Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam, yang telah memberi kesempatan pada kami
untuk dapat menyelasaikan makalah ini. Makalah ini dibuat guna menyelasaikan tugas mata
kuliah Pengantar Ilmu Hukum yang diberikan oleh dosen pengampu kami yaitu bapak M.
Rizal, SH. M. Hum.
Besar harapan kami agar makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca, dan
kami amat sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………3
BAB 1 PENDAHULUAN
i. Latar Belakang………………………………………………………………………...……4
ii. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………..4
iii. Tujuan Makalah…………………………………………………………………………….4
BAB 2 PEMBAHASAN
I. Pengertian Hukum……………………………………………………………………….5
II. Peran dan fungsi Hukum…………………………………………………………………...6
III. Cabang-Cabang Ilmu Hukum………….…………………………………………………..7
IV. Aliran Dan Hubungan Hukum……………………………………………………………..7
V. Unsur-Unsur Hukum………………………………………………………………………..8
VI. Ciri-Ciri Hukum…………………………………………………………………………….8
VII. Tujuan Hukum……………………………………………………………………………...8
VIII. Sanksi Hukum…………………………………………………………………………...…10
IX. Penegakan Hukum…………………………………………………………………………11
X. Subjek Hukum……………………………………………………………………………..12
XI. Objek Hukum………………………………………………………………………………13
XII. Peristiwa Hukum…………………………………………………………………………..14
XIII. Pengertian Sistem Hukum………………………………………………………………...17
XIV. Terbentuknya Hukum…………………………………………………………………….17
XV. Asas-Asas Dalam Peraturan Perundang Undangan…………………………………….18
XVI. Ruang Lingkup Tata Hukum Indonesia…………………………………………………19
XVII. Tata Hukum………………………………………………………………………………..20
BAB 3 PENUTUP
KESIMPULAN…………………………………………………………………………………….24
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………25
3
BAB 1 PENDAHULUAN
i. Latar Belakang
Hukum merupakan keseluruhan aturan maupun kaidah yang berlaku dalam suatu
kehidupan bersama yang mengatur mengenai tingkah laku dimana dalam pelaksanaannya
dapat dipaksakan dengan hadirnya suatu sanksi.1 Hukum mengatur hubungan hukum yang
terdiri dari ikatan-ikatan antara individu dan masyarakat dan antara individu itu sendiri yang
mana tercermin dalam hak dan kewajiban.
1
C.S.T. Kansil, 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, hal. 38
2
Sudikno Mertokusumo, 1985, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta:
Liberty Yogyakarta, hal. 41.
4
BAB 2 PEMBAHASAN
I. Pengertian Hukum
• Prof. Utrecth
• S.M. Amin
Adalah kumpulan peraturan-peraturan yanmg terdiri dari norma-norma dan sanksi-sanksi dan
tujuan hukum adalah mengadilkan ketertiban dalam khidupan manusia, sehingga ketertiban
tercapai.
Adalah semua aturan (norma) yang harus dituruti dalam aturan tingkah laku, tindakan
dalam pergaulan hidup dengan ancaman harus membayar kerugian jika melanggar aturan
tersebut
• Prof.J.Van Kant
• Montesquieu
3
C.S.T. Kansil. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Balai Pustaka.
Jakarta. 1986, hal.38
4
Yudha Mediawan.modul 2:pengantar hukum kontrak kerja
konstruksi.(BPSDM:Bandung) 2019. Hlm.1
5
Hukum merupakan gejala sosial dan perbedaan hukum dikarenakan oleh perbedaan alam,
politik, etnis, sejarah dan faktor lain dari tatanan masyarakat, untuk itu hukum suatu
negara harus dibandingkan dengan hukum negara lain.
• Sunaryati Hatono
Hukum tidak hanya menyangkut kehidupan pribadi seseorang dalam suatu
masyarakat, tetapi jika menyangkut dan mengatur berbagai kegiatan manusia dalam
hubungannya dengan manusia lainnya, dengan kata lain hukum mengatur berbagai
kegiatan manusia di dalam kehidupan bermasyarakat.
• Aristoteles
Sedangkan hukum menurut Aristoteles tidak hanya adalah kumpulan aturan yang
dapat mengikat dan berlaku pada masyarakat saja, tapi juga berlaku pada hakim itu
sendiri. Dengan kata lain hukum tidak diperuntukan dan ditaati oleh masyarakat saja, tapi
juga wajib dipatuhi oleh pejabat negara.
