Anda di halaman 1dari 14

PELANGGAN LALU LINTAS

DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI HUKUM

Disusun Oleh:
Kelompok 4:
Kevin Ahmad Savero (220510218)
Irfan Irawan (220510247)
Dara Maiyanda (220510208)
Agriva Lana Dewi (220510299)
Sri Mulyani Saputri (220510154)

Dosen Pengajar: Dr. Budi Bahreisy, S.H.,M.H.

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
FAKULTAS HUKUM
T.A 2023
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas ini
tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi besar
yakni Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
Dalam rangka menyelesaikan tugas akademik, saya menyusun sebuah Makalah yang
membahas tentang Pelanggan Lalu Lintas dalam Perspektif Sosiologi Hukum. Makalah ini
dibuat sebagai bagian dari persyaratan akademik yang harus saya penuhi, namun saya
berharap Makalah ini dapat memberikan kontribusi positif bagi kita semua.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses penyelesaian tugas Makalah ini, mulai dari Dosen Pengajar, teman-teman yang
memberikan dukungan, hingga keluarga yang selalu memberikan semangat. Semoga hasil
Makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan sumbangsih yang positif bagi
kita semua.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan karena
penulis masih dalam tahap pembelajaran. Namun, penulis tetap berharap agar makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Kritik dan saran yang teman-teman berikan sangat berharga bagi penulis untuk
menjadi perbaikan dan penyempurnaan pada makalah ini. Untuk itu penulis ucapkan terima
kasih.

Lhokseumawe, 18 Mei 2023

Penulis

i
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 2
1.3 Tujuan.................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Bentuk Pelanggaran Lalu Lintas Dalam Presfektif Sosiologi Hukum................. 3
2.2 Upaya Penanggulangan Pelanggaran Lalu Lintas................................................ 4
2.3 Prespektif Sosiologi Hukum................................................................................ 6

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 7
3.2 Saran.................................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lalu lintas merupakan fenomena yang melibatkan berbagai aktor dan entitas di
dalamnya. Salah satu aktor yang penting dalam konteks lalu lintas adalah pelanggan lalu
lintas. Pelanggan lalu lintas merupakan individu atau kelompok yang menggunakan
sarana transportasi untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Dalam perspektif sosial, lalu lintas memiliki dampak yang signifikan terhadap
masyarakat. Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor, kemacetan lalu lintas, serta
perubahan pola pergerakan masyarakat dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan
sosial, termasuk interaksi sosial, keselamatan, dan lingkungan.
Namun, perhatian terhadap pelanggan lalu lintas dalam konteks sosial masih
terbatas. Sosiologi hukum, sebagai cabang ilmu yang mempelajari hubungan antara
hukum dan masyarakat, memberikan perspektif yang penting untuk memahami peran dan
interaksi pelanggan lalu lintas dalam konteks hukum dan sosial.
Makalah ini bertujuan untuk menganalisis peran pelanggan lalu lintas dalam
perspektif sosial dengan menggunakan pendekatan sosiologi hukum. Dalam analisis ini,
akan ditinjau bagaimana norma-norma sosial dan hukum memengaruhi perilaku
pelanggan lalu lintas, serta bagaimana perilaku mereka mempengaruhi sistem lalu lintas
secara keseluruhan.
Selain itu, makalah ini juga akan membahas konflik dan tantangan yang dihadapi
oleh pelanggan lalu lintas dalam interaksi dengan aturan dan regulasi yang ada. Hal ini
melibatkan studi tentang pengaruh hukum lalu lintas terhadap kepatuhan dan pelanggaran
yang dilakukan oleh pelanggan lalu lintas, serta implikasinya terhadap sistem peradilan
dan penegakan hukum.
Dengan memahami peran pelanggan lalu lintas dalam perspektif sosial dan
hukum, diharapkan dapat dikembangkan kebijakan dan pendekatan yang lebih efektif
dalam mengelola lalu lintas, meningkatkan kesadaran hukum masyarakat terkait lalu
lintas, serta meminimalkan konflik dan pelanggaran hukum yang terjadi di jalan raya.
Dalam makalah ini, akan dilakukan tinjauan literatur yang komprehensif, serta
pengumpulan data melalui studi lapangan, observasi, dan wawancara dengan pelanggan
lalu lintas. Selanjutnya, data dan temuan akan dianalisis secara kritis menggunakan
konsep-konsep dan teori sosiologi hukum yang relevan.
1
Diharapkan bahwa makalah ini akan memberikan kontribusi terhadap pemahaman
yang lebih baik tentang peran pelanggan lalu lintas dalam konteks sosial dan hukum, serta
menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut dan pengembangan kebijakan yang berkaitan
dengan lalu lintas dan transportasi.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bentuk pelanggaran lalu lintas dalam presfektif sosiologi hukum
2) Upaya penanggulangan pelanggaran lalu lintas
3) Prespektif sosiologi hukum

