Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“SISTEM HUKUM DALAM SISTEM KEBIJAKAN PUBLIK”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Hukum dan Kebijakan Publik
Dosen pengampuh: Adryan S.H.,M.H

Kelompok 1:

1) Muhammad Adril Shufi Waruwu (2006200354)


2) Natasya Amalia Putri (2006200345)
3) Wulan Harumning (2006200331)
4) Elisa Puspita (2006200344)
5) Mila Sakinah (2006200315)
6) Lesmey Tannia (2006200318)
7) Teuku Hardian (2006200358)

KELAS B1
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR 

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarkatuh

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah tentang
“Sistem Hukum Dalam Kebijakan Publik”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal sehingga dapat menyelesaikan
pembuatan Makalah ini. Terlepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki Makalah yang selanjutnya akan kami susun.

Akhir kata kami berharap semoga Makalah tentang “Sistem Hukum Dalam Kebijakan
Publik” ini dapat memberikan manfaat maupun menambah pengetahuan dan wawasan
pembaca.

Medan, 30 mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................................

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................................

1. Defini Sistem Hukum dan Sistem Kebijakan Publik 2


2. Penerapan Sistem Hukum Kebijakan Publik Si Indonesia 8

BAB III PENUTUPAN.........................................................................................................................................

A. Kesimpulan 10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................................

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial, yang mempunyai kodrat untuk hidup secara bersama-sama,
saling berketerkaita, berhubungan, saling menguntungkan dan mempunyai dampak kebaikan.
Karenanya, kehidupan manusia selalu juga terkait dengan persoalan kepentingan dan
kemaslahatan (baca: ke-baikan). Kepentingan dan kemashlahatan yang dimaksud adalah bisa
jadi kepentingan yang terkait dengan persoalan pribadi (private interest), kepentingan
masyarakat (social interest), dan kepentingan umum yang lebih luas (public interest).
Kepentingan umum yang lebih luas disini, bisa dimaksudkan seperti kepentingan negara
umpamanya.

Sejak dari dulu, manusia membutuhkan aturan yang mengikat, membela dan menguntungkan,
yang berujung untuk kemaslahatan manusia itu sendiri. Pada tahap ini, maka norma, aturan
dan hukum biasanya harus hadir dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. Seperti ungkapan
Marcus Tullius Cicero seorang politisi, pengacara, filsuf, orator dan penyair Romawi Kuno
yang mengatakan: dimana ada masyarakat, disitu ada hukum: “ubi societas ibu ius”.
Masyarakat umumnya mempunyai norma-norma yang meng- atur kehidupan bermasyarakat,
seperti norma agama, norma adat,norma kesopanan, norma kesusilaan dan norma hukum.
Norma atau aturan hukum ini diadakan untuk menjamin keamanan dan ketertiban
masyarakat, memberikan sanksi yang tegas bagi yang melanggar aturan hukum tersebut;
menimbulkan efek jera dan pembelajaran bagi pelaku dan elemen masyarakat lainnya, dan
untuk lebih menjamin kenyamanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara, dalam
mewujudkan kesejahteraan.

Thomas R. Dye menjelaskan bahwa kebijakan publik adalah apa saja yang dipilih oleh
pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan, apabila pemerintah memilih untuk
melakukan sesuatu maka harus ada tujuan dan kebijakan negara tersebut harus meliputi
semua tindakan pemerintah, bukan semata-mata pernyataan keinginan pemerintah atau
pejabatnya. Di samping itu sesuatu yang tidak dilaksanakan oleh pemerintah juga termausk
kebijakan negara. Hal ini disebabkan “sesuatu yang tidak dilakukan” oleh pemerintah akan
mempunyai pengaruh yang sama besarnya dengan “sesuatu yang dilakukan” oleh pemerintah.

