Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH LALU LINTAS

KATA PENGANTAR
Segala puji saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia kasih sayang-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Walaupun belum sempurna , karena saya juga sendiri masih dalam tahap
pembelajaran.
Makalah ini adalah laporan tertulis Keselamatan Lalu Lintas. Tertib berlalu lintas
adalah budaya yang harus diterapkan sejak dini. Dengan kita tertib berlalu lintas
berarti kita sudah mencerminkan budaya tertib dan disiplin dalam berlalu lintas.
Dalam makalah saya ini saya mengambil judul Keselamatan Lalu Lintas. Tata
karma berlalu lintas itu berarti kelakuan tertib dan sopan santun dalam berlalu
lintas. Dengan saya mengambil judul ini dalam makalah saya mudah-mudahan
teman-teman dapat tertib dalam berlalu lintas.
Dengan adanya makalah ini saya berharap tidak hanya teman-teman
yang disiplin akan berlalulintas, begitu juga dengan masyarakat umum lainnya.
Dengan kita tertib berlalu lintas berarti kita telah menyayangi nyawa kita , karena
saat berkendara dijalan raya berarti kita membawa nyawa kita.

Saya menyadari makalah ini tidak lah luput dari segala kekurangan dan
kesalahan. Untuk itu saya berharap kritik dan saran agar dapat membangun
makalah ini dengan baik. Terimakasih banyak

Tangerang Selatan, 17 September 2016


Penulis

Herry Sulistiono
DAFTAR ISI
Kata
pengantar
i
Daftar
isi
ii

Bab I. Pendahuluan
A. Latar
belakang
. 1
B. Tujuan
masalah
.. 2
C. Rumusan
masalah
2
Bab II. Pembahasan
A. Pengertian lalu
lintas....................................................................................................
3
B. Pengertian pelanggaran lalu
lintas............................................................................................. 3
C. Bentuk pelanggaran lalu
lintas................................................................................................... 4
D. Dampak akibat melanggar lalu
lintas......................................................................................... 5
E. Penyebab pelanggaran lalu
lintas................................................................................................ 6
F. Upaya pemerintah dalam mengatasi pelanggaran lalu
lintas.................................................... 8
Bab III. Penutup
Kesimpulan
...... 9
Kritik dan
saran..
..... 9
Daftar pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Salah satu permasalahan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah
masalah lalu lintas. Hal ini terbukti dari adanya indikasi angka-angka kecelakaan
lalu lintas yang selalu meningkat. Keadaan ini merupakan salah satu perwujudan
dari perkembangan teknologi modern. Perkembangan lalu-lintas itu sendiri dapat
memberi pengaruh, baik yang bersifat negative maupun yang bersifat positif bagi
kehidupan masyarakat. Sebagaimana diketahui sejumlah kendaraan yang beredar
dari tahun ketahun semakin meningkat. Hal ini nampak juga membawa pengaruh
terhadap keamanan lalu lintas yang semakin sering terjadi, pelanggaran lalu lintas
yang menimbulkan kecelakaan lalu lintas dan kemacetan lalu lintas. Kecelakaan lalu
lintas disebabkan oleh banyak faktor tidak sekedar oleh pengemudi kendaraan yang
buruk, pejalan kaki yang kurang hati-hati, kerusakan kendaraan, rancangan
kendaraan cacat pengemudi, rancangan jalan ,dan kurang mematuhinya rambu-
rambu lalu lintas ( Suwardjoko : 2005 :135) Lalu lintas dan pemakai jalan memiliki
peranan yang sangat penting dan strategis sehingga penyelenggaraannya dikuasai
oleh negara dan pembinaannya dilakukan oleh pemerintah dengan tujuan untuk
mewujudkan lalu lintas dan pengguna jalan yang selamat, aman, cepat, lancar,
tertib, dan teratur. Pembinaan di bidang lalu lintas jalan yang meliputi aspek
pengaturan, pengendalian, dan pengawasan lalu lintas harus ditujukan untuk
keselamatan ,keamanan, ketertiban, kelancaran lalu lintas jalan.
Dalam rangka pembinaan lalu lintas jalan, sebagaimana tersebut diatas, diperlukan
penetapan suatu aturan umum yang bersifat seragam dan berlaku secara nasional
serta dengan mengingat ketentuan lalu lintas yang berlaku secara internasional.
B. Tujuan Masalah
Tujuan pembahasan makalah ini agar orang-orang sadar akan pentingnya
keselamatan diri saat berkendara dijalan raya dengan tidak melakukan pelanggaran
lalu lintas, dan untuk menambah wawasan seputar pelanggaran lalu lintas yang
sering terjadi di sekitar kita. Dan agar orang-orang mengerti dampak dari perilaku
berkendara yang tidak sesuai aturan.

C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian lalu lintas?
2. Apa itu pelanggaran lalu lintas?
3. Apa saja bentuk pelanggaran lalu lintas?
4. Apa saja dampak akibat melanggar lalu lintas?
5. Apa yang menyebabkan pelanggaran lalu lintas?
6. Apa saja upaya pemerintah dalam mengatasi pelanggaran lalu lintas?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Lalu lintas
Lalu Lintas di dalam Undang-undang no 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkurtan Jalan didefinisikan sebagai gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu
Lintas Jalan. Sedang Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan
bagi gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa Jalan dan
fasilitas pendukung.
B. Pengertian Pelanggaran Lalu lintas
Pelanggaran lalu lintas tertentu atau yang sering disebut dengan tilang merupakan
kasus dalam ruang lingkup hukum pidana yang diatur dalam UU Nomor 14 Tahun
1992 (www. transparansi. or. id, 2009). Hukum pidana mengatur perbuatan-
perbuatan yang dilarang oleh undang-undang dan berakibat diterapkannya
hukuman bagi barang siapa yang melakukannya dan memenuhi unsur-unsur
perbuatan yang disebutkan dalam undang-undang pidana (www.id.wikipedia.org,
2009). Tujuan hukum pidana adalah untuk menakut-nakuti orang agar tidak
melakukan perbuatan yang tidak baik dan mendidik seseorang yang pernah
melakukan perbuatan yang tidak baik menjadi baik dan dapat diterima (Irawan,
2009.).
Pelanggaran lalu lintas tertentu atau tilang yang sering biasanya adalah
pelanggaran terhadap Pasal 54 mengenai kelengkapan surat kendaraan SIM dan
STNK serta Pasal 59 mengenai muatan berlebihan truk angkutan kemudian
pelanggaran Pasal 61 seperti salah memasuki jalur lintas kendaraan (Sebayang,
2009).
Singkatnya, persidangan kasus lalu lintas adalah Acara Pemeriksaan Cepat, dalam
proses tersebut para terdakwa pelanggaran ditempatkan di suatu ruangan.
Kemudian hakim akan memanggil nama terdakwa satu persatu untuk membacakan
denda. Setelah denda dibacakan hakim akan mengetukkan palu sebagai tanda
keluarnya suatu putusan (www.transparansi. or. id, 2009).