1.3 Tujuan
1) Ingin Mengetahui Bentuk pelanggaran lalu lintas dalam presfektif sosiologi hukum
2) Ingin Mengetahui Bagaimana Upaya penanggulangan pelanggaran lalu lintas
3) Ingin Mengetaui apa itu Prespektif sosiologi hukum

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bentuk Pelanggaran Lalu Lintas Dalam Presfektif Sosiologi Hukum


Dalam prespektif sosiologi hukum, pelanggaran lalu lintas dapat dipandang
sebagai suatu fenomena sosial yang melibatkan interaksi antara individu-individu dalam
masyarakat. Berikut adalah beberapa bentuk pelanggaran lalu lintas yang dapat dilihat
dari perspektif sosiologi hukum:
1) Norma sosial: Pelanggaran lalu lintas dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap
norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Norma-norma ini dapat
mencakup aturan-aturan informal yang dibentuk oleh masyarakat terkait perilaku
berlalu lintas yang aman dan tertib. Contohnya, melanggar lampu merah atau
menerobos jalur bus adalah pelanggaran norma sosial yang umum dalam
masyarakat.
2) Konstruksi sosial: Pelanggaran lalu lintas juga dapat dilihat sebagai hasil dari
konstruksi sosial terkait aturan dan tata tertib dalam berlalu lintas. Aturan-aturan
tersebut tidak hanya ditetapkan oleh negara melalui undang-undang dan peraturan,
tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti nilai-nilai budaya,
kebiasaan, dan norma-norma lokal. Misalnya, beberapa daerah mungkin memiliki
norma-norma yang kurang ketat terkait kecepatan atau penggunaan helm.
3) Konflik sosial: Pelanggaran lalu lintas juga dapat muncul sebagai bentuk konflik
sosial antara berbagai kelompok masyarakat. Misalnya, pengendara motor yang
melanggar aturan jalan mungkin berhadapan dengan pengendara lain atau polisi
yang berusaha menjaga ketertiban lalu lintas. Konflik semacam itu bisa
mencerminkan ketegangan antara kelompok-kelompok sosial yang memiliki
kepentingan yang berbeda dalam ruang lalu lintas.
4) Sanksi sosial: Dalam prespektif sosiologi hukum, pelanggaran lalu lintas juga
melibatkan sistem sanksi sosial yang diterapkan oleh masyarakat terhadap
pelanggar. Sanksi ini dapat berupa teguran, celaan, atau bahkan pengecualian dari
komunitas tertentu. Reputasi seseorang juga dapat terpengaruh oleh pelanggaran
lalu lintas yang dilakukan, yang dapat mempengaruhi cara orang tersebut diterima
oleh masyarakat.
Pemahaman terhadap pelanggaran lalu lintas dalam prespektif sosiologi hukum
membantu untuk melihat bahwa perilaku berlalu lintas tidak hanya merupakan masalah
3
hukum semata, tetapi juga memiliki dimensi sosial yang penting. Dalam mengatasi
pelanggaran lalu lintas, penting untuk memperhatikan faktor-faktor sosial dan norma-
norma yang membentuk perilaku berlalu lintas dalam masyarakat.

