatikan angkutan
umum dan angkutan barang, sedangkan
untuk angkutan pribadi ada manajemen
nya sendiri. Untuk di kota Pontianak,
Oplet bisa dibilang matisuri, tapi masih
ada 1/3 yang ada beroperasi. Kebijakan
yang kami lakukan terhadapat angkutan
umum khusunya Oplet yaitu tetap

14
menerapkan konsep utamakan
keselamatan, selain itu kami juga
melakukan pengecekan terhadapat
angkutan umum Oplet setiap 6 bulan
sekali. Kebijakan ini kami terapkan
wajib untuk semua supir angkutan
Oplet. Memang ada beberapa yang tidak
layak terkait operasional. Selain itu,
kendala supir yang kami terima yaitu di
kawasan macet sopir menjerit tentang
uang BBM. Harga BBM yang semakin
naik dan tidak sesuai dengan jumlah
penumpang yang menggunakan
kendaraan angkutan Oplet. Yang
terpenting bagi kami yaitu mengenai
kelayakan kendaraan untuk beroperasi
di jalan. Itu control dari kita (Dinas
Perhubungan Kota Pontianak). Rute /
trayek pada angkutan Oplet tetap tidak
berubah. Perilaku Angkutan Oplet
diawasi melalui patroli, seperti
,masalah parkir. Untuk yang
melanggar, tidak kita tilang namun tetap
di ingatkan. Yang bikin oplet susah
untuk mengikuti ketentuan yaitu karena
kemauan dari penumpang. Sudah
kewajiban tugas utama kita mengatur
oplet. Untuk bus, yaitu angkutan kota
dalam provinsi. Kewenangannya di
Dinas Perhubungan Provinsi.
Sedangkan untuk angkutan umum di
kota diatur oleh Dinas Perhubungan
Kota, yang tidak lintas kabutapen.
Kebijakan lain yang mulai diteripakn

15
yaitu ,pajak kendaraan bermotor
dinaikkan dan perolehan nomor
kendaraan di persulit. Hal itu agar
mengurangi jumlah pertumbuhan
kendaraan bermotor, sehingga minat
untuk menggunakan angkutan umum
kembali. Untuk sekarang Ada 5 buah
bis bantuan dari Pemerintah Pusat untuk
membantu mengantar anak sekolah
yang tidak menggunakan kendaraan
bermotor untuk pergi ke sekolah. Tapi
itu masih ada kendala karena unit
angkutan bus tersebut masih sedikit, jadi
masyarakat yang ingin
menggunakannya harus mengantri
terlebih dahulu. Bus ini melalui trayek
yang tidak bersinggungan dengan
angkutan Oplet. Rute yang dilalui tidak
mellewat rute angkutan Oplet yang ada.
Mungin bersinggungan dengan trayek
angkutan Oplet, tapi tidak mengambil
penumpang di daerah tersebut.
Ada kendala dalam mengatur Kendala pasti ada, terutama untuk
perilaku masyarakat. Kemudian dengan
adanya Ojek Online, mereka para supir
angkutan Oplet agak berat bersaing
dengan angkutan Online. Hal tersebut
karena Ojek Online memiliki kelebihan
yaitu bersifat door to door, dan
sedangkan mereka angkutan Oplet ada
trayek. Jadi masyarakat yang mampu
atau menengah ke atas lebih memilih
Ojek Online. Karena waktu nya lebih
pasti sedangkan jika menggunakan

16
angkutan umum penumpang harus antri
terlebih dahulu.
Harapan bapak Angkutan umum tetap ade. Untuk
mengatasi dengan berkembangnya jlh
kendaraan motor yg banyak. Untuk
alternative pencegahan macet lalu
lintas.

Gambar 6. Wawancara dengan supir oplet

17
Gambar 7. Wawancara dengan pengguna angkutan oplet

Gambar 8. Selesai wawancara dengan supir oplet

18
Gambar 9. Selesai wawancara dengan Kepala Dinas Perhubungan Kota Pontianak

II.3. Analisa Data


II.3.1. Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan, dapat dilihat bahwa:

- Hal yang mempengaruhi minat terhadap angkutan umum yaitu mengenai tempat terminal yang
tidak di kelola dengan baik. Akibat tempat terminal yang tidak terawat dan dikelola dengan
baik, menyebabkan minat penumpang menggunakan angkutan umum menjadi berkurang.
Tidak adanya fasilitas-fasilitas yang mendukung suatu terminal, masyarakat menjadi sangat
repot dan tidak puas dengan apa yang ada di terminal.
- Selain itu, yang mempengaruhi minat penumpang yaitu kondisi kendaraan angkutan Oplet yang
kurang nyaman. Kondisi angkutan Oplet yang tidak nyaman dari segi penampilan dan peforma
saat beroperasi. Kebanyakan penumpang merasa rishi akibat kondisi angkutan Oplet
dikarenakan panas dan tidak nyaman.
- Kemudian, rendahnya faktor kenyamanan ataupun keamanan bagi pemakai, dimana terjadi
sikap pemaksaan jumlah penumpang yang melebihi kapasitas (normal)-nya.