Peran dan Fungsi hukum adalah sebagai media pengatur interaksi sosial. Dalam
pengaturan tersebut terdapat petunjuk mengenai apa yang harus dilakukan mana yang boleh
dan tidak boleh dilakukan dengan harapan segala sesuatunya berjalan tertib dan teratur.
Sekaligus dalam posisi masyarakat yang teratur tersebut, hukum dijadikan sarana untuk
mewujudkan keadilan sosial, disini hukum diharapkan dapat bermanfaat bagi kehidupan
masyarakat. Masyarakat terlindungi, aman dan nyaman. Hukum dapat juga berfungsi sebagai
penggerak pembangunan yaitu dapat membawa masyarakat ke arah yang lebih maju.5
5
Mochtar Kusumaatmadja, 1986, Fungsi Dan Perkembangan Hukum Dalam
Pembangunan Nasional, Bandung, Penerbit Binacipta, hlm.11
6
• Menyelesaikan pertikaian/permasalahan
• Menciptakan suasana aman dan damai dalam bermasyarakat
a. J. Van Apeldoorn
Berpendapat bahwa sebagian ilmu hukum terdiri dari sosiologi hukum, sejarah hukum,
dan perbandingan hokum.
b. J. B.H Bolleprond
Ilmu hukum terdiri dari: dokmatik hukum, sejarah hukum, perbandingan hukum, politik
hukum, dan ajaran ilmu hukum umum.
c. Unoedhock
Berpendapat bahwa ilmu hukum terdiri dari: ilmu hukum positif, sosiologi hukum,
perbandingan hukum, ilmu hukum dokmatik.
d. Imanuel Kant
Sejarah Pengertian Hukum, pada 200 tahun yang lalu Immanuel Kant beserta para
Yuris masih mencari pengertian hukum sampai sekarang dalam hal kesempurnaanya. “Noch
suchen die jueshen und definden zu ihren berichte van richt”.6
• Aliran Legisme
6
Yudha Mediawan.modul 2:pengantar hukum kontrak kerja
konstruksi.(BPSDM:Bandung) 2019. Hlm.2
7
Karena adanya kepastian hukum kodifikasi menganggap bahwa diluar undang-undang tidak
ada hukum,Sumber hukum satu-satunya adalah undang-undang,Hakim memutus perkara
berdasarkan undang-undang,Hakim hanya sebagai terompet undang-undang.
• Aliran Rechtslehre
Adalah yang bertolak belakang dengan aliran legisme, dan mengatakan bahwa hukum hanya
terdapat diluar undang-undang. Hakim memutus berdasarkan keyakinan hakim. Satu-satunya
sumber hukum adalah yurisprudensi.
• Aliran Rechtvinding
V. Unsur-unsur Hukum
7
Kepala pusat Pendidikan dan pelatihan sumber daya air dan konstruksi.2019.
https://bantuanhukum-sbm.com/. Diakses pada 17 desember 2021
8
Fence.m.Wantu.Pengantar Ilmu Hukum.2015.(UNG Press:Gorontalo) hlm. 4
8
peraturan masyarakat yang merupakan kaidah hukum atau norma hukum. Setiap orang
yang melanggar kaidah hukum akan mendapat sanksi berupa akibat hukum tertentu yang
nyata (seperti hukum pidana).
1. Teori etis, Menurut teori ini hukum semata-mata mewujudkan keadilan. Teori ini
dikemukakan oleh seorang filsuf yunani yaitu Aristoteles dalam karyanya Etika dan
Retonika. Bahwa hukum mempunyai tugas yang suci yaitu memberi pada setiap orang
yang ia berhak menerimanya. Untuk ini tentu saja persamaan hukum dibuat untuk setiap
orang.
2. Teori utility, Menurut teori ini hukum bertujuan semata-mata mewujudkan yang
berfaedah, hukum bertujuan menjamin adanya kebahagiaan pada orang sebanyak-
banyaknya.
3. Teori dogmatik, Menurut teori ini tujuan hukum adalah sematamata untuk mencipatakan
kepstian hukum.
4. Teori campuran, Menurut teori ini tujuan hukum adalah untuk ketertiban. Tujuan lain
adalah hargai keadilan yang berbeda-beda isi menurut keadilan dan zamannya.