C. Bentuk-bentuk Pelanggaran Lalu Lintas


Bentuk-bentuk pelanggaran lalu lintas diantaranya sebagai berikut:
1. Menggunakan jalan dengan cara yang dapat merintangi membahayakan
ketertiban atau keamanan lalu lintas atau yang mungkin menimbulkan kerusakan
pada jalan.
2. Mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak dapat memperlihatkan surat
ijin mengemudi (SIM), STNK, Surat Tanda Uji Kendaraan (STUK) yang sah atau tanda
bukti lainnya sesuai peraturan yang berlaku atau dapat memperlihatkan tetapi
masa berlakunya sudah kadaluwarsa.
3. Membiarkan atau memperkenakan kendaraan bermotor dikemudikan oleh
orang lain yang tidak memiliki SIM.
4. Tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan
tentang penomoran, penerangan, peralatan, perlengkapan, pemuatan kendaraan
dan syarat penggandengan dengan kendaraan lain.
5. Membiarkan kendaraan bermotor yang ada di jalan tanpa dilengkapi plat
tanda nomor kendaraan yang syah, sesuai dengan surat tanda nomor kendaraan
yang bersangkutan.
6. Pelanggaran terhadap perintah yang diberikan oleh petugas pengatur lalu
lintas jalan, rambu-rambu atau tanda yang yang ada di permukaan jalan
7. .Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan tentang ukuran dan muatan yang
diijinkan, cara menaikkan dan menurunkan penumpang dan atau cara memuat dan
membongkar barang.
8. Pelanggaran terhadap ijin trayek, jenis kendaraan yang diperbolehkan
beroperasi di jalan yang ditentukan.
D. Dampak Pelanggaran Lalu Lintas
Tentunya dari permasalahan yang terjadi pada kondisi lalu lintas di Indonesia telah
menimbulkan berbagai masalah khususnya menyangkut permasalahan lalu lintas.
Permasalahan tersebut, seperti:
1.) Tingginya angka kecelakaan lalu lintas baik pada persimpangan lampu lalu lintas
maupun pada jalan raya;
2.) Keselamatan para pengendara dan para pejalan kaki menjadi terancam;
3.) Kemacetan lalu lintas akibat dari masyarakat yang enggan untuk berjalan kaki
atau memanfaatkan sepeda ontel;
4.) Kebiasaan melanggar peraturan lalu lintas yang biasa kemudian menjadi budaya
melanggar peraturan.

E. Penyebab Terjadinya Pelanggaran


Hampir setiap hari di indonesi terjadi kecelakaan akibat kesalahan pengemudi, baik
kecelakaan tunggal hingga tabrakan beruntun. Hal ini bisa saja terjadi akibat
kelalaian pengemudi kendaraan yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas yang
sudah ada demi keamanan, kelancaran, dan keselamatan lalu lintas. Oleh sebab itu,
perlu diketahui mengapa di indonesia tingkat kesadaran akan mamatuhi peraturan
lalu lintas masih tergolong reandah. Barikut beberapa hal yang mungkin menjwab
penyebab rendahanya kesadaran akan mematuhi peraturan lalu lintas:

1. Minimnya pengetahuan mengenai,peratutran,marka dan rambu lalu lintas


Tidak semua pengemudi kendaraan paham dan mengetahui peraturan-peraturan
lalu lintas, arti dari marka, dan rambu-rambu lalu lintas. Penyebabnya adalah
kurangnya kesadaran untuk mencari tahu arti dari marka dan rambu-rambu lalu
lintas ditambah pada saat ujian memperoleh SIM, mereka lebih senang
mendapatkan SIM dengan instan daripada mengikuti seluruh prosedur.

2. Dari kecil sudah terbiasa melihat orang melanggar lalu lintas atau bahkan orang
tuanya sendiri.
Kondisi ini sangatlah ironi bila seorang anak kelak mencontoh orang tuanya, bila
orang tuanya sering melanggar peraturan, kemungkinan besar anak itu juga
melanggar.

3. Hanya patuh ketika ada polisi yang patroli atau melewati pos polisi
Ini juga menjadi kebiasaan kebanyakan orang indonesia. Kita ambil
contoh, seorang pengemudi tidak akan melanggar lalu lintas ketika ada polisi yang
sedang mengatur arus lalu lintas di simpang jalan atau ada polisi yang sedang jaga
di pos dekat simpang tersebut. Namun bila tidak ada polisi, dia bisa langsung
tancap gas.

4. Memutar balikkan ungkapan


Sering kita dengar , "peraturan dibuat untuk dilanggar." Ini sangat menyesatkan.
Akan tetapi entah bagaimana ungkapan ini sangat melekat di hati orang indonesia,
sehingga sangat ingin menerapkannya. Semoga ungkapan ini tidak dipakai pada
saat orang menjalankan ibadah sesuai agamanya.

5. Tidak memikirkan keselamatan diri atau orang lain


Pemerintah telah mewajibkan beberapa standar keselamatan pengemudi saat
mengemudikan kendaraannya seperti wajib memasang safety belt untuk
pengemudi roda 4 dan wajib memakai helm,kaca spion tetap terpasang, dan
menyalakan lampu pada siang hari bagi roda 2. Masih banyak contoh standar
keselamatan lainnya, akan tetapi kenapa pengemudi malas menerapkannya?

6. Melanggar dengan berbagai alasan


"sebentar saja kok parkir disini (di bawah rambu larangan parkir), ntar jalan lagi."
"ah,sekali-sekali boleh dong ngelanggar, ini butuh cepat". Masih banyak lagi
berbagai alasan yang dijadikan pembelaan. Orang indonesia memang jago untuk
hal-hal seperti ini.

7. Bisa "damai" ketika tilang


Ini hal yang paling sering terjadi. Ketika pengemudi-pengemudi melanggar
peraturan atau tidak lengkapnya kelengkapan surat-surat saat dirazia, hal yang
pertama diajukan oleh pengemudi tersebut adalah jalan "damai". Kalu tidak bisa
"damai" di jalan, pasti nanti bisa coba "damai" lagi sebelum pengadilan demi
mendapatkan kembali surat-surat yang ditahan oleh pihak kepolisian dengan
segera.

