DISUSUN OLEH :
UNIVERSITAS ANDALAS
TP 2022/2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Sistem Hukum” ini
tepat pada waktunya.
Terselesaikannya makalah ini tidak bisa terlepas dari peran serta berbagai pihak yang
turut membantu. Pada kesempatan ini disampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih yang
setulus – tulusnya kepada yang terhormat :
1. Ibu Aziwarti, S.H,. M.Hum selaku dosen pengajar mata kuliah Sistem Hukum Indonesia.
2. Rekan – rekan yang membantu secara langsung maupun tidak langsung.
Disadari bahwa dalam penyusunannya makalah ini tidak luput dari berbagai kekurangan.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dalam rangka penyempurnaan-nya dari pembaca yang budiman.
18 April 2022
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis membahas tentang : (1) Latar Belakang, (2) Rumusan Masalah,
dan (3) Tujuan Penulisan.
Sistem berasal dari bahasa Yunani “systema” yang diartikan sebagai keseluruhan yang
terdiri dari macam-macam bagian. Dalam suatu sistem yang baiktidak boleh terdapat suatu
pertentangan antara bagian-bagian. Selain itu juga tidak boleh terjadi tumpang tindih diantara
bagian-bagian itu. Suatu sistem mengandung beberapa asas yang menjadi pedoman dalam
pembentukannya.
Di dalam Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Bab 1 Pasal 1
ayat (3) dijelaskan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum“, hal ini menunjukkan
bahwa segala sesuatu yang terjadi di Indonesia baik yang berhubungan dengan negara ataupun
masyarakatnya diatur sesuai peraturan hukum yang berlaku. Hal ini dirumuskan untuk
membatasi hak dan kewajiban masyarakat terhadap masyarakat dan masyarakat terhadap negara
agar terjaminnya rasa keadilan bagi masyarakat Indonesia.
Sistem hukum yang berlaku disuatu negara tidak terlepas daripada sistem hukum di
dunia. Secara umum, sistem hukum di dunia terbagi menjadi dua yaitu sistem hukum common
law dan sistem hukum civil law. Kedua sistem hukum tersebut memiliki perbedaan dan ciri
tersendiri yaitu, jika pada sistem hukum common law didominasi dengan hukum tidak tertulis
(asas stare decisis) melalui putusan hakim, sedangkan pada sistem hukum Eropa Kontinental
didominasi oleh hukum tertulis (kodifikasi). Lebih lanjut pada sistem hukum common law tidak
terdapat pemisahan yang jelas dan tegas antara hukum publik dan hukum privat, sedangkan pada
sistem hukum civil law ada pemisahan yang jelas dan tegas antara hukum publik dan hukum
privat.
1
1. Apa definisi sistem hukum?
2. Apa saja pembagian sistem hukum?
1.3 Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah sistem hukum terdiri dari dua kata, yaitu sistem dan hukum. Sistem diartikan
sebagai jenis satuan yang dibangun dengan komponen-komponen sistemnya yang berhubungan
secara mekanik fungsional yang satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan sistemnya.
Sementara hukum dimaknai sebagai seperangkat kaidah dalam bentuk peraturan yang mengatur
tingkah laku manusia dalam kehidupan yang bersifat memaksa dan mengikat, berisi larangan dan
perintah yang wajib dipatuhi dan ada sanksi bila melanggarnya.
Dengan demikian, sistem hukum adalah suatu kesatuan yang terdiri dari unsur-unsur
yang mempunyai interaksi satu sama lain dan bekerja sama untuk mencapai tujuan kesatuan
tersebut. Kesatuan tersebut diterapkan terhadap kompleks unsur-unsur yuridis seperti peraturan
hukum, asas hukum, dan pengertian hukum.
Mengartikan istilah sistem hukum, tidak berarti menggabungkan pengertian sistem dan
pengertian hukum secara langsung. Istilah sistem hukum mengandung pengertian yang spesifik
dalam ilmu hukum yang penjelasannya dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Menurut JH. Merryman dalam bukunya “The Civil Law Tradition” : an introduction to
the legal system of Western Europe and Latin America, halaman 1 mengatakan : legal
system is an operating set of legal institutions, procedures, and rules. (sistem hukum
adalah seperangkat lembaga (hukum), prosedur, dan aturan-aturan hukum yang
beroperasi).