9
Yudha Mediawan.modul 2:pengantar hukum kontrak kerja
konstruksi.(BPSDM:Bandung) 2019. Hlm.6-9
9
• Faedah
2. Van Apeldoorn, Tujuan hukum adalah untuk mengatur pergaulan hidup secara damai.
Hukum menghendaki kedamaian diantara manusia dipertahankan oleh hukum dengan
melindungi keputusan manusia yaitu kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta benda dan
lain-lain.
3. Dr. Wiryono, Tujuan hukum dalam bukunya “Projodjokoro” yaitu perbuatan melanggar
hukum. Mengemukakan bahwa tujuan hukum adalah mengadakan keselamatan
kebahagiaan, dan tata tertib dalam masyarakat. Ia mengatakan bahwa masing-masing
anggota masyarakat mempunyai keputusan yang beraneka ragam.
4. Prof. Subekti,S.H., Tujuan hukum menurut teori ini adalah mengabdi pada tujuan negara
yang intinya adalah mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan negara.10
Hukuman ditujukan kepada seseorang yang melanggar hukum atau degan kata lain adalah
reaksi dari masyarakat berbeda dengan sanksi sosial, sanksi hukum diatur oleh hukum baik
mengenal ruang lingkup cara pelaksanaan tahanan berat ringan hukuman, upaya yang
tersedia bagi tersangka untuk mebuktikan kesalahan untuk menangkis tujuan yang menuju
padanya.
Sanksi hukum bentuk perwujudan yang jelas dari kekuasaan negara dalam pelaksanaan
untuk ditaatinya hukum. Bentuk perwujudan jelas dari sanksi hukum tampak dalam hukum
pidana dalam perkara pidana. Si tersangka berhadapan dengan negara sebagai pengemban
kepentingan umum yang diwakili oleh penuntut umum dalam negara hukum penerapan
sanksi hukum itu dilaksanakan menurut tata cara yang dituang dalam KUHP (hukum
materiil), KUHAP (hukum formil). Dalam menjalankan haknya untuk memaksakan
ditaatinya hukum tetap memperhatikan hak terdakwa sebagai warga negara dan manusia
(penjelmaan sila peri kemanusiaan). HAP dari suatu negara yang dimuat untuk azas yang
penting adalah bahwa:
10
Suryaningsi, “Pengantar Ilmu Hukum”, (Samarinda: Mulawarman University Press,
2018), hlm.79-80
10
• Bahwa seseorang dianggap tidak bersalah sebelum terbukti dalah di persidangan. Hukum
pidana sendiri memuat suatu azas pokok yang selalu memasukan menjamin kepastian
hukum sekaligus melindungi warga negara yaitu azas yang melarang diadakan
penuntunan tanpa ada uu yang menetapkan bahwa pebuatan itu tindak pidana (azas
legalitas).11
Ada tiga unsur yang perlu diperhatikan untuk penegakan hukum ini:
1. Kepastian hukum
2. Kemanfaatan hukum
3. Keadilan hukum
Hukum untuk manusia maka harus memberi manfaat atau kegunaan bagi masyarakat.
Jangan sampai justru karena hukumnya dilaksanakan ditegakan timbul keresahan dalam
11
Ibid, hlm. 80-81
11
masyarakat. Unsur yang ketiga adalah keadilan, masyarakat berkepentingan bahwa
pelaksanaan dan penegakan hukum keadilan diperhatikan.12
Setiap manusia baik warga negara maupun orang asing dengan tidak memandang agama
atau kebudayaannya adalah subjek hukum. Manusia sebagai pembawa hak (subjek),
mempunyai hak dan kewajiban untuk melakukan tindakan hukum, seperti melakukan
perjanjian, menikah, membuat wasiat, dan lain-lain. Oleh karena itu, manusia oleh hukum
diakui sebagai pendukung hak dan kewajiban sebagai subjek hukum.
1. Sesuatu yang menurut hukum berhak atau berwenang untuk melakukan perbuatan hukum
atau siapa yang mempunyai hak dan cakap untuk bertindak dalam hukum;
2. Sesuatu pendukung hak yang menurut hukum berwenang atau berkuasa bertindak
menjadi pendukung hak (rechtsbevoegd heid);
3. Segala sesuatu yang menurut hukum mempunyai hak dan kewajiban.
Subjek hukum dapat dibedakan atas dua macam apabila dilihat dari segi hakikatnya, yaitu
Manusia sebagai subjek hukum sejak saat dia dilahirkan dan berakhir pada saat ia
meninggal dunia, bahkan seorang anak yang masih dalam kandungan ibunya dapat dianggap
sebagai pembawa hak (dianggap telah lahir), apabila kepentingannya memerlukannya (untuk
menjadi ahli waris).