F. Upaya Pemerintah Dalam Mengatasi Pelanggaran Lalu Lintas


Pertama-tama seorang petugas harus bertanya pada dirinya sendiri, siapakah
pelanggar peraturan lalu lintas tersebut. Hal ini bukanlah menyangkut apa
pekerjaannya, siapa namanya, dan seterusnya. Yang pokok disini adalah bahwa
seorang yang melanggar peraturan lalu lintas, bukanlah selalu seorang penjahat
(walaupun kadang-kadang petugas berhadapan dengan penjahat). Seorang
pengemudi yang melanggar peraturan lalu lintas adalah seseorang yang lalai di
dalam membatasi penyalahgunaan hak-haknya.
Yang kedua adalah bahwa seorang petugas atau penegak hukum harus menyadari
bahwa dia adalah seseorang yang diberi kepercayaan oleh negara untuk menangani
masalah-masalah lalu lintas. Pakaian seragam maupun kendaraan dinasnya
merupakan lambang dari kekuasaan negara yang bertujuan untuk memelihara
kedamaian di dalam pergaulan hidup masyarakat. Seorang petugas yang emosional
dan impulsif tidak saja akan merusak seluruh korps, walaupun dia selalu disebut
oknum apabila berbuat kesalahan. Penanganan terhadap para pelanggar,
memerlukan kemampuan dan ketrampilan professional. Oleh karena itu, maka para
penegak hukum harus mempunyai pendidikan formal dengan taraf tertentu, serta
pengetahuan dan pemahaman hukum yang cukup besar. Pengutamaan kekuatan
fisik, bukanlah sikap professional di dalam menangani masalah-masalah lalu lintas.
Perencanaan jalan raya dan pemasangan rambu lalu lintas yang disertai
pertimbangan, akan mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas. Pemasangan
rambu yang tepat untuk memperingati pengemudi bahwa di mukanya terdapat
tikungan yang berbahaya, misalnya, akan dapat mencegah terjadinya kecelakaan.
Pemasangan rambu yang tidak wajar akan menyebabkan terjadinya kebingungan
pada diri pengemudi. Bentuk jalan raya, besar kecilnya bentuk huruf, dan warna
rambu lalu lintas, mempunyai pengaruh terhadap pengemudi.
Pemasangan lampu lalu lintas, juga mempunyai pengaruh terhadap perilaku
pengemudi. Apabila lampu lalu lintas tersebut ditempatkan sejajar dengan garis
berhenti, maka hal itu akan menyebabkan pengemudi menghadapi masalah.
Masalahnya adalah, untuk melihat lampu dengan jelas, maka dia harus berhenti
jauh di belakang garis behenti. Apabila hal itu dilakukan, maka dia akan dimaki-
maki oleh pengemudi-pengemudi yang berada di belakangnya. Kalau dia berhenti
tepat di garis berhenti, maka agak sukar baginya untuk melihat lampu lalu lintas.
Pendidikan bagi pengemudi, juga merupakan salah satu cara dalam menangani
para pelanggar lalu lintas. Pada masyarakat lain di luar Indonesia, sekolah
mengemudi merupakan suatu lembaga pendidikan yang tujuan utamanya adalah
menghasilkan pengemudi-pengemudi yang cakap dan terampil di dalam mencegah
terjadinya kecelakaan lalu lintas. Sekolah-sekolah tersebut dikelola oleh para ahli,
yang tidak hanya melingkupi mereka yang biasa menangani masalah-masalah lalu
lintas, akan tetapi kadang-kadang juga ada psikologinya maupun ahli ilmu-ilmu
sosial lainnya. Di dalam sekolah pendidikan pengemudi tersebut, yang paling pokok
adalah sikap dari instruktur. Instruktur harus mampu menciptakan suatu suasana
dimana murid-muridnya dengan konsentrasi penuh menerima pelajarannya.
Seorang instruktur harus mempunyai kemampuan untuk mendidik, kemampuan
untuk mengajar saja tidaklah cukup. Murid-murid harus diperlakukan sebagai orang
dewasa, berilah kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengambil keputusan, oleh
karena di dalam mengendarai kendaraan yang terpenting adalah dapat mengambil
keputusan yang cepat dan tepat. Kalau tidak maka kemungkinan besar akan terjadi
kecelakaan yang mengakibatkan kerugian benda atau hilangnya nyawa seseorang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penegakan peraturan lalu lintas secara baik sangat tergantung pada beberapa
faktor yang selama ini kurang mendapatkan perhatian yang seksama, yakni:
pemberian teladan kepatuhan hukum dari para penegak hukum sendiri, sikap yang
lugas (zakelijk) dari para penegak hukum, penyesuaian peraturan lalu lintas dengan
memperhatikan usaha menanamkan pengertian tentang peraturan lalu lintas,
penjelasan tentang manfaat yang konkrit dari peraturan tersebut, serta appeal
kepada masyarakat untuk membantu penegakan peraturan lalu lintas.
Penegak hukum di jalan raya, merupakan suatu hal yang sangat rumit. Pertama-
tama penegak hukum harus dapat menjaga kewibawaannya untuk kepentingan
profesinya. Di lain pihak dia harus mempunyai kepercayaan pada dirinya sendiri
untuk mengambil keputusan yang bijaksana, sehingga menghasilkan keadilan.
Semenjak calon pengemudi menjalani ujian untuk memperoleh surat izin
mengemudi harus dipertimbangkan hal-hal yang menyangkut tingkat kecerdasan
pengemudi, kemampuan untuk mengambil keputusan dengan cepat, aspek fisik
pengemudi/calon pengemudi.

B. Kritik dan Saran


Para pengguna jalan harus memiliki etika kesopanan di jalan serta harus mematuhi
dan melaksanakan peraturan lalu lintas, misalnya ke kiri jalan terus atau ke kiri ikuti
lampu, dilarang parkir juga tidak membuang sampah sembarangan di jalan.
Kecepatan dalam mengendarai kendaraan harus disesuaikan dengan kondisi jalan,
apakah jalan tersebut ramai atau sepi, waktu pagi, siang, sore, ataupun malam.
Untuk angkutan umum hendaknya tidak menaikkan atau menurunkan penumpang
sembarangan. Dalam memanfaatkan jalan, kita harus menyadari bahwa bukan
hanya kita saja yang menggunakan jalan tersebut, tetapi setiap orang berhak
menggunakannya. Walaupun itu merupakan hak setiap orang namun, setiap orang
berkewajiban untuk menjaga kesopanan di jalan, salah satunya dengan mematuhi
peraturan lalu lintas yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
http://umum.kompasiana.com/2010/03/04/masalah-pelanggaran-lalu-lintas
http://edukasi.kompasiana.com/2011/05/17/penanaman-budaya-%E2%80%9Crikuh
%E2%80%9D-dalam-berlalu-lintas-di-indonesia-2/
http://www.anakunhas.com/2011/12/pengertian-pelanggaran-lalu-lintas.html

Latar belakang penulisan makalah ini didasarkan pada kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa
yang dilakukan oleh masyarakat ataupun penegak aturan dalam berkendara yang tidak tertib
pada aturan dan mengakibatkan kecelakaan lalu lintas yang memakan korban jiwa baik luka
maupun kemaian. Kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
- Faktor internal kecelakaan lalu lintas yaitu faktor yang berasal dari diri sendiri karena
kurangnya kesadaran akan tertib hukum dan aturan lalulintas dalam berkendara
- Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri sendiri contohnya adanya jalan yang
hancur yang mengakibatkan lalu lintas menjadi sulit terutama jika turun hujan, faktor iklim dan
cuaca selain itu faktor eksternal lainnya seperti keterbatasan sarana dan prasarana.
Karena dalam berkendara sangat rawan akan terjadinya kecelakaan lalu lintas maka seharusnya
keselamatan akan berkendara lebih ditingkatkan guna mengurangi tingkat kecelakaan lalu lintas.
Untuk itu perlu diadakan kerjasama yang saling mendukung antara masyarakat dan penegak
aturan berkendara ( dalam hal ini yaitu polisi) dan pemerintah dalam menciptakan keamanan,
ketertiban dan keselamatan dalam berkendara.

Maksud dan tujuan penulisan makalah dengan tema keselamatan lalulintas ini adalah:
1. Menjadikan masyarakat tertib lalulintas
2. Memperbaiki etika dalam berkendara
3. Meningkatkan kesadaran masyarakan akan keselamatan berkendara
4. Mengupayakan pelaksanaan Undang-undang yang lebih baik
5. Menyempurnakan tatanan hukum dalam berkendara
6. Memperbaiki moral masyarakat dalam berkendara dan juga moral para penegak tatanan hukum
dan aturan dalam berlalu lintas
7. Meningkatkan kerjasama antara masyarakat dan penegak tatanan hukum lalu lintas guna
menciptakan keamanan, ketertiban dan keselamatan lalu lintas.