B. Rumusan Masalah

1. Apasaja definisi dari sistem hukum dan sistem kebijakan publik?


2. Bagaimana Penerapan sistem hukum kebijakan publik si indonesia?

i
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi Sistem Hukum Dan Sistem Kebijakan Publik

1.1. Sistem Hukum

Istilah sistem hukum terdiri dari dua kata, diantaranya sistem dan hukum. Sistem sendiri
dapat diartikan sebagai jenis satuan yang kemudian dibangun dengan menggunakan
komponen-komponen serta berhubungan secara mekanik fungsional di antara yang satu
dengan yang lainnya untuk kemudian mencapai berbagai tujuan sistemnya. Sementara hukum
dimaknai sebagai suatu perangkat kaidah dalam bentuk peraturan yang mengatur tingkah laku
manusia dalam kehidupan yang bersifat memaksa serta mengikat, isinya adalah larangan serta
perintah yang wajib dipatuhi dan mendapatkan sanksi saat melanggarnya. Dengan demikian,
sistem hukum adalah suatu kesatuan hukum yang terdiri dari berbagai macam unsur interaksi
antara individu yang satu dengan yang lainnya dan saling bekerja sama dengan tujuan untuk
kesatuan tersebut.

Dalam hal ini, kesatuan yang dimaksud bisa dibilang sangat kompleks karena berkaitan
dengan unsur-unsur yuridis, seperti pengertian hukum, asas hukum, dan peraturan hukum.
Sistem hukum juga dapat diartikan sebagai kesatuan sistem yang tersusun atas integralitas
berbagai komponen pada hukum, serta masing-masing memiliki fungsi tersendiri dan terikat
dalam satu kesatuan hubungan yang saling terkait. Bukan hanya saling terkait saja, tetapi
setiap fungsi tersebut juga saling memengaruhi, bergeran, dan saling bergantung dalam
proses kesatuan. Dalam hal ini, proses kesatuan dapat diartikan, seperti proses sistem hukum
untuk mewujudkan suatu tujuan hukum.

Sistem hukum juga merupakan satu kesatuan sistem besar yang tersusun antara sub-
subsistem yang lebih kecil, diantaranya subsistem pendidikan, pembentukan hukum,
penerapan hukum dan lain-lain, Semua subsistem tersebut pada hakikatnya menjadi suatu
sistem tersendiri dengan proses tersendiri pula.

a. Komponen Sistem Hukum

Setiap sistem sendiri mengandung beberapa asas dengan berbagai pedoman dalam
pembentukannya, dapat dikatakan juga bahwa suatu sistem sesungguhnya tidak terlepas dari
asas-asas yang mendukungnya. Oleh karena itu, sifat sistem itu kemudian akan terstruktur
secara menyeluruh pada setiap komponen-komponennya serta saling bekerja sama dalam
hubungan fungsional. Hukum sebagai suatu sistem, artinya suatu tatanan yang teratur yang

i
berasal dari aturan-aturan hidup dalam bermasyarakat. Misalnya, pada suatu hukum perdata
sebagai sistem hukum Positif.

Sumber-sumber yang menjadi kaidah hukum atau peraturan kemasyarakatan diantaranya


adalah Norma Agama sebagai suatu peraturan hidup yang berisi perintah serta larangan dan
bersumber dari Yang Maha Kuasa. Contohnya adalah jangan membunuh, selalu menghormati
orang tua, berdoa, dan lain-lain.

Selain itu, terdapat juga Norma Kesusilaan sebagai peraturan yang bersumber dari
hati, seperti ketika melihat orang yang sedang kesulitan, maka hendaknya kita turut
menolong. Tidak hanya dua norma itu saja, terdapat juga Norma Kesopanan sebagai suatu
peraturan yang hidup di masyarakat tertentu. Contohnya adalah saat menyapa orang yang
lebih tua dengan bahasa yang sopan, Berikutnya ada Norma Hukum sebagai suatu peraturan
yang dibuat oleh penguasa dan berisi perintah serta larangan yang sifatnya mengikat.
Contohnya, saat terkena hukum pidana, maka akan ada hukumannya. Berbicara mengenai
suatu sistem hukum, dalam suatu sistem pastinya terdapat ciri-ciri tertentu, diantaranya
adalah komponen-komponen yang saling terhubung, dan memiliki ketergantungan satu sama
lain.

Prof. Subekti, S.H. berpendapat bahwa “sistem hukum merupakan suatu susunan atau
tatanan yang teratur, juga suatu keseluruhan yang terdiri atas bagian-bagian yang saling
berkaitan satu sama lain, dan tersusun menurut suatu rencana dengan pola hasil dari suatu
penulisan untuk mencapai suatu tujuan”.