Hal ini telah disebutkan dalam Pasal 2 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH
Perdata), yang berbunyi: “anak yang ada dalam kandungan seorang perempuan, dianggap
sebagai telah dilahirkan, bila mana juga kepentingan si anak menghendakinya. Mati sewaktu
dilahirkannya, dianggaplah ia tidak pernah telah ada.”13
Selain manusia pribadi sebagai subjek hukum, terdapat juga badan hukum. Badan hukum
(rechts persoon) adalah perkumpulan yang dapat menanggung hak dan kewajiban yang bukan
12
Ibid, hlm. 81-82
13
Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2018), hlm.57-58
12
manusia. Badan hukum sebagai pembawa hak yang tidak berjiwa dapat melakukan sebagai
pembawa hak manusia, seperti dapat melakukan persetujuan, memiliki kekayaan yang sama
sekali terlepas dari kekayaan anggotanya.
Untuk keikutsertaannya dalam pergaulan hukum, maka suatu badan hukum harus
mempunyai syarat-syarat yang telah ditentukan oleh hukum, yaitu
Objek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum (manusia dan badan
hukum), dan dapat menjadi pokok/objek suatu hubungan hukum, karena hal itu dapat
dikuasai oleh subjek hukum.
Contoh, Ahmad dan Ali mengadakan sewa tanah. Tanah di sini adalah objek hukum.
Biasanya objek hukum itu adalah benda atau zaak, dan yang dapat dimiliki dan dikuasai oleh
subjek hukum.
Benda menurut Pasal 499 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata), ialah
tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak, yang dapat dikuasai oleh hak milik. Hak disebut juga
dengan bagian dari harta kekayaan (vermogensbestanddeel). Harta kekayaan meliputi
barang, hak dan hubungan hukum mengenai barang dan hak, diatur dalam Buku II dan Buku
III KUH Perdata. Adapun zaak meliputi barang dan hak diatur dalam Buku II KUH Perdata.
Barang sifatnya berwujud, sedangkan hak sifatnya tidak berwujud.
Menurut ilmu pengetahuan hukum, benda itu dapat diartikan dalam arti luas dan sempit.
Benda dalam arti luas adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki oleh orang. Pengertian ini
meliputi benda-benda yang dapat dilihat, seperti meja, kursi, jam tangan, motor, komputer,
mobil, dan sebagainya, dan benda-benda yang tidak dapat dilihat, yaitu berbagai hak seperti
hak tagihan, hak cipta, dan lain-lain.
Adapun benda dalam arti sempit adalah segala benda yang dapat dilihat. Menurut Pasal
503 KUH Perdata, bahwa benda itu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
14
Ibid, hlm.59-61
13
1. benda berwujud, yaitu segala sesuatu yang dapat dilihat dan diraba dengan pancaindra,
contoh: buku, rumah, tanah, meja, kursi, dan lain-lain;
2. benda tidak berwujud, yaitu semua hak, contoh hak cipta, hak atas merek, dan
sebagainya.
Selanjutnya di dalam Pasal 504 KUH Perdata, benda itu dapat dibagi lagi menjadi dua,
yaitu:
1. benda bergerak (benda tidak tetap), yaitu benda yang dapat dipindahkan;
2. benda tetap (tidak bergerak), yaitu benda yang tidak dapat dipindahkan.
1. menurut sifatnya adalah benda yang dapat dipindahkan (Pasal 509 KUH Perdata)
misalnya kursi, meja, buku, ternak, mobil, dan sebagainya;
2. menurut ketentuan undang-undang ialah benda dapat bergerak atau dipindahkan, yaitu
hak-hak yang melekat atas benda bergerak (Pasal 511 KUH Perdata) seperti hak
memungut hasil atas benda bergerak, hak memakai atas benda bergerak, saham-saham
perusahaan, piutang-piutang.