2. Menurut Friedman, sistem hukum merupakan suatu sistem yang meliputi substansi,
struktur, dan budaya hukum, dengan rincian sebagai berikut:
a. Struktur Hukum
Struktur hukum (legal structure) merupakan institusionalisasi dari entitas-entitas
hukum. Sebagai contoh adalah struktur kekuasaan pengadilan (di Indonesia) yang
terdiri dari pengadilan tingkat I, Pengadilan Banding, dan Pengadilan Tingkat Kasasi,
jumlah hakim serta integrated justice system. Selain itu, juga dikenal adanya
3
Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, Peradilan Tata Usaha Negara,
dan Peradilan Pajak. Selanjutnya Friedman menegaskan bahwa hukum memiliki
elemen pertama dari sistem hukum, antara lain struktur hukum, tatanan kelembagaan,
dan kinerja lembaga.
b. Susbstansi Hukum
Adapun, yang dimaksud dengan substansi hukum (legal substance) adalah aturan atau
norma yang merupakan pola prilaku manusia dalam masyarakat yang berada dalam
sistem hukum tersebut. Sebagai contohnya: Pengemudi yang melebihi batas
kecepatan akan dikenakan denda. Seseorang yang membeli barang harus
menyerahkan sejumlah uang kepada penjual barang tersebut.
Di Indonesia, dikenal adanya hukum materiil (hukum perdata, hukum tata negara,
hukum pidana, hukum administrasi), dan hukum formiil (hukum acara perdata,
hukum acara pidana, dan hukum acara lainnya).
c. Budaya Hukum
Budaya hukum (legal culture) adalah sikap dan nilai-nilai yang terkait dengan tingkah
laku bersama yang berhubungan dengan hukum dan lembaga-lembaganya.
Sistem hukum ini berkembang di negara- negara Eropa daratan dan sering disebut
sebagai “Civil Law” yang semula berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku di kekaisaran
romawi pada masa pemerintahan Kaisar justinianus abad VI sebelum masehi. Sistem Civil Law
mempunyai tiga karakteristik, yaitu adanya kodifikasi, hakim tidak terikat kepada presiden
sehingga undang- undang menjadi sumber hukum yang terutama, dan sistem peradilan bersifat
inkuisitorial. Karakteristik utama yang menjadi dasar sistem hukum ini yaitu:
a. Hukum Civil Law adalah hukum memperoleh kekuatan mengikat, karena diwujudkan
dalam peraturan-peraturan yang berbentuk undang-undang dan tersusun secara
sistematik di dalam kodifikasi. Karakteristik dasar ini dianut mengingat bahwa nilai
utama yang merupakan tujuan hukum adalah kepastian hukum. Kepastian hukum
hanya dapat diwujudkan kalau tindakan-tindakan hukum manusia dalam pergaulan
4
hidup diatur dengan peraturan-peraturan hukum tertulis. Dengan tujuan hukum itu
dan berdasarkan sistem hukum yang dianut, hakim tidak dapat leluasa menciptakan
hukum yang mempunyai kekuatan mengikat umum. Hakim hanya berfungsi
menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan dalam batas-batas wewenangnya.
Putusan seorang hakim dalam suatu perkara hanya mengikat para pihak yang
berperkara saja ( Doktrins Res Ajudicata).
b. Pada sistem Civil Law tidak dapat dilepaskan dari ajaran pemisahan kekusaan yang
mengilhami terjadinya Revolusi Perancis. Menurut Paul Scolten, bahwa maksud
sesungguhnya pengorganisasian organ-organ negara Belanda adalah adanya
pemisahan antara kekuasaan pembuatan undang-undang, kekuasaan peradilan, dan
sistem kasasi adalah tidak dimungkinkannya kekuasaan yang satu mencampuri urusan
kekuasaan lainnya. Penganut sistem Civil Law memberi keleluasaan yang besar bagi
hakim untuk memutus perkara tanpa perlu meneladani putusan-putusan hakim
terdahulu. Yang menjadi pegangan hakim adalah aturan yang dibuat oleh parlemen,
yaitu undang-undang.