Komponen sistem hukum diantaranya:

1. Masyarakat Hukum

Masyarakat hukum merupakan himpunan kesatuan-kesatuan hukum, baik itu individu


maupun kelompok, sekaligus tempat-tempat hukum untuk diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.

2. Budaya Hukum

Budaya hukum terdiri dari pemikiran-pemikiran manusia dalam usahanya untuk mengatur
kehidupan.

3. Filsafat Hukum

Filsafat hukum berisi mengenai formulasi nilai tentang langkah serta cara pengaturan
kehidupan manusia.

4. Ilmu Hukum

Ilmu hukum dapat dikatakan sebagai media komunikasi mengenai suatu teori dan praktik
hukum sekaligus media pengembangan teori, desain, dan konsep hukum.

i
5. Konsep Hukum

Konsep hukum dapat dikatakan sebagai suatu formulasi kebijaksanaan hukum yang
kemudian ditetapkan oleh suatu masyarakat hukum.

6. Pembentukan Hukum

Pembentukan hukum merupakan bagian proses hukum yang meliputi lembaga aparatur
serta saran pembentukan hukum.

7. Bentuk Hukum

Bentuk hukum dapat dikatakan sebagai hasil dari proses pembentukan hukum.

8. Penerapan Hukum

Penerapan hukum merupakan proses kelanjutan dari proses pembentukan hukum,


diantaranya meliputi lembaga, aparatur, saran, prosedur, dan penerapan hukum.

9. Evaluasi Hukum

Evaluasi hukum dapat dikatakan sebagai suatu proses pengujian kesesuaian di antara hasil
penerapan hukum dan undang-undang ataupun tujuan hukum yang telah dirumuskan
sebelumnya.

b. Jenis-Jenis Sistem Hukum

Terdapat beberapa jenis sistem hukum yang diadopsi oleh negara-negara yang ada saat
ini, seperti sistem hukum Eropa Kontinental, sistem hukum Anglo-Saxon, sistem hukum Adat
serta sistem hukum Agama.

1. Sistem hukum Eropa Kontinental

Sistem Hukum Eropa Kontinental adalah jenis sistem hukum yang memiliki ciri-ciri
berupa adanya berbagai macam ketentuan hukum yang sudah dikodifikasi atau dihimpun
secara sistematis yang kemudian akan ditafsirkan oleh para hakim dalam penerapannya.
Hampir 60% dari populasi dunia yang tinggal di berbagai negara yang mematuhi sistem
hukum ini. Sistem hukum Eropa Kontinental merupakan sistem hukum yang digunakan di
Inggris yang di mana undang-undang ini tidak dibatasi oleh hukum. Meskipun begitu, hakim
sendiri memiliki kebebasan untuk melaksanakan ataupun mengabaikan berbagai kebebasan
dalam melaksanakan undang-undang. Sistem hukum Eropa kontinental ini kemudian juga
berkembang di Eropa, seperti Prancis, sebagai suatu negara yang menerapkan sistem hukum
ini untuk pertama kalinya.

2. Sistem hukum Anglo-Saxon

Sistem hukum Anglo-Saxon adalah jenis sistem hukum yang berasal dari yurisprudensi,
seperti keputusan-keputusan hakim terdahulu yang sudah menyelesaikan suatu kasus,

i
kemudian berubah menjadi dasar bagi putusan para hakim selanjutnya. Sistem hukum ini
juga digunakan oleh beberapa negara, seperti Irlandia, Inggris, Australia, Selandia Baru,
Afrika Selatan, Kanada (kecuali Provinsi Quebec) dan Amerika Serikat (sebagai suatu negara
bagian Louisiana yang menggunakan sistem hukum ini secara bersama dengan sistem hukum
Eropa Kontinental Napoleon).

Selain negara-negara yang sudah disebutkan, terdapat beberapa negara lain yang telah
menerapkan sistem hukum Anglo-Saxon campuran, diantaranya adalah Pakistan, India dan
Nigeria Ketiga negara itu menggunakan sebagian besar sistem hukum Anglo-Saxon, tetapi
tetap menegakkan hukum yang sudah berlaku dan hukum agama. Sistem hukum Anglo-
Saxon ini sebenarnya merupakan suatu aplikasi yang lebih mudah untuk diterapkan, terutama
di masyarakat serta pada negara-negara berkembang, Dengan begitu, pakar perapat dan
praktisi hukum menjadi lebih mudah dalam memutuskan suatu kasus hukum.

