Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan jumlah penduduk Kota Semarang sebagai ibukota

Provinsi Jawa Tengah berdampak pada tingginya frekuensi kegiatan di

pusat-pusat perniagaan. Fenomena ini terjadi karena berkembang

pesatnya teknologi informasi dan komunikasi yang menyebabkan

kebutuhan masyarakatnya juga meningkat. Mobilisasi masyarakat dalam

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari ditandai dengan banyaknya

sarana transportasi lalu lintas baik kendaraan roda dua maupun roda

empat mengakibatkan lalu lintas semakin padat. Namun, masih banyak

pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh pengguna jalan yang dapat

mengakibatkan kecelakaan dan kemacetan sehingga mengganggu

keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas.

Keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas

diwujudkan melalui peraturan untuk mengatasi berbagai dampak yang

ditimbulkan akibat padatnya lalu lintas. Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

sebagai penganti Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 dibuat untuk

mengatur setiap aktivitas masyarakat terkait penggunaan transportasi dan

angkutan jalan. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

menyebutkan bahwa :

1
2

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diselenggarakan dengan tujuan :


a. Terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang
aman, selamat, tertib, lancar dan terpadu dengan moda
angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional,
memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan
dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi
martabat bangsa;
b. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa;
c. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi
masyarakat.
Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara

diberikan kewenangan untuk melakukan penindakan pelanggaran lalu

lintas guna menciptakan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan

kelancaran lalu lintas (kamseltibcar lantas) sebagaimana diatur dalam

Pasal 260 ayat 1 huruf e “Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia

berwenang melakukan penindakan terhadap tindak pidana pelanggaran

atau kejahatan lalu lintas menurut peraturan perundang-undangan”.

Penyimpangan dalam penegakan hukum di bidang lalu lintas

masih kerap terjadi, salah satunya adalah pungutan liar (pungli). Bukan

rahasia umum bila praktik suap-menyuap saat operasi lalu lintas kerap

terjadi. Itulah alasan yang mendasari Kepolisian Negara Republik

Indonesia menerapkan program electronic-traffic law enforcement (E-

TLE), program yang dipercaya dapat mengurangi praktik pungli dan suap

karena tidak adanya interaksi person to person antara pelanggar dan

petugas. Program E-TLE tidak pandang bulu, tak peduli pelat hitam,

merah atau apapun, milik awam maupun milik pejabat, tidak ada

perkecualian.
3

Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri, Kombes

Martinus Sitompul, dari 235 kasus pungli, paling banyak terjadi di unit lalu

lintas dengan 160 kasus. Sementara di unit Badan Pemeliharaan

Keamanan (Baharkam) dengan 39 kasus, unit Reserse Kriminal dengan

26 kasus dan unit Intelijen dengan 10 kasus (Okezone News, 18 Oktober

2016 : 1).

Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jendral Polisi Drs.

H. Muhammad Tito Karnavian, M.A., Ph.D. merumuskan 11 program

optimalisasi aksi menuju Polri yang semakin profesional, modern, dan

terpercaya (promoter) sebagai berikut :

1. Pemantapan reformasi internal Polri.


2. Peningkatan pelayanan publik yang lebih mudah bagi
masyarakat dan berbasis teknologi informasi.
3. Penanganan kelompok radikal pro kekerasan dan intoleransi
yang lebih optimal.
4. Peningkatan profesionalisme Polri menuju keunggulan.
5. Peningkatan kesejahteraan anggota Polri.
6. Penataan kelembagaan dan pemenuhan proporsionalitas
anggaran serta kebutuhan minimal sarana dan prasarana.
7. Membangun kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap
kamtibmas.
8. Penguatan Harkamtibmas.
9. Penegakkan hukum yang lebih profesional dan berkeadilan.
10. Penguatan pengawasan.
11. Quick Wins Polri.

Penegakan hukum perlu diwujudkan dengan lebih profesional

dan berkeadilan dalam hal pelanggaran lalu lintas, Korps Lalu Lintas Polri

menerapkan program E-TLE sebagai sebuah inovasi baru. Sesuai

instruksi Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo dalam reformasi

bidang penegakan hukum, program E-TLE merupakan terobosan kreatif


4

untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat sehingga mampu

menunjukkan keunggulan baik dari segi kepemimpinan, administrasi,

operasional dan capacity building.