Sejak 28 Noveber 2013 sebanyak 64331 kendaraan ditilang polisi dalam operai zebra. Dalam
operasi tersebut kebanyakan pengendara bermotor yang paling banyak melanggar aturan, dapat
dikatakan bahwa sepeda motor paling banyak menyumbangkan angka pada tingkat kecelakaan di
Indonesia.
Sementara itu Angka kecelakaan dari tahun ketahun telah memakan korban jiwa yang banyak.
Pada tahun 2010 sebesar 31.244 jiwa meninggal akibat kecelakaan lalu lintas, sementara itu pada
tahun 2011 korban jiwa mencapai 32.657 dan pada tahun 2012 korban meninggal dunia
mencapai 27441 jiwa, sedangkan pada tahun 2013 sebesar 25157 jiwa.
Keselamatan berkendara seharusnya sudah menjadi kebutuhan rakyat. Dalam mewujudkannya
dibutuhkan suatu kerjasama antara masyarakat dengan pengak hukum dalam berkendara, hal ini
dilakukan supaya kejadian-kejadian atau perristiwa tidak tertib hukum dapat dihindar

Upaya-upaya dibawah ini merupakan cara untuk mengatasi hal-hal seperti yang dicantumkan
diatas. Upaya tersebut harus dilaksanakan oleh masyarakat dan penegak hukum aturan lalu lintas
(polisi) serta pemerintah
Upaya yang harus ditempuh oleh masyarakat seperti:

1. Taat pada aturan yang berlaku


Hal utama dalam keselamatan berlalu lintas di jalan ini adalah adanya subjek yang menaati tata
tertib hukum lalu lintas. Kalau satu subjek saa sudah tidak menaati aturan atau bersikap acuh
pada aturan maka dampaknya akan sangat besar. Bagaimana jika hal yang sama dilakukan oleh
banyak subjek? Untuk itu pemerintah mengeluarkan Undang-undang dalam berkendara dan
harus disadari, dipahami serta dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat

Undang-undang yang dibuat oleh pemerintah misalnya UU nomor 14 tahun 1992 tentang lalu
lintas dan angkutan jalan dan Undang-undang lalu lintas yang baru yaitu UU nomor 22 tahun
2009 yang lebih menekankan kepada sanksi yang lebih berat bagi pelanggarnya dibandingkan
dengan UU no 14 tahun 1992. Dibawah ini merupakan peraturan serta sanksi dari UU nomor 22
tahun 2009:
- Bagi pengendara sepeda motor yang menggunakan helm catok atau tidak menggunakan helm
Standar Nasional Indonesia (SNI) maka dikenai sanksi berupa
pidana kurungan penjara paling lama satu bulan atau
denda paling banyak Rp 250.000
Aturan ini selain berlaku untuk pengendara juga berlaku untuk penumpang yang diboonceng.
Aturan mngenai penggunaan helm SNI ini tercantum dalam pasal 57 ayat 2 dan pasal 106 ayat
8 serta pasal 291
- Dalm pasal 57 ayat 3 menjelaskan bahwa perlengkapan berkendara harus komplet sekurang-
kurangnya harus tersedia sabuk keselamatan, ban cadangan, segitiga pengaman, dongkrak,
pembuka roda, helm dan rompi pemantul cahaya bagi pengemudi kendaraan bermotor roda
empat/lebih yang tak memiloki rumah-ruah dan perrlengkapan P3K. Krena jika aturan ini
dilanggar maka sanksi yang akan diterima adalah:
pidana kurungan paling lama satu bulan
denda paling banyak Rp. 250.000 (pasal 278)

- Jika tidak punya SIM maka akan denda 1 juta rupiah atau kurungan penjara paling lama 4 bulan

- Pengendara wajib menunjukan SIM yang sah karena jika tidak maka akan dikenai sanksi
berupa hukuman kurungan penjara paling lama satu bulan atau denda paling banyak Rp 250.000
- Perlengkapan kendaraan bagi sepeda motor seperti spion, klakson, rem lampu penunjuk,
knalpot, ban dan lain-lain harus memenuhi persyaratan teknis. Jika melanggar maka akan dikenai
sanksi pidana kurungan penjara paling lama satu bulan atau denda paling banyak Rp250.000

- Perlengkapan kendaraan bagi roda empat seperti spion, klakson, lampu utama, kealaman ban,
rem lampu mundur dan sebagainya harus memenuhi peersyaratan teknis. Bagi yang melanggar
akan dikenai sanksi berupa denda sesesar Rp 500.000 atau kurungan penjara paling lama dua
bulan

- Pengemudi dan penumpang tanpa sabuk pengaman akan dikenai sanksi hal ini diatur dalam
pasal 289. Sanksi tersebut berupa pidana penjara paling lama satu bulan atau denda paling
banyak Rp 250.000

- Wajib menyalakan lampu pada malam hari, karena jika tidak maka akan dikenai sanksi pidana
paling lama satu bulan atau denda paling banyak Rp 250.000 selain itu wajib pula menyalakan
lampu pada siang hari karena bagi pelanggarnya akan dikenai sanksi pidana kurungan paling
lama 15 hari atau denda psling banyak Rp 100.000

2. Meningkatkan etika dalam berkendara

Etika dalam berkendara itu mutlak diperlukan terutama dalam menggunakan sepeda motor
karena hal itu bertujuan untuk menghormati, menghargai dan menjaga keselamatan diri sendiri
dan orang lain. Pengemudi kendaraan terutama sepeda motor kebanyakan memiliki prinsip
kalau belum kena akibat ya belum jera, sehingga etika berkendara mereka (orang yang
mlanggar hukum) bisa dibilang masih kurang terbentuk.

Etika dalam berkendara itu sendiri seperti:


a. Pastikan kondisi fisik dan jiwa yang sehat .
Jika kondisi fisik yang tidak memungkinnkan misalnya dalam keadaan sakit, mengantuk atau
stress maka usahakan untuk tidak mengemudikan kendaraan karena hal itu akan mengancam
keselamatan dalam berkndara
b. Pastikan kendaraan yang hendak digunakan benar-banar siap, seperti kondisi bannya, rem,
mesin, bensin ,oli, handle gas , lampu depan, rantai dan lain sebagainya. Jangan sampai setelah
melakukan perjalanan baru memastikan kondisi dari kendaraan karena hal itu akan sangat
merugikan diri sendiri maupun orang lain
c. Berkendaralah dengan santai dan jangan tergesa-gesa
d. Bawalah selalu SIM dan STNK
e. Jangan berboncengan lebih dari satu orang
f. Tidak menerobos lampu merah
g. Tidak kebut-kebutan di jalan
h. Tidak membunyikan klakson untuk hal-hal yang tidak penting, gunakanlah klakson hanya
untuk hal-hal yang diperlukan
i. Tidak menggunakan pengeras suara seperti mikrofon atau sirine yang dapat mengganggu para
pengguna jalan yang lainnya
j. Atur jarak aman antar kendaraan
k. Tidak saling mendahului antar kendaraan di jalan
l. Berdoalah sebelum melakukan perjalan
Hal yang tidak dapat dilewatkan dalam melakukan perjalanan adalah berdoa. Sebagai makhluk
yang beragama hendaknya kita berdoa dan meminta perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa
sebelum melakukan perjalanan aagar selamat sampai tujuan.