Adapun benda tidak bergerak (tetap) dapat juga dibedakan sebagai berikut:
1. menurut sifatnya, benda tersebut tidak dapat dipindahkan, seperti tanah dan segala yang
melekat di atasnya, contohnya gedung, pepohonan, bunga-bunga;
2. menurut tujuannya, benda itu juga tidak dapat dipindahkan, karena dilekatkan pada benda
tidak bergerak sebagai benda pokok untuk tujuan tertentu, misalnya mesin-mesin yang
dipasang dalam pabrik; Tujuannya untuk dipakai tetap dan tidak berpindah-pindah (Pasal
507 KUH Perdata);
3. menurut ketentuan undang-undang, benda tersebut juga tidak dapat bergerak, ialah hak-
hak yang melekat atas benda tidak bergerak (Pasal 508 KUH Perdata) seperti hipotek,
crediet verband, hak pakai atas benda tidak bergerak, hak memungut hasil atas benda
tidak bergerak. Selain pembagian benda sebagaimana telah disebutkan di atas, ada lagi
pembagian benda, yaitu:
b. benda materiil;
14
c. benda immateriil (ciptaan orang), misalnya karangan dalam buku, pendapatan baru
dalam bidang teknik, dan lain-lainnya.15
Di dalam ilmu hukum, hak dan kewajiban tidak dapat dipisahkan. Tidak ada hak tanpa
kewajiban, sebaliknya tidak ada kewajiban tanpa hak. Isi hak dan kewajiban itu ditentukan
oleh aturan hukum. Aturan hukum itu terdiri atas peristiwa dan akibat yang oleh aturan
hukum tersebut dihubungkan. Dengan demikian, peristiwa hukum adalah peristiwa yang
akibatnya diatur oleh hukum.
Apabila peristiwa hukum itu dilihat dari segi isinya, peristiwa hukum itu dapat dikenal
atas dua macam, yaitu:
1. Peristiwa hukum karena perbuatan subjek hukum, yaitu peristiwa hukum yang terjadi
karena akibat perbuatan subjek hukum. Contohnya peristiwa tentang pembuatan surat
wasiat (Pasal 875 KUH Perdata), peristiwa tentang menghibahkan barang (Pasal 1666
KUH Perdata).
2. Peristiwa hukum yang bukan perbuatan subjek hukum atau peristiwa hukum lainnya,
yaitu peristiwa hukum yang terjadi dalam masyarakat yang tidak merupakan akibat dari
perbuatan subjek hukum. Contohnya kelahiran seorang bayi, kematian seseorang,
daluwarsa (lewat waktu). Daluwarsa ini terdiri atas:
15
Ibid, hlm.87-89
16
Ibid, hlm.93
15
a. Daluwarsa akuisitif, yaitu daluwarsa yang memperoleh hak. Hal ini dapat dilihat
pada Pasal 1963 KUH Perdata yang berbunyi:
“Siapa yang dengan iktikad baik, dan berdasarkan suatu alas hak yang sah,
memperoleh benda tidak bergerak, bunga, atau piutang lain yang tidak harus dibayar
atas tunjuk, memperoleh hak milik atasnya, dengan jalan daluwarsa, dengan suatu
penguasaan selama dua puluh tahun. Siapa yang dengan iktikad baik menguasainya
selama tiga puluh tahun, memperoleh hak milik, dengan tidak dapat dipaksa untuk
mempertunjukkan alas haknya.”
b. Daluwarsa ekstinktif, yakni daluwarsa yang bebas tanggung jawab (melenyapkan
kewajiban). Dalam hal ini dapat dilihat pada Pasal 1967 KUH Perdata, yang
berbunyi:
“Segala tuntutan hukum, baik yang bersifat perbendaan maupun yang bersifat
perseorangan, hapus karena daluwarsa dengan lewatnya waktu tiga puluh tahun,
sedangkan siapa yang menunjukkan akan adanya daluwarsa itu tidak usah
mempertunjukkan suatu alas hak, lagi pula tidak dapatlah dimajukan terhadapnya
sesuatu tangkisan yang didasarkan kepada iktikadnya yang buruk.”
Peristiwa hukum karena perbuatan subjek hukum dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Perbuatan subjek hukum yang merupakan perbuatan hukum, yaitu perbuatan yang
akibatnya diatur oleh hukum dan akibat itu dikehendaki oleh pelaku. Contoh: Perjanjian
jual beli, sewa-menyewa (Pasal 1313 KUH Perdata). Pembuatan surat wasiat atau
testamen (Pasal 875 KUH Perdata).