2.2 Upaya Penanggulangan Pelanggaran Lalu Lintas


Untuk penanggulangan pelanggaran lalu lintas, terdapat beberapa upaya yang
dapat dilakukan. Berikut adalah beberapa contoh upaya penanggulangan pelanggaran lalu
lintas yang umum dilakukan:
1) Peningkatan Kesadaran dan Pendidikan: Kampanye kesadaran dan pendidikan
publik tentang pentingnya kepatuhan terhadap aturan lalu lintas dapat membantu
mengurangi pelanggaran. Ini dapat dilakukan melalui kampanye media sosial,
pemasangan spanduk, leaflet, atau penyuluhan langsung kepada masyarakat.
Pendidikan lalu lintas juga harus diperkenalkan sejak dini di sekolah-sekolah.
2) Penegakan Hukum yang Ketat: Penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran
lalu lintas menjadi penting untuk menciptakan efek jera. Hal ini melibatkan
peningkatan patroli polisi, penggunaan kamera pemantau (CCTV) untuk mendeteksi
pelanggaran, dan pemberlakuan sanksi yang tegas terhadap pelanggar.
3) Pengaturan Lalu lintas yang Efektif: Perencanaan yang baik dan implementasi
sistem pengaturan lalu lintas yang efektif dapat membantu mengurangi pelanggaran.
Ini meliputi pemilihan lokasi rambu-rambu, pengaturan lampu lalu lintas, dan tanda-
tanda peringatan yang jelas dan mudah dipahami.
4) Penyediaan Infrastruktur yang Aman: Membangun infrastruktur lalu lintas yang
aman, seperti trotoar yang memadai, jalur sepeda yang terpisah, penyeberangan
pejalan kaki yang aman, dan desain jalan yang memperhatikan faktor keamanan,
dapat membantu mengurangi pelanggaran lalu lintas dan meningkatkan
keselamatan.
5) Peningkatan Pengawasan Kendaraan: Melakukan inspeksi kendaraan secara berkala
untuk memastikan kendaraan memenuhi standar keselamatan yang ditetapkan,
seperti kondisi rem, lampu-lampu yang berfungsi dengan baik, dan kepatuhan
terhadap emisi gas buang. Pengawasan yang ketat terhadap kendaraan yang tidak
memenuhi persyaratan keselamatan dapat membantu mengurangi pelanggaran lalu
lintas.

4
6) Promosi Transportasi Publik: Mendorong penggunaan transportasi publik yang
efisien dan terjangkau dapat membantu mengurangi jumlah kendaraan di jalan raya,
sehingga mengurangi potensi pelanggaran lalu lintas.
7) Kolaborasi antara Pemerintah dan Masyarakat: Penting untuk melibatkan
masyarakat dalam upaya penanggulangan pelanggaran lalu lintas. Melalui kerja
sama antara pemerintah, lembaga terkait, dan masyarakat, dapat dibentuk komite
keselamatan lalu lintas, program sukarelawan, atau kegiatan sosial untuk
mengedukasi dan melibatkan masyarakat dalam menjaga keamanan di jalan raya.
Dalam mengatasi pelanggaran lalu lintas, perlu adanya pendekatan yang holistik
dan berkelanjutan. Menggabungkan pendekatan pencegahan, pendidikan, penegakan
hukum, dan perbaikan infrastruktur dapat membantu mencapai tujuan keselamatan dan
kepatuhan terhadap aturan lalu lintas yang lebih baik.
Dalam Jurnal JCH (Jurnal Cendekia Hukum) yang penelitiannya dilakukan di
Bukitinggi, terdapat beberapa cara penanggulanagan Pelanggaran Lalu Lintas5, yaitu:
1) Pre-Emtif
Upaya Pre-emtif di sini adalah upaya-upaya awal yang dilakukan oleh pihak
kepolisian untuk mencegah terjadinya pelanggaran, Yaitu upaya dengan cara
malaksanakan Sosialisasi, guna untuk memberikan pemahaman etika dalam berlalu
lintas. Dimana upaya tersebut merupakan upaya untuk menanamkan
nilai-nilai/norma-norma yang baik sehingga norma-norma tersebut terintenalisasi
dalam diri seseorang, sehingga meskipun ada kesempatan untuk melakukan
pelanggaran/kejahatan tapi tidak ada niatnya untuk melakukan hal tersebut maka hal
itu tidak akan terjadi.
2) Preventif
Preventif adalah tindak lanjut dari upaya pre-emtif. Dalam upaya pre-emtif
yang ditekankan adalah menghilangkan dilakukannya kesempatan untuk kejahatan.
Dalam hal ini keberadaan polisi pada setiap pos keamanan yang berada di jalan-
jalan sangatlah efektif dalam hal menutup kesempatan bagi para pelajar yang belum
cukup umur dan/atau remaja yang belum memiliki surat-surat, untuk dapat
membawa kendaraan bermotor di jalan.
Swiping yang sedemikian rupa seharusnya sudah tidak ada lagi pelanggaran
lalu lintas yang dilakukan oleh anak karena dengan penjagaan yang ketat anak tidak
akan berani untuk mengendarai kendaraan di jalan-jalan.
3) Represif
5
Upaya ini dilakukan pada saat telah terjadinya tindak pidana atau kejahatan yang
tindakannya berupa penegakan hukum dengan menjatuhkan hukuman. Dalam hal
ini apabila polisi menemukan anak dibawah umur yang membawa sepeda motor
maka polisi akan memberikan tilang terhadap anak tersebut.