3. Tidak menggunakan ponsel saat berkendara


Kerena jika pengendara menggunakan ponselnya misalnya untuk menerima telepon, SMS
ataupun melakukan chatting maka dapat dipastikan konsentrasi pengendara berkurang, karena
sebagian pikiran terpusat pada aktivitas pada ponsel.

4. Saling menghormati antar pengguna jalan

5. Mementingkan kepentingan umum dibandingkan kepentingan pribadi


Dalam berkendara ingatlah bahwa pemilik jalan bukan diri kita sendiri melainkan milik bersama
sehinga kita tidak boleh egois dalam berkendara

6. Tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain


7. Bagi orang tua hendaknya tidak mengizinkan anak dibawah umur untuk mengemudi kendaraan
sendiri
Hal ini dikarenakan belum dapat mengendalikan dan mengontrol diri sendiri sehingga besar
kemungkinannya untuk dapat membahayakan keselamatan publik.
Sedangkan upaya yang harus dilakukan oleh polisi meliputi:
1. Menegakan hukum dan aturan lalulintas dengan benar
Ada hukum dan aturan lalulintas saja masih banyak yang melanggar apalagi jika tidak dibuat
hukum serta aturan. Maka dari itu diperlukan sekali penegakan hukum dan aturan lalulintas agar
berjalan dengan baik Ingatlah bahwa hukum dibuat untuk dilaksanakan bukan unntuk dilanggar.
2. Turut berpartisipasi dalam melaksanakan aturan lalu lintas dengan tertib
Dapat dikatakan bahwa polisi merupakan salah satu kunci sukses dalam mengurangi kecelakaan
dijalan, karena jika polisi ini melanggar hukum maka siapa yang akan bertindak jika polisi
melanggar lalu lintas? Untuk itu polisi pun harus memiliki kesadaran yang penuh dalam
menciptakan keselamatan berlalu lintas

3. Memberlakukan hukum untuk semua kalangan tanpa pandang bulu


Para polisi harus memberikan sanksi berupa denda atau hukuman penjara bagi siapa saja yang
melaggar hukum dalam berlalulintas, tidak peduli rakyat biasa, pengusa, hapejabat atau prsiden.
Hukum harus tetap ditegakan dengan benar.
4. Tidak menerima suap atau tawar menawar tilang
Mungkin peristiwa seperti ini bukan suatu kejadian yang langka, bahkan masyarakat sendiri
lebih memilih untuk mengambil jalan damai ditempat atau pemberian sejumlah uang kepada
aparat untuk menyelesaikan masalah pelanggaran, padahal seharusnya para pelanggar ini
mendapatkan hukuman yang lebih berat atas tindakan yang mereka lakukan. Jangan sampai ada
pribahasa ditelinga masyarakat bahwa damai dapat dibayar dengan uang atau masalah hilang
dengan uang. Buatlah masyarakat percaya akan moral dan wibawa polisi denan tidak adanya
tawar menawar tilang di lokasi kejadian

5. Pemberian penyuluan dan pembinaan

Kegiatan ini diarahkan untuk menyelenggaran dan memberikan penyuluhan pelatihan aman
berkendara.
Pembinaan dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan
masyarakat dalam berkendara dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakan akan
keamanan dalam berkendaraPembagian brosur aman dan tertib berkendara.

6. Penjagaan dan patroli pada jam dan jalur rawan kecelakaan


Penjagaan ini mutlak diperlukan mengingat banyaknya kecelakaan yang terjadi. Polisi harus
merazia dan menilang pengemudi-pengemudi yang bandelakan hukum lalulintas
7. Mengadakan kampanye keselamatan berkendara
diperlukan juga untuk mengadakan kampanye keselamatan berkendara di jalan guna
meningkatkan kesadaran dalam berlalu lintas dengan tujuan untuk menciptakan pengemudi yang
memiliki kesadaran, berkeselamatan dan menjadikan masyarakat sebagai pelopor keselamatan
berlalulintas.

Sedangkan upaya pemerintah dalam hal ini yaitu dengan melakukan:


1. Menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap seperti
- Memperbaiki jalan yang rusak
Karena jalan yang rusak merupakan salah satu faktor kecelakaan lalu lintas dapat terjadi. Jalan
yang hancur, berlubang di tambah genangan air akibat hujan atau banjir menyebabkan kesulitan
dalam berkendara.
- Penerangan jalan lebih ditingkatkan
Lampu-lampu dipinggir jalan difasilitasi oleh pemerintah selain untuk menghindari aksi
kejahatan juga diadakan untuk meningkatkan konsentrasi pengemudi dalam berkendara, karena
dalam kondisi yang gelap atau tanpa cahaya maka pengemudi akan sulit untuk mengendalikan
dan mengontrol pergerakan dari kendaraannya sehingga rawan sekali terjadinya kkecelakaan
didaerah ini. Maka pemerintah diharapkan untuk memasang penerangan dijalan yang lebih
optimal terutama dijalan yang rawan akan kecelakaan
- Pemasangan CCTV diberbagai titik
Penggunaan CCTV banyak membantu penegak hukum lalulintas dalam menangkap para
pelanggar hukum lalulintas. Sebaiknya pemerintah memasang CCTV diberbagai titik guna
mengantisipasi adanya pelanggaran hukum dan aturan dalam berlalulintas
2. Peningkatan kesejahteraan dan jaminan kesehatan untuk para polisi
Tugas polisi sangat berat dalam mengawasi setiap kegiatan di jalan diantara ribuan bahkan jutaan
pengemudi. Untuk itu pemerintah diharapkan untuk memberikan jaminan kesejahteraan dan
kesehatan untuk polisi supaya mereka lebih bersemangat dalam bekerja dan memantau serta
menangkap para pelanggar aturan lalulintas
3. Membuat undang-undang peraturan lalu lintas
Buatlah peraturan yang dapat menguntungkan semua pihak, jangan hanya salah satu pihak dan
juga pemerintah harus adil jangan memberatkan salah satu pihak karena hal ini berkaitan dengan
pancasila terutama sila ke 2 dan 5 yang berbunyi kemanusiaan yang adil dan beradab dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, shingga pemerintah harus mengutamakan
keadilan demi terwujudnya keamanan dan keselamatan dalam berkendara.

Harapan penulis dalam menulis makalah yaitu:


-Tidak ada kecelakaan yang merugikan diri sendiri atau pun orang lain
-Bagi pengemudi semoga lebih mementingkan kepentingan umum dari pada kepentingan
pribadi
-Bagi polisi semoga dapat meningkatkan kewibawaan mereka dimata masyarakat
-Bagi pemerintah semoga lebih meningkatkan sarana dan prasarana dalam lalulintas
-Angka kematian yang terjadi karena kecelakaan dalam berkendara di tahun 2014 ini berkurang
hingga 99 %.

Kesimpulan
Dalam menciptakan keselamatan dalam berkendara di jalan diperlukan kerjasama yang nyata
antara masyarakat, polisi maupun pemerintah.