3. Sistem Hukum Adat atau Kebiasaan

UU yang biasa digunakan hampir di setiap negara merupakan seperangkat norma dan
aturan atau suatu kebiasaan khusus yang berlaku di wilayah tertentu. Pada sistem hukum ini
biasanya masih juga berlaku hukum adat, seperti halnya seseorang atau kelompok yang
melakukan kesalahan diberi sanksi sesuai dengan hukum adat yang berlaku.

4. Sistem Hukum Agama

Sistem hukum agama adalah suatu sistem hukum yang bersumber dari suatu ketentuan agama
tertentu. Sistem hukum agama ini kemudian biasanya ditemukan dalam tulisan-tulisan suci
yang dijadikan sebagai pedoman hidup oleh seseorang yang menganut agama itu. Seperti
halnya di Indonesia yang terdiri dari beberapa agama, sehingga sistem hukum agama yang
dianut pun tidak sama.

c. Sistem Hukum di Indonesia

Sistem hukum Indonesia sebagai perpaduan beberapa sistem hukum yang sudah ada,
seperti hukum adat, hukum agama, dan hukum Eropa. Dalam hal ini sistem hukum Eropa
bisa masuk Indonesia sebagian besar dari Belanda karena sudah menjajah Indonesia dalam
waktu yang cukup lama.

Selain dari hukum Eropa, sistem hukum di Indonesia juga terbentuk dari hukum adat yang
sudah berlaku pada suatu lingkungan masyarakat. Hal ini dapat terjadi karena di Indonesia itu
sendiri pada masa itu terdapat banyak sekali kerajaan, seperti kerajaan yang bercorak Hindu,
Budha, dan Islam. Dengan adanya berbagai macam kerajaan itu, maka terciptalah hukum adat
yang sudah berlaku. Tidak hanya itu, Indonesia juga menganut hukum agama dalam menjaga
persatuan dan kesatuan masyarakat Indonesia. Dengan adanya hukum agama ini, maka dapat
menciptakan kerukunan dan kedamaian antar masyarakat.

i
Indonesia sendiri memiliki 3 sistem hukum yang sedang berlaku, yaitu struktur hukum,
substansi hukum, dan budaya hukum.

1. Struktur Hukum

Struktur hukum atau legal structure adalah institusionalisasi dari entitas-entitas hukum.
Sebagai contohnya dapat dilihat pada struktur kekuasaan pengadilan di Indonesia yang
terdiri dari pengadilan tingkat I, Pengadilan Banding, serta Pengadilan Tingkat Kasasi,
jumlah hakim dan integrated justice system.

Selain itu, juga dikenal dengan adanya Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara,
Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Pajak.

2. Susbstansi Hukum

Adapun, yang dimaksud dengan substansi hukum atau legal substance adalah aturan
atau norma yang merupakan pola perilaku manusia dalam suatu tatanan masyarakat
yang berada dalam sistem hukum tersebut. Sebagai contoh, pengemudi yang melebihi
batas kecepatan akan dikenakan denda. Seseorang yang membeli barang kemudian
harus menyerahkan sejumlah uang kepada penjual barang tersebut.

Di Indonesia sendiri dikenal adanya hukum materiil (yaitu hukum perdata, hukum tata
negara, hukum pidana, serta hukum administrasi), dan hukum formil (yaitu hukum acara
perdata, hukum acara pidana, serta hukum acara lainnya).

3. Budaya Hukum

Budaya hukum atau legal culture merupakan sikap dan nilai-nilai yang saling terkait
dengan tingkah laku bersama dan berhubungan langsung dengan hukum serta lembaga-
lembaga negara.

Dari semua pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa sistem hukum adalah kesatuan
sistem yang tersusun atas integralitas berbagai komponen pada hukum, serta masing-

masing memiliki fungsi tersendiri dan terikat dalam satu kesatuan hubungan yang saling
terkait.