c. Pada sistem hukum Civil Law adalah apa yang oleh Lawrence Friedman disebut
sebagai digunakannya sistem Inkuisitorial dalam peradilan. Di dalam sistem itu,
hakim mempunyai peranan yang besar dalam mengarahkan dan memutuskan perkara;
hakim aktif dalam menemukan fakta dan cermat dalam menilai alat bukti. Menurut
pengamatan Friedman, hakim di dalam sistem hukum Civil Law berusaha untuk
mendapatkan gambaran lengkap dari peristiwa yang dihadapinya sejak awal. Sistem
ini mengandalkan profesionalisme dan kejujuran hakim.
Bentuk-bentuk sumber hukum dalam arti formal dalam sistem hukum Civil Law berupa
peraturan perundang-undangan, kebiasaan- kebiasaan, dan yurisprudensi. Dalam rangka
menemukan keadilan, para yuris dan lembaga-lembaga yudisial maupun quasi-judisial merujuk
kepada sumber-sumber tersebut.
Dari sumber-sumber itu, yang menjadi rujukan pertama dalam tradisi sistem hukum Civil
Law adalah peraturan perundang-undangan. Negara-negara penganut civil law menempatkan
konstitusi pada urutan tertinggi dalam hirarki peraturan perundang-undangan. Semua negara
5
penganut civil law mempunyai konstitusi tertulis. Dalam perkembangannya, sistem hukum ini
mengenal pembagian hukum publik dan hukum privat.
Oleh karena itu, sistem hukum ini tidak menjadi dinamis dan penerapannya cenderung
kaku karena tugas hakim hanya sekedar sebagai alat undang-undang. Hakim tak ubahnya sebagai
abdi undang-undang yang tidak memiliki kewenangan melakukan penafsiran guna mendapatkan
nilai keadilan yang sesungguhnya.
Sistem hukum anglo saxon (comman law system) Nama lain dari sistem hukum Anglo-
Saxon adalah “Anglo Amerika” atau Common Law”. Merupakan sistem hukum yang berasal
dari Inggris yang kemudian menyebar ke Amerika Serikat dan negara- negara bekas jajahannya.
Kata “Anglo Saxon” berasal dari nama bangsa yaitu bangsa Angel-Sakson yang pernah
menyerang sekaligus menjajah Inggris yang kemudian ditaklukan oleh Hertog Normandia,
William. William mempertahankan hukum kebiasaan masyarakat pribumi dengan
memasukkannya juga unsur-unsur hukum yang berasal dari sistem hukum Eropa Kontinental.
6
Sistem hukum Anglo Saxon merupakan suatu sistem hukum yang didasarkan pada
yurispudensi, yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian menjadi dasar putusan
hakim-hakim selanjutnya.
Sistem Hukum Anglo Saxon cenderung lebih mengutamakan hukum kebiasaan, hukum
yang berjalan dinamis sejalan dengan dinamika masyarakat. Pembentukan hukum melalui
lembaga peradilan dengan sistem jurisprudensi dianggap lebih baik agar hukum selalu sejalan
dengan rasa keadilan dan kemanfaatan yang dirasakan oleh masyarakat secara nyata. berlakukan
hukum adat dan hukum agama.Putusan hakim/pengadilan merupakan Sumber hukum dalam
sistem hukum Anglo Saxon.
Dalam sistem hukum ini peranan yang diberikan kepada seorang hakim sangat luas.
Hakim berfungsi tidak hanya sebagai pihak yang bertugas menetapkan dan menafsirkan
peraturan-peraturan hukum saja. Hakim juga berperan besar dalam membentuk seluruh tata
kehidupan masyarakat. Hakim mempunyai wewenang yang sangat luas untuk menafsirkan
peraturan hukum yang berlaku.
Dalam perkembangannya, sistem hukum ini mengenal pembagian hukum publik dan
hukum privat. Hukum privat dalam sistem hukum ini lebih ditujukan pada kaidah-kaidah hukum
tentang hak milik, hukum tentang orang, hukum perjanjian dan tentang perbuatan melawan
hukum. Hukum publik mencakup peraturan- peraturan hukum yang mengatur kekuasaan dan
wewenang penguasa/negara serta hubungan-hubungan antara masyarakat dan negara.