Saran
Tidak ada gunanya jika kita melanggar lalu lintas maka marilah kita budayakan tertib lalulintas
berkendara agar tercipta keamanan dan keselamatan dalam berkendara dijalan.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kepadatan lalu lintas bisa terjadi karena mobilitas yang tinggi. Mobilitas yang tinggi
menuntut masyarakat agar tidak tertinggal oleh kemajuan jaman, salah satunya
yaitu dengan memiliki kendaraan. Tidak bisa kita pungkiri lagi, dampak negatif
kendaraan bermotor menjadi pembicaraan serius bagi masyarakat modern, yaitu
selain mengurangi keuangan, tidak sedikit orang terbunuh di jalanan akibat
kepadatan lalu lintas. Sejak ditemukannya kendaraan bermotor lebih dari seabad
lalu, diperkirakan sekitar 30 juta orang telah terbunuh akibat kecelakaan jalan. Dari
fenomena tersebut bisa dipastikan bahwa kendaraan bermotor menjadi penyebab
terbunuhnya banyak orang di dunia. Bahkan orang yang mati di jalan raya akibat
kecelakaan kendaraan bermotor lebih banyak dibandingkan dengan korban
kecelakaan angkutan udara, laut, danau, maupun kereta api.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa di tahun 2020 penyebab
terbesar ketiga kematian adalah kecelakaan jalan raya, tepat dibawah penyakit
jantung dan depresi. WHO mencatat bahwa 1 juta orang di seluruh dunia meninggal
setiap tahunnya di jalan raya akibat kecelakaan, dimana 40% diantaranya berusia
25 tahun. Sementara itu, jutaan orang lainnya mengalami luka parah dan cacat fisik
akibat kecelakaan. (www.google.com)
Angka kecelakaan di Indonesia menunjukkan tren peningkatan setiap tahunnya.
Data Departemen Perhubungan RI menunjukkan bahwa tahun 2003 terdapat 13.399
kecelakaan lalu lintas di seluruh Indonesia, kemudian tahun 2004 terdapat 17.734
kecelakaan dan pada tahun 2005 terdapat 33.827 kasus kecelakaan dan 36%
diantaranya (12.178 orang) meninggal dunia. Menurut data Korps Lalu Lintas Mabes
Polri, pada 2011 total korban kecelakaan jalan mencapai sekitar 177 ribu orang.
Sebanyak 31.185 korban atau 17,64% adalah korban tewas. (Kompas Cyber Media,
Jumat 4 Mei 2007)
Melihat fakta bahwa manusia merupakan 85% penyebab kecelakaan lalu-lintas,
maka yang diperlukan adalah pembinaan dan pengembangan SDM pelaksana
transportasi (sopir, kernet, mekanik, dan lain lain). Jika ketiga komponen
transportasi ini berkumpul untuk membicarakannya, ketiga instansi itu pasti akan
geleng kepala dan berkata ini bukan urusan instansi kami. (artikel online Karyadi
Sum)

1.2. Identifikasi Masalah


1. Kurangnya kematangan masyarakat dalam berkendara di jalan raya.
a. Banyaknya calon pengemudi yang gagal dalam ujian SIM A. Dari hasil
kuisoner menunjukkan 70% (17 responden) dari 23 responden yang mengikuti ujian
pernah gagal dalam ujian untuk mendapatkan SIM A. (www.ngobrolaja.com)
b. Cara mendapatkan SIM C dengan menggunakan calo ataupun sogokkan.
Biasanya orang yang ingin mendapatkan SIM C dengan cara yang mudah dan cepat
adalah menggunakan calo, bahkan terkadang ada yang rela merogoh kantung
sakunya untuk memberi sogokkan kepada aparat yang bertugas di pembuatan SIM.
c. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang rambu lalu lintas atau tanda-
tanda yang ada di jalan raya.
2. Kurangnya persiapan sebelum berkendara.
3. Sosialisasi tentang keselamatan berkendara yang belum sepenuhnya
terlaksana.
4. Suasana alam yang kurang mendukung pengendara dalam berkendara di
jalan raya.

1.3. Rumusan Masalah


Berdasarka latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut. Bagaimana membudayakan cara berkendara
yang baik kepada masyarakat modern di Indonesia?
1.4. Ruang Lingkup
Dalam karya tulis ini, penulis membahas hal-hal yang berkaitan dengan
keselamatan berkendara yang meliputi:
1. Safety riding.
2. Safety driving.
3. Rambu-rambu lalu lintas dan masyarakat sebagai pengguna jalan.

1.5. Tujuan
1. Memberi pengetahuan kepada masyarakat Indonesia tentang cara berkendara
yang baik untuk meminimalisir kematian akibat kecelakaan di jalan raya.
2. Memberi pengetahuan kepada pengendara kendaraan tentang rambu-rambu
lalu lintas.
3. Mendukung program pemerintah yaitu safety riding dan safety driving sebagai
upaya untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas.

1.6. Manfaat
1. Sebagai bentuk pembelajaran bagi masyarakat Indonesia untuk lebih disiplin
dan berpikir matang apabila akan mengendarai kendaraan.
2. Diharapkan masyarakat Indonesia mendapatkan informasi yang relevan
dengan judul karya tulis ini.

1.7. Metode Penelitian


Penulis mengambil metode karya tulis dengan tinjauan pustaka, sebagai landasan
teori dan data untuk memperkuat data penulis.
Untuk mendapatkan data yang mendukung, penulis juga mengambil data dari
internet, serta melalui wawancara dengan pihak yang bersangkutan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Safety Riding
1. Pengertian
Mengingat banyaknya korban jiwa dan besarnya kerugian ekonomi serta sosial yang
ditimbulkan oleh kecelakaan jalan, maka mendesak perlu dibangun budaya
keselamatan jalan (road safety culture) di Indonesia. Bermacam upaya dilakukan
agar mengurangi tingkat kecelakaan yang tinggi, salah satunya adalah Safety
Riding. Istilah Safety Riding mengacu kepada perilaku berkendara yang secara ideal
harus memiliki tingkat keamanan yang cukup bagi diri sendiri maupun orang lain.
Pengetahuan dapat menekan tingginya kecelakaan di jalan raya, untuk itu para
pengguna jalan harus mempunyai pengetahuan yang cukup. Sosialisasi tentang
seputar keselamatan berkendara, pentingnya pemanasan tubuh saat hendak
berkendara, kesiapan kendaraan, posisi berkendara yang ideal, dan lain-lain juga
diperlukan. Dalam hal ini polisi sebagai aparat pengatur keamanan dan ketertiban
jelas menjadi oknum yang paling penting untuk mensosialisasikan hal tersebut
kepada masyarakat.
Pihak Kepolisian mempunyai sebuah buku, yaitu Vademikum Polisi Lalu Lintas yang
berisi pengetahuan keselamatan berkendara baik itu safety driving untuk
pengendara mobil maupun safety riding untuk pengendara sepeda motor serta
pengguna jalan yang lain, hanya saja buku ini tidak dapat dikonsumsi secara umum.
Ukuran buku ini sangat tebal karena tidak hanya berisi tentang materi lalu lintas
tetapi juga tentang polisi lalu lintas itu sendiri, baik sejarah maupun profilnya, selain
itu buku ini tidak untuk diperjual belikan kepada masyarakat umum. Dengan buku
panduan tersebut, polisi bisa menyebarluaskan kepada masyarakat tentang
keamanan berkendara yang tujuannya sudah jelas yaitu untuk mengurangi angka
kematian akibat kecelakaan di jalan raya.