1.2. Sistem Kebijakan Publik


Ruang lingkup dari kebijakan publik mencakup banyak bidang seperti ekonomi,
sosial, politik, budaya, dan sebagainya. Kebijakan publik dapat bersifat hierarkis, mulai
dari tataran nasional, regional, dan lokal. David Easton memberikan definisi kebijakan
publik sebagai pengalokasian nilai-nilai secara paksa kepada seluruh anggota
masyarakat.Laswell dan Kaplan juga memberikan definisi kebijakan publik sebagai
sebuah program pecapaian tujuan, nilai dalam praktik yang terarah.Thomas R. Dye juga
turut memberikan definisi kebijakan publik sebagai segala sesuatu yang dipilih oleh
pemerintah untuk dilakukan atau untuk tidak dilakukan.

i
Secara lebih lanjut, Carl J. Friedrich menjabarkan kebijakan publik sebagai suatu
rangkaian kegiatan ataupun tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau
pemerintah dalam lingkungan tertentu di mana kebijakan ini diusulkan untuk mengatasi
hambatan ataupun kesulitan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Berdasarkan
definisi tersebut, ditekankan bahwa kebijakan publik merupakan realisasi dari sebuah
tindakan, sehingga bukan merupakan pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat
publik semata.

a. Tahapan Kebijakan Publik

Tahap-tahap kebijakan publik menurut William Dunn adalah sebagai berikut:

 Penyusunan agenda

Penyusunan agenda atau agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat
strategis dalam realitas kebijakan publik. Dalam proses inilah ada ruang untuk memaknai
apa yang disebut sebagai masalah publik dan agenda publik yang perlu diperhitungkan.
Jika sebuah isu telah menjadi masalah publik dan mendapatkan prioritas dalam agenda
publik, maka isu tersebut berhak mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih
daripada isu lain. Dalam penyusunan agenda juga sangat perlu untuk menentukan suatu
isu publik yang akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Isu kebijakan (policy
issues) sering disebut juga sebagai masalah kebijakan (policy problem). Policy issues
biasanya muncul karena telah terjadi silang pendapat di antara para aktor mengenai arah
tindakan yang telah atau akan ditempuh, atau pertentangan pandangan mengenai karakter
permasalahan tersebut. Menurut William Dunn (1990), isu kebijakan merupakan produk
atau fungsi dari adanya perdebatan, baik tentang rumusan, rincian, penjelasan, maupun
penilaian atas suatu masalah tertentu. Namun, tidak semua isu bisa masuk menjadi suatu
agenda kebijakan.

Ada beberapa kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik (Kimber, 1974;
Salesbury 1976; Sandbach, 1980; Hogwood dan Gunn, 1986) di antaranya:

o telah mencapai titik kritis tertentu dan jika diabaikan, akan menjadi ancaman yang
serius

o telah mencapai tingkat partikularitas tertentu dan berdampak dramatis;.


o menyangkut emosi tertentu dari sudut kepentingan orang banyak (umat manusia)
dan mendapat dukungan media massa.
o menjangkau dampak yang amat luas.
o mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat.
o menyangkut suatu persoalan yang "fasionable" (sulit dijelaskan, tetapi mudah
dirasakan kehadirannya).

i
Karakteristik: Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada
agenda publik. Banyak masalah yang tidak disentuh sama sekali, sementara lainnya ditunda
untuk waktu yang lama.

Ilustrasi: Legislator negara dan kosponsornya menyiapkan rancangan undang-undang


mengirimkan ke Komisi Kesehatan dan Kesejahteraan untuk dipelajari dan disetujui.
Rancangan berhenti di komite dan tidak terpilih.

Penyusunan agenda kebijakan seyogianya dilakukan berdasarkan tingkat urgensi dan esensi
kebijakan, juga keterlibatan stakeholder. Sebuah kebijakan tidak boleh mengaburkan tingkat
urgensi, esensi, dan keterlibatan Stakeholder.

 Formulasi kebijakan

Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para
pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan
masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau
pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk
dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif
bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.

 Adopsi/legitimasi kebijakan

Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar pemerintahan.
Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan rakyat, warga
negara akan mengikuti arahan pemerintah. Namun warga negara harus percaya bahwa
tindakan pemerintah yang sah dan mendukung. Dukungan untuk rezim cenderung berdifusi
- cadangan dari sikap baik dan niat baik terhadap tindakan pemerintah yang membantu
anggota menoleransi pemerintahan disonansi. Legitimasi dapat dikelola melalui manipulasi
simbol-simbol tertentu. Di mana melalui proses ini orang belajar untuk mendukung
pemerintah.