19
- Lalu, rendahnya konsistensi operasi pada rute/jalur yang telah ditetapkan, dimana dalam
operasinya, sebagian angkutan umum penumpang akan kembali lagi ke terminal/APK (area
parkir kendaraan) semula sebelum mencapai terminal/APK (tujuan) akhirnya, baik terjadi
sebagai akibat dari minimumnya jumlah penumpang maupun perilaku pengemudinya.
- Perilaku sebagian pengemudi angkutan umum penumpang yang arogan, dengan berdalih
mengejar uang setoran, sering mengabaikan aspek kenyamanan, keamanan dan kelancaran
mobilitas, baik penggunanya maupun pemakai jalan lainnya.
- Selain itu, pelanggaran lalulintas yang ditimbulkan oleh pengemudi angkutan umum secara
kuantitas relatif cukup tinggi, seperti: gerakan menepi/memberhentikan kendaraan secara
mendadak (bahkan tanpa memberikan tanda lebih dahulu), memberhentikan kendaraan untuk
pemuatan ataupun penurunan penumpang tidak pada bahu jalan dan atau tidak pada tempat
berhenti yang telah ditetapkan (stop/halte), penggunaan lajur belok kiri (lajur LTOR – left turn
on red) untuk berhenti pada simpang bersinyal; dan lain-lainnya.
-

II.3.2. Wawancara Supir Angkutan Oplet


- Secara garis besar supir angkutan Oplet merasa bahwa penghasilan yang didapatkan berkurang.
Hal ini membuat supir angkutan Oplet merasa hidupnya kurang makmur dan mengalami
kendala dalam mengejar setoran.
- Tingginya uang setoran yang ditetapkan oleh pemilik/pengusaha angkutan umum penumpang,
dimana kondisi ini merupakan dampak dari tingginya biaya awal (capital cost) ataupun biaya
operasionalnya, khususnya yang relevan dengan standing cost (misal: biaya ijin trayek, biaya
ijin usaha) disamping ketatnya persaingan akibat jumlah armada yang berlenih atau pendeknya
headway antar angkutan umum penumpang pada satu rute/jalur.
- Keadaan dilapangan menunjukkan bahwa jumlah penumpang menjadi semakin sepi jika
dibandingkan dengan jumlah penumpang di beberapa tahun yang lalu. Justru itu sangat
disayangkan supir oplet karena jelas dapat mengakibatkan pendapatan mereka menurun.
- Menurut supir angkutan Oplet, kebijakan yang dilakukan Dinas Perhubungan tidak jelas dan
sosialisasi kebijakan yang dilakukan tidak merata. Selain itu, masih ada supir angkutan Oplet
yang merasa tidak mendengar tentang kebijakan tersebut. Supir angkutan Oplet merasa bahwa
penertiban yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan terkesan tidak humanis.
- Adanya Ojek Online merupakan salah satu masalah yang dialami oleh supir angkutan Oplet.
Supir angkutan Oplet merasakan dampak dari Ojek Online yaitu penumpang kebanyakan
beralih dan lebih minat menggunakan jasa Ojek Online.

20
- Selain itu, masih banyak Ojek Online yang mengambil penumpang di daerah pangkalan yang
menyebabkan sering terjadi cekcok dan kecemburuan sosial yang dirasakan supir angkutan
Oplet.
- Harapan dari para supir angkutan Oplet yaitu berharap agar adanya peran pemerintah sebagai
penengah dalam mengatasi masalah-masalah yang ada baik di dalam lingkup angkutan Oplet
ataupun di luar lingkup yaitu dengan Ojek Online.

II.3.3. Wawancara Penumpang


- Beberapa penumpang memilih menggunakan angkutan Oplet bukan karena fasilitas oplet yang
baik ataupun kenyamanan penumpang pada saat menggunakan angkutan Oplet, melainkan
karena alasan lain yaitu kurangnya kemampuan dalam penggunaan Smarthphone Android,
adanya pengalaman yang kurang baik pada saat menggunakan Ojek Online ataupun di daerah
penjemputan tersebut dilarang bagi ojek online untuk mengambil penumpang.