2. Generasi Muda sebagai Pengguna Jalan


Usia 17 tahun adalah usia remaja untuk mendapatkan SIM, dimana mereka sudah
mendapat izin untuk berkendara di jalan raya. Hal yang paling utama untuk remaja
yang sudah mendapatkan SIM adalah pengetahuan dalam berkendara. Akan tetapi,
karena kurangnya pengetahuan mengendarai kendaraan sering menyebabkan
kecelakaan lalu lintas yang berakibat fatal. Bagi mereka keselamatan berkendara
bukanlah suatu hal yang perlu dipelajari, mereka pikir hati-hati saja sudah cukup
untuk melakukan perjalanan di jalan raya. Kurang tanggapnya remaja akan
kecelakaan di jalan bisa disebabkan karena berkendara merupakan suatu hal yang
baru bagi mereka. Persiapan sebelum mengendarai kendaraan juga mutlak
diperlukan agar dalam perjalanan pengendara merasa nyaman.
Kesiapan berkendara yang diperlukan untuk sepeda motor antara lain:
a. Sarung Tangan, sebaiknya memiliki lapisan yang dapat menutupi kedua belah
tangan dan bahan yang dapat menyerap keringat serta tidak licin saat memegang
grip/handle motor.
b. Jaket, sebaiknya mampu melindungi seluruh bagian tubuh baik dari terpaan
angin maupun efek negatif kala terjadi benturan baik kecil maupun besar.
c. Helm (minimal Half Face), sebaiknya mampu memberikan proteksi lebih
kepada kepala, poin inilah yang selalu dilewatkan oleh tipikal bikers pengguna helm
catok dan sejenisnya.
d. Sepatu, haruslah mampu memberikan kenyamanan serta keamanan bagi
seluruh lapisan kaki.
Masyarakat yang bepergian menggunakan sepeda motor di jalan raya harus taat
pada peraturan lalu lintas. Tidak kalah penting juga masyarakat perlu bimbingan
dalam berkendara yaitu dengan program safety riding. Pembelajaran safety riding
inilah yang harus benar-benar dicermat oleh pengendara kendaraan.
Secara umum untuk pelatihan praktek safety riding diajarkan:
a. Teknik pengereman dengan hanya mengandalkan rem depan, rem belakang,
dan kombinasi keduanya. Teknik ini untuk membiasakan bikers untuk membedakan
fungsi dua sisi rem saat hendak berhenti berakselerasi. Selain itu, apabila
pengendara telah terbiasa dengan teknik ini pengereman mendadak juga bisa
teratasi dengan mudah tanpa harus takut tergelincir.
b. Teknik slalom dengan cone di lintasan. Teknik ini untuk melihat kemampuan
pengendara menikung dengan cepat dari sisi kiri ke kanan dan sebaliknya.
Kemampuan membelok pengendara juga bisa dilihat melalui teknik ini.
c. Teknik berjalan di lintasan ala bumpy-road , teknik ini untuk membiasakan
bikers untuk memberi kenyamanan saat jalan tidak mulus atau bergelombang.
d. Teknik berkendara di lintasan lurus dan sempit berupa bilah dengan asumsi
kendaraan berjalan di jalan kecil dan diliputi kemacetan. Teknik ini untuk
membiasakan diri bagi bikers untuk tetap dapat melakukan handling tanpa
menurunkan kaki dalam kecepatan rendah.
Perangkat keamanan semacam decker lutut dan siku, serta helm wajib digunakan
untuk peserta pelatihan safety riding. Dari materi-materi seperti inilah diharapkan
muncul niatan dari para pengendara untuk membiasakan diri sendiri memberi
upaya keselamatan berkendara.
Menurut Agung Surya, Chief Instructor PT Astra Honda Motor yang merupakan
lulusan Rainbow Saitama Japan, tahapan safety riding yaitu:
1. Jika sepeda motor disandarkan oleh standar pinggir (standar miring),
janganlah duduk terlebih dahulu melainkan bebaskan standar miring dengan
menggunakan kaki kiri, setelah itu kendaraan siap digunakan.
2. Bila kendaraan distandar dua, melepaskannya gunakanlah kaki kiri.
3. Disaat melakukan perjalanan maka pastikan empat jari kanan dan kiri telah
berada dituas rem depan dan kopling (jika terdapat kopling).
4. Disaat ingin melakukan pemberhentian utamakanlah rem depan, karena
beban berat anda akan berada di depan dan ini membuat kendaraan lebih cepat
berhenti. Cara melakukan pengereman depan yang baik adalah dengan meremas
secara perlahan yang diawali jari kelingking dan diakhiri jari telunjuk, tidak dengan
menekan secara bersamaan.
5. Rem belakang hanya digunakan sebagai penyeimbang rem depan saja agar
tidak terjatuh.
6. Setelah kendaraan sudah mulai berhenti barulah anda menarik kopling
dengan cara meremasnya pula. Hal ini pun bertujuan agar mesin kendaraan tidak
mati.

B. Safety Driving
1. Pengertian
Sama halnya dengan safety riding, safety driving juga mengacu pada keamanan
saat berkendara di jalan raya, sehingga menekan jumlah kematian akibat
kecelakaan. Safety driving dikhususkan untuk para pengguna mobil, sedangkan
safety riding dikhususkan untuk pengguna motor. Safety driving dianggap sebagai
metode aman berkendara di jalan raya bagi para pemula.
Manfaat dari training safety driving yaitu:
1. Meningkatkan kesadaran peserta akan pentingnya sopan santun berlalu-lintas
di jalan raya, khususnya yang mengendarai mobil roda empat.
2. Mengetahui apa saja yang bisa menyebabkan kecelakaan lalu-lintas serta
bagaimana mencegahnya.
3. Mengerti tata cara mengendarai kendaraan di jalan tol.
Apabila pengemudi sadar akan bahaya yang bisa terjadi sewaktu-waktu ketika
pengemudi sedang mengendarai mobil di jalan raya, maka kecelakaan dapat
diminimalisir. Kesadaran itulah yang harus dimiliki oleh setiap pengemudi.
Pengetahuan safety driving berkaitan dengan prinsip dasar dari safety driving yang
terdiri dari menguasai cara berkendara dengan baik, mengenali karakter
berkendara dengan baik di semua kondisi jalan, memahami rambu-rambu lalu
lintas, memahami peraturan dan etika berlalu lintas serta mengutamakan
keselamatan berkendara baik keselamatan pengendara, penumpang maupun
pengendara lain.
2. Remaja Sebagai Pengguna Jalan
Remaja identik mengikuti hal-hal yang sedang menjadi tren saat ini. Mobil
merupakan salah satu tren yang sedang digemari remaja, dengan ruangan dalam
mobil yang cukup nyaman digunakan ketika berkendara di jalanan, serta biaya
mobil yang terbilang mahal, menuntut mereka untuk tampil menarik di depan
teman-teman mereka. Sehingga mereka lebih percaya diri apabila berangkat ke
sekolah dengan menggunakan mobil pribadi. Oleh karena itu, mereka harus
memiliki SIM A. Untuk mendapatkan SIM A tidak semudah membalikkan telapak
tangan.
Membuat SIM A memerlukan kesiapan dan kematangan dalam mengendarai mobil,
karena kedua hal itu akan diujikan dalam tes praktek, selain terdapat tes teori.
Namun, banyak remaja yang ingin mendapatkan SIM secara mudah tanpa melalui
tes tersebut. Mereka bahkan memberi sogokkan kepada aparat yang bertugas di
pembuatan SIM, parahnya lagi aparat yang bersangkutan menerima sogokkan
tersebut. Akibatnya ketidakmatangan remaja dalam berkendara menyebabkan
kecelakaan lalu lintas terjadi di mana-mana.