Sistem hukum ini mengandung kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya hukum Anglo
Saxon yang tidak tertulis ini lebih memiliki sifat yang fleksibel dan sanggup menyesuaikan
dengan perkembangan zaman dan masyarakatnya karena hukum-hukum yang diberlakukan
adalah hukum tidak tertulis (Common law). Kelemahannya, unsur kepastian hukum kurang
terjamin dengan baik, karena dasar hukum untuk menyelesaikan perkara/masalah diambil dari
hukum kebiasaan masyarakat/hukum adat yang tidak tertulis.
a. Perbedaan Sistem Hukum Eropa Kontinental Dengan Sistem Hukum Anglo Saxon
Beberapa perbedaan antara sistem hukum Eropa kontinental dengan sistem anglo saxon
sebagai berikut :
7
1. Sistem hukum Eropa kontinental mengenal sistem peradilan administrasi, sedang
sistem hukum Anglo Saxon hanya mengenal satu peradilan untuk semua jenis
perkara.
2. Sistem hukum Eropa kontinental menjadi modern karena pengkajian yang dilakukan
oleh perguruan tinggi sedangkan sistem hukum Anglo Saxon dikembangkan melalui
praktek prosedur hukum.
3. Hukum menurut sistem hukum Eropa kontinental adalah suatu sollen bulan sein
sedang menurut sistem hukum Anglo Saxon adalah kenyataan yang berlaku dan
ditaati oleh masyarakat.
4. Penemuan kaidah dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan atau
penyelesaian sengketa, jadi bersifat konsep atau abstrak menurut sistem hukum eropa
kontinental sedang penemuan kaidah secara kongkrit langsung digunakan untuk
penyelesaian perkara menurut sistem hukum Anglo Saxon.
5. Pada sistem hukum Eropa kontinental tidak dibutuhkan lembaga untuk mengoreksi
kaidah sedang pada sistem hukum Anglo Saxon dibutuhkan suatu lembaga untuk
mengoreksi, yaitu lembaga equaty. Lembaga ini memberi kemungkinan untuk
melakukan elaborasi terhadap kaidah-kaidah yang ada guna mengurangi ketegaran.
6. Pada sistem hukum Eropa kontinental dikenal dengan adanta kodifikasi hukum
sedangkan pada sistem hukum Anglo Saxon tidak ada kodifikasi.
7. Keputusan hakim yang lalu (yurisprudensi) pada sistem hukum Eropa kontinental
tidak dianggap sebagai kaidah atau sumber hukum sedang pada sistem hukum Anglo
Saxon keputusan hakim terdahulu terhadap jenis perkara yang sama mutlak harus
diikuti.
8. Pada sistem hukum eropa kontinental pandangan hakim tentang hukum adalah lebih
tidak teknis, tidak terisolasi dengan kasus tertentu sedang pada sistem hukum Anglo
Saxon pandangan hakim lebih teknis dan tertuju pada kasus tertentu.
9. Pada sistem hukum Eropa kontinental bangunan hukum, sistem hukum, dan
kategorisasi hukum didasarkan pada hukum tentang kewajiban sedang pada sistem
hukum anglo saxon kategorisasi fundamental tidak dikenal. Pada sistem hukum Eropa
kontinental strukturnya terbuka untuk perubahan sedang pada sistem hukum Anglo
Saxon berlandaskan pada kaidah yang sangat kongrit.
8
3. Sistem Hukum Adat
Sistem hukum adat berasal dari terjemahan bahasa Belanda yaitu Adat recht yang
pertama sekali diperkenalkan oleh Snonck Hugronye. Kata hukum dalam sistem hukum adat
lebih luar artinya dari istilah hukum dalam sistem Eropa kontinental,karena terdapat peraturan-
peraturan yang selalu dipertahankan keutuhannya oleh berbagai golongan tertentu dalam
lingkungan kehidupan sosialnya seperti pakaian,pangkat,pertunangan dan lain-lain.