Polrestabes Semarang menerapkan program E-TLE pada tanggal

03 Desember 2018. Program E-TLE merupakan penindakan pelanggaran

lalu lintas dengan memanfaatkan teknologi menggunakan Closed-Circuit

Television yang terintegrasi dengan Area Traffic Control System (ATCS)

milik Dinas Perhubungan Kota Semarang. CCTV tersebut dipasang

disetiap lampu merah di Kota Semarang dengan harapan seluruh proses

penindakan pelanggaran lalu lintas akan lebih efektif dan efisien juga

membantu pihak kepolisian dalam manajemen administrasi. Program E-

TLE dapat mengurangi hubungan langsung antara pelanggar lalu lintas

dengan petugas di lapangan. Program E-TLE sebagai upaya

implementasi Pasal 272 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berbunyi :

1. Untuk mendukung kegiatan penindakan pelanggaran di


bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dapat digunakan
peralatan elektronik.
2. Hasil penggunaan peralatan elektronik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat digunakan sebagai alat bukti
di pengadilan.
Program ini dimaksudkan sebagai bentuk transparansi Polri dalam

penindakan pelanggaran lalu lintas, sehingga dapat mewujudkan Polri

yang bersih dan transparan karena tidak adanya titip uang kepada polisi

serta mendukung terciptanya masyarakat yang memiliki mentalitas yang


5

bertanggungjawab, tertib dan patuh hukum. Namun, perlu diketahui masih

banyak masyarakat yang tidak memahami program E-TLE.

Tabel 1.1 Data Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas di Polrestabes Semarang


Periode Desember 2018-Februari 2019
HASIL REKAMAN CCTV PETUGAS DI LAPANGAN
(DI 5 TITIK JALAN KOTA SEMARANG) (DI SELURUH JALAN KOTA SEMARANG)
PERIODE
JUMLAH PENINDAKAN JUMLAH PENINDAKAN
PELANGGARAN TILANG TEGURAN PELANGGARAN TILANG TEGURAN
DESEMBER
245 113 132 2.421 1.491 930
2018

JANUARI
188 78 110 10.427 5.198 5.229
2019

FEBRUARI
200 104 96 12.699 8.955 3.744
2019

JUMLAH 633 295 338 25.547 15.644 9903

Sumber : Satlantas Polrestabes Semarang

Berdasarkan tabel tersebut diatas, terlihat adanya perbedaan

yang siginifikan antara jumlah pelanggaran lalu lintas yang penindakannya

melalui rekaman CCTV dengan jumlah pelanggaran lalu lintas yang

penindakannya melalui petugas di lapangan. Hal ini terjadi karena masih

ada jalan di Kota Semarang yang belum terjangkau oleh CCTV sehingga

tidak semua pelanggaran yang terjadi di Kota Semarang dapat termonitor

oleh CCTV. Selain itu, volume kendaraan dari setiap jalan di Kota

Semarang berbeda, tergantung dari ruas jalan tertentu.

Kondisi tersebut membuat penulis tertarik untuk melakukan suatu

penelitian yang dituangkan dalam sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi

dengan judul “Implementasi Program Electronic Traffic Law

Enforcement (E-TLE) dalam Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas Di

Polrestabes Semarang”.
6

1.2 Perumusan Permasalahan

Adapun perumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana Implementasi program E-TLE dalam penindakan

pelanggaran lalu lintas di Polrestabes Semarang?

b. Faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan

implementasi program E-TLE dalam penindakan

pelanggaran lalu lintas di Polrestabes Semarang?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, penelitian ini

bertujuan untuk :

a. Mendeskripsikan implementasi program E-TLE dalam

penindakan pelanggaran lalu lintas di Polrestabes Semarang

b. Menemukan faktor yang mempengaruhi keberhasilan

implementasi program E-TLE dalam penindakan

pelanggaran lalu lintas di Polrestabes Semarang.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian terdiri atas Manfaat Teoritis dan Manfaat

Praktis.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah

1. Menemukan ilmu kepolisian mengenai implementasi

program E-TLE dalam penindakan pelanggaran lalu lintas


7

serta mewujudkan penegakan hukum yang profesional dan

berkeadilan.

2. Mengembangkan penelitian yang berkaitan dengan

implementasi program E-TLE dalam penindakan

pelanggaran lalu lintas.

3. Menjadi referensi untuk pelaksanaan penelitian selanjutnya

yang berkaitan dengan implementasi program E-TLE dalam

penindakan pelanggaran lalu lintas.

1.4.2 Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah

1. Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi

Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam pengambilan

keputusan terkait pemanfaatan teknologi dan

pengembangan media elektronik dalam penindakan

pelanggaran lalu lintas.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

masukan bagi Satuan Lalu Lintas Polrestabes Semarang

dalam penindakan pelanggaran lalu lintas agar terwujud

penegakan hukum yang profesional dan berkeadilan.

3. Hasil penelitian ini juga bertujuan sebagai bahan informasi

bagi masyarakat agar tertib berlalu lintas serta sarana kontrol

bagi masyarakat agar dapat mengawasi penindakan

pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh anggota Polri.

Anda mungkin juga menyukai