II.3.4. Wawancara Pemerintah (Dinas Perhubungan)


- Khusus di Kota Pontianak, angkutan Oplet bisa dikatakan “Mati Suri”. Jumlah angkutan Oplet
yang masih beroperasi hanya 1/3 dari jumlah angkutan Oplet yang ada di Kota Pontianak
- Prinsip yang diutamakan dari pemerintah yaitu mengutamakan keselamatan. Akan tetapi tindak
lanjut untuk pelaksanaan dari pemerintah dalam penerapan ini belum jelas. Entah dalam bentuk
penyuluhan ataupun penertiban yang dilakukan terhadapat supir angkutan Oplet.
- Kendala supir angkutan Oplet yang cukup berat yaitu kenaikan harga BBM yang sangat
signifikan dan tidak sebanding dengan jumlah penumpang yang menggunakan angkutan Oplet.
Hal ini sangat “mencekik” supir angkutan Oplet dalam beroperasi.
- Pemerintah ( Dinas Perhubungan ) mengedepankan tentang kelayakan kendaraan angkutan
Oplet yang beroperasi, sedangkan hal tersebut tidak dapat menyelesaikan masalah utama yang
dialami oleh angkutan Oplet, seperti kurangnya jumlah penumpang dan harga BBM/trek yang
tidak sesuai.

21
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

III.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil survey dan analisa yang kami lakukan terhadap masalah angkutan Oplet
di Kota Pontianak dapat ditarik kesimpulan yaitu :

- Permasalahan yang dialami oleh angkutan Oplet sebenarnya tidak sesederhana persaingan
antara angkutan Oplet dan Ojek Online, melainkan lebih rumit dari itu. Mulai dari kurangnya
perawatan kendaraan, pengelolaan tempat terminal, tidak jelasnya trayek hingga harga BBM
yang “mencekik” supir angkutan Oplet. Hal-hal tersebut menyebabkan berkurangnya minat
masyarakat terhadap penggunaan angkutan Oplet dan lebih memilih menggunakan angkutan
pribadi ataupun Ojek Online. Selain itu, pemerintah terkesan kurang ambil bagian dalam
mengatasi masalah angkutan Oplet tersebut. Kebijakan pemerintah lebih fokus terhadap
masyarakat sebagai pengguna jasa angkutan Oplet tersebut tanpa memerhatikan kesejahteraan
dan keberlangsungan kendaraan angkutan Oplet.
- Kurangnya minat masyarakat untuk menggunakan angkutan Oplet dikarenakan berbagai hal,
yaitu masalah kenyamanan dalam penggunaan angkutan Oplet. Baik itu ketika menunggu,
menaiki sampai turun dari angkutan Oplet. Selain itu kemudahan akses bagi Ojek Online yang
menerapkan sifat Door to Door yang mengakibatkan minat masyarakat terhadap Ojek Online
lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan angkutan Oplet.
- Untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Dibutuhkan koordinasi antara tiga belah pihak yang bersangkutan, yaitu angkutan Oplet itu
sendiri, Pemerintah (Dinas Perhubungan) dan masyarakat. Pemerintah sebagai lembaga yang
mengatur mengenai kendaraan umum, harus mampu memberlakukan kebijakan-kebijakan
yang tidak merugikan pihak manapun serta dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi sopir
angkutan Oplet.

III.2. Saran
Menurut kami, dalam menyikapi potensi masyarakat beserta mobilitasnya dan
kondisi/potensi wilayah beserta pertumbuhan pembangunan kota, serta potensi permasalahan yang
timbul dalam penyelenggaraan angkutan umum penumpang khususnya dan sistem transportasi kota
pada umumnya, maka perlu dilakukan pembenahan dalam aspek transportasi massal oplet, antara
lain

22
- Dalam upaya mengatasi masalah yang ada, menurut kami pemerintah harus memaksimalkan
kembali fungsi terminal dengan cara memperbaiki terminal yang sudah ada dan menambahkan
fasilias-fasilitas pelengkap yang dapat membuat masyarakat merasa nyaman sehingga
masyarakat mau kembali menggunakan kendaraan umum.
- Penyediaan fasilitas pemeliharaan armada yang memadai (kualitas baik - biaya murah),
termasuk ketersediaan suku cadang. Langkah ini juga perlu dilakukan untuk mengurangi
tingkatan/panjangnya rangkaian distribusi suku cadang dan sekaligus sebagai upaya
memperkecil harganya
- Pemerintah harus dapat mengkaji ulang trayek-trayek yang dilalui angkutan umum. Adapun
yang harus diperhatikan saat mendesign trayek tersebut antara lain