2. Perbuatan subjek hukum yang bukan perbuatan hukum, yaitu perbuatan yang akibat
hukumnya tidak dikehendaki oleh yang melakukannya, walaupun akibatnya diatur oleh
hukum.
Contoh:
a. Zaakwaarneming (Pasal 1354 KUH Perdata), yaitu suatu perbuatan yang
memperhatikan kepentingan orang lain tanpa di - minta oleh orang tersebut untuk
memperhatikan kepentingannya. Contoh: si Ali sakit. Si Rahmat memperhatikan
kepentingan si Ali tanpa diminta oleh si Ali. Si Rahmat wajib meneruskan perhatian
itu sampai si Ali sembuh kembali dan dapat memperhatikan lagi kepentingannya.
b. Perbuatan melawan hukum/onrechtmatige daad (Pasal 1365 KUH Perdata), yaitu
perbuatan yang bertentangan dan melawan hukum. Akibat hukum yang timbul tetap
diatur oleh peraturan hukum meskipun akibat itu tidak dikehendaki oleh pelakunya.
16
Contoh: si Ali dan si Bakri sama-sama mengendarai sepeda motor yang saling
bertabrakan. Akibat dari tabrakan itu sudah jelas tidak dikehendaki oleh si Ali
maupun si Bakri, tetapi yang dianggap bersalah diwajibkan membayar ganti rugi
kepada pihak yang dirugikan.
Hal tersebut telah dijelaskan dalam Pasal 1365 KUH Perdata yang berbunyi:
“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut.”17
3. Perbuatan hukum itu dapat dibedakan menjadi:
a. Perbuatan hukum yang bersegi satu, yaitu perbuatan hanya merupakan satu
kejadian saja. Contoh: membuat surat wasiat (Pasal 875 KUH Perdata).
b. Perbuatan hukum yang bersegi dua, yaitu perbuatan hukum yang akibatnya
ditimbulkan oleh kehendak dari dua orang. Contoh: perjanjian dua pihak.
c. Perbuatan hukum yang bersegi banyak, yaitu perbuatan hukum yang akibatnya
ditimbulkan oleh kehendak banyak orang. Contoh: perjanjian banyak pihak.18
Menurut KBBI sistem adalah perangkat unsur yang saling beratur dan saling berkaitan
sehingga membentuk suat totalitas, sedangkan hukum merupakan peraturan didalam negara
yang tersirat mengikat dan memaksa setiap warga negara untuk menaati nya. Jadi sistem
hukum adalah keseluruhan aturan tentang apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang tidak
seharusnya dilakukan oleh manusia yang mengikat dan terpadu dari satuan kegiatan satu sama
lain untuk mencapai tujuan hukum di Indonesia.19
Sistem Hukum, dalam suatu sistem terdapat ciri-ciri tertentu, yakni terdiri dari komponen-
komponen yang satu sama lain berhubungan ketergantungan dan dalam keutuhan organisasi
yang teratur serta terintegrasi.
17
Ibid, hlm.94-96
18
Ibid, hlm.96-97
19
Sarwono atik Hartati.Pendidikan kewarnegaraan untuk SMA/MA kelas
X.2011.(pusat kurikulum dan perbukuan kementrian Pendidikan nasional:Jakarta) hlm.182
17
Hukum terbentuk karena adanya kepentingan manusia yang berbeda antara satu dengan
lainnya sehingga butuh sebuah fasilitator untuk menjembatani kepentingan satu dengan
lainnya agar tercipt nya suatu keadilan yang menjadikan manusia mulai berpikir secara
rasional.20
20
M.kumparan.com. diakses pada 16 Desember 2021
21
Yudha Mediawan.modul 2:pengantar hukum kontrak kerja
konstruksi.(BPSDM:Bandung) 2019. Hlm.13-14
18
a. Asas tujuan yang jelas.
b. Asas organ /lembaga yang tepat.
c. Asas perlunya pengaturan.
d. Asas dapat dilaksanakan.
e. Asas Konsensus.
Asas Materil meliputi,
a. Asas Terminologi dan sistematika yang jelas.
b. Asas dapat dikenali.
c. Asas perlakuan yang sama dalam hukum.
d. Asas kepastian hukum.
e. Asas pelaksanaan hukum sesuai dengan keadaan individu.