C. Keselamatan di Jalan Raya


1. Rambu Lalu Lintas
a. Pengertian
Rambu lalu lintas adalah perangkat yang memuat lambang, huruf, angka, kalimat
dan/atau perpaduan diantaranya, dan digunakan sebagai peringatan, larangan,
perintah atau penunjuk bagi pemakai jalan.
Rambu terbagi menjadi 5 macam yaitu sebagai berikut:
1. Rambu Peringatan
Rambu ini berisi peringatan bagi para pengguna jalan bahwa di depan ada
kemungkinan bahaya atau tempat berbahaya. Rambu ini didesain dengan dasar
berwarna kuning dengan lambang atau tulisan berwarna hitam dan umumnya
berbentuk belah ketupat.
2. Rambu Larangan
Rambu ini berisi larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan oleh pengguna jalan
(pengemudi). Rambu ini dirancang dengan latar putih dan warna lambang atau
tulisan merah atau hitam.
3. Rambu Perintah
Rambu yang berisi tentang perintah yang harus dikerjakan pengguna jalan. Rambu
perintah ini didesain dengan bentuk bundar berwarna biru dengan lambang
berwarna putih dan merah untuk garis serong sebagai batas akhir perintah.
4. Rambu Petunjuk.
Rambu yang dibuat untuk menunjukkan sesuatu.
5. Papan Tambahan
Papan tambahan digunakan untuk memuat keterangan yang diperlukan untuk
menyatakan hanya berlaku untuk waktu-waktu tertentu, jarak-jarak dan jenis
kendaraan tertentu ataupun perihal lainnya sebagai hasil manajemen dan rekayasa
lalu lintas.
2. Upaya Menekan Jumlah Kecelakaan di Jalan Raya
Kecelakaan memang terjadi tanpa pandang bulu, tetapi pengendara bisa
mengantisipasinya dengan mengambil tindakan jitu dalam berkendara, yaitu siap
kendaraan dan pengemudinya.
Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang mengemukakan tentang metode
penganggulangan kecelakaan.
a. Metode Pre-Emptif
Metode pre-emptif sebagai upaya penangkalan di dalam menanggulangi kecelakaan
lalu lintas, pada dasarnya meliputi perekayasaan berbagai bidang yang berkaitan
dengan masalah transportasi, yang dilaksanakan melalui koordinasi yang baik antar
instansi terkait, maka pengemudi akan lebih mampu mengantisipasi dan
mengeliminasi secara dini dampak-dampak negative yang mungkin akan timbul.
Metode pre-emptif dalam menanggulangi kecelakaan lalu lintas secara arbitrasi
dapat diimplementasikan melalui tindakan terpadu di dalam:
1) Perencanaan pengembangan kota.
2) Perencanaan tata guna lahan.
3) Perencanaan pengembangan transportasi.
4) Perencanaan pengembangan angkutan umum.
5) Perencanaan yang menyangkut komponen-komponen system lalu lintas.
b. Metode Preventif
Metode preventif adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan lalu lintas, yang dalam bentuk konkretnya berupa kegiatan-kegiatan
pengaturan lalu lintas, penjagaan tempat-tempat rawan, patrol, pengawalan dan
lain sebagainya.
Mengingat bahwa kecelakaan lalu lintas itu dapat terjadi karena faktor jalan, faktor
manusia dan faktor lingkungan secara simultan (dalam satu sistem, yaitu sistem
lalu lintas) maka upaya-upaya pencegahannya pun dapat ditujukan kepada
pengaturan komponen-komponen lalu lintas tersebut serta sistem lalu lintasnya
sendiri.
Secara garis besar, upaya-upaya tersebut diuraikan sebagai berikut:
1) Upaya pengaturan faktor jalan
a) Karakteristik prasarana jalan akan mempengaruhi intensitas dan kualitas
kecelakaan lalu lintas, maka dalam pembangunan setiap jaringan jalan harus
disesuaikan dengan pola tingkah laku dan kebiasaan pemakai jalannya.
b) Lebar jalan yang cukup, permukaan yang nyaman dan aman, rancangan yang
tepat untuk persimpangan dengan jarak pandang yang cukup aman, dilengkapi
dengan rambu-rambu, marka jalan dan tanda jalan yang cukup banyak dan cukup
jelas dapat dilihat (informatif), lampu penerangan jalan yang baik, serta koefisien
gesekan permukaan jalan yang sesuai dengan standar geometrik.
2) Upaya pengaturan faktor kendaraan
a) Faktor karakteristik kendaraan juga sering membawa dampak tingginya
intensitas dan kualitas kecelakaan lalu lintas, kendaraan harus dirancang,
dilengkapi dan dirawat sebaik-baiknya. Kecelakaan lalu lintas dapat dihindari
apabila kondisi kendaraan prima (stabil).
b) Kepakeman rem dan berfungsinya lampu-lampu adalah erat kaitannya dengan
perawatan. Karena itu perlu pemeriksaan rutin melalui pengujian berkala yang
dilaksanakan tanpa ada toleransi.
3) Upaya pengaturan faktor manusia
a) Faktor pemakai jalan merupakan elemen yang paling krisis dalam sistem lalu
lintas, karena kesalahan pejalan itu sendiri yang pada umumnya lengah,
ketidakpatuhan pada peraturan dan mengabaikan sopan santun berlalu lintas.
b) Metode yang diterapkan dalam meningkatkan unjuk kerja pengemudi adalah
dengan tes kesehatan fisik dan psikis dengan pendidikan dan latihan.
c) Pendidikan dan latihan harus mencakup pelajaran tentang sopan santun
berlalu lintas. Penelitian tentang penyebab kecelakaan adalah mereka yang
berpendidikan Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas. Fakta ini
menunjukkan adanya hubungan yang erat antara manusia dan tingkat pendidikan
dengan kecelakaan lalu lintas di jalan.
d) Penegakkan hukum, pengawasan dan pemberian sanksi hukuman harus tetap
diterapkan seefektif mungkin agar pemakai jalan selalu menaati peraturan.

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
Keselamatan lalu lintas terjadi karena ulah dari pengemudi itu sendiri.
Pengemudi harus tahu tentang cara berkendara yang baik, agar kecelakaan lalu
lintas bisa diminimalisir.
Rambu-rambu lalu lintas pun menjadi hal pokok yang harus dicermati
pengemudi dalam berkendara di jalan raya.
Sebagai pengguna jalan yang mengerti akan peraturan, sudah sewajarnya
kita tunduk dan patuh terhadap ketentuan tersebut.

B. Saran
1. Safety riding dan safety driving yang merupakan program pemerintah harus
lebih disosialisasikan kepada masyarakat, khususnya remaja agar remaja memiliki
rasa aman dalam berkendara di jalan raya.
2. Rambu-rambu lalu lintas seharusnya lebih diperjelas untuk mempermudah
pengemudi dalam membaca atau melihat rambu tersebut.
3. Kesiapan dan kematangan berkendara mutlak diperlukan remaja apabila akan
membuat SIM. Hal itu bertujuan agar remaja tidak terkejut lagi ketika berkendara di
jalanan bebas.

Anda mungkin juga menyukai