o Dengan mengacu pada konsep supply and demand, untuk menyeimbangkan antara
jumlah permintaan/kebutuhan sarana angkutan umum (termasuk pengaturan
frekuensinya) dengan jumlah pengguna/penumpangnya. Upaya ini dilakukan untuk
menyeimbangkan antara jumlah armada yang tersedia dengan jumlah penumpangnya,
dan selanjutnya manakala jumlah calon penumpangnya meningkat maka armadanya
bisa ditambah. Selain dari itu, langkah ini juga sebagai upaya menghindari tidak
tercapainya target uang setoran oleh pengemudi, sebagai akibat dari minimnya jumlah
penumpang.
o Dengan mengacu pada konsep origin and destination, untuk menyesuaikan
kecenderungan tujuan perjalanan dari kelompok masyarakat pengguna angkutan kota,
serta menghindari atau memperkecil kemungkinan terjadinya rute/jalur yang tumpang
tindih (overlap). Langkah ini sekaligus sebagai upaya menghindari/mengurangi
terjadinya penumpukan angkutan kota dari beberapa rute/jalur, baik pada ruas-ruas
jalan tertentu maupun pada simpang.
- Penyediaan fasilitas dengan sistem manajemen yang rasional dan transparan sehubungan
dengan subsidi bahan bakar minyak (BBM).
- Setelah angkutan umum dirasa telah nyaman, dilakukan penyuluhan-penyuluhan kepada
masyarakat agar masyarakat lebih senang menggunakan angkutan umum.
- Pemerintah mempertegas aturan mengenai Ojek Online dalam menjemput penumpang, yaitu
Ojek Online tidak boleh mengambil penumpang di daerah pangkalan dan sepanjang jalur trayek
angkutan Oplet. Ojek Online berallih fungsi menjadi angkutan “FEEDER” yang berfungsi
untuk mengantar penumpang antar terminal atau dari rumah ke terminal. Dengan demikian
terjadi sinergi antar angkutan.

23
- Penerapan sanksi secara tegas dari pihak yang berwenang atas setiap terjadinya pelanggaran/
penyimpangan oleh pemilik/pengemudi angkutan umum penumpang, baik terhadap peraturan/
perundangan lokal (PERDA atau SK Walikota, dan sejenisnya) perundangan lalulintas dan
angkutan jalan yang berlaku secara Nasional. Adapun sanksi atas pelanggaran terhadap
peraturan/perundangan khusus tersebut hendaknya tidak bersifat materialistik (seperti denda)
secara langsung, sebaiknya dilakukan secara edukatif-preventif, mulai dari peringatan (disertai
bukti pelanggaran), lebih lanjut berupa penangguhan (skorsing) operasi hingga (paling berat)
pencabutan ijin trayek, ijin usaha ataupun surat ijin mengemudi khusus angkutan umum
penumpang. Sedangkan bagi pelanggaran terhadap perundangan lalulintas dan angkutan (pada
umumnya), tentunya sanksi tetap sesuai dengan perundangan yang berlaku.
-

24
Daftar Tabel

Tabel 1. Wawancara supir angkutan Oplet 1.......................................................................... 11


Tabel 2. Wawancara supir angkutan Oplet 2.......................................................................... 11
Tabel 3. Wawancara supir angkutan Oplet 3.......................................................................... 12
Tabel 4. Wawancara penumpang angkutan Oplet 1 ............................................................... 13
Tabel 5. Wawancara penumpang angkutan Oplet 2 ............................................................... 13
Tabel 6. Wawancara penumpang angkutan Oplet 3 ............................................................... 14
Tabel 7. Wawancara Pemerintah (Dinas Perhubungan Kota Pontianak) ................................ 14

25
Daftar Gambar

Gambar 1 Oplet zaman dulu .................................................................................................... 5


Gambar 2 Oplet dan muatannya di Ngadisari, Probolinggo, Jawa Timur tahun 1970 .............. 6
Gambar 3. Terminal Pasar Dahlia ............................................................................................ 9
Gambar 4. Terminal Nusa Indah .............................................................................................. 9
Gambar 5. Kantor Dinas Perhubungan Kota Pontianak ......................................................... 10
Gambar 6. Wawancara dengan supir oplet ............................................................................. 17
Gambar 7. Wawancara dengan pengguna angkutan oplet ...................................................... 18
Gambar 8. Selesai wawancara dengan supir oplet.................................................................. 18
Gambar 9. Selesai wawancara dengan Kepala Dinas Perhubungan Kota Pontianak .............. 19

26

Anda mungkin juga menyukai