Kebijakan publik yang efektif adalah kebijakan publik yang di samping memenuhi
maksud baik pemerintah untuk menyejahterakan warganya, juga memiliki akseptabilitas
yang tinggi dari warga. Di sinilah peran dari psikologi kebijakan publik, yakni (1) psikologi
membantu para penyusun kebijakan publik untuk mempertimbangkan secara saksama,
bukan hanya analisis untung-rugi melainkan penerimaan, kepuasan, dan kesejahteraan
warga atas

sebuah kebijakan publik, (2) psikologi membantu proses politik yang dijalankan pihak-
pihak yang menghasilkan kebijakan publik agar dapat melakukan pengelolaan konflik dan
kepentingan secara manusiawi, (3) psikologi membantu pemerintah untuk memberikan
pengaruh-pengaruh edukatif dan sosial agar warga merasa aman dan nyaman di samping
dapat menerima logika kebijakan yang telah diambil, serta (4) psikologi dapat digunakan
sebagai metode persuasi agar warga memiliki perasaan kewargaan (sense of citizenship),
tidak mudah terkena kelelahan dalam partisipasi politik meskipun mengalami kekecewaan,

i
bahkan mampu menawarkan masukan dan konsultasi kepada pemerintah untuk penyusunan
kebijakan publik.

 Penilaian/evaluasi kebijakan

Secara umum, evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut
estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan
dampak.Dalam hal ini, evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya,
evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam
seluruh proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap
perumusan masalh-masalah kebijakan, program-program yang diusulkan untuk
menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.

2. Penerapan Sistem Hukum Kebijakan Publik Si Indonesia

Penerapan sistem hukum dalam kebijakan publik di Indonesia melibatkan beberapa tahapan
dan prinsip yang harus diikuti.

Berikut adalah gambaran umum tentang penerapan sistem hukum dalam kebijakan publik di
Indonesia:
- Perundang-undangan: Kebijakan publik di Indonesia didasarkan pada perundang-
undangan yang telah ditetapkan. Perundang-undangan ini termasuk konstitusi, undang-
undang, peraturan pemerintah, peraturan daerah, dan instruksi presiden. Kebijakan
publik harus sesuai dengan hukum yang berlaku dan tidak boleh bertentangan dengan
peraturan yang ada.
- Proses legislasi: Untuk membuat kebijakan publik baru atau mengubah kebijakan yang
ada, pemerintah atau lembaga legislatif harus melewati proses legislasi. Ini melibatkan
penyusunan rancangan undang-undang, pembahasan di lembaga legislatif, dan
pengesahan oleh lembaga legislatif.
- Prinsip-prinsip hukum: Penerapan kebijakan publik di Indonesia harus didasarkan pada
prinsip-prinsip hukum yang meliputi keadilan, kepastian hukum, kepentingan umum,
dan proporsionalitas. Kebijakan publik harus adil dan tidak diskriminatif, memberikan
kepastian hukum kepada warga negara, mengedepankan kepentingan masyarakat, dan
tidak melebihi batas yang diperlukan.
- Implementasi dan pelaksanaan: Setelah kebijakan publik disahkan, pemerintah
bertanggung jawab untuk mengimplementasikan dan melaksanakannya. Ini melibatkan

- pembentukan aturan pelaksanaan, penyebaran informasi kepada pihak terkait, dan


pemantauan pelaksanaan kebijakan untuk memastikan kepatuhan.
- Penegakan hukum: Sistem hukum juga berperan dalam menegakkan kebijakan publik.
Jika ada pelanggaran terhadap kebijakan publik, pihak berwenang memiliki kewenangan
untuk menegakkan hukum dan mengambil tindakan hukum sesuai dengan peraturan
yang berlaku.

i
- Pengawasan dan evaluasi: Pengawasan terhadap kebijakan publik dilakukan oleh
lembaga pengawas, seperti Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
atau Ombudsman. Evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas kebijakan publik,
apakah mencapai tujuan yang diinginkan dan memberikan manfaat bagi masyarakat.

Hal ini adalah gambaran umum tentang penerapan sistem hukum dalam kebijakan publik di
Indonesia. Perlu dicatat bahwa setiap kebijakan publik dapat memiliki proses dan prinsip
yang lebih rinci tergantung pada konteks dan lingkup kebijakan yang bersangkutan.