2.3 Prespektif Sosiologi Hukum


Perspektif sosiologi hukum adalah pendekatan yang digunakan dalam studi
sosiologi untuk memahami interaksi antara hukum dan masyarakat. Ini melibatkan
penerapan teori-teori sosiologi untuk menganalisis bagaimana hukum terbentuk,
diterapkan, dan mempengaruhi perilaku individu dan kelompok dalam konteks sosial.
Dalam perspektif sosiologi hukum, hukum dipandang sebagai produk sosial yang
terbentuk melalui interaksi sosial dan dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti norma-
norma, nilai-nilai, struktur sosial, dan kekuasaan. Hal ini bertentangan dengan pandangan
tradisional hukum yang melihat hukum sebagai seperangkat aturan yang objektif dan
netral.
Beberapa elemen kunci dalam perspektif sosiologi hukum meliputi:
1) Konstruksi sosial hukum: Hukum dipahami sebagai produk dari proses sosial dan
konstruksi kolektif. Norma-norma sosial, nilai-nilai budaya, dan kepentingan
kelompok dalam masyarakat berperan dalam membentuk hukum.
2) Interaksi sosial: Fokus pada interaksi sosial antara individu dan kelompok dalam
masyarakat serta bagaimana hukum mempengaruhi interaksi ini. Hal ini melibatkan
analisis tentang bagaimana hukum mempengaruhi pola perilaku, norma-norma
sosial, dan hubungan kekuasaan di masyarakat.
3) Konteks sosial: Hukum dipahami dalam konteks sosial yang lebih luas, termasuk
struktur sosial, institusi, dan dinamika kekuasaan. Aspek-aspek sosial ini berperan
dalam membentuk implementasi dan efektivitas hukum.
4) Ketimpangan dan keadilan: Perspektif sosiologi hukum menyoroti ketimpangan
sosial, ketidaksetaraan, dan isu keadilan dalam sistem hukum. Hal ini melibatkan
kritik terhadap kebijakan dan praktik hukum yang dapat memperpetuasi atau
memperburuk kesenjangan sosial.
Dengan menggunakan perspektif sosiologi hukum, penelitian dapat mengungkap
bagaimana hukum dan sistem peradilan beroperasi dalam konteks sosial yang lebih luas,
serta dampaknya terhadap masyarakat.

6
7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam kesimpulannya, perspektif sosiologi hukum memberikan wawasan yang
penting dalam memahami pelanggaran lalu lintas sebagai fenomena sosial yang
melibatkan interaksi, norma sosial, dan konstruksi sosial dalam masyarakat. Untuk
mengatasi pelanggaran lalu lintas, pendekatan yang holistik dan berkelanjutan diperlukan,
dengan melibatkan berbagai upaya seperti peningkatan kesadaran, pendidikan, penegakan
hukum yang ketat, pengaturan lalu lintas yang efektif, penyediaan infrastruktur yang
aman, pengawasan kendaraan, promosi transportasi publik, dan kolaborasi antara
pemerintah dan masyarakat. Perspektif sosiologi hukum juga menyoroti pentingnya
memperhatikan isu-isu ketimpangan sosial dan keadilan dalam sistem hukum. Dengan
menerapkan perspektif ini, penelitian dapat memberikan pemahaman yang lebih
mendalam tentang bagaimana hukum dan masyarakat saling berinteraksi dalam konteks
pelanggaran lalu lintas, dan memberikan dasar untuk meningkatkan kepatuhan terhadap
aturan lalu lintas serta keselamatan di jalan raya.