22
Ibid.hlm 16-17
23
Ibid.hlm 17
19
a. Proklamasi Kemerdekaan : “Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan
kemerdekaan Indonesia”,
b. Pembukaan UUD-1945: “Atas berkat Rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaaan yang bebas,
maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.” Kemudian dari
pada itu untuk membentuk suatu kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu susunan Undang-undang dasar Negara Indonesia…” Pernyataan itu
mengandung arti:
1) Menjadikan Indonesia suatu Negara yang merdeka dan berdaulat,
2) Pada saat itu menetapkan tata hukum Indonesia, didalam Undang-Undang
Dasar Negara itulah tertulis tata hukum Indonesia (yang tertulis). Undang-
Undang hanyalah memuat ketentuan-ketentuan dasar merupakan rangka dari
tata hukum Indonesia
Sistem Hukum Anglo Saxon cenderung lebih mengutamakan hukum kebiasaan, hukum
yang berjalan dinamis sejalan dengan dinamika masyarakat.
Sistem Hukum Adat bersumber kepada peraturan-peraturan hukum tidak tertulis yang
tumbuh berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran hukum masyarakatnya. Dan
Hukum Adat itu mempunyai tipe yang bersifat Tradisional dengan berpangkal kepada
24
Ibid.hlm 18-21
20
kehendak nenek moyang.utuk ketertiban hukumnya selalu diberikan penghormatan yang
sangat besar bagi kehendak suci nenek moyang.
21
e. Hukum Pajak
Hukum pajak adalah hukum yang bersifat publik dalam mengatur hubungan
negara dan orang/badan hukum yang wajib untuk membayar pajak. Selain itu,
hukum pajak diartikan sebagai keseluruhan dari peraturan-peraturan yang
mencakup tentang kewenangan pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang
dan menyerahkan kembali kepada masyarakat melalui uang/kas negara. Hukum
pajak dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :
1) Hukum pajak formal adalah hukum pajak yang memuat adanya ketentuan-
ketentuan dalam mewujudkan hukum pajak material menjadi kenyataan.
2) Hukum pajak material adalah hukum pajak yang memuat tentang ketentuan-
ketentuan terhadap siapa yang dikenakan pajak dan siapa yang dikecualikan
dengan pajak serta berapa harus dibayar.
f. Hukum Acara Pengadilan
Untuk tegaknya hukum materiil diperlukan hukum acara atau sering juga disebut
hukum formil. Hukum acara merupakan ketentuan yang mengatur bagaimana cara
dan siapa yang berwenang
23
BAB 3 PENUTUP
A. KESIMPULAN
hukum adalah segala peraturan yang dibuat untuk mengatur tingkah laku manusia dalam
bermasyarakat. hukum memiliki Peran dan Fungsi sebagai media pengatur interaksi sosial.
Dalam pengaturan tersebut terdapat petunjuk mengenai apa yang harus dilakukan mana yang
boleh dan tidak boleh dilakukan dengan harapan segala sesuatunya berjalan tertib dan teratur.
Sekaligus dalam posisi masyarakat yang teratur tersebut, hukum dijadikan sarana untuk
mewujudkan keadilan sosial, disini hukum diharapkan dapat bermanfaat bagi kehidupan
masyarakat.
Tujuan hukum adalah untuk ketertiban. Setiap orang harus bertingkah laku sedemikian
rupa sehingga perilaku masyarakat baik. Hukum merupakan peraturan yang beraneka ragam
dan mengatur hubungan orang dalam masyarakat. Hukum mewujudkan nilai dalam peraturan
masyarakat yang merupakan kaidah hukum atau norma hukum. Setiap orang yang melanggar
kaidah hukum akan mendapat sanksi berupa akibat hukum tertentu yang nyata (seperti hukum
pidana).
24
DAFTAR PUSTAKA
C.S.T. Kansil. 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Sudikno Mertokusumo. 1985. Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta
Yudha Mediawan.2019.modul 2:pengantar hukum kontrak kerja
konstruksi.Bandung:BPSDM
Kepala pusat Pendidikan dan pelatihan sumber daya air dan konstruksi.2019.
https://bantuanhukum-sbm.com/. Diakses pada 17 desember 2021
Fence.m.Wantu.2015.Pengantar Ilmu Hukum.Gorontalo:UNG Press
Suryaningsi.2018 “Pengantar Ilmu Hukum”. Samarinda: Mulawarman University Press
25