Sistem hukum adat bersumber dari kaidah-kaidah hukum yang tidak tertulis yang tumbuh
dan berkembang serta dipertahankan dengan kesadaran hukum masyarakat.dari sumber hukum
yang tidak tertulis itu,maka hukum adat lebih mudah menyesuaikan diri dengan perkembangan
masyarakat.hal ini berbeda dengan sumber hukum tertulis yang sulit diubah secara cepat karena
perubahannya memerlukan syarat dan cara yang ditentukan oleh peraturan tertulis pula.
Dalam sistem hukum adat,kepala adat mempunyai peranan yang sangat besar dalam hal
untuk mengubah hukum adat sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
9
2. Sunnah,perbuatan yang dianjurkan dalam hidup bermasyarakat.
3. Makruh,perbuatan yang tidak diinginkan ,dibenci,ditolak oleh masyarakat dan akan
mendapat celaan umum.
4. Wajib,perbuatan yang tidak boleh dibiarkan ,dan siapa yang meninggalkan akan
mendapat hukuman.
5. Haram,perbuatan yang dilarang.
System hukum kanonik adalah system hukum yang dianut oleh negara – negara yang
tunduk pada peraturan – peraturan gereja. Kitab hukum kanonik terdiri dari 7 buku, yaitu :
f. Buku VI memuat tentang hukuman – hukuman dalam gereja atau sanksi dalam gereja.
Sistem Hukum Sosialis adalah nama resmi untuk sistem hukum di negara-negara
komunis. Sistem Hukum Sosialis berasal dari hukum Uni Soviet yang dikembangkan sejak 1971.
Quigley menggambarkan Sistem Hukum Sosial sebagai hukum negara-negara yang
pemerintahnya secara resmi melihat negara sebagai salah satu sosialis atau bergerak dari
kapitalisme ke sosialisme dan yang memegang teguh masyarakat komunis sebagai sebuah tujuan
akhir.
10
Pokok ajaran sistem hukum sosialis adalah hukum yang dijiwai ajaran “Marxist-Leninist”
yang dianut oleh para pakar hukum di Uni Soviet serta ajaran materialisme dan teori evolusi
yang berpendapat bahwa materi merupakan satu-satunya benda nyata di dunia ini. Negara-negara
yang menganut Sistem Hukum Sosialis ini hanya mengenal konsep hukum sedangkan konsep
hukum privat tidak ada.
Sumber hukum dalam Sistem Hukum Sosial adalah keputusan tertinggi para penguasa
berupa produk yang dimiliki pemerintah atau negara. Dengan kata lain tidak ada sumber hukum
yang resmi, melainkan hukum adalah penguasa negara dan hukum membela rakyat proletar
(masyarakat kelas sosial rendah). Hukum sosialis lebih bersifat prerogatif daripada normatif.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
sistem hukum adalah suatu kesatuan yang terdiri dari unsur-unsur yang mempunyai
interaksi satu sama lain dan bekerja sama untuk mencapai tujuan kesatuan tersebut. Kesatuan
tersebut diterapkan terhadap kompleks unsur-unsur yuridis seperti peraturan hukum, asas hukum,
dan pengertian hukum.
Pembagian system hukum terbagi menjadi 6, yaitu system hukum Eropa Kontinenta (
Civil Law System), system hukum Anglo Saxson ( Comman Law System), Sistem Hukum Adat,
Sistem Hukum Islam, Sistem Hukum Kanonik dan Ssitem Hukum Sosialis.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan para pembaca dapat mengoreksi penulisan jika
makalah tidak rekait pada materi yang diajarkan. Penulis akan selalu menerima saran dan kritik
dari para pembaca.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://news.detik.com/berita/d-5998916/sistem-hukum-adalah-apa-pengertian-komponen-
hingga-yang-berlaku-di-indonesia (diakses 18 April 2022 pukul 20.20)
https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/06/180517269/sistem-hukum-dan-peradilan-
indonesia?page=all (diakses 18 April 2022 pukul 20.34)
https://media.neliti.com/media/publications/132702-ID-sistem-hukum-dan-posisi-hukum-
indonesia.pdf
https://bantuanhukum-sbm.com/artikel-macam-macam-sistem-hukum-di-dunia
13