3.2 Saran
Berikut adalah beberapa saran yang dapat diterapkan berdasarkan perspektif
sosiologi hukum dalam penanggulangan pelanggaran lalu lintas:
1) Meningkatkan pendekatan pendidikan dan kesadaran: Mengembangkan program
pendidikan lalu lintas yang lebih luas dan efektif untuk mengedukasi masyarakat
tentang pentingnya kepatuhan terhadap aturan lalu lintas. Kampanye kesadaran
publik juga perlu ditingkatkan melalui berbagai saluran komunikasi, seperti media
sosial, spanduk, dan penyuluhan langsung kepada masyarakat.
2) Mendorong partisipasi aktif masyarakat: Melibatkan masyarakat dalam upaya
penanggulangan pelanggaran lalu lintas melalui pendirian komite keselamatan lalu
lintas atau program sukarelawan. Masyarakat dapat berperan dalam mengawasi dan
melaporkan pelanggaran, serta memberikan kontribusi dalam mengembangkan
solusi dan inisiatif lokal yang sesuai dengan kebutuhan dan konteks sosial.
3) Penguatan penegakan hukum: Meningkatkan patroli polisi dan penggunaan
teknologi, seperti kamera pemantau, untuk mendeteksi pelanggaran lalu lintas.

8
Penting untuk memberlakukan sanksi yang tegas dan konsisten terhadap
pelanggaran, serta memastikan sistem peradilan yang adil dan transparan.
4) Penyediaan infrastruktur yang aman: Investasi dalam pembangunan infrastruktur
yang memperhatikan faktor keamanan, seperti trotoar yang memadai, jalur sepeda
yang terpisah, dan penyeberangan pejalan kaki yang aman. Perencanaan yang baik
dalam pengaturan rambu-rambu dan lampu lalu lintas juga diperlukan untuk
mengurangi pelanggaran.
5) Promosi transportasi publik dan berkelanjutan: Mendorong penggunaan transportasi
publik yang efisien, terjangkau, dan ramah lingkungan sebagai alternatif
pengurangan kendaraan pribadi di jalan raya. Ini dapat mengurangi potensi
pelanggaran lalu lintas dan kemacetan.
6) Evaluasi kebijakan hukum yang ada: Melakukan evaluasi terhadap kebijakan hukum
yang berlaku, baik dalam segi efektivitas maupun dampaknya terhadap ketimpangan
sosial. Penting untuk memastikan bahwa kebijakan hukum tidak hanya menegakkan
keadilan, tetapi juga mengurangi ketimpangan sosial dalam sistem peradilan.
7) Kolaborasi antara lembaga pemerintah, lembaga terkait, dan masyarakat:
Mendorong kerja sama antara berbagai pihak dalam merancang dan melaksanakan
program penanggulangan pelanggaran lalu lintas. Hal ini dapat dilakukan melalui
forum diskusi, pertemuan koordinasi, atau kegiatan sosial yang melibatkan
partisipasi aktif semua pihak terkait.
Implementasi saran-saran ini perlu didukung oleh komitmen dan koordinasi yang
kuat antara pemerintah, lembaga terkait, dan masyarakat secara keseluruhan. Dengan
pendekatan yang komprehensif dan melibatkan semua pihak, diharapkan dapat tercapai
peningkatan kesadaran, kepatuhan, dan keselamatan dalam berlalu lintas.

9
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Eka Permana. Faktor Penyebab Pelanggaran Lalu Lintas Oleh Pengendara Sepeda
Motor di Kota Kuningan. Univ Negeri Semarang. Published online 2013:1-14.
B. F. Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Pelanggaran lalu Lintas Di Kabupaten Gowa
( Perspektif Maqāsid al-Syarīah ). Published online 2017.
Eka Pebrianti Hukum Masyarakat Dan Pembangunan. Published online 2014.
Yuserlina A. Penanggulangan Pelanggaran Lalu Lintas Oleh Satuan Lalu Lintas Polres
Bukitinggi Terhadap Pelajar. JCH (Jurnal Cendekia Hukum). 2019;4(2):334.
doi:10.33760/jch.v4i2.133
Sadono, S. (2015). BUDAYA TERTIB BERLALU-LINTAS: Kajian Fenomenologis atas
Masyarakat Pengendara Sepeda Motor di Kota Bandung. 1-27.

Anda mungkin juga menyukai