Penerapan suatu kebijakan publik di Indonesia melalui program, aktifitas, aksi, atau
tindakan dalam suatu mekanisme yang terikat pada suatu sistem tertentu. Tujuan penulisan
artikel ini adalah untuk membahas konsep umum tentang pelaksanaan kebijakan publik.
Penyusunan artikel ini yang dilakukan dengan sumber rujukan utama dari berbagai literatur
dan penelitian yang relevan dengan pelaksanaan kebijakan publik, yang dilengkapi dengan
pemikiran penulis atas topik yang disajikan. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa
implementasi kebijakan publik dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: aspek
kewenangan, sumberdaya, komunikasi, dan disposisi. Dimensidimensi yang dapat digunakan
untuk mengevaluasi pelaksanaan kebijakan publik diantaranya: konsistensi, transparansi,
akuntabilitas, keadilan, efektivitas, dan efisiensi. Sementara itu evaluasi pelaksanaan
kebijakan perlu dilakukan secara komperhensif, yang meliputi: evaluasi ex-ante, on-going,
dan ex-post atas pelaksanaan kebijakan publik. Dalam melakukan inovasi dan terobosan
dalam pelayanan kepada publik, dapat dilakukan diskresi pelaksanaan kebijakan publik
sepanjang tidak bertentangan dengan norma dan peraturan yang berlaku.

i
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

1. SISTEM HUKUM dapat diartikan sebagai kesatuan sistem yang tersusun atas integralitas
berbagai komponen pada hukum, serta masing-masing memiliki fungsi tersendiri dan terikat
dalam satu kesatuan hubungan yang saling terkait. Bukan hanya saling terkait saja, tetapi
setiap fungsi tersebut juga saling memengaruhi, bergeran, dan saling bergantung dalam
proses kesatuan.

-Komponen sistem hukum diantaranya:

Masyarakat Hukum, Budaya Hukum, Filsafat Hukum, Ilmu Hukum, Konsep Hukum,
Pembentukan Hukum, Bentuk Hukum, Penerapan Hukum, dan Evaluasi Hukum.

-Jenis-Jenis Sistem Hukum diantaranya: Sistem hukum Eropa Kontinental, Sistem hukum
Anglo-Saxon, Sistem Hukum Adat atau Kebiasaan, dan Sistem Hukum Agama

2. SISTEM KEBIJAKAN PUBLIK, Ruang lingkup dari kebijakan publik mencakup banyak
bidang seperti ekonomi, sosial, politik, budaya, dan sebagainya. Kebijakan publik dapat
bersifat hierarkis, mulai dari tataran nasional, regional, dan lokal. David Easton memberikan
definisi kebijakan publik sebagai pengalokasian nilai-nilai secara paksa kepada seluruh
anggota masyarakat.Laswell dan Kaplan juga memberikan definisi kebijakan publik sebagai
sebuah program pecapaian tujuan, nilai dalam praktik yang terarah.

-Tahapan Kebijakan Publik

Tahap-tahap kebijakan publik menurut William Dunn adalah sebagai berikut: Penyusunan
agenda, Formulasi kebijakan, Adopsi/legitimasi kebijakan, dan Penilaian/evaluasi kebijakan.

i
3. PENERAPAN SISTEM HUKUM KEBIJAKAN PUBLIK DI INDONESIA, tahapan dan
prinsip yang harus diikuti. Berikut adalah gambaran umum tentang penerapan sistem hukum
dalam kebijakan publik di Indonesia diantaranya: Perundang-undangan, Proses legislasi,
Prinsip-prinsip hukum, Implementasi dan pelaksanaan, Penegakan hukum, dan Pengawasan
dan evaluasi. Hal ini adalah gambaran umum tentang penerapan sistem hukum dalam
kebijakan publik di Indonesia. Perlu dicatat bahwa setiap kebijakan publik dapat memiliki
proses dan prinsip yang lebih rinci tergantung pada konteks dan lingkup kebijakan yang
bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA

Bisri Ilhami, S.H.,M.H, Sistem Hukum indonesia, 31 Desember 2003


https://www.gramedia.com/literasi/sistem-hukum/
https://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_publik

Anda mungkin juga menyukai